• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Angka Kuman Dan Jamur Serta Identifikasinya Pada Jamu Gendong Temu Ireng Dan Kunyit Asam Di Kecamatan Gajahmungkur Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemeriksaan Angka Kuman Dan Jamur Serta Identifikasinya Pada Jamu Gendong Temu Ireng Dan Kunyit Asam Di Kecamatan Gajahmungkur Semarang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN DAN JAMUR SERTA IDENTIFIKASINYA

PADA JAMU GENDONG TEMU IRENG DAN KUNYIT ASAM

DI KECAMATAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG

Maulita Cut Nuri a* Ye ni Lutfiany* Sul asmi* Sumantri **

*Fakultas Farmasi Un iversitas Wahid Hasyim Se marang **Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

ABSTRACT

The herbal tonic is a product made fro m natural ingredients processed in traditional ways. A traditional herb made fro m Temu Ire ng (Curcuma aeruginosa) is a kind of herb that still consumed by relatively many Indonesian citizens for enhanching appetite and acid turmeric often consumed by fe male for reducing the proble ms when they get haid. However, bacteria and fungi might grow in this traditional herb because of contamin ated wa te r (the dilut ing ag ent ) an d mo isture, hyg ie ne a nd san ita t ion fa cto rs. Th is study, therefore, was intended to find out the quantities and the species of these bacteria and fungi growing in the herb as it is sold in Gajah Mungkur district of Se marang City. Th is study also intended to compare these quantities to the prevailing standard stipulated.

The samples for this study were taken fro m 36 producers Temu Ireng and acid turmericherb, located in Gajah Mungkur District. The med iu m used for growing the material in an a e robic manner was PCA (Plate Count Agar), that used for growing in an anaerobic manner were TSA (Tripticase Soya Agar) and that used for growing the fungi were PDA (Potato De xtrose Agar). For counting the bacteria, we used the method of Standard Plate Count, for identifying the bacteria we used Gram Painting and chemica l tested, and for identifying the fungi we used a 100-times a mplifying mic roscope.

The analysis showed in the sample Temu Ireng and acid turme ric are the average number o f bacteria at the aerobic media we re 7,4 x 106 and 2,1 x 105 CFU/ ml, the average nu mber of bacteria at the anaerobic med ia were 4,2 x 102 and 4,3 x 102 CFU/ ml, the average number of fungi we re 1,5 x 102 and 1,0 x 102 CFU/ ml. The aerobic bacteria found in the study were Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella typhi, Pseudomonas aeruginosa, the anaerobic bacteria was peptococcus, and the fungi were Penisillium, Moniliaceae, A. niger, dan Rhizopus. Nearly all samples exa mined in this study did not meet the conditions based on statement Indonesia Minister of Health No 661/M ENKES/SK/ VII/1994 because they exceeded the upper limit bacteria (104 CFU/ ml) and also contain pathogenic bacterias. However, the nu mber of fungi d id not exceed the prevailing standard.

Ke ywor ds: Te mu Ire ng Her b, Aci d Tur meric Her bs, Bac teria Number and Fungi Number.

PENDAHULUAN

Jamu gendong merupakan salah satu jamu bentuk cairan minu m yang dijual dala m botol dan dileta kkan dala m keranjang yang digendong di punggung belakang menggunakan kain dan dija jakan dari ru mah ke ru mah (Suharmiati dan Handayani, 1998). Pe manfaatan obat tradisional pada umu mnya leb ih diuta makan sebagai upaya menjaga kesehatan atau preventif. Dengan semakin berke mbangnya obat tradisional, ditambah dengan himbauan kepada masyarakat untuk kemba li ke ala m, te lah meningkatkan popularitas obat tradisional (Santoso, 2000).

Proses pembuatan jamu gendong sangat sederhana dimula i dari me milih bahan baku, me mbe rsihkan, menakar, menghaluskan, menyaring, dan mene mpatkan obat tradisional. Proses pembuatan jamu gendong yang sederhana dan kurang me mperhatikan unsur kebersihan tidak menutup ke mungkinan terjadi pencemaran oleh mikroba, sehingga perlu dila kukan pengujian cemaran mikroba dalam ja mu gendong . Pencema ran pada ja mu gendong kemungkinan berasal dari a ir yang digunakan sudah terkontaminasi oleh bakteri dan simp lisia yang sudah berjamu r (Suharmiati dan Handayani, 1998).

Jamu gendong temu ireng (Curcuma aeruginosa)

me rupakan salah satu jamu yang masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat untuk menambah nafsu ma kan anak-anak. Ha l ini d ika renakan anggapan masyarakat yang meyakin i ja mu temu ireng lebih aman digunakan untuk anak-anak dan lebih efe ktif dibanding obat hasil olahan pabrik. Disamp ing aman dan efekt if ja mu gendong temu ireng me mpunyai harga yang relatif murah (Santoso, 2000). Ja mu kunyit asam berwarna kuning kee masan hingga kuning kecoklatan, berasa asam segar dan sedikit pahit. Ja mu ini banyak digunakan kau m wanita untuk me redakan nyeri haid (Tjo kronegoro dan Bazid, 1992).

Hasil penelitian sebelu mnya yang dilakukan o leh Suban Ratnawati pada tahun 2002 menunjukkan adanya bakteri dala m ju mlah besar termasuk bakteri patogen dala m ja mu gendong galian singset di wilayah kota Jogjakarta (Ratnawati, 2002). Berdasarkan latar belakang tersebut, ma ka penelit i tertarik mela kukan penelitian untuk mengetahui ju mlah ku man dan ja mur serta jenisnya yang ada dalam ja mu gendong temu ireng dan kunyit asam di Keca matan Ga jah Mungkur Se marang.

(2)

Obat tradisional adalah bahan/ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, hewan, minera l, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Temu ireng me rupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pengobatan karena me mpunyai beberapa khasiat, diantaranya untuk mena mbah nafsu ma kan, menyembuhkan cacingan, obat perut ke mbung, obat luka, dan me mpercepat masa nifas (Depkes RI, 1985a).

Klasifikasi tana man te mu ireng (C. ae ruginosa) Div isio : Magnoliophyta

Classis : Liliopsida Subclassis : Zingiberidae

Ordo : Zingibera les

Fa milia : Zingiberaceae

Genus : Curcu ma

Spesies : Curcu ma ae ruginosa Ro xb. Vern Na me : Te mu ireng (Dep kes RI, 1985b).

Klasifikasi Kunyit (Curcu ma do mestica Va l) Kingdom : Plantae (tu mbuh-tumbuhan). Div isi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji) Sub Div isi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Monocotyledonae (biji berkep ing

satu). Bangsa : Zingibera les.

Suku : Zingeberaceae (te mu-te muan) Marga : Curcu ma

(Depkes RI, 1985a ).

Klasifikasi asa m (Ta marindus indica) Div isi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliophyta Ordo : Fabales

Fa milia : Caesalpiniaceae Genus : Tama rindus

(Da lla Rosa KR, 1993).

METODOLOGI PENELITIAN

Alat

Pipet volume, mikropipet, mikroskop, kantong plastik stomacher steril, tabung reaksi, cawan petri, ose steril, dan inkubator.

Bahan

Sa mpel ja mu gendong temu ireng, sa mpel ja mu kunyit asam, PCA (Plate Count Agar), TSA (Tripticase Soya Agar), Agar darah, Mc. Conkey, TSIA (Triple Sugar Iron Agar), SIM (Sitrat Indol Motility), SCA (Simon Sitrat Agar), MSA (Mannitol-Salt Agar), VP ( Voges-proskauer) 8UHDVH *DV 3DN ³Gas Generating Kit´ 3') (Peptone Dilution Fluid), PDA (Potato Dextrose Agar), Alkohol 96%, Lactophenol (LP), PAP (Pseudomonas Agar P), LB (Letheen Broth), Klo roform,

Tetra metal-P, Fen ilendia min dih idroksida, TSB (Triptic Soya Broth), Media MR-VP, L lysine decarboxy lase, KOH 40%, dan Nacl 0,85%.

Jalannya Pe nelitian

Pemeriksaan angka kuman a. Pengambilan sampel

Ja mu gendong temu ireng dan kunyit asam dia mbil dari pe mbuat ja mu gendong di seluruh Keca matan Gajah Mungkur Se marang sebanyak 36 sa mpel

b. Pengenceran sampel

Membuat seri pengenceran dengan cara menyiap kan tabung reaksi diberi kode sesuai dengan seri pengenceran dan kode K untuk kontrol. Mengambil 10 ml cuplikan (ja mu gendong) ditambahkan 90 ml LB (la rutan dengan konsentrasi 10-1), d ica mpur baik-baik, ke mudian dia mb il 1 ml dari konsentrasi 10-1 dita mbahkan 9 ml PDF, kocok homogen hingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 10-2. Larutan ditanam secara aerob maupun anaerob pada media yang sesuai. Begitu pula dengan seri pengenceran yang lain.

c. Penanaman secara aer ob

Setiap seri pengenceran disediakan 3 buah media PCA, masing-masing dia mbil 0,5 ml, dituang pada med ia dan dirata kan. Untuk kontrol terdapat 2 maca m ya itu media dan pengencer, masing-masing dia mbil 1 ml, dituang dan diratakan ke mudian petri diletakkan terbalik, d iin kubasikan pada suhu 37°C selama 24 ja m.

d. Penanaman secara anaer ob.

Setiap pengenceran disediakan 3 buah media TSA, masing-masing dia mbil 1 ml la rutan, dituang pada med ia dan diratakan. Pada sebuah media la in untuk kontrol, dia mb il 1 ml la rutan LB, d ituang dan diratakan ke mud ian petri diletakkan terbalik. Inkubasi dala m inkubator pada 37°C sela ma 24 ja m.

e. Penghitungan kuman aerob dan anaerob.

Setelah diinkubasi secara aerob dan anaerob, koloni yang tumbuh pada setiap piring petri dihitung, Koloni yang digunakan pada perhitungan adalah jumlah koloni antara 30-300 pada satu med ia. Banyaknya koloni ku man pada ketiga buah med ia dih itung ke mudian didapat hasil rata-rata. Isolasi dan Identifikasi kuman aer ob

1) Isolasi

Setelah koloni dih itung, single koloni yang dominan dari masing-masing petri dipindahkan ke agar da rah dan Mc. Conkey.

2) Identi fikasi

Koloni dia mb il dari bia kan isolasi pada agar darah dan Mc. Conkey, dan dilakukan pengecatan Gra m. Jika hasil bersifat Gra m (+) bentuk kokus dengan gambaran mikroskopik khas Stapylococcus, selanjutnya koloni d itanam pada MSA. Ke mud ian petri diletakkan terbalik dan diinkubasikan 37°C selama 24 ja m.

(3)

Dia mati apakah terjad i fe rmentasi man itol atau tidak yang ditandai dengan perubahan warna kuning pada media. Apabila dari pengecatan adalah Gra m (-) bentuk batang, maka koloni d itanam pada med ia deret, untuk uji biokimia me liputi uji Indol, uji M R, u ji VP, Uji Sitrat, TSIA, u ji Urease, uji De karboksilasi Lysin, uji Se rologi, uji Pig men, uji Oksidase, uji Pertu mbuhan dan uji Mikroskopik.

Uji bio kimia yang dila kukan untuk identifikasi bakteri E.coli adalah uji indol (+), uji M R (+), u ji Vp (-), dan uji Sitrat (-), sedangkan uji biokimia yang dilaku kan untuk identifikasi bakteri S. Thypi adalah uji TSIA (+), uji Urease (-), uji De karboksilasi L (+), uji Indol (-), uji VP (-), uji Se rologi (+), dan uji biokimia yang dilakukan untuk identifikasi bakteri P. aeruginosa adalah uji Pig men (+), uji Oksidase (+), uji Pe rtumbuhan (+), dan uji Mikroskopik (+). Ga mbar 1 d ibawah ini menunjukkan ske ma identifikasi bakteri ae rob.

Sampel jamu gendong (10 ml)

Tambahkan LB 90 ml

( 10

-1

)

1ml

1 ml 1 ml

Ambil 1 ml+ 9 ml PDF + 9 ml PDF

+ 9 ml PDF + 9 ml PDF

(10

-2

)

(10

-3

)

(10

-4

)

(10

-5

)

Asli

PCA

PCA

PCA

PCA

PCA PCA

Isolasi dan Identifikasi

Ambil koloni spesifik kemudian ditanam pada media

Mc. Conkey dan Agar darah

(Inkubasi selama pada 37°C selama 24 jam)

Pengecatan Gram

Gram (+) Kokus

Gram (-) batang

Uji biokimia

Ditanam pada MSA

Inkubasi pada 37°C

selama 24 Jam

Uji Indol (+)

TSIA

(+)

Uji Pigmen

(+)

Uji MR (+)

Urease

(-)

Uji Oksidase

(+)

Terjadi fermentasi manitol

Uji VP

(-)

Uji Indol

(-)

Uji Pertumbuhan

(+)

Uji Sitrat (-)

Uji VP

(-)

UjiMikroskopik

(+)

Uji Serologi

(+)

Uji Dekarboksilasi Lysin (+)

( S. aureus)

(E. coli)

(S. typhi)

(P. aeruginosa)

Gambar 1. Skema Ide ntifikasi bakteri aerob.

f. Isolasi dan Identifikasi kuman anaer ob 1). Isolasi

Dari penanaman secara anaerob pada media TSA diamb il koloni yang sejenis. Digoreskan setiap jenis pada med ia agar darah ke mudian die ra mkan dala m suasana anaerob pada 37° C sela ma 24 ja m

2). Ide ntifikasi

Identifikasi dilaku kan dengan pengecatan Gra m ke mud ian dia mati dibawah mikroskop (Depkes RI, 1995). Ga mbar 2 d ibawah ini adalah ske ma identifikasi bakteri anaerob.

(4)

Sa mpe l ja mu gendong (10 ml) Tambahkan LB 90 ml ( 10-1) 1 ml 1 ml 1 ml Ambil 1ml + 9 ml PDF + 9 ml PDF + 9 ml PDF + 9 ml PDF (10-2) (10-3) (10-4) (10-5) Asli

TSA TSA TSA TSA TSA TSA

In kubasi pada suhu pada 37°C sela ma 24 ja m

Pengecatan Gra m dan a mat i diba wah mikroskop dengan perbesaran 100 x.

Gambar 2. Skema Ide ntifikasi bakteri anaerob.

g. Isolasi dan Identifikasi kuman patogen dan non patogen

Dila kukan Uji aglutinasi dengan cara koloni dia mbil dari isolasi, ke mud ian ditetesi larutan plasma sitrat. Bila terjadi ag lutinasi berarti positif patogen, bila t idak terjadi aglutinasi berart i t idak patogen.

Pemeriksaan angka jamur . a. Prepar asi Sampel

1). Cuplikan ja mu gendong sebanyak 10 ml dimasukkan ke da la m kantong plastik stomacher steril, la lu dita mbah 90 ml LB. 2). Menyiapkan tabung reaksi yang masing-masing

telah diisi 9 ml PDF, kocok ho mogen hingga diperoleh pengenceran 102. Buat pengenceran selanjutnya hingga 103 dan dibuatlah triplo untuk masing-masing pengenceran.

3). Dari masing-masing pengenceran dipipet 0,5 ml, d ituangkan pada permukaan PDA (Potato Dextrosa Agar), dan buat triplo.

4). Untuk mengetahui sterilitas med ia dan pengencer, dila kukan uji blanko. Pada satu le mpeng PDA d iteteskan 0,5 ml pengencer. 5). Seluruh cawan petri d iin kubasi pada suhu

20-25o C dan diamat i pada hari ke-5 sampai hari ke-7.

b. Perhitung an

1). Dip ilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan ju mlah koloni antara 10-150. Jumlah koloni dari ket iga cawan dih itung lalu dika likan fa ktor pengenceran.

2). Bila hanya salah satu diantara ketiga cawan petri dari pengenceran yang sama menunjukkan ju mlah antara 10-150 ko loni, dihitung jumlah koloni dari ketiga cawan dan dika likan dengan faktor pengenceran.

3). Bila pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih besar dua kali dari ju mlah koloni pada pengenceran dibawahnya, ma ka dipilih tingkat pengenceran rendah (misal pada pengenceran 102 diperoleh 60 ko loni dan pada tingkat pengenceran 103 yaitu 30 koloni ma ka dip ilih ju mlah ko loni pada pengenceran 102 yaitu 60 ko loni).

4). Bila dari ketiga ca wan petri tida k ada satupun yang menunjukkan ju mlah antara 10-150 koloni, ma ka d icatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah pada ketiga cawan dan dihitung sebagai angka ja mur perkiraan.

5). Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan karena faktor inhibitor, ma ka angka ja mur d ilaporkan sebagai kurang dari satu dika likan faktor pengenceran terendah.

c. Identi fikasi

Koloni ja mu r dia mb il dengan menggunakan ose steril diletakkan diatas gelas objek dan ditetesi alkohol 96% untuk menghilangkan gele mbung -gele mbung udara kemudian teteskan Lactophenol (LP) ditutup dengan dekglas dan diperiksa dibawah mikroskop (Depkes RI, 1995). Ske ma identifikasi ja mur/kapang dapat dilihat pada gambar 3

ANALISIS DATA

Analisis dila kukan secara deskript if dengan menghitung angka kuman dan angka jamur dari masing -masing sampel dan juga mengidentifikasi bakteri dan ja mur yang ada dalam ja mu gendong di Kecamatan Gajah Mungkur Se ma rang serta me mbandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh Menkes RI No: 661/M ENKES/SK/ VII/1994.

(5)

Sa mpe l ja mu gendong (10 ml) Ta mbahkan LB 90 ml ( 10-1) A mb il 1 ml+9 ml PDF A mbil 1 ml+9 ml PDF

Asli (10-2) (10-3)

PDA PDA PDA PDA

Inkubasi pada suhu pada 37°C sela ma 24 ja m Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x

Gambar 3. Skema Ide ntifikasi jamur/kapang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penghitung an angka kuman

Dari hasil penelitian dipero leh angka kuman rata-rata bakteri aerob dan anaerob, baik untuk ja mu gendong temu ireng maupun kunyit asam seperti yang tercantum dala m tabel I dan II.

Tabel I. Angka Rata-r ata Bakteri Aer ob dan Anaerob pada Jamu Ge ndong Te mu Ire ng di Kecamatan Gajah Mungkur Se mar ang.

Sampel jamu gendong Angka kuman Rata-rata ± SD (CFU/ ml) Aerob Anaerob Temu ireng 8,1x106 ± 1,15x107 428 ± 81,3 Kunyit asam 1,1x106 ± 4,47x106 436 ± 73,8

Dari hasil penelitian dipero leh angka rata-rata ku man dari 36 sampel adalah me lebihi standar (10000 CFU/ ml) pada penanaman secara aerob sedangkan anaerob tidak lebih dari 10000 CFU/ ml hal ini dikarena kan karena ja mu gendong telah terkontaminasi oleh bakteri pada saat proses pembuatan dan penyajiannya.

