• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Sensor Gas dan Fuzzy Logic Untuk Mendeteksi Formalin Pada Tahu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Sensor Gas dan Fuzzy Logic Untuk Mendeteksi Formalin Pada Tahu"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Sensor

Gas dan

Fuzzy Logic

Untuk Mendeteksi

Formalin Pada Tahu

Rendyansyah

Jurusan Sistem Komputer Universitas Sriwijaya Palembang, Indonesia rendyansyah@ilkom.unsri.ac.id

Ranti Eftika

Jurusan Sistem Komputer

Universitas Sriwijaya Palembang, Indonesia rantieftika@yahoo.co.id

Rossi Passarella

Jurusan Sistem Komputer

Universitas Sriwijaya Palembang, Indonesia passarella.rossi@unsri.ac.id

Abstrak—Formalin merupakan zat yang berbahaya. Umumnya formalin sering dicampurkan ke dalam bahan makanan supaya makanan tersebut dapat bertahan lama. Salah satu makanan yang dijumpai mengandung formalin yaitu tahu. Dalam mengantisipasi makanan tahu tersebut perlu dirancang sistem yang dapat mendeteksi adanya zat formalin. Dalam penelitian ini telah dirancang alat pendeteksi formalin yang dilengkapi dengan sensor gas TGS2600 dan TGS2611, mikrokontroler Atmega8535 dan modul display. Alat ini memberikan informasi berupa indikator aman, waspada dan bahaya terhadap zat formalin tersebut. Indikator ini diperoleh dari proses fuzzy logic yang di-implementasikan ke dalam mikrokontroler. Pengujian dilakukan pada 5 sampel tahu yang dicampur formalin dengan kadar yang berbeda yaitu 0.1 ml sampai 1 ml. Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat mampu mendeteksi adanya formalin dalam tahu, dan dari hasil alat manual “Test Kit Formalin” menunjukkan kesesuaian terhadap pengujian alat tersebut.

Kata Kunci : Formalin, Fuzzy logic, Sensor gas. I. PENDAHULUAN

Tahu merupakan makanan tradisional yang bergizi, dan banyak dijual di pasar tradisional. Tahu merupakan hasil olahan dari bahan baku berupa kacang kedelai yang umumnya dibuat dengan cara tradisional. Tahu hanya mampu bertahan selama kurang lebih tiga hari. Karena keterbatasan kadaluarsa tahu tersebut maka tidak menutup kemungkinan adanya pencampuran formalin ke dalam tahu supaya bertahan lama. Tujuan utama pencampuran formalin untuk membunuh bakteri (anti bakteri) [1][2]. Oleh karena itu konsumen perlu investigasi sebelum mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin.

Formalin merupakan zat yang berbahaya apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama yang dapat menyebabkan kematian sel. Formalin bisa diperoleh dalam bentuk cair maupun padat. Formalin dapat menguap di udara berbentuk gas, dan dapat dirasakan oleh indra penciuman. Indra penciuman atau hidung terkadang mengalami gangguan apabila digunakan terus menerus sehingga kurang konsisten untuk deteksi adanya zat formalin. Dalam jangka waktu yang lama juga mengakibatkan gangguan saraf penciuman. Oleh karena

itu dibutuhkan suatu alat yang dapat menggantikan peran dari indra penciuman [3].

Prinsip penciuman elektronik dapat diaplikasikan untuk mendeteksi formalin, yaitu dengan menggunakan beberapa sensor gas yang selektif dan sensitif terhadap gas formalin. Gunawan dan Sudarmadji [3] telah melakukan penelitian untuk mendeteksi formalin pada bahan pangan dengan menggunakan prinsip penciuman elektronik yaitu deret sensor gas dengan metode pengenalan gas Jaringan Syaraf Tiruan. Hasil penelitiannya yaitu identifikasi formalin dan tanpa formalin pada bahan pangan dengan kondisi suhu yang berbeda. Identifikasi tersebut belum ada indikator batas aman (tanpa formalin), waspada (formalin dengan kadar sedikit) atau bahaya (formalin dengan kadar yang banyak). Dalam penelitian ini dirancang alat untuk mendeteksi formalin dengan prinsip penciuman elektronik yaitu sensor gas metal-oxide semiconductor

dengan metode logika fuzzy. II. METODE

A. Perancangan perangkat keras.

Perangkat keras dari sistem pendeteksi formalin pada tahu terdiri dari elemen pemanas, sensor gas TGS2600 dan TGS2611, Pemroses data (Atmega8535) dan modul

display. Adapun skematik hardware dari sistem pendeteksi formalin ditunjukkan pada Gambar 1. Berdasarkan alur penelitian ini tahu harus dihaluskan terlebih dahulu dan dipanaskan supaya aroma tahu yang mengandung formalin dapat dideteksi oleh sensor gas TGS2600 dan TGS2611. Sensor gas TGS2600 dapat mendeteksi gas karbon monoksida. Sedangkan sensor gas TGS2611 dapat mendeteksi gas metana. Data dari sensor dikirim ke pemroses data (mikrokontroler Atmega8535) untuk diproses dan diambil keputusan menggunakan fuzzy logic. Kemudian sistem menampilkan hasil dari keluaran proses fuzzy logic, apakah tahu mengandung formalin atau tidak, dan indikator batas aman, waspada atau bahaya.

(2)

B. Perancangan fuzzy logic.

Fuzzy logic merupakan logika yang dirancang berdasarkan keinginan yang dikombinasikan dari pengalaman seorang pakar dalam pengambilan keputusan [4]. Fuzzy logic ini dapat men-toleransi data yang kurang tepat dan umumnya dapat digunakan untuk aksi dalam suatu sistem [5][6]. Pada penelitian ini digunakan fuzzy logic sebagai knowledgment untuk menentukan adanya formalin dalam tahu. Fuzzy logic

terdiri dari beberapa tahapan [5], yaitu fuzifikasi, rule base dan inferensi, dan defuzifikasi. Adapun rancangan

fuzzy logic pada sistem pendeteksi formalin ini sebagai berikut:

Gambar 2. Grafik fungsi keanggotaan untuk gas karbon monoksida menggunakan sensor gas tgs2600.

Gambar 3. Grafik fungsi keanggotaan untuk gas metana menggunakan sensor gas tgs2611.

1.Fuzzyfikasi.

Pada tahapan ini, fuzzyfikasi mengubah nilai masukan crisp menjadi nilai masukan fuzzy. Proses konversi memerlukan fungsi keanggotaan untuk masing-masing sensor gas. Widodo dan Andrian [7] melakukan pengukuran gas karbon monoksida dengan menggunakan sensor gas TGS2600 dan terdapat kriteria batas aman, waspada, bahaya dan sangat berbahaya. Adapun rentang gas metana yang dapat dideteksi oleh sensor gas TGS2611 mencapai 10000 ppm [8], dan dalam penelitian ini untuk kriteria batas aman, waspada dan bahaya dilakukan secara trial and error. Adapun grafik fungsi keanggotaan pada gas karbon monoksida ditunjukkan pada Gambar 2, dan gas metana dengan grafik fungsi keanggotaan seperti pada Gambar 3.

Nilai ppm diperoleh dari mengetahui karateristik yang ada dalam datasheet sensor gas TGS2600 dan

TGS2611. Dalam penelitian ini range pembacaan pada sensor gas TGS2600 mulai 1 sampai 30 ppm untuk gas karbon monoksida, dan sensor gas TGS2611 dengan

range 500 sampai 10000 ppm. Keluaran sensor gas berupa sinyal tegangan (VDC) yang dikonversi menjadi nilai ADC dengan resolusi 8 bit, dan nilai ADC ini digunakan untuk menghitung ppm [8][9], menggunakan Persamaan (1).

ppm = x nilai_ADC 8bit

range (1)

Tabel 1. Rule base

Gas karbon monoksida

Aman Waspada Bahaya

G

as

m

et

an

a Aman Aman Aman Waspada

Waspada Aman Waspada Bahaya

Bahaya Waspada Bahaya Bahaya

Gambar 4. Grafik fungsi keanggotaan output untuk indicator deteksi formalin.

2. Rule base dan inference.

Pada tahap ini dirancang rule base untuk menentukan indikator formalin yang terdapat pada tahu. Aturan logika ini diperoleh dari kombinasi input TGS2600 dan TGS2611, dan berjumlah 9 rule. Pada Tabel 1 menunjukkan rancangan rule base untuk indikator formalin pada tahu.

Berdasarkan Tabel 1 terdapat tiga keluaran yang menandakan indikator formalin yaitu “aman”, “waspada” dan “bahaya”. Dimana indikator tersebut merupakan keluaran fuzzy, sehingga dirancang fungsi keanggotaan keluaran seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Fungsi keanggotaan keluaran indikator formalin pada Gambar 4 merupakan fungsi keanggotaan “single ton”. Setelah ada rancangan aturan logika maka selanjutnya dilakukan tahap inferensi untuk menentukan nilai keluaran fuzzy yaitu menggunakan mekanisme “ Max-Min” [5][6].

(3)

3.Defuzifikasi.

Tahap defuzzyfikasi merupakan tahap menghitung keluaran fuzzy menjadi nilai keluaran crisp. Ada banyak metode dalam penyelsaian defuzzifikasi, salah satunya metode Center of Area [5][6]. Nilai keluaran crisp yang dihasilkan dengan menggunakan Persamaan (2), dan proses selanjutnya yaitu menentukan indikator formalin seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.

 

 

1 1

.

n i i i n i i

x x

y

x

 

(2)

Gambar 5. Flowchart untuk menentukan indikator formalin pada tahu.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sampel tahu.

Sebelum dilakukan pengujian, perlu pembuatan tahu yang dikondisikan mengandung formalin dan tidak mengandung formalin. Tahu yang telah tersedia kemudian dibagi menjadi lima sampel, dimana setiap sampel ditimbang sebanyak 10 gram. Adapun proses penimbangan tahu seperti ditunjukkan pada Gambar 6.a. Satu sampel tidak mengandung formalin dan empat sampel lainnya ditambahkan formalin konsentrasi 37%, diantaranya:

1)Sampel A tanpa dicampur formalin. 2)Sampel B ditambahkan formalin 0.1 ml. 3)Sampel C ditambahkan formalin 0.3 ml. 4)Sampel D ditambahkan formalin 0.5 ml. 5)Sampel E ditambahkan formalin 1 ml.

Pada Gambar 6 menunjukkan sampel tahu dan proses pencampuran tahu dengan formalin. Pada pengujian ini sampel tahu dihaluskan (Gambar 6.b)

untuk dimasukkan kedalam proses pemanasan. Adapun pencampuran formalin pada sampel tahu dengan cara disuntikan (Gambar 6.c).

(a) (b)

(c)

Gambar 6. Sampel tahu. (a) penimbangan tahu, (b) tahu yang dilumatkan, dan (c) pencampuran tahu dengan formalin.

Gambar 7. Sistem pendeteksi formalin pada tahu.

B. Pengujian sistem pendeteksi formalin.

Pada Gambar 7 menunjukkan bentuk fisik dari alat pendeteksi formalin pada tahu. Dalam pengujian ini, langkah pertama yaitu memasukan sampel tahu yang telah dihaluskan ke dalam pemanas seperti pada Gambar 8. Kemudian pemanas tersebut ditutup dengan penutup yang telah dipasang sensor gas TGS2600 dan TGS2611. Tujuan adanya pemanas supaya gas karbon monoksida dan metana yang terkandung dalam tahu dapat menguap

(4)

dan aroma gas dapat terdeteksi oleh sensor. Data keluaran sensor ditransfer ke mikrokontroler dan diolah oleh fuzzy logic untuk mengetahui apakah tahu mengandung formalin atau tidak yang ditampilkan ke modul display.

Adapun hasil pengujian pada sampel A (tahu tanpa formalin) seperti ditunjukkan pada Gambar 9.a. Hasil pengujian pada sampel B (tahu dengan penambahan formalin 0.1 ml) yang dihaluskan ditunjukkan pada Gambar 9.b. Pengujian juga dilakukan pada sampel C, sampel D dan sampel E, dan hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 2.

Gambar 8. Sampel tahu yang dimasukkan ke dalam pemanas.

(a)

(b)

Gambar 9. Pengujian sampel tahu dan ditampilkan pada modul

display. (a) pengujian pada sampel A tanpa formalin, dan (b) sampel B yang dicampur formalin.

Data pengujian pada Tabel 2 ini dilakukan pembanding dengan alat “test kit formalin” untuk mengetahui sistem deteksi formalin pada tahu apakah hampir sama dengan hasil tes manual. Adapun keterangan tanda warna pada hasil alat “test kit formalin” ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 2. Hasil pengujian pada sampel tahu.

Sampel tahu Kadar formalin (ml) Sistem pendeteksi Test Kit TGS2600 (ppm) TGS2611 (ppm) Ket A 0 0 260 Aman B 0.1 9 260 Waspada C 0.3 14 5210 Waspada D 0.5 20 7073 Bahaya E 1 26 8213 Bahaya Tabel 3. Keterangan warna hasil reaksi dari alat Test Kit Formalin.

Warna Keterangan

Negatif atau tidak mengandung zat formalin Positif mengandung formalin, apabila hasil reaksi semakin berwarna ungu maka semakin banyak kadar formalin yang terdeteksi Positif mengandung formalin dengan kadar yang semakin banyak atau bahkan sangat banyak

IV. KESIMPULAN

Pada penelitian ini telah dikembangkan alat pendeteksi formalin pada tahu untuk mengetahui apakah tahu mengandung formalin aatau tidak. Sistem ini dilengkapi dengan dua sensor gas jenis metal-oxide semikonduktor TGS2600 dan TGS2611. Kedua sensor gas tersebut dapat mendeteksi aroma gas yang terkandung di dalam zat formalin. Sistem deteksi formalin ini menggunakan fuzzy logic yang di-implementasikan ke dalam mikrokontroler Atmega8535, yang mana hasil prosesnya ditampilkan ke modul

display. Indikatornya ada tiga yaitu aman, waspada dan bahaya. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan bahwa sistem pendeteksi formalin pada tahu dapat bekerja dengan baik, dan sistem ini juga dibandingkan dari hasil tes secara manual menggunakan alat “tes kit formalin” berbasis indikator warna.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Jurusan Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya.

REFERENCES

[1] S. Hastuti, “Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid Pada Ikan Asin Di Madura”. AGROINTEK, vol. 4, no. 2, pp. 132-137, 2010.

[2] W. Wikanta, “Persepsi Masyarakat Tentang Penggunaan Formalin Dalam Bahan Makanan Dan Pelaksanaan Pendidikan

(5)

Gizi Dan Keamanan Pangan”. Bioedukasi (Jurnal Pendidikan Biologi), vol. 1, no. 2, 2010.

[3] B. Gunawan, dan A. Sudarmadji, Pendeteksian Formalin Pada Bahan Pangan Dengan Sensor Gas Berbasis Polimer Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan, Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi (SNST), vol. 1, no. 1, pp. 110-115, 2013.

[4] Suyanto, “Soft Computing Membangun Mesin ber-IQ Tinggi”, Informatika, Bandung, 2008.

[5] M. Rivai, Rendyansyah, dan D. Purwanto, Implementation of

Fuzzy Logic Control in Robot Arm For Searching Location of Gas Leak. International Seminar on Intelligent Technology and Its Application (ISITIA), vol. 1, no. 1, pp. 69-74, 2015. [6] A. B. Gustica, M. Rivai, dan Tasripan., “Implementasi Sensor

Gas Pada Kontrol Lengan Robot Untuk Mencari Sumber Gas”, Jurnal Teknik POMITS, vol. 3, no. 1, pp. 90-95, 2104.

[7] S. Widodo, dan D. Andrian, “Prototipe Alat Pendeteksi Kebocoran Gas Beracun CO Pada Mobil Menggunakan Array Sensor Berbasis SMS Gateway”, Jurnal Pseudocode, Vol. 2, No. 2, 2015.

[8] S. C. Anwar, F. A. Rakhmadi, dan R. Rahmawati, “Perangkat Sistem Pengukuran Konsentrasi Gas Metana (CH4) Pada Biogas

Dari Hasil Fermentasi Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Berbasis Sensor TGS 2611”, Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika, Vol. 3, No. 1, 2012.

[9] R. Ywalitasari, “Deteksi Dini Pengaman LPG Berbasis SMS”, Skripsi Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2015.

Gambar

Gambar 3. Grafik fungsi keanggotaan untuk gas metana menggunakan  sensor gas tgs2611.
Gambar 5. Flowchart untuk menentukan indikator formalin pada tahu.
Tabel 3.  Keterangan warna hasil reaksi dari alat Test Kit Formalin.
Gambar 1. Skematik hardware dari sistem deteksi formalin.

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan cakram tunggal pada setiap antibiotik dengan standardisasi yang baik, bisa menentukan apakah bakteri peka atau resisten dengan cara membandingkan zona hambatan standar

PEKERJAAN : PENGADAAN PERENCANAAN KONSTRUKSI, FASUM DAN MEUBELAIR PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT 3 LANTAI SPN SINGARAJA.. PAGU ANGGARAN :

Dalam tulisan ini disajikan hasil penelitian tentang produktivitas, efisiensi dan biaya pengangkutan kayu menggunakan lima jenis truk di hutan tanaman industri

a) Editing yaitu mengatur tampilan media sedemikian rupa sehingga terlihat menarik. b) Validasi dilakukan untuk mengetahui dan memastikan bahwa media pembelajaran yang

Menurut Sukirno (2001), bila dilihat dari aspek ekonomi, pengembangan wilayah dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat

The Effect of Strength and Plyometric Training on Anaerobic Power, Explosive Power, and Strength Quadriceps Femoris Muscle in Soccer Players.. Jahrom: Pelagia

Pekerjaan tertentu tersebut adalah sebagaimana diatur pada Pasal 59 ayat (1) Undang- undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi : perjanjian

Nilai koefisien dari masing-masing variabel bebas adalah positif yang menunjukkan adanya pengaruh yang searah antara variabel audit fungsi sumber daya manusia ( X 1 ), audit