• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN: X Volume: 8 No. 2 - Desember 2019 ABSTRAKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN: X Volume: 8 No. 2 - Desember 2019 ABSTRAKSI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA

SEKOLAH DI SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG SEMESTER GANJIL T.P. 2019/2020

Idris, S.Pd, M.Si. (NIP: 19650822 199412 1 007) Kepala SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

ABSTRAKSI

Perumusan Masalah: (1). Bagaimana meningkatkan kemampuan guru Menggunakan Media Gambar Dalam Pembelajaran? (2). Apakah melalui supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan guru Menggunakan Media Gambar Dalam Pembelajaran ? Untuk memecahkan masalah yang ditemukan, peneliti melakukan :(1). Penilaian terhadap kinerja guru untuk mengukur taraf kemampuan guru Menggunakan Media Gambar Dalam Pembelajaran sebagai bahan pembinaan. (2)Melakukan supervisi akademik terhadap guru guru agar mampu Menggunakan Media Gambar Dalam Pembelajaran.Tujuan penelitian :(1).Untuk meningkatkan efektivitas peran kepala sekolah melaksanakan supervisi akademik Menggunakan Media Gambar Dalam Pembelajaran.(2).Untuk meningkatkan kemampuan guru Menggunakan Media Gambar Dalam Pembelajaran. Manfaat Penelitian:(1).Untuk meningkatkan profesionalisme guru. (2).Untuk meningkatkan profesionalisme kepala sekolah melakukan supervisi akademik terhadap guru.(3).Untuk memotivasi guru meningkatkan kemampuannya. Penelitian dilakukan berdasarkan Model Tindakan Sekolah yang dilaksanakan melalui tiga siklus dengan prosedur : (1).Planning/ Perencanaan; (2).Acting/ Tindakan; (3).Observing/ Pengamatan; (4).Reflekting/ Refleksi; Analisis data dilakukan dengan model deskriptif. Aspek-aspek kelemahan tindakan pada setiap siklus akan direfleksikan sebagai bahan perbaikan pada siklus berikutnya. Setelah penelitian Tindakan dilaksanakn, diperoleh hasil bahwa supervisi akademik mampu meningkatkan kemampuan guru Menggunakan Media Gambar Dalam Pembelajaran dari Siklus I ke Siklus II dilihat berdasarkan komponen hasil observasi antar siklus. Telah terjadi peningkatan pada jumlah guru yang memiliki kemampuan menggunakan media gambar dalam pembelajaran dalam kategori Amat Baik dari 1 orang pada Siklus I menjadi 10 orang pada Siklus II dan sebaliknya terjadi pula pengurangan jumlah guru yang memiliki kemampuan menggunakan media gambar dalam pembelajaran dalam kategori Baik dari 6 orang pada Siklus I menjadi 5 orang pada Siklus II; dan jumlah guru yang memiliki kemampuan menggunakan media gambar dalam pembelajaran dalam kategori Cukup berkurang dari 6 orang pada Siklus I menjadi tidak ada pada Siklus II; demikian jumlah guru yang memiliki kemampuan menggunakan media gambar dalam pembelajaran dalam kategori Kurang mengalami pengurangan dari 2 orang pada Siklus I menjadi tidak ada pada Siklus II. Karena itu disarankan: (1).Kepada kepala sekolah agar terus menerus secara berkesinambungan melakukan supervisi akademik dengan tindak lanjut pembinaan secara terprogram melalui Penelitian Tindakan Kelas kepada guru-guru di sekolah binaannya. (2).Kepada Pemerintah c/q Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang agar memberikan motivasi dan mengalokasikan anggaran untuk Penelitian Tindakan guru melalui supervisis akademik.

Kata Kunci: kemampuan guru, media gambar, supervisi akademik kepala sekolah PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan dapat dikate-gorikan sebagai organisasi nirlaba yang melayani masyarakat. Meskipun sifatnya nirlaba, namun bukan berarti sekolah tidak dituntut untuk terus meningkatkan mutu

proses maupun output pendidikannya. Sebaliknya, sekolah sangat diharapkan benar-benar memperhatikan mutu, karena tugas suci yang diembannya adalah turut mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

(2)

Dalam menjaga mutu proses tersebut, diperlukan adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala komponen pendukungnya. Sekolah adalah sebuah people changing institution, yang dalam proses kerjanya selalu berhadapan dengan uncertainty and interdependence. Maksudnya mekanisme kerja di lembaga pendidikan secara teknologis tidak dapat dipastikan karena kondisi input dan lingkungan yang tidak pernah sama. Selain itu proses pendidikan di sekolah juga tidak terpisahkan dengan lingkungan keluarga maupun pergaulan peserta didik.

