• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor. 02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor. 02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

TABUNGAN HAJI DI BANK MEGA SYARIAH KC

SURABAYA DARMO

SKRIPSI

Oleh:

Tamara Dita Hakim NIM. C72213169

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya

(2)

ANALISIS FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN)

NOMOR 02/DSN-MUI/IV/2000 TERHADAP DANA

TABUNGAN HAJI DI BANK MEGA SYARIAH KC

SURABAYA DARMO

SKRIPSI Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Syariah dan Hukum

Oleh

Tamara Dita Hakim NIM. C72213169

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bcrt anda t angan di bawah i ni:

Nama Tamara Dit a H a kim

NIM C72213 1 69

Fakul tas/Jurusan/Prodi Syariah dan H uk um/ Hukum Pcrdat a lslam/ Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)

Judul Skripsi Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)

Nomor 02/ DSN-M Ul/IV/2000 Tcrhadap Da na Tabungan Haji Di Bank Mega Syariah KC

Surabaya Dam10

menyat akan bahwa skripsi i ni sccara kesel uruhan adalah hasil pcnclit ian/karya

saya sendiri, kccua li pada bagian-bagian yang d i rujuk sumbemya.

Surabaya, 26 Maret 2017

Saya yang menyatakan ,

(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjud ul "Anal i sis Fat wa Dewan Syariah Nas ional (DSN) Nomor

02/DSN-MUl/IV/2000 Tcrhadap Dan a Tabungan Haji d i Ban k Mega Syariah KC

Surabaya Darmo" yang d i t ul is olch Ta mara Dita H aki m N I M. C722 I 3 I 69 i n i

telah diperiksa dan d iset ujui untuk dimunaqasahkan.

(5)

PENGESAHAN

Skripsi yang ditulis oleh Tamara D

.

ita Hakim NIM. C72213169 ini teJah

dipertahankan di depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya pada hari Senin, tanggal 17 April 2017, dan

dapat diterima sebagai salah satu persyaratan unt uk menyelesaikan program

sarjana strata satu dalam Ilmu Syariah.

Majelis Mllllaqasah Skripsi:

Penguji I, Penguji II,

Dr. Sri Wariiyati. SH. MH.

NIP. 196808262005012001 Penguji IV,

Dr. H. Darmawan, S.H.I., M.H.I

NIP. 198004102005011004

Moch. Zainul Arifin.S. Ag. M. Pd . I

NIP. 197104172007101004

Surabaya, 21 April 2017 Mengesahkan,

(6)
(7)

Skripsi yang berjudul ‚Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)

Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji di Bank Mega

Syariah KC Surabaya Darmo‛ adalah hasil penelitian lapangan untuk menjawab

pertanyaan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo? Dan 2) Bagaimana analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) 02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo?

Skripsi ini menggunakan jenis penelitian lapangan dengan metode kualitatif. Dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara. Metode analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif analisis melalui metode berfikir deduksi yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum, dan bertitik tolak dengan pengetahuan yang umum itu kita hendak menilai suatu kejadian khusus dan dibahas sesuai dengan hukum Islam.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa. Pertama, dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo memakai akad Mudha>rabah Muthla>qah. Akad Mudha>rabah Muthla>qah adalah akad pemilk dana memberikan modalnya kepada pengelola tanpa adanya syarat tertentu. Dasar mudha>rabah dalam Islam (fiqih muamalah), pada dasarnya transaksi bisnis yang menjadi inti dalam fiqih muamalah adalah transaksi bagi hasil. Akad mudha>rabah adalah satu akad dengan sistem bagi hasil. Akad tersebut diperbolehkan dalam Islam, karena untuk saling membantu antara orang yang mempunyai modal dan pelaku usaha. Dalam prakteknya Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo memakai akad mudha>rabah muthla>qah untuk produk Dana Tabungan Haji yang sudah sesuai dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000. Kedua, dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan menjelaskan tabungan yang dibenarkan yaitu

tabungan yang berdasarkan prinsip Mudha>rabah dan Wadi’ah. Dimana

kedudukan Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo yang mengurus dan membantu nasabah untuk mendapatkan seat/porsi dari pihak otoritas berhak mendapatkan nisbah atas pekerjaan yang berupa pelayanan pengurusan haji. Bank mega Syariah KC Surabaya Darmo tersebut memakai akad Mudha>rabah yang berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan.

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM...i

PERNYATAAN KEASLIAN...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

PENGESAHAN...iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN...vi

ASBTRAK...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TRANSLITERASI...xiii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah...5

C. Rumusan Masalah...6

D. Kajian Pustaka...7

E. Tujuan Penelitian...9

F. Kegunaan Hasil Penelitian...9

G. Definisi Operasional...10

H. Metodologi Penelitian...10

(9)

BAB II LANDASAN TEORI MUDHARABAH...16

A. Pengertian Mudharabah...16

B. Landasan Hukum Mudharabah...20

C. Rukun dan Syarat Mudharabah...22

D. Sifat Akad Mudharabah...25

E. Konsep Mudharabah dalam Perbankan Syariah...27

F. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Tentang Pembiayaan Mudharabah...29

BAB III Dana Tabungan Haji Pada Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...31

A. Sejarah Berdirinya PT. Bank Mega Syariah Sekilas Bank Mega Syariah...31

B. Visi, Misi dan Nilai-Nilai Perusahaan...34

C. Struktur Organisasi Perusahaan...34

D. Produk Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...35

E. Tujuan dan Manfaat Mudharabah...42

F. Latar Belakang Produk Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...43

G. Praktik Akad Mudharabah dalam Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...44

(10)

I. Aplikasi Akad Dana Tabungan Haji pada Bank Mega Syariah

KC Surabaya Darmo...47

J. Mekanisme Perolehan Dana Tabungan Haji pada Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...48

K. Operasional pada Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...48

BAB IV Analisis Fatwa DSN Nomor. 02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...50

A. Analisis Mekanisme Perolehan Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...52

B. Analisis Fatwa DSN Nomor. 02/DSN-MUI/IV/2000 Tergadap Dana Tabungan Haji Di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...55

BAB V PENUTUP...59

A. Kesimpulan...59

B. Saran...60

DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibadah haji merupakan rukun islam ke-5 dan merupakan ibadah

yang wajib dilakukan setiap muslim yang mampu secara fisik dan

ekonomi. Di dalam masyarakat, ibadah haji tidak hanya bermakna ibadah

tetapi sekaligus berhubungan dengan status sosial di masyarakat, dengan

menunaikan ibadah haji status sosial masyarakat bisa meningkat.

Kemanapun ekonomi dan nilai budaya masyarakat sangat mempengaruhi

animo masyarakat Muslim untuk menunaikan ibadah haji yang pada

gilirannya berakibat pada membludaknya antrian calon jemaah haji, yang

dari tahun ke tahun masa tunggunya semakin lama. Kini, untuk dapat

menunaikan ibadah haji, seorang muslim tidak hanya harus memiliki

kemampuan secara ekonomi dan fisik tetapi juga harus memiliki

kesempatan (porsi) yang semakin hari peluangnya semakin terbatas

karena keterbatasan kuota haji yang dialosikan oleh Pemerintah Arab

Saudi kepada negara pengirim jemaah haji.

Kewajiban menunaikan ibadah haji berdasarkan Quran,

al-Sunnah, dan ijma’ adalah bukti ketundukan dan ketaatan seorang muslim

kepada Allah SWT. Bukan hanya masyarakat yang memiliki kemampuan

(12)

ibadah haji, namun dari kalangan yang kurang mampu secara ekonomi

dan fisikpun juga ingin menunaikan ibadah haji tersebut, karena ibadah

haji adalah ibadah yang wajib dan bilamana menjadi haji yang mabrur maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullahitu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

Standar kemampuan dalam melaksanakan ibadah haji adalah bukti

kasih sayang Allah kepada hamba-hambanya. Dia tidak membebani

kecuali sesuai dengan kadar kesanggupan seorang hamba.

Haji menjadi problem yang selalu aktual dari masa ke masa.

Bukan hanya karena haji merupakan ibadah panjang, mahal dan memiliki

tingkat partisipasi sangat tinggi, tetapi setiap kali musim haji tiba selalu

muncul problem yang sulit diselesaikan secara komperhensif. Dari mulai

antrian yang begitu panjang, fasilitas, hingga penentuan pembiayaan yang

(13)

oleh DPR dalam waktu yang selalu berdekatan dengan pelaksanaan

pemberangkatan ibadah haji.1

Dalam kegiatan ini Dewan Syariah Nasional memberikan

kesempatan pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) untuk merespon

kebutuhan masyarakat dalam berbagai produknya termasuk kepengurusan

haji dengan dikeluarkannya produk pembiayaan Dana Talangan Haji yang

sekarang digantikan oleh Dana Tabungan Haji oleh kemenag untuk

mendapatkan porsi keberangkatan haji. Dana talangan haji sudah di

gantikan oleh dana tabungan haji sejak tahun 2014, karena

mengakibatkan antrian yang terlalu panjang dan menyalahi aturan hukum

syara’. Peraturan ini dikeluarkan oleh Menteri Agama Nomor 24 Tahun

2016 tentang perubahan atas peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun

2013. Mengatur tentang BPS BPIH dilarang memberikan layanan dana

talangan haji baik secara langsung maupun tidak langsung.

Bank Mega Syariah sebelumnya menggunakan dana talangan haji

yaitu memberikan dana talangan kepada calon jamaah haji agar bisa

mendapatkan nomor porsi haji. Karena itu, di sana ditetapkan syarat agar

calon jamaah haji melunasi pembayaran porsi haji sebelum

keberangkatannya ke tanah suci. Ini membuktikan, bahwa akad dana

talangan ini jelas merupakan akad utang-piutang (qardh), bukan akad

ija>rah.

1 Koeswinarno, Efektivitas Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Dalam Memberikan Pelayanan dan

(14)

Maka dari itulah Kementerian Agama (kemenag) memutuskan

untuk mengganti dana talangan haji dengan dana tabungan haji. Karena

menggunakan dana talangan haji menyalahi hukum syara’ juga memicu

terjadinya antrian panjang daftar calon jamaah haji.

Dana tabungan haji merupakan salah satu fasilitas pembiayaan

untuk para nasabah. Tabungan haji adalah tabungan dalam mata uang

rupiah dengan akad Mudha>rabah yang diperuntukan khusus bagi nasabah

perorangan yang akan menjalankan ibadah haji.2

PT. Bank Mega Syariah merupakan salah satu perbankan syariah

penerima setoran BPIH (Biaya Penyelenggara Ibadah Haji) yang

memberikan fasilitas pembiayaan dana tabungan haji bagi nasabah calon

jamaah haji yang kekurangan dana untuk BPIH dalam mendapatkan

seat/porsi haji. Di sini Bank Mega Syariah bekerjasma dengan Kospin

Jasa untuk membantu nasabah yang kekurangan dana untuk melunasi dan

mendapatkan porsi haji. Kospin Jasa adalah Koperasi Simpan Pinjam

yaitu memberikan kemudahan pinjaman untuk mengatasi kesulitan dalam

modal termasuk pinjaman untuk ibadah haji.3

Dalam praktiknya, pembiayaan Dana Tabungan Haji pada Bank

Mega Syariah menggunakan akad Mudha>rabah Muthla>qah kepada

nasabahnya. Akad Mudha>rabah Muthla>qah adalah akad yang di dalamnya

pemilik modal memberikan modal (harta) pada pengelola untuk

mengelolanya tanpa adanya syarat tertentu, dan keuntungannya menjadi

2 http://www.bsmi.co/id diaskes pada tanggal 03-10-2016

(15)

milik bersama sesuai dengan apa yang mereka sepakati.4 Disini jelas akad

yang digunakan oleh Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo adalah

akad Mudha>rabah Muthla>qah yaitu memakai sistem bagi hasil bukan akad

utang piutang yang sudah sesuai dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah

Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000. Sha@hib Al-mal, adalah

pihak yang memiliki modal/dana, Mudha>rib adalah pihak yang

membutuhkan modal/dana dan juga pihak yang menjalan kegiatan atau

usaha dengan menggunakan modal/dana dari si pemilik modal.5

Jadi dari permasalahan di atas berdasarkan latar belakang peneliti

tertarik untuk meneliti tentang, apakah aplikasi tabungan haji di Bank

Mega Syariah KC Surabaya Darmo sudah sesuai dengan Fatwa

DSN-MUI, sebagaimana yang menjadi keputusan Fatwa DSN-MUI. Maka dari

itu penulis tertarik mengangkat permasalahan di atas dengan judul

‚Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor

02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji Di Bank Mega Syariah KC

Surabaya Darmo‛.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari hasil penelitian sementara, maka muncul beberapa masalah

yang diantaranya:

4 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattini,

(Jakarta: Gema Insani, 2011),476.

(16)

a. Mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank Mega Syariah.

b. Proses pendaftaran pembukaan tabungan haji di Bank Mega

Syariah.

c. Penentuan pembayaran dengan sistem kredit dalam pembiayaan

haji di Kospin Jasa.

d. Kesesuaian antara teori dan praktek dana tabungan haji di Bank

Mega Syariah.

e. Penentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor

02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega Syariah

KC Surabaya Darmo.

2. Batasan Masalah

Dari beberapa masalah yang tercantum di atas masih bersifat

umum, sehingga diperlukan batasan-batasan masalah dalam

pembahasannya supaya lebih terarah pada ruang lingkupnya serta

permasalahannya. Maka penulis memberikan batasan pembahasan

melipurti sebagai berikut:

a. Mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank Mega Syariah

KC Surabaya Darmo.

b. Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor tentang

dana tabungan 02/DSN-MUI/IV/2000 haji di Bank Mega Syariah

(17)

C. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas permasalahan yang ingin dibahas atau dikaji dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank Mega

Syariah KC Surabaya Darmo?

2. Bagaimana analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor

02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega

Syariah KC Surabaya Darmo?

D. Kajian Pustaka

Penelitian yang penulis buat ini belum ditemukan ada yang

meneliti di fakultas ini. Akan tetapi penulis menemukan beberapa

penelitian tentang dana haji yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Aplikasi Akad Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada Bank

Mega Syariah‛, yang disusun oleh Kartika Tri Mukti. Penelitian

sebelumnya ini membahas tentang aplikasi akad pembiayaan dana

talangan haji di bank mega syariah. Peneliti menemukan hasil bahwa dana

talangan haji pada bank mega syariah menggunakan dua akad, yaitu akad

qard dan ijarah.6

Penelitian berikutnya berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Produk Talangan Haji (Studi Di Bank Syariah Mandiri Cabang Cik Di

Tiro Yogyakarta)‛ ditulis Muhammad Bahtiyar Rifai penelitian ini

6Kartika Tri Mukti, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aplikasi Akad Pembiayaan Dana

(18)

membahas tentang bagaimana pandangan islam terhadap talangan haji.

Hasil yang didapat peneliti adalah bahwa produk talangan haji di Bank

Syariah Mandiri Cik Di Tiro Yogyakarta tidak bertentangan dengan

hukum islam karena selain tetap memperhatikan istita’ah sebagai syarat

wajib haji, kemaslahatan yang ditimbulkan juga dirasakan oleh pihak

bank maupun pihak nasabah.7

Penelitian dengan penulis Vina Zakiyatul Fajriyyah dengan judul

‚Tinjauan Yuridis Terhadap Pembayaran Pembiayaan Dana Talangan

Haji Di Bank BNI Konvensional Capem Ngoro Industri Mojokerto‛

ditemukan temuan studi yakni nasabah melakukan pengajuan pembiayaan

dana talangan haji di Bank BNI Syariah namun dalam perbulan nasabah

membayarkan pembiayaan dana talangan tersebut di Bank BNI

Konvensional. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pembayaran

pembiayaan dana talangan haji di Bank BNI Konvensional ditinjau

menurut ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 dapat

dikatakan belum sesuai karena masih belum memenuhi

ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia. Dikarenakan prinsip anatara

Bank Syariah dan Bank Konvensional.8

Dari beberapa kajian yang diteliti masih membahas tentang

talangan haji, sedangkan sudah digantikan dengan dana tabungan haji

7Muhammad Bahtiyar Rifai, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Produk Talangan Haji (Studi Di

Bank Syariah Mandiri Cabang Cik Di Tiro Yogyakarta‛ (Skripsi-Uin Sunan Kalijaga,

Yogyakarta, 2010), 72.

8Vina Zakiyatul Fajriyyah, ‚Tinjauan Yuridis Terhadap Pembayaran Pembiayaan Dana Talangan

Haji Di Bank BNI Konvensional Capem Ngoro Industri Mojokerto‛ (Skripsi-Uin Sunan Ampel,

(19)

oleh depag, alasan itulah yang melatarbelakangi penyusun untuk meneliti

lebih jauh tentang dana tabungan haji sesuai dengan Fatwa DSN.

E. Tujuan Penelitian

Adapun penulis meneliti dan membahas masalah ini dengan tujuan

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank

Mega Syariah.

2. Untuk menganalisa Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor

02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega

Syariah KC Surabaya Darmo.

F. Manfaat/Kegunaan Penelitian

Manfaat/kegunaan penelitian yang diharapkan penulis yakni agar

bermanfaat dan berguna untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Secara teoritis, sebagai upaya untuk menambah wawasan dan

pengetahuan perihal mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank

Mega Syariah, sehingga dapat dijadikan informasi bagi para pembaca

yang ingin menabung untuk pemberangkatan haji.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu berguna bagi

masyarakat luas yang ingin melaksanakan ibadah haji. Serta sebagai

(20)

ibadah haji. Bagi Bank Syariah, skripsi ini dapat dijadikan pedoman

dalam melaksanakan pembiayaan dana tabungan haji di kemudian hari.

G. Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul ‚Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional

(DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji di

Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo‛. Untuk mendapatkan gambaran

yang lebih jelas mengenai pengertian dalam judul skripsi ini, maka

penulis tegaskan beberapa istilah-istilah sebagai berikut:

1. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)

: Sebuah lembaga yang berperan dalam

menjamin ke-Islamannya keuangan syariah

di seluruh dunia.

2. Dana Tabungan Haji : Merupakan tabungan yang diperuntukan

bagi nasabah dalam mempersiapkan Biaya

Penyelengaraan Ibadah Haji (BPIH).

H. Metode Penelitian

1. Data yang dikumpulkan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka data

yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas:

a. Data tentang mekanisme perolehan dana tabungan haji Bank Mega

(21)

b. Data tentang ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)

Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang ibadah haji.

2. Sumber data

Secara garis besar sumber data yang digunakan dibagi menjadi

dua jenis, yaitu:

a. Sumber primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi

yang dicari9, data tersebut meliputi:

1. Roziq selaku Recovery Staff di Bank Mega KC Surabaya

Darmo

2. Wahyu selaku Funding di Bank Mega Syariah KC Surabaya

Darmo

3. Sakti selaku Marketing Tabungan Haji di Bank Mega

KCSurabaya Darmo

4. Fatwa DSN-MUI

b. Sumber sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya10, data

tersebut meliputi:

1. Ascarya, Akad dan Produk Perbankan Syariah, Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada

(22)

2. Ali, Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta, Sinar

Grafika

3. Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah

Deskripsi dan Ilustrasi, Ekonesia

4. Remy Sjahdeini, Remy, Perbankan Islam, Grafitri

5. Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,

PT Raja Grafindo Persada

6. Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah Jilid 4, Pena Pundi Aksara

7. Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 5, Gema

Insani

3. Teknik pengumpulan data

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa

teknik untuk mengumpulkan data, antara lain sebagai berikut:

a. Wawancara

Adalah suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan

informasi secara langsung dengan mengungkapkan

pertanyaan-pertanyaan pada para responden. Dengan ini penulis menggunakan

jenis wawancara tidak terstruktur yakni dengan cara pertanyaan

yang diajukan bersifat fleksibel tetapi tidak menyimpang dari

tujuan wawancara yang ditetapkan.11

(23)

b. Observasi

Adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,

sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis

untuk kemudian dilakukan pencatatan. Kegiatan yang dilakukan

penulis melalui penglihatan dan pendengaran secara langsung dan

dapat dilakukan denga tes, kuesioner, rekaman gambar dan

rekaman suara.12

c. Dokumentasi

Merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui data tertulis dengan menggunakan analisis yang ada.

4. Teknik pengelolaan data

Adapun teknik yang digunakan dalam pengelolaan data

yakni:

a. Editing, yaitu: kegiatan memeriksa instrumen penelitian

(termasuk kuesioner survei) yang sudah terisi.13

b. Coding, yaitu: pemberian kode dalam bentuk angka atau huruf.14

c. Analizing, yaitu: mengadakan penggalian terhadap data-data yang

telah disusun dengan cara menyelami dan merefleksikan data

tersebut agar dapat ditarik kesimpulan.

5. Teknik analisis data

12

Ibid., 63.

(24)

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya peneliti adalah

menganalisis data, teknik yang digunakan dalam menganalisis data

menggunakan deskriptif analisis dengan mengedepankan pola pikir

deduktif, yaitu menggambarkan hasil penelitian diawali teori atau

dalil yang bersifat umum.

Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/objek

penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana

adanya.15

Peneliti mendeskripsikan berdasarkan variabel-variabel yang

diteliti. Dan dalam hal ini peneliti akan mendeskripsikan tentang

Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor

02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji Di Bank Mega Syariah

KC Surabaya Darmo. Disamping itu, peneliti akan menganalisa

masalah yang ada dan memberikan solusi terhadap masalah yang

dihadapi.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penulis, maka penelitian ini nanti akan dibagi

dalam beberapa bab, tiap-tiap bab dibagi beberapa sub bab. Susunan

sistematikanya sebagai berikut:

(25)

Bab pertama adalah pendahuluan yang meliputi: latar belakang

masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah,

tinjauan pustaka, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

operasional, metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian, data yang

dikumpulkan, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengelolaan

data, teknik analisis data lalu dirangkai dengan sistematika pembahasan.

Bab kedua berisi landasan teori mudha@rabah yang menjelaskan

tentang pengertian mudha>rabah}, landasan hukum mudha>rabah, rukun dan

syarat mudha>rabah, sifat akad mudha>rabah, konsep mudhar>abah dalam

perbankan syariah serta Fatwa DSN tentang mudha>rabah .

Bab ketiga mengemukakan dengan jelas hasil penelitian lapangan

tentang dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo.

Yang terbagi dalam dua sub bab. Pertama sekilas mengenai profil Bank

Mega Syariah KC Surabaya Darmo. Kedua mekanisme perolehan dana

tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo.

Bab keempat mengemukakan hasil analisis penelitian yaitu

Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor

02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC

Surabaya Darmo.

Bab kelima skripsi ini akan diakhiri dengan penutup yang berisi

kesimpulan dan saran. Hal ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan

masalah dan untuk mengetahui sejauh mana penelitian telah dilakukan

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI MUDHARABAH

A. Pengertian Mudha>rabah

Mudha>rabah adalah bahasa penduduk Irak dan qiradh atau

muqaradhah bahasa penduduk Hijaz. Namun, pengertian qiradh dan

mudha>rabah adalah satu makna. Jadi menurut bahasa, mudha>rabah atau

qiradh berarti al-qath’u (potongan), berjalan, dan atau bepergian. Menurut

para fuqaha, mudha>rabah ialah akad antara dua belah pihak (orang) saling

menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya dan pihak satu

sebagai pengelola..1

Dalam mengaplikasikan, mudha>rabah penyimpan atau deposan

bertindak sebagai Sha@hib Al-mal (pemilik modal) dan bank sebagai

Mudha>rib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan

pembiayaan mudha>rabah atau ija>rah. Akad mudha>rabah merupakan akad

utama yang digunakan oleh bank syariah baik untuk penghimpun dana

(pendanaan) maupun untuk penyaluran dana (pembiayaan). Mudha>rabah

terbagi menjadi 2 macam yaitu, Mudha>rabah Muthla>qah biasa

diaplikasikan dalam pendanaan, sedangkan mudha>rabah Muqayyadah

biasa diaplikasikan dalam pendanaan maupun pembiayaan.

(27)

Mudha>rabah Muthla>qah adalah seseorang yang memberikan modal

kepada yang lain tanpa syarat tertentu. Sha>hibul mal memberikan dana

untuk pembiayaan dan mudha>rib sebagai pengelola, keuntungan akan di

bagi sesuai kesepakatan, dibagi tiga (dua pertiga dan sepertiga), dan

sebagainya. Atau dapat pula seseorang yang memberikan modalnya secara

akad mudha>rabah tanpa menentukan pekerjaan, tempat, waktu, sifat

pekerjaannya, dan siapa yang boleh berinteraksi dengannya.2

Transaksi ini tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan

wilayah bisnis. Di sini sha>hibul mal memberikan keleluasan kepada

mudha>rib untuk melakukan usaha sesuai kehendaknya, tetapi sejalan

dengan prinsip syariah, dengan modal yang diberikan kepadanya. Mudha>rib

harus diberikan perintah dan wewenang untuk melakukan hal-hal yang

diperlukan dalam melakukan usaha. Seluruh pengeluaran rutin yang

berhubungan dengan mudha>rabah, yang bukan pengeluaran pribadi

mudha>rib akan dibebankan ke dalam akun mudha>rabah. Mudha>rib tidak

diperbolehkan untuk melakukan perhitungan ulang atau menentukan angka

mutlak terhadap keuntungan di muka, keuntungan akan dibagi antara

sha>hibul mal dan mudha>rib sesuai dengan proporsi yang telah disetujui di

muka dan tercantum secara jelas pada perjanjian mudha>rabah.3

Akad mudha>rabah dalam dunia perbankan diterapkan sebagai

tabungan, salah satunya sebagai tabungan haji. Tabungan Haji Syariah

2 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattini,

(Jakarta: Gema Insani, 2011),479-480.

(28)

sangat direkomendasikan bagi nasabah yang berencana untuk menunaikan

ibadah haji ke Tanah Suci. Tabungan Haji Syariah adalah jenis produk

tabungan berdasarkan akad Mudha>rabah Muthla>qah yang sesuai dengan

prinsip syariah. Nasabah menyetorkan sejumlah dana dengan jumlah tetap

dengan jangka waktu tertentu hingga target dana tercapai. Dana yang

terkumpul digunakan sebagai pembiayaan pelaksanaan haji. Tabungan Haji

syariah berbeda dengan Tabungan Syariah. Maka jika nasabah ingin

membuka rekening untuk Tabungan Haji Syariah. Berapapun uang yang

dimiliki segera mungkin untuk ditabung ke rekening haji agar cepat naik

haji.

Sedangkan Mudha>rabah Muqayyadah adalah akad mudha>rabah yang

pemilik modal menentukan salah satu hal di atas. Atau pemilik modal

memberikan seribu dinar, misalnya pada orang lain untuk mudha>rabah

dengan syarat agar mengelolanya di negeri tertentu, atau barang tertentu,

atau waktu tertentu, atau tidak menjual dan membeli kecuali dari orang

tertentu.4 Dalam aktivitas pendanaan akad mudha>rabah digunakan dalam

produk tabungan dan investasi. Tabungan Haji menggunakan akad

mudha>rabah muthla>qah. Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk

melakukan pembiayaan5.

Hasil mudha>rabah usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah

yang disepakati. Bila bank menggunakannya untuk melakukan mudha>rabah

4 Ibid., 480

(29)

pembiayaan, maka bank bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi.6

Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh

pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank

syariah. Dalam hal terdapat dua pihak yang melakukan perjanjian usaha,

maka hasil atas usaha yang dilakukan oleh kedua pihak atau salah satu

pihak, akan dibagi sesuai dengan porsi masing-masing pihak yang

melakukan akad perjanjian.

Pembagian hasil usaha dalam perbankan syariah ditetapkan

dengan menggunakan nisbah. Nisbah yaitu persentase yang disetujui oleh

kedua belah pihak dalam menentukan bagi hasil atas usaha yang

dikerjasamakan.7 Nisbah bagi hasil antara pemodal dan pengelola harus

disepakati di awal perjanjian. Besarnya nisbah bagi hasil masing-masing

pihak tidak diatur dalam Syariah, tetapi tergantung kesepakatan mereka.

Nisbah bagi hasil bisa dibagi rata 50:50, tetapi bisa juga 30:70, 60:40, atau

proporsi lain yang disepakati.

Pembagian keuntungan yang tidak diperbolehkan adalah dengan

menentukan alokasi jumlah tertentu untuk salah satu pihak. Diperbolehkan

juga untuk menentukan proporsi yang berbeda untuk situasi yang berbeda.

Misalnya, jika pengelola berusaha di bidang produksi, maka nisbahnya 50

persen, sedangkan kalau pengelola berusaha di bidang perdagangan, maka

nisbahnya 40 persen.8

6 Heri Sudarsono, Bank&Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia,2004), 59. 7 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), 95-96.

(30)

B. Landasan Hukum Mudha>rabah

1. Dasar Hukum Mudharabah dalam Al-Qur’an



Artinya: ‚Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah

banyak-banyak supaya kamu beruntung‛. (QS. Al-Jumuah ayat 10)9

 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar Termasuk orang-orang yang sesat‛. (QS. Al-Baqarah 198)10

2. Dasar Hukum Mudharabah dalam Hadits

Hadis Rasulullah SAW:

‚Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Abbas bin Abdul

Munthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara

mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi

lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak yang

berparu-paru basah. Jika menyalahi peraturan tersebut, maka yang

bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah

9 Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, cet10 (Bandung: Dipenogoro, 2012), 553.

10

(31)

syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah pun

memperbolehkannya.‛ (HR. Thabrani)11

3. Dasar Hukum Mudharabah

Secara ijma’ juga dinyatakan bahwa mudha>rabah

diperbolehkan. Dalil ijma’ adalah apa yang diriwayatkan oleh Jamaah

dari para sahabat bahwa mereka memberikan harta anak yatim untuk

dilakukan mudha>rabah atasnya, dan tidak ada seorang pun yang

mengingkarinya. Oleh karena itu, dianggap sebagai ijma’.

Ibnu Taimiyah menetapkan landasan hukum mudha>rabah dengan

ijma’ yang berlandaskan pada nash. Mudha>rabah sudah terkenal di

kalangan bangsa Arab jahiliah, terlebih di kalangan suku Quraisy.

Mayoritas orang Arab bergelut di bidang perdagangan. Para pemilik

modal memberikan modal mereka kepada para amil (pengelola).

Rasulullah pun pernah mengadakan perjalanan dagang dengan

membawa modal orang lain sebelum beliau diangkat menjadi nabi.

Beliau juga pernah mengadakan perjalanan dagang dengan mengelola

modal Khadijah. Kalifah dagang yang terdapat di dalamnya Abu

Sufyan , mayoritas mereka melakukan mudha>rabah dengan Abu

Sufyan dan yang lainnya.12

11 Ibid., 85

12 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattini,

(32)

C. Rukun dan Syarat Mudha>rabah

Rukun mudha>rabah adalah ijab dan qabul yang dilakukan oleh orang

yang layak melakukan akad.

Akad mudha>rabah tidak disyaratkan adanya lafadz tertentu, akan tetapi

dapat diungkapkan dengan bentuk apa pun yang menunjukkan makna

mudha>rabah. Akad dinilai dari tujuan dan maknanya bukan lafadz dan

ungkapan verbal.13

Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu, yaitu ijab

(ungkapan membeli dari pembeli) dan kabul (ungkapan menjual dari

penjual). Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah

kerelaan (rida/taradhi) kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual

beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan unsur hati yang

sulit diindra sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi yang

menunjukan kerelaan itu dari kedua belah pihak. Indikasi yang menujukkan

kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli menurut

mereka boleh tergambar dalam ijab dan kabul, atau melalui cara saling

memberikan barang dan harga barang (ta’athi).14

Menurut ulama Syafi’iyah, rukun-rukun qiradh ada enam, yaitu:

1. Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya;

2. Orang yang bekerja, yaitu mengelola barang yang diterima dari pemilik

barang;

(33)

3. Aqad mudharabah, dilakukan oleh pemilik dengan pengelola barang;

4. Mal, yaitu harta pokok atau modal;

5. Amal, yaitu pekerjaan pengelolahan harta sehingga menghasilkan laba;

6. Keuntungan.

Menurut Sayyid Sabiq, rukun mudha>rabah adalah ijab dan kabul

yang keluar dari orang yang memiliki keahlian.

Sedangkan syarat sahnya terdiri dari15:

1. Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai. Apabila

barang itu berbentuk mas atau perak batangan (tabar), mas hiasan atau

barang dagangan lainnya, mudha>rabah tersebut batal.

2. Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu melakukan

tasharruf, maka dibatalkan akad anak-anak yang masih kecil, orang

gila, dan orang-orang yang berada di bawah pengampuan.

3. Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara modal

yang diperdagangkan dengan laba atau keuntungan dari perdagangan

tersebut yang akan dibagikan kepada dua belah pihak sesuai dengan

perjanjian yang telah disepakati.

4. Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal

harus jelas persentasenya, umpamanya setengah, sepertiga, atau

seperempat.

(34)

5. Melafazkan ijab dari pemilik modal, misalnya aku serahkan uang ini

kepadamu untuk dagang jika ada keuntungan akan dibagi dua dan

kabul dari pengelola.

6. Mudha>rabah bersifat mutlak, pemilik modal tidak mengikat pengelola

harta untuk berdagang di negara tertentu, memperdagangkan

barang-barang tertentu, pada waktu-waktu tertentu, sementara di waktu lain

tidak karena persyaratan yang mengikat sering menyimpang dari

tujuan akad mudha>rabah, yaitu keuntungan. Bila dalam mudha>rabah

ada persyaratan-persyaratan, maka mudha>rabah tersebut menjadi rusak

(fasid) menurut pendapat al-Syafi’i dan Malik. Sedangkan menurut

Abu Hanifah dan Ahmad Ibn Hanbal, mudha>rabah tersebut sah.

Abu Hanifah dan Ahmad berpendapat bahwa tidak disyaratkan

mutlak dalam akad mudha>rabah. Keduanya beralasan, ‚jika akad

mudharabah sah dilakukan secara mutlak, maka sah juga dengan

bersyarat (muqayyad).‛ Dalam mudha>rabah muqayyad pelaksana tidak

boleh menyalahi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam akad. Jika

dilanggar, maka segala resiko menjadi tanggung jawab pekerja.16

Dari Hakim bin Hazm bahwa disyaratkan bagi pemilik modal

ketika memberikan hartanya kepada seseorang untuk dikelola untuk

mengatakan, ‚Hartaku jangan dimasukkan dalam kemasan basah atau

dibawa mengarungi lautan atau dibawa melewati arus air, bila

dilakukan kau wajib bertanggung jawab.‛

16 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid 4, Ter Hasanuddin (Jakarta: Pena Pundi Aksara: 2006),

(35)

Bentuk kesanggupan untuk haji menurut Imam Asy-Syafi’i.

Kemampuan itu ada dua sisi17:

1. Seseorang mampu secara fisik dan memiliki harta yang cukup

untuk membiayai perjalanan ke haji, sehingga kemampuannya itu

sempurna. Ia terbebani fardhu haji, dan kewajibannya tidak gugur

selama dalam kondisi seperti ini selain ia mengerjakan haji sendiri.

2. Tubuhnya ringkih dan tidak sanggup duduk baik di atas kendaraan,

padahal orang yang berhaji itu pasti menaiki kendaraan sehingga ia

bisa dihajikan dengan berada di atas kendaraan, tetapi ia mampu

untuk mmeperoleh orang yang menaatinya apabila ia

memerintahnya untuk menajiskannya, atau ia memiliki harta yang

dengan sebagian harta itu ia menemukan orang yang diupahnya

untuk menghajikannya. Dengan demikian, orang tersebut termasuk

orang yang terkenai kewajiban haji sebagaimana kemampuannya.

D. Sifat Akad Mudha>rabah

Para ulama sepakat bahwa akad Mudha>rabah sebelum ‘amil

(pengelola) mulai bekerja maka belum mengikat sehingga baik pemilik

modal maupum ‘amil boleh membatalkannya. Namun, mereka berbeda

pendapat jika ‘amil telah mulai bekerja dalam mudha>rabah. Imam Malik

berpendapat bahwa akadnya mengikat (lazim) dengan telah dimulainya

pekerjaan, dan akad ini juga bisa diwariskan. Oleh karena itu, jika

(36)

mudha>rib mempunyai beberapa anak yang dapat dipercaya untuk

mengelola, maka mereka boleh melakukan mudha>rabah atau qiradh

seperti bapak mereka. Dan jika mereka tidak bisa mengelolanya

(dipercaya), mereka bisa mencari orang yang bisa mengelola. Jika ‘amil

telah mulai bekerja, maka akadnya tidak bisa dibatalkan hingga

modalnya menjadi uang, bukan barang.

Sedangkan Abu Hanifah, Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat

bahwa akadnya tidak mengikat (tidak lazim), sehingga pemilik modal

dan ‘amil bisa membatalkan akadnya jika mereka mau. Selain itu, akad

ini bukan akad yang diwariskan.

Sumber perbedaan pendapata anatara dua kelompok ini adalah

bahwa Malik menjadikan akad itu mengikat (lazim) setelah

pekerjaannya dimulai, karena pembatalan akad bisa menyebabkan

kemudharatan, sehingga ia termasuk akad yang bisa diwariskan.

Sementara kelompok kedua menyamakan pekerjaan yang telah dimulai

dengan pekerjaan yang belum di mulai. Hal itu karena mudha>rabah

adalah mengelola harta orang lain dengan izinnya, sehingga pemilik

modal dan ‘amil (pengelola) bisa membatalkan akadnya, sama

sepertidalam wadi>’ah dan waka>lah.

Akan tetapi, ulama Hanafiyah dan yang sependapat dengan

mereka mensyaratkan untuk sahnya pembatalan dan menyudahi

mudha>rabah, pelaku akad yang lain harus mengetahui adanya

(37)

Ulama Hanafiyah juga mensyaratkan bahwa modal harus menjadi uang

ketika pembatalan. Jika modal tersebut masih berbentuk barang, seperti

harta bergerak atau tidak bergerak, maka pembatalan tersebut tidak sah

menurut mereka.

Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa jika

mudha>rabah batal dan modalnya berbentuk barang sementara pemilik

modal dan pengelola sepakat untuk menjualnya atau membaginya, maka

hal itu dibolehkan karena hak mereka itu tidak keluar dari kekuasaan

mereka. Jika ‘amil meminta modal tersebut dijual sedangkan pemilik

modal menolaknya, maka pemilik modal harus dipaksa untuk

menjualnya, karena hak ‘amil adalah mendapatkan untuk dan

keuntungan tersebut tidak bisa di peroleh kecuali dengan adanya

penjualan.18

E. Konsep Mudha>rabah dalam Perbankan Syariah

Konsep mudha>rabah diatur dalam Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 19 ayat 1 huruf b yaitu:

‚menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan,

atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad

mudha>rabah atau akad yang lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip

Syariah‛.

18 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattini,

(38)

Secara istilah, mudha>rabah adalah akad kerja sama antara sha>hib

al-mal (pemilik modal) dengan mudha>rib (yang mempunyai keahlian

atau keterampilan) untuk mengelolah suatu usaha yang produktif dan

halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama

berdasarkan nisbah yang disepakati, jika terjadi kerugian ditanggung

shahib al-mal. Dalam akad mudha>rabah ini, terjadi

percampuran/penggabungan (partnership) dua pihak, yaitu pihak pemilik

modal (sha>hib al-mal) dan pihak pekerja (mudha>rib).

Dasar mudha>rabah di dalam Islam (fiqih muamalah), pada

dasarnya transaksi bisnis yang menjadi inti dalam fiqih muamalah

adalah transaksi bagi hasil. Akad mudha>rabah adalah salah satu akad

dengan sistem bagi hasil. Akad tersebut diperbolehkan dalam Islam,

karena untuk saling membantu antara orang yang mempunyai modal dan

pelaku usaha. Semangat yang ada dalam akad mudha>rabah adalah

semangat kerja sama dan saling menutupi kelemahan masing-masing

pihak.

Mudha>rabah merupakan salah satu bentuk kerjasama antara

pemilik modal/sha>hibul mal terhadap pengusaha/mudha>rib yang

memiliki keahlian di dalam berbisnis tetapi tidak memiliki modal yang

cukup untuk berbisnis, maka pihak pemilik modal menyerahkan

modalnya kepada mudha>rib dengan perjanjian bag hasil. Konsep

(39)

pengusaha/mudharib saja. Pihak Perbankan Syariah hanya terlibat selaku

pihak intermediary agar dapat memberikan kepastian hukum, baik bagi

pemilik modal atau pengusaha. Atas konsep ini, maka Perbankan

Syariah menerapkan konsep mudha>rabah.19

F. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang pembiayaan Mudha>rabah

1. Ketentuan Umum Mudharabah

Ketentuan tabungan telah diatur dalam Fatwa DSN

No.02/DSN-MUI/IV/2000. Dalam Fatwa ini, ketentuan umum tabungan adalah

sebagai berikut:

Pertama : Tabungan ada dua jenis :

1. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu

tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga.

2. Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang

berdasarkan prinsip Mudha>rabah dan Wadi>’ah.

Kedua : Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudha>rabah:

1. Dalam transaksi ini nasabah bertidnak sebagai shahibul

mal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai

mudha>rib atau pengelola dana.

2. Dalam kapasitasnya sebagai mudha>rib, bank dapat

melakukan berbagai macam usaha yang tidak

(40)

bertentangan dengan prinsip syariah dan

mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudha>rabah

dengan pihak lain.

3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam

bentuk tunai dan bukan piutang.

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk

nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

5. Bank sebagai mudha>rib menutup biaya operasional

tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang

menjadi haknya.

6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah

keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang

bersangkutan.

Ketiga : Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Wadi’ah:

1. Bersifat simpanan.

2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau

berdasarkan kesepakatan.

3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam

bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari

(41)

BAB III

DANA TABUNGAN HAJI PADA BANK MEGA SYARIAH KC SURABAYA DARMO

A.Sejarah Berdirinya PT. Bank Mega Syariah Sekilas Bank Mega Syariah

Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum

yang didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri Keuangan RI

No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT Corpora (d/h Para Group)

melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT Para Rekan

Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham memang ingin

mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank umum syariah.

Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank

Tugu dikonversi menjadi bank syariah melalui Keputusan Deputi Gubernur

Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 menjadi PT Bank Syariah Mega

Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004, sesuai dengan Keputusan Deputi

Gubernur Bank Indonesia No.6/11/KEP.DpG/2004. Pengonversian tersebut

dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai upaya pertama

pengonversian bank umum konvensional menjadi bank umum syariah.

Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun

kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan

perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional

yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi

(42)

Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT.

Bank Syariah Mega Indonesia berganti nama menjadi PT Bank Mega

Syariah.

Untuk mewujudkan visi "Tumbuh dan Sejahtera Bersama

Bangsa", CT Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki

komitmen dan tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega

Syariah sebagai bank umum syariah terbaik di industri perbankan syariah

nasional. Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat modal

bank. Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu memberikan

pelayanan terbaik dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan

kompetitif di industri perbankan nasional. Misalnya, pada 2010, sejalan

dengan perkembangan bisnis, melalui rapat umum pemegang saham

(RUPS), pemegang saham meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar

menjadi Rp1,2 triliun dan modal disetor bertambah dari Rp150,060 miliar

menjadi Rp318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai

Rp787,204 miliar.

Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran manajemen

Bank Mega Syariah senantiasa bekerja keras, memegang teguh prinsip

kehati-hatian, serta menjunjung tinggi asas keterbukaan dan

profesionalisme dalam melakukan kegiatan usahanya. Beragam produk juga

terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta didukung

infrastrukur layanan perbankan yang semakin lengkap dan luas, termasuk

(43)

Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus

mengukuhkan semboyan "Untuk Kita Semua", pada 2008, Bank Mega

Syariah mulai memasuki pasar perbankan mikro dan gadai. Strategi

tersebut ditempuh karena ingin berperan lebih besar dalam peningkatan

perekonomian umat yang mayoritas memang berbisnis di sektor usaha

mikro dan kecil.

Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank

devisa. Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa

dan terlibat dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah

memperluas jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau

ranah domestik, tetapi juga ranah internasional. Strategi peluasan pasar dan

status bank devisa itu akhirnya semakin memantapkan posisi Bank Mega

Syariah sebagai salah satu bank umum syariah terbaik di Indonesia.

Selain itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh

izin dari Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai bank

penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH). Dengan

demikian, bank ini menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS BPIH yang

tersambung secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu

(Siskohat) Depag RI. Izin itu tentu menjadi landasan baru bagi Bank Mega

Syariah untuk semakin melengkapi kebutuhan perbankan syariah umat

Indonesia.1

(44)

B. Visi, Misi dan Nilai-Nilai Perusahaan

Visi adalah tujuan atau gambaran masa depan yang akan kita raih

dalam waktu yang telah ditentukan. Visi dalam Bank Mega Syariah KC

Surabaya Darmo sendiri yaitu Tumbuh dan Sejahtera Bersama Bangsa.

Misi adalah apa yang akan kita lakukan untuk mencapai tujuan

tersebut. Misi dalam Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo sendiri yaitu

bertekad mengembangkan perkonomian syariah melalui sinergi dengan

semua pemangku kepentingan, menerbarkan nilai-nilai kebaikan yang

islami dan manfaat bersama sebagai wujud komitmen dalam berkarya dan

beramal serta senantiasa meningkatkan kecakapan diri dan berinovasi

mengembangkan produk layanan terbaik yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.2

Nilai-nilai dalam perusahaan merupakan landasan moral untuk

mencapai visi dan misi perusahaan. Nilai-nilai perusahaan di Bank Mega

Syariah KC Surabaya Darmo yaitu Integrity, Synergy, Excellence.

C. Struktur Organisasi Perusahaan

1. President Director.

2. Business Director.

- Financing Business& Network Group.

- Commersial Bussiness Division.

(45)

- Joint Financing Business Division.

- Network Division.

- Collection & Recovery Division.

- Business & Product Development Division.

3. Operation, IT & Support Director.

- Transactional & Financing Operation Division.

- General Affairs Division.

- Information Technology Division.

4. Risk, Compliance & HC Director.

- Risk Management Division.

- Compliance Division.

- Human Capital Management Division.

- Internal Control Division.

D. Produk Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo

1. Funding (Produk Pendanaan)

a. Tabungan Utama iB

Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan yang

memberikan kemudahan, kenyamanan dan keuntungan sesuai

prinsip syariah.

- Simpanan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Wadiah atau

(46)

- Dana sapat diambil sewaktu-waktu oleh nasabah.

b. Tabungan Haji iB

Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan yang

diperuntukkan untuk merencanakan dana keberangkatan ibadah

haji.

- Simpanan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah

Muthlaqah.

- Dana tidak dapat ditarik, kecuali untuk setoran awal porsi haji

dan setoran pelunasan biaya penyelenggara Ibadah Haji.

c. Mega Syariah Mobile

Layanan perbankan yang disediakan oleh Bank Mega Syariah

untuk bertransaksi perbankan melalui ponsel. Nasabah dapat

melakukan transaksi non tunai seperti cek saldo, transfer maupun

melihat histori transaksi secara real time dengan biaya yang

murah.

- Memberikan kenyamanan bertransaksi kapan dan dimana saja.

- Sistem keamanan yang handal dengan PIN Challenge

menjadikan layanan ini sangat aman.

- Terdapat 3 pilihan penggunaan:

1. Melalui SMS

2. Melalui USSD

(47)

d. Tabungan Platinum iB

Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan yang

memberikan pelayanan utama dengan berbagai keuntungan dan

fleksibilitas.

- Setoran awal ringan.

- Hadiah langsung yang menarik.

- Dapat bertransaksi diseluruh jaringan ATM Prima BCA,

Bersama & Mega Net.

e. Tabungan Investasya iB

Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan dan non

perorangan yang memberikan bagi hasil lebih tinggi untuk dan

investasi lebih besar.

- Simpanan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah

Muthlaqah.

- Nilai investasi akan berpotensi naik/turun mengikuti

pergerakan profit bank.

- Dana dapat diambil sewaktu-waktu oleh nasabah.

f. Tabungan Rencana iB

Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan yang

dapat digunakan untuk merencanakan kegiatan sesuai keinginan

nasabah.

(48)

1. Tabungan rencana – setoran rutin

Jumlah dan tanggal setoran tetap setiap bulannya sesuai

dengan pilihan nasabah.

2. Tabungan rencana – setoran non rutin

Jumlah dan tanggal setoran bebas sesuai cashflow

nasabah, namun nasabah memiliki terget dana dan waktu

pemenuhan terget dananya.

- Simpanan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah

Muthlaqah.

- Jangka waktu 6 s/d 216 bulan (18 tahun).

- Rekening akan ditutup secara otomatis jika terjadi gagal

debet setoran sebanyak 3 kali berturut-turut.

g. Tabungan Simpel Ib

Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan (khusus

siswa) dengan persyaratan mudah dan sederhana serta fitur yang

menarik, dalam rangka edukasi dan inklusi keuangan untuk

mendorong budaya menabung sejak dini.

- Simpanan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah

Muthlaqah.

2. Financing (Produk Pembiayaan)

(49)

Merupakan fasilitas pembiayaan yang diberikan untuk

membiayai kebutuhan investasi atau pengadaan barang modal,

seoerti renovasi, rehabilitasi, perluasan usaha atau pun pendirian

proyek baru.

- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah

Muthlaqah.

- Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.

- Realisasi pembiayaan dapat secara langsung atau bertahap.

- Pembayaran angsuran fleksibel dan disesuaikan dengan

kemampuan nasabah.

- Margin tetap sepanjang waktu pembiayaan (akad murabahah).

b. Pembiayaan IMBT iB

Fasilitas pembiayaan investasi dengan akad Ijarah

Muntahiyah bit Tamlik (IMBT) dimana obyek yang dapat dibiayai

adalah barang bergerak yang dapat diikat dengan fiducia.

- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Ijarah Muntahiyah

bit Tamlik.

- Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.

- Obyek yang dibiayai adalah barang bergerak yang ready stock.

- Harga sewa yang belum jatuh tempo dapat dilakukan review

(50)

c. Pembiayaan MMQ iB

Fasilitas pembiayaan kepemilikan asset melalui pola

kerjasama atas suatu usaha sewa, dimana penyertaan porsi dana

Bank menurun karena pengambilalihan oleh nasabah.

- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Musyarakah

Muntanaqisah.

- Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.

- Obyek yang dibiayai adalah barang bergerak yang ready stock.

- Harga sewa yang belum jatuh tempo dapat dilakukan review

dan penyesuaian dengan tingkat imbal hasil yang berlaku.

d. Pembiayaan Modal Kerja

Merupakan fasilitas pembiayaan dengan tujuan pemberian

tambahan dana unruk modal kerja usaha baik untuk persediaan

usaha maupun untuk menutupi piutang usahanya.

- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Murabahah dan

Musyarakah.

- Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.

- Struktur pembiayaan bersifat revolving dan non revolving.

- Pembayaran angsuran fleksibel dan disesuaikan dengan

kemampuan nasabah.

(51)

e. Pembiayaan Rekening Koran Syariah iB

Merupakan fasilitas pembiayaan modal kerja dengan akad

Musyarakah, dimana realisasi maupun pembayaran pokok dapat

dilakukan berulang – ulang kali, selama limit fasilitasnya belum

terlampaui dan pembiayaan belum jatuh tempo.

- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Musyarakah.

- Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.

- Bersifat revolving.

f. Pembiayaan Join Financing

Kerjasama antara Bank Mega Syariah dengan Perusahan Mitra

untuk melakukan pembiayaan secara syariah kepada nasabah / end

user dengan sumber dananya merupakan sharing antara Bank

Mega Syariah dan Perusahaan Mitra.

- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Murabahah dan

Ijarah Muntahiyah bit Tamlik.

- Struktur pembiayaan kepada end user dapat disesuakan

dengan produk pembiayaan usaha mitra.

- Tujuan pembiayaan dapat berupa pembiayaan konsumtif

(52)

g. Pembiayaan Implant Banking Program

Fasilitas pembiayaan kepada karyawan Perusahaan Mitra

melalui kerjasama dimana Perusahaan Mitra tersebut bertindak

sebagai penjamin (corporate guarantee) atas pembiayaan yang

diterma oleh karyawannya.

- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Murabahah dan Ijarah

Multijasa.

- Jangka waktu pembiayaan yang fleksibel.

- Proses pembiayaan karyawan yang cepat dan mudah.3u

E. Tujuan dan Manfaat Mudharabah

a. Bagi Bank

1. Salah satu bentuk penyaluran dana;

2. Memperoleh pendapatan dalam bentuk bagi hasil sesuai pendapatan

usaha yang dikeloal nasabah.

3. Pengembalian pokok pembiayaan sesuai dengan cash flow.

4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati untuk mencari usaha yang

benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan

yang konkert dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

(53)

b. Bagi Nasabah

Memenuhi kebutuhan modal usaha melalui sistem kemitraan

dengan bank.4tungan sesuai p

rinsip syariah

F. Latar Belakang Produk Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC

Surabaya Darmo

Dunia perbankan Indonesia mengalami perkembangan yang cukup

pesat, bisa dilihat dengan semakin banyaknya bermunculan bank-bank

baru termasuk bank yang dibentuk oleh suatu pemerintah daerah. Kondisi

ini sudah tentu akan menimbulkan persaingan ketat dalam dunia

perbankan. Dalam persaingan yang ketat ini ada beberapa bank yang

mendapat kepercayaan sebagai Bank Penerima Setoran Biaya

Penyelenggara Ibadah Haji (BPS BPIH), salah satunya adalah Bank Mega

Syariah KC Surabaya Darmo. Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo

ingin menjadi BPIH (Bank Penerima Setoran Haji) yang kemudian

mendaftar ke Kemenag dan disetujui menjadi Bank BPIH5.

1. Perkembangan Dana Tabungan Haji

Sejak berdirinya Bank Mega Syariah karena berbasis Syariah

maka wajib memiliki produk utama yaitu tabungan haji. Secara

operasional sama seperti membuka tabungan pada umumnya. Ketika

bank masih memperbolehkan adanya talangan, nasabah banyak yang

berminat. Namun setelah ada aturan bahwa bank tidak boleh lagi

(54)

menerima talangan, pada akhirnya bank bekerjasama dengan KBIH

(Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) atau perkumpulan pengajian dan

pihak bank pun mengadakan seminar edukasi tentang tabungan haji.

2. Keunggulan Produk Dana Tabungan Haji

a. Sistem terhubung online SISKOHAT Kementrian Agama RI.

b. Porsi haji lebih cepat dengan switching SISKOHAT.

c. Setoran awal ringan (hanya Rp. 200.000,-).

d. Gratis biaya administrasi

e. Mendapatkan Perlindungan Asuransi (sesuai ketentuan yang

berlaku).

f. Mendapatkan bagi hasi.

g. Fleksibel dalam menentukan setoran selanjutnya.

h. Dapat memperoleh SMS notifikasi.

i. Disediakan fasilitas Autodebet untuk setoran bulanan.

j. Setoran online secara realtime di seluruh kantor cabang Mega

Syariah.

k. Mendapatkan VCD Manasik Haji.

(55)

G. Praktek Akad Mudharabah Dalam Dana Tabungan Haji di Bank Mega

Syariah KC Surabaya Darmo

1. Syarat-syarat Dana Tabungan Haji

Sebelum melakukan pembukaan rekening dana tabungan haji

Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo, ada beberapa syarat yang

harus dipenuhi oleh nasabah, diantaranya6:

a. Tidak ingin porsi

- KTP

- NPWP

b. Ingin porsi

- KTP

- KK

- Surat Nikah (jika sudah menikah)

2. Kewajiban Yang Harus Ditanggung Nasabah

- Nasabah wajib memberikan data yang valid dan masih berlaku.

- Nasabah wajib memberikan data yang lengkap tentang sumber

dana dan identitas diri.

- Nasabah bersedia memberikan informasi yang lengkap.

3. Kewajiban Bank Terhadap Nasabah

- Bank wajib menjaga kerahasiaan keterangan mengenai nasabah

penyimpan dan simpanannya.

(56)

- Bank wajib memberikan informasi yang benar pada waktu yang

tepat.

- Bank wajib berusaha mengerti kebutuhan pelanggan.

- Bank wajib berusaha melakukan peningkatan-peningkatan yang

berkesinambungan.

- Bank wajib berusaha memenuhi prinsip-prinsip yang berorientasi

pada pelayanan.

4. Hak Nasabah

- Mendapatkan layanan jasa yang diberikan oleh bank.

- Mendapatkan penjelasan tentang produk yang ditawarkan.

5. Hak Bank

- Menolak pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan yang

telah disepakati bersama.

H. Fasilitas yang diberikan Bank Mega Syariah dari Dana Tabungan Haji

Seperti halnya pada pendanaan lainnya pada Bank Mega Syariah,

pendanaan Dana Tabungan Haji juga memiliki keunggulan. Sehingga ada

beberapa fasilitas istimewa yang diberikan oleh pihak bank untuk para

calon haji baik saat pembukaan rekening maupun saat pemberangkatan

haji ke tanah suci. Berdasarkan hasil dari wawancara terhadap bapak

Wahyu, yang diberikan tersebut adalah7:

7 Wawancara dengan Bapak Wahyu Selaku Marketing Tabungan Haji Bank Mega Syariah pada

(57)

1. Porsi, calon jamaah haji akan mendapatkan nomor antrian

keberangkatan Ibadah Haji jika dana sudah terkumpul.

2. Bebas Biaya Admin, calon jamaah haji tidak dikenai potongan

bulanan.

3. Mendapatkan souvenir keberangkatan Haji, calon jamaah haji

mendapatkan kain batik, vcd haji dan kain ihram.

4. Pendampingan saat pemorsian ke depag, calon jamaah haji yang telah

mendaftar dan menabung akan didampingi oleh pihak Bank Mega

Syariah KC Surbaya Darmo saat pemorsian ke depag.

5. Proses cepat, begitu calon jamaah haji ada dana mencukupi untuk

syarat minimal pemorsian, pihak bank bisa langsung melakakukan

proses swicing/pemindah bukuan saldo ke rekening kemenang untuk

syarat pemorsian ke depag.

I. Aplikasi Akad Dana Tabungan Haji Pada Bank Mega Syariah KC

Surabaya Darmo

Tabungan Haji iB adalah tabungan yang ditujukan untuk nasabah

perorangan yang diperuntukkan untuk merencanakan dana keberangkatan

ibadah haji.

Untuk meningkatkan jumlah nasabah yang menggunakan dana

tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo, bank

bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain seperti penjelasan Bapak

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, jika Bank Mega Syariah Darmo Surabaya hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, maka akad mura>bah}ah dilakukan setelah

Penelitian ini menjelaskan mengenai corak mazhab pada fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI terkait tentang Musyarakah, Mudharabah dan Murabahah. Tiga hal yang menjadi

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, yang menjadi masalah dalam skripsi ini adalah bahwa pelaksanaan produk tabungan BSM di Bank Syariah

Pengurusan Haji oleh Lembaga Keuangan, praktek penetapan ija>rah pada akad Dana Talangan Haji di Puskopssim NU Jawa Timur tidak sesuai, karena, jasa pengurusan haji yang

Dalam persaingan yang ketat ini ada beberapa bank yang mendapat kepercayaan sebagai Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggara Ibadah Haji (BPS BPIH), salah

Penggunaan akad pada produk pembiayaan BSM cicil emas tersebut telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 77/DSN- MUI/V/2010 tentang jual beli

ABSTRAK IMPLEMENTASI MULTI AKAD DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH METRO MADANI PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL DSN MAJELIS ULAMA INDONESIA MUI Oleh: Nonik Ulfa Umiana

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui konsep jual beli Istishna menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional, untuk mengetahui pelaksanaan jual beli rumah dengan menggunakan akad Istishna