MENINGKATKAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN
METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V ARTIKEL PENELITIAN OLEH SALFATIAH NIM F34211086
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK 2013
MENINGKATKAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN
METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V
Salfatiah, Siti Halidjah, K.Y. Margiati
PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak e-mail: [email protected]
Abstrak: Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Menggunakan Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 20 Nanga Tayap Ketapang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dengan menggunakan metode eksperimen. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas. Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan aktivitas fisik siswa pada siklus I rata-ratanya sebesar 80% pada siklus II meningkat sebesar 10,76% menjadi 90,76%, kemudian pada siklus III meningkat sebesar 6,16% menjadi 96,92%.Pada aktivitas mental siklus I rata-ratanya sebesar 58,92% pada siklus II meningkat sebesar 15,43% menjadi 74,35%, kemudian pada siklus III meningkat sebesar 10,26% menjadi 84,61%. Pada aktivitas emosional siklus I rata-ratanya sebesar 75,38% pada siklus II meningkat sebesar 4,62% menjadi 80%, kemudian pada siklus III meningkat sebesar 16,92% menjadi 96,92%.
Kata Kunci: Aktivitas Pembelajaran, Ilmu Pengetahuan Alam, Metode
Eksperimen
Abstract: Improving Learning Activity Using Methods of Natural
Science Experiment In Fifth Grade Elementary School Students Affairs 20 Nanga Tayap Ketapang. This study aimed to describe the increase in activity of students using the experimental method. The method used is descriptive method of research is a form of classroom action research. Based on the results of the study are increased physical activity of students in the first cycle average of 80% in the second cycle increased by 10.76% to 90.76%, then the third cycle increased by 6.16% to 96.92%. At activity mental first cycle average is 58.92% in the second cycle increased by 15.43% to 74.35%, then the third cycle increased by 10.26% to 84.61%. In the first cycle of emotional activity average is 75.38% in the second cycle increased by 4.62% to 80%, then the third cycle increased by 16.92% to 96.92%.
Keywords: Learning Activities, Natural Sciences, Experimental
Tujuan utama pengajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam semesta. Pengajaran IPA adalah pengajaran yang tidak menuntut hafalan, tetapi pengajaran yang banyak memberikan latihan untuk mengembangkan cara berfikir yang sehat dan masuk akal berdasarkan kaidah-kaidah IPA. Guru hendaknya menciptakan pembelajaran yang mengacu kearah pemecahan masalah aktual yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Agar proses belajar mengajar dapat menciptakan suasana yang dapat menjadikan siswa sebagai subjek belajar yang berkembang secara dinamis kearah positif maka diperlukan pemilihan metode yang tepat. Berbagai metode yang dapat digunakan dalam pengajaran IPA salah satunya adalah metode yang sesuai dan dapat menunjang keterampilan proses adalah metode eksperimen. Kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep sendiri melalui observasi dengan daya nalar, daya pikir dan kreatifitas. Penggunaan metode eksperimen dapat mengembangkan berbagai kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor melalui kegiatan-kegiatan : a) Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan b) Berusaha mencari dasar teori yang relevan c) Mengamati percobaan d) Menganalisis dan menyajikan data e) Menyimpulkan hasil percobaan f) Mengkomunikasikan hasil percobaan (membuat laporan ).
Aktivitas belajar dalam menuntut ilmu pada dunia pendidikan akan menentukan keberhasilannya karena pendidikan bagi seseorang merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Apalagi sekarang kita berada pada era globalisasi maka mutlak bagi seseorang untuk memiliki dan membekali diri dengan pendidikan atau ilmu pengetahuan agar dapat mempertahankan diri dari semakin kerasnya tantangan hidup yang mau tidak mau harus dihadapi.
Dalam belajar tidak hanya mementingkan hasil saja tetapi proses belajar juga tidak kalah penting. Keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan belajar itu lebih bermakna dan tujuan pembelajaran akan mudah tercapai.
Pentingnya aktivitas pembelajaran dalam IPA, pada hakikatnya belajar adalah proses membangun makna dan pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses membangun makna dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pemikiran awal, dan perasaan siswa. Belajar bukan hanya menyerap pengetahuan yang sudah dibentuk oleh guru.
Dalam pembelajaran IPA sangat ditekankan keaktifan belajar. Karena akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperoleh siswa merupakan hasil dari pengalaman dan penemuannya sendiri sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep, dan keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.
Tanpa aktivitas, proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Dalam pembelajaran IPA aktivitas belajar yang dimaksud sangat penting untuk ditingkatkan mengingat tujuan pembelajaran IPA di SD menurut kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah sebagai berikut: (a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya. (b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsepkonsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubunga yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. (d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. (e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara. (f) Menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan tuhan. Beberapa tujuan tersebut dapat tercapai apabila terjadi aktivitas belajar didalam kelas.
Berlainan dengan kenyataan yang terjadi saat ini, seringnya materi ajar Ilmu Pengetahuan Alam disampaikan oleh peneliti sendiri masih menggunakan pendekatan mengajar yang konvensional sehingga dapat berdampak kurangnya aktivitas yang siswa lakukan di kelas. Interaksi yang terjadi hanya satu arah yaitu antara guru dan murid seperti yang sering dilakukan peneliti saat ini yaitu metode ceramah. Dalam pembelajaran IPA di SD metode ini kurang tepat dilakukan pada saat pembelajaran IPA karena siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan tidak memiliki pengalaman belajar. Secara Arif perlu dilakukan refleksi terhadap cara atau gaya mengajar kita.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diyakini dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, oleh karena itu peneliti menganggap pentingnya dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode eksperimen yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SDN 20 Nanga Tayap Ketapang.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mendeskripsikan penigkatan aktivitas pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen pada pembelajaran IPA siswa kelas V SDN 20 Nanga Tayap Ketapang. Tujuan umum tersebut dirumuskan menjadi tujuan khusus sebagai berikut: (a) Mendeskripsikan peningkatan aktivitas fisik siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen pada pembelajaran IPA siswa kelas V SDN 20 Nanga Tayap Ketapang. (b) Mendeskripsikan peningkatan aktivitas mental siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen pada pembelajaran IPA siswa kelas V SDN 20 Nanga Tayap Ketapang. (c) Medeskripsikan peningkatan aktivitas emosional siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen pada pembelajaran IPA siswa kelas V SDN 20 Nanga Tayap Ketapang.
Bruner dalam Pitajeng (2007:4) PHQ\DWDNDQ EDKZD ³Belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (a) proses perolehan informasi baru, (b) proses mentransformasikan informasi yang diterima dan (c) menguji relevansi dan
NHWHSDWDQ SHQJHWDKXDQ´ Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan lingkungan yang senantiasa berubah setiap waktu. Oleh karena itu seseorang harus mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kehidupan yang dinamis dan penuh persaingan dengan cara belajar, dimana didalamnya termasuk belajar untuk memahami diri sendiri, memahami perubahan dan perkembangan globalisasi. Sehingga dengan belajar seseorang siap menghadapi perkembangan zaman yang begitu pesat.
Gagne dan Briggs dalam Nyimas Aisyah (2008:1.3) menyatakan bahwa ³3HPEHODMDUDQ VHEDJDL XSD\D RUDQJ \DQJ Wujuannya adalah membantu orang belajar. Secara lebih terinci Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya EHEHUDSD SURVHV EHODMDU \DQJ VLIDWQ\D LQWHUQDO´ Suatu pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Corey dalam Nyimas Aisyah (2008:1.3) menyatakan EDKZD ³Sembelajaran adalah proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadaS VLWXDVL WHUWHQWX´
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia \DQJ EHUDUWL ´saya tahu´ 'DODP EDKDVD ,QJJULV NDWD VDLQV EHUDVDO GDUL NDWD science yang berarti ´pengetahuan´ Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
Menurut kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci tujuan Pembelajaran IPA adalah: (a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya. (b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsepkonsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubunga yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. (d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. (e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara. (f) Menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan tuhan. (g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs. Beberapa tujuan tersebut dapat tercapai apabila terjadi aktivitas belajar di dalam kelas.
Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK, 2004) dan Krikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006), pendidikan Sains (IPA) di sekolah dasar secara eksplisit berupa mata pelajaran mulai diajarkan pada jenjang kelas tinggi, sedangkan di kelas rendah pelajaran IPA terintegrasi bersama mata pelajaran lainnya, terutama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui model pembelajaran tematis. Dalam KTSP ditegaskan pengertian Sains (IPA) sebagai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan mengetahui tntang fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.
Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung dalam pembelajaran tersebut. Siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses (keterampilan atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan tentang dirinya dan alam sekitar. Pada prinsipnya pembelajaran IPA harus dirancang dan dilaksanakan sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan yang dapat membantu siswa memahami fenomena alam secara mendalam (dalam Kartono. 2010:10).
Aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran terjadi secara keseluruhan baik dari siswa maupun guru. Menurut kamus Bahasa Indonesia (2008:32), bahwa DNWLYLWDV GLDUWLNDQ VHEDJDL ³NHJLDWDQ DWDX NHDNWLYDQ´ MDGL VHJDOD VHVXDWX \DQJ dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nono fisik yang ada kaitannya dengan belajar siswa merupakan suatu aktivitas.
Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar (http://ipotes.wordpress.com). Dari beberapa definisi aktivitas diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam bentuk sikap dan fikiran untuk mencapai sebuah tujuan.
Aktivitas pembelajaran merupaka suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara sengaja adanya interaksi antara guru dan siswa, dengan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Trinandita (http://ipotes.wordpress.com PHQ\DWDNDQ EDKZD ³KDO \DQJ SDOLQJ PHQGDVDU \DQJ GLWXQWXW GDODP SURVHV SHPEHODMDUDQ DGDODK NHDNWLIDQ VLVZD´ .HDNWLIDQ VLVZD dalam proses pembelajran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Menurut Paul B Diedrich dalam Sardiman (1986:99-100), membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: (a) Visual Activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memperhatikan, gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. (b) Oral Activities, Seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. (c) Listening Activities, sebagai contoh yaitu mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. (d) Writing Activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. (e) Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, diagram, peta. (f) Motor Activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. (g) Mental Activities, sebagai contoh misalnya menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. (h) Emotional Activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, brsemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Kegiatan-kegiatan yang dirancang dalam pelaksanaan metode eksperimen tidak terlepas dari pengelompokan kegiatan belajar yang dipaparkan di atas. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti mengelompokkan aktivitas belajar yang diamati dalam penelitian ini yaitu: (a) Aktivitas Fisik, yaitu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dengan melakukan gerakan motorik berupa membaca, menulis/mencatat, memperhatikan, percobaan, mengamati, dan lain sebagainya. Contohnya siswa mengamati eksperimen dalam pembelajaran, siswa menulis/mencatat pada proses pembelajaran, siswa mendengarkan penjelasan dari guru, siswa membaca buku bahan ajar IPA pada proses pembelajaran, siswa melakukan percobaan dalam proses pembelajaran, dan siswa memperhatikan pertanyaan dati guru. (b) Aktivitas Mental, yaitu suatu aktivitas yang dilakukan dengan diikuti oleh kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir, berupa: bertanya, mengemukakan pendapat, merumuskan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya. Dalam aktivitas mental dapat dicontohkan sebagai berikut: Siswa mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran IPA, siswa berusaha memecahkan masalah dalam proses pembelajaran IPA, siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang materi pembelajaran IPA, siswa mengajukan pertanyaan kepada guru atas materi pembelajaran IPA yang belum dipahami, siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya, dan siswa siswa dapat menyimpulkan materi yang telah dipelajari. (c) Aktivitas Emosional, yaitu suatu aktivitas yang diikuti oleh kemampuan emosi berupa gembira, menaruh minat, berani, bersemangat, dan lain sebagainya. Dapat dicontohkan siswa bergembira mengikuti pelajaran IPA, siswa berani dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru, siswa dapat mempunyai minat yang tinggi mengikuti pel;ajaran IPAn siswa bersungguh-sungguh mengerjakan sesuatu ketika pelajaran IPA berlangsung, dan siswa bersemangat dalam mengikuti pelajaran IPA.
0HQXUXW +DGDUL 1DZDZL GDODP 0DULGMR ³$GD HPSDW PDFDP metode penelitian yaitu metode filosofis, metode deskriptif, metode historis, dan PHWRGH HNVSHULPHQ´ 0HWRGH \DQJ digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang pemecahan masalahnya diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Suharsimi arikunto (2008:3), PHQ\DWDNDQEDKZD ³3HQHOLWLDQ WLQGDNDQ NHODV PHUXSDNDQ VXDWX SHQFHUPDWDQ terhadap kegian belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Dari namanya sudah menunjukan isi yang terkandung dalamnya yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan dikelas. Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah kolaboratif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru sebagai peneliti dan siswa kelas V SDN 20 Nanga Tayap Ketapang, yang berjumlah 13 orang, dengan siswa laki-laki berjumlah 6 orang, dan siswa perempuan berjumlah 7 orang. Latar tempat penelitian ini adalah ruang kelas V SDN 20 Nanga Tayap Ketapang, sedangkan latar waktu penelitian adalah dari tanggal 1 Februari 2013 sampai dengan 10 Mei 2013.
6XKDUMRQR PHQJDWDNDQ EDKZD ³37. WHUGLUL DWDV UDQJNDLDQ empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dimulai dari siklus pertama sampai siklus ketiga. Pelaksanaan setiap siklus dalam pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan-tindakan yang dilakukan pada siklus pertama tersebut, peneliti menentukan rancangan untuk berikutnya sampai siklus II.
0HQXUXW +DGDUL 1DZDZL GDODP 0DULGMR EDKZD ³$GD HPSDW macam teknik pengumpul data yang dapat digunakan dalam penelitian pada umumnya, yaitu teknik observasi, teknik komunikasin teknik pengukuran (measurement), dan teknik studi dokumenter. Teknik observasi terdiri dari dua macam yaitu teknik observasi langsung dan teknik observasi tidak langsung. Teknik observasi langsung terdiri dari tiga macam yaitu observasi partisipan dan non partisipan, observasi sistematik dan non sistematik, observasi eksperimental dan non eksperimental. Sedangkan teknik komunikasi terdiri dari dua macam yaitu teknik komunikasi langsung dan teknik komunikasi tidak langsung. Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung dan teknik studi dokumenter. Alat pengumpul data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah lembar aktiv itas pembelajaran siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Pada setiap siklus penelitian terfokus pada bagaimana meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa pada
pembelajaran IPA kelas V SDN 20 Nanga Tayap Ketapang dengan menggunakan metode eksperimen.
Penelitian tindakan kelas silklus I dilakukan dalam satu kali pertemuan pada hari Sabtu 16 Februari 2013, pukul 09.00-10.10 WIB. Proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus I berupa penilaian terhadap aktivitas pembelajaran siswa.
Tabel Aktivitas Pembelajaran Siswa Siklus I
No Nama Siswa
Aktivitas Fisik Aktivitas Mental Aktivitas Emosional
a b c d e R a b c d e f R a b c d e R 1 Alpen Karlos x x x x x x x x x x 2 Ardilla Picaria x x x x x x x x x x x x x x x 3 Dela Monika x x x x x x x x x x x x x x x 4 Dodi Ramadani x x x x x x x x 5 Fitri Wulandari x x x x x x x x x x x x x x x x 6 Inka Rosalina x x x x x x x x 7 Karsiya x x x x x x x 8 Sri Wahyuni x x x x x x x x x x x x x x x x 9 Suweni Fitriani x x x x x x x x x x x x x x x x 10 Syahrudin x x x x x x x x x x x x x x x x 11 Vengki x x x x 12 Wahyu Wiranda x x x x x x x x x x x x x x 13 Wahyudi Prabowo x x x Total 9 11 13 10 9 7 10 8 5 7 10 11 8 10 10 10 Rata-rata (%) 69,23 84.61 100 76,92 69,23 80 53,84 76,92 61,53 30,46 53,84 76,92 58,92 84,61 61,53 76,92 76,92 76,92 75,38
Keterangan indikator aktivitas fisik (a) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru, (b) Siswa membaca lembar kerja siswa, (c) Siswa melakukan eksperimen dalam proses pembelajaran, (d) Siswa mengamati eksperimen dalam proses pembelajaran (e) Siswa mencatat hasi eksperimen.
Keterangan indikator aktivitas mental: (a) Siswa mengemukakan pendapat dalam pembelajaran, (b) Siswa berusaha memecahkan masalah dalam proses pembelajaran (c) Siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang materi pembelajaran (d) Siswa mengajukan pertanyaan pada guru dalam pembelajaran (e) Siswa dmenyimpulkan materi yang telah dipelajari. (f) Siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya.
Keterangan indikator aktivitas emosional: (a) Siswa bergembira mengikuti pembelajaran, (b) Siswa berani dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru, (c) Siswa mempunyai minat yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran, (d) Siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, (e) Siswa bersungguh-sungguh mengikuti pembelajaran
Penelitian tindakan kelas silklus II dilakukan dalam satu kali pertemuan pada hari Selasa, 19 Februari 2013, dalam tiga jam pelajaran dimulai pukul 07.00-08.45 WIB. Proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus II berupa penilaian terhadap aktivitas pembelajaran siswa.
Tabel Aktivitas Pembelajaran Siswa Siklus II
No Nama Siswa
Aktivitas Fisik Aktivitas Mental Aktivitas Emosional
a b c d e R a b c d e f R a b c d e R 1 Alpen Karlos x x x x x x x x x x x x x 2 Ardilla Picaria x x x x x x x x x x x x x x x 3 Dela Monika x x x x x x x x x x x x x x x x 4 Dodi Ramadani x x x x x x x x x x x 5 Fitri Wulandari x x x x x x x x x x x x x x x x 6 Inka Rosalina x x x x x x x x x x 7 Karsiya x x x x x x x x 8 Sri Wahyuni x x x x x x x x x x x x x x x x 9 Suweni Fitriani x x x x x x x x x x x x x x x 10 Syahrudin x x x x x x x x x x x x x x x x 11 Vengki x x x x x x x x x x 12 Wahyu Wiranda x x x x x x x x x x x x x 13 Wahyudi Prabowo x x x x x x x x x Total 10 12 13 11 13 10 11 11 7 7 12 11 11 10 10 10 Rata-rata (%) 76, 92 92, 30 100 84, 61 100 90, 76 76, 92 84, 61 84, 61 53, 84 53, 84 92, 30 74, 35 84, 61 84, 61 76, 92 76, 92 76, 92 80
Keterangan indikator aktivitas fisik (a) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru, (b) Siswa membaca lembar kerja siswa, (c) Siswa melakukan eksperimen dalam proses pembelajaran, (d) Siswa mengamati eksperimen dalam proses pembelajaran (e) Siswa mencatat hasi eksperimen.
Keterangan indikator aktivitas mental: (a) Siswa mengemukakan pendapat dalam pembelajaran, (b) Siswa berusaha memecahkan masalah dalam proses pembelajaran (c) Siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang materi pembelajaran (d) Siswa mengajukan pertanyaan pada guru dalam pembelajaran (e) Siswa dmenyimpulkan materi yang telah dipelajari. (f) Siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya.
Keterangan indikator aktivitas emosional: (a) Siswa bergembira mengikuti pembelajaran, (b) Siswa berani dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru, (c) Siswa mempunyai minat yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran, (d) Siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, (e) Siswa bersungguh-sungguh mengikuti pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas silklus III dilakukan dalam satu kali pertemuan pada hari Kamis, 21 Februari 2013, dalam tiga jam pelajaran dimulai pukul 09.00-10.10WIB, berhenti sejenak untuk istirahat dari pukul 10.10-10.25WIB, kemudian di lanjutkan kembali mulai pukul 10.25-11.00WIB. Proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus II berupa penilaian terhadap aktivitas pembelajaran siswa.
Tabel Aktivitas Pembelajaran Siswa Siklus III
No Nama Siswa
Aktivitas Fisik Aktivitas Mental Aktivitas Emosional
a b c d e R a b c d e f R a b c d e R 1 Alpen Karlos x x x x x x x x x x x x x x x 2 Ardilla Picaria x x x x x x x x x x x x x x x 3 Dela Monika x x x x x x x x x x x x x x x x 4 Dodi Ramadani x x x x x x x x x x x 5 Fitri Wulandari x x x x x x x x x x x x x x x x 6 Inka Rosalina x x x x x x x x x x x x x x 7 Karsiya x x x x x x x x x x x x x x 8 Sri Wahyuni x x x x x x x x x x x x x x X x 9 Suweni Fitriani x x x x x x x x x x x x x X x 10 Syahrudin x x x x x x x x x x x x x x x x 11 Vengki x x x x x x x x x x x x x x 12 Wahyu Wiranda x x x x x x x x x x x x x x x 13 Wahyudi Prabowo x x x x x x x x x x x x x x Total 12 13 13 12 13 10 12 11 9 11 13 13 11 13 13 13 Rata-rata (%) 92,3 0 100 100 92, 30 100 96, 92 76, 92 92, 30 84, 61 69, 23 84, 61 100 84, 61 100 84, 61 100 100 100 96, 92
Keterangan indikator aktivitas fisik (a) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru, (b) Siswa membaca lembar kerja siswa, (c) Siswa melakukan eksperimen dalam proses pembelajaran, (d) Siswa mengamati eksperimen dalam proses pembelajaran (e) Siswa mencatat hasi eksperimen.
Keterangan indikator aktivitas mental: (a) Siswa mengemukakan pendapat dalam pembelajaran, (b) Siswa berusaha memecahkan masalah dalam proses pembelajaran (c) Siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang materi pembelajaran (d) Siswa mengajukan pertanyaan pada guru dalam pembelajaran (e) Siswa dmenyimpulkan materi yang telah dipelajari. (f) Siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya.
Keterangan indikator aktivitas emosional: (a) Siswa bergembira mengikuti pembelajaran, (b) Siswa berani dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru, (c) Siswa mempunyai minat yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran, (d) Siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, (e) Siswa bersungguh-sungguh mengikuti pembelajaran.
Pembahasan
Pada bagian ini akan dikemukakan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui pelaksanaan tindakan kelas. Penelitian dimulai tanggal 16-21 Februari 2013. Tahap pelaksanaan tindakan kelas merupakan penerapan rancangan tindakan yang telah disusun guna meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
Berdasarkan hasil pembelajaran dan pengamatan yang telah dilakukan pada siklus I, bersama guru kolaborator disepakati bahwa pelaksanaan siklus I terlaksana dengan baik. Berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa terlihat bahwa persentase rata-rata aktivitas pembelajaran siswa tertinggi adalah pada aktivitas fisik dengan persentase sebesar 80%. Secara umum persentase indikator pada aktivitas fisik dapat dikatakan tinggi. Pada indikator aktivitas fisik yang SHUVHQWDVHQ\D PDVLK UHQGDK DGDODK SDGD LQGLNDWRU ³VLVZD PHQGHQJDUNDQ SHQMHODVDQ GDUL JXUX VHODPD HNVSHULPHQ GDQ VLVZD PHQFDWDW KDVLO HNVSHULPHQ´ yaitu sebesar 69,23%. Hal ini terjadi karena siswa terfokus pada alat-alat eksperimen dan pelaksanaan eksperimen sehingga mereka kurang mendengarkan penjelasan dari guru dan lupa mencatat hasil eksperimen yang mereka lakukan. Terhadap kondisi ini disarankan oleh guru kolaborator agar peneliti lebih memotivasi siswa untuk mendengarkan penjelasan dari guru dan mencatat hasil eksperimen pada pembelajaran selanjutnya. Aktivitas siswa yang memiliki persentase rata-rata aktivitas pembelajaran paling rendah adalah pada aktivitas mental yang rata-ratanya sebesar 58,92%. Hanya dua indikator pada aktivitas mental yang persentasenya melebihi 50% yaitu pada indikator ³Siswa berusaha memecahkan masalah dalam proses pembelajaran dan siswa menjawab pertanyaan dari guru´ Sedangkan pada indikator lain persentasenya masih dibawah 50%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mental siswa dalam pembelajaran masih rendah. Terhadap kondisi ini disarankan oleh guru kolaborator agar peneliti memberikan motivasi yang kuat kepada siswa untuk berani mengemukakan pendapat, berani mengajukan pertanyaan, berani mengajukan pertanyaan dan berpartisipasi aktif dalam menyimpulkan pembelajaran. Peneliti harus lebih memberikan perhatian dan membimbing siswa
yang aktivitas mentalnya masih rendah. Pada aktivitas emosional memiliki rata-rata persentase indikator sebesar 75,38%. Aktivitas pembelajaran siswa pada aktivitas emosional tergolong cukup tinggi. Indikator terendah pada aktivitas emosional adalah pada indikator ³6LVZD EHUDQL GDODP PHQMDZDE SHrtanyaan yang GLDMXNDQ JXUX´ yaitu sebesar 61,53%. Terhadap masalah ini hal yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk berani menjawab pertanyaan dari guru. Pada aktivitas fisik mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III dengan persentase peningkatan sebesar 16,92%. Pada aktivitas mental mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III dengan persentase peningkatan sebesar 25,69%. Pada aktivitas emosional juga mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III dengan persentase peningkatan sebesar 21,54%. Secara keseluruhan aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III, dengan persentase peningkatan sebesar 21,47%.
Berdasarkan hasil pembelajaran dan pengamatan yang telah dilakukan pada siklus II, bersama guru kolaborator disepakati bahwa pelaksanaan siklus II terlaksana dengan baik. Berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa terlihat bahwa pada siklus II terjadi kenaikan persentase aktivitas pembelajaran siswa dari siklus I. Pada aktivitas fisik terjadi peningkatan sebesar 10, 76%, pada aktivitas mental terjadi peningkatan sebesar 15,43%, dan pada aktivitas emosional terjadi peningkatan sebesar 4,62%. Sedangkan penigkatan aktivitas pembelajaran siswa pada siklus II secara keseluruhan sebesar 10,36%. Persentase rata-rata aktivitas pembelajaran siswa tertinggi sama dengan siklus I yaitu pada aktivitas fisik dengan persentase sebesar 90,76%. Untuk aktivitas fisik siswa dalam pembelajaran dapat digolongkan sangat tinggi. Hal ini disebabkan bahwa dalam proses pembelajaran guru menyediakan media-media yang menarik bagi siswa apalagi media tersebut selain digunakan untuk media pembelajaran juga bisa mereka manfaatkan sebagai mainan. Inilah yang mendorong tingginya persentase aktivitas fisik siswa dalam pembelajaran. Aktivitas siswa yang memiliki persentase rata-rata aktivitas pembelajaran paling rendah adalah pada aktivitas mental yang rata-ratanya sebesar 74,35%. Tetapi terdapat peningkatan aktivitas mental dari siklus I. Pada siklus II terdapat dua indikator yang persentasenya dibawah 50% dan tidak memiliki kenaikan dari siklus I yaitu pada indikator ³Viswa menjawab pertanyaan dari guru tentang materi pembelajaran dan siswa mengajukan pertanyaan pada guru dalam pembelajaran´ 3DGD Viklus II guru sudah memberikan motivasi kepada siswa supaya berani menjawab dan mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi pembelajaran, tetapi belum terjadi peningkatan aktivitas siswa pada indikator tersebut. Oleh karena itu guru harus terus memberikan motivasi supaya siswa memiliki keberanian dan kepercaya diri untuk menjawab dan mengajukan pertanyaan dari guru. Pada aktivitas emosional memiliki rata-rata persentase indikator sebesar 80%. Hanya terjadi peningkatan sebesar 4,62% dari siklus I. Walaupun peningkatan persentasenya terendah dibanding aktivitas fisik dan mental namun secara keseluruhan terdapat peningkatan aktivitas emosional dibanding siklus II.
Berdasarkan hasil observasi dalam pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus III bersama guru kolaborator disepakati bahwa pelaksanaan siklus III terlaksana dengan baik. Terjadi peningkatan aktivitas pembelajaran yang
signifikan baik pada aktivitas fisik, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. Pada aktivitas fisik siklus III terjadi peningkatan sebesar 6,16% terhadap siklus II dan sebesar 16,92% terhadap siklus I. Pada aktivitas mental siklus III terdapat peningkatan sebesar 10,26% terhadap siklus II dan sebesar 25,69% terhadap siklus I. Pada aktivitas emosional siklus III terdapat peningkatan sebesar 16,92% terhadap siklus II dan sebesar 21,54% terhadap siklus I. Rata-rata ketiga aktivitas fisik tersebut juga mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus III meningkat sebesar 12,11% terhadap siklus II dan sebesar 21,47% terhadap siklus I. Indikator pada aktivitas fisik memiliki persentase diatas 90%. Ini menunjukkan aktivitas fisik siswa dalam pembelajaran sudah maksimal. Pada indikator aktivitas mental terdapat lima indikator yang persentasenya diatas 80% dan satu indikator yang persentasenya dibawah 80% yaitu sebesar 76,92%. Indikator tersebut adalah ³VLVZD PHQJHPXNDNDQ SHQGDSDW GDODP SHPEHODMDUDQ´ 5DVD PDOX WLGDN SHUFD\D diri, dan takut salah merupakan faktor yang mempengaruhi kurangnya siswa mengemukakan pendapat dalam pembelajaran. Pada indikator aktivitas emosional terdapat empat indikator yang persentasenya sebesar 100%, dan terdapat satu LQGLNDWRU \DQJ SHUVHQWDVHQ\D VHEHVDU \DLWX SDGD LQGLNDWRU ³VLVZD EHUDQL PHQMDZDE SHUWDQ\DDQ \DQJ GLDMXNDQ JXUX´ 3Hnyebab kurangnya aktivitas siswa pada indikator tersebut sama seperti indikator aktivitas mental yaitu karena rasa malu, tidak percaya diri, dan takut salah. Guru sudah memberikan motivasi yang maksimal untuk menangani masalah tersebut tetapi hal tersebut belum tercapai dikarenakan faktor penyebabnya berasal dari diri siswa sendiri yang sudah menjadi sifat dan karakter mereka. Pada aktivitas fisik mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III dengan persentase peningkatan sebesar 16,92%. Pada aktivitas mental mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III dengan persentase peningkatan sebesar 25,69%. Pada aktivitas emosional juga mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III dengan persentase peningkatan sebesar 21,54%. Secara keseluruhan aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III, dengan persentase peningkatan sebesar 21,47%.
Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Siswa Menggunakan Metode Eksperimen Siklus I Sampai Siklus III
No Aktivitas Siswa Siklus I Siklus II Siklus III
Peningkatan Dari Siklus I Ke Siklus II Peningkatan Dari Siklus II Ke Siklus III Peningkatan Dari Siklus I Ke Siklus III 1 Aktivitas Fisik 80% 90,76% 96,92% 10,76% 6,16% 16,92% 2 Aktivitas Mental 58,92% 74,35% 84,61% 15,43% 10,26% 25,69 3 Aktivitas Emosional 75,38% 80% 96,92% 4,62% 16,92% 21,54 4 Rata-rata Aktivitas Siswa 71,43% 81,70% 92,81% 10,27% 11,11% 21,38%
Dari tabel diatas terlihat peningkatan aktivitas siswa baik pada aktivitas fisik, aktivitas mental, maupun aktivitas emosional pada setiap siklus. Pada aktivitas fisik mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III dengan persentase peningkatan sebesar 16,92%, peningkatannya termasuk dalam kategori
³NXUDQJ WLQJJL´ 3DGD DNWLYLWDV PHQWDO PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ GDUL VLNOXV , sampai siklus III dengan persentase peningkatan sebesar 25,69%, peningkatannya WHUPDVXN GDODP NDWHJRUL ³NXUDQJ WLQJJL´ 3DGD DNWLYLWDV HPRVLRQDO MXJa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III dengan persentase SHQLQJNDWDQ VHEHVDU SHQLQJNDWDQQ\D WHUPDVXN GDODP NDWHJRUL ³NXUDQJ WLQJJL´ 6HFDUD NHVHOXUXKDQ DNWLYLWDV VLVZD PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ GDUL VLNOXV , sampai siklus III, dengan persentase peningkatan sebesar 21,38%, peningkatannya WHUPDVXN GDODP NDWHJRUL ³NXUDQJ WLQJJL´ :DODXSXQ SHQLQJNDWDQ DNWLYLWDV VLVZD baik aktivitas fisik, aktivitas mental, maupun aktivitas emosional peningkatannya WHUPDVXN GDODP NDWHJRUL ³NXUDQJ WLQJJL´ Wetapi jika dilihat dari persentase rata-rata aktivitas siswa siklus III yaitu 92,81% maka aktivitas siswa dapat GLJRORQJNDQ ³VDQJDW WLQJJL´
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui penelitian tindakan NHODV \DQJ EHUMXGXO ³0Hningkatkan Aktivitas Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Menggunakan Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar 1HJHUL 1DQJD 7D\DS .HWDSDQJ´ GDSDW GLVLPSXONDQ EHEHUDSD KDO VHEDJDL berikut: (a) Penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas fisik siswa pada pembelajaran IPA Sekolah Dasar Negeri 20 Nanga Tayap Ketapang. Hal ini terlihat pada kenaikan persentase aktivitas fisik siswa pada siklus I yang rata-ratanya sebesar 80% pada siklus II meningkat sebesar 10,76% menjadi 90,76%, kemudian pada siklus III meningkat sebesar 6,16% menjadi 96,92%. Sedangkan peningkatan dari siklus I sampai siklus III sebesar 16,92% dan SHQLQJNDWDQQ\D WHUPDVXN GDODP NDWHJRUL ³UHQGDK´ (b) Penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas mental siswa pada pembelajaran IPA Sekolah Dasar Negeri 20 Nanga Tayap Ketapang. Hal ini terlihat pada kenaikan persentase aktivitas mental siswa pada siklus I yang rata-ratanya sebesar 58,92% pada siklus II meningkat sebesar 15,43% menjadi 74,35%, kemudian pada siklus III meningkat sebesar 10,26% menjadi 84,61%. Sedangkan peningkatan dari siklus I sampai siklus III sebesar 25,69%, dan peningkatannya termasuk dalam NDWHJRUL ³NXUDQJ WLQJJL´ (c) Penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas emosional siswa pada pembelajaran IPA Sekolah Dasar Negeri 20 Nanga Tayap Ketapang. Hal ini terlihat pada kenaikan persentase aktivitas emosional siswa pada siklus I yang rata-ratanya sebesar 75,38% pada siklus II meningkat sebesar 4,62% menjadi 80%, kemudian pada siklus III meningkat sebesar 16,92% menjadi 96,92%. Sedangkan peningkatan dari siklus I sampai siklus III sebesar
GDQ SHQLQJNDWDQQ\D WHUPDVXN GDODP NDWHJRUL ³NXUDQJ WLQJJL´
Dari ketiga jenis aktivitas tersebut dapat ditarik rata-rata aktivitas pembelajaran siswa pada siklus I sebesar 71,43%, kemudian mengalami peningkatan sebesar 10,27% pada siklus II menjadi 80,70%. Pada siklus III mengalami peningkatan lagi sebesar 11,11% dari siklus II menjadi 92,81%. Sedangkan peningkatan persentase aktivitas pembelajaran dari siklus I ke siklus III sebesar 21,38%. Kenaikan aktivitas tersebut pada rentang skala dapat GLNDWHJRULNDQ ³NXUDQJ WLQJJL´ WHWDSL ZDODXSXQ SDGD UHQWDQJ VNDOD GLNDWHJRULNDQ
³NXUDQJ WLQJJL´ WHWDSL SHUVHQWDVH DNWLYLWDV SHPEHODMDUDQ VLVZD VLNOXV ,,, mendekati 100% yaitu 92,81%, yang dapat dikatakan bahwa aktivitas pembelajaran IPA siswa menggunakan metode eksperimen sangat tinggi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka dalam penelitian ini dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: (a)Proses pembelajaran yang dirancang guru harus dapat melibatkan siswa secara aktif, bukan hanya secara fisik tetapi juga secara mental dan emosional. (b) Aktivitas pembelajaran sangat diperlukan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Oleh karena itu, guru hendaknya mengaktifkan siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, salah satunya dengan menggunakan metode eksperimen agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. (c) Rendahnya aktivitas pembelajaran dapat berdampak pada hasil belajar siswa, sehingga guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan metode eksperimen.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. (2007). Kapita Selekta Pembelajaran Sekolah Dasar (online). (http://www.scribd.com diakses Januari 20013)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. (2007). Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah. Pontianak. Edukasi Press FKIP Untan
Kartono. (2010). Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Pontianak. Universitas Tanjungpura
Maridjo, A.H. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Pontianak: Universitas Tanjungpura
Nyimas Aisyah, dkk. (2008). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas.
Sardiman A.M. (1986). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajawali Press
Sriyono. (2008). Aktivitas Pembelajaran Siswa. (Online). (http://ipotes.wordpress.com diakses Januari 2013)
Suharsimi Arikunto, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara
Tim Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Universitas Pendidikan Indonesia. (2010) Metode Eksperimen. (Online). (http://www.upi.edu diakses tanggal 27 Januari 2013)