Dalam situasi demikian, tugas kepala sekolah dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu tugas di bidang administrasi dan tugas-tugas di bidang supervisi.

Tugas di bidang administrasi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan bidang garapan pendidikan di sekolah, yang meliputi pengelolaan pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, sarana-prasarana, dan hubungan sekolah masyarakat. Dari keenam bidang tersebut, bisa diklasifikasi menjadi dua, yaitu mengelola komponen organisasi sekolah yang berupa manusia, dan komponen organisasi sekolah yang berupa benda.

Tugas di bidang supervisi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu usaha memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki atau meningkatkan proses dan situasi belajar mengajar. Sasaran akhir dari kegiatan supervisi adalah meningkatkan hasil belajar siswa.

Berkaitan dengan peran kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru, salah satu upaya strategis yang penting dilakukan adalah meningkatkan kemampuan guru menerapkan model pembelajaran melalui supervisi akademik.

Upaya tersebut dipandang sangat penting karena berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah terjadi pergeseran eksistensi guru di dalam pengelolaan pembelajaran. Berkembangnya media cetak dan elektronik serta teknologi informasi dan komunikasi sebagai sumber belajar yang mudah di akses oleh semua peserta didik telah menyebabkan

pergeseran posisi guru menjadi bukan lagi satu-satunya sumber belajar.

Dalam posisi demikian, dituntut sosok guru yang profesional yang mampu mengaplikasikan berbagai model pembelajaran dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dalam mengelola pembelajaran.

Untuk mewujudkan harapan tersebut peran kepala sekolah sangat dibutuhkan untuk membina peningkatan kemampuan guru melalui supervisi akademik sehingga penulis melakukan Penelitian Tindakan dengan judul: “Peningkatan Kemampuan Guru Menggunakan Media Gambar Dalam Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah Di SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Semester Ganjil T.P. 2019/2020.”

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan kemampuan guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran di SMP Negeri 1 Lubuk Pakam T.P. 2019/2020?

2. Apakah melalui supervisi akademik oleh kepala sekolah dapat meningkatkan kemampuan guru di SMP Negeri 1 Lubuk Pakam menggunakan media gambar dalam pembelajaran T.P. 2019/2020?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran melalui supervisi akademik kepala sekolah di SMP Negeri 1 Lubuk Pakam T.P. 2019/2020.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama kurang lebih empat bulan, mulai dari tanggal 15 Juli sampai dengan tanggal 31 Oktober 2019.

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Lubuk Pakam yang beralamat di Jl. Kartini, Tj. Garbus Satu, Kec. Lubuk Pakam, Kab. Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dengan alasan bahwa sepengatuhan peneliti belum pernah dilakukan penelitian serupa di

(3)

tempat ini. Selain itu peneliti bertugas sebagai kepala sekolah dan mengajar di sekolah tersebut.

Sebagai subjek penelitian adalah guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Lubuk Pakam sebanyak 15 orang.

Penelitian dilakukan dengan Model Penelitian Tindakan, suatu model penelitian yang tergolong baru yang merupakan gabungan antara penelitian ilmiah dan tindakan; Burns, 1999: 30; Kemmis & McTaggart, 1982: 5; Reason & Bradbury, 2001: 1).

Penelitian Tindakan merupakan intervensi skala kecil terhadap tindakan didunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap pengaruh intervensi tersebut (Cohen dan Mantion, 1980 : 174). Penelitian ini berbeda dengan penelitian lain, kalau jenis penelitian lain layaknya dilakukan oleh para ilmuwan di kampus atau lembaga penelitian, penelitian tindakan layaknya dilakukan oleh para praktisi, termasuk kepala sekolah. Kalau jenis penelitian lainnya untuk mengembangkan teori, Penelitian Tindakan ditujukan untuk meningkatkan praktik lapangan. Jadi Penelitian Tindakan adalah jenis penelitian yang cocok untuk para praktisi.

Penelitian Tindakan tidak akan mengganggu proses pembelajaran karena justru ia dilakukan dalam proses pembelajaran yang alami di kelas sesuai dengan jadwal. Penelitian Tindakan bersifat situasional, kontekstual, berskala kecil, terlokalisasi, dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi nyata dalam dunia kerja. Penelitian Tindakan direncanakan dalam dua siklus, namun apabila indikator kinerja belum tercapai akan dilanjutkan dengan siklus ke tiga. Langkah-langkah penelitian tindakan dalam setiap siklus adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti merencanakan hal-hal sebagai berikut

a. Mengidentifikasi permasalahan melalui eksplorasi kemampuan guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran dengan pendekatan andragogi dan pre-tes.

b. Merumuskan alternatif pemecahan masalah dan membuat skenario pembinaan guru serta bahan-bahan/materi/model yang diperlukan dalam pembinaan tersebut.

c. Merumuskan indikator keberhasilan pembinaan guru.

d. Menentukan jadwal kegiatan pembinaan guru.

e. Mengkordinasikan kegiatan penelitian dengan sekolah dan guru-guru yang menjadi subjek penelitian.

f. Mempersiapkan materi pembinaan. g. Menyiapkan instrumen untuk mengukur

keberhasilan pembinaan guru. 2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan dilakukan dengan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran, menganalisis, menyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam suasana pembinaan yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan kepala sekolahsebagai pembina lebih ditekankan sebagai fasilitator.

Selanjutnya dilakukan diskusi tentang indikator keberhasilan pembelajaran. Pada akhir pembinaan dilakukan praktik/simulasi di dalam dan di luar kelas.

3. Observasi

Observasi dilakukan menggunakan instrumen melalui supervisi akademik sebagai tindak lanjut dari pembinaan yang telah dilakukan sebelumnya. Fokus observasi ditekankan kepada aspek kemampuan guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Untuk validasi data yang diperoleh, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru dan membuat catatan-catatan tentang aspek penilaian yang tidak muncul dalam instrumen.

4. Refleksi

Semua data yang terjaring melalui instrumen, hasil wawancara dan catatan-catatan selama proses penelitian tindakan dikumpulkan, kemudian diklasifikasikan dan dianalisis dengan model deskriptif, sehingga dapat diketahui aspek keberhasilan dan aspek kelemahan kemampuan guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran pada siklus tindakan yang telah dilakukan.

Berdasarkan aspek keberhasilan dan aspek kelemahan tersebut peneliti merefleksikan kembali program pembinaan pada siklus berikutnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(4)

b. Apabila ternyata tujuan pembinaan tidak tercapai sama sekali atau tidak ada peningkatan kemampuan guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan.

c. Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapai semua tetapi ada peningkatan kemampuan guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran walaupun belum memuaskan maka mulailah merevisi kembali program pembinaan dan mengimplementasikannya pada siklus berikutnya.

PEMBAHASAN

Dengan membandingkan hasil analisis data yang diperoleh selama Penelitian Tindakan pada Siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran setelah mengikuti pembinaan terprogram. Indikasi tersebut dapat dilihat berdasarkan peningkatan jumlah guru yang mengalami perbaikan kualitas kemampuan menggunakan media gambar dalam pembelajaran.

Pada Siklus I jumlah guru yang memiliki kemampuan menggunakan media gambar dalam pembelajaran dalam kategori Amat Baik hanya 1 orang tetapi pada Siklus II bertambah menjadi 10 (sepuluh) orang.

Sebagai akibat dari peningkatan kualitas kemampuan tersebut maka terjadi pula pengurangan jumlah guru yang memiliki kemampuan Menggunakan Media Gambar dalam pembelajaran dalam kategori Baik dari 6 orang pada Siklus I menjadi 5 orang pada Siklus II; demikian juga jumlah guru yang memiliki kemampuan menggunakan media gambar dalam pembelajaran dalam kategori Cukup berkurang dari 6 orang pada Siklus I menjadi tidak ada pada Siklus II; dan jumlah guru yang memiliki kemampuan menggunakan media gambar dalam pembelajaran dalam kategori Kurang mengalami pengurangan dari 2 orang pada Siklus I menjadi tidak ada pada Siklus II;

Dilihat dari aspek penguasaan kemampuan menggunakan media gambar dalam pembelajaran berdasarkan hasil observasi antar siklus menunjukkan adanya

suatu perbaikan yang signifikan terhadap kualitas kemampuan guru. Aspek yang mengalami perbaikan adalah: (1) Kemampuan guru melakukan appersepsi (2) Kemampuan guru memilih media gambar yang sesuai (3) Kemampuan guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran (4) Kemampuan guru memotivasi siwa dengan media gambar (5) Kemampuan guru menyimpulkan materpelajaran dan (6) Kemampuan guru melakukan evaluasi.

