• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Bab

5.

KERANGKA STRATEGI

PEMBIAYAAN

INFRASTRUKTUR BIDANG

CIPTA KARYA

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.

Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah,

diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi

pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.

Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan

pembangunan bidang Cipta Karya,

b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat

dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

(2)

5.1. ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah:

Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana

Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatankhusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah:

Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75%

(3)

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang

bersumber dari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan

persetujuan DPRD.

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah

dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis

Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

- Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

- kerawanan sanitasi;

(4)

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non

Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang

diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2JM bidan Cipta Karya meliputi:

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada

Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)

dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk

pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama

(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah

dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada.Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

5.2. PROFIL APBD KOTA PADANGSIDIMPUAN

Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

(5)

Tabel 5.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

21614811 23682308 23682308 58725450 67740793

Dana

95053956 116420452 156187037

Total Penerimaan

540468368 1234804990 772413224

Sumber: BPS Kota Padangsidimpuan,2016

Tabel 5.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

BELANJA DAERAH Tahun 2011

Total Belanja 463.524.730 527.246.070 527.246.070 670.016.493 795.676.473

(6)

5.3. PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.

5.3.1.Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari

APBN dalam 5 Tahun

Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011).

Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

Tabel 5.3. Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir

Sumber: Profil Cipta Karya, 2011-2015

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi.DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat.

(7)

Tabel 5.4. Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir

SEKTOR Tahun 2011

Tahun 2012

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

DAK Air Minum 677.300 707.480 1.058.900 1.312.770 1.991.120

DAK Sanitasi 624.000 784.890 662.840 1.104550 1.781.430

Sumber: Profil Cipta Karya, 2011-2015

5.3.2.Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya

dalam 5 tahun

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah.Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan.Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.

Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia.Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.

5.3.3.Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari

Swasta

(8)

5.4.PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan

pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

5.4.1.Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Dalam melakukan proyeksi APBD 5 tahun ke depan, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan. Setiap pos

pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% pertumbuhan = Y0-Y-1 Y-1 – Y-2

100% + 100% : 2

y-1 Y-2

Keterangan: Y0 = Nilai tahun ini

Y-1 = Nilai 1 tahun sebelumnya

Y-2 = Nilai 2tahun sebelumnya

Dalam menentukan persentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang terdiri dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH) dan Lain-lain pendapatan yang sah.

2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan stelah

diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada 5 tahun ke depan dengan menggunakan rumus proyeksi geometris sebagai berikut:

Yn = Y0 1 + r n

Keterangan Yn = Nilai pada tahun n r = % pertumbuhan

Y0 = nilai pada tahun ini n = tahun ke n (1-5)

3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung

(9)

kapasitas daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk Bidang Cipta Karya dalam lima tahun kedepan.

5.4.2.Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business plan.

5.4.3.Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya

Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta.

5.5.ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI

PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

5.5.1.Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPI2JM bidang Cipta Karya dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan.

5.5.2.Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

(10)

Contents

5.1.

ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

... 2

5.2.

PROFIL APBD KOTA PADANGSIDIMPUAN

... 4

5.3.

PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

... 6

5.3.1.

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari

APBN dalam

6

5 Tahun

...

Error! Bookmark not defined.

(11)

5.3.3.

Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya

dalam 5 tahun

... 7

5.3.4.

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari

Swasta

7

5.4.

PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA

... 8

5.4.1.

Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

... 8

5.4.2.

Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

... 9

5.4.3.

Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya

... 9

5.5.

ANALISIS

KETERPADUAN

STRATEGI

PENINGKATAN

INVESTASI

PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

... 9

5.5.1.

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

... 9

Gambar

Tabel 5.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 5.3.   Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam
Tabel 5.4. Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di

Referensi

Dokumen terkait

Kecepatan rencana (VR), pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-kendaraan

Dengan demikian empati akan berpengaruh pada intensi prososial pada anak-anak di panti asuhan dengan sumbangan efektif sebesar 3 7% dan 63% dari faktor-faktor yang

Untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro komponen yang berpengaruh pada performance pembangkitnya adalah turbin. Desain turbin sangat besar pengaruhnya terhadap

Untuk memperoleh data tentang kinerja manajemen kepala sekolah, kinerja mengajar guru dan motivasi belajar siswa maka digunakan angket terstruktur dengan lebih dahulu

 Menentukan Energi Ikatan rata- rata 3.Memahami kinetika reaksi, kesetimbanga n kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruh inya, serta penerapannya dalam kehidupan

UP B/L Output SKPD PELAKSANA Indikator Volume Lokasi APBD Kab/Kota APBN K/L APBD Prop Dana Rp D/TP/DA K SKPD Rp Hal 13 /26 Keterangan Perkebunan barang tersebut 24 Unit Desa

Kebijakan kegiatan litbang secara langsung harus mendukung perwujudan dari upaya-upaya pemenuhan hak dasar masyarakat, yang meliputi ketersediaan dan kemudahan akses

BADAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN SRAGEN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KEPALA SEKRETARIAT SUB BAGIAN PERENCANAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN