• Tidak ada hasil yang ditemukan

REMAJA DAN TEKNOLOGI REMAJA DAN TEKNOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REMAJA DAN TEKNOLOGI REMAJA DAN TEKNOLOGI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

REMAJA DAN TEKNOLOGI

Ellen Juita Gultom, M.Ed

Anak-anak dan remaja kini telah terbiasa menjalankan berbagai aktivitas

kehidupannya dengan perangkat teknologi, baik komputer maupun perangkat pintar lainnya. Penggunaan teknologi pun sudah umum bagi semua kelas ekonomi baik rendah maupun tinggi. Bak pisau bermata dua, teknologi juga punya sisi negatif dan positif. Lalu

bagaimanakah melindungi anak dari dampak negatif yang disebabkan penggunaan gadget? Unicef dan Kemenkominfo pada tahun 2014 menyebutkan setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna internet, di mana 80% responden menggunakan internet untuk mencari data dan informasi, 70% untuk bertemu teman online melalui platform media sosial, 65% untuk musik, dan 39% untuk situs video. 24%

berinteraksi dengan orang yang tidak dikenal dan 25% memberitahukan alamat dan nomor telepon mereka. 52% menemukan konten pornografi melalui iklan atau situs yang tidak mencurigakan dan 14% mengakui telah mengakses situs porno secara sukarela. Hanya 42% responden yang menyadari risiko dibuli secara online dan 13% di antaranya telah menjadi korban. Dan dipastikan seluruh angka diatas sudah bertambah jumlahnya pada saat ini.

Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak sisi positif dari teknologi digital ini, antara lain: Membantu proses belajar, membangun kreativitas, mempermudah komunikasi, mendorong pertumbuhan usaha, memfasilitasi layanan publik, bahkan dengan mudah dan cepat dapat menghimpun beragam gerakan sosial. Teknologi memudahkan dan mempercepat segalanya. Namun, sisi negatif dari teknologi pun tak kalah banyaknya, antara lain:

1. Menurunnya prestasi belajar karena penggunaan yang berlebihan

2. Membatasi aktivitas fisik yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak

3. Perkembangan keterampilan sosial dan bahasa anak yang terhambat karena sudah dikenalkan dengan gadget dini (terutama usia di bawah 2 tahun)

4. Perkembangan otak tidak maksimal karena stimulasi perkembangan tidak balance

(2)

6. Masalah konsentrasi

7. Masalah tidur, jumlah waktu tidur dan kualitas tidur yang kurang (akibat isi dari tontonan)

8. Tidak ada privacy, memungkinkan pengambilan data pribadi, predator anak, cyber bullying, dll

9. Masalah pornografi, kekerasan, atau penanaman nilai negatif

Bila tidak dikontrol sejak dini, anak – anak maupun remaja bisa kecanduan. Dan itulah yang menjadi masalah hampir disetiap rumah tangga pada saat ini. Banyak orang tua menjadi frustasi dan tidak tahu lagi berbuat apa mengatasi kecanduan gadget pada anak – anak mereka. Adapun penyebab dari kecanduan pada anak – anak dan remaja adalah karena bagian otak anak yang bernama prefrontal korteks belum berkembang optimal, di mana bagian ini baru berkembang optimal pada usia 25 tahun. Bagian ini menjalankan fungsi perencanaan, penilaian, baik-buruk/norma sosial, pertimbangan konsekuensi, pengambilan keputusan, bekerja mengacu pada tujuan, memprediksi hasil, dan mengendalikan keinginan. Teknologi/gadget seringkali memberikan efek rewarding yang membuat cairan dopamin membanjiri bagian ini sehingga fungsinya terganggu.

Berikut adalah tanda-tanda kecanduan teknologi pada anak dan remaja:

1. Ledakan emosi jika dipisahkan dari gadget

2. Tidak tertarik pada aktivitas non-gadget

3. Prestasi menurun

4. Enggan bersosialisasi karena lebih tertarik pada gadget

5. Rutinitas terganggu (pola makan, minum, tidur, ke kamar mandi, dll)

6. Berbohong mengenai penggunaan gadget

7. Topik pembicaraan hanya seputar gadget

(3)

Jangan langsung panik lalu mulai marah – marah dan menyalahkan anak. Langkah pertama adalah dengan mencoba memahami dunia remaja maupun anak adalah dengan melebur dan ikut masuk ke dalam dunia atau aktivitas mereka. Di era internet dengan gadget yang sudah menjadi kebutuhan, jadi, orang tua harus memantau aktivitas apa saja yang dilakukan anak – anak dengan gadget mereka.

Lalu berikutnya yang harus kita lakukan adalah: Hidup Seimbang dan Menjadi Orang Tua yang Hangat, Ahli, dan Playful sehingga Mudah Menanamkan Nilai Positif.

(1) Hidup Seimbang maksudnya adanya sinergi dan keseimbangan peran pengasuhan antara ibu dan ayah. Kemudian orang tua menjadi role model yang "seimbang" baik dalam hal pekerjaan-keluarga, penggunaan teknologi vs non teknologi, dll. Dan usahakan jenis aktivitas bersama keluarga seimbang. Bila orang tua sudah menunjukkan pada anak – anak mereka usaha mereka membatasi penggunaan gadget maka anak – anakpun akan serta merta mengikutinya.

(2) Menjadi Orang Tua yang Hangat adalah orangtua yang memberi rasa nyaman tanpa kekerasan: baik kekerasan fisik, emosional, verbal, seksual, pengabaian. Lalu orangtua mengekspresikan rasa kasih sayang secara fisik seperti : belaian, peluk, cium, tepukan ringan pada punggung/kepala, dll. Yang berikutnya adalah memiliki komunikasi positif dengan anak agar anak merasa dihargai, dipahami, dan diperlakukan secara adil, sehingga terbentuklah pribadi yang positif. Komunikasi positif ini meliputi:

- Berkata jujur namun asertif

- Memperhatikan volume, intonasi, dan ekspresi wajah

- Menghindari penilaian, menggantinya dengan observasi perilaku

- Memperlakukan setiap anak secara unik, tidak membandingkan

- Menghindari perintah, menggantinya dengan alasan atas suatu aturan dan pilihan

- Mengganti nasihat dengan refleksi pengalaman orang tua

(4)

(3) Menjadi Orang Tua yang Ahli berarti ahli tentang anak kita, yaitu memahami kebiasaan, sifat, dan kemampuannya. Orangtua juga haruslah menjadi ahli agama, yaitu memahami ajaran agama, mengajarkan, dan menerapkan dalam rutinitas. Menjadi ahli parenting, yaitu belajar terus cara mengasuh anak yang tepat dan perkembangan anak di masanya. Dan akhirnya menjadi ahli teknologi, terutama tentang teknologi yang biasa digunakan oleh anak atau anak kebanyakan di range usianya

(4) Menjadi Orang Tua yang Playful maksudnya adalah mencari tahu hobi, minat, topik, atau aktivitas kesukaan anak, aktif browsing mengenai aktivitas terkait, melakukan bersama anak aktivitas tersebut, dan menjadi teman yang asyik dan saling menghargai

(5) Menanamkan Nilai Positif yakni : 1. berusaha mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak dan memiliki prinsip agar tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif

lingkungan. Caranya adalah dengan sering mengajak anak kita berdiskusi tentang hal positif dan negatif beserta alasan dan bukti konkrit kasus nyata, memberi kesempatan pada anak untuk beropini dan menghargai pendapatnya, melatih anak mengambil keputusan dengan melakukan pertimbangan sesuai usia, dan terbuka akan kritik. 2. Mengembangkan rasa tanggung jawab pada anak, agar ia mempertimbangkan dengan matang suatu tindakan sebelum mengambilnya dan mau menerima konsekuensi agar ada "guilty feeling" ketika melakukan kesalahan. Caranya adalah dengan mengajarkan dan memberi kesempatan pada anak untuk melakukan tugas-tugasnya secara mandiri, memberikan tugas rumah tangga sesuai usia, tidak mengambil alih tugas atau kesalahan, menganggap kesalahan sebagai peluang untuk belajar, dan mau mengakui jika orang tua melakukan kesalahan.

3. Menerapkan nilai mendasar secara rutin di rumah (contoh: nilai-nilai agama).

4. Mendorong anak untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya dalam kegiatan non gadget.

5. Latih anak untuk memiliki penguasaan diri ( self-control ) untuk mampu memerintah diri sendiri kapan saatnya berhenti menggunakan gadget walau saat tanpa pengawasan orangtua.

6. Membuat kesepakatan dalam penggunaan gadget:

(5)

- Apa yang saling diharapkan

- Buat kesepakatan aturan apa yang boleh dan tidak boleh, berapa lama, dll. Buat secara spesifik/konkrit dan tertulis. Termasuk konsekuensi jika dilanggar.

- Pastikan anak paham, review secara berkala aturan dan apresiasi

Adapun penanaman nilai yang dapat diatur dalam kesepakatan contohnya sebagai berikut :

- Letak perangkat komputer/penggunaan handphone orang tua oleh anak hanya di ruang tengah

- Maksimal screen time 2 jam sehari, termasuk menonton televisi

- Ajari anak menghargai diri sendiri dan orang lain, termasuk menjaga area pribadi

- Bagaimana membedakan orang asing, teman, sahabat, dan saudara, serta data apa saja yang dapat diberikan kepada orang lain

- Jelaskan dampak negatif aplikasi tertentu dengan bahasa yang mudah dipahami anak (contoh kasus konkrit)

- Buat list website apa yang boleh atau tidak boleh diakses

- Jika perlu, gunakan aplikasi handphone yang dapat membatasi pemakaian anak atas situs-situs yang dapat memberi dampak negatif. Contoh: Kakatu, Norton Family Parental Control, Kids Place-Parental Control, dll.

(6)

Referensi :

Rifi Zahra. 2016. Tantangan Mendidik Anak di Era Digital. ( diunduh 2 Oktober 2016 ).

Referensi

Dokumen terkait

➢ Bering muktamad hendaklah dilaraskan kepada 10” terhampir; Garisan yang telah diterima sebagai garisan bering akui hendaklah dicatat singkatan perkataan “DgnMh BgAk” atau

Menurut Sugiantari (2016) Idealisme sikap perilaku seseorang untuk tidak melanggar nilai-nilai etika yang menimbulkan kerugian dimana seseorang percaya bahwa

Kelainan pada lensa dapat berupa kekeruhan lensa yang disebut katarak, katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah kelahiran

Penelitian ini menggunakan berbagai pendekatan model karena untuk menentukan model kinetika yang cocok untuk proses adsorpsi Au(III) oleh adsorben kulit mangga

Hasil dari analisis uji anova menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata diameter zona hambatan pada kesembilan kelompok perlakuan adalah signifikasn dengan α <

Listrik Aliran Atas atau LAA adalah suatu sistem yang terdiri dari gardu traksi dan jaringan katenari yang berfungsi untuk menyalurkan daya dari sumber ke

Daerah proyek yang keadaan lapanganya atau pada tempat – tempat lokasi bangunan yang masih berupa hutan, maka sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, agar terlebih

Provinsi Lampung merupakan salah satu wilayah penghasil udang terbesar di Indonesia. Rata-rata produksi dan konsumsi udang Lampung cenderung mengalami