• Tidak ada hasil yang ditemukan

13. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "13. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

170

13.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK

YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH)

Bambang Sukamto Fakultas Hukum Universitas Islam Jakarta (UID)

Abstrak

Anak merupakan harapan bangsa namun perkembangan dalam tumbuh kembangnya anak perlu ada perlindungan hokum agar anak tidak menjadi obyek dalam system hokum. Indonesia mempunyai dasar hokum dalam proses anak yang berhadapan dengan hokum (ABH) yaitu UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA). Tujuan Dalam kaitan ABH, perlu adanya pemahaman yang sama dengan orang tua, karena tumbuh kembangnya anak juga tergantung dengan peranan orang tua dalam memberikan arahan terhadap bermasyarakat.dengan metode kepustakaan dalam penelitian ini maka didapat pentingnya peranan orang tua terhadap tumbuh kembangnya anak

Latar Belakang Masalah

Sebuah rumah tangga akan terasa tidak lengkap bila dalam sebuah rumah tangga jika tidak adanya anak dalam perkawinan. Anak adalah suatu anugrah bagi sepasang suami istri. Anak adalah anugerah terindah sekaligus amanah dan titipan yang Allah swt berikan kepada orangtua. Islamic Cultural Center Jakarta (ICCJakarta) Keberadaan anak sangat dinanti-nantikan oleh orangtua sebagai penyempurna kebahagiaan dalam keluarga. Tidak jarang pasangan yang belum dikarunia anak pun akan melakukan berbagai usaha demi mendapatkan anak. Karena rumah tanpa anak akan terasa sepi dan tak berwarna ) Terkait dengan anak sebagai bahagian dari amanah yang diberikan kepada bapak, ibu sebagai rizki yang tidak trrnilai, namun disisi lain juga merupakan beban bagi bapak, ibu untuk memberikan perlindumgan baik dari sisi pendikan dan hal hal lainnya.

(2)

171

Anak sebagai ujian bagi orangtua untuk dapat dididik dengan benar dan tidak cinta berlebihan terhadap anak. Anak sebagai fitnah atau cobaan dan musibah pun dapat kita fahami bahwa posisi anak dapat membuat senang orangtuanya pada saat mereka berbakti kepada orangtuanya dan taat beribadah. Namun, anak akan menjadi musibah bagi orangtuanya mana kala tidak berbakti kepada orangtuanya serta tidak taat beribadah. Apalagi jika anak melakukan perbuatan kriminal yang dapat mencoreng nama baik keluarga. Abdullah bin Buraidah telah meriwayatkan dari ayahnya yang berkata, “Ketika Rasulullah saw sedang berkhotbah kepada kami, tiba-tiba datanglah al-Hasan dan al-Husein yang keduanya mengenakan gamis berwarna merah dengan langkah tertatih-tatih. Rasulullah saw pun langsung turun dari mimbarnya lalu menggendong dan meletakkan keduanya di hadapannya.” [Shahih Tirmidzi, Kaitabul Manaqib: 3774], maka terlihat bahwa kita wajib memberikan perlindungan terhadap tumbuh kembangnya anak dan terhindari dari kecelakaan seperti jatuh, dll.

Berangkat dari kondisi perubahan sosial di masyarakat dengan kemajuan tekhnologi, seperti sarana televisi yang sekarang bukan lagi barang mewah, namun sudah menjadi barang primer bagi sebuah keluarga, maka kemungkinan adanya perubahan prilaku disebabkan selalu menonton televisi dari pagi menjelang malam, sebuah kemustahilan yang menonton televisi tidak akan terpengaruh dengan apa yang ditonton oleh anak, oleh karena itu jika pada saat anak menonton siaran televisi bapak, ibu tidak memberikan pendampingan, oleh karena itu perlindungan terhadap tumbuh kembangnya anak harus dimulai dari dalam kandungan ibunya, agar dalam masa pertumbuha anak mempunyai carakter yang baik, dimana saat mereka masih di bawah umur lebih mudah menerima arahan dan lain lain dalam menjalani keidupan. Selanjutnya lingkungan juga mempunyai pengaruh terhadap tumbuh kembangnya anak, dimana limgkungan sosial juga akan memberikan tekanan terhadap prilaku anak, dimana jika anak kurang diperhatikan, kemungkinam bermasalah dengan hukum, bisa terjadi pada Anak berhadapan hukum (ABH) perlu mendapatkan

(3)

172

pendampingan agar terhindar dari diskriminasi, stigmatisasi, dikucilkan, atau bahkan diusir dari lingkungannya.

Tinjauan Pustaka

Membicarakan anak, maka kita harus juga mempelajari bagaimana kita harus bersikap, dalam ranah anak, maka yang harus kita pahami agar tidak terjadi tindakan yang tidak tepat adalah berkaitan dengan pemahan terhadap (1) Arti, (2) sikap, (3) tindakan dan (4) berkeadilan, dimana setiap hal tersebut mempunyai makna terhadap tumbuh kembangnya anak.

Pertama arti, dimana kita harus memahami arti dari seorang anak. Sebelum kita mengambil sikap dan menentukan tindakan-tindakan apa yang ingin kita lakukan dengan baik, maka tepat apabila kita memahami lebih dahulu arti atau mempunyai pengertian yang tepat mengenai suatu masalah. Sehingga dengan memiliki pengertian yang tepat mengenai perlindungan anak (PA) , maka diharapkan kita akan bersikap dan bertindak tepat pula dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan yang berkaitan degan perlindungan anak Pengertian yang tepat tentang PA, akan dapat memotivasi yang kokoh dan positif dalam melaksanakan kegiatan / membuat kebijakan dan perencanaan kerja yang lebih baik untuk PA.

Kedua sikap, secara umum adalah suatu pikiran, kecenderungan dan perasaan seseorang untuk mengenal aspek-aspek tertentu pada lingkungan yang seringnya bersifat permanen karena sulit diubah. Komponen yang dimaksud adalah pengetahuan yang selama ini diperoleh semasa hidup, dimana sangat mempengaruhi perilaku saat bertindak. Pengertian lainnya menyebutkan bahwa sikap merupakan kecondongan evaluatif seseorang terhadap suatu subjek maupun objek. Sikap yang dimiliki setiap individu memberikan warna tersendiri untuk seseorang bertingkah laku.

(4)

173

pendapat seseorang terkait situasi, subjek atau objek yang disertai dengan munculnya perasaan tertentu. Perasaan inilah yang akan dijadikan sebagai dasar orang tersebut untuk berperilaku dan merespon menggunakan cara tertentu sesuai dengan pilihannya. Sementara menurut Purwanto (2000) sikap adalah suatu cara seorang individu untuk bereaksi atau memberi respon terhadap suatu situasi. Maka dari itu, seseorang yang memiliki sikap positif terkait suatu situasi ataupun objek akan menunjukkan kesenangan dan kesukaan. Lain halnya dengan sikap negatif yang akan menunjukan suatu ketidaksenangan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat diketahui bahwa sikap bisa diartikan sebagai perasaan dan juga pikiran seseorang dalam bertingkah laku saat sedang tidak menyukai atau menyukai sesuatu. Pada dasarnya, sikap memiliki tiga komponen penting yaitu emosi, perilaku dan kognisi. Komponen kognitif atau kognisi adalah semua pemikiran yang berkenaan dengan sikap. Sikap yang diambil seseorang dalam mengambil tindakan juga tergantung dari permasalahan apa yang sebenarnya dihadapi.

Tiga, Tindakan, pada bidang ini, maka bila kita memahami makna dari arti, sikap, maka tindakan kita pasti disesuaikan dengan kondisionalnya, yait menyesuaikan tindakan dengan tujuan dari tindakan tersebut dan disesuaikan dengan kesesuaian umur dari anak tersebut, sehingga tindakan kita akan selalu ada kesesuaian dengan kondisional anak tersebut.

Empat, berkeadilan, memahami arti seorang anak dalam keluarga dan posisinya, sikap kita terhadap anak dalam konteks apakah penegakan hokum yang berdasarkan pada perlindungan anak agar tumbuh kembanya tepat terjaga, maka tindakan kita juga akan berdampak pada keadilan baik dalam hal berdasarkan undang-undang maupun dalam masyarakat pada umumnya.

Rumusan Masalah.

Berangkat dari hal yang penulis bicarakan di atas, dimana banyaknya anak bermasalah dengan hukum, maka bagaimana peranan orang tua

(5)

174

dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak yang berhadapan dengan hokum berdasarkan Undan Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peraddilan Pidana Anak (SPPDA).

Metode Penelitian,

Metode yamg diterapkan dalam penulisan ini adalah sebuah proses kegiatan mencari kebenaran terhadap suatu fenomena ataupun fakta yang terjadi dengan cara yang terstruktur dan sistematis. Oleh karena itu Proses ini biasanya dilakukan oleh ilmuan atau pakar yang berhubungan dengan hal yang akan dicari kebenarannya.

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berfokus pada pemahaman terhadap fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Pada metode penelitian ini, peneliti menggunakan perspektif dari partisipan sebagai gambaran yang diutamakan dalam memperoleh hasil penelitian. Untuk mendapatkan gambaran dari penelitian ini, penulis mempergunakan penelitian kualitatif. mengemukan nhwa Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berfokus pada pemahaman terhadap fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Pada metode penelitian ini, peneliti menggunakan perspektif dari partisipan sebagai gambaran yang diutamakan dalam memperoleh hasil penelitian. Sedangkan pengertian Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang bersifat sistematis dan menggunakan model-model yang bersifat matematis. Teori-teori yang digunakan serta hipotesa yang diajukan juga biasanya berkaitan dengan fenomena alam.

Hasil Penelitian

Hadi Supeno (2010:19) Nilai Anak dalam masyarakat sangat beragam, bargantung lingkungan social budaya masyarakat, tetapi yang pasti dari masa ke masa selalu mengalami pergeseran . Pemahaman akan nilai anak sangat penting karena persepsi nilai anak akan memengaruhi pola asuh orangtua dan masyarakat

Peran pola asuh orangtua jugalah yang menentukan seberapa baiknya seseorang bisa beradaptasi dan terlibat penuh dalam kehidupan

(6)

175

bermasyarakat. Meskipun tidak ada keluarga yang sempurna, namun beberapa keluarga atau orangtua tidak dapat menjalankan fungsi yang seharusnya karena satu dan lain hal. Masalah keluarga ini kemudian akan berdampak terhadap kesejahteraan anak di masa depan

Perilaku kehidupan material semakin meningkat. Cepatnya intensitas penerapan tekhnologi modern, ternyata bukan semakin bahagia, tetapi justru mengalami degradasi yang berhakikat "dehumanisasi", yaitu keadaan manusia yang justtu semakin membutuk dan secara keseluruhan menunjukkan darurat kemiskinan.

Kondisi masyarakat yang semakin memburuk, walaupun tekhnologi semakin mempermudah manusia kerja, namun membuat kemiskinan semakin bertambah, dan hal ini juga mendorong prilaku masyarakat untuk bertindak di luar aturan, dan hal ini semakin terasa ancaman terhadap peradaban /martabat manusia semakin menurun.

Pengertian anak dalam konteks perlindungan hukum mempunyai keragaman pengertian, dimana pemahaman anak yang sedang berhadapan dengan hukum menurut undang undangan no. 23 tahun 2002 yang telah dilakukan perubahn dalm undang undang nomor 35 tahun 2014, adalah Pasal 1 (angka 1) pengertiqn anak adalah Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Sedangkan pengertian perlindungan anak tercantum dalam Pasal 1 (angka 2) undang undang nomor 23 tahun 2002 yaitu Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Selanjutnya dalam memberikan perlindungan berdasarkan Undang Undang nomor13 tahun 2006 perihal perlindungan hukum, maka mempunyai pengertian pemberian perlindungan hukum adalah jika perlundungan yang diberikan Pemerintah melalui perangkat hukumnya seperti peraturan perundang undangan Pemberatasan

(7)

176

tindak pidana perdagangan, undang undang perlindungan saksi dan korban.

Secara hukum tugas orang tua berdasarkan undang undang Nomor 11 Tahun 2012, dalam pasal 26 tersebut ayat (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

1. mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi Anak; 2. menumbuhkembangkan Anak sesuai dengan kemampuan,

bakat, dan minatnya;

3. mencegah terjadinya perkawinan pada usia Anak; dan 4. memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi

pekerti pada Anak.

Undang undang nomor 35 tahun 2014 Pasal 1 (angka 2) Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Terlihat bahwa undang undang terkait perlindungan anak di indonesia menekankan juga bahwa perlindungan bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah, namun orang tua juga mempunyai kewajiban seperti pasal yang ada dalam Undang Undang nomor 11 tahun 2012 Pasal 26 Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk: mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi Anak; menumbuhkembangkan Anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; mencegah terjadinya perkawinan pada usia Anak; dan memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada Anak.

Anak akan bermasalah bila peranan orangtua tidak dijalankan, antara lain anak akan tumbuh tanpa pembimbingan dari orangtuanya, kemungkinan anak akan mendapatkan bimbingan dari lingkungan sosial, dimana pergaulan di luar rumah sangat/kemungkinan memberikan dampak negatif prilaku anak selanjutnya. Berangkat dari kondisional tersebut, maka orang tua yang mempunyai anak harus mempunyai waktu pendampingan agar anak merasa diperhatikan dan di

(8)

177

awasi, hal itu akan memberikan pengaruh besar terhadap tumbuh kembangnya anak. Dalam proses perlindungan anak terkait dengan Undang Undang nomor 11 tahun 2012, Sistem Pidana Anak, mendorong orang tua harus mengetahui dan memahami terkait proses penegakan hukumnya.karena proses anak yang berhadapan dengan hukum mempunyai kecirian yang lebih menekankan pada perlindungan tumbuh kembangnya anak.

Dalam pasal yang mengatur terkait dengan kondisional Orang Tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau karena suatu sebab tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya, kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat beralih kepada Keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

Perlindungan hukum pada intinya menjaga agar masa depan anak yang berhadapan dengan hukum, mempunyai jaminan untuk keberlanjutan masa depannya, oleh karena itu dalam sistem peradilan pidana anak, menekankan agar tidak terjadi penahanan terhadap anak tersebut, Undang-undang Nomor11 tahun 2012 sebagai dasar hukum proses penegakan hukumnya, meperhatikan usia anak, mana yang pantas di masukan penjara dengan penahanan, dan ada juga yang tidak ditahan dalam penjara. Dalam bab pidananya, undang undang 11 tahun 2012 sangat memperhatikan hal tersebut. Berbeda dengan undang undang hukum acara pidana dimana tidak tergambar penegakan hukumnya disebabkan dalam proses penegakan hukumnya di undang undang hukum acara pidana tidak memperhatikannya secara mendalam.

Berbeda dengan undang undang sistem peradilan pidana anak sangat memperhatikan masalah usia, dimana. Dalam undang undang tersebut mengatur seperti Pasal 69(1) Anak hanya dapat dijatuhi pidana atau dikenai tindakan berdasarkan ketentuan dalam Undang- Undang ini.(2) Anak yang belum berusia 14 (empat belas) tahun hanya dapat dikenai tindakan. Pasal 70 Ringannya perbuatan, keadaan pribadi Anak, atau keadaan pada waktu dilakukan perbuatan atau yang terjadi

(9)

178

kemudian dapat dijadikan dasar pertimbangan hakim untuk tidak menjatuhkan pidana atau mengenakan tindakan dengan mempertimbangkan segi keadilan dan kemanusiaan.

Pasal 79 (1) Pidana pembatasan kebebasan diberlakukan dalam hal Anak melakukan tindak pidana berat atau tindak pidana yang disertai dengan kekerasan. (2) Pidana pembatasan kebebasan yang dijatuhkan terhadap Anak paling lama 1/2 (satu perdua) dari maksimum pidana penjara yang diancamkan terhadap orang dewasa. (3) Minimum khusus pidana penjara tidak berlaku terhadap Anak. (4) Ketentuan mengenai pidana penjara dalam KUHP berlaku juga terhadap Anak sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini. Maidin Gultom, 2006:15 menjelaskan bahwa Sanksi pada dasarnya adalah penegakan aturan aturan hukum atau keputusan keputusan hukum secara sah.

Sesungguhnya hakikat dari penegakan hukum itu adalah bentuk sah dari penggunaan kekerasan yang dikenakan kepada seseorang yang tidak mau tunduk pada aturan aturan atau keputusan keputusan hukum. Barda Nawawi 2001:14-15) Penegakan hukum pidana pada hakekatnya merupakan penegakan kebijakan melalui beberapa tahap, dimana tahap a) tahap, yaitu tahap penegakan hukum in abstacto oleh badan pembuat undang-undang b) tahap aplikasi, yaitu tahap penerapan Hukum Pidana oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari kepolisian sampai pengadilan, dimana tahap ini disebut tahap kebijakan yudikatif, c) tahap eksekusi, yaitu tahap pelaksanaan hukuman pidana secara konkrit oleh aparat pelaksana pidana, tahap ini juga disebut tahap kebijakan eksekutif atau administratif.

Berangkat dari permasalahan tugas pokok dari orangtua terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, maka peranan orang tua disini terkait dengan penanganan anak yang berhadapan hukum tersebut tentunya didasarkan pada beberapa ketentuan perundang-undangan yang bersifat khusus yakni antara lain sebagai berikut:

(10)

179

1. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, sebelumnya Undang Undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak;

2. Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

3. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum Berumur 12 (Dua Belas) Tahun;

5. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana Anak;

6. Peraturan Jaksa Agung No. 06/A/J.A/04/2015 tentang Pedoman Pelaksanan Diversi.

Kemampuan orang tua dalam memahami undang-undang terkait dengan anak, akan memberikan dampak besar terhadap tumbuh kembangnya anak, dimana orang tua akan dapat memberikan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan yang ada. Sistem peradilan pidana anak bahwa terhadap anak adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban dan anak yang menjadi saksi dalam tindak pidana. Anak yang berkonflik dengan hukum adalah anak yang yang telah berumur 12 tahun tetapi belum berumur 18 tahun yang diduga melakukan tindak pidana; Anak yang menjadi korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas tahun) yang mengalami penderitaan fisik, mental dan atau kerugian ekonomi yang disebabkan tindak pidana; Anak yang menjadi saksi adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas tahun) yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan proses hukum mulai tingkat penyidikan, penuntutan

(11)

180

dan sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat dan atau dialami;

Mahir Sikki Z.A., S.H. Hakim pada Pengadilan Negeri Palopo Kelas I B,

bahwa terhadap anak yang berkonflik hukum yang belum berusia 14 tahun hanya dapat dikenai tindakan bukan pemidanaan, yang meliputi pengembalian kepada orang tua, penyerahan kepada seseorang, perawatan di rumah sakit jiwa, dan perawatan di Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS), kewajiban mengikuti pendidikan formal dan atau pelatihan yang diadakan oleh pemerintah atau badan swasta dan pencabutan Surat Ijin Mengemudi, dan perbaikan akibat tindak pidananya.

Sedangkan anak yang sudah berusia 14 tahun ke atas tersebut dapat saja dijatuhi pidana dengan macam-macam pidana sebagaimana dalam Pasal 71 Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yakni sebagai berikut:

1. Pidana pokok yang terdiri dari a. pidana peringatan;

b. pidana bersyarat (pembinaan pada lembaga, pelayanan masyarakat, pengawasan);

c. pelatihan kerja; d. pembinaan dalam lembaga dan penjara;

2. Pidana tambahan berupa perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana, pemenuhan kewajiban adat.

Apabila dalam hukum materil seorang anak yang berkonflik hukum diancam pidana kumulatif berupa pidana penjara dan denda, maka pidana denda diganti denan pelatihan kerja paling singkat 3 bulan dan paling lama 1 tahun. Pidana pembatasan kebebasan yang dijatuhkan terhadap anak paling lama ½ dari maksimun pidana penjara yang diancamkan terhadap orang dewasa (Pasal 79 ayat 2 Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak), sedangkan terhadap ketentuan minimum khusus pidana penjara tidak berlaku

(12)

181

terhadap anak (Pasal 79 Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).

Pada saat memeriksa anak korban atau anak saksi, hakim dapat memerintahkan agar anak dibawa keluar (Pasal 58 Undang-Undang R.I. Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak). Dalam hal anak korban atau anak saksi tidak dapat untuk memberikan keterangan di depan sidang pengadilan, hakim dapat memerintahkan anak korban atau anak saksi didengar keterangannya di luar persidangan melalui perekaman elektronik yang dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan dengan dihadiri penyidik atau Penuntut Umum dan Advokat atau pemberi bantuan hukum, melalui pemeriksaan jarak jauh atau teleconference (Pasal 58 Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).

Terkait dengan peranan orang tua dalam memberikan perlindungan hukum, dimana dalam undang-undang pun ada pasal yang memberikan tugas kepada orang tua untuk dapat memberikan perlindungan hukum, terkait dengan penjatuhan sanksi, maka seorang hakim sebelum menjatuhkan putusan memberikan kesempatan kepada orang tua/wali/pendamping untuk mengemukakan hal yang bermanfaat bagi anak, kemudian pada saat pembacaan putusan pengadilan dilakukan dalam sidang terbuka untuk umum dan dapat tidak dihadiri oleh anak. Sehingga bahwa penanganan anak berhadapan hukum berbeda dengan penanganan terhadap orang dewasa yang berhadapan hukum, dalam sistem peradilan pidana anak sangat mengutamakan penanganan perkara anak mengedepankan keadilan restoratif.

Kesimpulan

Sistem Hukum untuk anak yang berhadapan dengan hukum di Indonesia telah diterbitkan dengan adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 20112 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA), dimana peranan orang tua dalam hal ini sanga diperlukan dimana pemahaman orang tua terhadap peraturan tersebut akan memberikan kemudahan akan tumbuh kembangnya anak, seperti pengertian usia anak dimana

(13)

182

dalam system hokum berdasarkan undang-undang tersebut sangat membedakan sanksi berdasarkan usia anak.

Rekomendasi

Perlunya orang tua memahami aturan hokum terkait system peradilan pidana anak, agar orang tua dapat seminimal mungkin memberikan arahan kepada anak untuk tidak menjadi anak yang bermasalah dengan hokum. Oleh karena itu perlu adanya pelibatan orang tua dalam sosialisasi undang undang nomor 11 tahun 2012

Daftar Pustaka

Hadi Supeno, Kriminalisasi Anak,Tawaran, Gagawasan Radikal Pengadilan Anak tanpa pemidanaan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010

Ade Maman Suherman, Penjelasan Hukum tentang Batasan Umur (kecakapan dan Kewenangan Bertindak Berdasarkan Batasan Umum), Nasional Legal Reform Program, Jakarta, 2010.

Suharsil, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016

Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalams system peradilan Pidana Anak di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2008

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menerapkan pembuatan e-faktur ini, Direktorat Jenderal Pajak telah menyediakan aplikasi yang dapat diinstall di perangkat komputer Pengusaha Kena Pajak dan

Sebagai pendidik profesional, seorang guru yang telah memiliki kompetensi yang dipersyaratkan serta telah memenuhi kualifikasi pendidik yang ditentukan wajib melakukan

a.Equity (keadilan), pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat melalui desa wisata di Desa Suka Maju mem- berikan manfaat sosial ekonomi yang lebih adil

Melalui penyampaian materi pada grup WhatsApp /Telegram/ Zoom / Google Meet , siswa mampu menuliskan pengetahuan baru yang diperoleh dari teks bacaan dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter peduli lingkungan di SMA Negeri 1 Bringin melalui implementasi Hi-Pori memiliki rata-rata sebesar 75%

Di tengah penguasaan Hefter atas wilayah Bulan Sabit Minyak dengan dukungan dan bantuan dari sejumlah negara kawasan seperti Mesir, Uni Emirat Arab dan Chad, serta

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Melalui Sinergi Koperasi dan Badan Usaha Milik Desa. Sinergi BUM Desa dan Koperasi dilakukan

selain pengetahuan pengambilan keputusan dalam pemilihan metode kontrasepsi pada pria Pasangan juga sangat berpengaruh karena dalam pemilihan atau pengambilan keputusan juga bisa di