• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LARUTAN EKSTRAK BUNGA MATAHARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH LARUTAN EKSTRAK BUNGA MATAHARI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LARUTAN EKSTRAK BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.) PADA PERKECAMBAHAN GULMA DAN TANAMAN BUDIDAYA

Mohammad Cholid

Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat

ABSTRAK

Bunga matahari (Helianthus annuus L.) memiliki sifat alelopati terhadap tanaman, tetapi sedikit informasi mengenai penghambatan/simulasi pada beberapa gulma utama dan tanaman budidaya. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh larutan ekstrak dari berbagai bagian tanaman bunga matahari, dan konsentrasi larutan ekstrak dari daun bunga matahari terhadap perkecambahan gulma Rottboellia cochinchinensis (Lour)W.D. Clayton,Echinochloa glabrescens Munro ex Hook.f., dan Ludwigia octovalvis (Jacq.) Raven, serta tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.), dan padi (Oryza sativa L.). Penelitian ini terdiri dari 2 set kegiatan yaitu: (1) mengevaluasi pengaruh larutan ekstrak dari berbagai bagian tanaman bunga matahari; dan (2) konsentrasi larutan ekstrak dari daun bunga matahari. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, dengan 3 ulangan. Perlakuan percobaan pengaruh larutan ekstrak dari berbagai bagian tanaman bunga matahari terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah spesies tanaman/gulma yaitu: padi, kacang hijau, Rottboellia. Cochinchinensis, Echinochloa glabrescens, dan Ludwigia octovalvis. Faktor kedua adalah larutan ekstrak pada berbagai bagian tanaman bunga matahari yaitu: air (kontrol), akar, batang, dan daun. Perlakuan percobaan konsentrasi larutan ekstrak dari daun bunga matahari juga terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah spesies tanaman dan gulma yaitu seperti pada percobaan (1). Faktor kedua adalah konsentrasi larutan ekstrak daun bunga matahari yaitu: 0 (g/ml) (air destilasi), 3,125x10-2 (g/ml), 6,250x10-2 (g/ml), 12,500x10-2 (g/ml). Hasil percobaan pengaruh larutan ekstrak dari berbagai bagian tanaman bunga matahari menunjukkan bahwa larutan ekstrak daun bunga matahari menghambat perkecambahan, pertumbuhan tunas dan akar dari semua tanaman yang diuji. Derajat penghambatan secara berurutan yaitu Ludwigia octovalvis, Rottboellia. Cochinchinensis, Echinochloa glabrescens dan padi, sedang pada kacang hijau tidak terjadi penghambatan. Hasil percobaan konsentrasi larutan ekstrak dari daun bunga matahari menunjukkan perkecambahan, pertumbuhan tunas dan akar akan menurun dengan meningkatkan konsentrasi. Perkecambahan, pertumbuhan tunas dan akar padi lebih sensitif terhadap larutan ekstrak daun bunga matahari dibanding kacang hijau. Diantara spesies gulma, Ludwigia octovalvis perkecambahan dan pertumbuhan paling terhambat diikuti oleh Echinochloa glabrescens, Rottboellia. Cochinchinensis. Dapat disimpulkan bahwa daun dari tanaman bunga matahari efektif untuk mengendalikan gulma

Ludwigia octovalvis, Rottboellia. Cochinchinensis, dengan tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman kacang hijau, serta sedikit penghambatan pada tanaman padi.

(2)

THE EFFECT OF AQUEOUS EXTRACTS OF COMMON SUNFLOWER ( Helianthus annuus L.) ON GERMINATION SELECTED WEEDS AND CROP SPECIES

Common sunflower (Helianthus annuus L.) were found to release allelochemicals, but few information about allelopathic effect of sunflower on major weeds and crops. Therefore this study took into consideration the allelopathic effects of common sunflower through aqueous extract on seed germination of selected weeds and crops. The study aimed to evaluate the effect of aqueous extracts of common sunflower (Helianthus annuus L.) plant parts and the leaf aqueous extracts concentration on the seed germination of itchgrass [Rottboellia. cochinchinensis (Lour)W.D. Clayton], barnyardgrass (Echinochloa glabrescens Munro ex Hook.f.), water purslane [Ludwigia octovalvis (Jacq.) Raven], mungbean (Vigna radiata L.), and rice (Oryza sativa L.). There were two series research activities viz. (1) the effect of aqueous extracts of common sunflower (Helianthus annuus L.) plant parts and (2) the effect of concentration of aqueous extracts of common sunflower (Helianthus annuus L.) leaves. Treatments were replicated three times in a factorial completely randomized design. On study of effect of different parts of common sunflower plant insisted two factors viz. The first factor were species of crops/weeds: rice, mungbean, itchgrass, barnyardgrass, and water purslane. The Second factor were aqueous extracts of common sunflower plant part: kontrol (distilled water), root, stem, and leaf. On study of concentration of aqueous extracts insisted two factors viz. the first factor were species of crops/weeds: rice, mungbean, itchgrass, barnyardgrass, water purslane. The Second factor were concentration of aqueous extract of sunflower leaves: 0 (g/ml) (distilled water), 3,125x10-2 (g/ml), 6,250x10-2 (g/ml), 12,500x10-2 (g/ml).

In the Petri dish experiment, using aqueous extracts of different plant

parts of common sunflower indicated that common sunflower may contain different

levels of inhibitory substances in the different organs of the plant.

Results indicated that leaf extracts of common sunflower significantly reduced germination, and shoot and root growth of all test species, most severely affected was water purslane. The inhibition was in the order of water purslane > itchgrass > barnyardgrass > rice. No inhibition was observed in mungbean. There were significant differences among germination, the shoot and root lengths of test plant at different concentrations of leaf extracts. Germination, shoot and root length of test plant tended to decrease at increasing concentrations of leaf extracts. Rice germination and seedling growth were more sensitive to common sunflower leaf extracts at all concentration levels than those of mungbean. Among the weed species, water purslane was the most inhibited, followed by barnyardgrass, and itchgrass. Leaf extracts inhibited the germination and seedling growth of the crop species much less than those of the weed species. Root was more sensitive than shoot in all test species. Suggesting that the leaf extract affected more the root which is in contact with the leaf extract, than the shoot where contact with the leaf extract was not that much. It may be inferred that common sunflower leaves extract may be used for effective itchgrass and water purslane kontrols, without damaging mungbean and less damaging in rice plants. It may be inferred that common sunflower leaves may be used for effective itchgrass and water purslane kontrols, without damaging mungbean and less damaging in rice plants.

(3)

PENDAHULUAN

Pertanian modern umumnya berorientasi target dan komersil, sehingga dalam

rangka mencapai target produksi tinggi, sejumlah besar herbisida sintetik digunakan

untuk mengendalikan gulma (Batish et Al., 2001). Peningkatan penggunaan herbisida

sintetik menjadi ancaman serius terhadap manusia, ternak, dan lingkungan. Produk

kimia sintetik mungkin telah disaring dengan baik agar penggunaannya aman pada

tanaman tetapi degradasi dari produk bahan kimia ini diserap oleh tanah dan menetap

untuk jangka waktu yang lama. Dalam rangka mempertahankan agro-ekosistem secara

berkelanjutan perlu dicarikan alternative pengelolaan gulma yang ramah terhadap

lingkungan.

Alelopati adalah interaksi secara biokimia antar organisma. Rice (1984)

mendefinisikan alelopati sebagai gangguan antar tumbuhan dimana senyawa kimia

yang dilepaskan oleh satu spesies tumbuhan menghambat atau merangsang

pertumbuhan dari tumbuhan lain. Alelokimia dilaporkan menghambat: (1) pembelahan

sel dan pemanjangan sel; (2) aktivitas induksi hormone terutama oleh auxins dan

gibberellins; ( 3) Aktivitas mediasi-enzim oleh sulfhydryl dan phenyllaninelyase (PAL);

(4) pengambilan mineral; (5) fotosintesis dan respirasi; (6) pembukaan stomata; ( 7)

sintesa protein dan berubah lipid dan metabolisme asam organik; dan ( 8) mengubah

permeabilitas membran (Rice, 1984). Bahan-kimia alami yang bersifat phytotoxic dari

tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai agrokimia untuk mengendalikan gulma (Batish

et al., 2001). Penerapan alelopati dalam sistem pengelolaan gulma dapat dilakukan

dengan memanfaatkan tanaman yang memiliki alelopat dalam rotasi tanaman, yang

diaplikasikan dalam bentuk mulsa dan/atau sebagai tanaman penutup tanah untuk

menekan gulma.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bunga matahari mempunyai sifat

alelopati terhadap beberapa spesies tumbuhan. Serbuk daun dan residu kering bunga

matahari yang yang dicampur dalam tanah, akan menurunkan pertumbuhan gandum,

kedelai dan bunga matahari sendiri (Irons and Burnside, 1982). Larutan ekstrak dari

daun bunga matahari menghambat pertumbuhan dari kecambah sorghum melalui

(4)

Germacranolide yang diisolasi dari bunga matahari dapat menhambat pertumbuhan

dari koleoptil oat (Spring and Hager, 1982).

Sifat penghambatan ini telah diuji terhadap beberapa spesies gulma yaitu

jajagoan (Echinochloa colona L.) (Abeysekara, 1992), Trianthema portulacastrum L.,

Parthenium hysterophorus L, dan Amaranthus viridis L. (Dharamraj, 1998), tetapi belum

diuji pada beberapa gulma utama, sehingga pengujian lebih lanjut terhadap gulma

utama dan tanaman pokok perlu dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengevaluasi pengaruh larutan ekstrak dari

berbagai bagian tanaman bunga matahari terhadap perkecambahan gulma Rottboellia

cochinchinensis (Lour)W.D. Clayton, Echinochloa glabrescens Munro ex Hook.f., Ludwigia

octovalvis (Jacq.) Raven, serta tanaman pokok kacang hijau (Vigna radiata L.), dan padi

(Oryza sativa L.). (2) mengevaluasi pengaruh konsentrasi larutan ekstrak dari daun

bunga matahari terhadap perkecambahan Rottboellia cochinchinensis (Lour)W.D.

Clayton, Echinochloa glabrescens Munro ex Hook.f., Ludwigia octovalvis (Jacq.) Raven,

kacang hijau dan padi.

METODOLOGI

Peneltian ini terdiri dari 2 set kegiatan yaitu: (1) mengevaluasi pengaruh larutan

ekstrak dari berbagai bagian tanaman bunga matahari; dan (2) konsentrasi larutan

ekstrak dari daun bunga matahari. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, dengan 3 ulangan. Perlakuan percobaan

pengaruh larutan ekstrak dari berbagai bagian tanaman bunga matahari terdiri dari dua

faktor. Faktor pertama adalah spesies tanaman/gulma yaitu: padi, kacang hijau,

Rottboellia. Cochinchinensis (RC), Echinochloa glabrescens (EG), dan Ludwigia octovalvi (LO)s.

Faktor kedua adalah larutan ekstrak pada berbagai bagian tanaman bunga matahari

yaitu: air (kontrol), akar, batang, dan daun.

Perlakuan percobaan konsentrasi larutan ekstrak dari daun bunga matahari

terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah spesies tanaman dan gulma yaitu seperti

pada percobaan (1). Faktor kedua adalah konsentrasi larutan ekstrak daun bunga

matahari yaitu: 0 (g/ml) (air destilasi), 3,125x10-2 (g/ml), 6,250x10-2 (g/ml), 12,500x10-2

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Larutan ekstrak dari berbagai bagian tanaman bunga matahari

Benih dari spesies yang akan digunakan dalam penelitian ini diuji viabilitas dan

perkecambahan, secara keseluruhan memiliki perkecambahan berkisar antara 75 hingga

100%. Pengaruh larutan ekstrak dari berbagai bagian tanaman bunga matahari

terhadap perkecambahan benih padi, kacang hijau, Rottboellia cochinchinensis (RC),

Echinochloa glabrescen (EG), Ludwigia octovalvis (LO) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh larutan ekstrak dari berbagai bagian tanaman bunga matahari terhadap perkecambahan benih padi, kacang hijau, RC, EG dan LO.

Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada setiap kolom tidak berbeda nyata pada BNT 1%. Numbers followed by the same letters in each column are not significantly different at 1% LSD.

Persen perkecambahan yang paling tinggi terdapat pada perlakuan kontrol yaitu

menggunakan air distilasi yaitu 96.67% (padi), 100% (kacang hijau), 75% (RC), 91% (EG),

dan 81.67% (LO). Derajat penghambatan dari larutan ekstrak bunga matahari meningkat

dari akar, batang dan daun-daun. Perkecambahan padi di dalam ekstrak daun adalah

yang paling rendah (63.33%), tetapi tidak berbeda nyata dengan ekstrak batang.

Perkecambahan kacang hijau paling rendah (83.33%) terjadi dalam media larutan

ekstrak daun tetapi tidak berbeda nyata dari ekstrak batang dan akar.

Pola perkecambahan pada gulma yang diuji serupa dengan kedua tanaman

pokok, walaupun derajat penghambatannya terhadap gulma lebih tinggi (Gambar 1).

Pola perkecambahan RC adalah seperti EG dan LO, walaupun tidak berbeda disbanding

ekstrak batang. Perkecambahan kedua spesies gulma (EG dan LO) sangat terhambat di

dalam larutan ekstrak daun (21.67% dan 1.67%) (Tabel 1). Perkecambahan EG sangat

terhambat oleh larutan ekstrak berbagai bagian tanaman bunga matahari dengan

derajad penghambatan secara berurutan daun>batang>akar.

Ekstrak daun memiliki pengaruh penghambatan yang paling tinggi terhadap

(6)

yang melaporkan bahwa ekstrak daun dan seluruh organ tanaman terbukti lebih

menghambat dibanding biji dan batang. Visalakshi dan Sarma (1997) juga melaporkan

bahwa larutan ekstrak dari Parthenium hysterophorus Linn. menghambat perkecambahan

dan pertumbuhan awal kecambah kacang merah/kidney bean. Lambatnya laju

perubahan dari pati menjadi gula dan protein menjadi asam amino di dalam kotiledon

dari kecambah yang diuji berhubungan dengan penghambatan terhadap aktivitas

amylase dan protease pada ujung akar tanaman (larutan ekstrak 1% w/v) lebih tebal,

dengan warna kecoklatan dibanding kontrol. Pada sel ujung akar dari tanaman yang

diperlakukan menunjukkan tidak berbentuk (amorphous) dan tidak aktif (tidak ada

pembelahan) inti sel, mitokondria dan reticulum indoplasma (Cruz-Ortega et al., 1998).

Seperti yang disajikan pada Gambar 1 dan 2, perkecambahan dari benih padi,

kacang hijau, RC, EG dan LO berkurang dengan derajat penurunan yang berbeda

tergantung dari ekstrak bagian tanaman bunga matahari.

(7)

Gambar 2. Perkecambahan biji RC, EG dan LO dalam larutan ekstrak dari bagian tanaman bunga matahari.

Konsentrasi dari larutan ekstrak daun bunga matahari

Pengaruh konsentrasi larutan ekstrak daun bunga matahari terhadap perkecambahan benih padi, kacang hijau, RC, EG dan LO disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh konsentrasi larutan ekstrak daun tanaman bunga matahari terhadap perkecambahan benih padi, kacang hijau, RC, EG dan LO.

KONSENTRASI

(g/ml)

PERKECAMBAHAN (%)

Padi K. hijau RC EG LO

0 96.67a 96.67a 73.33a 88.33a 80.00a

3,125x10-2 53.33b 86.67ab 55.00a 75.00b 31.67b

6,250x10-2 36.67b 83.33ab 33.33b 21.67c 3.33c

12,500x10-2 0.00c 73.33b 11.67c 0.00d 0.00c

Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada setiap kolom tidak berbeda nyata pada LSD 1%. Numbers followed by the same letters in each column are not significantly different at 1% LSD.

Seperti yang terlihat pada Tabel 2, Persentase perkecambahan cenderung

menurun dengan meningkatnya konsentrasi dari ekstrak daun bunga matahari

terhadap semua tanaman yang diuji. Persentase perkecambahan yang lebih rendah

(8)

Perkecambahan benih padi terhambat pada konsentrasi 3,125x10-2 (g/ml),

sementara perkecambahan benih kacang hijau terhambat pada konsentrasi 12,500x10-2

(g/ml). Pada konsentrasi 12,500x10-2 (g/ml), perkecambahan benih padi terhambat

total, sedang perkecambahan benih kacang hijau sedikit terhambat (73,33%). Diantara

kedua spesies tanaman, kacang hijau kurang sensitive dibanding padi terhadap

perbedaan konsentrasi dari larutan ekstrak daun bunga matahari. Perkecambahan biji

RC, EG dan LO sangat terhambat pada konsentrasi 12,500x10-2 (g/ml), berbeda secara

nyata dari konsentrasi yang lain ( 0, 3,125x10-2, dan 6,250x10-2).

EG dan LO pada konsentrasi 12,500x10-2 (g/ml) ekstrak daun bunga matahari

tidak berkecambah. Pola perkecambahan LO serupa dengan RC dan EG, tetapi derajad

perkecambahan lebih rendah dibanding RC dan EG. Diantara spesies gulma, LO

merupakan spesies yang paling sensitive terhadap perlakuan ekstrak daun, diikuti

dengan EG dan RC.

Penghambatan perkecambahan tertinggi diamati pada konsentrasi daun ekstrak

yang paling tinggi 12,500x10-2 (g/ml), diikuti oleh konsentrasi 6,250x10-2 (g/ml) dan

3,125x10-2 (g/ml) (Gambar 4). Temuan ini mengindikasikan terjadinya peningkatan

aktivitas penghambatan dari ekstrak daun bunga matahari dengan peningkatan

konsentrasinya. Larutan ekstrak daun bunga matahari menghambat penuh

perkecambahan (100%) terhadap LO, EG dan padi pada konsentrasi tertinggi 12,500x10-2

(g/ml). Penghambatan perkecambahan kacang hijau paling rendah dalam larutan

ekstrak daun bunga matahari pada semua tingkatan konsentrasi.

Diantara semua tanaman yang diuji, LO merupakan spesies yang paling rentan

terhadap hambatan pertumbuhan oleh larutan ekstrak daun bunga matahati pada

semua tingkatan konsentrasi. Ekstrak daun pada konsentrasi 6,250x10-2 (g/ml) terbukti

mengganggu perkecambahan dari tanaman yang diuji kecuali kacang hijau. Spesies

tanaman pokok memiliki sensitivitas lebih rendah terhadap tingkat konsentrasi larutan

daun bunga matahari dibanding spesies gulma. Gambar 3 dan 4 menunjukkan

(9)

Gambar 3. Perkecambahan benih padi dan kacang hijau pada berbagai tingkatan konsentrasi larutan ekstrak daun bunga matahari.

Narwal et al. (1999a) juga melaporkan bahwa larutan ekstrak dari batang dan

daun bunga matahari menghambat perkecambahan dan pertumbuhan lanjut kecambah

dari tanaman seperti clusterbean, cowpea, greengram, sunflower, sorghum, pearl-millet,

and jagung, sehingga mengindikasikan kehadiran fitotoksik allelo-kimia dari tanaman

bunga matahari. Kohli and Pariana (1992), Dharamraj et al. (1998), and Tongma et al.

(1997) juga melaporkan efek merusak dari ekstrak tanaman bunga matahari terhadap

Gambar 4. Perkecambahan biji RC, EG dan LO pada

pada berbagai tingkatan konsentrasi

(10)

tanaman. Aktivitas penghambatan ekstrak air dari daun dan batang Tithonia diversifolia

[Hemsl.] A.Gray terhadap pertumbuhan kecambah shorgum adalah serupa, tetapi lebih

tinggi dibanding aktivitas ekstrak air yang berasal dari akar. Derajad penghambatan

terhadap pertumbuhan tanaman bervariasi tergantung dari spesies tanaman. Tidak ada

perbedaan aktivitas fitotoksik antara ekstrak dari daun yang hijau dengan daun yang

tua/rontok (Tongma et al., 1997).

Ekstrak daun lebih fitoksik dibanding ekstrak bagian tanaman lainnya, ini terjadi

sebagai mana dilaporkan: Sajjan et al. (1998) menemukan bahwa larutan ekstrak daun

Cassia sericea menurunkan perkecambahan , panjang tajuk dan akar serta indek vigor

pada winter sorghum dibanding ekstrak yang berasal dari tajuk dan akar. Bioassay

dari padi, lettuce, Echinochloa crus-galli, Digitaria sanguinalis and Cyperus amuricus

menunjukkan bahwa larutan ekstrak dari daun lilac menghambat perkecambahan biji

dan pertumbuhan akar D. sanguinalis and lettuce (Hwang et al., 1997).

Derajat penghambatan tergantung dari konsentrasi ekstrak. Kehadiran senyawa

penghambat seperti parthenin, caffeic acid dan p-coumaric pada konsentrasi lebih tinggi

di dalam daun Parthenium hysterophorus Linn., menjadi alasan perubahan perilaku dari

ekstrak (Rehman, 1998).

Identifikasi dari senyawa kimia penghambat di dalam bunga matahari dilakukan

oleh Dharamraj (1998). Hubungan antara p-coumaric, p-hydroxybenzoic, syringic,

vanillic, acid allelochemicals dan umur ontogenik dari bunga matahari (Helianthus

annuus L.). Asam fenolik dideteksi dalam asam dan alkaline hydrolysates dari ekstrak

air dan hidrolisis langsung dari residu sisa ekstrak air. Ferulic, p-coumaric, syringic,

chlorogenic, vanillic acid, neochlorogenic, p-hydroxysbenzoic acid dan caffeoxyquinic

acids dideteksi terdapat pada residu bunga matahari pada berbagai konsentrasi. Hasil

ini menunjukkan bahwa fenolik ini berperan dalam penghambatan pada kondisi alami

dan berpotensi sebagai allelo-kimia (allelochemicals)

Besar kemungkinan bahwa pengaruh alelopat dari bunga matahari disebabkan

oleh phenolic acids yang berhubungan dengan alelo-kimia, dimana dalam jumlah yang

cukup memberikan pengaruh penghambatan (Koeppe et al., 1970; Wilson and Rice,

1968). Serupa dengan penemuan Rice dan Panchoy (1973) yang menunjukkan bahwa

(11)

memiliki sensitivitas yang berbeda-beda, meskipun demikian larutan ekstrak daun

adalah yang paling menghambat terhadap spesies gulma.

Penurunan perkecambahan kemungkinan disebabkan oleh penghambatan

dalam pengambilan oksigen di dalam biji, yang penting pada proses oksidatif untuk

menyediakan bahan makanan (Murphy and Noland, 1982), dan/atau karena

penghambatan pembelahan sel dan perpanjangan sel (Anaya and Pelayo-Benavides,

1997).

Peran potensial dari abscisic acid (ABA) dalam perkecambahan juga diteliti

karena pada kondisi stress terlihat adanya peningkatan taraf ABA pada beberapa

tanaman yang diketahui akan menghambat perkecambahan pada konsentrasi tepat

(Zeevaart, 1977).

Aliotta (1998) melaporkan bahwa hampir seluruh jaringan hidup dari biji

mengalami perubahan selama proses penghambatan. Perkecambahan biji terhambat

dengan kehadiran alelo-kimia yang menyebabkan akumulasi malic acid dan aktivitas

glycosidase terlibat dalam mengenduran dinding sel terhambat. Kalita dan Dey (1998)

juga melaporkan tentang pengaruh alelopat terhadap empat gulma perusak (Ageratum

conyzoides, Borreria lipsida, Cynodon dactylon and Cyperus rotundus) dalam pertanaman

padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas penghambatan lebih tinggi pada

ekstrak tajuk dibanding ekstrak akar dengan meningkatnya konsentrasi. Wardle et al.

(1992) melaporkan penurunan secara nyata terhadap panjang radikel dan hipokotil M.

bimueronata terlihat dengan meningkatnya konsentrasi. Penelitian ini

mendemonstrasikan respon tergantung pada konsentrasi (a rate-dependent response) dan

menunjukkan bahwa ekstrak daun tanaman bunga matahari mengandung bahan

penghambat yang paling tinggi (inhibitory materials).

KESIMPULAN

Dalam percobaan di cawan Petri, penggunaan larutan ekstrak dari bagian tanaman yang

berbeda menunjukkan bahwa bunga matahari mengandung bahan penghambat pada

tingkat yang berbeda pada organ yang berbeda. Ekstrak daun nyata menghambat

perkecambahan, pertumbuhan tajuk dan akar pada semua tanaman yang diuji yang

lebih tinggi dibanding ekstrak akar dan batang. Penghambatan yang paling tinggi

(12)

gulma Ludwigia octovalvis (LO) > Rottboellia cochinchinensis (RC) > Echinochloa glabrescens

(EG) > tanaman padi (Oryza sativa L.). Tidak ada penghambatan terjadi pada kacang

hijau (Vigna radiata L.). Dapat disimpulkan bahwa daun dari tanaman bunga matahari

efektif untuk mengendalikan gulma Ludwigia octovalvis, Rottboellia. Cochinchinensis,

dengan tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman kacang hijau, serta sedikit

penghambatan pada tanaman padi.

DAFTAR PUSTAKA

ABEYSEKERA, S.K. M.M.A. 1992. comparative study on agronomic characters and allelopathic activity of common sunflower (Helianthus annuus L.) and wild sunflower (Tithonia diversifolia (Herm SL.) Gray). MS Thesis . University of the Philippines at Los Baños. Philippines. 71p.

ALIOTTA, G. 1998. Localization of action site(s) of allelochemicals in seeds: Implications for weed control. In Abstracts. Allelopathy Journal 6(2).pp 281-282.

ANAYA, A.L

. and

H.R. PELAYO-BENAVIDES

. 1997. Allelopathic potential of

Mirabilis jalapa L. (Nyctaginaceae): Effects on germination, growth and

cell division of some plants. Allelopathy Journal 4: 57-68.

BATISH, D.R., H.P. SINGH and R.K. KOHLI. 2001. Allelopathy as a tool for sustainable weed management. The Proceeding of the 18th Asian-Pacific Weed Science Society Conference. May 28- June 2, 2001. Beijing, P.R. China. pp. 168-173.

(13)

TAURO, P. and S.S. NARWAL (eds). Hisar India : Indian Society of Allelopathy. pp. 29-30.

NARWAL, S.S., YADAVA, S. and S. GUPTA. 1999a. Allelopathic effects of sunflower on succeeding summer crops. 1. Field studies and bioassays. Allelopathy Journal 6:35-48.

REHMAN, A. 1998. Allelopathic potential of Parthenium hysterophorus Linn. On germination, growth and dry matter production in Cassis sophera Linn. Bionature 18(1): 17-20.

RICE, E.L. and S.K. PANCHOLY. 1973. Inhibition of nitrification by climax ecosystems II. Additional evidence and possible role of tannins. American Journal of Botany 60:691-720.

RICE, E.L.. 1984. Allelopathy (second edition). Academic Press, Orlando. p. 29-30. SAJJAN, A.S. and B.D. BIRADAR. 1998. Allelopathic effect of Cassia sericea on seed and

seedling parameters in rabi sorghum. World Weeds 5: 81-83.

SCHON, M.K. and F.A. EINHELLIG. 1982. Allelopathic effects of cultivated sunflower on grain sorghum. Botanical Gazette. 143: 505-510.

SPRING, O.

and

A. HAGER

. 1982. Inhibition of elongation growth by two

sesquiterpene lactones isolated from

Helianthus annuus. Peredovick.

Pergamon. Phytochemistry, 21 : 2551-2553.

TIWARI, J. P., S.P. KURCHANIA, C.S. BHALLA and N.R. PARADKAR. 1998. Studies on allelopathic effects of Cassia tora on Parthenium hysterophorus. In Abstracts. Allelopathy Journal 6(2).pp.292.

TONGMA, S., K. KOBAYASHI and K. USUI. 1997. Effect of water extracts from Mexican sunflower [Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray] on germination and growth of tested plants. Journal of Weed Science and Technology 42: 373-378.

VISALAKSHI, M. and K.K.V. SARMA. 1998. Allelopathic potential of five weedy species of Cassia on nodulation and dry matter production of Arachis hypogaea L. In Abstracts. Allelopathy Journal. 6(2).pp 289.

WARDLE, D. A., K.J. NICHOLSON

and

M. AHMED

. 1992. Comparison of osmotic

and allelopathy effects of grass leaf extracts on grass seed germination and

radicle elongation. Plant and soil 140: 315-319.

WILSON, R.E. and E.L. RICE. 1968. Allelopathy as expressed by Helianthus annus and its role in old-field succession. Bulletin of the Torrey Botanical Club. 95: 432-448.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh larutan ekstrak dari berbagai bagian tanaman bunga matahari                 terhadap perkecambahan benih padi, kacang hijau, RC, EG dan LO
Gambar 1. Perkecambahan benih padi dan kacang hijau dalam larutan ekstrak dari bagian tanaman bunga matahari
Tabel 2. Pengaruh konsentrasi larutan ekstrak daun  tanaman bunga matahari                 terhadap perkecambahan benih padi, kacang hijau, RC, EG dan LO
Gambar 4. Perkecambahan biji RC, EG dan LO pada pada berbagai tingkatan konsentrasi larutan ekstrak daun bunga matahari

Referensi

Dokumen terkait

Pasien Pulang (RM. 20) di RSUD Tugurejo Semarang adalah Bahan kertas yang sangat tipis yang memungkinkan kertas mudah sobek

Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung alcohol (ethanol) yakni suatu senyawa kimia dengan rumus C2H5OH yang dibuat secara fermentasi dari berbagai jenis bahan baku

PELATIHAN WIRAUSAHA ARITMATIKA SEMPOA SEBAGAI USAHA PEMBERDAYAAN ORANGTUA DI KELOMPOK BERMAIN ISLAM MUTIARA HATI ANTAPANI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Menurut Mantasia cara yang dilakukan oleh pengasuh adalah dengan mengetahui kondisi anak asuh dengan cara memecahkannya namun tidak semua pengasuh yang mengarahkan

Pembelajaran berbasis masalah melalui pendekatan Scaffolding merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk

Berdasarkan hasil belajar keterampilan proses sains yang diperoleh dari hasil tes keterampilan proses, diketahui bahwa LKS berbasis pendekatan saintifik pada submateri

Selain itu, menurut Maxwell (1980), pokok buah-buahan juga merupakan suatu tanda simbolik dalam kalangan masyarakat Kadayan kerana mereka percaya bahawa kewujudannya

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya berupa akal budi, ilmu pengetahuan, kesehatan dan keselamatan, sehingga