• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENJADWALAN WAKTU DAN BIAYA PRO (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI PENJADWALAN WAKTU DAN BIAYA PRO (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENJADWALAN WAKTU DAN BIAYA PROYEK DENGAN METODE PERT DAN CPM (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan Di Jl. Gaperta

Medan, Sumatera Utara.) Muhammad Rizki Ridho1 dan Syahrizal2

1Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan Email: RizkiRidho11@yahoo.com

2Staff Pengajar Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan Email: syahrizal_ar@ymail.com

ABSTRAK

Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu dalam penyelesaiaannya. Suatu proyek konstruksi dikerjakan dengan perencanaan yang matang agar proyek selesai sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Penjadwalan proyek adalah suatu bentuk perencanaan proyek yang dibuat dengan tujuan agar proyek selesai tepat waktu. Critical Path Method dan Project Evaluation Review Technic ( PERT ) adalah dua dari beberapa metode yang digunakan untuk membuat penjadwalan proyek. Dua metode penjadwalan proyek ini memiliki dua pendekatan berbeda dalam pembuatannya, dimana CPM menggunakan pendekatan deterministik dan PERT menggunakan pendekatan probabilistik. Sering dalam suatu proyek terjadi keterlambatan dalam penyelesaiaannya karena faktor – faktor yang tidak diperhitungkan sebelumnya sehingga kontraktor perlu membuat alternatif lain dalam pengerjaan proyek agar selesai sesuai dengan rencana. Salah satu alternatif untuk mempercepat penyelesaian proyek adalah dengan penambahan jam kerja sehingga membutuhkan biaya lebih besar dari perencanaan sebelumnya agar proyek selesai tepat waktu. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana penjadwalan proyek dapat dibuat pada pembangunan gedung Badan Pusat Statistik kota Medan yang terletak di jalan Gaperta Medan dengan menggunakan metode PERT dan CPM, dan bagaimana proyek dapat di percepat dengan penambahan jam kerja jika terjadi keterlambatan.

Kata kunci : Penjadwalan, Critical Path Method, Project Evaluation Review Technic, CPM, PERT, Percepatan Proyek, Biaya.

ABSTRACT

The construction project is an activity which has a period in completion. A construction project is done with careful planning so that the project is completed within the specified time period. Project scheduling is a form of planning a project created with the aim that the project is completed on time. Critical Path Method and Project Evaluation Review Technic (PERT) are two of several methods used to make project scheduling. Two project scheduling method has two different approaches in the making, CPM using deterministic approach and PERT using probabilistic approach. A project is often late in completion because unpredictable factors so contractors need to make other alternatives in order to complete the project as planned. One of the alternatives to speed up the completion of the project is with addition of work hours, thus requiring a cost more than the previous plan that projects are completed on time. This research will examine how scheduling of project can be made on the construction of the building project Badan Pusat Statistics Kota Medan, which located on the jalan Gaperta Medan using PERT and CPM Methode. and how the project can be brought forward with the addition of work hours in case of delays.

(2)

I. PENDAHULUAN

Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Dalam pengerjaannya suatu proyek dikerjakan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat oleh perencana proyek. Perencanaan merupakan bagian terpenting untuk mencapai keberhasilan proyek konstruksi. Pengaruh perencanaan terhadap proyek konstruksi akan berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri Salah satu bentuk dari perencanaan suatu proyek adalah penjadwalan proyek.

Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek dengan progress waktu untuk penyelesaian proyek. Critical Path Method (CPM) dan Project Evaluation Review Technic ( PERT ) merupakan dua metode penjadwalan proyek yang menggunakan pendekatan berbeda dalam pengerjaanya. Dimana metode CPM menggunakan pendekatan deterministik sedangkan metode PERT menggunakan pendekatan probabilistik.

Proyek pada umumnya memiliki batas waktu (deadline), artinya proyek harus diselesaikan sebelum atau tepat pada waktu yang telah ditentukan. Namun pada kenyataannya di lapangan, suatu proyek tidak selalu berjalan sesuai dengan penjadwalan yang telah dibuat. Ada banyak faktor yang mengakibatkan hal tersebut terjadi, salah satu yang paling sering terjadi adalah karena turunnya hujan yang mengakibatkan proses kegiatan konstruksi harus ditunda.

Salah satu cara untuk mempercepat waktu pelaksanaan proyek yang telah terunda diantaranya dengan menambah waktu kerja dengan tenaga yang tersedia (kerja lembur) Penambahan jam kerja bisa dilakukan dengan penambahan 1 jam, 2 jam, 3jam dan 4 jam penambahan sesuai dengan waktu penambahan yang diinginkan. Tetapi dengan adanya penambahan jam kerja ini otomatis biaya untuk pengerjaan proyek juga akan bertambah.

Penelitian ini akan mengkaji bagaimana penjadwalan proyek dapat dibuat pada pembangunan gedung Badan Pusat Statistik kota Medan yang terletak di jalan Gaperta Medan dengan menggunakan metode PERT dan CPM, dan bagaimana proyek dapat di percepat dengan penambahan jam kerja jika terjadi keterlambatan.

II. KAJIAN PUSTAKA

Proyek didefinisikan sebagai kombinasi kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan yang harus dilakukan dalam urutan waktu tertentu sebelum keseluruhan tugas diselesaikan (Taha, 2007).

Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai saat awal, akan dilaksanakan serta diselesaikan dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan (Ali, 1997).

Menurut Kinkinzaen (2004) proyek (Project) adalah mendefinisikan suatu kombinasi kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan yang harus dilakukan dalam urutan-urutan tertentu sebelum keseluruhan tugas-tugas proyek dapat diselesaikan. Kegiatan-kegiatan dalam proyek ini saling berkaitan dan berhubungan dalam suatu urutan yang logis, dalam artian bahwa beberapa kegiatan tidak dapat di mulai sampai kegiatankegiatan yang lainnya terlebih dahulu di selesaikan

Penjadwalan proyek merupakan bagian yang paling penting dari sebuah perencanaan proyek, yaitu untuk menentukan kapan sebuah proyek dilaksanakan berdasarkan urutan tertentu dari awal sampai akhir proyek. Jadi penjadwalan proyek meliputi kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan proyek yang harus diselesaikan dan waktu yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas dalam proyek.

2.1 Metode Penjadwalan Proyek 2.1.1 Critical Path Metod ( CPM )

(3)

kimia dengan tujuan untuk menentu rangkaian kegiatan dengan total ju 2007). Oleh karena itu dapat dikatak dari awal sampai akhir jalur yang sa jaringan kerja dapat saja terjadi beb oleh seorang manajer proyek deng terlambat maka akan mengakibatkan

ntukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya dengan itu dapat diselesaikan secara tepat waktu serta tepat biaya (S 1972), metode Jalur Kritis (Critical Path Method - CPM),

royek, merupakan sistem yang paling banyak dipergunak p pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yan

atu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pu u yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek

aktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis yakni j jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek y takan bahwa jalur kritis merupakan jalur yang melalui keg sangat berpengaruh pada waktu penyelesaian proyek, wala beberapa jalur kritis. Identifikasi terhadap jalur kritis haru

ngan baik, sebab pada jalur ini terdapat kegiatan yang j an keterlambatan seluruh proyek.

g (Jaringan Kerja) pada prinsipnya adalah hubungan ket igambarkan atau divisualisasikan dalam diagram network n pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga dapat dij dan dapat dilihat pula bahwa suatu pekerjaan belum da ai dikerjakan.

alam menggambarkan suatu network adalah sebagai berikut

busur), mewakili sebuah kegiatan atau aktivitas yaitu tuga di sini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan dura an sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, material, ah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegi maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke kanan. Bai ni sama sekali tidak mempunyai arti. Jadi, tak perlu menggu

simpul/node), mewakili sebuah kejadian atau peristiwa at agai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiat

waktu yang menyatakan penyelesaian beberapa kegiatan l dan akhir dari sebuah kegiatan karena itu dijabarkan denga i kejadian kepala dan ekor. Kegiatan-kegiatan yang berawa

mulai sampai kegiatan-kegiatan yang berakhir pada ke ian harus mendahulukan kegiatan yang keluar dari simpul/n

terputus-putus), menyatakan kegiatan semu atau dummy a ganda dalam mewakili kegiatan dan membantu untuk men egiatan. Dummy di sini berguna untuk membatasi mulain anjang dan kemiringan dummy ini juga tak berarti apa-apa s an kegiatan biasa ialah bahwa kegiatan dummy tidak m kegiatan dan biaya sama dengan nol.

h tebal), merupakan kegiatan pada lintasan kritis.

imbol ini digunakan dengan mengikuti aturan-aturan seba

event) yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak pana nyatakan dengan huruf atau dengan nomor kejadian. r dari kejadian bernomor rendah ke kejadian bernomor tingg

(4)

pekerjaan-d. Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya kejadian (initial event) dan sebuah saat paling cepat diselesaikannya kejadian (terminal event).

Ervianto (2004) menjelaskan dalam CPM (Critical Path Method) dikenal EET ( Earliest Event Time) dan LET (Last Event Time), Total Float, Free Float, dan Float Interferen, EET itu sendiri adalah peristiwa paling awal atau waktu tercepat dari event. LET adalah peristiwa paling akhir atau waktu paling lambat dari event.

Gambar 2.1 EET dan LET suatu Kegiatan

X /(i, j) = nama kegiatan i = Peristiwa awal kegiatan X j = Peristiwa akhir kegiatan X Lij = Durasi kegiatan (i, j)

Jalur Kritis

Dalam metode CPM (Critical Path Method - Metode Jalur Kritis) dikenal dengan adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama. Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek (Soeharto, 1999).

Lintasan kritis (Critical Path) melalui aktivitas-aktivitas yang jumlah waktu pelaksanaannya paling lama. Jadi, lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, digambar dengan anak panah tebal (Badri,1997).

Jalur kritis dalam suatu diagram jaringan adalah lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis dan peristiwa-peristiwa kritis yang sangat sensitif terhadap keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja, sedangkan kegiatan-kegiatan lainnya tidak terlambat maka proyek akan mengalami keterlambatan satu hari juga (Ali, 1997). Sedangkan peristiwa kritis merupakan peristiwa yang memiliki EETi = LETi sehingga EETi - LETi = 0 hal ini menyebabkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu lintasan kritis sama dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek. (Siagian, 1998).

2.1.2 Program Evaluation Review Technic ( PERT )

Pada tahun 1958, Booz Allen Hamilton menemukan sebuah metode penjadwalan yang diberi nama diagram PERT, merupakan singkatan dari Program Evaluation and Review Technique. Diagram PERT dapat digunakan untuk mempermudah proses perencanaan dan penjadwalan untuk proyek dengan kapasitas besar dan kompleks karena mampu mengatasi ketidakpastian dalam proyek tanpa perlu tahu durasi dari setiap aktifitas.

Menurut Gusti Ayu metode PERT memberikan perkiraan waktu dengan menggunakan tiga angka estimasi untuk menyelesaikan suatu kegiatan yaitu PERT juga memperkenalkan parameter lain yang mencoba mengukur ketidakpastian secara kuantitatif seperti deviasi standar dan varians. Dengan demikian metode PERT bermaksud menampung adanya unsur-unsur yang belum pasti, kemudian menganalisis kemungkinan-kemungkinan sejauh mana proyek menyimpang atau memenuhi.

Probabiiitas Dalam Penjadwalan Proyek

(5)

estimasi durasi tersebut adalah:

Kurun waktu optimistic (optimistic duration time)

Kurun waktu optimistik adalah durasi yang tercepat untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya berjalan dengan baik. Durasi yang digunakan hanya sekali dalam seratus kali kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama

Kurun waktu paling mungkin (most likely time)

Kurun waktu paling mungkin adalah durasi yang paling sering terjadi dibanding dengan yang lain bila kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.

Kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time)

Kurun waktu pesimistik adalah durasi yang paling lama untuk menyelesaikan kegiatan, bila segala sesuatunya serba tidak baik. Durasi disini dilampaui hanya sekali dalam seratus kali, bila kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.

Selanjutnya ketiga perkiraan waktu itu dirumuskan menjadi satu angka yang disebut (te) atau kurun waktu yang diharapkan (expected duration time).

Dalam menentukan nilai (te) dipakai asumsi bahwa kemungkinan terjadinya peristiwa optimistik (a) dan pesimistik (b) adalah sama. Sedangkan kemungkinan terjadinya peristiwa paling mungkin adalah empat kali lebih besar dari kedua peristiwa optimistik dan pesimistik sehingga apabila dijumlah akan bernilai 6 (enam) sesuai dengan rentang kurva distribusi peristiwa yang telah di standarkan.

Rumusannya adalah ( Yamit, 2003):

= + 4 +

6

Deviasi Standar dan Varians Kegiatan

Gusti Ayu menjelaskan estimasi kurun waktu kegiatan pada metode PERT memakai rentang waktu. Rentang waktu ini menandai derajat ketidakpastian yang berkaitan dengan proses estimasi kurun waktu kegiatan. Besarnya ketidakpastian ini tergantung pada besarnya angka yang diperkirakan untuk a dan b. Parameter yang menjelaskan masalah ini dikenal sebagai deviasi standar dan varians. Berdasarkan ilmu statistik, angka deviasi standar adalah sebesar 1/6 dari rentang distribusi (b-a) atau bila ditulis dengan rumus adalah sebagai berikut (Soeharto,1995):

Deviasi Standar Kegiatan

=1

6 −

Varians Kegiatan

=

Dimana :

S = deviasi standar kegiatan V(te) = varians kegiatan

Kemungkinan/ketidakpastian mencapai target jadwal pada metode PERT dinyatakan dengan z yaitu hubungan antara waktu yang diharapkan (EET) dengan target T(d) dengan rumus sebagai berikut:

= −

Dimana :

z = Kemungkinan target yang hendak dicapai T(d) = Target waktu penyelesaian proyek EET = Waktu paling awal peristiwa S = Standar Deviasi

Dengan menggunakan table Comulative Normal Distribution akan dapat menentukan persentase (%) proyek selesai pada target T(d).

2.2 Mempercepat Waktu Proyek (Crashing Project)

(6)

dengan syarat bahwa pengurangan waktu tidak akan menimbulkan jalur kritis baru. Salah satu cara untuk mempercepat waktu pelaksanaan proyek diantaranya dengan menambah waktu kerja dengan tenaga yang tersedia (kerja lembur)

Penambahan jam kerja bisa dilakukan dengan penambahan 1 jam, 2 jam, 3jam dan 4 jam penambahan sesuai dengan waktu penambahan yang diinginkan.

Dengan adanya penambahan jam kerja, maka akan mengurangi produktivitas tenaga kerja, hal ini disebabkan karena adanya faktor kelelahan oleh para pekerja.

Adapun beberapa parameter yang yang harus dicari untuk mengetahui percepatan waktu proyek adalah sebagai berikut:

a. Produktivitas Harian =

!"#$ % ! "

b. Produktivitas Tiap Jam = &! ' ()$*$)"# +"!$", - ."

c. Produktivitas Harian Sesudah crash

= 7 0 1 234 56 7 0 + 1 1 234 56 7 0

Dimana:

= 8 7 9 ℎ 9 0 6rja

= ;4 < 9 7 95359 9 234 56 2 9 ℎ 9 0 6 30

Tabel 2.1 Koefisien Penurunan Produktifitas

Jam Lembur (jam)

Penurunan Indeks Produktifitas

Prestasi Kerja

(%)

1 0.1 90

2 0.2 80

3 0.3 70

4 0.4 60

(Sumber : Soeharto, 1997)

d. Crash Duration =

&! ' ()$*$)"# +"!$", = # '"> ?!"#>

2.2.1 Biaya Tambahan Pekerja (Crash Cost)

Dengan adanya penambahan waktu kerja, maka biaya untuk tenaga kerja akan bertambah dari biaya normal tenaga kerja. Berdasarkan Keputusan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 bahwa upah penambahan kerja bervariasi, untuk penambahan waktu kerja satu jam pertama, pekerja mendapatkan tambahan upah 1,5 kali upah perjam waktu normal, dan untuk penambahan waktu kerja berikutnya pekerja mendapatkan 2 kali upah perjam waktu normal.

Adapun perhitungan biaya tambahan pekerja dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu:

1. Normal ongkos pekerja perhari = 234 56 @ 3 9 1 @ 3A 5 9 B7 ℎ 2 6 30

2.

Normal ongkos pekerja perjam

= 234 56 2 30 1 @ 3A 5 9 B7 ℎ 2 6 30

3. Biaya Lembur pekerja = 1,5 1 57 ℎ 0 943 E 59 56 0 6 30 E 53 7 3 +

(7)

Dimana n = jumlah penambahan jam kerja

4.

Crash Cost pekerja perhari

= 70 1 943 E H4 7 6 30 + 9 1 G E 53 7 30

5. Cost Slope (Penambahan biaya langsung untuk mempercepat suatu aktifitas persatuan waktu)

= H3 ℎ H4 − 943 E H4

943 E 53 49 − H3 ℎ 53 49

2.2.2 Hubungan Antara Biaya dan Waktu

Biaya total proyek sama dengan jumlah biaya langsung ditambah biaya tidak langsung. Biaya total proyek sangat tergantung terhadap waktu penyelesaian proyek, semakin lama proyek selesai makan biaya yang dikeluarkan akan semakin besar. Hubungan antara biaya dengan waktu dapat dilihat pada gambar 2.17. Titik A mnunjukkan titik normal, sedangkan titik B adalah titik dipersingkat. Garis yang menghubungkan antara titik Adan titik B disebut kurva waktu-biaya.

Biaya

Biaya waktu B

Dipersingkat Titik Dipersingkat

Biaya Dipercepat A Titik Normal

Waktu Waktu

Dipercepat Normal Waktu

Gambar 2.3 Hubungan waktu-biaya normal dan dipersingkat untuk suatu kegiatan (Sumber : Soeharto ,1997)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan pada pembangunan gedung Badan Pusat Statistik Kota Medan yang terletak di jalan Gaperta Medan. Adapun dari data yang di peroleh pada proyek tersebut diketahui bahwa durasi proyek adalah selama 16 minggu atau 112 hari dengan total biaya sebesar Rp. 1.809.701.725,55. Dari data tersebut akan dibuat dua bentuk penjadwalan proyek baru dengan metode CPM dan metode PERT. Dan jika proyek diprediksi akan terjadi keterlambatan dalam penyelesaiaanya maka dibuatlah suatu percepatan proyek dengan alternative penambahan 1 jam dan 3 jam waktu kerja.

3.1 Jaringan Kerja Dengan Metode CPM

(8)

Tabel 3.1 Logika Ketergantungan

Item Pekerjaan Simbol Ketergantungan Durasi

(Hari)

A. Pekerjaan Pendahuluan A - 14

B. Pekerjaan Lantai I

I. Pekerjaan Galian Dan Timbunan B1 - 21

Ii. Pekerjaan Pondasi / Beton (Mutu K-175) B2 A 35

Iii. Pekerjaan Bata / Plesteran B3 A,B1 35

Iv. Pekerjaan Lantai Dan Keramik B4 B10,C1,C2 21

V. Pekerjaan Pintu Dan Jendela B5 B1,B2 21

Vi. Pekerjaan Atap Fiber Glass B6 B5,B10,C2,C6 7

Vii. Pekerjaan Plafond B7 B1,B2 21

Viii. Pekerjaan Pengecatan B8 B4,C3,C4,C5,C8,C9 14

Ix. Pekerjaan Electrikal B9 B10,C1 21

X. Pekerjaan Sanitair B10 B1,B2 14

C. Pekerjaan Lantai Ii

I. Pekerjaan Beton (Mutu K-175) C1 A,B1 35

Ii. Pekerjaan Bata / Plesteran C2 B1,B2 21

Iii. Pekerjaan Lantai Dan Keramik C3 B10,C1,C2 21

Iv. Pekerjaan Pintu Dan Jendela C4 B10,C1,C2 14

V. Pekerjaan Atap / Kuda-Kuda C5 B1,B2 28

Vi. Pekerjaan Plafond C6 B1,B2 21

Vii. Pekerjaan Pengecatan C7 B4,B6,B9,C3,C4,C5 21

Viii. Pekerjaan Electrikal C8 B5,B10,C2,C6 21

Ix. Pekerjaan Sanitair C9 B10,C1,C2 21

D. Pekerjaan Lain - Lain 112

Gambar 3.1 Diagram Jaringan Kerja Dengan Metode CPM

(9)

3.2 Jaringan Kerja Dengan Metode PERT

Penjadwalan proyek dengan metode PERT, dimulai dengan mengestimasi waktu penyelesaian setiap item kegiatan proyek kedalam 3 jenis estimasi waktu yaitu waktu optimis (a), waktu yang paling mungkin (m), dan waktu pesimis (b). Dimana estimasi ini didapat dari hasil wawancara dari responden yang memiliki pengalaman dalam pengerjaan proyek.

Adapun hasil analisa keseluruhan proyek untuk estimasi durasi optimis (a), durasi paling memungkinkan (m) dan durasi pesimis (b) dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3.2 Estimasi waktu pada metode PERT

Item Pekerjaan Simbol

Durasi Durasi Durasi

Optimis (A)

Yang Paling Mungkin (M)

Pesimis (B)

(Hari) (Hari) (Hari)

A. Pekerjaan Pendahuluan A 14 14 17

B. Pekerjaan Lantai I

I. Pekerjaan Galian Dan Timbunan B1 14 21 25

Ii. Pekerjaan Pondasi / Beton (Mutu K-175) B2 31 35 43

Iii. Pekerjaan Bata / Plesteran B3 33 35 47

Iv. Pekerjaan Lantai Dan Keramik B4 18 21 24

V. Pekerjaan Pintu Dan Jendela B5 19 21 23

Vi. Pekerjaan Atap Fiber Glass B6 5 7 9

Vii. Pekerjaan Plafond B7 17 21 26

Viii. Pekerjaan Pengecatan B8 10 14 21

Ix. Pekerjaan Electrikal B9 18 21 24

X. Pekerjaan Sanitair B10 10 14 20

C. Pekerjaan Lantai Ii

I. Pekerjaan Beton (Mutu K-175) C1 30 35 43

Ii. Pekerjaan Bata / Plesteran C2 17 21 23

Iii. Pekerjaan Lantai Dan Keramik C3 18 21 24

Iv. Pekerjaan Pintu Dan Jendela C4 11 14 16

V. Pekerjaan Atap / Kuda-Kuda C5 25 28 30

Vi. Pekerjaan Plafond C6 17 21 26

Vii. Pekerjaan Pengecatan C7 17 21 25

Viii. Pekerjaan Electrikal C8 18 21 24

Ix. Pekerjaan Sanitair C9 17 21 26

Setelah membuat estimasi waktu maka dicari niali te (waktu yang diharapkan) dengan menggunakan rumus

= + 4 +

6

Dimana:

te = waktu yang diharapkan a = waktu optimis

b = waktu pesimis

m = waktu paling mungkin

(10)

Tabel 3.3 Nilai waktu yang diharapkan (te)

Item Pekerjaan te (hari)

A. Pekerjaan Pendahuluan 11.8

B. Pekerjaan Lantai I

I. Pekerjaan Galian Dan Timbunan 17

II. Pekerjaan Pondasi / Beton (Mutu K-175) 33.7

III. Pekerjaan Bata / Plesteran 35.7

IV. Pekerjaan Lantai Dan Keramik 19.5

V. Pekerjaan Pintu Dan Jendela 20

VI. Pekerjaan Atap Fiber Glass 6

VII. Pekerjaan Plafond 19.2

VIII. Pekerjaan Pengecatan 12.5

IX. Pekerjaan Electrikal 19.5

X. Pekerjaan Sanitair 12.3

C. Pekerjaan Lantai II

I. Pekerjaan Beton (Mutu K-175) 33

II. Pekerjaan Bata / Plesteran 18.7

III. Pekerjaan Lantai Dan Keramik 19.5

IV. Pekerjaan Pintu Dan Jendela 12.3

V. Pekerjaan Atap / Kuda-Kuda 26.3

VI. Pekerjaan Plafond 19.2

VII. Pekerjaan Pengecatan 19

VIII. Pekerjaan Electrikal 19.5

Dengan menggunakan nilai te ( durasi waktu yang diharapkan ) maka dibuatlah sebuah diagram jaringan kerja proyek. Dimana prinsip pembuatan jaringan kerja ini sama seperti pada metode CPM.

(11)

Dari hasil analisa penjadwalan dengan metode PERT dengan nilai te sebagai durasi yang digunakan dalam perhitungan, maka diketahui penyelesaian proyek (TE) selama 103.7 hari dan diperoler jalur kritis pada diagram jaringan kerja pada kegiatan A-B2-B5-C9-C7 .

Berdasarkan lintasan kritis yang telah didapat pada perhitungan, kemudian tentukan nilai deviasi standard dan varians pada proyek secara keseluruhan.

Nilai deviasi standard dapat dicari dengan rumus

=1

6 −

Dan nilai varians kegiatan dapat dicari dengan rumus

=

Maka kedua variable ini dapatdilihat dalam bentuk table sebagai berikut

Tabel 3.4 Nilai Standard Deviasi dan Varians Kegiatn pada metode PERT

ITEM PEKERJAAN SIMBOL a (hari) b (hari) S V(te)

PEKERJAAN PENDAHULUAN A 10 17 1.2 1.36

PEKERJAAN PONDASI / BETON (MUTU K-175) B2 31 43 2.0 4.00

PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA B5 19 23 0.7 0.44

PEKERJAAN SANITAIR C7 17 25 1.3 1.78

PEKERJAAN PENGECATAN C9 17 26 1.5 2.25

V(te) 9.83

Standard Deviasi 3.14

Dari tabel diatas dapat diketahui nilai total varians ( V(te) ) = 9.83 dan deviasi standar ( S ) = 3.14. Dari sifat kurva distribusi normal dimana 99,7 % area berada dalam interval (TE - 3S) dan (TE + 3S) maka besar rentang 3S adalah 3 x 3.14 = 9.41. Maka kurun waktu penyelesaian proyek adalah 103.7 ± 9.41 hari. Perkiraan penyelesaian proyek paling cepat adalah 103.7 – 9.41 = 94.29 hari ~ 95 hari. Dan perkiraan penyelesaian proyek paling lambat adalah 103.7 + 9.41 = 113.11 hari ~ 114 hari. Jika dalam hal ini target yang ingin dicapai adalah kurun waktu yang paling cepat, maka nilai T(d) = 95 hari.

Kemungkinan/ketidakpastian mencapai target jadwal pada metode PERT dinyatakan dengan z

= −

= 95 − 103.7

3.14 = −2.77

(12)

Tabel 3.5 Target dan Kemungkinan Penyelesaiaan Proyek

No Target Deviasi Distribusi Normal Probabilitas/kemungkinan

Penyelesaian z Komulatif

Proyek Dapat Selesai 100%

hari (%)

1 95 -2.77 0.0028 0.28

2 96 -2.45 0.0071 0.71

3 97 -2.13 0.0164 1.64

4 98 -1.82 0.0344 3.44

5 99 -1.5 0.0643 6.43

6 100 -1.18 0.119 11.9

7 101 -0.86 0.1949 19.49

8 102 -0.54 0.2946 29.46

9 103 -0.22 0.4129 41.29

10 103.47 -0.07 0.4721 47.21

11 104 0.1 0.5398 53.98

12 105 0.41 0.6591 65.91

13 106 0.73 0.6443 64.43

14 107 1.05 0.8531 85.31

15 108 1.37 0.9147 91.47

16 109 1.69 0.9545 95.45

17 110 2.01 0.9778 97.78

18 111 2.32 0.9898 98.98

19 112 2.64 0.9959 99.59

20 113 2.96 0.9985 99.85

21 114 3.28 0.99948 99.95

Dari hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa

1. kemungkinan proyek dapat diselesaiakan dalam waktu 95 hari adalah 0.28%.

2. kemungkinan proyek dapat diselesaiakan dalam waktu 103.47 harhari atau 104 ah adalah 47.21%.

3. kemungkinan proyek dapat diselesaiakan dalam waktu 114 hari adalah 99.95 %. 4.

4.4 Menghitung Percepatan Waktu dan Biaya Proyek

Dalam percepatan proyek untuk alternative penambahan jam kerja ini hanya berlaku pada kegiatan-kegiatan yang berada pada lintasan kritis karena kegiatan-kegiatan pada lintasan kritis adalah kegiatan-kegiatan yang tidak boleh tertunda. Maka akan diambil salah satu lintasan kritis yang didapat dari pembuatan penjadwalan proyek dengan 2 metode sebelumnya.

Jika dibandingkan dengan metode PERT yang menggunakan konsep probabilitas (kemungkinan), metode CPM lebih valid digunakan untuk dipercepat penyelesaiannya. Adapun lintasan kritis yang didapat pada metode CPM tersebut terletak pada kegiatan A-B1-C1-C5-B8.

(13)

Biaya Tanpa Biaya Dengan Biaya Dengan Penambahan Jam Kerja Penambahan 1 jam kerja Penambahan 3 jam kerja

(Rp.) (Rp.) (Rp.)

A. PEKERJAAN PENDAHULUAN 23,762,440.00 23,996,950.38 24,916,093.63 B. PEKERJAAN LANTAI I

I. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN 22,156,584.75 22,589,430.12 24,285,930.30 II. PEKERJAAN PONDASI / BETON (MUTU K-175) 279,866,199.85 279,866,199.85 279,866,199.85 III. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 365,964,892.46 365,964,892.46 365,964,892.46 IV. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 86,329,983.65 86,329,983.65 86,329,983.65 V. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 94,649,500.00 94,649,500.00 94,649,500.00 VI. PEKERJAAN ATAP FIBER GLASS 3,181,600.00 3,181,600.00 3,181,600.00 VII. PEKERJAAN PLAFOND 31,992,907.30 31,992,907.30 31,992,907.30 VIII. PEKERJAAN PENGECATAN 38,263,208.80 39,310,018.38 43,412,898.42 IX. PEKERJAAN ELECTRIKAL 43,750,500.00 43,750,500.00 43,750,500.00 X. PEKERJAAN SANITAIR 35,985,435.00 35,985,435.00 35,985,435.00

C. PEKERJAAN LANTAI II

I. PEKERJAAN BETON (MUTU K-175) 391,568,526.06 394,416,766.15 405,580,198.04 II. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 90,844,075.65 90,844,075.65 90,844,075.65 III. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 63,332,863.33 63,332,863.33 63,332,863.33 IV. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 59,933,600.00 59,933,600.00 59,933,600.00 V. PEKERJAAN ATAP / KUDA-KUDA 69,642,738.15 70,093,491.53 71,860,180.62 VI. PEKERJAAN PLAFOND 27,442,468.30 27,442,468.30 27,442,468.30 VII. PEKERJAAN PENGECATAN 35,245,085.76 35,245,085.76 35,245,085.76 VIII. PEKERJAAN ELECTRIKAL 29,780,500.00 29,780,500.00 29,780,500.00 IX. PEKERJAAN SANITAIR 11,158,616.50 11,158,616.50 11,158,616.50 D. PEKERJAAN LAIN-LAIN 4,850,000.00 4,850,000.00 4,850,000.00 TOTAL 1,809,701,725.55 1,814,714,884.36 1,834,363,528.80

ITEM PEKERJAAN

Tabel 3.5 hasil percepatan waktu proyek dengan penambahan 1 jam dan 3 jamwaktu kerja sebagai berikut

Tabel 3.6 Perhitungan Biaya Tambahan Penambahan 1 Jam Kerja

DURASI CRASH DURATION CRASH DURATION NORMAL Dengan Penambahan 1 Jam Kerja Dengan Penambahan 3 Jam Kerja

(Hari) (Hari) (Hari)

A. PEKERJAAN PENDAHULUAN 14 12.41 10.77

B. PEKERJAAN LANTAI I

I. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN 21 18.61 16.15

II. PEKERJAAN PONDASI / BETON (MUTU K-175 35 35 35

III. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 35 35 35

IV. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 21 21 21

V. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 21 21 21

VI. PEKERJAAN ATAP FIBER GLASS 7 7 7

VII. PEKERJAAN PLAFOND 21 21 21

VIII. PEKERJAAN PENGECATAN 14 12.41 10.77

IX. PEKERJAAN ELECTRIKAL 21 21 21

X. PEKERJAAN SANITAIR 14 14 14

C. PEKERJAAN LANTAI II

I. PEKERJAAN BETON (MUTU K-175) 35 31.01 26.92

II. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 21 21 21

III. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 21 21 21

IV. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 14 14 14

V. PEKERJAAN ATAP / KUDA-KUDA 28 24.81 21.54

VI. PEKERJAAN PLAFOND 21 21 21

VII. PEKERJAAN PENGECATAN 21 21 21

VIII. PEKERJAAN ELECTRIKAL 21 21 21

IX. PEKERJAAN SANITAIR 21 21 21

Durasi Penyelesaian Proyek 112 99.25 86.15

(jumlah durasi kegitan kritis pada proyek) dibulatkan menjadi 100 hari dibulatkan menjadi 87 hari

(14)

Dari hasil analisa dan perhitungan maka diperoleh nilai cost slope untuk masing-masing penambahan jam kerja seperti table dibawah ini

Tabel 3.7 Cost Slope Penambahan Jam Kerja

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap proyek pembangunan gedung Badan Pusat Statistik kota Medan yang terletak di jalan Gaperta Medan maka didapat disimpulkan

1. Dengan menggunakan metode CPM proyek pembangunan gedung Badan Pusat Statistik kota Medan dapat selesai dalam jangka waktu 112 hari, dan lintasan kritis terletak pada kegiatan A-B1-C1-C5-B8. Dengan menggunakan metode PERT, proyek pembangunan Gedung Badan Pusat Statistik kota Medan paling cepat dapat diselesaikan selama 95 hari dengan kemungkinan 0,28 %, paling lambat dapat diselesaiakn selama 114 hari dengan kemungkinan 99,98 %, paling mungkin diselesaikan selama 103,47 hari ~ 104 hari dengan kemungkinan 47,21 %.

2. Dengan alternatif penambahan 1 jam waktu kerja maka proyek dapat diselesaikan selama 100 hari atau dapat di percepat selama 12 hari dengan penambahan biaya sebesar Rp. 5,013,158.81 dan besar cost slope Rp.417.763.23/hari. Dengan alternatif penambahan 3 jam waktu kerja maka proyek dapat diselesaikan selama 87 hari atau dapat di percepat selama 25 hari dengan penambahan biaya sebesar Rp. 24,661,803.25 dan besar cost slope Rp.986,472.13/hari.

4.2 SARAN

1. Logika ketergantungan dibuat lebih simpel dan tidak berbelit-belit sehingga mekanisme pembuatan penjadwalan tidak menjadi rumit dan hasil penjadwalan yang dibuat lebih mudah dimengerti.

2. Untuk mempercepat penyelesaian pada proyek pembangunan Gedung BPS kota Medan sebaiknya menggunakan alternatif penambahan 1 jam waktu kerja, karena lebih efisien dari segi waktu dan biaya.

V DAFTAR PUASTAKA

Ervianto, Wulfram I. 2009. Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi.

Willis, Edward M. 1986. Scheduling Construction Projects. John Wiley & Sons, New York.

(http://eprints.uny.ac.id/7338/1/t-30.pdf). Analisis Jaringan Kerja Untuk Penjadwalan Kegiatan Dan Alokasi Pembiayaan Pada Proyek Pembangunan Komplek Gedung SerbagunaMenggunakan Critical Path Method. Diakses 27 Maret 2013.

Mahanavami, Gusti Ayu. Perencanaan Waktu Pelaksanaan Proyek Dengan Metode Pert (Studikasus Graha Miracle Denpasar)

Ps Vincentia, L Lilik, Rs Leopoldus. ( Prosiding) Analisis Jaringan Kerja Untuk Penjadwalan Kegiatan Dan Alokasi Pembiayaan Pada Proyek Pembangunan Komplek Gedung Serbaguna Menggunakan Critical Path Method. Salatiga : Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana

No Keterangan Waktu Jumlah Waktu Besar Biaya Proyek Biaya Tambahan Cost Slope

Penyelesaian Proyek Yang Dipercepat

(hari) (hari) (Rp) (Rp) (Rp)

1 waktu normal 112 0 1,809,701,725.55 0 -

2 penambahan 1 jam 100 12 1,814,714,884.36 5,013,158.81 417,763.23

(15)

Gambar

Gambar 2.1 EET dan LET suatu Kegiatan
Gambar 2.3 Hubungan waktu-biaya normal dan dipersingkat untuk suatu kegiatan (Sumber : Soeharto ,1997)
Tabel 3.1 Logika Ketergantungan
Tabel 3.2 Estimasi waktu pada metode PERT
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan pariwisata di kawasan pulau kecil terluar harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis, khususnya adalah bahwa tingkat pembangunan secara keseluruhan tidak boleh

Sedangkan hasil evaluasi kualitas layanan yang kurang baik mendapatkan skor kesenjangan paling tinggi antara layanan yang dirasakan dan harapan minimum pada

10 Hasil positif dari pemeriksaan Takayama terhadap darah maupun bercak darah yang terpapar oleh sampo cuci mobil A, B dan C pada penelitian ini belum tentu memberikan

&#34;Jika Proses Belajar Mengajar siswa Kelas VI menggunakan metode pengajaran berbasis tugas/proyek dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka dimungkinkan minat

Melihat skor yang diperoleh siswa dari siklus I sampai dengan siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan Strategi Pembelajaran Mantel Sang Ahli dapat meningkatkan

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, secara ringkas, dapat disimpulkan bahwa krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan kebagian kulit

( Jakarta: PT.. dilakukan sendiri maupun lembaga. 2 Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Dari

Koefisien korelasi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa arah hubungan kedua variabel adalah negatif, artinya semakin tinggi efektivitas komunikasi ayah- anak maka semakin rendah