• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM KOMEDI SITUASI TUKANG OJEK PENGKOLAN (Eps. 9)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM KOMEDI SITUASI TUKANG OJEK PENGKOLAN (Eps. 9)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Diterima 15 Februari 2017; Revisi 05 Maret 2017; Disetujui 15 Maret, 2017

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM KOMEDI SITUASI

TUKANG OJEK PENGKOLAN

(Eps. 9)

Prapti Wigati Purwaningrum ABA BSI Jakarta e-mail : Prapti.pwp@bsi.ac.id

Abstrak

Saat ini komedi situasi menjadi salah satu acara yang cukup ditunggu pemirsa. Salah satunya adalah TOP atau Tukang Ojek Pengkolan yang tayang di RCTI. Komedi situasi ini mengisahkan tentang kesederhanaan hidup dan kisah cinta para tukang ojek Pengkolan yang tidak hanya sekedar menghibur tetapi juga memberikan pesan moral bagi penikmatnya. Alasan penulis memilih TOP sebagai sumber data dalam tulisan ini karena jalan ceritanya ringan, mudah untuk dipahami dan yang terpenting banyak ditemukan implikatur. Penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana dan untuk apa implikatur digunakan oleh para pemain dalam sitkom tersebut. Sumber data yang digunakan berupa skrip dialog Tukang Ojek Pengkolan (TOP) eps. 9. Teori yang digunakan antara lain, teori Tindak Tutur dari Searl, teori Implikatur dari Grice, dan dari Sperber&Wilson yang mengemukakan teori Relevenasi. Simpulan dari tulisan ini adalah penulis menemukan beberapa implikatur yang dituturkan oleh para pemain dalam komedi situasi Tukang Ojek Pengkolan dengan maksud memerintah, memberi nasehat, meminta, memberi saran, mengeluh, dan memuji. Para pemain dalam sitkom Tukang Ojek Pengkolan memilih menggunakan implikatur untuk menyampaikan maksud tuturannya, hal ini bertujuan untuk menjaga muka atau meminimalkan keterancaman muka mitra tutur (FTA). Keywords: Pragmatik, Tindak tutur, Implikatur, Tukang Ojek Pengkolan (TOP) eps.9

1. Pendahuluan

Saat ini komedi situasi menjadi tayangan televisi yang cukup diperhitungkan dalam merebut perhatian pemirsanya. Masyarakat yang sudah cukup jenuh dengan berbagai berita politik yang cukup menguras pikiran, sinetron yang tidak sedikit menyita emosi penonton, maka dengan munculnya situasi komedi menjadi tontonan yang cukup menyegarkan. Alur cerita yang ringan, kepolosan dari masing masing karakter sehingga membawa cerita mudah dipahami. Tukang ojek pengkolan menjadi salah satu sitkom yang cukup memikat hati pemirsa saat ini.

Tukang ojek pengkolan yang tayang di RCTI setiap sore dengan durasi 1,5 jam, memberikan angin segar bagi pemirsa. Sitkom ini mengisahkan tentang kehidupan tukang ojek dengan segala suka dukanya. Bagaimana mereka bersaing dalam memperoleh penumpang, bagaimana kisah cinta mereka, dan tidak lupa bagaimana mereka menyikapi segala kejadian yang ada disekitar mereka.

Dalam mengisahkan setiap alur ceritanya tidak lepas dari tuturan yang dituturkan oleh setiap pemain. Ada tuturan yang maksud dituturkan secara langsung, tetapi tidak jarang juga pada beberapa ujaran yang banyak mengisyaratkan maksud lain. Hal inilah yang terkadang memancing tawa bagi pemirsa, karena terdengar seolah percakapan mereka tidak nyambung satu sama lain. Meskipun demikian maksud pesan dalam cerita ini dapat dengan mudah dipahami oleh pemirsa. Dengan demikian banyak sekali pelanggaran maksim yang terjadi hampir dalam setiap percakapan. situasi ini memunculkan adanya implikatur dalam beberapa ujaran dalam sitkom ini. Implikatur adalah makna dari balik sebuah ujaran, implikatur muncul karena adanya pelanggaran maksim (Grice, 1975). Maksud dari sebuah tuturan terkadang tidak dituturkan melainkan hanya tersirat, sehingga memerlukan pemahaman lebih untuk dapat memperoleh makna yang sebenarnya. Dengan latar belakang di atas, penulis ingin fokus pada implikatur yang ada pada beberapa ujaran dan dikaitkan

(2)

KNiST, 30 Maret 2017 516 dengan teori relevansi, dengan demikian

penulis ingin mengetahui maksud dari masing-masing implikatur yang muncul dalam percakapan para tokoh dalam sitkom tukang ojek pengkolan. (Sperber & Wilson, 1995) mengemukakan bahwa dalam sebuah percakapan hanya dibutuhkan tuturan yang relevan agar komunikasi berjalan dengan lancer. Dalam teori ini tuturan dari penutur dianggap relevan jika terdapat efek kontekstual yaitu dengan adanya informasi baru berkaitan dengan informasi lama sehingga ujaran penutur dapat diterima oleh petutur. berikut beberapa teori yang akan mendukung dalam penulisan ini.

Aspek tutur meliputi penutur, lawan tutur, tujuan tutur, tuturan sebagai produk tindak verbal. Terkait dengan aspek tutur penutur dan lawan tutur ditegaskan bahwa lawan tutur atau petutur adalah orang yang menjadi sasaran tuturan dari penutur (Leech, 1991).

(Searl, 1979) mengklasifikan tindak tutur menjadi 5:

1. Assertive yaitu bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. meliputi ungkapan stating menyatakan suggesting menyarankan, swear bersumpah.

2. Commisive yaitu bentuk tuturan untuk menyatakan janji atau penawaran. meliputi ungkapan promising berjanji, vowing bersumpah, threatening mengancam, offering menawarkan 3. Expressive yaitu bentuk tuturan untuk

menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. meliputi ungkapan thanking berterimakasih, congratulating mengucapkan selamat, welcoming menyambut, complaining mengeluh, Praising (memuji).

4. Directive yaitu bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturannya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan. meliputi ungkapan commanding memerintah, requesting memohon, advising menasehati ordering memesan, recommending merekomendasikan. 5. Declarative yaitu bentuk tuturan yang

menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan. meliputi ungkapan declaring menyatakan, dismissing memecat, naming menamakan,

baptising membaptis, marrying menikahkan, sentencing menghukum. Dalam keseharian, ada kalanya penutur dalam mengungkapkan sesuatu secara langsung (TTL), namun tidak jarang juga penutur lebih memilih mengungkapkan sesuatu dengan tindak tutur tidak langsung (TTTL). Tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur yang dilaksanakan dengan menggunakan bentuk tindak tutur yang lain (Searl, 1979). Misalnya, ujaran “tutup pintu itu” dan “dapatkah anda menutup pintu itu?” kedua ujaran tersebut sama-sama memiliki maksud menyuruh seseorang menutup pintu. TTTL digunakan untuk menjaga muka, memberikan pesan secara tersirat yang sering dikenal dengan implikatur. (Grice, 1975) berpendapat bahwa agar percakapan dapat berjalan secara efisien, tidak membuang-buang waktu dan tenaga maka penutur harus mematuhi Prinsip Kerja Sama (PKS), yang dikenal dengan 4 bidal:

1. Bidal kuantitas, buatlah percakapan seinformatif mungkin sesuai yang diperlukan dan jangan melebih-lebihkan informasi yang diperlukan. 2. Bidal kualitas, jangan katakana apa

yang menurut anda tidak benar dan jangan katakana sesuatu yang tidak ada bukti.

3. Bidal relasi, berikan ujaran yang relevan atau nyambung

4. Bidal cara, hindari ambiguitas, ungkapkan secara singkat, dan runtut.

(Grice, 1975) membedakan dua macam implikatur atau makna tersirat itu, Keduanya adalah implikatur konvensional dan implikatur non-konvensional atau implikatur percakapan.

Contoh:

1. Implikatur konvensional “Bahkan Bapak Dekan menghadiri ulang tahun saya” Implikatur konvensional ujaran tersebut adalah bahwa bapak dekan biasanya tidak menghadiri ulang tahun saya. 2. Implikatur non-konvensional atau

implikatur percakapan

A : Maukah anda menghadiri acara selamatan ulang tahun saya? B : Saya kebetulan ke Amerika

selama sebulan dan berangkat besok

Yang tersirat dari jawaban tersebut jawaban tidak. Namun jawaban ini tidak diberikan secara terus terang. Jika seseorang pergi ke luar negeri, ia tidak

(3)

KNiST, 30 Maret 2017 517 berada di Jakarta maka ia tidak dapat

menghadiri selamatan yang dimaksudkan. Dalam keseharian, ternyata tidak semua tuturan atau jawaban dari sebuah pertanyaan diujarkan dengan mematuhi PKS, hal ini dikarenakan perlu menjaga hubungan social. Ketidakpatuhan kita kepada PKS Grice karena perlu menjaga muka. Dengan adanya pelanggaran bidal maka penutur mengemas tuturanya dalam tuturan tidak langsung atau tersirat, dalam pragmatik dikenal dengan istilah implikatur. Penggunaan implikatur atau penuturan tuturan secara tidak langsung memiliki motivasi agar dapat mengurangi dampak daya ujarannya. Hal ini tejadi bila ujaran berpotensi mengancam muka penutur maupun petutur. Tindak tutur yang mengancam muka disebut Face-threatening act (FTA), untuk mengurangi keterancaman muka maka penutur dan petutur akan melakukan tindak perlindungan muka face-saving act.

Dengan demikian untuk menyelamatkan muka penutur dan petutur atau meminimalkan FTA, maka setiap ujaran harus sangat diperhatikan isi dan juga cara menyampaikannya. Banyak penutur memilih untuk menuturkan tuturannya dengan cara tidak langsung atau samar, namun tidak jarang juga penutur langsung mengutarakan maksud tuturannya.

(Sperber & Wilson, 1995) mencoba mengevaluasi 3 bidal atau maksim dari Grice. Yang telah melanggar bidal kualitatif, kuantitatif, dan cara tetapi tetap berhasil karena adanya relevansi.

Teori relevansi dikenal juga dengan prinsip relevansi, prinsip ini berisi jaminan penutur sehingga dapat disimpulkan bahwa:

1. Setiap ujaran mengandung jaminan relevansi penutur yang bonafide menjamin itu.

2. Tugas petutur memahami ujaran penutur dengan mencari relevansinya, untuk itu petutur memperhitungkan konteks (karena kemampuan kognitif setiap orang berbeda)

3. Dalam sebuah percakapan dengan adanya ujaran dalam sebuah situasi munculah sebuah meaning in interaction.

Penelitian terdahulu yang relevan dengan tulisan ini membahas mengenai presupposisi dan implikatur. (Dewi, 2008) menyimpulkan bahwa presuposisi dan implikatur merupakan 2 hal yang sangat penting dalam keberhasilan sebuah

komunikasi. jika penutur dan petutur saling memamahi presuposisi, implikatur, prinsip kerja sama, maka hal ini akan dapat meminimalkan kesalahpahaman dalam sebuah komunikasi. penelitian yang relevan berikutnya adalah tentang prinsip kerjasama yang dilakukan dalam sebuah komunikasi yang sesuai konteksnya. (Herawati, 2013) Hal ini tetap saja harus dilakukan sesuai dengan budaya, norma, nilai dan identitas yang ada.

Dalam tulisan ini penulis hanya fokus pada implikatur yang muncul serta mencari tahu maksudnya penutur menggunakan implikatur sebagai pilihan dalam menyampaikan pesab. Dalam tuturan para pemain sitkom Tukang Ojek Pengkolan 2. Metode Penelitian

Data percakapan dalam sitkom Tukang Ojek Pengkolan dipilih sebagai objek kajian. Alur cerita tersebut sangat mudah dipahami dan ringan untuk dinikmati, selain itu dalam percakapan tersebut banyak ditemukan berbagai implikatur. Oleh karena itu penulis memilih percakapan dalam sitkom tersebut sebagai sumber data. Dari skrip percakapan yang ada dalam sitkom tersebut, penulis mengelompokan terlebih dahulu tuturan yang mengandung implikatur. Setelah data terkumpul semua lalu dikelompokan masing-masing berdasarkan maksud dari implikatur tersebut, setelah itu dideskripsikan berdasarkan situasi saat tuturan tersebut terjadi.

3. Pembahasan

Disini penulis akan membahas implikatur percakapan yang ada dalam tiap dialog dari para pemain sitkom tukang ojek pengkolan, lalu mencoba menggali makna atau tujuan dari tiap implikatur yang muncul dari percakapan antar pemain.

1. Implikatur dengan maksud memerintah commanding.

Data 1 (jalanan depan rumah ojak) Di halaman, ojak menyela motor yang tak mau hidup.

Emak : lakilu kagak ngojek? Tati : itu udah mau jalan

Emak : kalau siang mulu jalannya, kapan dapat duitnya, keburu dipatok ayam!

Tati : emang ayam mana yang suka matok duit, mak?

(4)

KNiST, 30 Maret 2017 518 Emak tampak kesal, tati bingung sementara

ojak masih sibuk menyela motor.

Dalam percakapan antara emak dan tati, terjadi saat emak berkunjung ke kontrakan tati. Hari sudah beranjak siang, namun ojak masih terlihat di rumah dan masih sibuk menyela motornya. Maka dengan nada kesal emak berujar “lakilu kagak ngojek?” dengan ujaran ini emak mengira kalau hari itu ojak tidak kerja, karena saat emak datang ojak masih di rumah yang sibuk dengan motornya. Implikatur yang dihasilkan adalah emak mengira ojak tidak kerja, kondisi tersebut diperoleh berdasarkan pengetahuan jika orang berangkat kerja umumnya dipagi hari, jadi jika emak datang ke kontrakan pada siang hari seharusnya emak tidak akan bertemu ojak. Ujaran tersebut masih relevan dengan situasi saat percakapan berlangsung yaitu siang hari.

Implikatur juga muncul pada ujaran emak yang kedua, “kalo siang mulu jalannya, kapan dapat duitnya, keburu kepatok ayam” kondisi tersebut diperoleh berdasarkan pengetahuan bahwa pada umumnya berangkat kerja di pagi hari, selain itu ada sebuah kep ercayaan di masyarakat yang cukup diyakini oleh sebagian orang jika bangun atau berangkat kerja di siang hari maka rizki akan menjauh darinya dikenal dengan istilah dipatok ayam. Pada ujaran kedua ini mengandung implikatur dengan maksud memerintah yang dilakukan oleh emak kepada ojak melalui tati yaitu untuk lebih giat bekerja. Implikatur dengan maksud memerintah terdapat juga dalam ujaran pada data 2, 12, 21, 27

2. Implikatur dengan maksud memohon requesting

Data 9

Babe : assalamualaikum!

Emak : wa’alaikumsalam, mau kemana be?

Babe : kesini!

Emak : ada perlu apa be?

Babe : tadi pas gue mau ngopi, anak gua si empat udah jalan aja. Emak : jadi babe mau ngopi disini? Babe : kagak, tadi gua mau cerita,

bukan mau minat kopi sama elu.

Emak : oh, jadi kagak mau ngopi disini?

Babe : la mau!

Dalam percakapan antara babe dan emak di teras rumah emak, ujaran babe “tadi pas gua mau ngopi, eh anak gua si empat udah

jalan aja”. Ujaran ini merupakan jawaban babe atas pertanyaan emak yang bertanya “ada perlu apa be?” pernyataan yang diujarkan oleh babe merupakan jawaban sekaligus ada hal yang ingin dimohon babe dari emak. implikatur ini muncul didasarkan pada pengetahuan babe tentang di rumah emak pasti ada air panas, kopi, dan gula karena pada umumnya ibu-ibu seperti emak sangat telaten untuk selalu menyediakan keperluan dapurnya. tuturan yang dituturkan oleh babe berimplikasi bahwa babe memohon agar diijinkan untuk menumpang minum kopi di rumah emak. Dengan demikian, ujaran babe relevan dengan situasi saat percakapan berlangsung yaitu di rumah emak.

Ujaran babe “tadi pas gua mau ngopi, eh anak gua si empat udah jalan aja”. Memiliki maksud implikatur memohon dengan tujuan agar mitra tuturnya yaitu emak dapat betindak sesuai dengan maksud yang terimplikasi di dalam tuturan. tuturan memohon yang dituturkan oleh babe melalui berita yaitu “tadi pas gua mau ngopi, eh anak gua si empat udah jalan aja”. pada tuturan Sesuai konteks dan situasi tuturan penutur memohon agar mitra memperbolehkan babe menumpang ngopi dan sekaligus emak mau membuatkannya kopi. Maksud implikatur yang sama yaitu memohon juga ditemukan dalam data 3 3. Implikatur dengan maksud

menyarankan suggesting Data 20

Tisna berhenti saat melihat ada motor terparkir di teras dengan tulisan “DIJUAL” tisna turun mendekati ujang yang sedang mengelap motor itu. Tisna : maaf, harganya berapa? Ujang : 5 juta.

Tisna : mahal ya?

Ujang : kalau mau murah beli sepeda aja.

Dalam percakapan antara tisna dan ujang di atas, implikatur yang dihasilkan adalah ujang kesal atas respon yang diberikan oleh tisna saat tisna menanyakan tentang harga motor yang dia jual, hal ini diperoleh berdasarkan pengetahuan ujang tentang harga motor baru diatas kisaran 12 juta, sedangkan untuk harga seken paling tidak diatas kisaran 7-8 juta, sementara dia akan menjual motor sekennya dengan harga 5 juta sudah termasuk murah. Namun diluar dugaan ternyata tisna masih menganggap 5 juta masih mahal. Dengan demikian tuturan ujang “kalau mau murah beli

(5)

KNiST, 30 Maret 2017 519 sepeda aja” tuturan ini berimplikasi bahwa

jika ingin murah tisna lebih baik membeli sepeda yang sudah pasti harganya jauh lebih murah atau dibawah 5 juta.

Pada tuturan ujang tampak penutur menggunakan tuturan asertif menyarankan kepada tisna sebagai calon pembeli yang sedang keberatan dengan harga 5 juta, tuturan ujang berimplikasi menyarankan bahwa jika ingin harga yang lebih murah lebih baik tisna membeli sepeda yang sudah pasti harganya jauh lebih murah yaitu dibawah 5 juta. Maksud implikatur menyarankan ini juga terdapat dalam tuturan pada data 4 dan 12.

4. Implikatur dengan maksud menasehati advising

Data 14

Tisna : jak, nanti kalau ada penumpang, buat saya yah. Ojak : ya, siapa cepat dia dapat dong. Tisna : gentian dong, saya juga kan punya istri yang harus saya nafkahin. Kalau nggak, nanti saya sama istri saya cerai beneran.

Ojak : tis, kalau menurut gua sih, lu cari yang lain aja.

Tisna : tapi saya masih cinta sama istri saya.

Dalam percakapan antara ojak dan tisna di atas, implikatur yang dihasilkan adalah ojak berusaha memahami sesuatu tentang apa yang sedang dirisaukan oleh tisna. Dalam bagian cerita tersebut hubungan antara tisna dan istri sudah tidak harmonis, hal ini disebabkan oleh keterbatasan tisna dalam memberi nafkan pada istri dan belum adanya momongan. Tisna meminta jatah narik penumpang ojak untuk diberikan padanya, namun ojak menolaknya. Tisna merespon penolakan ojak dengan bertutur, “kalo nggak, nanti saya sama istri saya cerai beneran” mendengar ujaran tisna, Ojak dengan sangat hati-hati bertutur “Tis, kalo menurut gua sih, lu cari yang lain aja.” Tuturan ini berimplikasi bahwa daripada tisna selalu merasa resah tentang hubungan dengan istrinya yang sudah kurang harmonis, Ojak dengan nada sangat berhati-hati menasehati dengan bertutur “kalau menurut gua sih, Lu cari Yang Lain aja.” Tuturan ini berimplikasi mensehati Tisna bahwa jika tisna sudah tidak nyaman dan selalu risau, maka lebih baik dia segera ambil keputusan untuk bercerai dan segera mencari pengganti.

Pada tuturan Ojak, penutur menggunakan tuturan “ kalau menurut gua sih, lu cari yang lain aja.” Agar tisna segera bercerai dan segera mencari istri baru. Maksud implikatur mengungkapkan pendapat juga terdapat dalam tuturan pada data 5, 6, 15, 17, 24, 25

5. Implikatur dengan maksud mengeluh complaining

Data 8

Tisna duduk, kemudian ojak datang dari arah kampung dengan wajah kesal lalu memarkirkan motornya.

Ojak : gua kesel sama mertua gua tis. Tisna : saya nggak

Ojak : heh, kalo jawab yang bener, Tisna : emang saya nggak kesel sama

mertua kamu!

Dalam percakapan antara Ojak dan tisna di pangkalan ojek, implikatur yang dihasilkan adalah ojak merasa tidak nyaman dengan satu kondisi tertentu, dalam hal ini terhadap sikap dan kata-kata mertuanya yang selalu menyalahkannya. Ojak memanggil mertua dengan sebutan emak, diceritakan dari awal bahwa emak tidak begitu menyukai ojak sebagai menantunya, hal ini disebabkan oleh pekerjaannya sebagai tukang ojek dengan penghasilan pas-pasan. Dengan demikian dimata emak, ojak belum bisa membahagiakan istrinya, sehingga apa yang dilakukan oleh ojak selalu salah di mata emak. Tidak jarang ojak sering membawa kekesalan dan berkeluh kesah di pangkalan ojek. Pada suatu pagi di pangkalan ojek, ojak bertutur pada tisna “gue kesel sama mertua gua Tis.” Ungkapan ini berimplikasi bahwa ojak ingin meluapkan rasa ketidaknyamanannya pada tisna. Ojak bertutur pada tisna kalau dia kesal pada mertuanya. Ojak merasa tidak nyaman atas keadaannya. Namun keluhannya tersebut tidak terlalu memberikan perubahan bahkan solusi tentang apa yang harus dia lakukan, karena tisna hanya menjawab “saya engga” tuturan ini diungkapan oleh tisna dengan kepolosannya bahwa meskipun ojak bertutur jika dia kesal pada mertuanya, tidak demikian dengan tisna.

tuturan yang dituturkan oleh ojak mengandung implikatur yang memiliki maksud mengeluh. melalui tuturan ini “gue kesel sama mertua gua Tis.” Ojak berusaha menyampaikan rasa ketidaknyamanannya tentang sebuah kondisi, yaitu atas sikap dan perkataan emak padanya. Tisna sebagai teman satu profesi yaitu sebagai

(6)

KNiST, 30 Maret 2017 520 tukang ojek maka ojak menumpahkan

keluhannya pada tisna. Implikatur dengan maksud mengeluh juga terdapat pada data 7, 11, 13, 19, 22, 23, 26

6. Implikatur dengan maksud memuji Praising

Data 16

Tisna dan Pur duduk di pos Tisna : Pur, ani cantik ya.

Pur : maksud lu apa? Elu mau nyalip ditikungan?

Tisna : nggak, takut kepleset.

Dalam percakapan di atas, tisna berusaha meluapkan rasa kagumnya terhadap sosok cantik yang baru saja dibonceng pur. Ani adalah salah warga yang tinggal di rawa bebek, dia tinggal dikontrakan babe Naim. Banyak lelaki yang berusaha memikat hati ani, salah satunya Pur, tukang ojek yang menjadi langganan ani. Tidak terkecuali Tisna, dia bertutur “Pur, ani cantik ya.” Melalui tuturan ini memunculkan implikatur bahwa tisna sangat kagum terhadapa paras cantik yang dimiliki Ani. implikatur ini diperoleh berdasarkan pengetahuan Tisna bahwa sosok wanita cantik adalah tinggi, berkulit cerah, berambut panjang dan Ani memiliki criteria itu semua. dengan demikian sangat relevan saat Ani lewat Tisna bertutur “Pur, Ani cantik ya”. implikatur lain ditemukan kembali dalam tuturan Tisna “nggak, takut kepeleset” saat ditanya Pur “maksud lu apa? Elu mau nyalip ditikungan?” jawaban Tisna mengimplikasikan bahwa dia cukup tau diri untuk tidak ingin mendapatkan Ani, karena perbedaan yang sangat jauh, dan Tisna tidak ingin terpeleset yang berarti kecewa. implikatur yang ada dibalik tuturan Tisna “Ani, cantik ya” memiliki arti hanya sebagai pujian atas kecantikan Ani yang Layaknya dilakukan oleh lelaki normal, yang melihat wanita seperti Ani. Dari tuturan tersebut menyiratkan bahwa Tisna murni hanya mengagumi Ani, dengan menuturkan pujian, tidak ada rasa suka yang berlebih apalagi ingin memiliki Ani, dengan tuturan “takut kepleset” berimplikasi dia takut kecewa, berharap terlalu tinggi. Implikatur dengan maksud memuji juga terdapat pada data 18.

4. Simpulan

Berdasarkan analisa di atas penulis memperoleh beberapa simpulan, yaitu 27 data yang mengandung implikatur. pada umumnya implikatur terjadi dalam tuturan yang dituturkan oleh para tokoh dalam

situasi komedi dengan maksud untuk memerintah, memohon, memberi saran, menasehati, meluapkan ketidaknyamanan, serta memuji. untuk maksud memerintah terdapat 5 tuturan, 2 data untuk implikatur dengan maksud memohon, 3 tuturan merupakan implikatur dengan maksud menyarankan, implikatur dengan maksud menasehati ada 7 tuturan, implikatur dengan maksud mengeluh merupakan data yang paling banyak ditemukan dalam sitkom ini yaitu sebanyak 8 tuturan, dan 2 tuturan yang terakhir memiliki maksud memuji.

Referensi

Dewi, Indra, Ienneke. (2008). Presuppositions and Implicatures in Comic Strips. LINGUA CULTURA, 12-24.

Grice, H.P.1975. “Logic and Conversation”. Syntax and Semantics, Speech Act, 3 New York: Academic Press, 45-47.

Herawati, Agnes. (2013). The Cooperative Principle: Is Grice’s Theory Suitable to Indonesian Language Center?. LINGUA CULTURA,43-48

Searl, john, Ferenc kiefer dan Manfred Bierwisch (Eds). 1979. Speech Act Theory and Pragmatics. Dondrecht, Holland: D.Reidel Publishing Company, 60-67.

Sperber, D dan Wilson, D. (1986/1995). A Relevance.Communication and Cognition. Cambridge: Cambridge University Press, 50 dan 158.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah penulis melakukan penelitian baik secara langsung dengan observasi, maupun hasil analisis data dari angket yang di sebar mengenai pelaksanaan tertib

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, lebih sepesifik mengatur hak-hak bidan, namun sayangnya bentuk peraturan ini hanya peraturan

Rencana Aksi Daerah Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan selanjutnya disingkat dengan RAD AMPL adalah dokumen operasionalisasi kebijakan daerah jangka

dilihat pada output data yang dihasilkan pada saat uji coba secara simulasi dimana dengan memberikan input 10 0 pada kemudi maka heading model kapal akan bergerak ke arah

Di Philipina, penelitian untuk mengetahui laju erosi dan respons hasil panen tanaman di bawah sistem alley cropping pohon desmanthus yang ditanaman membentuk lorong

Gambar 3 menunjukkan bahwa pupuk urea pada semua perlakuan memberikan respon yang sama pada pertambahan jumlah daun bibit jabon.. Pertumbuhan tanaman jabon

Setelah dilakukan penelitian mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakanschoology untuk materi rasio trigonometri di kelas X IPA 5 SMA Kemala

Menurut studi awal yang sudah peneliti lakukan di Puskesmas X Kota Surabaya, cakupan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) masih rendah karena tidak adanya niat ibu hamil untuk