• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. PENDEKATAN LAPANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. PENDEKATAN LAPANGAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

III.

PENDEKATAN LAPANGAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survai, dengan pendekatan kuantitatif. Dalam metode survai ini, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa kuesioner dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi (Singarimbun dan Effendi, 1986). Sementara data sekunder diperoleh dari literatur-literatur.

Responden penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi Institut Pertanian Bogor yang terdiri dari berbagai tingkat kuliah yang mengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis dan bersedia untuk mengisi kuesioner. Pemilihan responden dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa responden merupakan mahasiswa yang berarti masyarakat yang berpendidikan tinggi, sehingga dapat berpikir kritis dan memiliki persepsi mengenai tayangan program Jelajah. Selain itu, responden dapat dengan mudah untuk ditemui secara langsung. Karakteristik individu responden diperlukan dalam penelitian ini karena diduga berpengaruh terhadap perilaku menonton dan pembentukan persepsi responden.

3.2 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini berlokasi di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan purposive (sengaja) berdasarkan pertimbangan kemudahan akses penelitian. Penelitian ini dimulai pada bulan Mei hingga Juni 2009. Pada bulan April 2009 dilakukan penentuan hipotesa penelitan, dan penentuan metodologi penelitian yang disajikan dalam proposal penelitian. Di pertengahan bulan Mei sampai Juni 2009 dilakukan pengambilan data primer melalui penyebaran kuesioner kepada responden penelitian. Pada bulan Juli 2009 dilakukan input data, pengolahan data, interpretasi data, serta penyusunan laporan akhir skripsi.

(2)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini dikumpulkan dari sampel yang diambil secara acak. Penelitian ini menggunakan metode Sampel Acak Distratifikasi (Stratified Random Sampling) dengan menggunakan tingkatan semester kuliah sebagai tingkatan (strata). Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan mengisi kuesioner dan hasil wawancara, sedangkan data sekunder berupa data-data yang berasal dari sumber lain seperti data rating.

Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 214 orang mahasiswa, yaitu seluruh mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 68 responden, dengan nilai kritis sebesar 10%, yang ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Ruslan, 2006), sebagai berikut:

²

,

dimana:

n = besaran sampel N = besaran populasi

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan

3.4 Teknik Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner dan diolah dengan menggunakan komputer dengan program SPSS. Hasil pengisian kueisoner oleh responden dikelompokkan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Sebelum diolah, data-data kuesioner yang diperoleh diedit terlebih dahulu, dikode untuk mendapatkan deskripsi karakteristik penonton, perilaku menonton, persepsi menonton dan pemanfaatan informasi oleh responden.

Penelitian ini merupakan penelitian inferensial melalui pengujian hipotesis. Uji hipotesis yang dilakukan dengan menguji hubungan antara variabel-variabel adalah analisis bivariat. Data-data primer yang diperoleh melalui kuesioner dianalisis dengan tabel frekuensi dan tabulasi silang. Tabel frekuensi digunakan untuk mendapatkan deskripsi tentang jumlah responden berdasarkan usia, jenis kelamin, kelas, pekerjaan orangtua, sosial-ekonomi, uang saku, dan teman. Tabulasi silang akan dipergunakan untuk mendapatkan deskripsi mengenai

(3)

perilaku menonton dan persepsi mahasiswa dan mahasiswi IPB terhadap program Jelajah berdasarkan karakteristik individu responden, serta deskripsi persepsi responden dalam pembentukan pemanfaatan informasi.

Data kuantitatif diuji dengan menggunakan uji statistik non parametik melalui Uji Chi Square (χ²) untuk melihat hubungan yang nyata antara variabel-variabel dengan skala nominal. Hasil uji Chi Square (χ²) kemudian digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara variabel–variabel dengan rumus Kontingensi (C). Makin besar C berarti hubungan antara dua variabel makin erat. C berkisar antara 0 dan 1 (Singarimbun dan Effendy, 1986). Uji korelasi Rank Spearman untuk menguji hipotesis data mengenai hubungan antara variabel yang berukuran ordinal.

Rumus Uji Chi Square, (Rakhmat, 2003) yang digunakan adalah sebagai berikut:

χ

² =

²

,

dimana:

χ

²

=

Chi Square observasi O = frekuensi observasi E = frekuensi harapan

Rumus koefisien Kontingensi (C):

²²

Rumus Spearman (Zanten, 1982):

=

∑ .

(4)

Tingkat keeratan hubungan dikategorikan berdasarkan kategori yang diungkapkan Guilford (1956:145) seperti dikutip oleh Rakhmat (2007), sebagai berikut:

• < 0,20 : hubungan rendah sekali, lemah sekali • 0,20 – 0,40 : hubungan rendah tetapi berarti • 0,40 – 0,70 : hubungan yang cukup berarti • 0,70 – 0,90 : hubungan yang tinggi, kuat

(5)

IV. GAMBARAN UMUM

4.1 Trans TV

PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) merupakan bagian dari Trans Corporation yang berdiri sejak bulan Oktober 1998 dan memperoleh izin siaran serta dinyatakan lulus uji kelayakan. Sejak tanggal 15 Desember 2001, Trans TV dinyatakan resmi mulai siaran di Indonesia.

Trans TV memiliki logo yang berbentuk ‘berlian‘, yang berarti keindahan dan keabadian. Logo kilau berlian ini diharapkan dapat merefleksikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif yang digunakan mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenal.

Trans TV memiliki visi dan misi perusahaan. Visi Trans TV adalah berusaha menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun Asia Tenggara, memberikan hasil usaha yang positif bagi pemangku kepentingan (stakeholders), menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat. Visi ini sudah dibuktikan antara lain dengan memberikan sejumlah bantuan dana sosial pada sejumlah sekolah dan pesantren, membangun wisma bagi korban-korban gempa dan tsunami, menyalurkan dana bantuan pada korban gempa di Jogjakara dan Jawa Tengah, memberikan bantuan pada korban banjir yang terjadi pada tahun 2007 lalu.

Stasiun televisi ini memiliki misi menjadi wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi. Selain itu pula, Trans TV memiliki keinginan untuk memperbaiki bangsa yang besar, bangsa yang rumit permasalahannya, sehingga diperlukan institusi yang kokoh, berkemampuan tinggi dan berkapasitas untuk mengajak bangsa untuk berubah.

(6)

4.1.1 Program Siaran Trans TV

Terdapat sejumlah program siaran di Trans TV, mulai dari siaran acara berita, hiburan seperti komedi, infotainment sampai sinetron. Program siaran tersebut meliputi:

Sinema: dibedakan atas sinema liburan, sinema dini hari, sinema spesial, bioskop Trans TV

Sinetron: dibedakan atas sinetron komedi (sitkom) dan religi

Variety show, meliputi program acara: ceriwis, ngelenong nyok, komedi betawi

Trans TV news, meliputi program acara: Jelajah, Kejamnya dunia, Sisi Lain, Reportase, John Pantau, Jelang Siang

Light entertainment: Dorce Show Infotainment: Insert

Program anak: Surat Sahabat, Cerita Anak

Religius: Jazirah, Perjalanan 3 Wanita, Halal, dan Agama Kristen Program acara tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga departemen, yaitu: Departemen Magazine, Departemen Buletin, dan Departemen Operasional. Untuk Departemen Magazine biasanya memuat acara-acara mingguan sementara Departemen Buletin menyajikan acara-acara harian.

4.1.2 Deskripsi Singkat Program Jelajah

Jelajah merupakan sebuah program news feature paling tua yang ada di stasiun Trans TV. Pada awalnya program ini ditayangkan dengan tujuan untuk mengangkat keindahan dan keanekaragaman budaya nusantara. Di awal terbentuknya, tema program Jelajah ini cukup kental dengan nuansa budaya dan kisah kehidupan manusia, namun seiring berjalannya waktu, masyarakat kurang begitu menyukai tema budaya. Kemudian Jelajah mulai memperbanyak porsi tema petualangan bahkan mempelopori tayangan backpackers. Program yang sudah tayang sejak 1 Desember 2001 ini telah mengalami beberapa kali perubahan, mulai dari pembagian segmen tayangan sampai konsep desain produksi.

(7)

Awalnya, program yang berdurasi 30 menit ini memiliki konsep desain produksi yang dibawakan oleh presenter baik di dalam studio maupun di luar studio. Seiring berjalannya waktu, konsep presenter dihilangkan dari program Jelajah dan menggantinya dengan reporter. Salah satu bentuk perubahan konsep siaran Jelajah adalah waktu penayangannya, yang pada mulanya tayang stripping (kejar tayang setiap hari), yaitu dengan program Jelajah Khatulistiwa dari hari Senin – Jumat, hari Sabtu dan Minggu menayangkan Jelajah, kemudian berubah penayangannya menjadi tiga kali seminggu untuk weekdays dan hari Sabtu untuk weekend.

Kedua program tersebut masih merupakan bagian dari Jelajah namun berbeda konsep, dimana Jelajah Khatulistiwa menampilkan perjalanan reporter Jelajah ke berbagai tempat yang uni dan menarik di seluruh Indonesia, sementara Jelajah menampilkan perjalanan reporter ke negara-begara di belahan dunia yang memiliki keunikan dengan konsep petualangan backpackers dan konsep documentary yang menampilkan perjalanan reporter yang mengulik sisi suku-suku pedalaman terasing.

Namun seiring berjalannya waktu, lagi-lagi Jelajah mengalami perubahan pada jam tayangnya. Sejak 1 November 2008 Jelajah kembali tayang stripping dari Senin – Jumat dengan jam tayangnya pukul 15.00 – 15.30 WIB, dengan memakai tiga nama Jelajah. Untuk Senin – Rabu menayangkan Jelajah, untuk Kamis menayangkan Jelajah-Jelajah, dan Jumat menayangkan Jelajah Dunia. Perubahan terakhir pada Jelajah adalah pergeseran jam tayang Jelajah yang hanya menjadi sekali seminggu yaitu pada hari Sabtu pukul 15.30 – 16.00 WIB, yang masih menggunakan nama Jelajah namun isi acara bisa dari format Jelajah, Jelajah-Jelajah, maupun Jelajah Dunia.

Perubahan ini dilakukan dengan tujuan penyegaran bagi program Jelajah sendiri yang sudah berusia hampir delapan tahun tayang, dimana Jelajah tidak memberikan tayangan yang monoton sehingga penonton tidak merasa jenuh dengan program Jelajah. Selain itu, untuk dapat terus memberikan ide-ide yang segar, maka setiap enam bulan sekali tidak hanya pada program Jelajah tetapi di seluruh program Trans TV yang ada melakukan rolling (pertukaran crew) dengan harapan memberikan penyegaran dan ide-ide kreatif tetap ada.

(8)

4.2 Karakteristik Responden Penelitian

Responden yang dipilih dalam penelitian ini merupakan mahasiswa dan mahasiswi Institut Pertanian Bogor yang mengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis yang terdiri dari berbagai karakteristik. Alasan pemilihan responden ini berdasarkan bahwa mahasiswa maupun mahasiswi Komunikasi Bisnis terdiri dari berbagai macam mahasiswa dengan tingkat semester yang berbeda dan mahasiswa maupun mahasiswi dengan mayor yang beragam pula. Selain itu responden dinilai memiliki tingkat intensitas menonton yang cukup sering dibandingkan mahasiswa maupun mahasiswi lainnya.

Karakteristik yang dapat dilihat berdasarkan usia yang seragam, jenis kelamin responden, tingkat semester yang sedang diduduki oleh responden, jenis pekerjaan orang tua responden saat ini, jumlah penghasilan orang tua responden, jumlah uang saku yang diperoleh setiap bulan dari orang tua, tahu pertama tentang Jelajah. Semua karaktersitik tersebut diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengetahui bagaimana pola perilaku responden ketika menonton dan bagaimana pembentukan persepsi responden setelah menonton Jelajah.

(9)

Tabel 1. Karakteristik Responden

No Karakteristik Kategori Jumlah

(orang)

Persentase (%)

1. Umur 19 – 20 tahun 45 72.6

21 – 22 tahun 17 27.4

2. Jenis kelamin Laki-laki 17 27.4

Perempuan 45 72.6

3. Semester 4 38 61.3

6 19 30.6

8 5 8.1

4. Pekerjaan ayah Pegawai swasta 9 14.3

Pegawai negeri 26 41.3

Wiraswasta 19 30.2

Tidak bekerja 5 7.9

5. Pekerjaan ibu Pegawai swasta 2 3.2

Pegawai negeri 17 27.0

Wiraswasta 10 15.9

Tidak bekerja (ibu rumah tangga) 31 49.2

6. Pendapatan orang tua Golongan rendah (< Rp 2000000) 14 22.6 Golongan menengah (Rp 2000000 - Rp 4000000) 32 51.6

Golongan menengah atas (> Rp 4000000)

15 24.2

7. Uang saku Rendah (<Rp 500000) 5 8.1

Sedang (Rp 500000 – Rp 1000000)

49 79

Tinggi (>Rp 1000000) 6 9.7

8. Teman Dari teman kuliah 4 6.5

Dari teman satu rumah selama di IPB

2 3.2

Dari teman tetangga 10 16.1

Dari teman sepermainan 21 33.9

(10)

4.2.1 Usia

Responden penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi yang mengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis yang tersebar dari usia 19-22 tahun. Usia responden tersebut dinilai kurang bervariasi, dikarenakan responden adalah mahasiswa dan mahasiswi yang berada pada semester 4 sampai semester 8, sehingga tidak terlalu jauh berbeda dalam usia. Selain itu, penentuan usia responden didasarkan pada pertimbangan bahwa responden merupakan mahasiswa yang berarti masyarakat yang berpendidikan tinggi, sehingga dapat berpikir kritis dan memiliki persepsi mengenai tayangan program Jelajah.

Dalam Tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah mahasiswa maupun mahasiswi yang menjadi responden, lebih banyak yang berada pada usia 19-20 tahun dibandingkan usia 21-22 tahun. Hal ini dapat dipahami, karena responden yang berusia 19-20 tahun tersebut adalah mahasiswa semester 4 yang berarti sedang mengikuti perkuliahan di IPB.

Penentuan batas minimal usia ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pada kelompok usia tersebut mahasiswa maupun mahasiswi Institut Pertanian Bogor sudah dapat mengambil dan mengikuti MK. Komunikasi Bisnis. Penemuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penelitian Neilsen Media Reaserch terhadap usia penonton berusia dibawah 25 tahun adalah pemirsa potensial televisi berlaku bagi penelitian terhadap program Jelajah.

4.2.2 Jenis Kelamin

Responden dalam penelitian ini terdiri dari responden laki-laki dan perempuan yang berjumlah 68 orang. Namun dari jumlah tersebut hanya 62 responden yang menyatakan pernah menonton Jelajah. Dari jumlah tersebut terdapat 45 responden perempuan dan sisanya 17 orang responden laki-laki. Jumlah mahasiswi yang mengambil mata kuliah Komunikasi Bisnis lebih banyak dibandingkan mahasiswanya.

Data jumlah responden perempuan lebih banyak, ditunjukkan pula dari jumlah mahasiswi mayor KPM yang lebih banyak dari mahasiswa mayor KPM, dimana responden terbanyak berasal dari mayor KPM dibandingkan mayor

(11)

lainnya. Pada umumnya mahasiswa KPM terdiri dari mayoritas mahasiswi. Hal ini dikarenakan perempuan lebih menyukai bidang studi komunikasi.

Bidang komunikasi yang cukup luas untuk minat profesi kedepannya membuat kaum perempuan lebih menyukai dan mengambil KPM sebagai mayor kuliah mereka dibandingkan mayor-mayor lainnya. Bidang komunikasi, khususnya komunikasi bisnis dinilai memiliki ilmu yang beragam yang nantinya dapat dipergunakan untuk bidang pekerjaan yang akan digeluti selepasnya dari kuliah. Kaum perempuan cukup banyak yang menyukai hal-hal seperti hubungan dengan publik, dimana hal tersebut dipelajari pada Public Relation dalam Mata Kuliah Komunikasi Bisnis. Hal ini dapat dipahami pula dengan banyaknya kaum perempuan yang lebih diminati oleh perusahaan untuk bekerja khususnya dibidang komunikasi bisnis. Persepsi awam menilai kaum perempuan dianggap memiliki penampilan yang dapat menarik perhatian orang lain, karena sifat perempuan yang senang merias diri sehingga penampilannya lebih menarik. Persepsi ini didukung pula oleh pendapat psikolog Amerika terkemuka, Nancy Etcoff, dalam Survival of the Prettiest: The Science of Beauty (1999) yang menyebutkan bahwa gejala tersebut dengan Lookism.5 Lookism adalah teori yang menganggap bahwa bila lebih baik tampilan kita, maka akan lebih sukseslah kita dalam kehidupan, dalam hal ini sukses dalam pekerjaan di bidang komunikasi bisnis.

4.2.3 Semester

Sebagian besar responden penelitian yang mengambil mata kuliah Komunikasi Bisnis adalah mahasiswa dan mahasiswi semester 4. Jumlah mahasiswa semester 4 adalah 43 orang, mahasiswa semester 6 adalah 20 orang, dan mahasiswa semester 8 adalah 5 orang. Hal ini disebabkan mahasiswa maupun mahasiswi IPB dapat memperoleh kesempatan mengambil mata kuliah Komunikasi Bisnis ini pada semester 4. Selain itu sebagian besar responden yang mayoritas semester 4 tersebut berasal dari mayor KPM.

Sementara itu, mahasiswa maupun mahasiswi semester 4 di luar mayor KPM, memiliki kesempatan untuk mengambil mata kuliah minor sebanyak satu

5

http://marketing.infogue.com/estetika_dan_mitos_perempuan_dalam_iklan. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2009

(12)

pada awal pemilihan mayor disela-sela mata kuliah mayor. Responden yang berada pada semester 6 dan 8, biasanya memilih Komunikasi Bisnis untuk melengkapi jumlah SKS atau sebagai supporting course mata kuliah mereka. Mahasiswa maupun mahasiswi semester 6 atau 8 biasanya menganggap mata kuliah Komunikasi Bisnis tidak terlalu sulit untuk dipelajari sehingga tidak akan menyulitkan mereka ketika mengambil mata kuliah mayor.

4.2.4 Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan orang tua ditunjukkan dua, yaitu jenis pekerjaan dan pelaku pekerjaan. Jenis pekerjaan orang tua yang dimaksud adalah orang tua responden bekerja sebagai bekerja swasta, pegawai negeri, wiraswasta, maupun lainnya. Sementara untuk pelaku pekerjaan dikelompokkan menjadi hanya ayah yang bekerja, atau hanya ibu yang bekerja atau kedua orang tua (ayah dan ibu) bekerja.

Mahasiswa yang memiliki hanya satu orang tua (salah satu orang tua) yang bekerja dikelompokkan dalam lain-lain, disebabkan karena orang tua mahasiswa adalah orang tua tunggal, salah seorang tua (ayah) meninggal dunia dan dapat disebabkan karena salah seorang tua telah pensiun dan tidak bekerja lagi. Kelompok orang tua ibu yang dikelompokkan dalam lainnya disebabkan ibu tidak memiliki pekerjaan atau hanya sebagai ibu rumah tangga.

Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa orang tua laki-laki (ayah) mahasiswa atau mahasiswi Komunikasi Bisnis lebih banyak yang bekerja sebagai pegawai negeri dibandingkan jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat dipahami karena pada zaman ini bekerja sebagai pegawai negeri sipil lebih diminati dibandingkan menjadi pegawai swasta. Masyarakat awam menilai dengan bekerja sebagai pegawai negeri sipil dapat memiliki kehidupan layak, hidup terjamin sampai masa pensiun, dan dengan penghasilan yang lumayan banyak. Dengan begitu, orang tua yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil dapat menyekolahkan anaknya sampai tingkat perguruan tinggi. Sementara orang tua perempuan (ibu) mahasiswa atau mahasiswi Komunikasi Bisnis lebih banyak tidak bekerja atau dengan kata lain hanya menjadi ibu rumah tangga.

(13)

4.2.5 Pendapatan Orang Tua

Sosial ekonomi responden dapat dinilai dari pendapatan yang diperoleh orang tua dari bekerja setiap bulannya. Pendapatan orang tua dapat diperoleh dari bekerja, baik bekerja secara formal maupun bekerja sampingan. Pendapatan ini dapat diperolah dari pendapatan ayah, pendapatan ibu, atau gabungan pendapatan ayah dan ibu (jika kedua orang tua bekerja). Tingkat pendapatan orang tua responden dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu golongan rendah dengan penghasilan orang tua < Rp2.000.000,00; golongan menengah dengan penghasilan orang tua Rp2.000.000,00 – Rp4.000.000,00; dan golongan menengah atas dengan penghasilan orang tua > Rp4.000.000,00

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebanyak 51,6 persen responden berasal dari golongan menengah. Hal ini dapat dipahami berdasarkan data pekerjaan orang tua responden yang mayoritas bekerja sebagai pegawai negeri. Dimana berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2009 yang disetujui oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bahwa gaji Pegawai Negeri Sipil untuk Golongan III adalah berkisar 1.6 juta sampai 2.7 juta rupiah.6 Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa penghasilan rata-rata orang tua responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil diatas dua juta rupiah setiap bulan.

4.2.6 Uang Saku

Uang saku yang diterima responden setiap bulannya akan mempengaruhi dalam mengakses siaran televisi. Dalam penelitian ini uang saku per bulan diberi selang < Rp 500000 (rendah), Rp 500000 – Rp. 1000.000 (sedang), > Rp 1000000 (tinggi). Hasil survei dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebaran tertinggi uang saku per bulan mahasiswa berada pada uang saku sedang, sebesar 79 persen atau 49 responden. Hal ini dapat dikaitkan dengan penghasilan orang tua responden yang sedang, dimana orang tua responden mayoritas bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ibu rumah tangga. Oleh karena penghasilan orang tua yang sedang, maka uang saku yang diberikan pada responden setiap bulannya juga disesuaikan dengan penghasilan orang tua.

6

http://blogberita.net/2009/07/23/daftar-gaji-pns-pegawai-negeri/. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2009

(14)

4.2.7 Teman

Mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis dapat mengetahui tentang adanya siaran program Jelajah, baik tahu dari teman kelas, teman kuliah, teman sepermainan, maupun tahu sendiri karena melihat iklan tayangan program Jelajah tersebut. Hasil survei dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa mahasiswa maupun mahasiswi dapat mengetahui dengan sendiri (lainnya) akan program Jelajah sebanyak 25 responden atau 40,3 persen. Dimana mahasiswa maupun mahasiswi dapat mengakses informasi tentang jadwal tayang Jelajah dari televisi dan melihat tayangan iklan program Jelajah. Pada zaman sekarang ini, kecenderungan menonton televisi secara individual lebih mayoritas dibandingkan secara komunal. Kegiatan menonton yang dulunya banyak dilakukan beramai-ramai, sekarang dapat dilakukan sendiri. Hal ini terjadi mengingat semakin banyaknya orang yang memiliki televisi sendiri, bahkan tidak hanya rumah tangga yang dapat memiliki televisi, tetapi mahasiswa yang tinggal sendiri pun memiliki televisi. Disamping itu, semakin banyaknya stasiun pemancar televisi semakin memperbanyak pilihan kepada khalayaknya sehingga masing-masing dapat memiliki referensi yang spesifik dalam menonton televisi.

Banyaknya responden yang mengetahui sendiri tentang program Jelajah dapat disebabkan pula karena kesibukan kuliah responden sebagai mahasiswa, sehingga tidak dapat menonton bersama-sama. Pada tabel ditunjukkan pula, bahwa mayoritas kedua responden mengetahui tentang Jelajah diperoleh dari teman sepermainan mereka, baik di rumah maupun di luar teman kuliah lainnya.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Responden

Referensi

Dokumen terkait

penghindaran pajak (tax avoidance) adalah suatu cara yang dilakukan oleh wajib pajak untuk menghindari pembayaran pajak berlebih namun dengan aturan yang diperbolehkan oleh pihak

untuk menemukan dan memcahkan masalah pembelajarn di kelas, proses pemecahan dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar di

Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor, Bogor.. Integrasi Pasar Kentang di Indonesia: Analisis Korelasi dan

= 833.. di atas bahwa diketahui bahwa skor total untuk variabel motivasi berprestasi pada Kedeputian Administrasi sebesar 2565, angka ini masuk dalam kategori Baik.. Variabel

Kelima ayat tersebut berisi ketentuan yang sangat teknis, tetapi tidak berhasil menjawab dengan jelas dan pasti mengenai (i) siapa kah yang dapat mengajukan usul dan apa saja

Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki potensi uranium yang besar dan berkualitas baik di Kalimantan Barat, program pengembangan teknologi nuklir

besar dari Bigo Live, karena semakin tertarik penonton dengan tayangannya akan.. semakin banyakmpula gift yang didapatkan dan nantinya akan

Dasar perbandingan itu menunjukkan apakah jumlah aktiva lancar itu cukup melampaui besarnya kewajiban lancar, sehingga dapatlah sekiranya diperkirakan bahwa,