• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Mutu Dan Kesiapan Umkm Alas Kaki/Kulit Dan Konveksi Bogor Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Mutu Dan Kesiapan Umkm Alas Kaki/Kulit Dan Konveksi Bogor Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN MUTU DAN KESIAPAN UMKM ALAS KAKI/

KULIT DAN KONVEKSI BOGOR MENGHADAPI

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

SITI NAZLIFAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Mutu dan Kesiapan UMKM Alas Kaki/Kulit dan Konveksi Bogor Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

ABSTRAK

SITI NAZLIFAH. Manajemen Mutu dan Kesiapan UMKM Alas Kaki/Kulit dan Konveksi Bogor Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Dibimbing oleh EKO RUDDY CAHYADI dan M SYAEFUDIN ANDRIANTO.

Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menuntut UMKM alas kaki/kulit dan konveksi Bogor memenuhi standar dan kebutuhan pasar. Penelitian bertujuan mengidentifikasi karakteristik UMKM dan persepsi mutu pelaku usaha terhadap prinsip manajemen mutu, serta mengidentifikasi kesiapan UMKM menghadapi MEA dan pengaruh prinsip manajemen mutu terhadap kesiapan UMKM menghadapi MEA. Pengambilan sampel menggunakan data Dinas UMKM dan Koperasi Kota dan Kabupaten yang dilanjutkan dengan metode snowball sampling. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif, uji-T dan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM konveksi lebih siap menghadapi MEA 2015 dari aspek umum, pemasaran dan produksi/operasi/teknologi. Faktor karakteristik tingkat pendidikan pemilik dan badan hukum usaha berpengaruh singnifikan terhadap kesiapan UMKM. Pelaku usaha belum menerapkan manajemen mutu dengan baik, terutama pada prinsip pendekatan sistem terhadap manajemen dan prinsip pembuatan keputusan berdasarkan fakta, padahal kedua prinsip tersebut tersebut secara signifikan mempengaruhi kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015.

Kata kunci: MEA, Regresi Logistik, Sistem Manajemen Mutu, UMKM

ABSTRACT

SITI NAZLIFAH. Quality Management and Readiness of Bogor Footwear/ Leather and Convection SMEs Facing ASEAN Economic Community 2015. Supervised by EKO RUDDY CAHYADI and M SYAEFUDIN ANDRIANTO.

The implementation of the ASEAN Economic Community (AEC) requires Bogor footwear/leather and convection SMEs meet the market’s standards and needs. The research aims to identify the characteristics of SMEs and the quality perception of quality management system, analyze the readiness of SMEs to face the AEC and the influence of the quality management system on the readiness of SMEs to face the AEC. The data from Bogor SMEs sevices used, then followed by snowball sampling method. The data analysis used are descriptive analysis, T-test and logistic regression analysis. The result showed that convection SMEs are more prepared in general, marketing and production/operation aspects. Educational level of business owner and the legal entity significantly affect the SMEs readiness facing AEC. The business owners have not implemented the quality management well, especially on the principle of system approach to management and the facts-based decision making, although these two principles are significantly affect the readiness of SMEs to face AEC 2015.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

MANAJEMEN MUTU DAN KESIAPAN UMKM ALAS KAKI/

KULIT DAN KONVEKSI BOGOR MENGHADAPI

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

SITI NAZLIFAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya yang berlimpah, serta shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga skripsi yang berjudul “Manajemen Mutu dan Kesiapan UMKM Alas Kaki/Kulit dan Konveksi Bogor Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Melalui prakata ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Eko Ruddy Cahyadi dan Bapak M Syaefudin selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan nasihat serta masukan selama proses penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tersayang yang selalu mendoakan dan mendukung penulis. Terima kasih pula disampaikan kepada sahabat tercinta Rienri, Grace, Uki, Tiwi dan Puteri dan teman-teman satu bimbingan Dwina, Gina, Nifri, Alan, Surahman dan Wandes serta teman-teman seperjuangan Manajemen angkatan 48.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta semua pihak yang terlibat.Penulis mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Manajemen Mutu Terpadu 3

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 4

Penelitian Terdahulu 6

METODE 6

Kerangka Pemikiran 6

Lokasi dan Waktu Penelitian 7

Jenis Sumber Data dan Metode Pengambilan Data 7

Metode Pengambilan Sampel 8

Pengolahan dan Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Karakteristik Usaha dan Pemilik UMKM 10

Kesiapan UMKM Menghadapi AEC 2015 11

Persepsi Mutu UMKM 12

Pengaruh Manajemen Mutu terhadap Kesiapan UMKM Menghadapi

AEC 2015 13

Implikasi Manajerial 17

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kriteria UMKM menurut UU No.20 Tahun 2008 3

2 Karakteristik usia pemilik dan pengalaman usaha 11

3 Karakteristik badan hukum UMKM 11

4 Pengetahuan dan kesiapan UMKM terhadap MEA 2015 12

5 Kategori evaluasi persepsi mutu UMKM 12

6 Model regresi logistik karakteristik dan manajemen mutu terhadap

kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015 16

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 7

2 Persepsi manajemen mutu UMKM 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data kontribusi sektor UMKM Kabupaten Bogor tahun 2009-2013 21

2 Hasil uji validitas kuesioner 21

3 Hasil uji reliabilitas kuesioner 21

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah digagas sejak tahun 2007 akan diberlakukan pada akhir tahun 2015. Hal ini berimplikasi pada meningkatknya transaksi ekonomi dan persaingan diantara negara-negara Asia Tenggara. Sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara dan kaya akan sumber daya alam, Indonesia memiliki potensi pasar sekaligus potensi produksi yang sangat besar. Posisi daya saing Indonesia sendiri pada tahun 2015 berdasarkan Indeks Kompetitif Global yang diterbitkan oleh World Economic Forum (2015) menempati peringkat ke-34 di dunia dan peringkat ke-4 di Asia Tenggara di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Dengan posisi tersebut, MEA memberikan tantangan yang sangat besar dalam memenangkan persaingan.

Salah satu pilar dari MEA seperti tercantum dalam Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN yang diterbitkan oleh Ditjen Kerjasama ASEAN (2009) yaitu pembangunan ekonomi yang merata. Pilar ini diterjemahkan dalam kebijakan pengembangan UKM yang bertujuan meningkatkan daya saing dan dinamika UKM ASEAN serta memperkuat daya saing dalam mengatasi kesulitan ekonomi makro, keuangan dan tantangan iklim perdagangan bebas. Menurut data yang dirilis oleh Asian Development Bank (2014), Indonesia memiliki persentase usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terbesar dari seluruh jenis usaha dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya yaitu sebesar 99,9% atau sebanyak 56,5 juta unit usaha pada tahun 2012. Dimana negara lainnya yaitu Kamboja memiliki UMKM sebesar 99,8%, Filipina sebesar 99,6%, Thailand sebesar 98,5%, Vietnam sebesar 97,7%, dan Malaysia sebesar 97,3% yang jumlahnya di bawah 3 juta unit usaha.