KESIMPULAN

Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa:

Kemampuan kepala sekolah membina guru-guru melalui supervisi akademik kepala sekolah mengalami perbaikan secara signifikan, terbukti dari hasil penelitian :

a. Telah terjadi peningkatan pada jumlah guru yang memiliki kemampuan menggunakan media gambar dalam pembelajaran dalam kategori Amat Baik dari 1 orang pada Siklus I menjadi 10 orang pada Siklus II dan sebaliknya terjadi pula pengurangan jumlah guru yang memiliki kemampuan menggunakan media gambar dalam pembelajaran dalam kategori Baik dari 6 orang pada Siklus I menjadi 5 orang pada Siklus II; dan jumlah guru yang memiliki kemampuan menggunakan media gambar dalam pembelajaran dalam kategori Cukup berkurang dari 6 orang pada Siklus I menjadi tidak ada pada Siklus II; demikian jumlah guru yang memiliki kemampuan menggunakan media gambar dalam pembelajaran dalam kategori Kurang mengalami pengurangan dari 2 orang pada Siklus I menjadi tidak ada pada Siklus II.

b. Telah terjadi peningkatan kemampuan guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran dilihat berdasarkan hasil observasi antar siklus pada aspek: (1)Kemampuan guru melakukan appersepsi (2) Kemampuan guru memilih media gambar yang sesuai (3) Kemampuan guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran (4) Kemampuan guru memotivasi siwa dengan media gambar (5) Kemampuan guru menyimpulkan materpelajaran dan (6) Kemampuan guru melakukan evaluasi.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

E, Mulyasa, 2005, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Kyte, G.C., 1972, The Principal

at Work, Boston : Ginn and Company, Resived Edition.

Maxwell, John C (2001) Mengembangkan Kepemimpinan di sekeliling anda. Dialih bahasakan oleh Meiliana Purnama, Jakarta. PT. Mitra Media. Moch. Idhochi Anwar, 2003, Administrasi

Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, Bandung: CV. Alfabeta. Munandar, (1999) Manajemen Pendidikan,

Mandar Maju, Bandung.

Ndraha, Taliziduhu. (1997). Budaya Organisasi. Jakarta : PT. Rineka Cita. Nasution, S. (1988). Metode Penelitian

Naturalistik Kualitatif. Bandung, Tarsito.

Permendiknas, 2007. Undang-undang Republik Indonesia No. 16 . Jakarta: Permendiknas.

_______, 2007. Undang-undang Republik Indonesia No. 13. Jakarta: Permendiknas.

Silalahi, Tauada, (1994). Kepemimpinan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, di SMEA Negeri Daerah Istimewa Yogyakarta. Tests, (tidak dipublikasikan) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta.

Sallis. (1993). Total Quality Management in Education. London : Philadelphia. Samana. (1994). Profesionalisme Keguruan,

Kompetensi dan Pengembangannya. Jogyakarta : Penerbit Kanisius (anggota IKAPI).

 

Referensi

Dokumen terkait

Anda dapat mencicipi ( dimakan ) sampel Manisan rosella kering secara berurutan dari kiri ke kanan.. Setelah mencicipi semua sampel, berilah penilaian tentang tingkat kesukaan

Adanya halusinasi atau waham tidak mutlak untuk diagnosis skizofrenia; gangguan pada pasien didiagnosis sebagai skizofrenia apabila pasien menunjukkan dua gejala

PrototypeCA.jar Pasangan kunci intermediate disertifikasi oleh root Berhasil 6 Membangkitkan private credential untuk intermediate Pasangan kunci dan sertifikat untuk

Taman Bacaan Masyarakat sebagai medium pengembangan budaya baca merupakan tempat mengakses berbagai bahan bacaan: seperti buku pelajaran, buku keterampilan praktis,

Hasil penelitian pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa responden mengalami penurunan dysmenorhea dismenore meski tanpa mengonsumsi ekstrak buah adas. Remaja putri

Berdasarkan hasil analisis finansial investasi kapal khusus angkutan ternak baru dengan skenario rute Celukan Bawang-Tanjung Priok- Cirebon, menunjukkan, bahwa investasi

Berdasarkan diagram 4.23 di atas mengenai BP3AKB Kota Bekasi memiliki koordinasi yang baik dengan KPAI dalam menangani kasus kekerasan seksual pada anak,

Kajian telah dijalankan terhadap jenama destinasi Indonesia dan Malaysia, iaitu: Indonesia Ultimate in Diversity, Wonderful Indonesia, Visit Indonesia Year 2008, Malaysia