Judul :
Penerapan Metode Demonstrasi dalam Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas III pada
Operasi Hitung Penjumlahan sampai dengan Tiga
Angka.
Nama / NIM : KRISTIANI / 818153182 Email : [email protected]
Abstrak
Hasil akhir dari sebuah proses pembelajaran merupakan tolok ukur bagi guru yang mengisyaratkan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran pada hari itu. Seperti yang dialami oleh penulis pada proses pembelajaran yang telah berlangsung, diperoleh hasil rata-rata 38,57. Sedangkan KKM untuk mata pelajaran Matematika kelas III adalah 60. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar belum berhasil. Melihat keadaan tersebut kami mengidentifikasi kekurangan-kekurangan pada PBM yang telah berlangsung. Adapun kekurangannya antara lain siswa belum dapat berkonsentrasi pada materi yang disampaikan guru. Hal ini disebabkan oleh penerapan metode yang masih belum tepat
Penelitian yang penulis laksanakan bertujuan untuk :
a. Mengetahui bagaimana penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika di kelas III SD Negeri Babakan 02, khususnya pada operasi hitung penjumlahan sampai dengan tiga angka.
b. Mengetahui apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa kelas III SD Negeri Babakan 02 dalam menyelesaikan operasi hitung penjumlahan sampai dengan tiga angka.
c. Mengetahui seberapa besar pengaruh dari penerapan metode demonstrasi terhadap keterampilan berhitung siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan operasi hitung penjumlahan.
Penulis melaksanakan penelitian di kelas III SD Negeri Babakan 02. SD Negeri Babakan 02 terletak di desa Babakan Kec. Losari Kab. Brebes. SD Tempat peneliti melaksanakan penelitian mempunyai 6 rombongan belajar, dimana jumlah seluruh siswa 240 anak. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini berjumlah 16 anak. Penulis melaksanakan penelitian ini dari proses perencanaan sampai tahapan perbaikan pembelajaran kurang lebih membutuhkan waktu 30 hari, adapun penelitian perbaikan pembelajaran ini dalam terbagi dalam 2 siklus
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah 1. Identifikasi Masalah
Dalam pembelajaran matematika guru tidak hanya melaksanakan proses pembelajaran secara konvensional (biasa), menurut Subiyanto (1988: 11) kelas dengan pembelajaran secara biasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : pembelajaran secara klasikal, siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu. Guru biasanya mengajar dengan berpedoman pada buku teks atau Lembar Kerja Siswa (LKS), dengan menggunakan metode ceramah dan kadang-kadang tanya jawab. Tes atau evaluasi dengan maksud untuk mengetahui perkembangan jarang dilakukan. Siswa harus mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru, dengan patuh mempelajari urutan yang ditetapkan guru, dan kurang sekali mendapat kesempatan untuk menyatakan pendapat. Hal ini menuntut kreatifitas dari seorang guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dalam skenario pembelajaran.
Hasil akhir dari sebuah proses pembelajaran merupakan tolok ukur bagi guru yang mengisyaratkan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran pada hari itu. Seperti yang dialami oleh penulis pada proses pembelajaran yang telah berlangsung, diperoleh hasil rata-rata 38,57. Sedangkan KKM untuk mata pelajaran Matematika kelas III adalah 60. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar belum berhasil. Melihat keadaan tersebut kami mengidentifikasi kekurangan-kekurangan pada PBM yang telah berlangsung. Adapun kekurangannya antara lain siswa belum dapat berkonsentrasi pada materi yang disampaikan guru. Hal ini disebabkan oleh penerapan metode yang masih belum tepat
2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis mencoba menganalisis masalah-masalah yang penulis hadapi di kelas. Masalah-masalah tersebut antara lain :
a. Memilih metode yang tepat dalam pembelajaran. b. Belum menggunakan media yang relevan
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis masalah di atas, penulis berusaha mencari alternatif pemecahan masalah yang penulis hadapai. Setelah merenungkan dan mencari pemecahan masalah yang sedang penulis hadapai, maka penulis memutuskan untuk melakukan penelitian dengan menerapkan metode demonstrasi. Sehingga penulis mengangkat judul :
“Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas III Pada Operasi Hitung Penjumlahan Sampai Dengan Tiga Angka di SD Negeri Babakan 02 Kec. Losari Kab. Brebes”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uaraian latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika di kelas III SD Negeri Babakan 02, khususnya pada operasi hitung penjumlahan sampai dengan tiga angka?
b. Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa kelas III SD Negeri Babakan 02 dalam menyelesaikan operasi hitung penjumlahan sampai dengan tiga angka ?
c. Apakah dengan penerapan metode demonstrasi dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan operasi hitung penjumlahan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian yang penulis laksanakan bertujuan untuk :
b. Mengetahui bagaimana penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika di kelas III SD Negeri Babakan 02, khususnya pada operasi hitung penjumlahan sampai dengan tiga angka.
e. Mengetahui seberapa besar pengaruh dari penerapan metode demonstrasi terhadap keterampilan berhitung siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan operasi hitung penjumlahan.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya, adapun manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Manfaat bagi guru
a. Dapat dijadikan masukan bagi guru lain atau pembaca dalam proses belajar mengajar di kelasnya masing-masing.
b. Sebagai alternatif pemecahan masalah bagi pembaca yang mempunyai masalah yang sama.
2. Manfaat bagi siswa
a. Dapat menciptakan suasana belajar di kelas yang lebih bermakna.
b. Dengan penerapan metode Demonstrasi diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami materi.
II. Kajian Pustaka
Seorang guru dalam memilih metode pembelajaran harus mengetahui tahapan perkembangan anak terlebih dahulu, agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan baik. Berikut ini adalah tahapan perkembangan anak pada usia Sekolah Dasar yang penulis kutip dari sebuah situs ( www.g-excess.com/653/ ).
1. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan-ketrampilan motorik, anak-anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini, antara lain :
a). Anak Usia 5 Tahun
Mampu melompat dan menari
Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan Dapat menghitung jari-jarinya
Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan mampu bercerita Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya Mampu membedakan besar dan kecil
Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
Mencari teman secara aktif.
Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain Mulai tertarik dengan lawan jenis.
3. Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur-angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional, dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak usia Sekolah Dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi - operasi, yaitu :
a) Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b) Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
c) Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata. Selain hal-hal tersebut perkembangan kognitif juga meliputi :
a. Perkembangan Memori
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan-keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori (memory strategy), yaitu merupakan perilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan 4 macam strategi memori yang penting, yaitu :
1. Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.
2. Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti, anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.
3. Imagery (Perbandingan) : Membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang.
4. Retrieval (Pemunculan Kembali) : Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah memori, mereka akan menggunakannya secara spontan.
Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan dan motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh anak sebelumnya.
b. Perkembangan Pemikiran Kritis
terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.
c. Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
d. Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berfikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat.
4. Perkembangan Psikosial
Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang dapat membuahkan hasil, sehingga dunia psikosial anak menjadi semakin kompleks. Anak sudah siap untuk meninggalkan rumah dan orang tuanya dalam waktu terbatas, yaitu pada saat anak berada di sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak belajar untuk bersaing (kompetitif), kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan – peraturan yang berlaku. Dalam hal ini proses sosialisasi banyak terpengaruh oleh guru dan teman sebaya. Identifikasi bukan lagi terhadap orang tua, melainkan terhadap guru. Selain itu, anak tidak lagi bersifat egosentris, ia telah mempunyai jiwa kompetitif sehingga dapat memilah apa yang baik bagi dirinya, mampu memecahkan masalahnya sendiri dan mulai melakukan identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya. Dalam perkembangan psikosal meliputi perkembangan :
Pada tahap ini, pemahaman diri atau konsep diri anak mengalami perubahan yang sangat pesat. Ia lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada melalui karakteristik eksternal.
b. Perkembangan Hubungan dengan Keluarga
Dalam hal ini, orang tua merasakan pengontrolan dirinya terhadap tingkah laku anak mereka berkurang dari waktu ke waktu dibandingkan dengan periode sebelumnya, karena rata-rata anak menghabiskan waktunya di sekolah. Interaksi guru dan teman sebaya di sekolah memberikan suatu peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan ketrampilan sosial.
c. Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya
Berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak menyita waktu. Umumnya mereka meluangkan waktu lebih dari 40% untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan terkadang terdapat duatu grup/kelompok. Anak idak lagi puas bermain sendirian dirumah. Hal ini karena anak mempunyai kenginan kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok.
Selain teori-teori di atas, Jean Peaget juga mengemukakan bahwa perkembangan mental setiap pribadi melewati empat tahap yaitu:
1. Tahap sensorimotorik (0-2 tahun) pada tahap ini anak-anak mengembangkan konsep pada dasarnya melalui interaksi dengan dunia fiksi 2. Tahap praoperasional (2-7 tahun). Pada tahap ini anak sudah mulai untuk
menyatakan ide, tetapi ide tersebut masih sangat tergantung pada persepsi. Pada tahap ini anak telah mulai menggunakan simbol, dia belajar untuk membedakan antara kata atau istilah dengan objek yang diwakili oleh kata atau istilah tersebut.
tahap ini anak sudah mulai berpikir logis, berpikir logis ini terjadi sebagai akibat adanya kegiatan anak memanipulasikan benda-benda kongkret.
4. Tahap operasi formal (12 dewasa) anak sudah mulai mampu berpikir secara abstrak, dia dapat menyusun hipotesis dari hal-hal yang abstrak menjadi dunia real dan tidak terlalu bergantung pada benda-benda kongkret.
Piaget menekankan bahwa proses belajar merupakan suatu asimilasi dan akomodasi informasi ke dalam struktur mental. Asimilasi adalah proses terpadunya informasi dan pengalaman baru ke dalam struktur mental. Akomodasi adalah perubahan pikiran sebagai suatu akibat adanya informasi dan pengalaman baru, mereka secara aktif mencoba.
Beberapa hal yang akan penulis jelaskan, antara lain : 1. Metode Demonstrasi
Metode atau Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Sedangkan menurut kamus Purwadarminta ( 1976 ), secara umum metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari bahasa Inggris yaitu Method artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memperoleh sesuatu. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran.
memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya itu, seorang pelatih tim sepakbola akan menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kemp (1995).
Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang instruktur, guru, widyaiswara dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni:
Strategi pengorganisasian pembelajaran
Strategi penyampaian pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran.
Metode Pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Dapat dikatakan metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional. Tetapi tidak semua metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Penulisan mengenai metode di bawah ini tidak mengikuti suatu urutan tertentu, tetapi dilakukan secara acak. Diungkapkan pula kapan baiknya metode tersebut dilaksanakan serta keunggulan dan kekurangan metode tersebut.
peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses. Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
Menurut Piaget (Faresnawati, 2003: 22) pembentukan pengetahuan dapat melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi apabila informasi baru sesuai dengan struktur yang sudah ada dalam pikiran siswa, sedangkan akomodasi berlangsung apabila ada ketidakseimbangan antara informasi baru dengan struktur yang dimiliki siswa, sehingga siswa perlu melakukan modifikasi agar terjadi keseimbangan baru dalam pikiran siswa.
Sejalan dengan pendapat di atas, dalam rangka memperoleh pengetahuan hendaknya siswa diberi kesempatan untuk mempraktekkannya secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga wawasan pengetahuannya dapat berkembang berdasarkan pengalaman dari praktek yang telah dilakukan. Siswa dapat membangun pengetahuan dan memecahkan masalah dengan mendemonstrasikan cara penyelesaian masalah sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator.
2. Kemampuan Berhitung Pada Operasi Hitung Penjumlahan
Berhitung pada umumnya didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang bilangan. Lebih lengkapnya, Webster’s New Third International Dictionary merumuskan berhitung sebagai “cabang matematika yang berkenaan dengan sifat dan hubungan bilangan-bilangan nyata dan dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Namun, bilangan dapat dituliskan dengan lambang-lambang yang dapat mewakili suatu bilangan yang ingin disampaikan.
Bilangan sendiri muncul karena adanya suatu kuantitas yang ingin diungkapkan. Setelah bilangan sudah dapat dituliskan dengan lambang-lambang bilangan, selanjutnya manusia mulai mengembangkan sifat-sifat, hubungan, aturan, serta perhitungan yang terjadi antar bilangan-bilangan tersebut sehingga muncullah istilah berhitung.
Pada zaman modern seperti saat ini istilah berhitung tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang sederhana sebagai sebagai pengungkapan kuantitas, namun istilah berhitung juga telah digunakan dalam hal-hal yang kompleks.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 480) menyatakan bahwa “penjumlahan adalah proses, cara, perbuatan menjumlahkan”. Sedangkan menurut Kamus Besar Poerwadarminta (1983: 425) menyatakan bahwa “penjumlahan adalah hal menjumlahkan”. David Glover (2006: 4) menambahkan bahwa “penjumlahan adalah cara menemukan jumlah total dua bilangan atau lebih. Tanda “+” dalam penjumlahan menunjukkan bahwa bilangan-bilangan tersebut dijumlahkan”.
3. Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Operasi Hitung Penjumlahan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 480) menyatakan bahwa “penjumlahan adalah proses, cara, perbuatan menjumlahkan”. Sedangkan menurut Kamus Besar Poerwadarminta (1983: 425) menyatakan bahwa “penjumlahan adalah hal menjumlahkan”. David Glover (2006: 4) menambahkan bahwa “penjumlahan adalah cara menemukan jumlah total dua bilangan atau lebih. Tanda “+” dalam penjumlahan menunjukkan bahwa bilangan-bilangan tersebut dijumlahkan”.. Untuk meningkatkan kemampuan berhitung dalam operasi hitung penjumlahan akan lebih mudah jika dilakukan dengan cara mendemonstrasikan cara-cara atau teknik-teknik penyelesaiannya tersebut dengan bantuan media. Apalagi jika siswa ikut dalam demonstrasi tersebut, maka pemahaman siswa terhadap materi akan lebih kuat.
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penulis melaksanakan penelitian di kelas III SD Negeri Babakan 02. SD Negeri Babakan 02 terletak di desa Babakan Kec. Losari Kab. Brebes. SD Tempat peneliti melaksanakan penelitian mempunyai 6 rombongan belajar, dimana jumlah seluruh siswa 240 anak. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini berjumlah 16 anak. Jumlah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di SD Negeri Babakan 02 sebanyak 10 orang.
Mayoritas orang tua dari siswa yang menjadi objek penelitian adalah sebagai buruh, wiraswasta, dan petani, sedangkan hanya sebagian kecil yang bermata pencaharian Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tingkat pendidikan masyarakat desa Babakan rata-rata SMA/sederajat.
Penulis melaksanakan penelitian ini dari proses perencanaan sampai tahapan perbaikan pembelajaran kurang lebih membutuhkan waktu 30 hari, adapun penelitian perbaikan pembelajaran ini dalam terbagi dalam 2 siklus, adapun jadwal penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
No. Tahapan Waktu Pelaksanaan
1. Perencanaan, dan pengumpulan data awal 20-29 September 2013
2. Siklus I Senin, 30 September 2013
3. Siklus II Senin, 21 Oktober 2013
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran 1. Siklus I
Berdasarkan Jurnal bimbingan dengan supervisor 2 pada pelaksanaan pembelajaran pra-siklus, pelaksanaan pembelajaran belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Maka penulis akan melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I. Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I penulis akan mendeskripsikan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Rencana Perbaikan Pembelajaran
Dalam perbaikan pembelajaran siklus I penulis akan menerapkan metode penugasan dan latihan.
Setelah menentukan metode yang akan di gunakan pada RPP siklus I, Kemudian penulis membuat RPP siklus I dan membuat lembar observasi supervisor 2. Langkah selanjutnya penulis akan meminta kesediaaan dari supervisor 2 untuk mengamati penulis ketika melaksanakan perbaikan pembelajaran, serta memberikan penilaian dan saran pada lembar observasi yang telah penulis buat.
b. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 30 September 2013. Penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran pada jam pelajaran ke-1, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Dimana kegiatan awal 10 menit, kegiatan inti 45 menit, dan kegiatan akhir 15 menit. Perbaikan pembelajaran siklus I ini dilaksanakan di dalam ruangan kelas III.
Pada kegiatan awal penulis mencoba menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Pada kegiatan inti penulis memberikan contoh soal. Lalu penulis memberikan contoh soal lain dan meminta beberapa siswa untuk mengerjakannya di depan kelas. Pada kegiatan akhir penulis memberikan soal evaluasi dan memberikan penilaian.
2. Siklus II
Seperti langkah yang telah penulis laksanakan pada siklus I, pada siklus II penulis juga akan mendeskripsikan langkah-langkah dalam melakukan perbaikan pembelajaran. Langkah-langkah tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut :
a. Rencana Perbaikan Pembelajaran
pembelajaran siklus I antara lain penulis harus dapat mengkondisikan siswa dalam proses pembelajaran, penggunaan metode yang belum tepat.
Selain itu, dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran juga belum memanfaatkan media yang dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Maka, pada siklus II penulis akan menerapkan metode demonstrasi dan menggunakan media kartu bilangan. Dengan penerapan metode demonstrasi dan media kartu bilangan diharapkan siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan dalam proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 21 Oktober 2013. Penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran pada jam pelajaran ke-3, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Dimana kegiatan awal 10 menit, kegiatan inti 45 menit, dan kegiatan akhir 15 menit. Perbaikan pembelajaran siklus II ini dilaksanakan di dalam ruangan kelas III.
Pada kegiatan awal penulis mencoba menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Pada kegiatan inti penulis memberikan contoh soal. Kemudian penulis mendemonstrasikan cara menyelesaikan penjumlahan sampai dengan tiga angka dengan beberapa teknik, kemudian penulis bersama siswa mencoba mendemonstrasikan kembali dengan contoh yang berbeda. Lalu penulis memberikan contoh soal lain dan meminta beberapa siswa untuk mengerjakannya di depan kelas. Pada kegiatan akhir penulis memberikan soal evaluasi dan memberikan penilaian.
C. Teknik Analisis Data 1. Siklus I
a. Pengamatan/Pengumpulan Data
b. Refleksi
Kegiatan refleksi merupakan salah satu upaya evaluasi penulis terhadap perbaikan pembelajaran yang telah penulis laksanakan. Jika hasil yang didapat pada siklus I masih terdapat banyak kekurangan, maka penulis akan melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II.
c. Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan penulis dalam siklus I pada penilitian ini adalah lembar soal evaluasi dalam bentuk soal isian. Adapun soal evaluasi tersebut adalah sebagai berikut :
Selesaikanlah soal-soal bawah ini !
2. Siklus II
a. Pengamatan/Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari nilai hasil evaluasi seluruh siswa kelas III SD Negeri Babakan 02 dan hasil observasi supervisor 2. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes atau evaluasi pada akhir proses perbaikan pembelajaran siklus II dan memberikan lembar pengamatan atau observasi kepada supervisor 2.
b. Refleksi
c. Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan penulis dalam siklus II pada penilitian ini adalah lembar soal evaluasi dalam bentuk soal isian. Jumlah soal ada 5 butir. Adapun soal tersebut adalah sebagai berikut :
Selesaikanlah soal-soal bawah ini !
