• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerjasama Indonesia Uni Eropa Upaya dala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kerjasama Indonesia Uni Eropa Upaya dala"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Kerjasama Indonesia – Uni Eropa : Upaya dalam

Memenangkan Persaingan

MAKALAH

Makalah ini diajukan sebagai salah satu prasyarat untuk pengajuan fungsional

VIANI PUSPITA SARI, S.IP., MM. NIP. 132 316 898

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG

(2)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu prasyarat untuk mengajukan fungsional di Universitas Padjadjaran.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran dan Bapak Ketua Jurusan Hubungan Internasional FISIP UNPAD atas petunjuk dan saran-saran yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas penulisan ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.

Jatingangor, Desember 2007

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan ... 2

BAB II Pembahasan II.1 Makna Indonesia bagi Uni Eropa ... 3

II.2 Hubungan Perdagangan ASEAN-Uni Eropa ... 6

II.3 TREATI (Trans-Regional EU-ASEAN Trade Initiative ... 7

II.4 ASEM... 8

II.5 Indonesia dalam Menghadapi Persaingan ... 8

II.6 Peran Diplomasi... 12

BAB III Kesimpulan... 14

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

“C’est I’argent qui fait tourner le monde.” Ungkapan dalam bahasa Perancis

ini secara harfiah bermakna “uanglah yang menggerakkan dunia”. Tidak dapat

dipungkiri bahwa motivasi terhadap uang (dalam hal ini dapat diasosiasikan

sebagai power) telah mendorong umat manusia mau bekerja keras demi

tercapainya keunggulan, tidak terkecuali negara-yang merupakan agregat dan

representasi dari warga negara. Dalam konteks yang makro, negara yang

merupakan pelaku hubungan internasional-seperti halnya individu-juga

dihadapkan pada kondisipada kondisi dan situasi persaingan dalam mencapai

kepentingannya dalam hubungan internasional.

Dikaitkan dengan hubungan Indonesia-Uni Eropa, kedua pihak telah memiliki

pengalaman yang memadai dalam kerjasama demi pencapaian yang saling

menguntungkan. Bertemunya para pihak dalam kerangka kerjasama lebih

disebabkan adanya ketergantungan satu sama lain dalam mencapai tujuan. Namun

demikian, masih banyak hal yang perlu diperhatikan demi tercapainya

kepentingan secara lebih optimal di masa yang akan datang. Paper kali ini akan

(5)

memenangkan persaingan dan memaksimalkan upaya diplomasi total yang sedang

dilaksanakan ?

I.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk meneliti lebih lanjut tentang bagaimana perkembangan

kerjasama Indonesia – Uni Eropa saat ini.

2. Untuk mengetahui sejauh mana diplomasi total Indonesia telah

dilakukan untuk pencapaian kepentingan nasional Indonesia.

Kegunaan makalah ini adalah :

1. Sebagai salah satu prasyarat untuk mengajukan fungsional.

2. Sebagai salah satu cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang Politik Luar Negeri dan umumnya Hubungan

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Makna Indonesia bagi Uni Eropa

Bukan suatu hal yang berlebihan bahwa Indonesia memiliki peranan yang

sangat penting bagi Uni Eropa. Secara geografis, letak Indonesia yang berada

pada posisi silang transportasi dunia sangat bermakna tidak saja bagi Uni Eropa

tetapi juga bagi negara-negara lain di seluruh dunia sebagai penghubung antara

dua benua dan dua samudra. Pengaruh Indonesia dalam tubuh ASEAN pun

ternyata semakin menyadarkan Uni Eropa bahwa jalinan kerjasama dengan

Indonesia sangatlah vital bagi Uni Eropa yang pada tahun 2007 ini akan

menambah jumlah keanggotaannya menjadi 27 negara dengan masuknya Bulgaria

dan Romania. Dengan kata lain, Indonesia menjadi jembatan penghubung antara

UE dengan dunia Timur, khususnya Asia Tenggara. Keanggotaan Indonesia di

Gerakan Non-Blok dan berbagai organisasi internasional lainnya seperti OPEC,

juga semakin memperjelas pentingnya Eropa untuk bekerja sama dengan

Indonesia.

Perjalanan sejarah membuktikan bahwa Eropa tidak pernah meninggalkan

Indonesia. “Uni Eropa senantiasa menjadi sahabat yang baik bagi Indonesia,

(7)

Demikian ini pernyataan para Diplomat Eropa ketika mengomentari

hubungan multilateral negar-negara anggota Uni Eropa dengan Indonesia. Akan

tetapi, benarkah hal itu ?

Dalam konteks hubungan dengan Uni Eropa, Indonesia sebenarnya telah

membina kerjasama harmonis secara bilateral dengan negara-negara anggota Uni

Eropa secara individual seperti Belanda, Inggris, Jerman , Perancis, Italia, Belgia,

Denmark, serta negara-negara Eropa Timur seperti Hongaria, Ceko dan Polandia.

Selama masa Orde Baru, hampir tidak terbaca adanya catatan minus soal

hubungan Indonesia-Uni Eropa. Penyebabnya boleh jadi karena gaya diplomasi

para diplomat Eropa yang santun, low profile, lebih concerned pada budaya lokal

dan yang terutama sangat berhati-hati dalam melontarkan pernyatan-pernyataan

politik.

Wujud kepedulian mereka terhadap Indonesia terlihat saat Indonesia

tertimpa krisis multidimensional beberapa waktu yang lalu, Uni Eropa justru lebih

mendekat dengan komitmen bantuan yang lebih besar, mempermudah akses bagi

ekspor Indonesia, promosi investasi dan dukungan politik bagi terlaksananya

demokratisasi. Saat bencana tsunami memporak-porandakan Aceh dan Nias, Uni

Eropa beserta masyarakat Eropa secara personal menyalurkan bantuan sebesar

450 juta euro bagi rekonstruksi fisik dan non fisik di Aceh dan Nias. Prosedur

alokasi bantuannya pun relatif sederhana danlebih mudah bila dibandingkan

(8)

Bukti konkret bahwa Indonesia dianggap penting oleh Uni Eropa adalah

tingginya intensitas pertemuan antara Menlu Hassan Wirajuda dengan Sekjen Uni

Eropa, Javier Solana yang mencapai 5-6 kali pada tahun 2006 lalu. Jumlah

pertemuan yang cukup tinggi mengingat Indonesia sebagai Negara Berkembang.

Tidak banyak Menlu lain dengan intensitas pertemuan sebesar ini.

Meskipun demikian, kerjasama ekonomi Indonesia dengan Uni Eropa

belumlah optimal. Padahal seperti yang pernah dinyatakan Duta Besar Belanda

untuk Indonesia Mr. Ruut Traffers di Surabaya, 16 Mei 2005 lalu, Belanda siap

menjadi pintu gerbang bagi ekspor Indonesia ke pasar Eropa. Saat ini Uni Eropa

merupakan pasar ekspor terbesar kedua yang sangat menjanjikan bagi Indonesia

sebesar 16,1 % dari total nilai ekspor Indonesia atau setara dengan US$ 14 milyar.

Sementara dalam hal impor, Uni Eropa merupakan sumber impor keempat

Indonesia yang membukukan nilai sebesar 12,7% atau sebesar US$ 7 milyar. Di

lain pihak, dari sisi Uni Eropa sendiri, dalam bidang ekonomi Indonesia hanya

menduduki posisi ke-37 sebagai sasaran atau target markt Uni Eropa atau sebesar

0,5 %. Dalam hal sebagai sumber impor, Indonesia hanya menduduki peringkat

ke-23 dengan membukukan persentase nilai impor Eropa sebesar 1% saja.

Sementara itu, dalam hal investasi langsung (Foreign Direct Invesment), Uni

(9)

II.2 Hubungan Perdagangan ASEAN-Uni Eropa

ASEAN (Association of South East Asian Nations) yang beranggotakan 10

negara-negara di Asia Tenggara (Brunei Darussalam, Indonesia, Kamboja, Laos,

Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapura, Thailand dan Vietnam) memiliki posisi

kunci di kawasan Asia Pasifik. Dedikasinya yang tinggi pada perdamaian dan

stabilitas di kawasan dan ditilik dari sektor ekonominya yang telah kembali

menggeliat tumbuh membuatnya menjadi partner penting bagi Uni Eropa terlebih

lagi setelah diluncurkannya Bali Concord II pada Oktober 2003 sebagai perjanjian

penentu terbentuknya Komunitas ASEAN 2020 (ASEAN Community).

Pada 2003, Perdagangan ASEAN-Uni Eropa membukukan pencatatan

sebesar 5.8% dari total perdagangan Uni Eropa, dan Perluasan Uni Eropa saat ini

telah menjadikannya sebagai partner dagang terbesar ketiga, sebesar 14% dari

total perdagangan ASEAN. Secara signifikan, 15% ekspor ASEAN ditujukan ke

Uni Eropa yang menjadikannya sebagai pasar ekspor terbesar kedua bagi ASEAN

setelah AS. Kekuatan ekonomi Asia Tenggara saat ini yang sedikit demi sedikit

pulih dari krisis dan potensi jangka panjang yang dimilikinya membuat kawasan

ini semakin atraktif bagi investasi dari Uni Eropa.

Sejak tahun 2000, isu-isu perdagangan dan investasi didiskusikan di tingkat

Menteri (Menteri Komisi Eropa ASEAN) dan pejabat (Senior Official Meeting)

antara Komisi Eropa dan ASEAN. Tantangan utama atas hubungan dua kawasan

ini adalah bagaimana cara untuk meningkatkan hubungan ekonomi antar kawasan

(10)

menyangkut peraturan dengan menggunakan kerangka TREATI (Trans-Regional

EU-ASEAN Trade Initiative), terutama dalam meletakkan landasan bagi

persetujuan perdagangan preferensial kawasan di masa yang akan datang.

II.3 TREATI (Trans-Regional EU-ASEAN Trade Initiative)

TREATI merupakan suatu kerangka pemikiran bagi terciptanya dialog dan

kerjasama di bidang regulasi yang dikembangkan untuk memperkuat hubungan

perdagangan Uni Eropa dengan ASEAN. Inisiatif ini secara resmi diluncurkan

sebagai komponen kunci dari Komunikasi Komisi Eropa tentang “A New

Partnership with South East Asia” pada Juli 2003. Area prioritas bagi kerjasama

dalam naungan TREATI sangat berhubungan erat dengan penggerak ASEAN

demi mencapai integrasi ekonomi dan mencakup standard-standard sanitasi dan

fitosanitasi (sanitary and phytosanitary) atas produk agrofood dan perikanan,

standard produk industri dan hambatan perdagangan yang bersifat teknis serta

produk kehutanan dan berbahan dasar kayu. Fasilitasi dan kerjasama perdagangan

dalam investas dilaksanakan sebagai isu yang terpisah (cross-cutting issues).

Bekerja dalam naungan TREATI didasarkan pada kerjasama yang semakin

mendalam yang diawali dengan pertukaran pengalaman dan pergerakan dalam

rangka mengembangkan komitmen peraturan yang lebih substansial antar dua

kawasan dari waktu ke waktu. Sejumlah kegiatan telah dilaksanakan dalam

kerangka TREATI pada 2004 hingga saat ini termasuk workshop tentang

(11)

II.4 ASEM-Asia-Europe Meeting

ASEM (The Asia-Europe Meeting) merupakan proses informal dari dialog

dan kerjasama yang didirikan pada 1996, yang melibatkan anggota Uni Eropa

secara individual dan Komisi Eropa dengan 10 negara Asia (Brunei, China,

Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand dan

Vietnam).

Dialog ASEM mencakup isu-isu politik, ekonomi dan budaya dengan

tujuan memperkuat hubungan antara kedua kawasan. Anggota Asia ASEM adalah

partner dagang yang utama bagi UE, dengan total seperlima perdagangan dunia

UE.

II.5 Indonesia dalam Menghadapi Persaingan

Saat ini, persaingan dalam globalisasi tidak hanya tajam akan tetapi

semakin intens dari tahun ke tahun. Sebagai bangsa yang membangun dan

berusaha bangkit kembali dari krisis diperlukan kekuatan, terutama dari dalam

negeri sendiri selain ditunang oleh kerjasama yang telah dipaparkan sebelumnya

agar dapat mencapai kepentingannya, Indonesia harus jeli dalam melihat

kemudian menganalisis kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman yang ada dalam

(12)

Kekuatan. Apabila dikaitkan dengan situasi persaingan saat ini, dimana

Indonesia masuk dalam kategori negara berkembang yang hanya memiliki power

yang terbatas. Dalam sepuluh tahun terakhir Indonesia telah berupaya untuk

menyamakan langkah bersama derap globalisasi, meskipun ternyata internal

strength yang kita miliki masih belum berhasil secara optimal. Banyak kajian

yang menunjukkan bahwa kekuatan Indonesia ada pada keunggulan SDA dan

dukungan SDM yang dimilikinya. Salah satu contoh, sektor perkayuan dan hasil

hutan Indonesia cukup bersaing dan memiliki keunggulan, sebab pohon-pohon

yang ditanam di Indonesia hanya membutuhkan waktu 5-8 tahun untuk dapat

ditebang, berbeda dengan pepohonan untuk industri di Eropa yang memerlukan

waktu tumbuh lebih lama yaitu sekitar 11-13 tahun. Hal ini pulalah yang membuat

Indonesia cukup atraktif bagi hadirnya investasi asing.

Kelemahan. Terletak pada beberapa hal yang terselip dalam kekuatannya antara

lain meskipun Indonesia unggul dalam kuantitas SDA dan SDM tetapi rendah

dalam kualitasnya. Demikian pula dengan aspek lain yang saling berkaitan satu

sama lain, yaitu dalam bidang politik dan keamanan, hingga saat ini masih

diperlukan jaminan atas stabilitas di kedua bidang tersebut sehingga diharapkan

stabilitas dalam perekonomian pun dapat terdukung. Masalah law enforcement

juga masih jadi bahan diskusi yang tiada habis-habisnya oleh seluruh komponen

masyarakat mulai dari pejabat hingga level grass root, yang pada dasarnya sangat

memerlukan realisasi untuk untuk dilaksanakan secara efektif. Implementasi dari

(13)

dalam menangani kasusu-kasus yang timbul sebagai dampak globalisasi seperti

eksternalitas-pencemaran lingkungan, penerapan kabijakan dan peraturan,

jaminan sosial, dan lain sebagainya. Pencemaran lingkungan yang terjadi sebagai

dampak samping industrialisasi di Indonesia menyebabkan mulai terjadinya krisis

air yang belum dapat ditangani dengan baik. Hal ini salah satu penyebab yang

membuat investor enggan untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Salah satu

hal yang membuat posisi Indonesia lemah dalam kaitannya dengan UE dalam

kerangka kerjasamanya juga sangat menekankan pentingnya pelestarian

lingkungan. Akibatnya, hal itu mempengaruhi.

Peluang. Dengan adanya globalisasi terciptalah peluang-peluang yang prospekif

demi mendukung pertumbuhan ekonomi yang bermuara pada terwujudnya

kesejahteraan warga negara Indonesia. Hal ini tentu bukan hanya kalkulasi di atas

kertas. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dengan hadirnya globalisasi,

memungkinkan masuknya investasi yang akan menciptakan lapangan-lapangan

kerja baru, modal untuk menggerakkan proses produksi, serta menambah

kemungkinan munculnya pasar-pasar baru. Indonesia yang memiliki keunggulan

komparatif dalam kuantitas SDM dan SDA dan belakangan ini menarik perhatian

Uni Eropa dalam investasi penambangan, dapat memanfaatkan peluang yang ada

yang muncul dari serangkaian perjanjian kerjasama yang telah disepakati bersama

(14)

Ancaman. Meminjam teori Manajemen Strategis dari Michael Porter, ia

mengidentifikasikan 5 kekuatan (forces) yang menentukan keunggulan intrinsik

untuk jangka panjang, (Michael E. Porter, Competitive Advantage : Creating a

Sustainin Superior Performance, 1999) antara lain : Threat of Intense Segment

Rivalry, Threat of New Entrants, Threat of Substitute Product, Threat of buyers’/

client’s bargaining power dan Threat of supplier’s bargaining power.

Sebuah negara paling tidak akan menduduki salah satu posisi dari bentuk-bentuk

ancaman yang disebutkan diatas. Untuk dapat menganalisis ancaman dengan

tepat, maka perlu diketahui posisi kekuatan dan kelemahan dari ancaman tadi.

Dalam persaingan global ada kalanya para pesaing menempati posisi sebagai

dominant power, strong power, favorable power, tenable weak atau bahkan non

viable (Philip Kottler, Marketing Management, Prentice Hall, 2003, p. 248)

Indonesia sendiri, dihadapkan pada ancaman yang datangnya dari negara-negara

dengan keunggulan SDM dan SDA yang hampir sama, yang di lain pihak

merupakan partner dalam kerjasama ekonomi seperti sesama anggota ASEAN

lainnya yang jauh lebih unggul dari Indonesia dalam bidang infrastruktur,

teknologi informasi dan komunikasi Malaysia, Singapura, Thailand dan bahkan

Vietnam yang unggul dalam SDMnya yang murah. Ancaman juga datang dari

negara-negara yang sudah jauh lebi maju seperti China dan Korea Selatan.

Selain ancaman ketergantungan dan lemahnya posisi tawar Indonesia terhadap

(15)

II.6 Peran Diplomasi

Diplomasi adalah cara yang terbukti efektif dalam pencapaian tujuan

nasional. Lalu apa yang sebaiknya dilakukan oleh Indonesia dalam hal ini para

diplomat sebagai garda terdepan representasi Indonesia di luar negeri, khususnya

dalam mencapai keberhasilan kerjasama dengan Uni Eropa ? Jawaban yang

komprehensif atas pertanyaan tersebut tidak mungkin dapat terwakili begitu saja

hanya dalam serangkaian kata-kata. Akan tetapi, dalam rangka melaksanakan

fungsinya sebagai representasi, pelaksana fungsi pelaporan, perlindungan dan juga

negosiasi, tugas penting tengah dan akan diemban oleh para diplomat.

Ditilik dari betapa pentingnya Indonesia untuk dapat menguasai atau paling tidak

memiliki keunggulan dalam persaingan, hal yang terpenting. Pertama adalah

Indonesia haruslah memiliki kekuatan fundamental dalam komunikasi dan

informasi. Pengumpulan data yang reliable dan verifikatif merupakan hal yang

mutlak dilakukan, salah satunya oleh Departemen Luar Negeri, selain oleh

Departemen terkait lainnya.

Kedua, Indonesia juga hendaknya semakin mengoptimalkan jalur-jalur

diplomasi lainnya (second-track diplomacy) dalam memperoleh posisi tawar yang

lebih menguntungkan.

Ketiga, diplomat merupakan representasi negara di luar negeri. Dalam hal

pemasaran, ia merupakan marketer yang menentukan gain yang akan

dihasilkannya. Oleh sebab itu, pengetahuan dan pemahanan yang mendalam atas

(16)

proses selanjutnya yaitu sosialisasi hasil kesepakatan dapat applicable dan berlaku

(17)

BAB III

KESIMPULAN

Hingga saat ini Uni Eropa masih menjadi target utama kerjasama ekonomi

dan perdagangan Indonesia selain AS, Jepang, dan negara-negara di kawasan

Timur Tengah. Berhadapan dengan “counterpart” yang memiliki keunggulan di

berbagai bidang, sudah tentu Indonesia harus dapat dengan cepat menanggapi

tuntutan dan tangtangan yang ada. Tugas paling utama Indonesia jika ingin

berhasil mendapatkan “potongan kue” yang diinginkan dari kerjasama dengan Uni

Eropa ialah melakukan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) dan

melakukan diferensiasi (menunjukkan keunikan) yang dapat membuat para pihak

di Uni Eropa semkain tidak ragu-ragu untuk menjalin kerjasama dengan

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Ball, Donald, A. 2006, International Business, The Challenge of Global

Competition,New York : McGraw-Hill

Dunne, Tim, Milja Kurki, Steve Smit, 2007, International Relations Theories,

Discipline and Diversity, New York : Oxford University Press

Kottler,Philip, 2003, Marketing Management, New Y

ork: Prentice Hall

Robbins, Stephen P. 2006, Organizational Behavior, New York : Prentice Hall

Suryokusumo, Sumaryo, 2005, Praktik Diplomasi, Jakarta : BP IBLAM

Koran

Referensi

Dokumen terkait

Setiap mahasiswa diminta untuk membuat sebuah paper dengan panjang maksimal 500 kata yang berisi rangkuman dan refleksi kritis atas tulisan Abraham van de Beek. yang berjudul

Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam

Apabila penetuan nilai ini berdasarkan pada nilai hasil tes belajar yang digunakan pada kriterium peserta didik, maka pada hal ini mengandumg arti bahwa nilai yang

Dengan demikian regresi berganda ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu Indeks Pembangunan Manusia sebagai

Tetapi pada Pasal 81 ayat (1) dan (2) Undang – undang No 35 Tahun 2014 penjatuhan pidananya yang diberikan Hakim tidak sesuai dengan batas minimal yang diberikan

[r]

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dengan tujuan menemukan solusi atau pemecahan masalah yang menjadi topik dalam suatu

Sesuai dengan definisi yang menyatakan bahwa taman kota juga merupakan salah satu jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: