• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL RESISTENSI TERHADAP ANTIMIKROBA ISOLAT SALMONELLA ENTERICA SEROTIPE ENTERITIDIS YANG DIISOLASI DARI AYAM DAN PRODUKNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL RESISTENSI TERHADAP ANTIMIKROBA ISOLAT SALMONELLA ENTERICA SEROTIPE ENTERITIDIS YANG DIISOLASI DARI AYAM DAN PRODUKNYA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukti ngan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

PROFIL RESISTENSI TERHADAP ANTIMIKROBA ISOLAT

SALMONELLA ENTERICA SEROTIPE ENTERITIDIS YANG

DIISOLASI DARI AYAM DAN PRODUKNYA

KUSUMANINGSIH A', SUPAR', SUDARWANTO M2 , WIBAWAN IWTZ, dan ARIYANTI T' Balai Besar Penelitian Veteriner'

Jl. RE. Martadinala No. 30, Bogor 16114 Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor2

ABSTRAK

Salmonella enterica serotipe Enteritidis merupakan bakteri patogen yang menginfeksi ayam dan manusia . Bakteri ini juga merupakan penyebabfoodborne disease pada manusia . Pemakaian antimikroba pada ternak yang tidak terkendali dapat mengakibatkan timbulnya resistensi antimikroba pada bakteri patogen . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengisolasiSalmonella enterica serotipe Enteritidis asal ayam dan mengetahui profil resistensi bakteri terhadap antimikroba. Bakteri diisolasi dari sampel berupa campuran hati dan jantung, serta usapan rektal ayam yang diambil dari pasar dan peternakan ayam di Bogor dan Bandung . Identifikasi bakteri dilakukan pada media agar selektifxylose lysine deoxycholate, dilanjutkan serotiping Salmonella enterica serotipe Enteritidis menggunakan antiserum 0 dan H . Uji resistensi antimikroba disertakan pula isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidis yang diisolasi sebelumnya dengan metode agar difusi . Hasil isolasi dan seotiping dari 81 campuran hati dan jantung ayam dapat diisolasi 11 Salmonella enterica serotipe Enteritidis, sedangkan dari 231 usapan rektal ayam negatif Salmonella enterica serotipe Enteritidis . Hasil uji resistensi dari 36 isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidis berturut turut resisten terhadap neomisin (63,8%), doksisiklin (58,3%), tetrasiklin (44,4%), streptomisin (38,8%), siprofloksasin (34,2%), gentamisin (16,6%), oksitetrasiklin (16,6%), enrofloksasin (8,3%), trimetoprin sulfametoksasol (5,5%), dan kloramfenikol (5,5%). Multiresistensi isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidis terhadap 2 sampai lebih dari 5 jenis antimikroba, terutama terhadap streptomisin, neomisin, gentamisin, tetrasiklin, doksisiklin, dan siprofloksasin . Dapat disimpulkan bahwaSalmonella enterica serotipe Enteritidis dapat diisolasi dari campuran organ hati dan jantung ayam dan adanya resistensi Salmonella enterica serotipe Enteritidis terhadap antimikroba dapat berdampak negatif terhadap manusia . Untuk mengurangi resiko penularan Salmonella enterica serotipe Enteritidis dari ayam ke manusia dilakukan dengan cara memasak pangan tersebut dengan benar.

Kata kunci : Salmonella enterica serotipe enteritidis, isolasi, serotiping, uji resistensi antimikroba

PENDAHULUAN dan penambahan bobot badan yang tidak optimal (ALISANTOSAet al., 2000) .

Penularan Salmonella enterica serotipe Enteritidis dapat terjadi secara vertikal dari induk ke anak ayam melalui telur, dan secara horizontal dari ayam sakit ke ayam sehat melalui alat-alat dan bahan-bahan yang tercemar. PenularanSalmonella enterica serotipe Enteritidis dari ayam ke manusia melalui konsumsi pangan asal ayam (dalam hal ini daging ayam, telur, dan hash olahannya) yang terkontaminasi dan dimasak tidak sempurna (SCHMIDTet al., 2003 ; VAAGLAND et al., 2004) .

Untuk menekan kerugian ekonomi akibat Salmonella enterica serotipe Enteritidis pada industri peternakan ayam, akibat penyakit bakterial dilakukan pengobatan dengan antimikroba . Salmonella enterica serotipe Enteritidis adalah

bakteri patogen yang dapat menginfeksi berbagai jenis hewan dan manusia. Bakteri ini juga dilaporkan merupakan penyebab foodborne diseases, yaitu penyakit pada manusia yang ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar (NUNES et al., 2003 ; VAAGLAND et al., 2004) . Infeksi Salmonella enterica serotipe Enteritidis pada ayam atau manusia dapat mengakibatkan penyakit dengan gangguan saluran pencernaan atau gastro-enteritis . Infeksi pada ayam lebih lanjut dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar ; berupa penurunan produksi telur, penurunan daya tetas telur, kematian embrio dalam telur,

(2)

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

Pemberian antimikrobapadapeternakan ayam untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri patogen, dan untuk pencegahan penyakit, selain untuk memperbaiki penampilan ternak, memicu pertumbuhan, meningkatkan produksi ternak, dan efisiensi penggunaan pakan . Pemberian antimikroba untuk tujuan selain pengobatan, biasanya diberikan dalam dosis minimal dan dalam jangka waktu lama(ANONIMUS, 2002 ; ONIFADE dan BABATUNDE, 1997) .

Penggunaan antimikroba secara terus menerus dan dalam waktu lama melalui air minum atau pakan dalam konsentrasi rendah akan memicu terjadinya resistensi bakteri terhadap- antimikroba pada ternak (BARBER et al., 2003) . Hal serupa dilaporkan bahwa munculnya fenomena resistensi antimikroba pada bakteri patogen disebabkan oleh pemakaian antimikroba yang berlebihan dan tidak tepat pada ternak (WHo,2000) .

Isu resistensi antimikroba isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidi asal ayam, telur dan manusia telah dilaporkan dari beberapa negara di Eropa, Turki, Argentina, India, Pakistan dan Thailand, diantaranya telah resisten terhadap ampisilin, kanamisin, gentamisin, kloram-fenikol, streptomisin, tetrasiklin, doksisiklin, trimetoprim-sulfometoksasol, dan siproflok-sasin (CABRERA et al., 2004 ; GONCAGUL et al., 2000 ; MARIMON et al., 2004, MURUGKAR et al., 2005 dan TASSios et al .,

1997) .

Pada kesempatan ini dikemukakan hasil isolasi dan serotiping Salmonella enterica serotipe Enteritidis asal ayam yang diambil dari peternakan dan pasar di Bogor dan Bandung . Demikian pula profil resistensi isolat tersebut terhadap 10 jenis antimikroba yang banyak dipakai untuk pengobatan dan pencegahan penyakit, maupun sebagai imbuhan pakan unggas .

Bahan

Sampel untuk isolasi Salmonella enterica serotipe Enteritidis berasal dari usapan rektal dan organ campur berupa pasangan hati dan jantung ayam yang diambil dari pasar dan peternakan ayam di daerah Bogor dan Bandung . Dua puluh lima isolat

MATERI DAN METODE

Salmonella enterica serotipe Enteritidis asal ayam yang sudah diisolasi sebelumnya . Isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidis standar ATCC 13076 untuk pembuatan antiserum spesifik . Antigen Salmonella enterica serotipe Dublin, serotipe Give, serotipe Typhimurium, serotipe Emek, dan serotipe Montevideo untuk absorbsi . Dalam penelitian ini digunakan sepuluh jenis kertas cakram antimikroba (neomisin, doksisiklin, tetrasiklin, streptomisin, gentamisin, oksitetrasiklin, kloramfenikol, trimetoprim sulfametoksasol, siprofloksasin, dan enrofloksasin) dari Oxoid untuk uji resistensi antimikroba dengan metode agar difusi .

Isolasi dan identifikasi

Isolasi dan identifikasi Salmonella spp . dilakukan berdasarkan metode standar CowAN dan STEEL (2003) . Sebanyak 2 gram sampel campuran hati dan jantung dihaluskan dalam stomaker, kemudian dimasukkan ke dalam media penyubur mannitol selenite cystein broth (MSCB), diinkubasikan selama semalam pada suhu 37 ° C . Setelah itu, kultur dipindahbiakan pada medium agar khusus xylose lysine deoxycholate (XLD), medium agar miring triple sugar iron agar (TSIA), medium lysine iron agar (LIA), dan medium agar urea dari Oxoid (BRIDSON, 1998) . Sampel usapan rektal yang disimpan dalam media transpor diambil dan dimasukkan ke dalam 4 ml medium penyubur MSCB . Selanjutnya pemeriksaan dilakukan seperti tersebut di atas .

Pembuatan antiserum spesifik

Untuk menentukan serotipe Salmonella enterica serotipe Enteritidis dilakukan dengan cara mereaksikan antigen Salmonella spp . dengan antiserum spesifik somatik 0 dan flagela H berdasarkan metode standar dari MURRAV (1984) dan OIE (2000) . Pembuatan antiserum dilakukan dengan menyuntikkan 6 kali antigen Salmonella enterica serotipe Enteritidis ATCC 13076 pada kelinci, dengan dosis bertingkat selang 3 hari secara subkutan dan intravena . Dua minggu setelah penyuntikan terakhir darah kelinci diambil untuk diabsorbsi .

Untuk mendapatkan antiserum spesifik somatik 0 dilakukan dengan mencampurkan antiserum

(3)

kelinci dengan antigen Salmonella enterica serotipe Emek, serotipe Montevideo, dan serotipe Typhimurium, sedangkan untuk mendapatkan antiserum spesifik flagela H dilakukan dengan mencampurkan antiserum kelinci dengan Salmonella enterica serotipe Dublin dan serotipe Give .

Serotiping

Serotiping Salmonella enterica serotipe Enteritidis dilakukan dengan uji aglutinasi cepat, yaitu pertama mereaksikan antigen Salmonella spp, dengan antiserum somatik 0 dan kedua mereaksikan antigen Salmonella spp. dengan antiserum flagela H .

Uji resistensi antimikroba dengan metode agar difusi

Uji resistensi antimikroba dengan metode agar difusi dilakukan dengan menggunakan kertas cakram menurut KIRBY-BAUER dengan metode tuang (BAUER et al., 1966, dan NCCLS 2002) . Sebanyak 2-3 koloni Salmonella enterica serotipe Enteritidis dari media selektif XLD diinokulasikan pada 2 ml media cair tripton water, diinkubasikan selama semalam pada suhu 37°C, kemudian masing-masing kultur cair diencerkan 1 :1000 dalam NaC1 fisiologis . Empat mililiter tiap-tiap suspensi dituangkan pada medium Mueller Hinton agar dengan cara tuang, kemudian diratakan ke seluruh permukaan petri dan medium dikeringkan . Masing-masing medium yang sudah ditanami Salmonella enterica serotipe Enteritidis ditempeli sebanyak 5 buah kertas cakram yang mengandung antimikroba yang akan diuji, dan diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam . Keesokan harinya diameter zona hambat yang dihasilkan oleh antimikroba terhadap Salmonella enterica serotipe Enteritidis diukur .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi dan serotping Salmonella enterica serotipe Enteritidis

Hasil isolasi dan identifikasi dari 81 sampel organ camper yang terdiri dari hati dan jantung

dapat diisolasi sebanyak 12 Salmonalla spp, sedangkan dari 231 sampel usapan rektal ayam tidak dapat diisolasi Salmonella spp. Setelah dilakukan serotiping menggunakan antiserum somatik 0 dan antiserum flagella H ternyata 11 isolat adalah Salmonella enterica serotipe Enteritidis dan I isolat Salmonella enterica serotipe Hadar. Dari hasil penelitian ini ternyata bahwa Salmonella enterica serotipe Enteritidis lebih mudah diisolasi dari hati dan jantung dibandingkan dengan dari usapan rektal ayam . Hal serupa pernah dilaporkan oleh BARROW dan LOWELL (1988) dan BARROW (1991) yang mengisolasi 25 isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidis dari 50 sampel jantung, 32 isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidis dari 50 sampel limpa, 6 isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidis dari 50 sampel hati, dan hanya 1 isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidis dari 30 usapan rektal ayam . Selain dari ketiga organ tersebut, Salmonella enterica serotipe Enteritidis dapat pula diisolasi dari usus, saluran telur, dan telur (BARROW dan LOWELL, 1988 ; BARROW, 1991) . Penularan Salmonella spp . diawali dengan tertelannya bakteri, kemudian memperbanyak diri di dalam saluran pencernaan dan peritonium . Bakteri umumnya dieksresikan dalam jumlah besar melalui feses pada awal terjadinya infeksi (BARROW, 1991) . Jumlah bakteri yang dieksresikan akan terus menurun bersamaan dengan meningkatnya status karier pada penderita, akan tetapi pada penelitian

ini tidak ditemukan bakteri dalam sampel feses . Hal ini mungkin disebabkan bahwa bakteri tersebut sudah tidak dieksresikan lagi . Selanjutnya bakteri tersebut akan masuk dalam sistem pertahanan limfatik dan mencapai peredaran darah, sehingga terjadi bakteremia . Lebih lanjut, bakteri akan menginfeksi organ-organ tubuh, seperti hati, jantung, limfa, ovarium, dan lain-lain serta bakteri akan menetap pada organ tersebut dalam waktu lama (dorman) (BARROW dan LOVEL, 1988 ; BARROW, 1991 serta GAST, 1997) . Keadaan ini menunjukkan bahwa pada status karier bakteri Salmonella enterica serotipe Enteritidis lebih mudah diisolasi dari organ dibandingkan dengan dari usapan rektal atau usus ayam . Oleh karena itu, hati dan jantung ayam merupakan organ perantara penularan salmonellosis .

(4)

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

Uji resistensi terhadap antimikroba isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidis

Untuk mengetahui resistesi isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidis terhadap antimikroba, dilakukan uji resistensi terhadap 10 jenis antimikroba yang banyak dipakai untuk pengobatan penyakit dan sebagai imbuhan pakan . Uji resistensi

Persentase resistensi isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidis yang tinggi terhadap neomisin (63,8%), doksisiklin (58,3%), tetrasiklin (44,4%), streptomisin (38,8%), siprofloksasin (34,2%), sedangkan isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidis terhadap 5 jenis antimikroba gentamisin, oksitetrasiklin, kloramfenikol, trimetipoprim-sulfameyoksasol, dan enrofloksasin masih sensitif . Timbulnya resistensi bakteri patogen umumnya tidak hanya terhadap satu jenis antimikroba saja, tetapi resistensi dapat terjadi terhadap lebih satu jenis antimikroba, yang disebut multiresistensi . Pada penelitian ini multiresistensi antimikroba isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidis asal ayam terhadap 2, (16,7%), 3 (22,2%), 4 (22,2%), 5 (11,1%), 6 (2,8%), dan 8 (2,8%) jenis antimikroba yang diuji.

Beberapa peneliti berpendapat bahwa pemakaian antimikroba untuk pencegahan dan pengobatan penyakit yang kurang tepat, serta sebagai imbuhan pakan yang diberikan dalam dosis rendah dan jangka lama dapat memicu terjadinya resistensi antimikroba pada bakteri komensal atau bakteri patogen (COHEN, 1887 ; FURUYA dan Lowy, 2006) . Organisasi Kesehatan Dunia (World

terhadap anti-mikroba dilakukan terhadap 36 isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidis, yang terdiri dari' 11 isolat yang diisolasi berasal dari sampel lapang dan 25 isolat yang diisolasi sebelumnya. Hasil uji resistensi antimikroba ke 36 isolat Salmonella enterica serotipe Enteritidis dapat dilihat pada Tabel 1 .

Tabel 1 . Persentase resistensi 36 isolatSalmonella entericaserotipe Enteritidis terhadap beberapa antimikroba

Health Organisation) telah lama menyataan bahwa pemakaian antimikroba dalam dosis rendah dan waktu lama dapat memberi peluang terjadinya resistensi antimikroba pada bakteri yang lebih besar dibandingkan dengan pemakaian antimikroba untuk dosis pengobatan(WHO, 1997) .

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa resistensi Salmonella enterica serotipe Enteritidis terhadap neomisin, doksisiklin, tetrasiklin, streptomisin, dan siprofloksasin cukup tinrigi (34,2 - 63,8%) . Hal ini kemungkinan besar ke lima antimikroba tersebut selain digunakan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit, juga banyak dipakai sebagai imbuhan pakan unggas . Beberapa literatur menyebutkan bahwa antimikroba tersebut direkomendasikan dapat dipakai sebagai imbuhan pakan . Pemberian streptomisin dosis 150 mg/kg, tetrasiklin dan oksitetrasiklin dosis 10-50 gram/ ton pakan dapat meningkatkan bobot badan dan efisiensi penggunaan pakan pada unggas (ONIFADE

danBABATUNDE, 1997 sertaANONIMus, 2002) .

Timbulnya multiresistensi bakteri patogen terhadap beberapa antimikroba disebabkan oleh pemakaian antimikroba yang

bermacam-2 0 3

No. Jenis antimikroba Banyaknya isolat resisten Persentase (%) resisten

1 . Neomisin (N) 23 63,8 2 . Doksisiklin (DO) 21 58,3 3 . Tetrasiklin (TE) 16 44,4 4 . Streptomisin (S) 14 38,8 5 . Siprofloksasin (CIP) 12 34,2 6 . Gentamisin (CN) 6 16,6 7 . Oksitetrasiklin (OT) 6 16,6 8 . Enrofloksasin (ENR) 3 8,3 9 . Kloramfenikol (C) 2 5,5 10. Trimetoprim sulfametoksasol (SXT) 2 5,5

(5)

macam dalam waktu yang bersamaan atau dalam selang waktu yang,berdekatan, baik untuk pengobatan penyakit maupun sebagai imbuhan pakan . Perkembangan resistensi bakteri terhadap antimikroba sangat dipengaruhi oleh intensitas dan dosis pemaparan . Pemakaian dosis rendah dan dalam waktu lama untuk pencegahan penyakit dan sebagai imbuhan pakan dapat memicu tibulnya resistensi bakteri terhadap antimikroba (COHEN,

1987 ;FuRuYA dan Lowy 2006 serta WHO, 1997) .

Pengobatan antimikroba terhadap Salmonella secara klinik mungkin dapat diberikan, tetapi tidak dapatmenghilangkaninfeksipenyakit(DHARMOJoNO, 2001) . Dilihat dari aspek bakteriologik bahwabakteri Salmonella bersifat intraselular, maka dalam saluran pencernaan sulit dihilangkan karena bakteri sudah berada dalam sirkulasi sistem limfatik dan secara intermiten bakteri akan masuk ke dalam lumen saluran pencernaan . Dengan demikian pengobatan Salmonella dengan antimikroba sebaiknya memilih obat yang dapat mengadakan penertasi ke dalam sel . Pemberian antimikroba yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya perubahan kepekaan ayam terhadap infeksi Salmonella dan dapat memicu timbulnya resistensi bakteri terhadap antimikroba (GAST, 1997 dan BARRow, 2000) .

Timbulnya resistensi bakteri patogen terhadap antimikroba dikendalikan oleh aktifitas gen resistensi antimikroba yang terdapat dalam plasmid atau kromosom bakteri . Adanya perpindahan gen resistensi yang dibawa oleh plasmid, disebut plasmid R, lebih berbahaya dibandingkan dengan gen resistensi yang terdapat dalam kromosom . Keadaan ini disebabkan karena sifat plasmid R yang lebih mudah dipindahkan antar sel bakteri yang sama maupun yang berbeda spesiesnya, antara bakteri gram positif dan gram negatif (Coui vALIN,

1994; DAViES, 1997, dan EMEA, 1999) .

Isu adanya resistensi antimikroba pada bakteri patogen mempunyai arti penting bagi kesehatan masyarakat, karena sifat resistensi antimikroba yang dijumpai pada ternak dapat berpindah ke manusia melalui transfer gen resistensi yang dibawa oleh plasmid R . Perpindahan plasmid R tersebut dapat dengan mudah terjadi pada bakteri patogen zoonotik, bakteri komensal, dan bakteri patogen asal pangan (CovRVAmN, 1994 ; DAVIES, 1997 dan

LEVY, 1997) . KusUMANINGSIH et al. (2007) pada

penelitiannya telah dapat mengisolasi gen resistensi tetrasiklin (tet) dari 5 plasmid Salmonella enterica serotipe Enteritidis yang diisolasi dari campuran hati dan jantung ayam . Untuk menghindari atau mengurangi resiko penularan bakteri Salmonella enterica serotipe Enteritidis dari ternak ; khususnya telur, daging ayam, organ ayam dan produknya, ke manusia yaitu dengan memasak pangan secara benar. Rebus atau gorenglah pangan tersebut dengan suhu internal minimal mencapai 72 - 74°C (FDA, 2001).

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada fase laten sebagai karier bakteri Salmonella enterica serotipe Enteritidis lebih mudah diisolasi dari organ tubuh ayam dibandingkan dengan dari usapan rektal ayam . Dari hasil penelitian mi dapat dibuktikan adanya fenomena resistensi bakteri patogen pada ternak terhadap beberapa antimikroba, yaitu melalui pada pangan asal ternak berupa telur, hati dan jantung, keadaan ini dapat berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya .

Pemakaian jenis antimikroba untuk imbuhan pakan dan pengobatan penyakit infeksius pada temak perlu dipertimbangkan untuk tidak dipakai terhadap pengobatan pada manusia .

DAFTAR PUSTAKA

ALISANTOSA B, SHIVAPRASAD HL, DILLON A, JACK 0, SCHABERG D,and BANDHLI D. 2000 . Pathogenicity

ofSalmonella enteritidis phage type 4, 8 and 23

in spesific pathogen free chicken . Avian Pathol.

29 :583-592 .

ANONIMUS . 2002 .Feed additive compendium . Vol .41 .The

Miller Publishing Company . Minnesota.USA . BARBER DA, MILLER Gy, and MC NAMURA PE . 2003 .

Models of Antimicrobial resistance and foodborne illness . '`Examining Assumptions and Practical Applications" .J. Food Protec. 66(4) :700-709 .

(6)

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk MeningkaYkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

BARROW PA . 1991 . Experimental infection of chicken withSalmonellaenteritidis .Avian Pathol. 20 :145-153 .

BARROW PA, and LOVELL MA. 1988 .Assosiacion between a large molecular mass plasmid and virulence in a strain of Salmonella pullorum . J. Gen . Microb . 134 :2307-2316 .

BARROWPA,and LOVELLMA .1991 .Experimental infection

of egg-laying hens with Salmonella enteritidis phage type4. Avian Pathol. 20 :335-348 .

BAUER AW, KIRBY WM, SHERRIS Jc, and TURCK M . 1966.

Antibiotic susceptibility testing by a standardised single disc method .Amer J. Clin . Pathol. 45 :493-496.

BRIDSON EY. 1998 . The oxoid manual (8' ed) . Oxoid Limited, Wade Road, Basingstoke, Hampshire, England .

CABRERA R, Rutz J, MARCO F, OLIVEIRA 1, ARROYO M, ALADUENA A, USERA MA, JIMENEZ DE ANTA MT, GASCON J, and VILA J . 2004 . Mechanism

of resistance to several antimicrobial agents in

Salmonella clinical isolates cusing traveler's diarrhea . Antimicrob. Agents and Chemot . Oct.

3934-3939 .

COHEN ML . 1992 . Epidemiology of drug resistance : Implications for a post antimicrobial era . Science .

257 :1050-1055 .

COURVALINP. 1994 .Transferofantibiotic resistance genes between gram-positive and gram-negative bacteria .

Antimie . Agents Chemot. 37 :855-869 .

COWAN and STEEL. 1981 . Manual for the identification

of medical bacteria . Second edition . Cambrige University Press .

DAVIES JE . 1997.Origins, acquisition and dissemination

ofantibiotics resistance determinants .Ciba Found. Symp . 207 :15-35 .

DHARMOJONO. 2001 . Penyakit tifus (Salmonellosis) . Dalam : Penyakit menular dari binatang ke manusia . Edisi Pertama . Milenia Populer. Him . 111-121 .

EMEA . (THE EUROPEAN AGENCY for the EVALUATION

Of MEDICAL PRODUCTS, VETERINARY MEDICINE EVALUATION UNIT) . 1999 . Antibiotic resistance in the European union associated with therapeutic use

of veterinary medicines . Report and Qualitative Risk Assessment by the Committee for Veterinary Midicinal Products . 7 Westferry Circus, Canary Wharf. London, UK .Pp . :79.

FDA. (FOOD and DRUG ADMINISTRATION) .2001 . Playing it safe with eggs . w ww.cfsan.fda.gov.

FuRUYA Ey, andLowyFD. 2005 .Antimicrobial-resistant bacteria in the community setting .Riviews . 4 : 36-45 .

GAST RK . 1997 . Paratyphoid Infections . In Diseasesof

Poultry (10'" . Ed) . CALNEK BW, BARNES HJ, BEARD

CW,MCDOUGAND, and SAIF YM, editor. Iowa State University Press . Ames, Iowa, USA .Pp. 97-112 . GONCAGULG,GUNAYDIN E, and CARLI KT .2004.Antibiotic

resistanceof Salmonellaenteritidis ofhuman and chicken origin . Turk J. Vet. Anim. Sci. 28 :911-914 .

KusuMANINGSIII A. 2007 . Profil dan gen resistensi antimikroba Salmonella enteritidis . Asal ayam, telur, dan manusia . Disertasi . Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor . Bogor.

LEVY SB . 1997 . Antibiotic resistance : An ecological imbalance .Ciba Found. Symp . 207 :1-14 .

MARIMON JM, GOMARIZ M, ZIGORRAGA C, CILLA G, and PEREZ-TRALLERO . 2004 . Increasing prevalence

of quinolone resistance in human nontyphoin

Salmonella enterica isolates obtained in Spain from 1981 to 2003 . Antimicrob . Agents Chem. 48(10) :3789-3793 .

MURRAYC . 1984 . Salmonella. Report on consultancy by

C . Murray. RIAD . Bogor. Indonesia .

MURUGKAR Hv, RAHMAN H, KUMARA, and BHATTACHARYYA .

2005 . Isolation, phage typing and antibiogram of Salmonellafrom man and animals in Northeastern

India .Indian J Med Res . 122 :237-242 .

NCCLS (NATIONAL COMMITTEE for CLINICAL LABORATORY STANDARDS) . 2002 . Performance standards for antimicrobial susceptibility testing : Twelth International supplement . Januari . M 100-S12 . 22(1) :1-117 .

NUNES IA, HELMUTH R, SCHROETER A, MEAD GC, SANTOS MAA, SOLARI CA, SILVA OR, and FERREIRA An' .

2003 . Phage typing of Salmonella enteritidis from different sources in Brazil . J Food Protect. 66(2) :324-327 .

Oii(OFFICE IN- I ERNArIONALdesEPIZOOTIES) .2000 .Manual

ofstandards for diagnostic tests and vaccines . List A and B Diseases ofMammals, Birds and Bees. World Organization for Animal Health .

(7)

TASSIOS PT, A . MARKOGIANNAKIS, A .C . VATOPOULOS, E . KATSANIKOU, E.N . VELONAKIS, J . KOUREA-KREMASTINOU, and N .J . LEGAKIS. 1997 . Molecular epidemiology of antibiotic resistance of Salmonella enteritidis during a 7-year in greece. J. Clin . Microb. 35(6) :1316-1321 .

ONIFADE AA, and BABATUNDE GM . 1997 . Comparative response of broiler chickens to a high fibre diet supplemented with four antibiotics . Animal Feed Scie. and Techno . 64(2/4) : 337-342 .

SCHMIDT RH, RM GOODRICH, DL ARCHER, and KR SCHNEIDER .2003 . General overview of the causative agents of foodborne ilness 1 . University of Florida . Extension . Institute of Food and Agricultural Sciences . USA.

VAAGLAND H, BLOMBERG B, KRUGER C, NAMAN N, JUREEN R, andLANGELANDN . 2004. Nosocomial outbreak of neonatal Salmonella enterica serotype enteritidis meningitis in a rural hospital in Northern Tanzania . BMC Infect. Dis. 5(35) .

WHO (WORLD HEALTH ORGANIZATION) . 1997. The medical impact of the use of antimicrobials in foods animals. Report of a WHO meeting . WHO/EMC/

ZOO/97.4.

WHO (WORLD HEALTH ORGANIZATION) .2000 . World health organization global principles for the containment of antimicrobial resistance in animals intended for food . "WHO Departement of Communicable Diseases Surveillance and Response.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak adanya komunikasi yang cukup baik secara vertikal dari pimpinan terhadap bawahannya, serta kurangnya pengawasan dan perhatian yang lebih dari pimpinan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Kebutuhan Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen Menurut Guru Bahasa Indonesia ... Kebutuhan Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen Menurut Siswa Kelas XI

front-line atau ujung tombak bagi perusahaan asuransi. Biasanya sebagian besar agen tersebut merupakan mitra bagi perusahaan asuransi, artinya mereka bukan

b. 64% untuk daerah kabupaten dan kota penghasil dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. 20% bagian pemerintah dari penerimaan BPHTB dibagikan dengan porsi

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa saran dikemukan dalam laporan ini, yaitu perusahaan sebaiknya mengikuti prinsip laporan akuntansi yang berlaku umum

Kasus yang terjadi di tempat penyeberangan dengan lampu lalu lintas di ruas jalan Pahlawan Kota Madiun adalah banyak pejalan kaki yang akan menyeberang jalan tidak

Sehingga diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan sediaan farmasi topikal krim M/A yang efektif sebagai anti-inflamasi, tidak mengiritasi kulit, dan memiliki