• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Fraksi Volume Dan Panjang Serat Pelepah Lontar (Borassus Flabellifer) Terhadap Kekuatan Tarik Dan Kekuatan Impak Komposit Bermatrik Epoksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Fraksi Volume Dan Panjang Serat Pelepah Lontar (Borassus Flabellifer) Terhadap Kekuatan Tarik Dan Kekuatan Impak Komposit Bermatrik Epoksi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Fraksi Volume Dan Panjang Serat Pelepah Lontar

(

Borassus Flabellifer

) Terhadap Kekuatan Tarik Dan Kekuatan

Impak Komposit Bermatrik Epoksi

Amros Alfonsius Tuati*, Anindito 3XUQRZLGRGR $FKPDG $V¶DG 6RQLHI

Teknik Mesin Universitas Brawijaya Indonesia, MT Haryono, 167 ± Malang (65145) - Indonesia

E-mail: amrost@ymail.com

Abstract

This study was conducted using epoxy resin as ligature and midrib lontar fibers (borassus flabellifer) as brace. Composite was made by varied fiber volume fraction 10%, 30% and 50% with length variation 10 mm, 20 mm, and 30 mm. The composite production used hand lay-up method. The test result showed the highest composite tensile strength about 31.607 Mpa in volume fraction 10% with fiber length 30 mm. The lowest composite tensile strength was about 16.855 Mpa in fiber volume fraction 10% and 20 mm in fiber length. Moreover, the highest composite impact strength was 0.00163 J/mm2 in fiber volume fraction 50% with fiber length 30 mm and the lowest

impact strength was 0.00214 J/mm2 in fiber volume fraction 10% and 10 mm fiber

length. The kind of composite fracture tended to have brittle fracture with mechanism of fiber pull out.

Keywords : Midrib Lontar Fibers, Volume Fraction, Fiber Length and Epoxy Composite Impact Strength.

PENDAHULUAN

Pohon Lontar (Borassus Flabellifer) di Nusa Tenggara Timur merupakan jenis palma yang dikenal sebagai pohon kehidupan bagi masyarakat. Pada tumbuhan ini hampir semua bagian bermanfaat bagi umat manusia, antara lain sebagai bahan pangan, bangunan, perabot rumah tangga dan barang kesenian dan budaya

Jumlah populasi pohon lontar menurut Distanbud NTT (2009) sekitar 10406,409 ha [1]. Sehingga dapat dikatakan bahwa populasi pohon lontar cukup berkembang di propinsi NTT. Akan tetapi hingga saat ini dapat dikatakan bahwa tanaman lontar masih merupakan salah satu jenis flora NTT yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Pengelolahan bagian pohon lontar seperti pelepah lontar, selama ini hanya dimanfaatkan sebagai sampah organik maupun sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah untuk memasak. Dilihat dari pemanfaatan pohon lontar yang masih terbatas, maka sangat baik apabila serat yang ada pada pelepah lontar dijadikan sebagai penguat untuk material komposit.

Komposit merupakan kombinasi antara dua material atau lebih yang berbeda

bentuknya, komposisi kimianya dan tidak saling melarutkan antara materialnya dimana material yang satu berfungsi sebagai penguat dan material lainnya berfungsi sebagai pengikat untuk menjaga kesatuan unsur-unsurnya [2].

Kongkeaw, P, et.al melakukan penelitian menggunakan serat bambu sebagai penguat dan matrik epoksi sebagai pengikat. Hasilnya menunjukan bahwa kekuatan tarik meningkat dengan adanya pertambahan panjang serat 2,4,6,8,10 mm. Kekuatan tarik tertinggi ada pada komposit dengan panjang serat 10 mm [3]. Raghavendra, et.al meneliti tentang pengaruh variasi panjang serat pisang (2,4,6 mm) terhadap kekuatan mekanik komposit. Hasil penelitian menunjukan kekuatan tarik tertinggi ada pada panjang serat 4 mm sebesar 158 Mpa dan kekuatan impak tertinggi 20,3 J/m pada panjang serat 6 mm [4].

Penelitian ini menggunakan serat pelepah lontar dengan memvariasikan fraksi volume serat dan variasi panjang serat. Harapannya dapat mengetahui seberapa besar pengaruh fraksi volume serat dan variasi panjang serat pelepah lontar

(2)

(Borassus Flabellifer) terhadap kekuatan mekaniknya.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen nyata (true experimental research) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi fraksi volume dan panjang serat pelepah lontar (SPL) terhadap kekuatan tarik dan impak komposit bermatrik epoksi.

Pada penelitian variasi volume serat yang digunakan adalah 10% SPL, 30%SPL, 50%SPL dengan variasi panjang SPL yaitu 10mm, 20mm dan 30mm.

Serat sebelum digunakan diberi perlakuan alkali 5% NaOH per 1 liter aquades

dengan uppset time 180 menit. Tujuan adalah untuk membersihkan kotoran pada permukaan serat serta memperbaiki struktur permukaan serat sehingga mampu meningkatkan ikatan interface antara serat dan resin.

Bahan dan Peralatan Penelitian

a. Bahan 1. Matrik

Dalam penelitian ini digunakan matrik epoksi tipe 108 sebagai pengikat

2. Serat (fiber)

Sebagai penguat (natural fiber) adalah serat pelepah lontar (Borassus Flabellifer) 3. Katalis

Katalis yang digunakan adalah katalis

Methyl Ethyl Keton Peroxide (MEKPO) sebesar 1% volume resin dengan bentuk cair berwarna bening.

4. NaOH dan Aquadest

Digunakan untuk proses alkalisasi serat pelepah lontar 5% per 1 liter aquades b. Peralatan Penelitian

1. Alat Cetak

Dibuat dari mika dengan ukuran standard ASTM D6110 untuk spesimen uji impak dan ASTM D638-00 untuk spesimen uji tarik.

2. Timbangan Digital Tipe : 100G/0,01G

3. Mesin Uji Tarik Serat Tunggal

Spesifikasi : Type IMADA Capasity 50-60 N

4. Mesin Uji Tarik

Spesifikasi : Type Gotech Testing Machine, Capasity 5000 kg ± 10000 kg 5. Mesin Uji Impak

Spesifikasi : Charpy Pendulum Impact Testing Machine, impact Velocity 2,9 m/s, Rising angle 1500.

Pembuatan Spesimen

Pembuatan specimen dicetak sesuai dengan standar Uji Tarik ASTM D639-00 [5] dan standar Uji Impak ASTM D6110 [6]. Pencetakan menggunakan metode hand lay up.

Gambar 1. Material Uji Tarik ASTM D639-00

Gambar 2. Material Uji Impak ASTM D6110 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kekuatan Tarik Serat Dan Matrik

Berdasarkan data hasil pengujian kekuatan tarik serat pelepah lontar dan kekuatan tarik matrik pada tabel 1. maka kita dapat mengetahui kekuatan tarik komposit secara teoritis seperti pada Gambar 3.

Tabel 1. Data Kekuatan Tarik Serat Pelepah Lontar Dan Matrik (Epoksi)

Sifat Serat Pelepah Lontar Matrik (Epoksi) Kekuatan Tarik (Mpa) 548,14 21,869 Dari Gambar 3, diketahui kekuatan tarik komposit teoritis meningkat seiring dengan

(3)

adanya pertambahan volume serat. Kekuatan tarik tertinggi yaitu 285,005 Mpa. Secara teoritis dapat dianalisa penyebab meningkatnya kekuatan tarik komposit adalah karena adanya pertambahan serat sebagai penguat di dalam komposit. Sedangkan kekuatan tarik sebenarnya (actual) nilai kekuatan tarik kompositnya lebih rendah dibandingkan kekuatan tarik teoritis. Penyebab rendahnya nilai kekuatan tarik sebenarnya (actual) dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya, fiber pull out, void, campuran katalis serta orientasi serat yang tidak merata pada seluruh bagian komposi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4 kekuatan tarik komposit (actual)

Gambar 3. Hubungan Kekuatan Tarik Komposit Vs Fraksi Volume Serat Pelepah Lontar (Teoritis)

Gambar 4. Hubungan Rata-Rata Kekuatan Tarik Komposit Vs Fraksi Volume Serat Pelepah Lontar (SPL).

Berdasarkan hasil pengujian kekuatan tarik pada gambar 4. Kekuatan tarik rata-rata komposit tertinggi untuk panjang serat 10 mm, 20 mm, 30 mm yaitu 23,034 Mpa untuk fraksi volume 50% SPL, 27,245 Mpa untuk fraksi volume 50% SPL dan 31,607 Mpa untuk fraksi volume 10% SPL. Sedangkan rata-rata kekuatan tarik komposit terendah untuk panjang serat 10 mm, 20 mm, 30 mm yaitu 16,916 Mpa untuk fraksi volume serat 30% SPL, 16,855 Mpa untuk fraksi volume 10% SPL dan 25,714 Mpa untuk fraksi volume 50% SPL.

Gambar 5. Hubungan Rata-Rata Regangan Tarik Komposit Vs Fraksi Volume Serat Pelepah Lontar (SPL).

Gambar 6. Hubungan Rata-Rata Modulus Elastisitas Komposit Vs Fraksi Volume Serat Pelepah Lontar (SPL).

Dari gambar 5, diketahui bahwa regangan tarik komposit tertinggi untuk panjang serat 10 mm, 20 mm, 30 mm yaitu 0,115 untuk fraksi volume 50% SPL, 0,121

21.869 74.496 179.751 285.005 0 50 100 150 200 250 300 epoksi 10%SPL 30%SPL 50%SPL Kek u a ta n T a rik ( M P a ) Fraksi Volume Teoritis 21.869 22.472 16.916 23.034 21.869 16.855 25.421 27.245 21.869 31.607 26.796 25.714 0 5 10 15 20 25 30 35 epoksi 10%SPL 30%SPL 50%SPL Kek u a ta n T a rik ( M p a ) Fraksi Volume 10 mm 20 mm 30 mm 0.054 0.084 0.114 0.115 0.054 0.067 0.121 0.117 0.054 0.091 0.112 0.107 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 epoksi 10%SPL30%SPL50%SPL Reg a n g a n T a rik ( m m /m m ) Fraksi Volume 10 mm 20 mm 30 mm 404.975 267.527 148.395 199.716 404.975 250.327 209.516232.198 404.975 346.071 239.251 239.571 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 epoksi 10%SPL 30%SPL 50%SPL M o d u lu s E la s tis it a s ( M p a ) Fraksi Volume 10 mm 20 mm 30 mm

(4)

untuk fraksi volume 30% SPL dan 0,112 untuk fraksi volume 30% SPL. Sedangkan regangan tarik komposit terendah untuk panjang serat 10 mm, 20 mm, 30 mm yaitu 0,084 untuk fraksi volume serat 10% SPL, 0,067 untuk fraksi volume 10% SPL dan 0,091 untuk fraksi volume 10% SPL.

Dari gambar 6, diketahui bahwa nilai modulus elastisitas komposit tertinggi untuk panjang serat 10 mm, 20 mm, 30 mm yaitu 267,527 Mpa untuk fraksi volume 10% SPL, 250,327 Mpa untuk fraksi volume 10% SPL dan 346,071 Mpa untuk fraksi volume 10% SPL. Sedangkan modulus elastisitas komposit terendah untuk panjang serat 10 mm, 20 mm, 30 mm yaitu 148,395 Mpa untuk fraksi volume serat 30% SPL, 209,516 Mpa untuk fraksi volume 30% SPL dan 239,251 Mpa untuk fraksi volume 30% SPL.

Kekuatan Impak Komposit

Berdasarkan pengujian dan pengolahan data hasil kekuatan impak, maka dibuatlah grafik Energi Serap (gambar 7) dan Kekuatan impak komposit (gambar 8) seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 7. Hubungan Rata-rata Energi Serap Vs Fraksi Volume Serat Pelepah Lontar

Dari gambar 7 dan 8, diketahui energi serap dan kekuatan impak komposit meningkat seiring dengan bertambahnya fraksi volume serat dan panjang serat. Energi serap maksimun ada pada komposit dengan fraksi volume 50% SPL dengan panjang serat 30 mm sebesar 2,153 J, sedangkan energi serap terendah adalah 0,1527 J pada epoksi (matrik). Sedangkan pada gambar grafik 10,

kekuatan impak tertinggi ada pada fraksi volume 50% SPL dengan panjang serat 30 mm sebesar 0,0163 J/mm2, sedangkan

kekuatan impak terendah adalah 0,00116 J/mm2 pada epoksi (matrik).

Gambar 8. Hubungan Rata-rata Kekuatan Impak Komposit Vs Fraksi Volume Serat Pelepah Lontar

Analisa Foto Makro Patahan Komposit

a. Material Komposit Uji Tarik

Gambar 9. Komposit (panjang serat 10 mm)

Gambar 10. Komposit (panjang serat 20 mm)

0.1527 0.283 0.695 1.021 0.1527 0.505 1.1 1.161 0.1527 0.558 1.612 2.153 0 0.5 1 1.5 2 2.5 epoksi 10%SPL 30%SPL 50%SPL E n e rg i S e ra p ( J ) Fraksi Volume 10 mm 20 mm 30 mm 0.001160.00214 0.00527 0.00774 0.00116 0.00383 0.008160.0089 0.00116 0.00423 0.0121 0.0163 0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0.016 0.018 Kek u a ta n I m p a k ( J /m m ²) Fraksi Volume 10 mm 20 mm 30 mm 10 mm 10 mm 10 mm 10 mm

(5)

Gambar 11. Komposit (panjang serat 30 mm) b. Material Komposit Uji Impak

Gambar 12. Komposit (panjang serat 10 mm) .

Gambar 13. Komposit (panjang serat 20 mm)

Gambar 14. Komposit (panjang serat 30 mm) Berdasarkan hasil foto makro pada material komposit uji tarik dan impak, maka diketahui pola patahan komposit cenderung mengalami patah getas (brittle), hal tersebut terlihat pada permukaan penampang patahan yang kelihatan mengkilap seperti bercahaya. Hal ini menandakan patahan yang terjadi adalah patah getas atau brittle dengan cenderung mengalami mekanisme fiber pull

out.

KESIMPULAN

1. Rata-rata kekuatan tarik tertinggi ada pada komposit dengan fraksi volume 10% SPL dengan panjang serat 30 mm yaitu 31,607 Mpa. Sedangkan kekuatan tarik terendah ada pada komposit dengan fraksi volume 10% SPL dengan panjang serat 20 mm yaitu 16,855 Mpa. 2. Rata-rata kekuatan impak tertinggi ada

pada komposit dengan fraksi volume 50% SPL dengan panjang serat 30 mm yaitu 0.0163 J/mm2 . Sedangkan

kekuatan impak terendah ada pada komposit dengan fraksi volume 10% SPL dengan panjang serat 10 mm yaitu 0.00214 J/mm2.

3. Pola patahan komposit impak maupun tarik dengan variasi volume 10% SPL, 30% SPL, 50% SPL dengan variasi panjang serat 10 mm, 20 mm dan 30 mm, cenderung mengalami patah getas (brittle) dan mekanisme fiber pull out. DAFTAR PUSTAKA

[1] Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementrian Kehutanan, 2010. Lontar (Borassus Flabellifer)

Sebagai Sumber Energi Bioetanol

Potensial.

[2] Gibson, R.F.1994. Principle of

Composite Material Mechanics.

Departement of Mechanical Engineering Wayne State University Detroit, Michigan.

[3] Kongkeaw.P, Nuapeng.W,

Thamajaree.W, The Effect of Fiber Length on Tensile Properties of Epoxy Resin Composites Reinforced By The

Fibers of Bamboo (Thyrsostachys

Siamensis Gamble). Journal of the

Microscopy Society of Thailand 4 (1), 46-48 2011.

[4] S. Raghavendra, P. Balachandrashetty, P.G Makunda, K.G Sathyanarayana (2012), The Effect Of Fiber Length on Tensile Properties Of Epoxy Resin Composite Reinforced By Fiber Of

Banana. (IJERT). ISSN: 2278-0181

Vol.1. 10 mm 5 mm 10 mm 10 mm 10 mm 10 mm 10 mm 10 mm

(6)

[5] ASTM, D6110, Standard Test Method for Determining the Izod Pendulum

Impact Resistance of Plastics.

Philadelphia, PA: American Society for Testing and Materials.

[6] ASTM, D638-00, Standard Test Method for Tensile Properties of Plastic. Philadelphia, PA: American Society For Testing and Materials.

Gambar

Gambar 1. Material Uji Tarik ASTM D639-00
Gambar    6.  Hubungan  Rata-Rata  Modulus  Elastisitas  Komposit  Vs  Fraksi  Volume  Serat  Pelepah Lontar (SPL)
Gambar  8.  Hubungan  Rata-rata  Kekuatan  Impak  Komposit  Vs  Fraksi  Volume  Serat  Pelepah Lontar
Gambar 12. Komposit (panjang serat 10 mm)  .

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari penelitin terdahulu yang membuktikan adanya pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham yang dibuktikan dari penelitian Robianto Simbolon 2013 dengan judul

'LWLQMDX GDUL WLDS GLPHQVL \DQJ GLWHOLWL SDGD UHVWRUDQ :DURHQJ %DPERH PHQXQMXNNDQ EDKZD GLPHQVL DPELHQW FRQGLWLRQV PHPLOLNL UDWD UDWD WHUWLQJJL GHQJDQ SHUQ\DWDDQ WHUWLQJJL

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak pada teknik sampling yaitu menggunakan teknik convenience sampling yang berarti mengambil sampel dari

Untuk mewujudkan visi ini, Pusdiklat BPS telah merumuskan 4 penyataan misi yaitu : (1) Mengembangkan dan menyempurnakan sistem, kurikulum, silabi, modul

Kondisi ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Daru, et al., (2014), yang menyatakan bahwa keberadaan ternak di perkebunan kelapa sawit memberikan

Puji syukur kepada Allah SWT yang memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ Pengaruh Pertumbuhan

Talak sharih yaitu talak yang diucapkan dengan jelas, sehingga karena jelasnya, ucapan tersebut tidak dapat diartikan lain, kecuali perpisahan atau perceraian,

Pajak Penghasilan (PPh) 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap