• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DESA DI DESA BUNGIN KECAMATAN BUNGIN KABUPATEN ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DESA DI DESA BUNGIN KECAMATAN BUNGIN KABUPATEN ENREKANG"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

8 SKRIPSI

TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DESA

DI DESA BUNGIN KECAMATAN BUNGIN KABUPATEN ENREKANG

Disusun dan Diajukan Oleh :

RAHMAT. B

Nomor Stambuk : 105640 2162 15

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DESA

DI DESA BUNGIN KECAMATAN BUNGIN KABUPATEN ENREKANG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjan Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan oleh :

Rahmat. B

Nomor Stambuk : 105640 2162 15

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Rahmat B. 2020. Tata Kelola Bada Usaha Milik Desa (BUMDes) Dalam Peningkatan Pendapatan Asli Desa Di Desa Bungin Kecamatan Bungin Kabupaten Enrekang. (Dibimbing Oleh Amir Muhiddin dan Ahmad Taufik).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan tata kelola badan usaha milik desa dalam menunjang pendapatan asli Desa di Desa Bungin Kecamatan Bungin Kabupaten Enrekang. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Desa Bungin. Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode penelitian kualitatif dan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang Teknik pengumpulan datanya berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang. Pengabsahan data menggunanakan triangulasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tata kelola BUMDes Bungin menerapakan prinsip tata kelola seperti transparansi dengan keterbukaan informasi kepada masyarakat, akuntabilitas dengan melakukan laporan pertanggungjawaban, fairness dengan pengambilan keputusan secara mufakat, serta responsibilitas dengan menaati peraturan yang berlaku dan tidak merusak lingkungan.

(7)

ABSTRACT

Rahmat B. 2020. Governance Of Village-Owned Enterprises (BUMDes) In Increasing Village Original Incom In Bungin Village Bungin District Enrekang Regency. (Guided by Amir Muhiddin and Ahmad Taufik)

This study aims to determine the condition and governance of village-owned enterprises in supporting village original income in Bungin village, Bungin District, Enrekang Regency. The location of this research was conducted at the Bungin village office. This type of research used is using qualitative research methods and descriptive research type with a case study approach in which data collection techniques are obsrvation, interviews and dokumentation. As for the number of informants in this study amounted to 7 people. Data validation using triangulation.

The result of this study indicate that the governance of BUMDes Bungin applies governance principles such as transparancy with information disclosure to the publik, accountability by doing vertical accountability reports, fairness with consensus decision making, as well as responsibility by complying with applicable regulations and not damaging the environment.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang menjadi sosok teladan sepanjang zaman dan telah mengantarkan ummat manusia keluar dari zaman kegelapan kepada zaman yang terang seperti saat ini.

Adapun skripsi yang berjudul “Tata Kelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dalam Peningkatan Pendapatan Asli Desa di Desa Bungin Kecamatan Bungin Kabupaten Enrekang” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan jenjang strata satu (S-1) pada program studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulisan karya ilmiah ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Amir Muhiddin, M.Si dan Bapak Ahmad Taufik, S.IP.,M.AP selaku dosen pembimbing utama yang penuh kesabaran memberikan petunjuk dan pengarahan sehingga skripsi ini bisa selesai.

2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

3. Ibunda Dr. Hj. Ihyam Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

4. Ibunda Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan.

5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Sosila Dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan bekal pengetahuan dan kemudahan serta bantuannya kepada penulis.

6. Ayah dan Ibuku, rengkuhan jiwa dan hatimu adalah semangat dalam perjalananku yang senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang, nasehat dan doa restunya kepadaku.

7. Saudara-saudaraku Rasmin, Ramli, Rudini dan Muh. Irwansyah terima kasih atas dukungan dan semangat yang telah diberikan. Semangat untuk mengejar mimpi kedepannya sehingga kita mampu membanggakan orang tua dan semoga Allah SWT mengabulkan keinginan dan doa yang dipanjatkan kepa-Nya. 8. Teman-teman seperjuanganku yang selalu memberi support.

9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Harapan penulis semoga dengan tersusunnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khususnya bagi mereka yang penggiat ilmu dimanapun berada. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami menyerahkan segala bentuk kebenaran dan kesempurnaan.

(10)

Nun Walqolami Wamayasturun Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Makassar, 10 September 2020

(11)

DAFTAR ISI

Sampul... i

Pengesahan Pembimbing ... ii

Penerimaan Tim ... iii

Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Penelitian Terdahulu ... 8

B. Konsep Tata Kelola (Governance) ... 11

1. Definisi Tata Kelola (Governance) ... 11

2. Tata Kelola Pemerintahan Desa Yang Baik ... 12

C. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 14

(12)

2. Dasar Hukum Pendirian BUMDes... 16

3. Tujuan Pembentukan BUMDes ... 17

4. Pembentukan BUMDes dalam Perspektif Pemberdayaan Masyarakat ... 18

5. Prinsip-Prinsip Pengelolaan BUMDes ... 22

D. Sumber Pendapatan Desa ... 24

E. Kemandirian Masyarakat Desa ... 26

F. Kontibusi Keberadaan Badan Usaha Milik Desa Sebagai Pengutan Ekononomi desa ... 27

G. Kerangka Pikir ... 28

H. Fokus Penelitian ... 30

I. Deskripsi Fokus Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 31

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 31

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 31

C. Sumber Data... 32

D. Informan Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Teknik Analisis Data... 34

G. Teknik Keabsahan Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 36

(13)

2. Gambaran Umum Desa Bungin ... 42

3. Gambaran Umum BUMDes Bungin ... 53

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

1. Tata Kelola BUMDes Bungin ... 55

a. Transparansi (Transparancy) ... 55

b. Akuntabilitas (Accountability) ... 58

c. Keadilan (Fairness) ... 61

d. Responsibilitas (Responsibility) ... 62

2. Kontribusi BUMDes Bungin... 64

BAB V PENUTUP ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

(14)

DAFTAR TABEL

2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

4.1 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk Menurut Tingkat Kecamatan di Kabupatn Enrekang ... 41

4.2 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Bungin ... 43

4.3 Mata Pencaharian Penduduk Desa Bungin ... 44

4.4 Jumlah Penduduk Sesuai Dusun/Lingkungan Desa Bungin ... 45

4.5 Program Kerja BUMDes Bungin ... 57

4.6 Laporan Keuangan Unit Usaha Bengkel BUMDes Bungin ... 57

4.7 Laporan Keuangan Unit Usaha Penggemukan Sapi BUMDes Bungin... 58

4.8 Kontribusi BUMDes Terhadap PADes ... 66

(15)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Pikir ... 29

4.1 Peta Kabupaten Enrekang ... 41

4.2 Struktur Organisasi Pengurus Pemerintah Desa Bungin ... 52

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Membangun Indonesia dari Desa adalah salah satu fokus pemerintah saat ini, hal ini dengan adanya undang-undang desa yang memberikan keleluasaan pemerintah desa mengelola pemerintahannya sendiri. Dalam hal ini tercetus badan yang disebut sebagai BUMDes atau sebagai Badan Usaha Milik Desa, salah satu tujuannya adalah mengentaskan kemiskinan dan pemberdayaan potensi desa.

Di dalam peraturan Menteri Desa NO.4/2015 pasal 2 dijelaskan mengenai pendirian BUMDes dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan dibidang ekonomi dan/atau kerjasama antar desa. Seperti tertuang didalam pasal-pasal selanjutnya, dirumuskan dengan jelas tujuan mendasar dari terbentuknya BUMDes ini adalah untuk meningkatkan perekonomian desa, mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat bagi masyarakat, meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa, dan seterusnya.

(Furqan 2018) menjelaskan bahwa untuk mencapai kesejahteraan merata dan nasional, pemerintah bertekad meningkatkan pembangunan ekonomi nasional. Sehingga pemerintah menjadikan desa sebagai pelaksana pembangunan ekonomi karena bersentuhan seacara langsung dengan masyarakat. Oleh karena itu oemerintah menginginkan perekonomian yang ada

(17)

menjadi maju melalui Badan Usaha Millik Desa (BUMDes) yang mensejahterakan masyarakatnya.

(Khosyi 2018) menjelaskan bahwa lembaga ekonomi ini diharapkan mampu untuk meningkatkan pendapatan desa. Pembangunan desa dapat ditingkatkan dengan mengembangkan potensi perekonomian desa serta menjadi wadah bagi masyarakat untuk pembangunan diri dan lingkungan.

(Ariyanto 2019) dalam pengelolaan BUMDesa yang baik, pengelolaan modal atau aset harus bisa dijadikan acuan guna mendapatkan keuntungan atau benefit. Dari kruntungan tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa secara umum. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa atau BUMDesa tentu memiliki tujuan, salah satu tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatnya perekonomian desa. Pengelolaan BUMDesa yang tepat akan memberi banyak keuntungan dari tercapainya tujuan berdirinya BUMDesa, keuntungan yang akan didapatkan adalah meningkatnya pendapatan desa.

Bupati Enrekang dalam hal ini H. Muslimin Bando mengadakan program pelatihan Aplikasi Sistem Informasi Akutansi Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) bagi pengurus BUMDesa se-Kabupaten Enrekang. Dalam sambutannya, mengatakan pelatihan tersebut dilaksanakan bekerjasama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Sulawesi-selatan. Dari pelatihan itu diharapkan BUMDesa di Kabupaten Enrekang bisa berkembang menjadi lebih besar dan bermanfaat bagi Desa.

(18)

Kemudian jika BUMDesa dapat berkembamg dan menghasilkan pendapatan untuk desa, maka desa dapat untuk mandiri ke depannya. Sehingga BUMDesa tidak tergantung lagi dengan Anggaran Dana Desa (ADD) dari Pusat ataupun Daerah. Jika BUMDesa dapat berkembang dan jadi lading PAD tentu akan menunjang peningkatan perekonomian di desa. Dalam mengembangkan BUMDesa dibutuhkan kreatifitas dan inovasi agar BUMDesa dapat bergerak dan menghasilkan produk yang berkualitas dan dapat dipasarkan di pusat-pusat pembelajaan modern.

(Ariyanto 2019) Pengelolaan BUMDesa yang tepat akan memberikan keberlangsungan perekonomian desa yang lebih stabil dan berkelanjutan, hal ini akan memudahkan desa dalam meningkatkan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mendasar dan kebutuhan-kebutuhan umum masyarakat desa. Kebutuhan yang dimaksud misalnya tersedianya fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh masyarakat sesuai dengan karakteristik, potensi dan kebutuhan masyarakat desa. Ketersediaan fasilitas umum, sarana dan prasarana tentu dapat memberikan kesejahteraan desa, misalnya pembangunan jalan, sarana ibadah, sarana pelatihan, tempat olahraga, dan lain sebagainya. Fasilitas umum, sarana dan prasarana dapat diwujudkan ketika desa memiliki pendanaan yang cukup, salah satunya bisa didapat dari keuntungan usaha BUMDesa. BUMDesa begitu penting bagi desa dan masyarakat, perannya akan begitu membantu dan memberikan manfaat. Ketika desa memiliki BUMDesa banyak hal yang bisa dibangun guna meningkatkan perekonomian desa. Keberadaan usaha-usaha dalam wadah BUMDesa akan menyerap tenaga kerja, terserapnya tenaga kerja

(19)

akan memberikan pendapatan yang meningkat di masyarakat. Hal tersebut dapat menandai kemajuan desa di berbagai sektor dari potensi yang ada di desa.

Dalam buku panduan BUMDesa Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan. BUMDesa pada dasarnya merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution). BUMDes sebagai lembaga sosial harus berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendirian sebuah BUMDesa pada umumnya, yaitu: (1) Meningkatkan perekonomian desa, (2) Meningkatkan Pendapatan Asli Desa, (3) Meningkatkan pengelolaan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan (4) Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa. BUMDesa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.

Dalam pengelolaan BUMDes dengan maksimal dan tepat sasaran diperlukan idealisme kuat dari para pengurus BUMDesa nantinya bahwa pengelolaan BUMDesa harus dijalankan dengan prinsip kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntable, dan sustainable, dengan mekanisme keanggotaan dasar dan self help yang dijalankan secara professional dan mandiri. Sejalan dengan hal tersebut, untuk membangun

(20)

BUMDesa diperlukan informasi data yang akurat dan tepat tentang karekteristik lokas desa, termasuk ciri sosial budaya masyarakatnya dan peluang pasar dari produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat setempat.

(Dewi 2014) Tujuan BUMDesa yaitu mengoptimalkan pengelolaan aset-aset desa yang ada, memajukan perekonomian desa, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Sifat usaha BUMDesa adalah bereriontasi pada keuntungan. Sifat pengelolaan usahanya adalah keterbukaan, kejujuran, partisipatif dan berkeadilan. Dan fungsi BUMDesa adalah sebagai motor penggerak perekonomian desa, sebagai lembaga usaha yang menghasilkan Pendapatan Asli Desa (PADes), serta sebagai sarana untuk mendorong percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.

Desa yang memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) salah satunya adalah Desa Bungin yang terletak di Kecamatan Bungin, Kabupaten Enrekang. BUMDes ini memiliki beberapa unit usaha, antara lain: Perbengkelan Motor dan Penggemukan Sapi. Dengan adanya potensi usaha tersebut, BUMDes Bungin membuat alternatif terciptanya lapangan kerja baru untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dam ekonomi desa guna memakmurkan atau mensejahterakan masyarakat Desa Bungin.

Keberadaan Badan Usaha Milik Desa di Desa Bungin diharapkan dapat mendukung munculnya kembali demokrasi sosial di desa melalui peningkatan kapasitas masyarakat desa tentang pengelolaan BUMDesa secara berkelanjutan, dan partisipasi masyarakat desa terhadap BUMDesa juga tidak

(21)

lagi berkurrang. Disisi lain, pemerintah desa juga mampu berpola kreatif dan inovatif dalam mendominasi kegiatan ekonomi desa melalui kepemilikan BUMDesa sehingga dapat membangun perekonomian daerah yang dibutuhkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru, menghasilkan barang dan jasa substitusi daerah, meningkatkan perdagangan antar-pemerintah daerah dan memberikan layanan yang optimal bagi konsumen, BUMDesa dapat berdiri dengan tujuan sebagai agen pembangnan daerah dan dan menjadi pendorong terciptanya sektor korporasi di pedesaan tetapi dengan biaya produksi dan pengelolaan tidak terlalu tinggi.

Penelitian ini dilakukan karena pengelolaan BUMDes Bungin dirasa masih kurang dimanfaatkan dengan baik, karena terdapat sebagian masyarakat yang tidak ikut berpartisipasi dalam memajukan, mengelola, dan mengembangkan BUMDes yang nantinya akan dapat menghambat perekonomian sebuah desa. Sedangkan BUMDes harus dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotong royongan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ingin dijawab peniliti ini adalah:

1. Bagaimana tata kelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Bungin? 2. Bagaimana kontribusi BUMDesa di Desa Bungin?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

(22)

2. Kontribusi BUMDesa dalam Peningkatan Pendapatan Asli Desa di Desa Bungin.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah manfaat praktis dan teoritis:

1. Manfaa tpraktis a. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tata kelola Anggaran Dana Desa dalam Badan Usaha Milik Desa, sehingga dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat

b. Bagi Pemerintah

Dapat dijadikan sebagai refensi dan bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja BUMDesa.

2. Manfaat teoritis

a. Bagi pengembangan teori, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dibidang Pemerintahan yang berhungan dengan badan usaha milik desa

b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti agar terdapat wacana yang diharapkan berubah menjadi suatu tindakan nyata untuk mensejahterakan masyarakat.

(23)

BAB II

TINJAUN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkenaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Penulis/Tahun

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Latifvah Permata Zandri, Nurullatu Dika Novia Putri, Rizqi Anfanni Fahmi (2018) Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) Dharma

Utama

Kualitatif Hasil penelitian yang didapatkan yaitu BUMDes Dharma Utama mengalami beberapa permasalahan yaitu dari segi marketing, tingkat kesadaran masyarakat, akses modal dan

juga sumber

daya manusia yang mengelola BUMDes.

(24)

36 2 Edy Yusuf Agunggunanto , Fitrie Arianti, Edi Wibowo Kushartono, Darwanto (2016) Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Usaha Milik Desan (BUMDes)

Kualitatif Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi BUMDes di Kabupaten Jepara sudah berjalan sesuai dengan tujuan pembentukan BUMDes dan mampu membantu peningkatan perekonomian desa. 3 Agus Surono (2017) Peranan Hukum Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam

Skala Desa Oleh

Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes)

Dalam Meningkatkan Kesejahteraan

Masyarakat Desa

Kualitatif Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaturan dalam berbagai peraturan perundang-undangan terkait denagan pengelolaan sumber daya

alam skala desa oleh BUMDes

dan konsep

pengelolaan

sumber daya

alam skala desa telah sejalan dan sesuai dengan

sila kelima

pancasila yaitu “keadilan sosial bagi seluruh

(25)

rakyat Indonesia”. 4 Zulkarnain

Ridlwan (2014)

Urgensi Badan Usaha

Milik Desa

(BUMDes) Dalam

Pembangunan Perekonomian Desa

Kualitatif Hasil penelitian

ini dapat disimpulkan bahwa BUMDes merupakan suatu lembaga perekonomian desa yang memiliki peranan penting dalam mewujudkan kesejateraan masyarakat, desa, dan pemerintah desa. 5 Yayu Putri Senjani (2019) Peran Sistem Manajemen Pada BUMDes Dalam Peningkatan

Pendapatan Asli Desa

Kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan BUMDes masih sederhana namun telah memiliki rencana untuk perbaikan manajemen ke depan.

(26)

1. Defenisi Tata Kelola (Governance)

Governance merupakan serangkaian pembuatan keputusan dalam suatu organisasi yang berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi. Menurut Riantono (2014: 317) governance merupakan seluruh serangkain proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan dari suatu organisasi. Mustopadidjadja (2003) mengungkapkan konsep governance sebagai: (1) kepemerintahan, (2) pengelolaan, (3) penyelenggaraan pemerintah, (4) penyelenggaraan Negara, dan (5) administrasi Negara.

Menurut Widyananda (2008) governance dimaksudkan sebagai suatu kemampuan manajerial untuk mengelola sumber daya dan urusan suatu Negara dengan cara-cara terbuka dengan prinsip tata kelola sebagai berikut:

1. Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.

2. Akuntabilitas adalah menjamin tersedianya mekanisme, peran tanggungjawab jajaran manajemen yang profesional atas suatu keputusan dan kebijakan yang diambil sehubungan dengan aktivitas operasional. 3. Fairness adalah keadilan menjamin bahwa setiap keputusan yang telah

(27)

4. Responsibilitas yaitu mencakup adanya deskripsi yang jelas tentang peranan dari semua pihak dalam mencapai tujuan bersama, termasuk memastikan dipatuhinya peraturan serta nilai-nilai sosial.

Menurut Sumarto (2009:3) governance yang baik hanya dapat tercipta apabila dua kekuatan saling mendukung. Kedua kekuatan ini meliputi: warga yang bertanggungjawab, aktif, dan meliliki kesadaran, bersama pemerintah yang terbuka, tanggap, mau mendengar, dan mau melibatkan (inklusif). Governance dipahami sebagai sebuah proses bukan institusi atau organisasi. Proses yang terjadi dalam governance melibatkan seluruh pihak yang berkepentingan.

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa governance merupakan tata kelola atau proses pengelolaan sumber daya dalam suatu organisasi untuk menciptakan suatu keadaan organisasi yang lebih efektif dan efisien.

2. Tata Kelola Pemerintahan Desa Yang Baik

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa adalah desa dan desa adat atau disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wiliyah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hakl asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

(28)

Republik Indonesia, dengan demikian desa adalah unit terkecil dalam tatanan pemerintahan suatu Negara, mana mungkin bisa dikatakan bahwa dalam suatu Negara sangat sejahtera jika desanya belum sejahtera, kesejahteraan masyarakat desa adalah tolak ukur rill untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu Negara.

Peranan pemerintah desa dalam melakasanakan Good Governance adalah pelaksanaan dari tugas fungsi, kewengan, hak dan kewajiban yang dimiliki pemerintah desa dalam hal perencanaan, pelaksanaan pembangunan di desa, khususnya yang berkaitan dengan tata kelola pemerintahan desa.

Menurut Achmad (2015) ada lima prinsip dasar yang terkandung dalam good corporate governance atau tata kelola yang baik, adalah:

a. Transparansi yaitu keterbukaan informasi baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi.

b. Auntabilitas adalah bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaklasanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.

c. Responsibilitas yaitu kesesuaian, atau kepatuhan didalam pengelolaan lembaga terhadap prinsip korporasi yang sehat.

d. Independensi yaitu suatu keadaan dimana lembaga dikelola secara profesionalitas tanpa bentutan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

(29)

e. Kesetaraan dan kewajaran adalah sebagai perlakukan yang adil dan setara didalam memenuhi hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

1. Definisi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Dalam buku panduan BUMDes yang dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (2007:4). BUMDesa merupakan badan usaha milik desa yang didirikan atas dasar kebutuhan dan potensi desa sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarkat. Berkenaan dengan perencanaan dan pendiriannya, BUMDesa dibangun atas prakarsa dan partisipatif masyarakat. BUMDesa juaga merupakan perwujudan partisipatif masyarakat desa secara keseluruhan, sehingga tidak menciptakan model usaha yang di hegemoni oleh kelompok tertentu ditingkat desa. Artinya, tata aturan ini terwujud dalam mekanisme kelembagaan yang solid. Penguatan kapasitas kelembagaan akan terarah pada adanya tata aturan yang mengikat seluruh anggota (one for all).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menyatakan bahwa Badan Usaha Milik Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modolnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan uasaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.

(30)

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa berdirinya Badan Usaha Milik Desa ini karena sudah diamanatkan bahwa dalam meningkatkan pendapatan pendapatan masyarakat dan desa, pemerintah desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa. Pilar lembaga BUMDesa ini merupakan institusi social ekonomi desa yang betul-betul mampu sebagai lembaga komersial yang mampu berkompetisi ke luar desa. BUMDesa sebagai institute ekonomi rakyat lembaga komersial, pertama-tama berpihak kepada pemenuhan kebutuhan (produktif maupun konsumtif) masyarakat adalah melalui pelayanan distribusi penyediaan barang dan jasa. Hal ini diwujudkan dalam pengadaan kebutuhan masyarakat yang tidak memberatkan (seperti: harga lebih murah dan mudah mendapatkannya) dan menguntungkan. Dalam hal ini, BUMDesa sebagai institusi komersial, tetap memperhatikan efisiensi serta efektifitas dalam kegiatan sector rill dan lembaga keuangan (berlaku sebagai Lembaga Keuangan Mikro (LKM), Ramadana (2013).

Dalam buku panduan BUMDesa Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (2007:6). BUMDesa merupakan wahana untuk menjalankan usaha di desa. Apa yang dimaksud dengan “usaha desa” adalah jenis usaha yang meliputi pelayanan ekonomi desa seperti antara lain:

a. Usaha jasa keuangan, jasa angkutan darat dan air, listrik desa, dan usaha sejenis lainnya.

(31)

c. Perdagangan hasil pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan agrobisnis.

d. Industri dan kerajinan rakyat.

2. Dasar Hukum Pendirian BUMDes

Dasar Hukum Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam penderiannya BUMDes memiliki dasar hukum, adapun landasan pelaksaan dan dan penderian BUMDes yaitu sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. b. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Dearah.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa

d. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Bab X pasal 87-90 e. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 132

sampai pasal 142

f. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal-Usul dan Kewenangan Lokal Berkelas Desa

g. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Dearah Tertinggal, dan Tranmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa

(32)

h. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian Pengurusan dan Pengelolaan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa

3. Tujuan Pembentukan BUMDes

Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tiertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Perubahan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) didiriakan dengan tujuan:

a. Meningkatkan perekonomian desa.

b. Mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa. c. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa. d. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan

pihak ketiga.

e. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga.

f. Membuka lapangan kerja.

g. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa.

h. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan asli desa. Menurut buku panduan Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan dalam Panduan Pendirian dan Pengelolaan BUMDesa (2007: 5), terdapat 4 tujuan utama pendirian BUMDesa yaitu:

(33)

b. Meningkatkan pendapatan asli desa.

c. Meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

d. Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan. 4. Pembentukan BUMDes dalam Perspektif Pemberdayaan Masyarakat

Desa

Pada dasarnya pembardayaan merupakan suatu pendekatan yang dilakukan dalam sebuah proses pembangunan yang manekankan pada pemberian kekuatan, kemampuan dan kewenangan kepada masyarakat untuk ikut dalam proses pembangunan tersebut. Setidaknya ada dua sasaran dari pemberdayaan yang dapai dicapai yaitu (1) Terlepasnya masyarakat dari belenggu kemiskinan ketergantungan dan keterbelakangan, (2) semakin kuatnya posisi mereka baik dalam stuktur sosial, ekonomi dan kekuasaan (Chabib Sholeh 2014:105).

Ketidak percayaan merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, pemerintah tidak percaya kepada kemampuan rakyatnya sehingga terjadi monopoli kekuasaan. Untuk itu membangun kembali kepercayaan antara masyarakat dan pemerintah sangatlah penting untuk dilakukan dalam upaya untuk mempercepat pembangunan. Melihat hal ini Pemerintah sadar bahwa pendekatan paling rasional untuk dipergunakan adalah pembangunan partisipatif dan bukan pembangunan yang mengedepankan pendekatan mobilisasi (Chabib Sholeh 2014:16).

(34)

Pembangunan yang mengedepankan partisipasi berarti pembangunan yang memberikan kesempatan kepada rakyat untuk ikut merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mempertanggung-jawabkan. Dalam hal ini msyarakat tidak dipandang sebagai objek, melainkan mereka dipandang sebagai subjek pembangunan. Melalui pendekatan pembangunan partisipatif ini akuntabilitas, responsbilitas dan transparansi akan lebih mudah untuk diwujudkan.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) merupakan salah satu program pemerintah yang berazaskan pemberdayaan dan desentralisasi. Dengan program BUMDesa ini pemerintah memiliki semangat untuk kembali meembangum kembali keparcayaan dengan masyarakat untuk saling bekerja sama untuk mewujudkan masyarakat desa yang mandiri secara ekonomi.

Selama ini masyarakat hanya menjadi objek pada pembangunan, hal ini akan berpengaruh pada mental dan prilaku mereka yang cenderung bergantung pada pemerintah. Oleh karena itu pembinaan masyarakat desa sebelum pengikut sertaan mereka dalam pembentukan BUMDesa diperlukan agar tujuan dari program tersebut.

Berkenaan dengan hal tersebut Chabib Sholeh (2014:96-97) mengemukakan kegiatan pokok dalam proses pemberdayaan diantaranya yaitu:

a. Tahap Penyadaran

Pada tahap ini dilakukan serangkaian kegiatan untuk menyadarkan masyarakat tentang keberdayaannya, baik sebagai individu dan anggota masyarakat maupun sebagai bagian dari lingkungan fisik dan social ekonomi,

(35)

budaya dan politik. Proses penyadaran dapat dilakukan melalui kegiatan pendidikan, pelatihan maupun penyuluhan.

b. Tahap Penunjukan Adanya Masalah

Orang yang tidak sadar, atau tidak mengerti ia tidak akan tahu apa yang terjadi disekelilingnya. Ia tidak memahami apa yang sebenarnya mereka hadapi dan juga tidak memahami bagaimana memecahkan masalah tersebut. Tahap penunjukan adanya masalah pada dasarnya merupakan suatu tahapan untuk memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa didepanya telah terjadi gap antara kondisi yang diharapkan dengan kondisi yang ada sekarang. Dalam tahapan ini mereka diberikan pemahaman tentang berbagai faktor yang menjadi penyebab taerjadinya masalah baik berkenaan dengan kondisi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, kelembagaan dan aksesbilitas. Termasuk juga proses mengidentifikasi atas kekuatan dan kelemahan dan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang akan dihadapi masyarakat.

c. Tahap Menbantu Pemecahan Masalah

Pada dasarnya pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemberdaya agar mereka yang menjadi sasaran pemberdayaan dapat memecahkan masalah mereka sendiri. Pemberdaya hanya membantu masyarakat dalam menganalisa kemampuan dan kelemahan mereka, menganalisa peluang dan tantangan/resiko yang dihadapi agar masyarakat mampu merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah serta mampu memilih alternatif yang tepat untuk memecahkan masalah.

(36)

Tahap menunjukan pentingnya perubahan mengisyaratkan bahwa perubahan mesti dilakukan secara terencana yakni berkenaan dengan apa yang mesti dirubah, kapan perubahan itu harus dilakukan, alasan megapa harus dirubah, bagaimana perubahan itu dilakukan, serta kondisi seperti apa yang diinginkan dengan adanya perubahan tersebut.

e. Tahap Penguatan Kapasitas

Penguatan kapasitas dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan dan kepercayaan yang lebih luas kepada kelompok sasaran yang diberdayakan untuk menyampaikan gagasan atau ide kreatif yang mereka pilih baik berkaitan dengan aksesbilitas informasi dan permodalan. Keterlibatan yang lbih luas dalam melaksanakan partisipasi utuk memenuhi kebutuhan dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi serta pertanggung-jawaban dalam proses penguatan kapasitas lokal.

Sayuti (2011:719) berpendapat bahwa masyarakat desa perlu diintervensi melalui pembelajaran pemberdayaan. Model pembelajaran untuk pemberdayaan masyarakat itu komponen-kompoen diantaranya yaitu:

a. Penyadaran, penyadaran yang dimaksud disini merupakan kegiatan pemberian informasi dasar mengenai deskripsi BUMDesa beserta visi dan misi pembentukan BUMDesa. Dengan memahami hal tersebut diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dalam diri masyarakaat akan pentinnya pembentukan desa dalam upaya meningkatkan pendapatan asli desa.

(37)

b. Perencanaan, merupakan bentuk persiapan masyarakat untuk pendirian BUMDesa seperti nama dan wilayah kerja, penemtuan bidang usaha yang akan digeluti, sampai pemilihan kepengurusan BUMDesa.

c. Pengorganisasian bertujuan untuk memastikan BUMDesa berjalan denganbaik sesuai dengan visi misi yang telah disepakati

d. Penilaian ini dilakukan untuk bahan evaluasi bagi BUMDesa agar menjadi lebih baik kedepannya.

5. Prinsip-Prinsip Pengelolaan BUMDes

Dalam buku panduan BUMDes yang di keluarkan Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (2007:13). Prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes penting untuk dielaborasi atau diuraikan agar difahami dan dipersepsikan dengan cara yang sama oleh pemerintah desa, anggota (penyerta modal), BPD, Pemkab, dan masyarakat. Terdapat 6 (enam) prinsip dalam mengelola BUMDes yaitu:

a. Kooperatif, Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus mampu melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya

b. Partisipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi (seperti sumbangsi pemikiran atau ide) yang dapat mendorong kemajuan usaha BUMDes.

c. Emansipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDesa harus diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama.