A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Perbaikan Pembelajaran
Penulis melaksanakan penelitian ini berdasarkan hasil evaluasi dari proses pembelajaran awal. Proses pembelajaran awal sebelum melaksanakan perbaikan bisa disebut juga dengan kegiatan pra-siklus. Sehingga data yang penulis peroleh dari hasil evaluasi pada pembelajaran awal disebut juga data pra-siklus. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Data Hasil Pra-Siklus,Perbaikan Pembelajaran Siklus I, dan Siklus II
No Nama Siswa Pra-Siklus Siklus I Siklus II
8 MUHAMAD ZIYAD 40 50 60
9 WIWIT SUKMA INDAH 10 40 50
10 ZULFA SAYYIDAH SHOLEHA 50 60 80
11 ARBI ZAKY 40 70 90
12 NURFITRI HANDAYANI 30 50 70
13 INTAN 50 70 80
14 ROSHEDA AGNESIA 20 50 70
Jumlah 540 840 1520
Rata-rata 38,57 60,00 75,71
Setelah dianalisis, maka penulis akan menampilkan rekap nilai siswa pada pra-siklus. Rekap nilai tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Rekap Nilai Siswa Pra-Siklus
Nilai 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jumlah Siswa 1 3 2 3 3 1 - 1 -
-Jika data di atas ditampilkan dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut :
Data diatas merupakan dasar penulis untuk melaksanakan perbaikan pada proses pembelajaran. Di dalam penelitian ini penulis melaksanakan penelitian sampai dengan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Agar lebih jelas lagi data-data hasil perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II, penulis akan menampilkannya baik dalam bentuk tabel nilai, tabel rekap, diagram, serta lembar obsevasi.
Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran baik siklus I maupun siklus II penulis mengadakan evaluasi, data tersebut berupa nilai siswa kelas III SD Negeri Babakan 02. Kemudian data tersebut penulis analisis dan dapat di tampilkan sebagai berikut :
1. Siklus I
Jika dianalisis dari data hasil evaluasi pada perbaikan pembelajaran siklus I penulis dapat menampilkan data dalam bentuk rekap sebagai berikut :
Tabel 4
Rekap Data Hasil Nilai Perbaikan Pembelajaran Matematika Siklus I
Nilai 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
-Jika data di atas ditampilkan dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut :
Diagram 2
Data Hasil Nilai Perbaikan Pembelajaran Matematika Siklus I
Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran, penulis meminta bantuan kepada supervisor 2 untuk melakukan observasi terhadap proses perbaikan pembelajaran. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut :
2. Siklus II
Setelah menganalisis data hasil evaluasi pada perbaikan pembelajaran siklus II penulis dapat menampilkan data dalam bentuk rekap sebagai berikut :
Tabel 5
Rekap Data Hasil Nilai Perbaikan Pembelajaran Matematika Siklus II
Nilai 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jumlah siswa - - - - 1 3 3 3 2 2
Jika data di atas ditampilkan dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut :
Data Hasil Nilai Perbaikan Pembelajaran Matematika Siklus II
B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Perbaikan Pembelajaran
Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran siklus II, penulis melihat adanya peningkatan nilai siswa kelas III khususnya dalam materi penjumlahan sampai dengan tiga angka dibandingkan dengan hasil pada siklus I, dimana KKM untuk mata pelajaran Matematika di kelas III adalah 60. Pada siklus I jumlah anak yang memperoleh nilai diatas KKM adalah 7 anak atau 50 % yaitu 2 siswa mendapt nilai 60, 3 siswa mendapat nilai 70, 1 siswa mendapat nilai 80, dan 1 siswa mendapat nilai 90. Sedangkan jumlah anak yang memperoleh nilai di bawah KKM adalah 7 anak atau 50 % dimana 1 siswa mendapat nilai 40 dan 6 siswa mendapat nilai 50.
yang mendapat nilai 50 atau 7 % dari jumlah siswa kelas III SD Negeri Babakan 02.
Jika kita analisi dari siklus I dan siklus II terjadi peningkatan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM yaitu dari 7 siswa atau 50% menjadi 13 siswa atau 93%. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan sebanyak 6 siswa atau 43%. Pada lembar pengamatan supervisor 2 terhadap perbaikan pembelajaran siklus II juga tidak lagi menunjukan adanya kekurangan dalam proses perbaikan pembelajaran. Maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi penjumlahan sampai dengan tiga angka dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri Babakan 02. Adapun data nilai tersebut adalah sebagai berikut :
Data di atas menunjukan adanya peningkatan baik nilai siswa maupun rata-rata kelas III pada proses perbaikan pembelajaran. Pada pra siklus hanya 2 siswa yang mencapai nilai di atas KKM, pada siklus I naik menjadi 7 siswa, dan pada siklus II terjadi peningkatan lagi sehingga menjadi 13 siswa yang mendapat nilai di atas KKM. Jika deskripsi tersebut ditampilkan dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut :
Diagram 4
V. Kesimpulan dan Saran Tindak Lanjut A. Kesimpulan
Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode demonstrasi, adapun langkah-langkah yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :
a. Menentukan alat atau media pembelajaran yang tepat untuk di demonstrasikan.
b. Menguji kesesuaian antara media yang akan di demonstrasikan dengan materi yang akan di jelaskan.
c. Berlatih mendemonstrasikan media sebelum mendemonstrasikannya di depan kelas.
d. Merancang skenario pembelajaran di kelas agar pelaksanaan demonstrasi berjalan lancar dan sesuai dengan harapan, serta tidak menyimpang dari konsep yang ada pada materi.
Berdasarkan data hasil proses perbaikan pembelajaran siklus II, penulis melihat adanya peningkatan nilai siswa kelas III khususnya dalam materi penjumlahan sampai dengan tiga angka dibandingkan dengan hasil pada siklus I, dimana KKM untuk mata pelajaran Matematika di kelas III adalah 60. Pada siklus I jumlah anak yang memperoleh nilai diatas KKM adalah 7 anak atau 50 % yaitu 2 siswa mendapt nilai 60, 3 siswa mendapat nilai 70, 1 siswa mendapat nilai 80, dan 1 siswa mendapat nilai 90. Sedangkan jumlah anak yang memperoleh nilai di bawah KKM adalah 7 anak atau 50 % dimana 1 siswa mendapat nilai 40 dan 6 siswa mendapat nilai 50.
Pada siklus II jumlah anak yang memperoleh nilai diatas KKM adalah 13 siswa atau 93 % yaitu, 3 siswa mendapat nilai 60, 3 siswa mendapat nilai 70, 3 siswa mendapat nilai 80, 2 siswa mendapat nilai 90, dan 2 siswa mendapat nilai 100. Sedangkan jumlah anak yang memperoleh nilai dibawah KKM ada 1 siswa yang mendapat nilai 50 atau 7 % dari jumlah siswa kelas III SD Negeri Babakan 02.
Jika kita analisis dari siklus I dan siklus II terjadi peningkatan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM yaitu dari 7 siswa atau 50% menjadi 13 siswa atau 93%. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan sebanyak 6 siswa atau 43%. Pada lembar pengamatan supervisor 2 terhadap perbaikan pembelajaran siklus II juga tidak lagi menunjukan adanya kekurangan dalam proses perbaikan pembelajaran. Maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi penjumlahan sampai dengan tiga angka dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri Babakan 02.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
2. Kepada kepala sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan metode demonstrasi kepada rekan-rekan guru di sekolah lain.
3. Penelitian ini hanya mengambil konsep Relasi dan Fungsi dimana materinya terbatas, maka penulis menyarankan untuk dicoba pada pokok bahasan lain yang materinya cukup bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Gulo ,W . 2002 . Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : Grasindo.
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito
Karo – Karo, Ulihbukit . 1981 .Metodologi Pengajaran.Salatiga:CV Saudara.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
http://bio-sanjaya.blogspot.com/2012/01/teori-teori-belajar-menurut-para-ahli.html
www.g-excess.com/653/
http://www.muhfida.com/model-model pembelajaran.html
http://mathischocolate.blogspot.com/2010/12/sejarah-berhitung-dan-perkembangannya.html