• Tidak ada hasil yang ditemukan

Infeksi Salmonella enteritidis pada Ayam Pedaging dan Pola Resistensi terhadap Antibiotik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Infeksi Salmonella enteritidis pada Ayam Pedaging dan Pola Resistensi terhadap Antibiotik"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Infeksi

Salmonella enteritidis

pada Ayam Pedaging dan

Pola Resistensi terhadap Antibiotik

(

Salmonella enteritidis

Infection in Broilers and Its

Resistance Against Antibiotics)

Siti Chotiah, Damayanti R

Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. RE Martadinata No. 30, Bogor 16114 sitichoti@yahoo.co.id

ABSTRACT

A study of Salmonellae enteritidis infection in broilers and the patterns of antibiotic resistance was carried out in Indonesian Research Veterinary Institute. The aim the study was to provide the latest information of food-borne bacterial pathogens of animal production present in the field. A total of 115 samples consisting of 54 cecum, 42 liver, 6 heart and 13 egg yolk collected from 55 sick/dead chicken having gross lesions, originated from 24 farms in Sukabumi districts and West Bandung district, West Java Province were used in this study. A total of 35 isolates of Salmonella were isolated, and 24 of them were identified as S. enteritidis derived from 13 chickens at five farmers in two districts. Histopathological changes was found in four liver namely supurative hepatitis, nonsupurative hepatitis, necrosis and degeneration with necrosis, two intestine and cecum enteritis. Resistance pattern of S. enteritidis isolates showed that a total of 70, 25 and 20% were resistant to ampicillin, sulfamethoxazole and neomycin respectively.

Key Words: Infection, Salmonella enteritidis, Broiler, Antibiotic Resistance, Histopathology

ABSTRAK

Studi infeksi Salmonella enteritidis pada ayam pedaging dan pola resistensi terhadap antibiotik telah dilakukan di Balai Besar Penelitian Veteriner dengan tujuan untuk memberikan informasi terkini keberadaan bakteri foodborne patogen pada ayam pedaging di lapang. Sebanyak 115 sampel terdiri dari 54 sekum, 42 hati, enam jantung dan 13 masa kuning telur yang mengalami kelainan patologi anatomi yang berasal dari 55 ekor ayam broiler sakit atau mati dari 24 peternakan di Kabupaten Sukabumi dan Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat digunakan sebagai bahan studi. Sebanyak 35 isolat Salmonella telah diisolasi dan 24 isolat teridentifikasi sebagai S. enteritidis berasal dari 13 ekor ayam di lima peternak di dua kabupaten. Perubahan histopatologi yang ditemukan pada empat sampel hati masing-masing memperlihatkan hepatitis supurativa, hepatitis nonsupurativa, nekrosis dan degenerasi disertai nekrosis dan dua sampel usus/sekum memperlihatkan enteritis. Pola resistensi dari isolat-isolat S. enteritidis secara berurutan menunjukkan 70, 25 dan 20% resisten masing-masing terhadap ampisilin, sulfametoksazol dan neomisin.

Kata Kunci: Infeksi, Salmonella enteritidis, Ayam Pedaging, Resistensi Antibiotik, Histopatologi

PENDAHULUAN

Genus Salmonella dibagi dalam dua spesies yaitu Salmonella enterica dan Salmonella bongori. Selanjutnya, S. enterica dibagi dalam enam subspesies (Minor & Popoff 1987; Reeves et al. 1989). Umumnya Salmonella

yang memiliki peranan penting dalam bidang veteriner adalah S. enterica subspesies

enterica, sedangkan jumlah serotipe dari

Salmonella lebih dari 2.400 serotipe (Quinn et al. 2002). Salmonella enterica subspesies

enterica serotipe enteritidis sering disebut

Salmonella enteritidis (SE) merupakan serovar

paling banyak dalam wabah foodborne yang terjadi di Brazil (De Oliveira et al. 2006). Sumber infeksi utama dari patogen ini berasal dari ternak/ayam dan produknya (daging dan telur) yang tercemar (Poirier et al. 2008).

Salmonella enteritidis pertama kali ditemukan di Indonesia, pada tahun 1991 dari ayam yang diperoleh dari rumah potong ayam di Jakarta, kemudian pada pertengahan tahun 1994 infeksi SE pada ayam terjadi secara sporadis mulai sering dilaporkan (Poernomo et al. 1997). Kusumaningsih & Sudarwanto

(2)

(2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa 7,4% telur konsumsi, 30,4% telur tetas mengandung Salmonella spp. Hasil serotiping menunjukkan 77,8% telur konsumsi dan 100% telur tetas adalah SE.

Infeksi SEpada anak ayam pedaging umur di bawah tujuh hari bersifat sistemik dan dapat menimbulkan kematian (Poernomo et al. 1997; Dhillon et al. 1999; Alisantosa et al. 2000). Sementara itu, pada ayam umur lebih dari dua minggu biasanya tidak menimbulkan gejala klinis dan tidak mematikan, tetapi dapat menjadi karier menahun yang sewaktu-waktu dapat mengekskresikan bakteri SE dalam fesesnya (Gast & Beston 1995; Poernomo et al. 1997). Infeksi SE pada manusia dapat menimbulkan gangguan pada saluran pencernakan yang diawali dengan diare, dehidrasi, sakit perut, mual-mual, muntah dan kadang-kadang demam ringan (Serbeniuk 2002). Menurut Mead et al. (1999) penyakit yang disebabkan oleh infeksi SE pada manusia bersifat foodborne diseases.

SE adalah bakteri foodborne patogen yang merupakan bawaan ternak (ayam) yang bisa ditularkan secara vertikal (telur) dan horizontal (daging) serta dapat membahayakan kesehatan manusia. Oleh karena itu, penanganan yang tepat terhadap ternak baik kesehatan dan manajemen sanitasi kandang (biosafety) sangat berguna untuk meningkatkan keamanan pangan asal ternak terhadap kontaminasi SE sejak dari hulu.

Tujuan dari penelitian ini utuk mengetahui adanya infeksi bakteri foodborne patogen SE pada ayam pedaging sakit dan mati di kelompok peternakan dan pola resistensinya terhadap beberapa macam antibiotik.

MATERI DAN METODE Pengumpulan sampel

Sampel dikumpulkan dari peternakan ayam pedaging yang berlokasi di Kabupaten Sukabumi dan Bandung Barat, Jawa Barat. Sampel berupa sekum, hati, jantung, masa kuning telur yang berasal dari ayam sakit maupun ayam yang baru mati dan mengalami kelainan patologik anatomi (PA). Sampel untuk pemeriksaan ke arah Salmonella

ditempatkan di dalam box yang berisi es batu dan dibawa ke laboratorium Balai Besar

Penelitian Veteriner (BB Litvet) dalam keadaan tetap dingin. Sementara itu, sampel organ yang menunjukkan kelainan PA ditempatkan di dalam botol spesimen tertutup berisi buffered neutral formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologi.

Isolasi dan identifikasi Salmonella

Isolasi dan identifikasi dilakukan dengan metode standar menurut Barrow & Feltham (2003) dan dimodifikasi dengan menggunakan medium spesifik. Masing-masing sampel yang berupa organ ayam dibuat suspensi dalam

buffer pepton water (0,5 gram/4,5 ml) menggunakan stomacher "80", lalu dieramkan pada suhu 37°C selama satu malam. Keesokan harinya 0,5 ml kultur ditanam dalam medium padat xylose lactose tergitol™ 4 (XLT4),

diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 24 jam. Koloni murni berwarna hitam spesifik yang dicurigai Salmonella diwarnai dengan pewarnaan Gram dan dilakukan pemeriksaan morfologi secara mikroskopik. Koloni murni yang dicurigai ditumbuhkan pada agar miring media nutrient agar (NA) diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam dan disimpan pada suhu -20ºC sebagai stock culture. Selanjutnya, didentifikasi berdasarkan karakteristik biokemik menggunakan perangkat identifikasi API 20 E (Biomereux, Perancis).

Uji serologik

Masing-masing isolat Salmonella murni ditentukan serotipenya dengan metode standar

slide agglutination menurut Murray (1984) menggunakan antiserum flagella H (g,m) dan antisera somatik O faktor 9 group D (Oxoid, Inggris).

Uji biogram

Masing-masing isolat Salmonella diuji kepekaannya terhadap beberapa macam antibiotik menggunakan metode kirby-bauer disk diffusion susceptibility (Bauer et al. 1966) yang dimodifikasi menggunakan medium padat

brain hart infusssion. Sebanyak tujuh macam antibiotik komersial yang direkomendasikan untuk bakteri Gram negatif (Oxoid, Inggris) telah digunakan dalam uji ini (ampisilin (AMP)

(3)

10 g, kloramfenikol (C) 30 g, gentamisin (CN) 10 g, kanamisin 30 g, neomisin 10 g, sulfamektoksazol trimetropim 25 g dan streptomisin 30 g. Interpretasi hasil menggunakan tiga kategori yaitu sensitif (susceptible), menengah (intermediate) dan resisten (resistant) mengacu pada appendix

dari SCA-Animal Health Committee (Simmons & Craven 1980).

Pemeriksaan histopatologi

Pemeriksaan histopatologi (HP) dilakukan dengan pewarnaan hematoksilin dan eosin (HE) sesuai prosedur standar (Drury & Wallington 1980). Sampel difiksasi dalam larutan buffered neutral formalin (BNF) 10%, kemudian diproses sebagai blok paraffin, dipotong setebal 3-4 µm dan diwarnai dengan pewarnaan H&E sesuai metode standar. Pemeriksaan preparat dilakukan secara mikroskopis dan lesi dianalisa secara diskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Koleksi sampel

Sebanyak 113 sampel yang terdiri dari sekum, hati, jantung dan masa kuning telur

hasil otopsi dari 55 ekor ayam pedaging sakit dan baru mati, umur mulai dari dari empat hari sampai dengan 26 hari (Tabel 1). Sampel tersebut dikoleksi dari 24 peternakan di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat pada bulan Juni dan November masing-masing peternak satu kali kunjungan.

Isolasi dan identifikasi Salmonella

Hasil isolasi dan identifikasi terhadap bakteri foodborne zoonosis SE dipaparkan di dalam Tabel 2. Sebanyak 35 isolat Salmonella

telah diisolasi dari 115 sampel organ hasil optopsi dari 55 ekor ayam sakit dan mati (Tabel 1). Hasil identifikasi menunjukkan bahwa dari 35 isolat Salmonella yang diperoleh 68,6% (24 isolat) adalah SE yang berasal dari tiga ekor ayam di tiga peternak di Kabupaten Sukabumi dan 10 ekor ayam di dua peternak di Kabupaten Bandung Barat (Tabel 2).

Menurut Poernomo et al. (2006) 90,2% (46/51) isolat SE di Indonesia (isolasi tahun 1991-1992) termasuk phagetipe (PT) 4 dan sebagian besar berasal dari ayam muda dan dewasa (19 isolat) dan 17 isolat dari anak ayam umur satu hari. Menurut Quinn et al. (2002) menyebutkan SE PT 4 banyak ditemukan

Tabel 1. Jumlah dan asal sampel yang digunakan dalam penelitian

Lokasi Kabupaten/jumlah peternak

Jenis sampel

Ayam Hasil otopsi

Sakit Mati Jumlah Sekum Hati Jantung Mkt Jumlah

B/13 14 8 22 22 14 5 1 42

D/11 26 7 33 32 28 1 12 73

2/24 40 15 55 54 42 6 13 115

B: Sukabumi; D: Bandung Barat; Mkt: Masa kuning telur

Tabel 2. Hasil isolasi dan identifikasi S. enteritidis dari sampel ayam pedaging pada peternakan di dua kabupaten di Jawa Barat

Asal sampel

Jumlah Jumlah positif Salmonella enteritidis Ayam/

sampel

Positif

Salmonella Sekum Hati Jantung Mkt

Ayam/ peternak

B 22/42 5 1 2 1 1 3/3

D 33/73 30 5 7 0 7 10/2

55/115 35 6 9 1 8 13/5 B: Sukabumi; D: Bandung Barat; Mkt: Masa kuning telur

(4)

dalam produk unggas dan umumnya menyebabkan food poisoning pada manusia.

Perubahan histopatologi

Sebanyak enam organ dari 24 organ yang terisolasi SE, menunjukkan perubahan histopatologik pada empat organ hati masing-masing memperlihatkan gambaran hepatitis supurativa, hepatitis nonsupurativa, nekrosis dan degenerasi disertai nekrosis (Gambar 1). Dua organ usus/sekum masing-masing memperlihatkan gambaran enteritis (Gambar 2), sedangkan 18 organ selebihnya tidak dijumpai adanya kelainan spesifik. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa SE yang ditemukan cukup patogen dan sebagian besar terjadi pada kelompok ayam umur satu dan dua minggu.

Alisantosa et al. (2000) menetapkan bahwa patogenisitas SE PT4 adalah paling patogenik. Patogenisitas SE phagetipe PT 4 pada ayam sangat bervariasi dan juga terjadi perbedaan virulensi diantara isolat SE dalam PT yang sama (Gast & Beston 1995).

Pola resistensi dan sensitifitas terhadap antibiotik

Pola resistensi dan sensitivitas dari 20 isolat SE hasil isolasi dari infeksi di lapangan terhadap beberapa macam antibiotik dipaparkan di dalam Tabel 3 dan Gambar 3. Pada studi ini antibiotik ampisilin yang termasuk dalam golongan penisilin memperlihatkan pola resistensi tinggi (70%) (Gambar 3A). Berbeda dengan isolat SE asal daging ayam yang menunjukkan resisten 28,57% terhadap golongan penisilin lain yaitu amoksisilin (Noor et al. 2006).

Persentase resistensi rendah (25%) terhadap trimetoprim sulfamektoksazol (golongan sulfonamida dan trimetoprim) dan 20% terhadap neomisin (golongan aminoglikosida) ditemukan pada isolat-isolat SE asal ayam pedaging yang terinfeksi di lapangan. Meskipun demikian isolat-isolat SE asal telur dan manusia menunjukkan resistensi yang tinggi masing-masing 85,9 dan 85,7% terhadap antibiotik golongan aminoglikosida tersebut di atas (Kusumaningsih & Sudarwanto 2011).

Gambar 1. (A) Hati ayam (A3M) yang diinfiltrasi oleh sel radang limfosi disertai dengan nekrosis multifocal; (B) Lesi pada A dengan perbesaran lebih tinggi

(5)

Gambar 2. (A) Mukosa usus halus ayam (AH6) mengalami penebalan oleh infiltrasi sel radang heterofil, erosi pada mukosa (ulser), sebagian jaringan mengalami nekrosis; (B) Mukosa sekum ayam (AH6) menebal oleh infiltrasi sel radang heterofil, erosi pada mukosa (ulser), sebagian jaringan mengalami nekrosis

Tabel 3. Pola resistensi dari 20 isolat S. enteritidiis hasil isolasi dari kelompok ayam broiler di dua kabupaten di Jawa Barat terhadap beberapa macam antibiotik

Antibiotik Kode Konsetrasi dalam disck (g)

Persentase (%) Resisten Menengah Sensitif

Ampisilin AMP 10 70 15 15 Kloramfenikol C 30 5 35 60 Gentamisin CN 10 0 20 80 Kanamisin K 30 5 70 25 Neomisin N 30 20 80 0 Sulfametoksazol trimetoprim SXT 25 25 40 35 Streptomisin S 10 0 0 100

Gambar 3. (A) S. enteritidis terhadap ampisilin (AMP) 10 g zona hambat0mm (resisten); (B) S. enteritidis terhadap kloramfenikol; (C) 30 g zona hambat 21 mm (sensitif, gentamisin; (CN) 10 g zona hambat17 mm, trimethoprim sulfametoksazol; (SXT) 25 g zona hambat 18 mm dan ampisilin; (AMP) 10 g zona hambat13mm

(A) (B)

(6)

Pada studi ini semua (100%) isolat SE asal ayam di lapangan yang terinfeksi sensitif terhadap streptomisin (golongan aminoglikosida) dan 80% terhadap gentamisin (golongan aminoglikosida), serta 60% sensitif terhadap kloramfenikol yang termasuk dalam golongan amfenikol. Ini merupakan pertimbangan sebagai pilihan antibiotik yang dipakai untuk pengobatan terinfeksi SE di lokasi tersebut.

KESIMPULAN

Infeksi Salmonella telah terjadi pada 55 ekor ayam pedaging sakit dan mati dari 24 peternakan di Kabupaten Sukabumi dan Bandung Barat. Hasil isolasi dan identifikasi diperoleh 35 isolat Salmonella dari 115 sampel organ yang menunjukkan kelainan patologi anatomi. Dua puluh empat isolat diantaranya teridentifikasi sebagai S. enteritidis yang berasal dari tiga ekor ayam umur satu minggu di tiga peternak di Kabupaten Sukabumi dan 10 ekor ayam umur satu minggu dan tiga minggu di dua peternak di Kabupaten Bandung Barat. Infeksi pada ayam umur satu minggu bersifat sistemik dan menimbulkan kematian. Pola resistensi dari isolat-isolat SE tersebut menunjukkan 70, 25 dan 20% resisten terhadap masing-masing berurutan ampisilin, sulfametoksazol dan neomisin.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada petugas Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi dan Dinas Peternakan Kabupaten Bandung Barat atas kerjasamanya selama kami dilapangan, Sdr. M. Syafarudin, Sdri. Murniati, Sdr. Sukatma dan Sdri. Sri Mulyati teknisi litkayasa BB Litvet yang telah membantu kegiatan studi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alisantosa B, Shivaprasad HL, Dhillon AS, Jack O, Schaberg D, Bandli D. 2000. Pathogenicity of Salmonella enteritidis phage types 4, 8 and 23 in specific pathogen free chicks. Avian Pathol. 29:583-592.

Barrow GI, Feltham RKA. 2003. Cowan and Steel’s. Manual for the identification of medical bacteria. 3rd ed. Cambridge (UK): Cambridge University Press.

Bauer AW, Kirby WM, Sherris JC, Turck M. 1966. Antibiotic susceptibility testing by a standardized single disk method. Am J Clin Pathol. 45:493-496.

Dhillon AS, Alisantosa B, Shivaprasad HL, Jack O, Schaberg D, Bandli D. 1999. Pathogenicity of Salmonella enteritidis phage types 4, 8, and 23 in broiler chicks. Avian Dis. 43:506-515. Drury RAB, Wallington EA. 1980. Carleton’s

histological technique. Oxford (UK): Oxford University.

Gast RK, Beston ST. 1995. The comparative virulences for chicks of Salmonella enteritidis phage type 4 isolates and isolates of phage type commonly found in the United State. Avian Dis. 39:567-574.

Kusumaningsih A, Sudarwanto M. 2011. Infeksi Salmonella enteritidis pada telur ayam dan manusia serta resistensinya terhadap antimikroba. Ber Biol. 10:771-779.

Mead PS, Slutsker L, Dietz V, McCaig LF, Bresee JS, Shapiro C, Griffin PM, Tauxe R V. 1999. Food-related illness and death in the United States. Emerg Infect Dis. 5:607-625.

Minor LL, Popoff MY. 1987. Designation of Salmonella enterica sp. nov., nom. rev., as the type and only species of the genus Salmonella: request for an opinion. Int J Syst Bacteriol. 37:465-468.

Murray C. 1984. Salmonella. In: Report on consultancy. Bogor (Indonesia): RIAD. Noor SM, Poeloengan M, Andriani. 2006. Kepekaan

isolat Salmonella enteritidis dan Salmonella hadar yang diisolasi dari daging ayam terhadap antibiotika. Dalam: Mathius IW, Sendow I, Nurhayati, Murdiati TB, Thalib A, Beriajaya, Suparyanto A, Prasetyo LH, Darmono, Wina E, penyunting. Cakrawala baru IPTEK menunjang revitalisasi peternakan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 5-6 September 2006. Bogor (Indonesia): Puslitbangnak. hlm. 743-748.

De Oliveira FA, Brandelli A, Tondo EC. 2006. Antimicrobial resistance in Salmonella enteritidis from foods involved in human Salmonellosis outbreaks in Southern Brazil. New Microbiol. 29:49-54.

(7)

Poernomo S, Priadi A, Natalia L. 2006. Phagetyping dan uji sensitivitas terhadap berbagai antibiotika dari isolat Salmonella enteritidis asal Indonesia. JITV. 11:157-166.

Poernomo S, Rumawas I, Sarosa A. 1997. Infeksi Salmonella enteritidis pada anak ayam pedaging dari peternakan pembibit: suatu laporan kasus. JITV. 2:194-197.

Poirier E, Watier L, Espie E, Weill FX, De Valk H, Desenclos JC. 2008. Evaluation of the impact on human Salmonellosis of control measures targeted to Salmonella enteritidis and Typhimurium in poultry breeding using time-series analysis and intervention models in France. Epidemiol Infect. 9:1217-1224. Quinn PJ, Markey BK, Carter ME, Donnelly WJ,

Leonard FC. 2002. Veterinary microbiology

and mycrobial disease: Enterobacteriaceae. Oxford (UK): Blackwell Press.

Reeves MW, Evins GM, Heiba AA, Plikaytis BD, Farmer JJ. 1989. Clonal nature of Salmonella typhi in its genetic relatednes to other Salmonellae as shown by multilocus enzyme electrophoresis, and proposal of Salmonella bongori. com. nov. J Clin Microbiol. 27:313-320.

Serbeniuk F. 2002. Non-typhoidal Salmonella [Internet]. Available from: www.wou.edu/las/ natsci_math/biology/boomer/Bio440/emerging 2002/Salmonella2.

Simmons GC, Craven J. 1980. Antibiotic sensitivity test using the disc method. Brisbane (Australia): Australian Bureau of Animal Health.

DISKUSI Pertanyaan:

1. Bagaimana prosesnya dari tempat asalnya Salmonella enteritidis diisolasi bisa sampai ke produk ternaknya?

2. Kalau hati ayam yang terkontaminasi, apa bisa aman dikonsumsi?

3. Dengan adanya infeksi tersebut, bagaimana saran yang diberikan supaya konsumen dapat memperoleh produk asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH)?

Jawaban:

1. Jika ayam terinfeksi Salmonella enteritidis maka dalam saluran pencernaannya terdapat bakteri tersebut yang dapat dikeluarkan bersama feses. Feses yang mengandung bakteri tersebut akan mengkontaminasi secara horizontal melalui daging dan atau telur yang dihasilkan, air limbah, dan tanaman sayuran yang dipupuk oleh pupuk feses yang terkontaminasi. Secara vertikal dapat ditularkan melalui ovarium ke dalam kuning telur yang dihasilkan sehingga DOC yang dihasilkan akan terkontaminasi.

2. Tentu tidak karena akan menyebabkan infeksi pada konsumen.

3. Pengendalian Salmonella pada tingkat produksi ternak dimulai dengan menggunakan bibit ayam dan bahan pakan yang bebas Salmonella, disertai dengan sanitasi lingkungan peternakan yang baik. Kemudian dilakukan monitoring Salmonella pada peternakan dan proses pascapanen. Penanganan yang tepat terhadap ternak dan produk olahannya berguna untuk menunjang keberhasilan penyediaan bahan pangan asal ternak yang sehat, aman dan layak untuk dikonsumsi.

Gambar

Tabel 2.  Hasil  isolasi  dan  identifikasi  S.  enteritidis  dari  sampel  ayam  pedaging  pada  peternakan  di  dua
Gambar 1. (A) Hati ayam (A3M) yang diinfiltrasi oleh sel radang limfosi disertai dengan nekrosis multifocal;
Tabel 3.  Pola  resistensi  dari  20  isolat  S.  enteritidiis  hasil  isolasi  dari  kelompok  ayam  broiler  di  dua

Referensi

Dokumen terkait

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Kebutuhan Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen Menurut Guru Bahasa Indonesia ... Kebutuhan Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen Menurut Siswa Kelas XI

Laba dan beban pajak yang rendah dapat menyebabkan nilai ETR juga semakin rendah, dengan demikian dapat dinyatakan semakin besar sales growth maka tingkat tax avoidance suatu

Tuan Guru, se- perti halnya Kyai di Jawa, atau Buya di Su- matera Barat, hingga saat ini masih memiliki peranan sebagai patron yang memiliki kewenangan profetik,

Napomena: Materijal: Naziv: Masa: Pozicija: Listova: Format: Kopija Ime i prezime Datum Projektirao Pregledao Objekt: Crtao Razradio FSB Zagreb Potpis R. broj: Objekt broj:

Y trata la historia de Aurora, quien es una chica de 15 años que atraviesa la etapa de la pubertad y quiere a toda costa perder su virginidad con el chico que le gusta; sin embargo

Sehingga, apabila bidan memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan menerapkan prinsip(prinsip manajemen kebidanan dengan sistematis dan.. terpola, maka bidan tersebut

Sehingga diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan sediaan farmasi topikal krim M/A yang efektif sebagai anti-inflamasi, tidak mengiritasi kulit, dan memiliki

1. Hal di atas sudah terpenuhi meskipun ada beberapa yang yang kurang sesuai seperti kuantitasnya tidak sesuai, namun masyarakat memaklumi dan selisihnya hanya