BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan yang dibuat oleh Tim yaitu sebagai laporan dari study lapangan dan juga dokumentasi atas observasi yang dilakukan untuk tim.
Tujuan diadakannya tugas study lapangan oleh dosen Pembina mata kuliah yaitu agar mahasiswa dapat secara langsung mengetahui sistem yang terjadi di Bank Syariah dan perbedaannya dengan Bank Konvensional. Dengan melakukan study lapangan, mahasiswa dapat mengamati secara langsung dan lebih mengerti, karena tidak hanya teori saja, tetapi juga sambil mempraktekkan.
Selain tujuan yang tersebutkan diatas, adanya laporan study lapangan ini merupakan sumber informasi yang terlengkap mengenai bank Syariah yang bisa didapatkan oleh Tim dari pihak yang berbaik hati memberikan seluruh informasi secara akurat, mulai dari pengertian, produk-produk, sampai sistem pembagian hasil keuntungan bank.
1.3 Rumusan Masalah
- Apa itu Bank Syariah dan yang membedakannya dengan Bank Konvensional? - Bagaimana sistem pendanaan dan pembiayaan di bank syariah?
- Produk-produk seperti apakah yang menjadi keunggulan bank Syariah khususnya BRI Syariah?
- Kapan BRI Syariah dapat melakukan pembagian hasil keuntungan? 1.4 Metode Penulisan
BAB II
BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG MANADO
2.1 Pengantar Bank Syariah
2.1.1 Definisi Bank Syariah
Bank Syariah adalah jenis Bank yang melayani simpan pinjam uang seperti bank lainnya akan tetapi dalam implementasinya, Bank Syariah menetapkan nilai yang berbeda, dari segi prinsip syariah (apakah uang yang ditransaksikan nasabah halal atau tidak), dan juga dari segi pembagian hasil, Bank Syariah tidak seperti bank konvensional yang biasanya meningkatkan nilai uang nasabah dengan memberikan bunga, tetapi Bank Syariah membagi hasil keuntungan perusahaan dengan nasabah.
Nasabah yang bertransaksi simpan pinjam di syariah memiliki tujuan yang jelas misalnya untuk membeli tanah, tabungan untuk nikah, atau untuk naik haji/umroh. Kita mungkin pernah mendengar pengertian Bank Syariah sebagai bank yang melayani dengan menjalankan aktivitas yang sesuai dengan syariat islam, namun dalam pelaksanaan, sebenarnya Bank Syariah tidak mengkhususkan / mempersyaratkan nasabahnya harus beragama muslim.
Bank Syariah terbuka bagi semua agama, dengan syarat uang hasil nasabah yang akan dititipkan ke Bank Syariah adalah halal. Bukan dari hasil usaha penjualan minuman keras, hasil judi, trafficking, apalagi uang hasil curian. Pihak Bank Syariah akan melakukan proses identifikasi yang ketat untuk memastikan bahwa uang nasabah tidak mengandung hal- hal yang bersifat melenceng dari nilai keagamaan.
BANK KONVENSIONAL BANK SYARIAH
Uang nasabah dipastikan jumlahnya sama ketika nasabah menyetor dana, sampai ketika nasabah ingin mengambil. Anggaran dari tahun ke tahun tetap.
Uang tidak akan dikenakan administrasi lain-lain yang menyebabkan perubahan nilai, kecuali jika perusahaan membagi hasil keuntungan dengan nasabah.
Bank Konvensional menerima uang nasabah, terlepas dari apapun tujuan mereka.
Bank Syariah memberikan kepastian dalam berinvestasi, jugakepastian dari sumber dana. Segala sesuatunya harus jelas tujuan dan latar belakangnya.
Melayani nasabah dan uangnya yang dari sumber dana
manapun
Melayani nasabah dengan mempertimbangkan sumber dana nasabah tersebut halal atau tidak.
Proses identifikasi identitas nasabah lebih toleran
Proses identifikasi identitas nasabah yang ketat, mulai dari mana asal uang nasabah, apa pekerjaan nasabah, apakah nasabah baik- baik saja dengan hal- hal terkait pajak. Selain itu, Bank Syariah juga memiliki sistem dan produk yang berbeda dari bank konvensional yang akan dibahas dalam poin selanjutnya.
2.2 Bank BRI Syariah Kantor Cabang Manado
2.2.1 Berdirinya Kantor Cabang BRI Syariah di Manado
BRI Syariah di kota Manado ada di stand yang beralamatkan di Kawasan Manado Town Square (Mantos) Jl. Piere Tendean Kec. Sario Manado. Stand ini dibangun pada bulan April 2013 dan resmi dibuka pada tanggal 1 Mei 2013. Jadi, sampai saat ini, BRI Syariah di Manado telah melayani transaksi nasabah dengan prinsip Syariah selama 3 tahun.
Tabungan Simpel (Simpanan Pelajar), yang dikhususkan bagi pelajar, bahkan anak yang masih belajar di Taman Kanak-kanak pun sudah diperbolehkan membuka tabungan, lewat tabungan simple ini, dengan setoran awal Rp 1000,-dan tidak dikenakan biaya, namun batas penarikan Rp 500.000,-/hari. Biasanya bank konvensional jarang menawarkan produk seperti ini karena dinilai kurang profitable.
Tabungan Haji, bahkan anak-anak di bawah umur 17 tahun pun sudah diperbolehkan membuka tabungan.
Internet Banking BRIS, yaitu fasilitas layanan transaksi perbankan melalui jaringan internet yang dapat diakses 24 jam, kapan dan dimanapun nasabah berada menggunakan Personal Computer, Laptob, Notebook, dan media lainnya. Kartu BRIS, yang menyediakan layanan transaksi gratis dan mudah di semua
mesin ATM. Produk pembiayaan:
KPR BRISyariah iB, yang membantu nasabah memenuhi keperluannya seperti pembelian rumah,apartemen, ruko, tanah, pembangunan, serta renovasi.
KKB iB, yang membantu nasabah memenuhi keperluannya akan kendaraan baru maupun bekas pakai, dengan bebas menentukan pilihan merk.
Kepemilikan Multiguna Purna BRISyariah iB, yaitu produk pembiayaan dengan prinsip Syariah yang diberikan kepada pensiunan dengan menggunakan akad murabahah (jual beli) dengan angsuran tetap sampai akhir masa pembiayaan.
Giro iB, yang memudahkan transaksi perbankan bagi nasabah pebisnis dalam melakukan bisnis (transaksi bisnis).
2.2.3 Sistem Transaksi Syariah dan Keuntungan Bank
2.2.3.1 Aktivitas Akat dan Pembiayaan di BRI Syariah
Syariah membedakan menjadi dua jenis yaitu pembiayaan yang bersifat produktif dan pembiayaan yang bersifat konsumtif:
Pembiayaan bersifat produktif, berupa pembiayaan modal kerja dan investasi. Contoh dari pembiayaan modal kerja ini sendiri,misalnya, nasabah memiliki usaha sembako dan ingin menambah stok barang.
Contoh dari pembiayaan produktif bersifat investasi, misalnya, nasabah telah memiliki stok yang banyak, namun ia membutuhkan mesin atau kendaraan untuk pendistribusian barang.
Pembiayaan bersifat konsumtif, berada diluar pembiayaan yang sifatnya produktif, yaitu ketika nasabah ingin membelanjakan sesuatu yang tidak menghasilkan biaya atau profit dari objek yang dibelanjakan tersebut.
Contohnya, nasabah memerlukan pembiayaan untuk biaya pernikahan, membeli rumah,mobil, dan sejenisnya.
Bank BRI Syariah khususnya mengharuskan nasabah memiliki tujuan yang jelas dalam mengelola dananya. Perjanjian awal yang berisi tujuan nasabah inilah yang disebut dengan akat. Akat harus jelas.
Contohnya, nasabah dari awal melakukan pembiayaan untuk investasi membeli mesin merk Fruel Package yang harganya 100 juta, maka dari awal, pihak bank telah menetapkan skema untuk pembelian mesin dengan harga 100 juta, dengan spesifikasi merk mesin (tujuan jelas), jadi pembiayaannya 100 juta, dengan catatan, tidak kurang maupun lebih dari 100 juta itu.
2.2.3.2 Segmentasi Pembiayaan
1) Segmentasi pembiayaan mikro (pembiayaan < Rp 500.000.000)
2) Segmentasi pembiayaan riitel (pembiayaan Rp 500 juta – Rp 5 milyar)
3) Segmentasi pembiayaan komersil (pembiayaan Rp 5 milyar – batas maksimum pemberian kredit)
Catatan : Batas maksimum pemberian kredit adalah hasil perumusan nilai dari suatu bank.
2.2.3.3 Angsuran Dana Oleh Nasabah dan Keuntungan Bank
Angsuran adalah istilah biaya yang dicicil oleh nasabah untuk mencapai jumlah/tujuan tertentu, dengan menyetor dana secara periodik terhadap pihak bank. Angsuran biaya ditetapkan di awal, dan tidak mendukung terjadinya floating (mengikuti suku bunga).
Angsuran dilakukan ketika nasabah ingin membeli rumah kepada pihak Developer, dengan diwakilkan oleh bank. Jadi, nasabah tidak dapat langsung membeli rumah tanpa rumah itu menjadi milik bank terlebih dahulu, dan bank tidak mungkin menjadi developer yang menyediakan stok perumahan sendiri yang akan dijual ke nasabah yang ingin membeli rumah. Jadi, bank bekerja sama dengan perusahaan real estate, lalu ada nasabah yang ingin membeli rumah, setelah rumah tersebut diwakilkan untuk membeli rumah tersebut menjadi milik bank, lalu bank berjual beli dengan nasabah.
Rumah Bank Nasabah Catatan : dari aktivitas jual beli seperti ini, Bank mendapatkan keuntungan yang disebut margin, dengan menjadi pihak diantara developer yang menjual dan nasabah yang membeli.
Sebagai Contoh, KPR ingin membeli rumah di GPI dengan harga 200 juta, angsurannya adalah Rp 3.500.000,- selama se-tahun. Artinya, dari awal sampai 15 tahun yang akan datang, pembayaran angsurannya tetap Rp 3.500.000,- , tidak mengikuti suku bunga, karena di perbankan syariah tidak mengacu kepada kebijakan suku bunga oleh Bank Indonesia.
Jika di Bank Konvensional biaya angsuran selalu berubah mengikuti perubahan suku bunga, lain halnya dengan perbankan Syariah yang menetapkan margin (keuntungan Bank).
Contoh, telah disebutkan pada akat di awal, bahwa biaya rumah 200 juta, margin/keuntungan bank = 75 juta. sehingga, harga jual = 200 juta + 75 juta = 275 juta. Kalau nasabah menyetujui,
nasabah dapat menandatangai surat perjanjian (dilampirkan di halaman lampiran). Setelah ini, pihak bank dapat berjual beli dengan pihak nasabah.
Hal penting mengapa perbankan Syariah, khususnya BRI Syariah melakukan sistem jual beli seperti ini, yaitu kejelasan/kepastian nilai angsuran, karena perbankan Syariah menganut nilai sah tidaknya suatu transaksi itu dilakukan. Perubahan pada nilai angsuran, contohnya meminta nasabah membayar lebih karena setelah tahun ke-3 dana pembelian rumah jadi berkurang karena dikenakan bunga, transaksi jual beli itu menjadi transaksi yang tidak sah.
Bagaimana jika terjadi biaya angsuran yang berubah, ketika transaksi itu tidak lagi sah? Ketika terjadi seperti ini, keuntungan yang didapatkan bank dari hasil transaksi yang tidak sah itu, tidak diperkenankan untuk menjadi milik bank. Jadi kemana uang itu akan dipergunakan? Dana itu akan disalurkan ke dana CSR (Corporate Social Responsibility/ kegiatan social, mis.donor darah).
Alasan kenapa dana itu tidak dapat menjadi milik perusahaan, karena :
Dari aspek syariah, tidak memperbolehkan terjadinya transaksi yang tidak sah Dari aspek audit, mendeteksi sesuatu yang salah telah terjadi, dan pasti ada pihak
yang dapat dipersalahkan dalam proses transaksi tersebut.
2.2.4 Sistem Bagi Hasil yang Dilakukan BRI Syariah dan Keuntungan Bank
Bank memiliki 2 operasional yang penting, yaitu pendanaan dan pembiayaan. Pendanaan, Bank menghimpun dana (cost of fund) dari pihak surplus (masyarakat yang punya dana) yang nantinya bank akan membagi hasil dengan masyarakat tersebut. Dana yang terkumpul tersebut disalurkan bank ke pembiayaan.
Contohnya, nilai bagi hasil yang kita berikan ke masyarakat itu 6 %. Penyaluran ke pembiayaan adalah 12%. Jadi, Bank memiliki keuntungan, paling tidak 6%. Dikurangi dengan biaya overhead cost (biaya tenaga kerja, biaya listrik).
2.2.5 Pihak yang mengawasi jalannya aktivitas Bank BRI Syariah Ada 2 badan pengawas utama yang mengawasi aktivitas dan kinerja Bank Syariah:
Dewan Pengawas Syariah
Pihak yang mengatur pengawasan dari sisi operasional bank Syariah dan aturan regulator.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Badan pengawas keuangan Bank Syariah maupun Konvensional.
Selain itu, pihak-pihak yang mempunyai fungsi pengawasan aliran dana dan penyelesaian kasus mencurigakan, ada :
Pusat Informasi Kajian Transaksi Keuangan (PIKTK)
Pihak yang mengawasi transaksi keuangan yang terjadi. Pihak PIKTK dapat mendeteksi suatu transaksi yang mencurigakan walaupun sedikit saja, karena pusat informasi dapat melacar aliran dana yang terjadi.
Contohnya, seorang PNS yang memiliki uang milyaran rupiah sedangkan ia tidak memiliki usaha besar manapun selain profesinya sebagi PNS. Kasus seperti ini memiliki berbagai macam latar belakang yang patut untuk dicurigai.
Suspicious Transaction
Ketika terjadi suatu kasus mencurigakan yang dilacak oleh PIKTK, disinilah peran pihak Suspicious Transaction, yaitu untuk memproses dan menanyakan kepastian dari berbagai pihak terkait, untuk penyelesaian masalah.
2.2.6 Syarat menjadi nasabah di Bank BRI Syariah
Nasabah yang ingin mendapat layanan pembiayaan dari bank harus memiliki jaminan, yang menjamin ia dapat meng-cover ansurannya, atau second way out (jalan keluar kedua) ketika yang bersangkutan tidak dapat lagi menagih surat angsurannya. Jaminan itu berfungsi untuk meyakinkan bank memberikan pembiayaan, sebab bank harus selektif agar tidak merugikan pihak bank sendiri maupun menjadi bermasalah dengan hukum.
Contohnya, nasabah ingin melakukan pembelian rumah, pihak bank harus menganalisis apakah melalui identitas dan latar belakang sumber dana nasabah (membuka les privat), kemampuan membayar, dan surat jaminan. Setelah melalui proses analisis oleh pihak bank, ternyata permintaan nasabah ditolak. Secara kapasitas, angsuran nasabah Rp 3.500.000,-, penghasilan nasabah Rp 3.600.000,-. Secara nilai, nasabah dapat melunasi angsuran per periode, tetapi pihak bank mengkhawatirkan biaya-biaya lain yang perlu untuk digunakan oleh nasabah, dan akhirnya berujung pada, nasabah tidak bisa meng-cover angsurannya.
Ketika nasabah pembiayaan tidak memenuhi syarat, proses pembagian hasil kepada nasabah pendanaan akan terhambat. Karena itulah pihak bank harus selektif dan ketat dalam menilai nasabah.
Nasabah yang ingin menyimpan uangnya di bank juga tidak serta- merta diterima oleh pihak bank Syariah. Pihak bank akan meneliti dari mana asal dananya, apakah profesi nasabah memungkinkan ia mencapai dana dengan suatu nilai tertentu, apakah usaha yang dilakukan nasabah halal atau tidak.
Contohnya, nasabah ingin menyimpan uang di bank senilai 7 milyar, dan diketahui ternyata dana itu memang dihasilkan dari usaha nasabah. Setelah diteliti lagi, ternyata uang itu merupakan hasil dari usaha penjualan minuman keras. Maka pihak bank tidak bisa menerima permintaan nasabah untuk menyimpan uangnya di Bank Syariah.
2.2.7 Program-program yang Dilakukan BRI Syariah
2.2.7.1 Program Sosialisasi dan Cabang BRI Syariah lainnya di Manado BRI Syariah selalu melakukan sosialisasi, biasanya dilakukan di akhir pekan (sabtu/minggu). Salah satu contoh sosialisasi yang dilakukan baru-baru ini, sabtu, 27 Agustus 2016, pengenalan produk yang berkaitan dengan naik haji.
Program lainnya yang dilakukan BRI Syariah adalah Sosialisasi produk, misalnya Mobile Banking, yaitu fasilitas layanan transaksi perbankan melalui media mobile, PC, Labtob, Note Book atau PDA.
Pegawai Bank BRI Syariah telah menyelenggarakan produk “Tabungan Simple” di beberapa SD di Bailang, Tuminting, dan beberapa daerah lainnya di Sulawesi Utara. Menurut pihak Bank Syariah, Manado merupakan daerah yang potensial untuk prospek Bank Syariah.
Bank BRI Syariah sendiri memiliki cabang di daerah Bitung, dalam posisi Outlet (pembiayaan non mikro).
2.2.7.2 Standar/aturan Kepegawaian
Secara substansial, pegawai yang bekerja di kantor BRI Syariah memiliki standar/aturan/acuan kesopanan. Dalam hal berbusana, pegawai harus menggunakan pakaian yang formal,rapid an sopan. Perempuan diwajibkan memakai celana atau rok yang panjang, dan perempuan yang muslim dianjurkan berhijab.
Contoh 1, seorang mahasiswa memiliki uang 100 juta yang ingin disimpan di bank. Pihak bank akan menanyakan dari mana asalnya uang dengan jumlah tersebut. Ternyata, uang itu adalah hasil penjualan tanah dari orang tuanya yang kemudian diberikan kepada anak-anaknya. berarti, ada alasan yang masuk akal.
Contoh 2, tiba-tiba saja uang itu ingin diambil kembali semuanya. Costumer Service akan meminta nasabah bersangkutan untuk menandatangi suatu dokumen. Costumer Service akan meneliti ulang tanda tangan yang pernah beberapa kali ditandatangani dan terlihat sama. Ketika ternyata, terdeteksi adanya perbadaan/kejanggalan pada garis/tarikan tertentu pada tanda tangan, nasabah akan ditanyai. Ketika diinterogasi dan nasabah tidak dapat menjawab, berarti memang harus dicurigai.
Tidak hanya teliti dan ketat terhadap hal- hal mencurigakan, seorang pegawai bank Syariah harus peka dengan tujuan nasabah.
Contohnya, ketika form tujuan yang diberikan Costumer Service untuk diisi oleh nasabah, tertulis : “untuk transaksi bisnis ke luar negeri”. Berarti ada potensi untuk ditawarkan pembiayaan. Data inilah yang kemudian CS berikan ke bagian marketing (ada bagian operasional, bisnis, dan support)
2.2.8 Permasalahan Nasabah yang biasanya terjadi di Bank BRI Syariah Manado Dalam hal pemilihan bank :
Nasabah yang ingin kepastian akan cenderung memilih menabung di Bank Syariah
Biasanya ada nasabah yang kemudian beralih ke Bank Syariah ketika angsuran di Bank Konvensional menjadi lebih mahal. Contohnya: Produk KPR (seperti penjelasan sebelumnya)
Masalah yang berkaitan dengan layanan :
Jaringan ATM error karena maintenance akhir bulan
Masalah Pendanaan dan Pembiayaan:
Legalitas palsu (KTP yang bukan milik nasabah)
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Bank Syariah bersifat universal, yang menerima nasabah dengan latar belakang agama manapun, namun Bank Syariah memiliki prinsip Syariah, salah satunya adalah menghimpun dana dari sektor-sektor usaha yang bertentangan dengan nilai yang menjadi prinsip Syariah. Jika pihak pengawas bank Syariah menemukan adanya pelanggaran nilai Syariah, maka pihak bank yang terkait akan dikenakan konsekuensi, konsekuensi dengan Yang Maha Kuasa, juga konsekuensi dengan pihak pengawas.
Bank Syariah BRI memiliki 2 operasional yang penting, yaitu pendanaan dan pembiayaan. Pendanaan, Bank menghimpun dana (cost of fund) dari pihak surplus (masyarakat yang punya dana) yang nantinya bank akan membagi hasil dengan masyarakat tersebut. Dana yang terkumpul tersebut disalurkan bank ke pembiayaan.
Nasabah yang berada diposisi pendanaan, tidak mendapatkan bunga bank, melainkan pembagian hasil yang diberikan oleh pihak bank dari keuntungan yang didapatkan perusahaan. Sistem ini memberikan kepastian jumlah, waktu, dan tujuan yang tidak berubah-ubah seperti halnya bank Konvensional yang mengalami naik turun nominal seiring dengan berubahnya suku bunga kebijakan BI. Bank Syariah tidak tergantung pada kebijakan Bank Indonesia.
Keuntungan bagi pihak bank, didapatkan dari pembiayaan nasabah. Ketika nasabah menggunakan suatu produk bank untuk suatu tujuan tertentu, nasabah akan menyetor angsuran secara rutin per periode, dimana angsuran tersebut telah termasuk dengan margin (keuntungan bagi bank) yang telah ditetapkan perusahaan. Jadi, kedua pihak baik nasabah dan bank tetap diuntungkan dengan adanya kepastian jumlah bagi kenyamanan nasabah, dan kepastian margin (keuntungan) yang didapatkan oleh pihak bank.
LAMPIRAN