B. Identi fikasi kuman pada jamu gendong

1. Identifikasi ku man aerob.

Ba kteri yang ditemu kan pada ja mu gendong temu ireng dan kunyit asam di Keca matan Gajah Mungkur Se marang antara lain : Staphylococcus aureus, Eschericia coli, Salmonella typhi, dan Pseudomonas aeruginosa.

S. aureus mampu me mfermentasi manitol pada med ia MSA d itandai dengan terjadinya perubahan warna med ia menjadi kuning. Ba kteri patogen ini dapat mengeluarkan enzim koagulase yang dapat bereaksi dengan fibrin pada darah dan dapat menyebabkan penjendalan darah. Pada anak-anak dan orang-orang

yang lemah meskipun jarang terjadi dapat menyebabkan

shock dan kemat ian ka rena dehidrasi (Pelc zar, 1988). Hasil u ji biokimia yang dila kukan menunjukkan adanya bakteri E. coli karena uji Indol dan uji M R menunjukkan reaksi positif sedangkan uji VP dan sitrat menunjukkan reaksi negatif. Bakteri E. coli

dapat menimbulkan diare pada bayi baru lahir sa mpai usia 2 tahun, anak-anak, dan pada orang dewasa (Pelc za r, 1988). Me kanisme E. coli dalam menyebabkan diare salah satunya adalah menghasilkan enterotoksin (Syahrurach man, 1993).

Hasil uji bio kimia yang lainnya adalah uji pigmen, uji oksidasi, u ji pertu mbuhan, dan uji mikroskopik. Dari kee mpat uji tersebut diperoleh hasil positif yang menandakan adanya bakteri P. aeruginosa. P. aeruginosa merupakan bakteri patogen oportunistik yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, dan infeksi saluran pernafasan (Pelc zar, 1986).

Berdasarkan hasil uji bio kimia terhadap S. thypi

ternyata juga ada dalam ja mu gendong di Keca matan Gajah Mungkur Sema rang. S. thypi merupakan bakteri patogen pada manusia yaitu dapat menyebabkan penyakit dema m t ifo id De ma m tifoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri S. thypi.

Geja la dini penyakit ini adalah dema m, perut kembung, sukar buang air besar, pusing, lesu, tidak ada nafsu ma kan, mual dan muntah. Bakteri ini dite mu kan dala m tinja penderita (Pelc za r, 1986).

Angka ku man yang meleb ihi standar disebabkan karena ja mu gendong telah terkontaminasi oleh bakteri patogen maupun non patogen pada proses pembuatannya. Besarnya jumlah koloni bakteri pencemar dala m sediaan ja mu dapat juga disebabkan oleh proses pembuatan jamu yang kurang me mpe rhatikan unsur kebersihan dan kontaminasi udara pada saat proses penyajiannya.

2. Identifikasi bakteri anaerob

Bakte ri yang ditemukan dala m penelit ian ini adalah peptococcus. Bakteri anaerob merupakan bagian dari flora normal vagina sehingga bakteri in i sering ditemu kan pada vagina dan dapat menyebabkan penyakit vaginitis. Identifikasi ba kteri anaerob hanya

(6)

dila kukan pengecatan dan tidak dila kukan uji biokimia karena bakteri anaerob me mpunyai koloni yang khas sehingga mudah dikena li

C. Penghitung an angka k apang/jamur

Hasil penghitungan berupa angka kapang/jamur rata-rata baik dari ja mu gendong temu ireng maupun kunyit asam. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel II berikut ini :

Tabel II. Angka Kapang/Jamur Rata-rata pada Jamu Ge ndong Te mu Ire ng dan Kunyit Asam di Kecamatan Gajah Mungkur Semar ang. Sampel jamu gendong Angka kapang/jamur Rata-rata ± SD (CFU/ ml) Temu ireng 157 ± 144,7 Kunyit asam 71 ± 93,9

Hasil perhitungan angka kapang/jamur dari 36 sampel ja mu gendong di Keca matan Ga jah Mungkur Se marang, diketahui bahwa hampir semua sampel dari produsen jamu menunjukkan ju mlah angka kapang/jamur tidak me lebih i standar batas cemaran kapang/jamur ya itu 103 (1000) CFU/ ml sampe l dan masih dianggap aman untuk dikonsumsi (Depkes RI, 1994).

D. Identi fikasi kapang/jamur pada jamu gendong

Pada penelitian ini identifikasi ja mur dilaku kan dengan cara mengamb il ko loni sejenis ke mudian digoreskan pada gelas objek dan diperiksa dibawah mikroskop. Hasil yang diperoleh adalah ditemukan ja mur seperti : Aspergillus niger, Moniliaceae, Penisillium, dan Rhizopus.

Aspergillus niger diklasifikasikan sebagai Deuteromycetes yang bersifat patogen pada manusia. A. niger dapat menghasilkan aflatoksin yang dapat menyebabkan keracunan akut pada hewan dan manusia (Pelc za r, 1988). Moniliaceae me miliki ciri organis me sel-sel yang menyerupai kha mir dengan pseudohifa menghasilkan kla midiospora besar, berdinding besar, berdinding tebal, bulat, koloni lic in bau seperti khamir, tumbuh pada media biakan biasa. Penisillium

me mpunyai h ifa bercabang dan berdinding tipis, serta me mpunyai dua nukleus atau lebih (Pe lc zar, 1988).

Rhizopus/kapang roti atau kapang hitam termasuk genus yang lebih tinggi tingkat perke mbangannya di dala m ke las phycomycetes, merupakan patogen oportunis artinya tidak menyebabkan penyakit pada inang tetapi menyebabkan mikosis (Pe lc zar, 1988).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpul an

Berdasarkan hasil penelit ian yang telah dilakukan pada ja mu gendong temu ireng dan kunyit asa m ma ka diperoleh kesimpu lan sebagai berikut :

1. Angka kuman rata-rata pada media aerob adalah 7,4 x 106 dan 2,1 x 105 CFU/ ml, angka ku man rata-rata

pada media anaerob adalah 4,2 x 102 dan 4,3 x 102 CFU/ ml, sedangkan angka kapang/jamu r rata-rata adalah 1,5 x 102 dan 1,0 X 102 CFU/ ml.

2. Jenis ku man aerob yang ditemukan adalah

Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella typhi, Pseudomonas aeruginosa, dan jenis ku man anaerob yang ditemu kan adalah

Peptococcus, sedangkan kapang/jamur yang ditemu kan adalah Penisillium, Moniliaceae, Aspergillus niger, dan Rhizopus.

3. Ha mpir semua sampel tida k me menuhi persyaratan MENKES RI No : 661/ M ENKES/SK/ VII/1994 karena meleb ihi batas cemaran yakni untuk bakteri (104 CFU/ ml) serta mengandung bakteri patogen tetapi angka kapang tidak me lebihi batas persyaratan.

Saran

Setelah diperoleh kesimpulan dari hasil pengujian sampel ma ka dapat diberikan saran untuk penelitian selanjutnya :

1. Perlu adanya informasi kepada masyarakat mengenai adanya bakteri maupun ja mur pada ja mu gendong di Keca matan Ga jah Mungkur Se ma rang. 2. Perlu dilaku kan penelitian lebih lanjut mengenai

angka kuman dan ja mur pada ja mu gendong di wilayah Se marang pada berbagai keca matan sehingga dapat diketahui angka ku man sepanjang tahun.

3. Pe merintah dan instansi yang terkait diharapkan ma mpu mengawasi dan me laku kan survei pembuatan jamu gendong di wilayah kota Se marang.

4. Penelit ian ini perlu dike mbangkan terhadap jamu tradisional yang lain, baik dit injau dari segi bakteriologi maupun segi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Dalla Rosa KR, 1993, Ta marindus indica ± a widely adapted, multipurpose fruit tree. Agroforestry for the Pacific Technologies no. 2. NFTA. http://ms.wikipedia .org/wiki/Poko k_Asam_Jaw a, dia kses pada 24 Me i 2008

Depkes RI, 1985a, Tanaman Obat Nasional, jilid 1, ha l 40, Direktorat Jenderal Pengawas obat dan Makanan, Jakarta.

Depkes RI, 1985b, Tanaman Obat Nasional, jilid 2, hal 49, Direktorat Jenderal Pengawas obat dan Makanan, Jakarta.

Depkes RI, 1994, Persyaratan Obat Tradisional, hal 86, Departe men Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes RI, 1995, Farmak ope Indonesia, Edisi IV hal 848-852, Departe men Kesehatan Republik Indonesia, Jaka rta

Pelc zar, M. J., 1986, Dasar-dasar Mik robiologi, Edisi 1,

hal. 189-217, Un iversitas Indonesia ±Press, Jakarta.

(7)

.

Pelc zar, M. J., 1988, Dasar-dasar Mik robiologi, Edisi 2,

hal. 643-715, Un iversitas Indonesia ±Press, Jakarta.

Ratnawati, S., 2002, Pe me riksaan angka kuman dan Identifikasi bakteri pada jamu gendong galian singset di wilayah Kota Jogjakarta, Sk ripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Ala m Universitas Isla m Jogja karta, Jogjaka rta. Santoso, S.S., 2000, Penelitian Manfaat Pengobatan

Tradisional untuk Penyembuhan Penyakit Tidak Menular, JKPKBPPK/Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan

Kesejahteraan Sosial,

http://digilib.litbang.depk es.go.id, diakses pada tanggal 29 April 2008.

Suharmiat i dan Handayani, L., 1998, Bahan Bak u, Khasiat dan Cara Pengolahan jamu Gendong: Studi Kasus di Kotamadya Surabaya, Pusat Penelit ian dan Pengembangan Pelayanan kesehatan, Departemen Kesehatan RI, http://www.tempo.

co.id/medik a/arsip/052001/art-1.htm diakses pada tanggal29 April 2008.

Syahrurachman, A., 1993, Mik robiologi Kedokteran, hal. 103-299, Penerb it Binarupa Aksara, Jakarta.

Tjokronegoro, A., dan Bazid, A., 1992, Semilok a Etik a Penelitian Obat Tradisional, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jaka rta.

Gambar

Gambar  1. Skema Ide ntifikasi bakteri aerob.
Gambar  2. Skema Ide ntifikasi bakteri anaerob.
Gambar  3. Skema Ide ntifikasi jamur/kapang.

Referensi

Dokumen terkait

Filtrat yang telah diperoleh kemudian dilakukan pengamatan pH (pH meter), absorbansi (spektrofotometer λ 445 nm), total padatan terlarut (TPT), DPPH

Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 – 3 minggu dengan gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan kadang disertai

Kesimpulan dari monitoring dan evaluasi adalah 3 rangkain program penguatan melalui unit usaha memberikan dampak positif untuk meningkatkan kapasitas keluarga pesantren

Larutan pupuk N, P dan K mengandung sejumlah nutrien dan merangsang hormon pertumbuhan untuk merang- sang tanaman sehingga dengan responnya terhadap konsentrasi

Belanja Premi Asuransi Barang Milik Daerah Belanja Premi Asuransi Non PNS Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor Belanja Jasa Service Belanja Penggantian Suku Cadang Belanja

Mengacu pada grafik 1, penggunaan limbah beton dari variasi 0% sampai 100% akan menurunkankan nilai stabilitas suatu campuran dari 1134,6 kg sampai dengan 993,6

Tugas di bidang supervisi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu usaha memberikan

Karena melibatkan banyak unsur masyarakat, maka acara dalam majlis zikir, maulid, manaqib kubra > dan ta’lim ini relatif lebih banyak. Selain bacaan-bacaan yang selalu