Di Indonesia UMKM merupakan pemain utama dalam ekonomi domestik dengan rata-rata pertumbuhan 2% per tahun (Asian Development Bank 2014). UMKM memberikan lapangan pekerjaan dalam jumlah besar dan merupakan sumber pendapatan utama maupun sekunder bagi masyarakat miskin di berbagai daerah. Lebih dari 90% unit usaha di Indonesia merupakan UMKM yang merupakan usaha perorangan yang tersebar luas di seluruh daerah pedesaan, dan oleh karena itu, memiliki peran penting dalam pengembangan keterampilan penduduk desa (Tambunan 2006, 2009).

(12)

2

memiliki kontribusi yang besar terhadap PDRB Kota dan Kabupaten Bogor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014) industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 27,48% terhadap PDRB Kota Bogor dan 57,62% terhadap PDRB Kabupaten Bogor.

Menurut Kementerian Koperasi dan UKM, industri pengolahan merupakan kegiatan pengubahan bahan dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi/setengah jadi dan/atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, baik secara mekanis, kimiawi, dengan mesin ataupun dengan tangan. Di Kabupaten Bogor industri pengolahan yang unggulan yang terkenal yaitu alas kaki/kulit dan konveksi atau tekstil dimana jenis usaha tersebut memberikan kontribusi ketiga terbesar setelah jenis usaha makanan dan perdagangan (Lampiran 1). Adapun kedua usaha tersebut memiliki beberapa sentra usaha seperti dinyatakan oleh Widyastutik (2010) dan Dinas UKM dan Koperasi Bogor yaitu sentra industri alas kaki/kulit berada di Kecamatan Ciomas, Ciampea, Ciapus dan Bogor Selatan, sedangkan sentra industri konveksi berada di Kecamatan Cibinong.

Meskipun jumlah UMKM alas kaki/kulit dan konveksi di Bogor banyak, selama ini kondisi UMKM belum terorganisir dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan belum tersedianya database UMKM yang lengkap dan diperbaharui setiap tahunnya. Sementara itu, pelaku usaha membutuhkan bantuan pemerintah daerah agar dapat meningkatkan mutu produknya seperti memenuhi standar, kebutuhan, dan kualitas pasar/konsumen agar dapat bersaing dalam MEA. Kualitas produk menjadi penting, karena apa yang ditawarkan oleh produsen harus memenuhi kriteria yang diinginkan oleh konsumen. Oleh karena itu, pengelolaan mutu sangat penting untuk menjamin proses yang dilakukan dan produk yang dihasilkan oleh UMKM.

Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001 mendefinisikan bagaimana organisasi menerapkan praktik-praktik manajemen kualitas secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar. SMM ISO 9001 merupakan standar mutu yang sudah diakui secara international, namun saat ini implementasi SMM masih didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar. Masih sedikit usaha kecil yang menerapkan SMM, pada kenyataannya perusahaan besar memerlukan keterlibatan pemasok untuk mendukung implementasi SMM mereka. Sebagian besar pemasok merupakan usaha kecil dan menengah (UKM). Sehingga UKM harus proaktif dalam menghadapi persaingan global dan harus lebih efisien dan efektif untuk dapat bertahan dalam lingkungan bisnis (Benjamin et al 2012).

Perumusan Masalah

(13)

3

Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk: 1) Mengidentifikasi karakteristik UMKM alas kaki/kulit dan konveksi Bogor dalam kaitannya dengan kesiapan menghadapi MEA 2015, 2) Mengidentifikasi kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015, 3) Mengevaluasi prinsip manajemen mutu yang selama ini diterapkan di UMKM serta pengaruhnya terhadap kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat 1) Bagi UMKM, khususnya objek penelitian sebagai bahan masukan terhadap perancangan kegiatan operasioanal, khususnya penerapan manajemen mutu, 2) Bagi akademisi, sebagai bahan referensi dan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya, 3) Bagi pemerintah daerah, sebagai informasi dalam membuat kebijakan bagi UMKM terkait perdagangan bebas MEA 2015.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini yaitu implementasi manajemen mutu pada UMKM yang dinilai berdasarkan prinsip-prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO 9001. Objek penelitian yaitu UMKM di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor, yang selanjutnya disebut Bogor, yang memenuhi kriteria UMKM menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 berdasarkan jumlah kekayaan bersih dan omzet yang dimiliki oleh sebuah usaha yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kriteria UMKM menurut UU No.20 Tahun 2008 No. Usaha

Kriteria Kekayaan Bersih

(rupiah)

Omzet (rupiah)

1 Usaha mikro ≤ 50 juta ≤ 300 juta

2 Usaha kecil >50 juta–500 juta >300 juta–2,5 milyar 3 Usaha menengah >500 juta–10 milyar >2,5 milyar–50 milyar

Sumber: Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2008

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Mutu Terpadu

(14)

4

menggunakan sumber daya manusia dan modal yang tersedia (Gaspersz 2003). Dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary) manajemen kualitas didefinisikan sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality assurance) dan peningkatan kualitas (quality improvement). Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level manajemen yang harus dikendalikan oleh manajemen puncak dan implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi.

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001

ISO 9000 merupakan sekumpulan standar sistem kualitas universal yang memberikan kerangka yang sama bagi jaminan kualitas yang dapat digunakan di seluruh dunia (Tjiptono dan Diana, 2003). Tujuan dari ISO 9000 adalah :

1. mencapai dan mempertahankan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pembeli secara berkesinambungan, 2. memberikan keyakinan kepada pihak manajemen organisasi bahwa kualitas

yang telah dimaksudkan telah dicapai dan dapat dipertahankan,

3. memberikan keyakinan kepada konsumen atau pelanggan bahwa kualitas yang dimaksudkan telah atau akan dicapai dalam produk atau jasa yang dijual.

Menurut International Organization for Standardization (ISO), ISO 9001: 2008 mengatur tentang kriteria untuk sistem manajemen mutu dan merupakan satu-satunya standar yang dapat disertifikasi, meskipun hal ini bukan keharusan atau dilakukan secara sukarela. Hal ini dapat digunakan oleh setiap organisasi, besar atau kecil, terlepas dari bidang kegiatan.

Prinsip ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu)

Agar berhasil dalam memimpin dan mengoperasikan sebuah organisasi, perlu untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi tersebut secara sistematis dan transparan. Keberhasilan dapat dicapai melalui implementasi dan pemeliharaan sistem manajemen yang didesain untuk selalu memperbaiki kinerja sambil menanggapi kebutuhan semua pihak yang berkepentingan. Pengelolaan organisasi mencakup manajemen mutu di antara disiplin manajemen lainnya. Menurut Bayangkara, 2008 ISO 9001 mendasarkan manajemen mutu pada 8 (delapan) prinsip manajemen mutu yang terdiri dari:

a. Fokus pada pelanggan

Perusahaan bergantung pada pelanggannya sehingga hendaknya memahami dan merealisasikan kebutuhan pelanggan saat ini dan mendatang, serta memenuhi dan berusaha melebihi harapan pelanggan. Semakin tinggi kemampuan untuk memenuhi harapan/keinginan pelanggan, semakin tinggi pula potensi perusahaan untuk mendapatkan laba yang lebih besar, pasar yang lebih luas, pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan.

b. Kepemimpinan

(15)

5

mana perusahaan diarahkan dalam memenuhi kebutuhan pelanggannya. Pemimpin juga harus mampu menciptakan dan memelihara lingkungan internal yang kondusif yang membuat semua personalia di dalam perusahaan terlibat secara optimal dalam pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan. c. Keterlibatan personel/ sumber daya manusia

Pemberdayaan karyawan merupakan salah satu pola pikir yang harus dipegang dalam implementasi manajemen kualitas total. Untuk mencapai keunggulan bersaing, perusahaan harus menjadikan keterlibatan karyawan sebagai bagian penting dalam pengelolaan SDM-nya.

d. Pendekatan proses

ISO 9001:2001 mendefinisikan proses sebagai “kumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana berubahnya input (material, persyaratan, peralatan, instruksi dan lain-lain) menjadi output (barang/jasa)”. Perubahan yang dimaksud yaitu terjadinya proses penciptaan nilai tambah pada input yang diolah sehingga output yang dihasilkan mampu memenuhi persyaratan pelanggan. Pendekatan proses mensyaratkan perusahaan untuk melakukan identifikasi, penerapan, pengelolaan, dan peningkatan berkelanjutan yang dibutuhkan dalam SMM dan mengelola interaksi masing-masing proses yang bertujuan untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan.

e. Pendekatan sistem pada manajemen

Pendekatan sistem terhadap manajemen didefinisikan sebagai pengidentifikasian, pemahaman, dan pengelolaan sistem dari proses yang saling terkait untuk pencapaian tujuan dan peningkatan sasaran perusahaan secara efektif dan efisien.

f. Peningkatan berkesinambungan

Peningkatan berkesinambungan merupakan pengembangan konsep dari peningkatan terus menerus di mana dalam pemingkatan yang berkesinambungan dilakukan suatu stabilisasi terlebih dahulu terhadap peningkatan yang telah dilakukan sebelumnya untuk melakukan peningkatan berikutnya. Peningkatan berkesinambungan terhadap kinerja organisasi harus menjadi tujuan tetap organisasi untuk mendapatkan yang terbaik dalam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi baik jangka pendek maupun jangka panjang.

g. Pembuatan keputusan berdasarakan fakta

Keputusan yang efektif biasanya dilakukan berdasarkan analisis yang tepat serta data dan informasi akurat yang mewakili fakta yang terjadi.

h. Hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok

(16)

6

Penelitian Terdahulu

Penelitian berjudul Analyzing The Interaction Of Factors For Success Of Total Quality Management in SMEs yang dilakukan oleh Singh (2011) mengidentifikasi 11 faktor TQM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen manajemen puncak, pelatihan dan pemberdayaan karyawan, pengembangan pemasok dan koordinasi antar departemen merupakan faktor pendorong suksesnya penerapan TQM. Megasari (2014) meneliti tentang Identifikasi Kesiapan Daya Saing Industri Kecil Menengah Alas Kaki di Kota Mojokerto Menghadapi Pasar Bebas ASEAN. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu pemilik selalu berupaya melakukan perbaikan mutu, menjalankan aktivitas operasional sesuai prosedur dan memaksimalkan penggunaan teknologi untuk menjamin kualitas produk sehingga lebih siap menghadapi pasar bebas ASEAN. Sharma dan Kodali (2008) mengkaji elemen TQM dari 28 model, kerangka, dan penghargaan terkait manajemen mutu berdasarkan sudut pandang manufaktur. Hasil dari penelitiannya yaitu 9 elemen fundamental dalam penerapan TQM pada bisnis manufaktur, yaitu focus pelanggan, fokus pemasok, kepeminpinan, manajemen sdm, proses manajemen, manajemen pengetahuan, pengukuran kinerja, tanggung jawab sosial, dan perbaikan berkelanjutan.

METODE

Kerangka Pemikiran

(17)

7

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bogor dengan melakukan wawancara kepada pemilik atau pengelola UMKM konveksi dan alas kaki/kulit menggunakan instrumen kuesioner. Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan Januari 2015.

Jenis Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada responden dengan menggunakan instrumen kuesioner. Responden merupakan pemilik dan pengelola

MEA 2015

Meningkatnya persaingan

Prinsip SMM ISO 9001 -Fokus pada pelanggan -Kepemimpinan

-Keterlibatan personel/sdm - Pendekatan proses -Pendekatan sistem pada manajemen

-Perbaikan berkesinambungan -Pembuatan keputusan berdasarkan fakta

- Hubungan dengan pemasok Karakteristik

UMKM

Regresi Logistik

Rekomendasi

Persepsi Mutu UMKM Kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015

Jenis Usaha

-Usia pemilik -Pengalaman usaha -Tingkat pendidikan -Badan hukum

(18)

8

UMKM bidang usaha alas kaki/kulit dan konveksi, sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur berupa buku, jurnal, data statistik serta penelitian terdahulu.

Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei dengan mewawancarai pemilik atau pengelola UMKM. Menurut Umar (2001) metode penelitian survei digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki mengapa gejala-gejala tersebut ada, sehingga tidak perlu memperhitungkan hubungan antara variabel-variabel karena hanya menggunakan data yang ada untuk pemecahan masalah daripada menguji hipotesis. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan teknik snowball sampling. Responden penelitian berjumlah 100 yang terdiri dari 39 responden pelaku usaha alas kaki/kulit dan 61 responden pelaku usaha konveksi. Sampel dipilih berdasarkan data UMKM Kota dan Kabupaten Bogor tahun 2012, namun karena banyaknya data yang tidak valid, maka responden lain ditemukan berdasarkan rekomendasi atau informasi dari responden awal, sehingga diperoleh data responden baru yang memenuhi kriteria sampel.

Pengolahan dan Analisis Data

Alat analisis data yang digunakan pada penelitian ini analisis data deskriptif dan regresi logistik, independent sample t-test dan chi kuadrat (χ2) dua sampel. Analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan objek yang diteliti melalui sampel atau populasi. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengidentifikasi faktor manajemen mutu yang secara signifikan mempengaruhi kesiapan UMKM konveksi dan alas kaki/ kulit dalam menghadapi MEA 2015.

Penelitian ini mengukur persepsi/sikap responden terhadap variabel bebas X dan variabel terikat Y mengggunakan skala likert. Menurut Kinnear (1988) dalam Umar (2001) skala likert berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu. Responden diminta untuk mengevaluasi diri dengan mengisi pernyataan dalam skala likert. Evaluasi dilakukan terhadap implementasi prinsip-prinsip Sistem Manajemen Mutu yang selama ini telah diterapkan oleh UMKM, yang dinyatakan dalam variable penelitian. Penelitian ini menggunakan 5 (lima) skala untuk mengukur persepsi responden yaitu: 1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=netral, 4=setuju, 5=sangat setuju.

Variabel Penelitian

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesiapan UMKM alas kaki/kulit dan konveksi Bogor menghadapi MEA 2015 dilihat dari aspek secara umum, pemasaran, keuangan, sumber daya manusia, dan produksi/operasi/ teknologi yang dinyatakan dengan 0=tidak siap dan 1=siap. Variabel bebas dalam penelitian ini merupakan delapan prinsip sistem manajemen mutu, yaitu:

1. Karakteristik UMKM:

(19)

9

b. Pengalaman usaha, dinyatakan dalam satuan tahun yang diukur per tahun 2014

c. Tingkat pendidikan pemilik usaha, dinyatakan dalam pilihan: 1) tidak bersekolah, 2) SD atau sederajat, 3) SMP atau sederajat, 4) SMA atau sederajat, 5) D3, 6) S1, 7) Pasca sarjana

d. Badan hukum usaha, dinyatakan dalam pilihan: 1) non formal, 2) koperasi, 3) CV, 4) PT

2. Jenis usaha, yaitu 1) alas kaki/kulit, 2) konveksi

3. Prinsip SMM: 1) fokus pelanggan, 2) kepemimpinan, 3) keterlibatan/pemberdayaan personel atau sumber daya manusia, 4) pendekatan proses, 5) pendekatan sistem pada manajemen, 6) perbaikan berkesinambungan, 7) pembuatan keputusan berdasarkan fakta, 8) hubungan dan kerjasama dengan pemasok. Prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk mengukur persepsi mutu UMKM responden terhadap pelaksanaan mutu yang selama ini telah diterapkan. Setiap prinsip dinilai berdasarkan pernyataan yang berkisar antara 3 – 6 butir dalam bentuk skala likert. Skor rata-rata dari setiap faktor manajemen mutu kemudian dibandingkan dengan skor alat ukur pada rentang 1 – 5.

Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kelayakan butir-butir pertanyaan dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan variabel (Nugroho 2005). Uji validitas digunakan untuk mengetahui butir-butir pertanyaan yang valid dan tidak valid. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r – hitung > r – tabel. Sebuah item pertanyaan akan dikatakan sahih atau valid jika mempunyai dukungan yang kuat terhadap skor total. Dengan kata lain, sebuah item pertanyaan dikatakan mempunyai validitas jika memiliki tinhkat korelasi yang tinggi terhadap skor item total dengan memenuhi dua syarat yaitu: 1) korelasi dari item-item kuesioner harus kuat dengan tingkat kesalahan maksimal 5%, 2) korelasi harus memiliki nilai positif dengan nilai r – hitung > r – tabel (Wahyono 2009).

Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ukuran kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan daftar pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variable dan disusun dalam bentuk suatu kuesioner (Nugroho 2005). Suatu kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha > 0,6.

Independent-Sample T Test

Independent-samples t test merupakan analisis yang digunakan untuk menguji dua rata-rata dari dua sampel yang saling tidak berkaitan. Dapat pula dikatakan bahwa prosedur ini digunakan untuk membandingkan rata-rata dua kelompok kasus. Idealnya untuk tes ini harus secara acak ditugaskan untuk dua kelompok, sehingga apapun perbedaan yang terjadi adalah berkaitan dengan perlakuan (atau ketiadaan perlakuan) dan bukan faktor lain (Wahyono 2009). Chi Kuadrat (χ2) Dua Sampel

(20)

10

independen biasanya digunakan dalam penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian survey. Chi kuadrat digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel bila datanya berbentuk nominal dan sampelnya besar (Sugiyono 2011). Regresi Logistik

Menurut Hosmer et al (2013) analisis regresi logistik digunakan untuk menggambarkan hubungan antara variabel dependen (terikat) dan satu atau lebih variabel penjelas (bebas), dimana variabel terikat dari model regresi logistik bersifat biner atau dikotomis (lebih dari satu). Regresi logistik berbeda dengan regresi linear baik dari bentuk model, maupun asumsi yang digunakan, namun secara umum prinsip yang digunakan pada regresi logistik hampir sama seperti regresi linear. Sarwono (2013) menyatakan bahwa syarat-syarat yang dibutuhkan dalam regresi logistik yaitu variabel bebas berskala interval sedangkan variabel terikat berskala nominal, dan ukuran sampel yang digunakan besar untuk meningkatkan kekuatan statistik sehingga setiap perbedaan akan dianggap signifikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Usaha dan Pemilik UMKM Alas Kaki/Kulit dan Konveksi di Kota dan Kabupaten Bogor

Hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan pada 100 responden menujukkan bahwa seluruh butir pertanyaan valid, yang ditunjukkan dengan r hitung (pearson correlation) > r – tabel (0,195). Reliabilitas ditunjukkan dengan nilai Cronbach’s Alpha (0,941) > 0,6. Hasil uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 dan uji validitas dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pemilik UMKM baik alas kaki/kulit maupun konveksi didominasi oleh laki-laki dengan persentase masing-masing 97% dan 87%. Sisanya berjenis kelamin wanita sebanyak 3% pada UMKM alas kaki/kulit dan 13% pada UMKM konveksi. Pendidikan terakhir pemilik usaha alas kaki/kulit didominasi oleh lulusan SD sebesar 41%, sedangkan konveksi didominasi oleh lulusan SMA sebesar 31%.

(21)

11

Tabel 2 Karakteristik usia pemilik dan pengalaman usaha Karakteristik

(tahun)

UMKM Alas kaki/kulit UMKM Konveksi

Sig T mana sebagian besar usaha merupakan milik perseorangan. Usaha berbentuk koperasi memiliki persentase 2% yang merupakan UMKM konveksi. Usaha dengan badan hukum CV memiliki persentase masing-masing 5% dan 15% untuk UMKM alas kaki/kulit dan konveksi. UMKM berbadan hukum CV memiliki posisi sebagai sekutu aktif atau komplementer, dimana mereka bertindak sebagai pihak yang menjalankan dan bertanggung jawab terhadap kegiatan produksi dan operasi. Usaha yang berbentuk PT sebesar 5% yang hanya merupakan usaha konveksi.

Tabel 3 Karakteristik badan hukum UMKM Badan hukum Alas kaki/ kulit Konveksi Non formal 95% 79%

Kesiapan UMKM Alas Kaki/Kulit dan Konveksi Bogor Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan dilaksanakan pada akhir tahun 2015 merupakan wujud kesepakatan negara-negara ASEAN membentuk kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi kurang lebih 500 juta penduduknya. Ekonomi di kawasan ASEAN yang didominasi oleh usaha kecil dan menengah menjadi perhatian penting dimana usaha-usaha tersebut membutuhkan pengembangan agar dapat bertahan dan berkompetisi di pasar asing. Pengetahuan mengenai MEA serta strategi yang perlu dilakukan oleh UMKM menjadi sangat penting dalam menghadapi persaingan yang lebih ketat. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data mengenai pengetahuan UMKM mengenai MEA serta bagaimana kesiapan mereka menghadapi persaingan tersebut.

(22)

12

pengetahuan mendetail mengenainya. Terlihat hasil dari uji chi-square pada kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015 yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi atau P-value. Pada kesiapan dari aspek keuangan dan secara sumber daya manusia nilai signifikansi lebih dari 0,05%, yang berarti bahwa baik UMKM alas kaki/kulit maupun konveksi dari segi keuangan maupun secara sumber daya manusia dikatakan tidak siap menghadapi MEA 2015. Ketidaksiapan UMKM diindikasikan sebagai penyebab dari berbagai kendala seperti lemahnya manajemen usaha, kurangnya pengetahuan mengenai pasar luar negeri, ketidakmampuan menembus pasar asing, hambatan permodalan, rendahnya kualitas sumber daya manusia, serta hambatan bahasa. Namun dari aspek secara umum, pemasaran dan produksi/operasi/teknologi UMKM konveksi cenderung lebih siap dibandingkan dengan alas kaki/kulit.

Tabel 4 Pengetahuan dan kesiapan UMKM terhadap MEA 2015 Karakteristik Alas kaki/ kulit Konveksi

Pengetahuan MEA 2015

Tahu 54% 72%

Tidak tahu 46% 28%

Total 100% 100%

Kesiapan Menghadapi MEA 2015 Alas kaki/ kulit Konveksi P-Value Secara umum 7,7% 34,4% 0,002

Persepsi Mutu UMKM Alas Kaki/ Kulit dan Konveksi Bogor

Penelitian ini mengukur persepsi mutu subjektif responden yang memiliki 33 item pernyataan dengan lima pilihan jawaban, sehingga masing-masing responden memiliki skor yang berkisar 1 – 5. Skor rata-rata diperoleh dengan membagi jumlah skor responden pada setiap item dengan jumlah item pernyataan sehingga diperoleh kategori seperti tercantum pada Tabel 5.

Tabel 5 Kategori evaluasi perepsi mutu UMKM Range skor rata-rata Kategori

1,00 – 1,79 Sangat Buruk 1,80 – 2,59 Buruk 2,60 – 3,39 Sedang 3,40 – 4,19 Baik 4,20 – 5,00 Sangat Baik Sumber: Data diolah (2015)

(23)

13

tertinggi 3,99. Hal ini disebabkan UMKM memilih pemasok berdasarkan kinerja yang memuaskan, telah menjalin hubungan kerjasama yang baik serta senantiasa memberikan umpan balik. Pada prinsip fokus pelanggan, rata-rata pemilik menyatakan bahwa mereka mengkomunikasikan kepada karyawan mengenai pentingnya memenuhi kebutuhan pelanggan, memfasilitasi pelanggan dalam memberikan umpan balik, memiliki proses efektif tentang ekspektasi pelanggan dan mengetahui bahwa pelanggan puas. Pada prinsip kepemimpinan, rata-rata UMKM belum memiliki visi misi, namun sudah memahami manajemen mutu dan pentingnya bagi usaha, memotivasi karyawan dan terlibat dalam pengembangan kualitas, memiliki rencana utilisasi karyawan serta memberikan sumber daya yang cukup untuk perbaikan kualitas. Pada keterlibatan dan pemberdayaan personel, sasaran kualitas dikomunikasikan kepada karyawan, serta karyawan percaya dan serius dalam memberikan pelayanan kualitas terbaik, namun UMKM belum melakukan kegiatan pelatihan bagi karyawan dan melibatkannya dalam penetapan kebijaksanaan kualitas UMKM. Pada pendekatan proses, UMKM mentransformasikan kebutuhan pelanggan ke dalam perencanaan, memiliki proses efektif untuk menangani keluhan pelanggan, serta UMKM dapat mengidentifikasi penyebab kualitas jelek.

Gambar 2 Persepsi manajemen mutu UMKM

Pengaruh Faktor Manajemen Mutu Terhadap Kesiapan UMKM Menghadapi MEA 2015

Analisis regresi logistik dilakukan untuk memperoleh sebuah model regresi untuk memprediksi besar variabel dependen yang berupa sebuah variabel binary menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso 2010). Pada penelitian ini variabel dependen berupa data kesiapan UMKM menghadapi AEC 2015, yang dinyatakan dengan 1=siap, 0=tidak siap secara umum, pemasaran, keuangan, sumber daya manusia dan secara produksi operasi berdasarkan 3 faktor yaitu karakteristik UMKM, jenis usaha dan

(24)

14

manajemen mutu UMKM. Analisis dilakukan dengan batuan software SPSS v22. Adapun hasil dari analisis adalah sebagai berikut:

Kelayakan model regresi ditentukan berdasarkan angka probabilitas (nilai Hosmer dan Lemeshow goodness of fit test) yaitu lebih besar dari 0,05 untuk semua model. Hasil ini menunjukkan bahwa model regresi biner layak digunakan pada analisis selanjutnya karena tidak terdapat perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dan yang diamati, sedangkan kelayakan model keseluruhan dilihat dari angka overall precentage. Hasil pendugaan parameter logit menyatakan bahwa model regresi logistik yang digunakan cukup baik, dengan rata-rata kemampuan memprediksi dengan sebesar 93%, 85%, 91%, 92% dan 93%. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai log likelihood sebesar 43,90; 35,54; 44,12; 38,19; dan 26,73. Menurut Sarwono (2013), jika nilai log likelihood semakin kecil dan mendekati nol, maka nilai tersebut semakin menggambarkan kecocokan model.

Pada Tabel 6, disajikan variabel yang secara signifikan mempengaruhi kesiapan UMKM secara umum, kesiapan pemasaran, kesiapan keuangan, kesiapan sumber daya manusia dan kesiapan produksi/operasi/teknologi pada taraf signifikansi 1%, 5%, dan 10%. Pada kesiapan secara umum, prinsip manajemen mutu fokus pelanggan, pendekatan sistem terhadap manajemen, dan peningkatan berkesinambungan memiliki pengaruh yang signifikan. Dari kesiapan secara pemasaran, prinsip manajemen mutu fokus pelanggan, kepemimpinan, dan pendekatan sistem terhadap manajemen berpengaruh signifikan. Pada kesiapan secara keuangan, variabel tingkat pendidikan pemilik usaha dan bentuk badan usaha serta prinsip manajemen mutu pendekatam sistem terhadap manajemen dan peningkatakan berkesinambungan memiliki pengaruh signifikan. Prinsip manajemen mutu fokus pelanggan, tingkat pendidikan serta bentuk badan hukum usaha memiliki pengaruh signifikan terhadap kesiapan UMKM mengahadapi MEA secara sumber daya manusia. Sedangkan pada kesiapan produksi/operasi/teknologi peningkatan berkesinambungan, pengambilan keputusan berdasarkan fakta, dan hubungan dengan pemasok berpengaruh signifikan terhadap kesiapan UMKM.

Maka secara berurutan variabel-variabel yang paling banyak mempengaruhi kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015 yaitu fokus pelanggan, pendekatan sistem terhadap manajemen, peningkatan berkesinambungan, tingkat pendidikan pemilik usaha, serta bentuk badan hukum usaha. Sedangkan jenis usaha tidak mempengaruhi UMKM dalam kesiapannya menghadapi MEA 2015.

(25)

15

Fokus pelanggan merupakan elemen penting dalam penerapan manajemen mutu. Semakin tinggi implementasi fokus pelanggan dalam kegiatan bisnis, maka semakin siap UMKM menghadapi perdagangan bebas. Hal ini dikarenakan pengelola akan lebih memahami kebutuhan pelanggan dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dan bukan keuntungan semata. Kepemimpinan yang baik akan membawa organisasinya kepada kesuksesan. Pemimpin harus memahami kegiatan bisnisnya, pihak-pihak yang terlibat serta hal-hal yang harus dilakukan terkait usahanya. Pendekatan sistem pada manajemen meliputi kegiatan pengelolaan proses untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pembuatan dan pelaksanaan visi, misi, dan sasaran akan membantu dalam menjalankan bisnis dan bersaing di pasar bebas, namun pada saat ini hanya 33% UMKM yang memiliki visi, misi dan sasaran.

(26)

16

Tabel 6 Model regresi logistik karakteristik dan manajemen mutu terhadap kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015

No. Variabel

Kesiapan Menghadapi MEA 2015

Secara umum Pemasaran Keuangan SDM Produksi/ operasi/ teknologi

Coeff Odds

Ratio Coeff Odds Ratio Coeff Odds Ratio Coeff

Odds

Ratio Coeff

Odds Ratio 1 Usia pemilik -0,011 0,989 0,032 1,0332 0,037 1,037 0,011 1,011 0,047 1,048 2 Pengalaman usaha -0,071 0,932 -0,075 0,927 0,037 1,038 0,049 1,050 -0,046 0,955 3 Tingkat pendidikan -0,006 0,994 0,115 1,122 0,717** 2,049 0,559** 1,748 0,087 1,091 4 Badan hukum 0,727 2,070 0,676 1,965 0,938** 2,673 0,731*** 2,078 0,597 1,817 5 Jenis usaha 1,285 3,615 0,388 1,473 0,287 1,332 0,366 1,442 0,832 2,297 6 Fokus pelanggan 3,315* 27.535 2,540** 12,679 3,344* 28,329 2,394** 10,962 1,185 3,271 7 Kepemimpinan -0,714 0,490 3,028*** 0,048 -1,845 0,158 -0,363 0,696 -0,347 0,707 8 Keterlibatan &

pemberdayaan sdm -1,095 0,335 0,635 1,888 0,828 2,289 -0,100 1,105 0,092 1,097 9 Pendekatan proses -0.594 0,552 -0,160 0,853 0,515 0,598 -0,116 0,891 0,155 1,167 10 Pendekatan sistem

terhadap manajemen 1,973*** 7,189 3,358** 28,745 2,997** 20,018 0,247 1,281 0,356 1,427 11 Peningkatan

berkesinambungan 1,927*** 0,146 -1,556 0,211 1,749*** 0,174 -1,701 0,182 1,840*** 0,159 12 Keputusan

berdasarkan fakta 1,584 4,873 0,634 1,885 -0,957 0,384 1,141 4,112 2,175** 8,803 13 Hubungan dengan

pemasok -1,670 0,188 -1,110 0,330 0,825 0,438 1,774 0,170 2,132** 0,119 Konstanta 5,730 0,003 7,625 0,000 11,570 0,000 7,120 0,001 4,115 0,016

***Signifikansi pada taraf nyata (α) 1% **Signifikansi pada taraf nyata (α) 5% *Signifikansi pada taraf nyata (α) 10%

(27)

17

Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian terdapat dua karakteristik usaha dan enam prinsip sistem manajemen mutu yang mempengaruhi secara signifikan kesiapan UMKM dalam menghadapi MEA 2015. Namun komitmen pelaku usaha terhadap beberapa prinsip masih lemah. Implikasi manajerial dari hasil penelitian ini adalah:

1. Pendidikan formal pemilik UMKM dan bentuk hukum usaha memiliki peran penting. Semakin tinggi tingkat pendidikan pemilik UMKM maka kemungkinan pengelolaan keuangan dan karyawan akan semakin baik. Begitu pula dengan badan hukum usaha, UMKM yang memiliki badan hukum, memiliki pertanggungjawaban yang lebih besar kepada pihak internal dan eksternal. Dengan adanya bentuk hukum usaha, kemungkinan untuk memperoleh pinjaman dana dari bank akan semakin mudah, sehingga dapat dilakukannya pengembangan usaha.

2. UMKM harus berfokus pada kepuasan pelanggan. Hal ini dapat dilakukan UMKM dengan memahami desain produk yang diinginkan pelanggan, terutama pada UMKM konveksi yang sistem produksinya dilakukan berdasarkan pesanan. Pada UMKM alas kaki/kulit, pengelola diharapkan menyediakan layanan pasca pembelian seperti jasa perbaikan apabila produk yang dibeli mengalami kerusakan.

3. Pemilik maupun pengelola harus dapat memimpin pihak-pihak internal UMKM terutama dalam penentuan dan pencapaian visi dam misi UMKM. Penciptaan visi dan misi bersama akan meningkatkan keterikatan antara karyawan dengan UMKM dan akan menurunkan tingkat turnover karyawan yang mana hal tersebut banyak dihadapi oleh para pengusaha alas kaki/kulit dan koveksi Bogor.

4. Pendekatan sistem terhadap manajemen perlu dilakukan untuk menyiapkan UMKM khususnya dalam aspek pemasaran. Salah satunya dengan menerapkan standar mutu produk seperti SNI, ISO 9000 atau ISO 14000 agar dapat meningkatkan kredibilitas produk dan usaha di mata pelanggan.

5. Perbaikan berkesinambungan dilakukan dengan cara terus belajar dan memperbaiki kelemahan-kelemahan UMKM, memberikan pelatihan bagi karyawan secara berkelanjutan, meningkatkan penggunaan teknologi terkini baik dalam hal produksi seperti penggunaan mesin, maupun penggunaan teknologi informasi untuk memperluas jangkauan pasar.

6. Agar pengambilan keputusan didasarkan pada fakta dan informasi, UMKM perlu memiliki database seperti laporan keuangan, laporan kegiatan produksi, dan catatan persediaan untuk membantu dalam proses perencanaan dan kegiatan evaluasi UMKM.

7. UMKM perlu membina hubungan dengan pemasok yang lebih intensif dan saling menguntungkan dengan cara melibatkan pemasok dalam proses perencanaan, misalnya pemsasok ikut serta dalam diskusi bersama pelanggan dan pengelola UMKM mengenai desain produk untuk dapat menentukan bahan baku yang tepat untuk jenis/desain produk tertentu.

(28)

18

diharapkan dapat memberikan pelatihan tenaga kerja, mengundang tenaga profesional untuk memberikan pembekalan mengenai perdagangan bebas MEA 2015, pengarahan mengenai mekanisme perdagangan internasional, dan penerapan manajemen mutu pada UMKM berdasarkan ISO 9001 sehingga UMKM lebih siap menghadapi MEA 2015. Pihak akademisi juga dapat melakukan seminar dan pelatihan bagi para pengusaha alas kaki/kulit dan konveksi Bogor khususnya yang mana merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilakukan mengenai manajemen mutu dan kesiapan UMKM alas kaki/kulit dan konveksi bogor menghadapi MEA 2015, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik tingkat pendidikan pemilik UMKM dan badan hukum UMKM memiliki pengaruh signifikan terhadap kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015 dimana semakin tinggi tingkat pendidikan dari pemilik UMKM dan semakin formal badan hukum UMKM maka semakin siap UMKM dalam menghadapi MEA 2015.

2. UMKM konveksi lebih siap menghadapi MEA 2015 dari aspek umum, pemasaran dan produksi/operasi/teknologi dibandingkan usaha alas kaki/kulit, namun pada aspek keuangan dan sumber daya manusia kedua jenis UMKM tersebut dinyatakan tidak siap menghadapi MEA 2015.

3. Dari delapan prinsip manajemen mutu terdapat enam prinsip yang berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015 yaitu fokus pelanggan, kepemimpinan, pendekatan sistem terhadap manajemen, peningkatan berkesinambungan, pengambilan keputusan berdasarkan fakta, dan hubungan/kerjasama dengan pemasok, dimana penerapan prinsip pendekatan sistem terhadap manajemen dan prinsip pembuatan keputusan berdasarkan fakta masih menunjukkan komitmen yang lemah.

Saran

1. Pemerintah daerah, khususnya Dinas Koperasi dan UKM Kota dan Kabupaten Bogor diharapkan dapat membantu pemilik UMKM untuk memperoleh badan hukum bagi usahanya, sehingga pengelolaan usaha lebih teratur dan siap menghadapi perdagangan bebas ASEAN.

(29)

19

3. UMKM harus memiliki laporan keuangan usaha agar penggunaan dana untuk usaha jelas dan dapat digunakan sebagai syarat untuk pengajuan pinjaman ke lembaga keuangan.

4. Dalam penelitian ini kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015 serta manajemen mutu yang diterapkan diukur berdasarkan pendapat dari pemilik UMKM. Persepsi secara subjektif memiliki kelemahan bias pendapat yang disampaikan oleh responden, oleh karena itu penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur manajemen mutu menggunakan ukuran mutu produk dan proses secara objektif.

5. Sampel dapat ditentukan berdasarkan data UMKM yang tersedia yang selanjutnya dipilih menggunakan metode simple random sampling, dikarenakan metode snowball sampling pada penelitian ini memiliki kelemahan yaitu kemungkinan bias karena pemilihan responden yang tidak independen.

DAFTAR PUSTAKA

Asian Development Bank. 2014. Asia SME Finance Monitor 2013 [internet]. [diacu 2015 Januari 30]. Tersedia pada: http://www.adb.org/sites /default/files/pub/2014/asia-sme-finance-monitor-2013.pdf

Bayangkara IBK. 2008. Audit Manajemen Proses dan Implementasi. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat.

Benjamin TMP, Prasetyawan Y, Rusdiansyah A. 2012. Pengembangan Model Quality Management System (QMS) pada Industri Kecil dan Menengah. Prosiding Seminar nasional Manajemen Teknologi XV. ISBN:978-602-97491-4-4.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Bogor dalam Angka 2014 [internet]. [diacu 2015 Januari 30]. Tersedia pada: http://bogorkab.bps.go.id/publikasi/kabupaten-bogor-dalam-angka-2014. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Kota Bogor dalam Angka 2014 [internet].

[diacu 2015 Januari 30]. Tersedia pada: http://bogor kota.bps.go.id/publikasi/kota-bogor-dalam-angka-2014.

[Disperindag] Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat. Perkembangan Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Investasi Sektor Industri di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 [internet]. [diacu 2015 Januari 30]. Tersedia pada:http://disperindag.jabarprov.go.id/data/statistik/download/Unit_Usaha_Te naga_Kerja_dan_Investasi_IKM.pdf.

Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. 2009. Cetak Biru Komunitas ASEAN [internet]. [diacu 2015 Januari 30]. Tersedia pada: http://www.smecda.com /Files/Asean/Cetak%20Biru%20Komunitas%20Ekonomi%20ASEAN.pdf. Gaspersz V. 2003. Total Quality Management. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka

Utama.

(30)

20

[ISO] International Organization of Standardization. 2014. ISO 9000: Quality Management [internet]. [diacu 2015 Januari 30]. Tersedia pada http:// www.iso.org/iso/iso_9000.

[Kemenkop] Kementerian Koperasi dan UKM RI. 2011. Narasi Statistik UMKM 2010-2011 [internet] [diacu 2014 Oktober 16]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id/phocadownload/data_statistik/statistik_UKM/narasi_ statistik_umkm%202010-2011.pdf.

Megasari KA. 2014. Identifikasi Kesiapan Daya Saing Industri Kecil Menengah Alas Kaki di Kota Mojokerto Menghadapi Pasar Bebas ASEAN. Malang (ID): Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Nugroho BA. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS.

Yogyakarta (ID): CV. Andi Offset.

Rumahboro N. 2015. Kesiapan ekspor ukm konveksi dan alas kaki/kulit bogor dalam menghadapi Asean Economic Community 2015 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Santoso S. 2010. Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta

(ID): Elex Media Komputindo.

Sarma M, Farida RD, Edward S. 2014. Pengembangan Industri Kecil Dan Rumah Tangga Alas Kaki Dalam Menuju Keberlanjutan Usaha Dan Menghadapi China Asean Free Trade Agreement. Manajemen IKM. 9 (1) : 67-75.

Sarwono J. 2013. Statistik Multivariat Aplikasi untuk Riset Skripsi. Yogyakarta (ID): Andi Yogyakarta.

Sharma M, Kodali R. 2008. TQM Implementation Elements For Manufacturing Excellence. The TQM Magazine. 22 (3) : 599-621.

Singh RK. 2011. Analyzing The Interaction Of Factors For Success Of Total Quality Management in SMEs. Asian Journal on Quality. 12 (1) : 6-19.

Sugiyono.2011. Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Bandung (ID): CV Alfabeta.

Tambunan T. 2006. Development of Small & Medium Enterprices in Indonesia from the Asia-Pasific Perspective. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.

Tambunan T. 2009. SME in Asian Developing Countries. London (UK): Palgrave Macmilan Publisher.

Tjiptono F, Anastasia D. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta (ID): Andi.

Umar H. 2001. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.

[UU RI] Undang-Undang Republik Indonesia No. 20, 2008:6 [internet]. [diacu 2014 November 4]. Tersedia pada:http://bumn.go.id/data/uploads/files /1/20.pdf.

Wahyono T. 2009. 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17. Jakarta (ID): PT Alex Media Komputindo.

Widyastutik, Mulyati H, Putri EIK. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Klaster UMKM Alas Kaki di Kota Bogor yang Berdaya Saing. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. 7 (1) : 16:26.

World Economic Forum. 2015. Global Competitive Index 2014-2015 Rankings

(31)

21

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kontribusi Sektor UMKM Kabupaten Bogor tahun 2009-2013 Jenis Usaha Jumlah (unit) Persentase

Makanan 1510 30%

Tekstil 330 7%

Barang dari kulit dan alas kaki 727 15%

Kayu 243 5%

Kertas dan percetakan 76 2%

Kimia dan farmasi 61 1%

Logam mesin dan elektronik 175 4% Mineral dan non-logam 2 0% Karet pasir dan plastik 114 2%

Kerajinan 194 4%

Jasa 420 8%

Perdagangan 1143 23%

Total 4998 100%

Lampiran 2 Hasil uji reliabilitas kuesioner

Reliability Statistics

Cronbach

's Alpha

N of

Items

.941 33

Lampiran 3 Hasil uji validitas kuesioner

Correlations

X1 X11 X12 X13 X14

X1 Pearson Correlation 1 .700** .474** .717** .753**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100

X11 Pearson Correlation .700** 1 .200* .332** .378**

Sig. (2-tailed) .000 .046 .001 .000

N 100 100 100 100 100

X12 Pearson Correlation .474** .200* 1 .248* .085

Sig. (2-tailed) .000 .046 .013 .400

N 100 100 100 100 100

X13 Pearson Correlation .717** .332** .248* 1 .325**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .013 .001

N 100 100 100 100 100

X14 Pearson Correlation .753** .378** .085 .325** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .400 .001

N 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(32)

22

Lanjutan lampiran 3

Correlations

x2 X21 X22 X23 X24 X25 X26

x2 Pearson Correlation 1 .637** .765** .613** .771** .776** .596**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100

X21 Pearson Correlation .637** 1 .509** .279** .418** .356** .255*

Sig. (2-tailed) .000 .000 .005 .000 .000 .011

N 100 100 100 100 100 100 100

X22 Pearson Correlation .765** .509** 1 .626** .505** .412** .390**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100

X23 Pearson Correlation .613** .279** .626** 1 .337** .362** .301**

Sig. (2-tailed) .000 .005 .000 .001 .000 .002

N 100 100 100 100 100 100 100

X24 Pearson Correlation .771** .418** .505** .337** 1 .487** .312**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .002

N 100 100 100 100 100 100 100

X25 Pearson Correlation .776** .356** .412** .362** .487** 1 .315**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .001

N 100 100 100 100 100 100 100

X26 Pearson Correlation .596** .255* .390** .301** .312** .315** 1

Sig. (2-tailed) .000 .011 .000 .002 .002 .001

N 100 100 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations

x3 X31 X32 X33 X34

x3 Pearson Correlation 1 .822** .634** .612** .705**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100

X31 Pearson Correlation .822** 1 .324** .308** .336**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .002 .001

N 100 100 100 100 100

X32 Pearson Correlation .634** .324** 1 .665** .294**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .003

(33)

23

Lanjutan lampiran 3

x3 X31 X32 X33 X34

X33 Pearson Correlation .612** .308** .665** 1 .236*

Sig. (2-tailed) .000 .002 .000 .018

N 100 100 100 100 100

X34 Pearson Correlation .705** .336** .294** .236* 1

Sig. (2-tailed) .000 .001 .003 .018

N 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations

x4 X41 X42 X43

x4 Pearson Correlation 1 .793** .404** .548**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 100 100 100 100

X41 Pearson Correlation .793** 1 -.024 .145

Sig. (2-tailed) .000 .811 .149

N 100 100 100 100

X42 Pearson Correlation .404** -.024 1 -.007

Sig. (2-tailed) .000 .811 .945

N 100 100 100 100

X43 Pearson Correlation .548** .145 -.007 1

Sig. (2-tailed) .000 .149 .945

N 100 100 100 100

(34)

24

Lanjutan lampiran 3

Correlations

x5 X51 X52 X53 X54 X55

x5 Pearson Correlation 1 .789** .796** .766** .825** .884**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100

X51 Pearson Correlation .789** 1 .635** .405** .506** .680**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100

X52 Pearson Correlation .796** .635** 1 .508** .473** .602**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100

X53 Pearson Correlation .766** .405** .508** 1 .654** .556**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100

X54 Pearson Correlation .825** .506** .473** .654** 1 .723**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100

X55 Pearson Correlation .884** .680** .602** .556** .723** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

x6 X61 X62 X63 X64

x6 Pearson Correlation 1 .747** .500** .655** .716**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100

X61 Pearson Correlation .747** 1 .289** .184 .318**

Sig. (2-tailed) .000 .003 .066 .001

N 100 100 100 100 100

X62 Pearson Correlation .500** .289** 1 .058 .321**

Sig. (2-tailed) .000 .003 .566 .001

N 100 100 100 100 100

X63 Pearson Correlation .655** .184 .058 1 .373**

Sig. (2-tailed) .000 .066 .566 .000

(35)

25

Lanjutan lampiran 3

x6 X61 X62 X63 X64

X64 Pearson Correlation .716** .318** .321** .373** 1

Sig. (2-tailed) .000 .001 .001 .000

N 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

x7 X71 X72 X73 X74

x7 Pearson Correlation 1 .818** .847** .796** .455**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100

X71 Pearson Correlation .818** 1 .503** .425** .333**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001

N 100 100 100 100 100

X72 Pearson Correlation .847** .503** 1 .870** .102

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .312

N 100 100 100 100 100

X73 Pearson Correlation .796** .425** .870** 1 .054

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .591

N 100 100 100 100 100

X74 Pearson Correlation .455** .333** .102 .054 1

Sig. (2-tailed) .000 .001 .312 .591

N 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

x8 X81 X82 X83

x8 Pearson Correlation 1 .576** .806** .788**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 100 100 100 100

X81 Pearson Correlation .576** 1 .142 .221*

Sig. (2-tailed) .000 .160 .027

N 100 100 100 100

X82 Pearson Correlation .806** .142 1 .506**

Sig. (2-tailed) .000 .160 .000

(36)

26

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 4 Hasil analisis regrei logistik

1) Y = Kesiapan UMKM Menghadapi MEA secara umum

Model Summary

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

2) Y = Kesiapan UMKM Menghadapi MEA secara pemasaran

Model Summary

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.

(37)

27

Lanjutan lampiran 4

3) Y = Kesiapan UMKM Menghadapi MEA secara keuangan

Model Summary

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

4) Y = Kesiapan UMKM Menghadapi MEA secara sumber daya manusia

Model Summary

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

5) Y = Kesiapan UMKM Menghadapi MEA secara produksi/operasi/ teknologi

(38)

28

Lanjutan lampiran 4

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 1.645 8 .990

Classification Tablea

Observed

Predicted

Produksi Percentage

Correct tidak siap siap

Step 1 Produksi tidak siap 93 1 98.9

siap 6 0 .0

Overall Percentage 93.0

(39)

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Siti Nazlifah dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Maret 1993, merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Hasanul Qalbi dan Syafriani Hutabarat.Penulis memulai pendidikan di TK Wijaya Kususma Jakarta Timur, kemudian melanjutkan pendidikan di SD Negeri 06 Malaka Sari Jakarta Timur, serta melanjutkan ke SMP Negeri 139 Jakarta dan SMA Negeri 12 Jakarta. Pada tahun 2011, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada program studi Manajemen melalui jalur masuk SNMPTN Tulis.

Gambar

Tabel 1  Kriteria UMKM  menurut UU No.20 Tahun 2008
Gambar 1  Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 2  Karakteristik usia pemilik dan pengalaman usaha
Tabel 4  Pengetahuan dan kesiapan UMKM terhadap MEA 2015
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan pada Bab I pada tahap dianalisis, bahwa sistem pengelolaan material listrik pada gudang rayon PLN Area Makkassar

mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Hipotesis minor dalam penelitian ini adalah ( 1) Teknik Universitas Lambung Mangkurat banyak Ada

Hasil penelitian menunjukan bahwa kepuasan dapat memediasi lingkungan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja profesional polisi. Oleh karena itu,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan dan pada level berapa asap cair kusambi mampu memberikan hasil yang terbaik terhadap kandungan nutrisi

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa (1) Model pembelajaran inkuiri menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan model

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui.Pengaruh selera secara parsial terhadap keputusan konsumen dalam pembelian sepeda motor

Tahapan penelitian sebagaimana digambarkan seperti pada gambar di bawah ini meliputi kegiatan yaitu (1) mengadakan pelatihan soft skill untuk pegawai Badan Pelayanan

Studi Tentang Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Aktifitas Fisik saat Puasa dan Tidak Puasa pada Mahasiswa Putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian