TABUNGAN HAJI DI BANK MEGA SYARIAH KC
SURABAYA DARMO
SKRIPSI
Oleh:
Tamara Dita Hakim NIM. C72213169
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya
ANALISIS FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN)
NOMOR 02/DSN-MUI/IV/2000 TERHADAP DANA
TABUNGAN HAJI DI BANK MEGA SYARIAH KC
SURABAYA DARMO
SKRIPSI Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syariah dan Hukum
Oleh
Tamara Dita Hakim NIM. C72213169
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bcrt anda t angan di bawah i ni:
Nama Tamara Dit a H a kim
NIM C72213 1 69
Fakul tas/Jurusan/Prodi Syariah dan H uk um/ Hukum Pcrdat a lslam/ Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
Judul Skripsi Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
Nomor 02/ DSN-M Ul/IV/2000 Tcrhadap Da na Tabungan Haji Di Bank Mega Syariah KC
Surabaya Dam10
menyat akan bahwa skripsi i ni sccara kesel uruhan adalah hasil pcnclit ian/karya
saya sendiri, kccua li pada bagian-bagian yang d i rujuk sumbemya.
Surabaya, 26 Maret 2017
Saya yang menyatakan ,
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang berjud ul "Anal i sis Fat wa Dewan Syariah Nas ional (DSN) Nomor
02/DSN-MUl/IV/2000 Tcrhadap Dan a Tabungan Haji d i Ban k Mega Syariah KC
Surabaya Darmo" yang d i t ul is olch Ta mara Dita H aki m N I M. C722 I 3 I 69 i n i
telah diperiksa dan d iset ujui untuk dimunaqasahkan.
PENGESAHAN
Skripsi yang ditulis oleh Tamara D
.
ita Hakim NIM. C72213169 ini teJahdipertahankan di depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya pada hari Senin, tanggal 17 April 2017, dan
dapat diterima sebagai salah satu persyaratan unt uk menyelesaikan program
sarjana strata satu dalam Ilmu Syariah.
Majelis Mllllaqasah Skripsi:
Penguji I, Penguji II,
Dr. Sri Wariiyati. SH. MH.
NIP. 196808262005012001 Penguji IV,
Dr. H. Darmawan, S.H.I., M.H.I
NIP. 198004102005011004
Moch. Zainul Arifin.S. Ag. M. Pd . I
NIP. 197104172007101004
Surabaya, 21 April 2017 Mengesahkan,
Skripsi yang berjudul ‚Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji di Bank Mega
Syariah KC Surabaya Darmo‛ adalah hasil penelitian lapangan untuk menjawab
pertanyaan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo? Dan 2) Bagaimana analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) 02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo?
Skripsi ini menggunakan jenis penelitian lapangan dengan metode kualitatif. Dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara. Metode analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif analisis melalui metode berfikir deduksi yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum, dan bertitik tolak dengan pengetahuan yang umum itu kita hendak menilai suatu kejadian khusus dan dibahas sesuai dengan hukum Islam.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa. Pertama, dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo memakai akad Mudha>rabah Muthla>qah. Akad Mudha>rabah Muthla>qah adalah akad pemilk dana memberikan modalnya kepada pengelola tanpa adanya syarat tertentu. Dasar mudha>rabah dalam Islam (fiqih muamalah), pada dasarnya transaksi bisnis yang menjadi inti dalam fiqih muamalah adalah transaksi bagi hasil. Akad mudha>rabah adalah satu akad dengan sistem bagi hasil. Akad tersebut diperbolehkan dalam Islam, karena untuk saling membantu antara orang yang mempunyai modal dan pelaku usaha. Dalam prakteknya Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo memakai akad mudha>rabah muthla>qah untuk produk Dana Tabungan Haji yang sudah sesuai dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000. Kedua, dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan menjelaskan tabungan yang dibenarkan yaitu
tabungan yang berdasarkan prinsip Mudha>rabah dan Wadi’ah. Dimana
kedudukan Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo yang mengurus dan membantu nasabah untuk mendapatkan seat/porsi dari pihak otoritas berhak mendapatkan nisbah atas pekerjaan yang berupa pelayanan pengurusan haji. Bank mega Syariah KC Surabaya Darmo tersebut memakai akad Mudha>rabah yang berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM...i
PERNYATAAN KEASLIAN...ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii
PENGESAHAN...iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN...vi
ASBTRAK...vii
KATA PENGANTAR...viii
DAFTAR ISI...x
DAFTAR TRANSLITERASI...xiii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah...5
C. Rumusan Masalah...6
D. Kajian Pustaka...7
E. Tujuan Penelitian...9
F. Kegunaan Hasil Penelitian...9
G. Definisi Operasional...10
H. Metodologi Penelitian...10
BAB II LANDASAN TEORI MUDHARABAH...16
A. Pengertian Mudharabah...16
B. Landasan Hukum Mudharabah...20
C. Rukun dan Syarat Mudharabah...22
D. Sifat Akad Mudharabah...25
E. Konsep Mudharabah dalam Perbankan Syariah...27
F. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Tentang Pembiayaan Mudharabah...29
BAB III Dana Tabungan Haji Pada Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...31
A. Sejarah Berdirinya PT. Bank Mega Syariah Sekilas Bank Mega Syariah...31
B. Visi, Misi dan Nilai-Nilai Perusahaan...34
C. Struktur Organisasi Perusahaan...34
D. Produk Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...35
E. Tujuan dan Manfaat Mudharabah...42
F. Latar Belakang Produk Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...43
G. Praktik Akad Mudharabah dalam Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...44
I. Aplikasi Akad Dana Tabungan Haji pada Bank Mega Syariah
KC Surabaya Darmo...47
J. Mekanisme Perolehan Dana Tabungan Haji pada Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...48
K. Operasional pada Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...48
BAB IV Analisis Fatwa DSN Nomor. 02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...50
A. Analisis Mekanisme Perolehan Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...52
B. Analisis Fatwa DSN Nomor. 02/DSN-MUI/IV/2000 Tergadap Dana Tabungan Haji Di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...55
BAB V PENUTUP...59
A. Kesimpulan...59
B. Saran...60
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibadah haji merupakan rukun islam ke-5 dan merupakan ibadah
yang wajib dilakukan setiap muslim yang mampu secara fisik dan
ekonomi. Di dalam masyarakat, ibadah haji tidak hanya bermakna ibadah
tetapi sekaligus berhubungan dengan status sosial di masyarakat, dengan
menunaikan ibadah haji status sosial masyarakat bisa meningkat.
Kemanapun ekonomi dan nilai budaya masyarakat sangat mempengaruhi
animo masyarakat Muslim untuk menunaikan ibadah haji yang pada
gilirannya berakibat pada membludaknya antrian calon jemaah haji, yang
dari tahun ke tahun masa tunggunya semakin lama. Kini, untuk dapat
menunaikan ibadah haji, seorang muslim tidak hanya harus memiliki
kemampuan secara ekonomi dan fisik tetapi juga harus memiliki
kesempatan (porsi) yang semakin hari peluangnya semakin terbatas
karena keterbatasan kuota haji yang dialosikan oleh Pemerintah Arab
Saudi kepada negara pengirim jemaah haji.
Kewajiban menunaikan ibadah haji berdasarkan Quran,
al-Sunnah, dan ijma’ adalah bukti ketundukan dan ketaatan seorang muslim
kepada Allah SWT. Bukan hanya masyarakat yang memiliki kemampuan
ibadah haji, namun dari kalangan yang kurang mampu secara ekonomi
dan fisikpun juga ingin menunaikan ibadah haji tersebut, karena ibadah
haji adalah ibadah yang wajib dan bilamana menjadi haji yang mabrur maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullahitu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
Standar kemampuan dalam melaksanakan ibadah haji adalah bukti
kasih sayang Allah kepada hamba-hambanya. Dia tidak membebani
kecuali sesuai dengan kadar kesanggupan seorang hamba.
Haji menjadi problem yang selalu aktual dari masa ke masa.
Bukan hanya karena haji merupakan ibadah panjang, mahal dan memiliki
tingkat partisipasi sangat tinggi, tetapi setiap kali musim haji tiba selalu
muncul problem yang sulit diselesaikan secara komperhensif. Dari mulai
antrian yang begitu panjang, fasilitas, hingga penentuan pembiayaan yang
oleh DPR dalam waktu yang selalu berdekatan dengan pelaksanaan
pemberangkatan ibadah haji.1
Dalam kegiatan ini Dewan Syariah Nasional memberikan
kesempatan pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) untuk merespon
kebutuhan masyarakat dalam berbagai produknya termasuk kepengurusan
haji dengan dikeluarkannya produk pembiayaan Dana Talangan Haji yang
sekarang digantikan oleh Dana Tabungan Haji oleh kemenag untuk
mendapatkan porsi keberangkatan haji. Dana talangan haji sudah di
gantikan oleh dana tabungan haji sejak tahun 2014, karena
mengakibatkan antrian yang terlalu panjang dan menyalahi aturan hukum
syara’. Peraturan ini dikeluarkan oleh Menteri Agama Nomor 24 Tahun
2016 tentang perubahan atas peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun
2013. Mengatur tentang BPS BPIH dilarang memberikan layanan dana
talangan haji baik secara langsung maupun tidak langsung.
Bank Mega Syariah sebelumnya menggunakan dana talangan haji
yaitu memberikan dana talangan kepada calon jamaah haji agar bisa
mendapatkan nomor porsi haji. Karena itu, di sana ditetapkan syarat agar
calon jamaah haji melunasi pembayaran porsi haji sebelum
keberangkatannya ke tanah suci. Ini membuktikan, bahwa akad dana
talangan ini jelas merupakan akad utang-piutang (qardh), bukan akad
ija>rah.
1 Koeswinarno, Efektivitas Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Dalam Memberikan Pelayanan dan
Maka dari itulah Kementerian Agama (kemenag) memutuskan
untuk mengganti dana talangan haji dengan dana tabungan haji. Karena
menggunakan dana talangan haji menyalahi hukum syara’ juga memicu
terjadinya antrian panjang daftar calon jamaah haji.
Dana tabungan haji merupakan salah satu fasilitas pembiayaan
untuk para nasabah. Tabungan haji adalah tabungan dalam mata uang
rupiah dengan akad Mudha>rabah yang diperuntukan khusus bagi nasabah
perorangan yang akan menjalankan ibadah haji.2
PT. Bank Mega Syariah merupakan salah satu perbankan syariah
penerima setoran BPIH (Biaya Penyelenggara Ibadah Haji) yang
memberikan fasilitas pembiayaan dana tabungan haji bagi nasabah calon
jamaah haji yang kekurangan dana untuk BPIH dalam mendapatkan
seat/porsi haji. Di sini Bank Mega Syariah bekerjasma dengan Kospin
Jasa untuk membantu nasabah yang kekurangan dana untuk melunasi dan
mendapatkan porsi haji. Kospin Jasa adalah Koperasi Simpan Pinjam
yaitu memberikan kemudahan pinjaman untuk mengatasi kesulitan dalam
modal termasuk pinjaman untuk ibadah haji.3
Dalam praktiknya, pembiayaan Dana Tabungan Haji pada Bank
Mega Syariah menggunakan akad Mudha>rabah Muthla>qah kepada
nasabahnya. Akad Mudha>rabah Muthla>qah adalah akad yang di dalamnya
pemilik modal memberikan modal (harta) pada pengelola untuk
mengelolanya tanpa adanya syarat tertentu, dan keuntungannya menjadi
2 http://www.bsmi.co/id diaskes pada tanggal 03-10-2016
milik bersama sesuai dengan apa yang mereka sepakati.4 Disini jelas akad
yang digunakan oleh Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo adalah
akad Mudha>rabah Muthla>qah yaitu memakai sistem bagi hasil bukan akad
utang piutang yang sudah sesuai dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000. Sha@hib Al-mal, adalah
pihak yang memiliki modal/dana, Mudha>rib adalah pihak yang
membutuhkan modal/dana dan juga pihak yang menjalan kegiatan atau
usaha dengan menggunakan modal/dana dari si pemilik modal.5
Jadi dari permasalahan di atas berdasarkan latar belakang peneliti
tertarik untuk meneliti tentang, apakah aplikasi tabungan haji di Bank
Mega Syariah KC Surabaya Darmo sudah sesuai dengan Fatwa
DSN-MUI, sebagaimana yang menjadi keputusan Fatwa DSN-MUI. Maka dari
itu penulis tertarik mengangkat permasalahan di atas dengan judul
‚Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor
02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji Di Bank Mega Syariah KC
Surabaya Darmo‛.
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari hasil penelitian sementara, maka muncul beberapa masalah
yang diantaranya:
4 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattini,
(Jakarta: Gema Insani, 2011),476.
a. Mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank Mega Syariah.
b. Proses pendaftaran pembukaan tabungan haji di Bank Mega
Syariah.
c. Penentuan pembayaran dengan sistem kredit dalam pembiayaan
haji di Kospin Jasa.
d. Kesesuaian antara teori dan praktek dana tabungan haji di Bank
Mega Syariah.
e. Penentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor
02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega Syariah
KC Surabaya Darmo.
2. Batasan Masalah
Dari beberapa masalah yang tercantum di atas masih bersifat
umum, sehingga diperlukan batasan-batasan masalah dalam
pembahasannya supaya lebih terarah pada ruang lingkupnya serta
permasalahannya. Maka penulis memberikan batasan pembahasan
melipurti sebagai berikut:
a. Mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank Mega Syariah
KC Surabaya Darmo.
b. Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor tentang
dana tabungan 02/DSN-MUI/IV/2000 haji di Bank Mega Syariah
C. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas permasalahan yang ingin dibahas atau dikaji dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank Mega
Syariah KC Surabaya Darmo?
2. Bagaimana analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor
02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega
Syariah KC Surabaya Darmo?
D. Kajian Pustaka
Penelitian yang penulis buat ini belum ditemukan ada yang
meneliti di fakultas ini. Akan tetapi penulis menemukan beberapa
penelitian tentang dana haji yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Aplikasi Akad Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada Bank
Mega Syariah‛, yang disusun oleh Kartika Tri Mukti. Penelitian
sebelumnya ini membahas tentang aplikasi akad pembiayaan dana
talangan haji di bank mega syariah. Peneliti menemukan hasil bahwa dana
talangan haji pada bank mega syariah menggunakan dua akad, yaitu akad
qard dan ijarah.6
Penelitian berikutnya berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Produk Talangan Haji (Studi Di Bank Syariah Mandiri Cabang Cik Di
Tiro Yogyakarta)‛ ditulis Muhammad Bahtiyar Rifai penelitian ini
6Kartika Tri Mukti, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aplikasi Akad Pembiayaan Dana
membahas tentang bagaimana pandangan islam terhadap talangan haji.
Hasil yang didapat peneliti adalah bahwa produk talangan haji di Bank
Syariah Mandiri Cik Di Tiro Yogyakarta tidak bertentangan dengan
hukum islam karena selain tetap memperhatikan istita’ah sebagai syarat
wajib haji, kemaslahatan yang ditimbulkan juga dirasakan oleh pihak
bank maupun pihak nasabah.7
Penelitian dengan penulis Vina Zakiyatul Fajriyyah dengan judul
‚Tinjauan Yuridis Terhadap Pembayaran Pembiayaan Dana Talangan
Haji Di Bank BNI Konvensional Capem Ngoro Industri Mojokerto‛
ditemukan temuan studi yakni nasabah melakukan pengajuan pembiayaan
dana talangan haji di Bank BNI Syariah namun dalam perbulan nasabah
membayarkan pembiayaan dana talangan tersebut di Bank BNI
Konvensional. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pembayaran
pembiayaan dana talangan haji di Bank BNI Konvensional ditinjau
menurut ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 dapat
dikatakan belum sesuai karena masih belum memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia. Dikarenakan prinsip anatara
Bank Syariah dan Bank Konvensional.8
Dari beberapa kajian yang diteliti masih membahas tentang
talangan haji, sedangkan sudah digantikan dengan dana tabungan haji
7Muhammad Bahtiyar Rifai, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Produk Talangan Haji (Studi Di
Bank Syariah Mandiri Cabang Cik Di Tiro Yogyakarta‛ (Skripsi-Uin Sunan Kalijaga,
Yogyakarta, 2010), 72.
8Vina Zakiyatul Fajriyyah, ‚Tinjauan Yuridis Terhadap Pembayaran Pembiayaan Dana Talangan
Haji Di Bank BNI Konvensional Capem Ngoro Industri Mojokerto‛ (Skripsi-Uin Sunan Ampel,
oleh depag, alasan itulah yang melatarbelakangi penyusun untuk meneliti
lebih jauh tentang dana tabungan haji sesuai dengan Fatwa DSN.
E. Tujuan Penelitian
Adapun penulis meneliti dan membahas masalah ini dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank
Mega Syariah.
2. Untuk menganalisa Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor
02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega
Syariah KC Surabaya Darmo.
F. Manfaat/Kegunaan Penelitian
Manfaat/kegunaan penelitian yang diharapkan penulis yakni agar
bermanfaat dan berguna untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Secara teoritis, sebagai upaya untuk menambah wawasan dan
pengetahuan perihal mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank
Mega Syariah, sehingga dapat dijadikan informasi bagi para pembaca
yang ingin menabung untuk pemberangkatan haji.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu berguna bagi
masyarakat luas yang ingin melaksanakan ibadah haji. Serta sebagai
ibadah haji. Bagi Bank Syariah, skripsi ini dapat dijadikan pedoman
dalam melaksanakan pembiayaan dana tabungan haji di kemudian hari.
G. Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul ‚Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji di
Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo‛. Untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas mengenai pengertian dalam judul skripsi ini, maka
penulis tegaskan beberapa istilah-istilah sebagai berikut:
1. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
: Sebuah lembaga yang berperan dalam
menjamin ke-Islamannya keuangan syariah
di seluruh dunia.
2. Dana Tabungan Haji : Merupakan tabungan yang diperuntukan
bagi nasabah dalam mempersiapkan Biaya
Penyelengaraan Ibadah Haji (BPIH).
H. Metode Penelitian
1. Data yang dikumpulkan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas:
a. Data tentang mekanisme perolehan dana tabungan haji Bank Mega
b. Data tentang ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang ibadah haji.
2. Sumber data
Secara garis besar sumber data yang digunakan dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:
a. Sumber primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat
pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi
yang dicari9, data tersebut meliputi:
1. Roziq selaku Recovery Staff di Bank Mega KC Surabaya
Darmo
2. Wahyu selaku Funding di Bank Mega Syariah KC Surabaya
Darmo
3. Sakti selaku Marketing Tabungan Haji di Bank Mega
KCSurabaya Darmo
4. Fatwa DSN-MUI
b. Sumber sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya10, data
tersebut meliputi:
1. Ascarya, Akad dan Produk Perbankan Syariah, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada
2. Ali, Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta, Sinar
Grafika
3. Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
Deskripsi dan Ilustrasi, Ekonesia
4. Remy Sjahdeini, Remy, Perbankan Islam, Grafitri
5. Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,
PT Raja Grafindo Persada
6. Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah Jilid 4, Pena Pundi Aksara
7. Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 5, Gema
Insani
3. Teknik pengumpulan data
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa
teknik untuk mengumpulkan data, antara lain sebagai berikut:
a. Wawancara
Adalah suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan pada para responden. Dengan ini penulis menggunakan
jenis wawancara tidak terstruktur yakni dengan cara pertanyaan
yang diajukan bersifat fleksibel tetapi tidak menyimpang dari
tujuan wawancara yang ditetapkan.11
b. Observasi
Adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis
untuk kemudian dilakukan pencatatan. Kegiatan yang dilakukan
penulis melalui penglihatan dan pendengaran secara langsung dan
dapat dilakukan denga tes, kuesioner, rekaman gambar dan
rekaman suara.12
c. Dokumentasi
Merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui data tertulis dengan menggunakan analisis yang ada.
4. Teknik pengelolaan data
Adapun teknik yang digunakan dalam pengelolaan data
yakni:
a. Editing, yaitu: kegiatan memeriksa instrumen penelitian
(termasuk kuesioner survei) yang sudah terisi.13
b. Coding, yaitu: pemberian kode dalam bentuk angka atau huruf.14
c. Analizing, yaitu: mengadakan penggalian terhadap data-data yang
telah disusun dengan cara menyelami dan merefleksikan data
tersebut agar dapat ditarik kesimpulan.
5. Teknik analisis data
12
Ibid., 63.
Setelah data terkumpul langkah selanjutnya peneliti adalah
menganalisis data, teknik yang digunakan dalam menganalisis data
menggunakan deskriptif analisis dengan mengedepankan pola pikir
deduktif, yaitu menggambarkan hasil penelitian diawali teori atau
dalil yang bersifat umum.
Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/objek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya.15
Peneliti mendeskripsikan berdasarkan variabel-variabel yang
diteliti. Dan dalam hal ini peneliti akan mendeskripsikan tentang
Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor
02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji Di Bank Mega Syariah
KC Surabaya Darmo. Disamping itu, peneliti akan menganalisa
masalah yang ada dan memberikan solusi terhadap masalah yang
dihadapi.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penulis, maka penelitian ini nanti akan dibagi
dalam beberapa bab, tiap-tiap bab dibagi beberapa sub bab. Susunan
sistematikanya sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan yang meliputi: latar belakang
masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah,
tinjauan pustaka, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
operasional, metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian, data yang
dikumpulkan, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengelolaan
data, teknik analisis data lalu dirangkai dengan sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi landasan teori mudha@rabah yang menjelaskan
tentang pengertian mudha>rabah}, landasan hukum mudha>rabah, rukun dan
syarat mudha>rabah, sifat akad mudha>rabah, konsep mudhar>abah dalam
perbankan syariah serta Fatwa DSN tentang mudha>rabah .
Bab ketiga mengemukakan dengan jelas hasil penelitian lapangan
tentang dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo.
Yang terbagi dalam dua sub bab. Pertama sekilas mengenai profil Bank
Mega Syariah KC Surabaya Darmo. Kedua mekanisme perolehan dana
tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo.
Bab keempat mengemukakan hasil analisis penelitian yaitu
Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor
02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC
Surabaya Darmo.
Bab kelima skripsi ini akan diakhiri dengan penutup yang berisi
kesimpulan dan saran. Hal ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan
masalah dan untuk mengetahui sejauh mana penelitian telah dilakukan
BAB II
LANDASAN TEORI MUDHARABAH
A. Pengertian Mudha>rabah
Mudha>rabah adalah bahasa penduduk Irak dan qiradh atau
muqaradhah bahasa penduduk Hijaz. Namun, pengertian qiradh dan
mudha>rabah adalah satu makna. Jadi menurut bahasa, mudha>rabah atau
qiradh berarti al-qath’u (potongan), berjalan, dan atau bepergian. Menurut
para fuqaha, mudha>rabah ialah akad antara dua belah pihak (orang) saling
menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya dan pihak satu
sebagai pengelola..1
Dalam mengaplikasikan, mudha>rabah penyimpan atau deposan
bertindak sebagai Sha@hib Al-mal (pemilik modal) dan bank sebagai
Mudha>rib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan
pembiayaan mudha>rabah atau ija>rah. Akad mudha>rabah merupakan akad
utama yang digunakan oleh bank syariah baik untuk penghimpun dana
(pendanaan) maupun untuk penyaluran dana (pembiayaan). Mudha>rabah
terbagi menjadi 2 macam yaitu, Mudha>rabah Muthla>qah biasa
diaplikasikan dalam pendanaan, sedangkan mudha>rabah Muqayyadah
biasa diaplikasikan dalam pendanaan maupun pembiayaan.
Mudha>rabah Muthla>qah adalah seseorang yang memberikan modal
kepada yang lain tanpa syarat tertentu. Sha>hibul mal memberikan dana
untuk pembiayaan dan mudha>rib sebagai pengelola, keuntungan akan di
bagi sesuai kesepakatan, dibagi tiga (dua pertiga dan sepertiga), dan
sebagainya. Atau dapat pula seseorang yang memberikan modalnya secara
akad mudha>rabah tanpa menentukan pekerjaan, tempat, waktu, sifat
pekerjaannya, dan siapa yang boleh berinteraksi dengannya.2
Transaksi ini tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan
wilayah bisnis. Di sini sha>hibul mal memberikan keleluasan kepada
mudha>rib untuk melakukan usaha sesuai kehendaknya, tetapi sejalan
dengan prinsip syariah, dengan modal yang diberikan kepadanya. Mudha>rib
harus diberikan perintah dan wewenang untuk melakukan hal-hal yang
diperlukan dalam melakukan usaha. Seluruh pengeluaran rutin yang
berhubungan dengan mudha>rabah, yang bukan pengeluaran pribadi
mudha>rib akan dibebankan ke dalam akun mudha>rabah. Mudha>rib tidak
diperbolehkan untuk melakukan perhitungan ulang atau menentukan angka
mutlak terhadap keuntungan di muka, keuntungan akan dibagi antara
sha>hibul mal dan mudha>rib sesuai dengan proporsi yang telah disetujui di
muka dan tercantum secara jelas pada perjanjian mudha>rabah.3
Akad mudha>rabah dalam dunia perbankan diterapkan sebagai
tabungan, salah satunya sebagai tabungan haji. Tabungan Haji Syariah
2 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattini,
(Jakarta: Gema Insani, 2011),479-480.
sangat direkomendasikan bagi nasabah yang berencana untuk menunaikan
ibadah haji ke Tanah Suci. Tabungan Haji Syariah adalah jenis produk
tabungan berdasarkan akad Mudha>rabah Muthla>qah yang sesuai dengan
prinsip syariah. Nasabah menyetorkan sejumlah dana dengan jumlah tetap
dengan jangka waktu tertentu hingga target dana tercapai. Dana yang
terkumpul digunakan sebagai pembiayaan pelaksanaan haji. Tabungan Haji
syariah berbeda dengan Tabungan Syariah. Maka jika nasabah ingin
membuka rekening untuk Tabungan Haji Syariah. Berapapun uang yang
dimiliki segera mungkin untuk ditabung ke rekening haji agar cepat naik
haji.
Sedangkan Mudha>rabah Muqayyadah adalah akad mudha>rabah yang
pemilik modal menentukan salah satu hal di atas. Atau pemilik modal
memberikan seribu dinar, misalnya pada orang lain untuk mudha>rabah
dengan syarat agar mengelolanya di negeri tertentu, atau barang tertentu,
atau waktu tertentu, atau tidak menjual dan membeli kecuali dari orang
tertentu.4 Dalam aktivitas pendanaan akad mudha>rabah digunakan dalam
produk tabungan dan investasi. Tabungan Haji menggunakan akad
mudha>rabah muthla>qah. Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk
melakukan pembiayaan5.
Hasil mudha>rabah usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah
yang disepakati. Bila bank menggunakannya untuk melakukan mudha>rabah
4 Ibid., 480
pembiayaan, maka bank bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi.6
Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh
pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank
syariah. Dalam hal terdapat dua pihak yang melakukan perjanjian usaha,
maka hasil atas usaha yang dilakukan oleh kedua pihak atau salah satu
pihak, akan dibagi sesuai dengan porsi masing-masing pihak yang
melakukan akad perjanjian.
Pembagian hasil usaha dalam perbankan syariah ditetapkan
dengan menggunakan nisbah. Nisbah yaitu persentase yang disetujui oleh
kedua belah pihak dalam menentukan bagi hasil atas usaha yang
dikerjasamakan.7 Nisbah bagi hasil antara pemodal dan pengelola harus
disepakati di awal perjanjian. Besarnya nisbah bagi hasil masing-masing
pihak tidak diatur dalam Syariah, tetapi tergantung kesepakatan mereka.
Nisbah bagi hasil bisa dibagi rata 50:50, tetapi bisa juga 30:70, 60:40, atau
proporsi lain yang disepakati.
Pembagian keuntungan yang tidak diperbolehkan adalah dengan
menentukan alokasi jumlah tertentu untuk salah satu pihak. Diperbolehkan
juga untuk menentukan proporsi yang berbeda untuk situasi yang berbeda.
Misalnya, jika pengelola berusaha di bidang produksi, maka nisbahnya 50
persen, sedangkan kalau pengelola berusaha di bidang perdagangan, maka
nisbahnya 40 persen.8
6 Heri Sudarsono, Bank&Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia,2004), 59. 7 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), 95-96.
B. Landasan Hukum Mudha>rabah
1. Dasar Hukum Mudharabah dalam Al-Qur’an
Artinya: ‚Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung‛. (QS. Al-Jumuah ayat 10)9
'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar Termasuk orang-orang yang sesat‛. (QS. Al-Baqarah 198)10
2. Dasar Hukum Mudharabah dalam Hadits
Hadis Rasulullah SAW:
‚Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Abbas bin Abdul
Munthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara
mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi
lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak yang
berparu-paru basah. Jika menyalahi peraturan tersebut, maka yang
bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah
9 Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, cet10 (Bandung: Dipenogoro, 2012), 553.
10
syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah pun
memperbolehkannya.‛ (HR. Thabrani)11
3. Dasar Hukum Mudharabah
Secara ijma’ juga dinyatakan bahwa mudha>rabah
diperbolehkan. Dalil ijma’ adalah apa yang diriwayatkan oleh Jamaah
dari para sahabat bahwa mereka memberikan harta anak yatim untuk
dilakukan mudha>rabah atasnya, dan tidak ada seorang pun yang
mengingkarinya. Oleh karena itu, dianggap sebagai ijma’.
Ibnu Taimiyah menetapkan landasan hukum mudha>rabah dengan
ijma’ yang berlandaskan pada nash. Mudha>rabah sudah terkenal di
kalangan bangsa Arab jahiliah, terlebih di kalangan suku Quraisy.
Mayoritas orang Arab bergelut di bidang perdagangan. Para pemilik
modal memberikan modal mereka kepada para amil (pengelola).
Rasulullah pun pernah mengadakan perjalanan dagang dengan
membawa modal orang lain sebelum beliau diangkat menjadi nabi.
Beliau juga pernah mengadakan perjalanan dagang dengan mengelola
modal Khadijah. Kalifah dagang yang terdapat di dalamnya Abu
Sufyan , mayoritas mereka melakukan mudha>rabah dengan Abu
Sufyan dan yang lainnya.12
11 Ibid., 85
12 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattini,
C. Rukun dan Syarat Mudha>rabah
Rukun mudha>rabah adalah ijab dan qabul yang dilakukan oleh orang
yang layak melakukan akad.
Akad mudha>rabah tidak disyaratkan adanya lafadz tertentu, akan tetapi
dapat diungkapkan dengan bentuk apa pun yang menunjukkan makna
mudha>rabah. Akad dinilai dari tujuan dan maknanya bukan lafadz dan
ungkapan verbal.13
Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu, yaitu ijab
(ungkapan membeli dari pembeli) dan kabul (ungkapan menjual dari
penjual). Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah
kerelaan (rida/taradhi) kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual
beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan unsur hati yang
sulit diindra sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi yang
menunjukan kerelaan itu dari kedua belah pihak. Indikasi yang menujukkan
kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli menurut
mereka boleh tergambar dalam ijab dan kabul, atau melalui cara saling
memberikan barang dan harga barang (ta’athi).14
Menurut ulama Syafi’iyah, rukun-rukun qiradh ada enam, yaitu:
1. Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya;
2. Orang yang bekerja, yaitu mengelola barang yang diterima dari pemilik
barang;
3. Aqad mudharabah, dilakukan oleh pemilik dengan pengelola barang;
4. Mal, yaitu harta pokok atau modal;
5. Amal, yaitu pekerjaan pengelolahan harta sehingga menghasilkan laba;
6. Keuntungan.
Menurut Sayyid Sabiq, rukun mudha>rabah adalah ijab dan kabul
yang keluar dari orang yang memiliki keahlian.
Sedangkan syarat sahnya terdiri dari15:
1. Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai. Apabila
barang itu berbentuk mas atau perak batangan (tabar), mas hiasan atau
barang dagangan lainnya, mudha>rabah tersebut batal.
2. Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu melakukan
tasharruf, maka dibatalkan akad anak-anak yang masih kecil, orang
gila, dan orang-orang yang berada di bawah pengampuan.
3. Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara modal
yang diperdagangkan dengan laba atau keuntungan dari perdagangan
tersebut yang akan dibagikan kepada dua belah pihak sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati.
4. Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal
harus jelas persentasenya, umpamanya setengah, sepertiga, atau
seperempat.
5. Melafazkan ijab dari pemilik modal, misalnya aku serahkan uang ini
kepadamu untuk dagang jika ada keuntungan akan dibagi dua dan
kabul dari pengelola.
6. Mudha>rabah bersifat mutlak, pemilik modal tidak mengikat pengelola
harta untuk berdagang di negara tertentu, memperdagangkan
barang-barang tertentu, pada waktu-waktu tertentu, sementara di waktu lain
tidak karena persyaratan yang mengikat sering menyimpang dari
tujuan akad mudha>rabah, yaitu keuntungan. Bila dalam mudha>rabah
ada persyaratan-persyaratan, maka mudha>rabah tersebut menjadi rusak
(fasid) menurut pendapat al-Syafi’i dan Malik. Sedangkan menurut
Abu Hanifah dan Ahmad Ibn Hanbal, mudha>rabah tersebut sah.
Abu Hanifah dan Ahmad berpendapat bahwa tidak disyaratkan
mutlak dalam akad mudha>rabah. Keduanya beralasan, ‚jika akad
mudharabah sah dilakukan secara mutlak, maka sah juga dengan
bersyarat (muqayyad).‛ Dalam mudha>rabah muqayyad pelaksana tidak
boleh menyalahi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam akad. Jika
dilanggar, maka segala resiko menjadi tanggung jawab pekerja.16
Dari Hakim bin Hazm bahwa disyaratkan bagi pemilik modal
ketika memberikan hartanya kepada seseorang untuk dikelola untuk
mengatakan, ‚Hartaku jangan dimasukkan dalam kemasan basah atau
dibawa mengarungi lautan atau dibawa melewati arus air, bila
dilakukan kau wajib bertanggung jawab.‛
16 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid 4, Ter Hasanuddin (Jakarta: Pena Pundi Aksara: 2006),
Bentuk kesanggupan untuk haji menurut Imam Asy-Syafi’i.
Kemampuan itu ada dua sisi17:
1. Seseorang mampu secara fisik dan memiliki harta yang cukup
untuk membiayai perjalanan ke haji, sehingga kemampuannya itu
sempurna. Ia terbebani fardhu haji, dan kewajibannya tidak gugur
selama dalam kondisi seperti ini selain ia mengerjakan haji sendiri.
2. Tubuhnya ringkih dan tidak sanggup duduk baik di atas kendaraan,
padahal orang yang berhaji itu pasti menaiki kendaraan sehingga ia
bisa dihajikan dengan berada di atas kendaraan, tetapi ia mampu
untuk mmeperoleh orang yang menaatinya apabila ia
memerintahnya untuk menajiskannya, atau ia memiliki harta yang
dengan sebagian harta itu ia menemukan orang yang diupahnya
untuk menghajikannya. Dengan demikian, orang tersebut termasuk
orang yang terkenai kewajiban haji sebagaimana kemampuannya.
D. Sifat Akad Mudha>rabah
Para ulama sepakat bahwa akad Mudha>rabah sebelum ‘amil
(pengelola) mulai bekerja maka belum mengikat sehingga baik pemilik
modal maupum ‘amil boleh membatalkannya. Namun, mereka berbeda
pendapat jika ‘amil telah mulai bekerja dalam mudha>rabah. Imam Malik
berpendapat bahwa akadnya mengikat (lazim) dengan telah dimulainya
pekerjaan, dan akad ini juga bisa diwariskan. Oleh karena itu, jika
mudha>rib mempunyai beberapa anak yang dapat dipercaya untuk
mengelola, maka mereka boleh melakukan mudha>rabah atau qiradh
seperti bapak mereka. Dan jika mereka tidak bisa mengelolanya
(dipercaya), mereka bisa mencari orang yang bisa mengelola. Jika ‘amil
telah mulai bekerja, maka akadnya tidak bisa dibatalkan hingga
modalnya menjadi uang, bukan barang.
Sedangkan Abu Hanifah, Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat
bahwa akadnya tidak mengikat (tidak lazim), sehingga pemilik modal
dan ‘amil bisa membatalkan akadnya jika mereka mau. Selain itu, akad
ini bukan akad yang diwariskan.
Sumber perbedaan pendapata anatara dua kelompok ini adalah
bahwa Malik menjadikan akad itu mengikat (lazim) setelah
pekerjaannya dimulai, karena pembatalan akad bisa menyebabkan
kemudharatan, sehingga ia termasuk akad yang bisa diwariskan.
Sementara kelompok kedua menyamakan pekerjaan yang telah dimulai
dengan pekerjaan yang belum di mulai. Hal itu karena mudha>rabah
adalah mengelola harta orang lain dengan izinnya, sehingga pemilik
modal dan ‘amil (pengelola) bisa membatalkan akadnya, sama
sepertidalam wadi>’ah dan waka>lah.
Akan tetapi, ulama Hanafiyah dan yang sependapat dengan
mereka mensyaratkan untuk sahnya pembatalan dan menyudahi
mudha>rabah, pelaku akad yang lain harus mengetahui adanya
Ulama Hanafiyah juga mensyaratkan bahwa modal harus menjadi uang
ketika pembatalan. Jika modal tersebut masih berbentuk barang, seperti
harta bergerak atau tidak bergerak, maka pembatalan tersebut tidak sah
menurut mereka.
Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa jika
mudha>rabah batal dan modalnya berbentuk barang sementara pemilik
modal dan pengelola sepakat untuk menjualnya atau membaginya, maka
hal itu dibolehkan karena hak mereka itu tidak keluar dari kekuasaan
mereka. Jika ‘amil meminta modal tersebut dijual sedangkan pemilik
modal menolaknya, maka pemilik modal harus dipaksa untuk
menjualnya, karena hak ‘amil adalah mendapatkan untuk dan
keuntungan tersebut tidak bisa di peroleh kecuali dengan adanya
penjualan.18
E. Konsep Mudha>rabah dalam Perbankan Syariah
Konsep mudha>rabah diatur dalam Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 19 ayat 1 huruf b yaitu:
‚menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad
mudha>rabah atau akad yang lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah‛.
18 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattini,
Secara istilah, mudha>rabah adalah akad kerja sama antara sha>hib
al-mal (pemilik modal) dengan mudha>rib (yang mempunyai keahlian
atau keterampilan) untuk mengelolah suatu usaha yang produktif dan
halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama
berdasarkan nisbah yang disepakati, jika terjadi kerugian ditanggung
shahib al-mal. Dalam akad mudha>rabah ini, terjadi
percampuran/penggabungan (partnership) dua pihak, yaitu pihak pemilik
modal (sha>hib al-mal) dan pihak pekerja (mudha>rib).
Dasar mudha>rabah di dalam Islam (fiqih muamalah), pada
dasarnya transaksi bisnis yang menjadi inti dalam fiqih muamalah
adalah transaksi bagi hasil. Akad mudha>rabah adalah salah satu akad
dengan sistem bagi hasil. Akad tersebut diperbolehkan dalam Islam,
karena untuk saling membantu antara orang yang mempunyai modal dan
pelaku usaha. Semangat yang ada dalam akad mudha>rabah adalah
semangat kerja sama dan saling menutupi kelemahan masing-masing
pihak.
Mudha>rabah merupakan salah satu bentuk kerjasama antara
pemilik modal/sha>hibul mal terhadap pengusaha/mudha>rib yang
memiliki keahlian di dalam berbisnis tetapi tidak memiliki modal yang
cukup untuk berbisnis, maka pihak pemilik modal menyerahkan
modalnya kepada mudha>rib dengan perjanjian bag hasil. Konsep
pengusaha/mudharib saja. Pihak Perbankan Syariah hanya terlibat selaku
pihak intermediary agar dapat memberikan kepastian hukum, baik bagi
pemilik modal atau pengusaha. Atas konsep ini, maka Perbankan
Syariah menerapkan konsep mudha>rabah.19
F. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang pembiayaan Mudha>rabah
1. Ketentuan Umum Mudharabah
Ketentuan tabungan telah diatur dalam Fatwa DSN
No.02/DSN-MUI/IV/2000. Dalam Fatwa ini, ketentuan umum tabungan adalah
sebagai berikut:
Pertama : Tabungan ada dua jenis :
1. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu
tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga.
2. Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang
berdasarkan prinsip Mudha>rabah dan Wadi>’ah.
Kedua : Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudha>rabah:
1. Dalam transaksi ini nasabah bertidnak sebagai shahibul
mal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai
mudha>rib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudha>rib, bank dapat
melakukan berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudha>rabah
dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam
bentuk tunai dan bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk
nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudha>rib menutup biaya operasional
tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang
menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah
keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang
bersangkutan.
Ketiga : Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Wadi’ah:
1. Bersifat simpanan.
2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau
berdasarkan kesepakatan.
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam
bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari
BAB III
DANA TABUNGAN HAJI PADA BANK MEGA SYARIAH KC SURABAYA DARMO
A.Sejarah Berdirinya PT. Bank Mega Syariah Sekilas Bank Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum
yang didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri Keuangan RI
No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT Corpora (d/h Para Group)
melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT Para Rekan
Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham memang ingin
mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank umum syariah.
Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank
Tugu dikonversi menjadi bank syariah melalui Keputusan Deputi Gubernur
Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 menjadi PT Bank Syariah Mega
Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004, sesuai dengan Keputusan Deputi
Gubernur Bank Indonesia No.6/11/KEP.DpG/2004. Pengonversian tersebut
dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai upaya pertama
pengonversian bank umum konvensional menjadi bank umum syariah.
Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun
kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan
perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional
yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi
Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT.
Bank Syariah Mega Indonesia berganti nama menjadi PT Bank Mega
Syariah.
Untuk mewujudkan visi "Tumbuh dan Sejahtera Bersama
Bangsa", CT Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki
komitmen dan tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega
Syariah sebagai bank umum syariah terbaik di industri perbankan syariah
nasional. Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat modal
bank. Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu memberikan
pelayanan terbaik dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan
kompetitif di industri perbankan nasional. Misalnya, pada 2010, sejalan
dengan perkembangan bisnis, melalui rapat umum pemegang saham
(RUPS), pemegang saham meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar
menjadi Rp1,2 triliun dan modal disetor bertambah dari Rp150,060 miliar
menjadi Rp318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai
Rp787,204 miliar.
Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran manajemen
Bank Mega Syariah senantiasa bekerja keras, memegang teguh prinsip
kehati-hatian, serta menjunjung tinggi asas keterbukaan dan
profesionalisme dalam melakukan kegiatan usahanya. Beragam produk juga
terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta didukung
infrastrukur layanan perbankan yang semakin lengkap dan luas, termasuk
Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus
mengukuhkan semboyan "Untuk Kita Semua", pada 2008, Bank Mega
Syariah mulai memasuki pasar perbankan mikro dan gadai. Strategi
tersebut ditempuh karena ingin berperan lebih besar dalam peningkatan
perekonomian umat yang mayoritas memang berbisnis di sektor usaha
mikro dan kecil.
Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank
devisa. Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa
dan terlibat dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah
memperluas jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau
ranah domestik, tetapi juga ranah internasional. Strategi peluasan pasar dan
status bank devisa itu akhirnya semakin memantapkan posisi Bank Mega
Syariah sebagai salah satu bank umum syariah terbaik di Indonesia.
Selain itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh
izin dari Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai bank
penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH). Dengan
demikian, bank ini menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS BPIH yang
tersambung secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu
(Siskohat) Depag RI. Izin itu tentu menjadi landasan baru bagi Bank Mega
Syariah untuk semakin melengkapi kebutuhan perbankan syariah umat
Indonesia.1
B. Visi, Misi dan Nilai-Nilai Perusahaan
Visi adalah tujuan atau gambaran masa depan yang akan kita raih
dalam waktu yang telah ditentukan. Visi dalam Bank Mega Syariah KC
Surabaya Darmo sendiri yaitu Tumbuh dan Sejahtera Bersama Bangsa.
Misi adalah apa yang akan kita lakukan untuk mencapai tujuan
tersebut. Misi dalam Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo sendiri yaitu
bertekad mengembangkan perkonomian syariah melalui sinergi dengan
semua pemangku kepentingan, menerbarkan nilai-nilai kebaikan yang
islami dan manfaat bersama sebagai wujud komitmen dalam berkarya dan
beramal serta senantiasa meningkatkan kecakapan diri dan berinovasi
mengembangkan produk layanan terbaik yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.2
Nilai-nilai dalam perusahaan merupakan landasan moral untuk
mencapai visi dan misi perusahaan. Nilai-nilai perusahaan di Bank Mega
Syariah KC Surabaya Darmo yaitu Integrity, Synergy, Excellence.
C. Struktur Organisasi Perusahaan
1. President Director.
2. Business Director.
- Financing Business& Network Group.
- Commersial Bussiness Division.
- Joint Financing Business Division.
- Network Division.
- Collection & Recovery Division.
- Business & Product Development Division.
3. Operation, IT & Support Director.
- Transactional & Financing Operation Division.
- General Affairs Division.
- Information Technology Division.
4. Risk, Compliance & HC Director.
- Risk Management Division.
- Compliance Division.
- Human Capital Management Division.
- Internal Control Division.
D. Produk Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo
1. Funding (Produk Pendanaan)
a. Tabungan Utama iB
Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan yang
memberikan kemudahan, kenyamanan dan keuntungan sesuai
prinsip syariah.
- Simpanan dalam mata uang rupiah.
- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Wadiah atau
- Dana sapat diambil sewaktu-waktu oleh nasabah.
b. Tabungan Haji iB
Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan yang
diperuntukkan untuk merencanakan dana keberangkatan ibadah
haji.
- Simpanan dalam mata uang rupiah.
- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah
Muthlaqah.
- Dana tidak dapat ditarik, kecuali untuk setoran awal porsi haji
dan setoran pelunasan biaya penyelenggara Ibadah Haji.
c. Mega Syariah Mobile
Layanan perbankan yang disediakan oleh Bank Mega Syariah
untuk bertransaksi perbankan melalui ponsel. Nasabah dapat
melakukan transaksi non tunai seperti cek saldo, transfer maupun
melihat histori transaksi secara real time dengan biaya yang
murah.
- Memberikan kenyamanan bertransaksi kapan dan dimana saja.
- Sistem keamanan yang handal dengan PIN Challenge
menjadikan layanan ini sangat aman.
- Terdapat 3 pilihan penggunaan:
1. Melalui SMS
2. Melalui USSD
d. Tabungan Platinum iB
Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan yang
memberikan pelayanan utama dengan berbagai keuntungan dan
fleksibilitas.
- Setoran awal ringan.
- Hadiah langsung yang menarik.
- Dapat bertransaksi diseluruh jaringan ATM Prima BCA,
Bersama & Mega Net.
e. Tabungan Investasya iB
Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan dan non
perorangan yang memberikan bagi hasil lebih tinggi untuk dan
investasi lebih besar.
- Simpanan dalam mata uang rupiah.
- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah
Muthlaqah.
- Nilai investasi akan berpotensi naik/turun mengikuti
pergerakan profit bank.
- Dana dapat diambil sewaktu-waktu oleh nasabah.
f. Tabungan Rencana iB
Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan yang
dapat digunakan untuk merencanakan kegiatan sesuai keinginan
nasabah.
1. Tabungan rencana – setoran rutin
Jumlah dan tanggal setoran tetap setiap bulannya sesuai
dengan pilihan nasabah.
2. Tabungan rencana – setoran non rutin
Jumlah dan tanggal setoran bebas sesuai cashflow
nasabah, namun nasabah memiliki terget dana dan waktu
pemenuhan terget dananya.
- Simpanan dalam mata uang rupiah.
- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah
Muthlaqah.
- Jangka waktu 6 s/d 216 bulan (18 tahun).
- Rekening akan ditutup secara otomatis jika terjadi gagal
debet setoran sebanyak 3 kali berturut-turut.
g. Tabungan Simpel Ib
Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan (khusus
siswa) dengan persyaratan mudah dan sederhana serta fitur yang
menarik, dalam rangka edukasi dan inklusi keuangan untuk
mendorong budaya menabung sejak dini.
- Simpanan dalam mata uang rupiah.
- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah
Muthlaqah.
2. Financing (Produk Pembiayaan)
Merupakan fasilitas pembiayaan yang diberikan untuk
membiayai kebutuhan investasi atau pengadaan barang modal,
seoerti renovasi, rehabilitasi, perluasan usaha atau pun pendirian
proyek baru.
- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.
- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah
Muthlaqah.
- Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.
- Realisasi pembiayaan dapat secara langsung atau bertahap.
- Pembayaran angsuran fleksibel dan disesuaikan dengan
kemampuan nasabah.
- Margin tetap sepanjang waktu pembiayaan (akad murabahah).
b. Pembiayaan IMBT iB
Fasilitas pembiayaan investasi dengan akad Ijarah
Muntahiyah bit Tamlik (IMBT) dimana obyek yang dapat dibiayai
adalah barang bergerak yang dapat diikat dengan fiducia.
- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.
- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Ijarah Muntahiyah
bit Tamlik.
- Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.
- Obyek yang dibiayai adalah barang bergerak yang ready stock.
- Harga sewa yang belum jatuh tempo dapat dilakukan review
c. Pembiayaan MMQ iB
Fasilitas pembiayaan kepemilikan asset melalui pola
kerjasama atas suatu usaha sewa, dimana penyertaan porsi dana
Bank menurun karena pengambilalihan oleh nasabah.
- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.
- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Musyarakah
Muntanaqisah.
- Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.
- Obyek yang dibiayai adalah barang bergerak yang ready stock.
- Harga sewa yang belum jatuh tempo dapat dilakukan review
dan penyesuaian dengan tingkat imbal hasil yang berlaku.
d. Pembiayaan Modal Kerja
Merupakan fasilitas pembiayaan dengan tujuan pemberian
tambahan dana unruk modal kerja usaha baik untuk persediaan
usaha maupun untuk menutupi piutang usahanya.
- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.
- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Murabahah dan
Musyarakah.
- Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.
- Struktur pembiayaan bersifat revolving dan non revolving.
- Pembayaran angsuran fleksibel dan disesuaikan dengan
kemampuan nasabah.
e. Pembiayaan Rekening Koran Syariah iB
Merupakan fasilitas pembiayaan modal kerja dengan akad
Musyarakah, dimana realisasi maupun pembayaran pokok dapat
dilakukan berulang – ulang kali, selama limit fasilitasnya belum
terlampaui dan pembiayaan belum jatuh tempo.
- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.
- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Musyarakah.
- Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.
- Bersifat revolving.
f. Pembiayaan Join Financing
Kerjasama antara Bank Mega Syariah dengan Perusahan Mitra
untuk melakukan pembiayaan secara syariah kepada nasabah / end
user dengan sumber dananya merupakan sharing antara Bank
Mega Syariah dan Perusahaan Mitra.
- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.
- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Murabahah dan
Ijarah Muntahiyah bit Tamlik.
- Struktur pembiayaan kepada end user dapat disesuakan
dengan produk pembiayaan usaha mitra.
- Tujuan pembiayaan dapat berupa pembiayaan konsumtif
g. Pembiayaan Implant Banking Program
Fasilitas pembiayaan kepada karyawan Perusahaan Mitra
melalui kerjasama dimana Perusahaan Mitra tersebut bertindak
sebagai penjamin (corporate guarantee) atas pembiayaan yang
diterma oleh karyawannya.
- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.
- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Murabahah dan Ijarah
Multijasa.
- Jangka waktu pembiayaan yang fleksibel.
- Proses pembiayaan karyawan yang cepat dan mudah.3u
E. Tujuan dan Manfaat Mudharabah
a. Bagi Bank
1. Salah satu bentuk penyaluran dana;
2. Memperoleh pendapatan dalam bentuk bagi hasil sesuai pendapatan
usaha yang dikeloal nasabah.
3. Pengembalian pokok pembiayaan sesuai dengan cash flow.
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati untuk mencari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan
yang konkert dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
b. Bagi Nasabah
Memenuhi kebutuhan modal usaha melalui sistem kemitraan
dengan bank.4tungan sesuai p
rinsip syariah
F. Latar Belakang Produk Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC
Surabaya Darmo
Dunia perbankan Indonesia mengalami perkembangan yang cukup
pesat, bisa dilihat dengan semakin banyaknya bermunculan bank-bank
baru termasuk bank yang dibentuk oleh suatu pemerintah daerah. Kondisi
ini sudah tentu akan menimbulkan persaingan ketat dalam dunia
perbankan. Dalam persaingan yang ketat ini ada beberapa bank yang
mendapat kepercayaan sebagai Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggara Ibadah Haji (BPS BPIH), salah satunya adalah Bank Mega
Syariah KC Surabaya Darmo. Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo
ingin menjadi BPIH (Bank Penerima Setoran Haji) yang kemudian
mendaftar ke Kemenag dan disetujui menjadi Bank BPIH5.
1. Perkembangan Dana Tabungan Haji
Sejak berdirinya Bank Mega Syariah karena berbasis Syariah
maka wajib memiliki produk utama yaitu tabungan haji. Secara
operasional sama seperti membuka tabungan pada umumnya. Ketika
bank masih memperbolehkan adanya talangan, nasabah banyak yang
berminat. Namun setelah ada aturan bahwa bank tidak boleh lagi
menerima talangan, pada akhirnya bank bekerjasama dengan KBIH
(Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) atau perkumpulan pengajian dan
pihak bank pun mengadakan seminar edukasi tentang tabungan haji.
2. Keunggulan Produk Dana Tabungan Haji
a. Sistem terhubung online SISKOHAT Kementrian Agama RI.
b. Porsi haji lebih cepat dengan switching SISKOHAT.
c. Setoran awal ringan (hanya Rp. 200.000,-).
d. Gratis biaya administrasi
e. Mendapatkan Perlindungan Asuransi (sesuai ketentuan yang
berlaku).
f. Mendapatkan bagi hasi.
g. Fleksibel dalam menentukan setoran selanjutnya.
h. Dapat memperoleh SMS notifikasi.
i. Disediakan fasilitas Autodebet untuk setoran bulanan.
j. Setoran online secara realtime di seluruh kantor cabang Mega
Syariah.
k. Mendapatkan VCD Manasik Haji.
G. Praktek Akad Mudharabah Dalam Dana Tabungan Haji di Bank Mega
Syariah KC Surabaya Darmo
1. Syarat-syarat Dana Tabungan Haji
Sebelum melakukan pembukaan rekening dana tabungan haji
Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo, ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh nasabah, diantaranya6:
a. Tidak ingin porsi
- KTP
- NPWP
b. Ingin porsi
- KTP
- KK
- Surat Nikah (jika sudah menikah)
2. Kewajiban Yang Harus Ditanggung Nasabah
- Nasabah wajib memberikan data yang valid dan masih berlaku.
- Nasabah wajib memberikan data yang lengkap tentang sumber
dana dan identitas diri.
- Nasabah bersedia memberikan informasi yang lengkap.
3. Kewajiban Bank Terhadap Nasabah
- Bank wajib menjaga kerahasiaan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya.
- Bank wajib memberikan informasi yang benar pada waktu yang
tepat.
- Bank wajib berusaha mengerti kebutuhan pelanggan.
- Bank wajib berusaha melakukan peningkatan-peningkatan yang
berkesinambungan.
- Bank wajib berusaha memenuhi prinsip-prinsip yang berorientasi
pada pelayanan.
4. Hak Nasabah
- Mendapatkan layanan jasa yang diberikan oleh bank.
- Mendapatkan penjelasan tentang produk yang ditawarkan.
5. Hak Bank
- Menolak pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan yang
telah disepakati bersama.
H. Fasilitas yang diberikan Bank Mega Syariah dari Dana Tabungan Haji
Seperti halnya pada pendanaan lainnya pada Bank Mega Syariah,
pendanaan Dana Tabungan Haji juga memiliki keunggulan. Sehingga ada
beberapa fasilitas istimewa yang diberikan oleh pihak bank untuk para
calon haji baik saat pembukaan rekening maupun saat pemberangkatan
haji ke tanah suci. Berdasarkan hasil dari wawancara terhadap bapak
Wahyu, yang diberikan tersebut adalah7:
7 Wawancara dengan Bapak Wahyu Selaku Marketing Tabungan Haji Bank Mega Syariah pada
1. Porsi, calon jamaah haji akan mendapatkan nomor antrian
keberangkatan Ibadah Haji jika dana sudah terkumpul.
2. Bebas Biaya Admin, calon jamaah haji tidak dikenai potongan
bulanan.
3. Mendapatkan souvenir keberangkatan Haji, calon jamaah haji
mendapatkan kain batik, vcd haji dan kain ihram.
4. Pendampingan saat pemorsian ke depag, calon jamaah haji yang telah
mendaftar dan menabung akan didampingi oleh pihak Bank Mega
Syariah KC Surbaya Darmo saat pemorsian ke depag.
5. Proses cepat, begitu calon jamaah haji ada dana mencukupi untuk
syarat minimal pemorsian, pihak bank bisa langsung melakakukan
proses swicing/pemindah bukuan saldo ke rekening kemenang untuk
syarat pemorsian ke depag.
I. Aplikasi Akad Dana Tabungan Haji Pada Bank Mega Syariah KC
Surabaya Darmo
Tabungan Haji iB adalah tabungan yang ditujukan untuk nasabah
perorangan yang diperuntukkan untuk merencanakan dana keberangkatan
ibadah haji.
Untuk meningkatkan jumlah nasabah yang menggunakan dana
tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo, bank
bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain seperti penjelasan Bapak