(38)

d. Transparan. Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka.

e. Akuntabel. Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan secara teknis maupun administratif.

f. Sustainabel. Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUMDes.

(Chabib Sholeh 2014: 83-84) Selain azas pemberdayaan dan desentralisasi, pembentukan dan pengelolaan BUMDesa harus dilalukan berdasarkan:

a. Azas Kesukarelaan , maksudnya keterlibatan seseorang dalam kegiatan pemberdayaan melalui kegiatan BUMDesa harus dilakukan tanpa adanya paksaan, tetapi atas dasar keinginannya sendiri yang didorong oleh kebutuhan untuk memperbaiki dan memecahkan masalah kehidupan yang dirasakannya.

b. Azas Kesetaraan, maksudnya semua pihak pemangku kekuasaan yang berkecimpung di BUMDesa memiliki kedudukan dan posisi yang setara, tidak ada yan ditiggikan dan tidak ada yang direndahkan.

c. Azas musyawarah, maksudnya semua pihak diberikan hak untuk mengemukakan gagasan atau pendapatnya dan saling menghargai perbedaa pendapat. Dalam pengambilan keputusan harus dilakukan musyawarah untuk mencapai mufakat.

(39)

d. Azas keterbukaan, dalam hal ini semua yang dilakukan dalam kegiatan BUMDesa dilakukan secara terbuka, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan, dan memupuk rasa saling percaya, sikap jujur dan saling peduli satu samalain.

D. Sumber Pendapatan Desa

Sumber pendapatan desa diatur pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, pasal 72 ayat 1 melalui ketentuan ini desa berhak untuk mendapatkan 10% dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus, di samping sumber-sumber pendapatan lain.

1. Pasal 71 ayat 2 Pendapatan Desa bersumber dari:

a. Pendapatan asli desa terdiri dari atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa. Pendapatan yang dimaksud disini adalah pendapatan yang berasal dari kewenangan desa berdasarkan hak asal usul dan kewengan skala lokal desa.

b. Alokasi anggaran pendapatan dan belanja Negara sebagaimana anggaran yag diperuntukkan bagi desa dan desa adat yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota yang digunakan untuk

membiayai penyelenggara pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan.

c. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kubupaten/kota.

d. Bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provensi dan belanja daerah kabupten/kota.

(40)

e. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga.

f. Lain-lain pendapata desa yang sah. Pendapatan yang dimaksud disini adalah pendapatan yang merupakan sebagai hasil kerjasama dengan pihak ketiga dan bantuan perusahaan yang beralokasi di desa.

2. Alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b bersumber dari belanja pusat dengan mengefektifkan program yang berbasis desa secara merata dan berkeadilan.

3. Bagian hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota seabagiamana dimaksud pada ayat 1 huruf c paling sedikit 10% dari pajak dan retribusi daerah.

4. Alokasi dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus. 5. Dalam rangka pengelolaan keuangan desa, kepala desa melimpahkan

sebagian kewenangan kepada perangkat desa yang ditunjuk.

6. Bagi kabupaten/kota yang tidak memberikan alokasi dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat 4 pemerintah dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan setelah dikurangi dana alokasi khusus yang seharusnya disalurkan ke desa.

E. Kemandirian Masyarakat Desa

Dalam Borni Kurniawan (2014 : 17), terdapat beberapa pengertian dan ciri kemandirian masyarakat diantaranya yaitu:

(41)

1. Masyarakat Desa mandiri adalah yang bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan tidak semata tergantung dengan bantuan dari pemerintah. Kalau ada bantuan dari pemerintah, sifatnya hanya stimulant atau perangsang.

2. Masyarakat Desa mandiri adalah masyarakat yang memiliki kerjasama yang baik, tidak tergantung dengan bantuan pemerintah, memiliki kemampuan keahlian, ketrampilan, sumber pendapatan cukup stabil, semangat kerja yang tinggi, memanfaatkan potensi alam untuk lebih bermanfaat dengan menggunakan teknologi tepat guna, mampu menyusun dan melaksanakan pembangunan desanya.

3. Masyarakat Desa mandiri adalah desa mampu mengatur dan membangun desanya dengan memaksimalkan potensi yang ada di desa dan kemampuan masyarakatnya dan tidak tergantung pada bantuan pihak luar.

Kemandirian masyarakat dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk diantaranya yaitu:

1. Kemandirian material/ ekonomi, hal ini menyangkut kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

2. Kemandirian intelektual, hal ini berkaitan dengan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah yan sdang mereka hadapi.

3. Kemandirian berorganisasi, yakni kemampuan otonom masyarakat untuk membina diri mereka sendiri dalam bentuk pengelolaan tindakan kolektif yang membawa pada perubahan kehidupaan mereka.

(42)

F. Kontribusi Keberadaan Badan Usaha Milik Desa Sebagai Penguatan Ekonomi Desa.

Dalam konteks kontribusi Badan Usaha Milik Desa, seharusnya diletakkan dan diposisikan bahwa Badan Usaha Milik Desa ini adalah unit ekonommi multi sektor yan dikelola oleh pemerintah desa dan masyarakat untuk memakmurkan sebesar-besarnya kepentingan masyarakat desa. Sekaligus memberikan kontribusi posotif bagi Pendapatan Asli Daerah (Ramadana 2013). Menurut Ramadana (2013) ada 3 unsur penguatan kontribusi ekonomi desa terhadap keberadaan BUMDesa sebagai berikut:

1. Sumber-sumber dana untuk Peningkatan Pendapatan Desa

Kontribusi ini akan berkaitan dengan apa yang akan diberikan oleh BUMDesa untuk masyarakat Desa. Hal ini dapat berupa pelayanan. Rendahnya produktivitas pelayanan Desa utamanya di BUMDesa selama ini lebih desebabkan oleh lemahnya sumber daya manusia di bidang manajemen dan lain-lain. Sehingga dalam kontribusi ini desa juga harus memandang dari segi kerjasama dalam mengembangkannya. Dengan demikian sumber dana untuk peningkatan pendapatan desa dapat direalisasikan.

2. Pemenuhan kebutuhan masyarakat

Dalam rangka pendapatan masyarakat dan pendapatan asli desa maka BUMDesa ini mempunyai beberapa kontribusi untuk memenhi kebutuhan masyarakat, salah satunya dalam kebutuhan pokok di desa. Mengingat BUMDesa ini adalah suatu lembaga ekonomi modal usaha.

(43)

Kontribusi BUMDes ini ialah sebagai salah satu pembangunan desa mandiri yang dapat berjalan dengan percaya diri bahwa desa memang sudah berhasil mengatur rumah tangganya sendiri dan menciptakan desa yang mandiri yang tidak hanya bergantung kepada Anggaran Dana Desa (ADD) yang telah dibeikan oleh pemerintah kabupaten/kota.

G. Kerangka Pikir

Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Badan Usaha Milik Desa. BUMDes didirikan atas dasar kebutuhan dan potensi desa sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana tujuan BUMDesa adalah untuk meningkatkan perekonomian desa, mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa kemudian meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa. Dengan adanya program BUMDes ini pemerintah dapat membangun kepercayaan dengan masyarakat untuk saling bekerja sama dalam mewujudkan masyarakat desa yang mandiri secara ekonomi.

Sebagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam mengelola BUMDesa agar BUMDesa dapat terkelola dengan baik dalam menerapkan prinsip-prinsip tata kelola seperti transparan, akuntabel, equitable dan responsif. Dengan penrapan tata kelola yang baik, maka BUMDesa ini dapat memberikan kelangsungan perekonomian Desa yang lebih stabil dan berkelanjutan. Hal ini tentu dapat menunjang Pendapatan Asli Desa tersebut.

Selain keuntungan secara langsung dalam bentuk pendapatan Desa. BUMDesa juga memberikan keuntungan bagi masyarakat Desa pada umunya,

(44)

yaitu terbentuknya masyarakat Desa untuk mengangkat potensi Desa, menciptakan lapangan kerja, dan menjadi lebih produktif. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi masyarakat.

Gambar 1. Bagan kerangka piker Gambar 2.1 Kerangka Pikir H. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif menurut Burhan Bungin (2005:47) adalah fokus penelitian atau pokok asal yang hendak diteliti, mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa yang menjadi pusat penelitian dan hal yang kelak dibahas secara mendalam dan tuntas.

Fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu: 1. Transparansi BUMDes Bungin

BUMDes Bungin

Tata Kelola (Governance) Menurut Widyananda (2008):

1. Transparansi 2. Akuntabilitas 3. Fairness

4. Responsibilitas

Kontribusi BUMDes Bungin: 1. Paningkatan PADes 2. Peningkatan Pendapatan

Masyarakat 3. Pemberdayaan

masyarakat

(45)

2. Akuntabilitas BUMDes Bungin 3. Fairness BUMDes Bungin 4. Responsibilitas BUMDes Bungin I. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Transparansi yang dimaksud adalah tranparansi BUMDes Bungin terhadap ketersediaan informasi yang dapat diakses oleh masyarakat, yakni informasi tentang kebijakan, laporan keuangan, serta hasil-hasil yang dicapai.

2. Akuntabilitas yang dimaksud yaitu bagaimana akuntabilitas BUMDes Bungin mengenai mekanisme dan pertanggungjawaban terhadap aktivitas operasional.

3. Fairness dimaksud disini yaitu bagaimana BUMDes dalam pengambilan keputusan.

4. Responsibilitas yang dimaksud yaitu bagaimana BUMDes Bungin dalam menjalankan peranan dari semua pihak dan memastikan dipatuhinya peraturan serta nilai-nilai sosial.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian.

1. Watu Penelitian

Penelitian ini dilaksankan berlangsung selama dua bulan terhitung setelah seminar proposal.

2. Lokasi Penelitian

Di Desa Bungin Kecamatan Bungin Kabupaten Enrekang. Dengan tujuan ingin mengetahui tata Kelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam Peningkatan Pendapatan Asli Desa di Desa Bungin.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif artinya data yang dikumpulkan tidak berupa angka melainkan data yang berasal dari hasil wawancara lapangan, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainnya, sehingga menjadi tujuan penelitian ini ialah menggambarkan realita empiric dibalik fenomena secara mendalam, terperinci, dan tuntas datanya.

Penelitian kualitatif ini adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alami dimana peneliti adlaah sebagai instrument kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi atau gabungan, analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih kepada menekankan makna dari pada generalisasi.

(47)

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif yaitu bentuk penelitian yang meniliti fenomena khusus yang hadir dalam sebuah konteks yang terbatas. Dengan maksud peneliti mendapat dan mengumpulkan data yang mendalam lansung dari lokasi penelitian dan memberi gambaran secara jelas mengenai masalah-masalah yang diteliti.

Oleh Karena itu peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif yang dimaksud untuk memberi gambaran secara jelas mengenai kondisi masalah yang diteliti tentang peran kepala desa melibatkan suku to balo dalam kegiatan pembangunan.

C. Sumber Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari narasumber secara langsung baik melalui wawancara, Kuisioner, ataupun dengan melakukan pengamatan langsung kelapangan. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Informasi dari Pemerintah Desa

b. Informasi dari anggota pengurus Badan Usaha Milik Desa c. Informasi dari masyarakat

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan pengumpulan data yang memperoleh sumber data yang diperoleh secara tidak langsung memberikan data, misalnya melalui orang lain atau dokumen. Dalam penelitian ini sumber data sekunder yang

(48)

dipakai adalah sumber data tertulis seperti buku, artikel ilmiah, dan dokumen-dokumen dari pihak terkait mengenai pengelolaan BUMDes.

D. Informan Penelitian

1. Warga Desa Bungin yang memiliki informasi mengenai BUMDes di Desa Bungin.

2. Pengurus BUMDes Bungin.

3. Pemerintah Desa Bungin yang banyak memiliki informasi mengenai BUMDes di Desa Bungin.

4. Teknik Pengumplan Data

Untuk mengumpulkan da ta dan informasi pada penelitian ini, digunakan beberapa teknik, antara lain:

1. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang peneliti lakukan melalui pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dilakukan observasi guna mendapatkan data terkait keadaan yang sebenarnya dilapangan, menjawab pertanyaan-pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia, dan melakukan evaluasi. Sehingga, observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi, kebudayaan, keadaan masyarakat serta kondisi Badan Usaha Milik Desa di Desa Bungin.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh penjelasan untuk

mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya jawab dengan bertatap muka maupun dengan tidak bertatap muka (melalui media

(49)

telekomunikasi) antara orang yang mewawancara dengan orang yang diwawancarai. Wawancara merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi secara mendalam tantang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Dengan menggunakan metode wawancara secara mendalam peneliti bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas guna mempermudah dan menganalisis data selanjutnya. Wawancara ini dilakukan dengan pedoman wawancara yang telah dibuat peneliti. Hal ini dimaksudkan agar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dapat terarah, dan juga mendalam.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Bisa dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, jurnal kegiatan dan sebagainya. Teknik ini dilakukan dengan mencari informasi dalam bentuk visual atau foto yang berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini mengumpulkan arsip milik pemerintah Desa Bungin yang berhubungan dengan Tata Kelola BUMDesa Bungin.

5. Teknik Analisis Data

jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kualitatif. Teknik analisi data yang digunakan adalah secara deskriptif, yaitu mengumpulkan, menyusun dan menjelaskan data yang sudah diperoleh secara menyeluruh dari lapangan, baik data yang diperoleh tersebut berasal dari hasil wawancara, dokumentasi, maupun bahan lainya secara sistematis.

(50)

Peneliti mengumpulkan data terlebih dahulu, kemudian menganalisis mengenai kegiatan maupun situasi secara deskripsi dan mendetail. Kemudian diperkuat dengan metode wawancara yang kemudian akan menghasilkan data yang akurat berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari pengulola BUMDes Bungin. Dengan begitu peneliti akan menghasilkan jawaban mengenai pengelolaan BUMDes dalam peningkatan pendapatan asli desa da penarikan kesimpulan sehingga memudahkan diri sendiri atau orag lain dalam memahaminya.

6. Teknik Keabsahan Data.

Keabsahan data merupakan standar validasi dari data yang diperoleh. Validasi atau keabsahan data adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti, dan temuan data dapat dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan dengan yang terjadi pada objek penelitian. Validasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah membandingkan kembali tingkat kesahihan data dan informasi dari berbagai sumber yang berbeda.

Triangulasi sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara dari berbagai informan yaitu Pemerintah Desa Bungin, masyarakat Desa Bungin, dan pengelola BUMDes Bungin. Selain itu, data hasil wawancara dikonfirmasi dengan dokumentasi yang diperoleh dan observasi yang dilakukan selama proses penelitian berlangsung.

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Enrekang a. Kondisi Geoografis

Kabupaten Enrekang secara geografis terletak antara 3̊ 14’36’’- 3̊50’00”Lintang Selatan dan antara 199̊ 40’53” - 120̊ 6’33” Bujur Timur. Letak geografis Kabupaten Enrekang berada dijantung jasirah Sulawesi Selatan yang dalam peta batas wilayah memang bentuknya seperti jantung. Batas wilayah Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara : Kabupaten Tanah Toraja 2) Sebelah Timur : Kabupaten Luwu

3) Seblelah Selatan : Kabupaten Sidrap 4) Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang b. Kondisi Topografi

Topografi Wilayah Kabupaten Enrekang pada umumnya mempunyai wilayah Topografi yang bervariasi berupa perbukitan, pegunungan, lembah dan sungai dengan ketinggian 47 - 3.293 m dari permukaan laut serta tidak mempunyai wilayah pantai. Secara umum keadaan Topografi Wilayah wilayah didominasi oleh bukit-bukit/gunung-gunung yaitu sekitar 84,96% dari luas wilayah Kabupaten Enrekang sedangkan yang datar hanya 15,04%. Musim yang terjadi di Kabupaten Enrekang ini hampir sama dengan musim yang ada

(52)

64

di daerah lain yang ada di Propinsi Sulawesi Selatan yaitu musim hujan dan musim kemarau dimana musim hujan terjadi pada bulan November - Juli sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Agustus - Oktober.

Selama setengah dasawarsa terakhir telah terjadi perubahan wilayah administrasi pemerintahan baik pada tingkat kecamatan maupun level desa/kelurahan.Pada Tahun 1995 di Kabupaten Enrekang hanya terdapat 54 desa/kelurahan yang tersebar pada 5 kecamatan.Dengan adanya perubahan situasi dan kondisi wilayah, maka pemekaran desa/kelurahan sudah menjadi keharusan. Maka pada tahun 1997, jumlah desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Enrekang telah bertambah dari 78 desa/kelurahan kondisi tahun 1996, menjadi 108 desa/kelurahan. Demikian halnya pada tingkat kecamatan, yang semula hanya 5 kecamatan menjadi 9 kecamatan.

Pada pertengahan tahun 2003 terjadi pemekaran sehingga bertambah lagi sebanyak 3 desa menjadi 111 desa/kelurahan.Kemudian pada akhir tahun 2006 terjadi pemekaran desa dan kecamatan menjadi 11 kecamatan dan 112 desa/kelurahan.Terakhir pada tahun 2008 mekar kembali menjadi 12 kecamatan dan 129 desa/kelurahan. Dari 12 Kecamatan tersebut, kecamatan terluas adalah Kecamatan Maiwa yaitu 392,87 km2 atau 22 persen dari luas Kabupaten Enrekang , sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Alla yaitu 34,66 km2 atau 1,94 persen dari luas Kabupaten Enrekang.

Pegunungan Latimojong yang memanjang dari arah utara ke Selatan rata-rata ketinggian sekitar 3000 meter di atas permukaan laut, memagari

(53)

65

kabupaten enrekang di sebelah timur sedang di sebelah barat membentang sungai Saddang yang berada dalam wilayah Kabupaten Pinrang dengan aliran pengairan sampai Kabupaten Sidrap.

Ditinjau dari kerangka pengembangan wilayah maupun secara geografis Kabupaten Enrekang juga dapat dibagi kedalam dua kawasan yaitu Kawasan Barat Enrekang (KBE) dan Kawasan Timur Enrekang (KTE). KBE meliputi Kecamatan Alla, Kecamatan Anggeraja, Kecamatan Enrekang dan Kecamatan Cendana, sedangkan KTE meliputi Kecamatan Curio, Kecamatan Malua, Kecamatan Baraka, Kecamatan Bungin dan Kecamatan Maiwa. Luas KBE kurang lebih 659,03 Km 2 atau 36,90% dari Luas Kabupaten Enrekang sedangkan luas KTE kurang lebih 1.126,98 Km2 atau 63,10% dari, Luas wilayah Kabupaten Enrekang.

Dilihat dari aktifitas perekonomian, tampak ada perbedaan signifikan antara kedua wilayah tersebut.Pada umumnya aktifitas perdagangan dan industri berada pada wilayah KBE.Selain itu industri jasa seperti transportasi, telekomunikasi, hotel, restoran, perbankan, perdagangan industri pengotahan hash pertanian berpotensi dikembangkan di wilayah tersebut. Sedangkan KTE yang selama ini dianggap relatif tertinggal bila dilihat dari ketersedian sarana dan prasarana sosial ekonomi, sangat memadai dari segi potensi SDA, sehingga amat potensial untuk pengembangan pertanian dalam arti yang luas yaitu pertanian tanaman pangan/ hortikultura, perkebunan dan pengembangan hutan rakyat.

(54)

66

Pemekaran dari lima kecamatan menjadi sembilan kecamatan di Kabupaten Enrekang menyebabkan akses penduduk terhadap pelayanan pemerintahan lebih mudah dicapai. Kondisi ini dipermudah oleh semakin dekatnya pusat pemerintahan kecamatan dari desa-desa bawahannya. Selain itu jumlah penduduk beserta aktifitasnya yang akan ditangani .setiap wilayah kecamatan semakin berkurang. Pemekaran ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan roda pemerintahan sehingga akan memberikan efek positif terhadap akselerasi pembangunan di setiap wilayah.

Kawasan Timur Enrekang yang memiliki wilayah yang luas dengan berbagai potensinya memberi peluang untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura serta tanaman perkebunan dan kehutanan.Adanya keterbatasan akses KTE terhadap Kawasan Barat Enrekang mengindikasikan perlunya kebijakan atau langkah langkah strategis yang memungkinkan kedua wilayah tersebut dapat bersinergi untuk menuju pencapaian visi dan misi daerah.

c. Kondisi Wilayah Kabupaten Enrekang

Kabupaten Enrekang berada di jantung Jasirah Sulawesi Selatan yang dalam peta batas wilayah memang bentuknya seperti jantung. Pegunungan Latimojong yang memanjang daru Utara ke Selatan rata-rata ketinggian ± 3.000 meter diatas permukaan laut, memagari Kabupaten Enrekang disebelah timur sedang disebelah barat membentang Sunagai Saddang dari utara ke selatan yang pengendalian airnya menentukan pengairan saddang yang berada dalam wilayah Kabupaten Pinrang dengan aliran pengairan sampai ke Kabupaten Sidenreng Rappang.Kabupaten Enrekang terletak antara 3º 14’36” LS dan 119º40’53” BT.

(55)

67

Jarak dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan (Makassar) ke kota Enrekang dengan jalan darat sepanjang 235 Km. Batas-batas daerah Kabupaten Enrekang : Sebelah Utara Kabupaten Tana Toraja, Sebelah Selatan Kabupaten Sidenreng Rappang, Sebelah Barat Kabupaten Pinrang, dan Sebelah Timur Kabupaten Luwu dan Sidenreng Rappang. Kabupaten Enrekang berada di daerah pegunungan, terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit sambung menyambung, mengambil dari ± 85% dari seluruh luas Kabupaten Enrekang yang luasnya ± 1.786,01 Km atau 2,92 dari seluruh luas seluruh propinsi Sulawesi Selatan, secara administratif terbagi menjadi 9 kecamatan dan 111 Desa.

Iklim di Kabupaten Enrekang hampir sama dengan daerah lainnya di propinsi Sulawesi Selatan yaitu terbagi 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musin hujan terjadi/ berlangsung pada bulan November-Juli, sedangkan pada musim kemarau berlangsung pada bulan Agustus-Oktober. Jumlah hari hujan (HH) pada tahun 2001 139 dan curah hujan 3.970 mm, tahun 2002 jumlah HH 137 hari dan CH 1410 mm, tahun 2003 jumlah HH 82 CH 1925 mm.

(56)

68

Peta Kabupaten Enrekang

Gambar 4:1 Peta Kabupaten Enrekang Sumber : Buku Profil Kabupaten

d. Kondisi Penduduk Kabupatrn Enrekang

Jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang untuk tahun 2008 adalah sebanyak 188.070 jiwa yang tersebar di 12 kecamatan. Dengan kepadatan penduduk mencapai 105 jiwa/km².

Tabel 4.1 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Enrekang Tahun 2018

No. Nama Kecamatan Laki- Laki Perempuan Jumlah Total Kepadatan Penduduk 1. Maiwa 11.655 11.657 23.312 59,3 2. Bungin 2.284 2.098 4.382 18,5

(57)

69 3. Enrekang 14.928 14.929 29.857 102,5 4. Cendana 4.269 4.420 8.689 95,5 5. Baraka 10.495 10.287 20.782 130,6 6. Buntu Batu 6.097 5.896 11.933 94,7 7. Anggeraja 11.866 11.850 23.716 189,2 8. Malua 4.275 4.322 8.597 213,0 9. Alla 10.107 10.046 20.153 581,4 10. Curio 7.248 7.094 14.342 80,3 11. Masalle 6.145 5.953 12.098 177,0 12. Baroko 5.184p 4.965 10.149 247,1 Kabupaten Enrekang 94.553 93.517 188.070 105.3

Sumber : Kabupaten Enrekang Dalam Angka 2018 BPS Enrekang

Berdasarkan tabel Kecamatan Enrekang memiliki jumlah penduduk yang paling banyak jika di bandingkan dengan kecamatan yang lain yaitu sebesar 29.857 jiwa. Hal ini dimungkinkan karena kecamatan ini berada di ibu kota Kabupaten dengan penduduk yang heterogen. Adapun kecamatan dengan penduduk yang paling sedikit yaitu kecamatan Bungin dengan jumlah penduduk sebesar 4.382 jiwa dan merupakan kecamatan yang baru dimekarkan

(58)

70

2. Gambaran Umum Desa Bungin a. Kondisi Geografis Desa Bungin

Desa Bungin terletak 65 KM dari Ibukota Kabupaten Enrekang, dengan luas wilayah 85 Km2, dengan batas-batas sebagai berikut :

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ledan kec. Buntu Batu b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tallang Rilau

c) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sawitto d) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Baruka b. Kondisi Demografi Desa Bungin

1. Iklim

Keadaan iklim di Desa Bungin terdiri dari : Musim Hujan, kemarau dan musim pancaroba. Dimana musim hujan biasanya terjadi antara Bulan Januari s/d April, musim kemarau antara bulan Juni s/d November, sedangkan musin pancaroba antara bulan Mei s/d Juni.

2. Tingkat Pendidikan.

Pendidikan merupakan unsur yang penting bagi sumberdaya manusia yang berkualitas. Kemajuan dibidang pendidikan dalam jangka waktu tertentu akan dapat meningkatkan mutu tenaga kerja dan penyediaan kesempatan kerja yang sesuai dengan kualitas atau tingkat pendidikannya. Komposisi penduduk di suatu wilayah dapat memberikan gambaran umum mengenai tingkat pendidikan masyarakat serta dapat menggambarkan tingkat kemajuan di wilayah tersebut.

(59)

71

Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Tahun 2018

TDK TAMAT SD SD SMP SLTA SARJANA

08 jiwa 85 jiwa 225 jiwa 228 jiwa 40 jiwa

Sumber : Buku Profil Desa Bungin

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa persentase terbesar penduduk di

Desa Bungin adalah lulusan SLTA yaitu berjumlah 228 jiwa, sedangkan lulusan dengan jumlah terkecil adalah tidak tamat SD yaitu berjumlah 08 jiwa.

1. Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan aktivitas ekonomi manusia untuk mempertahankan hidupnya dan memperoleh taraf hidup yang lebih layak dan sesuai dengan keadaan penduduk dan geografis daerahnya. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan perekonomian suatu daerah. Melalui data komposisi penduduk menurut mata pencaharian kita dapat mengetahui jenis pekerjaan apa saja yang dilakukan oleh masyarakat pada suatu daerah. Penduduk di Desa Bungin mata pencahariannya adalah petani, pedagang, Pegawai Negeri Sipil (PNS), buruh.

Tabel 4.3 Mata Pencaharian Tahun 2018

PETANI/ TAMBAK PEDAGANG PNS BURUH

200 org 15 org 45 org 10 org

(60)

72

Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa mayoritas pencaharian penduduk Desa Bungin adalah petani sendiri yaitu 200 orang dan jumlah terkecil adalah penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh yaitu sebanyak 10 orang.

2. Pola Penggunaan Tanah.

Pola penggunaan tanah umumnya digunakan sebagai lahan persawahan, perkebunan (sayuran, jagung, dll.) dengan panen musiman. Catatan silahkan dikembangkan.

c. Kondisi Pemerintahan Desa Bungin 1. Pembagian Wilayah Desa.

(Jumlah Penduduk/KK, Jiwa, RTM = 200 , RTSM = 20, Non RTM 30 )

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Sesuai dengan Dusun/Lingkungan Tahun 2018

NO NAMA DUSUN JUMLAH JIWA KEPALA KELUARGA L P TOTAL 1 Panatakan 126 136 258 48 2 Ponjing 134 148 282 62 3 Banua 159 153 312 62 4 Batu Ciak 125 118 243 56 5 Serang 169 204 373 86 6 Palembongan 167 145 312 70

(61)

73

JUMLAH 880 900 1780 389 Sumber : Buku Profil Desa Bungin

Dilihat dari jumlah penduduk dari tabel diatas bahwa penduduk terbanyak pada masyarakat Desa Bungin terdapat pada Dusun Serang yaitu 373 orang dan jumlah penduduk terkecil pada masyarakat Desa Bungin terdapat pada Dusun Batu Ciak yaitu 243 orang.

d. Potensi Desa Bungin

Dengan melihat perkembangan lingkungan strategis dan potensi Desa Bungin yang dapat dijadikan landasan dalam perumusan strategi untuk mendukung keberadaan agenda utama pembangunan lima tahun yang akan datang adalah :

1. Sumberdaya Manusia

Semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan terbukti bahwa sudah banyak pemuda dan warga yang melanjutkan pendidikan sampai Perguruan Tinggi bahkan sudah ada beberapa diantaranya yang menyandang gelar sarjana dari berbagai jurusan.

Ekonomi (biaya) menjadi alasan utama penyebab tingginya angka putus sekolah di kalangan anak usia sekolah khusus jenjang Perguruan Tinggi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Desa Bungin dalam meraih visi cerdas.

2. Demografi

Jumlah penduduk 1780 jiwa termasuk jumlah yang besar bagi ukuran suatu desa. Penduduk yang jumlahnya besar akan menjadi satu kekuatan/potensi pembangunan bilamana memiliki kompetensi sumberdaya

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 1. Bagan kerangka piker
Gambar 4:1 Peta Kabupaten Enrekang
Tabel 4.3 Mata Pencaharian Tahun 2018
+7

Referensi

Dokumen terkait

masyarakat melalui peningkatan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) serta mengelola organisasi dan keuangan BUMDes tepat sasaran maupun program tambahan

Pendekatan kualitatif pada penelitian ini akan memaparkan tahap-tahap pendirian BUMDes, strategi dalam pengelolaan BUMDes, dan manfaat BUMDes terhadap kesejahteraan

BUMDes dibentuk oleh pemerintah desa dan masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengelolaan potensi desa (sumber daya manusia dan sumber daya alam) yang sesuai

bahwa dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah desa dalam penyelenggaraan pelayanan publik, dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai

Berdasarkan Peraturan Desa Sungai Ungar Utara Nomor 5 Tahun 2013 tujuan dibentuknya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk meningkatkan kemampuan keuangan Pemerintah

32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, telah mendorong desa mengembangkan Badan Usaha Milik Desa BUMDes sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki masing-masing desa dalam

Peran Badan Usaha Milik Desa BUMDes Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Desa PADes di Desa Pujokidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.. Peran Badan Usaha Milik Desa BUMDes Sebagai

Tujuan pendirian BUMDes adalah meningkatkan perekonomian desa, mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa, meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi