Copyright @ P
us
litbang BSN, salinan artikel i
ni dibuat oleh Pusl itbang unt uk ke giatan penelitia n, pen didika n, d an pengem bang an standar C opyright @ R & D of B
SN, this copy iss
ued by R & D for researc h, educati on an d standard d evelo pment
STANDARDISASI MUTU KAYU BERDASARKAN KETAHANANNYA
TERHADAP PENGGEREK DI LAUT
Oleh
Mohammad Muslich, Ginuk Sumarni1
Abstrak
Penggunaan kayu tidak hanya untuk di darat, tetapi juga di laut yaitu berupa kapal kayu, dermaga, tiang pancang dan lainnya. Kayu yang digunakan tersebut tidak luput dari serangan penggerek di laut. Jenis penggerek ini sangat banyak, pada umumnya dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu Mollusca dan Crustacea. Penyebaran binatang ini sangat luas, hampir ada di seluruh perairan, di daerah tropis dapat dijumpai sepanjang tahun. Seran2gan yang terjadi berupa lubang gerek pada bagian kapal, dermaga atau tiang pancang yang terendam air, sehingga sangat merugikan dan berbahaya bila terkena gelombang. Penelitian telah dilakukan terhadap 200 jenis kayu yang direndam di laut selama 6 bulan, diuji ketahanannya terhadap penggerek di laut. Hasilnya menunjukkan bahwa kelas ketahanan kayu dapat dinilai melalui tingkat serangan penggerek terhadap kayu. Berdasarkan penelitian ini, kelas awet kayu terhadap penggerek di laut dapat dibedakan menjadi 5 macam mutu kayu yaitu kelas I (sangat tahan), kelas II (tahan), kelas III (sedang), kelas IV (buruk) dan kelas V (sangat buruk). Dari 200 jenis kayu yang diteliti tersebut, 2,5% termasuk kelas I, 5% kelas II, 13% kelas III, 25% kelas IV, dan 54,5% kelas V.
Kata kunci: standardisasi, mutu kayu, penggerek di laut
1
Copyright @ P
us
litbang BSN, salinan artikel i
ni dibuat oleh Pusl itbang unt uk ke giatan penelitia n, pen didika n, d an pengem bang an standar C opyright @ R & D of B
SN, this copy iss
ued by R & D for researc h, educati on an d standard d evelo pment I. PENDAHULUAN
Lebih kurang dua per tiga wilayah Indonesia terdiri dari lautan, sehingga banyak kayu yang digunakan untuk keperluan angkutan antar pulau berupa perahu, kapal, tiang pancang, dermaga dan bangunan lainnya. Kayu yang digunakan untuk keperluan tersebut tentunya tidak luput dari serangan organisme penggerek di laut atau yang sering disebut dengan “marine borers”. Organisme penggerek kayu di laut yang sering dijumpai yaitu dari golongan Mollusca dan Crustacea. Golongan Mollusca dibedakan menjadi dua famili yaitu Teredinidae dan Pholadidae, sedangkan golongan Crustacea dibedakan menjadi tiga famili yaitu Limnoridae, Sphaeromatidae dan Cheluridae. Penyebaran organisme ini sangat luas dan dapat dijumpai baik di laut, pantai atau di perairan payau. Di daerah tropis organisme ini berkembang dengan pesat dan dapat dijumpai sepanjang tahun.
Di Indonesia mengenal lima kelas awet, yaitu kelas I yang paling awet sampai kelas V yang paling tidak awet (Oey Djoen Seng, 1964). Klasifikasi ini hanya berlaku untuk serangga dan jamur tanpa mengindahkan kelas awet kayu terhadap penggerek di laut. Oey Djoen Seng juga menyatakan bahwa dari 4000 jenis kayu Indonesia, hanya sebagian kecil saja (15-20%) yang termasuk dalam kelas awet tinggi (I dan II) sedangkan sisanya termasuk kelas awet rendah (III, IV dan V). Klasifikasi inilah yang sampai sekarang masih dipakai sebagai pegangan untuk memperkirakan keawetan alami kayu terhadap organisme perusak. Padahal klasifikasi tersebut bukan berdasarkan dari hasil penelitian yang mendalam, melainkan berdasarkan informasi dan hasil pengamatan di lapangan yang dicocokkan dengan data dan berbagai sumber. Klasifikasi tersebut sama sekali belum menyentuh mengenai ketahanan kayu terhadap penggerek di laut.
Penelitian ketahanan kayu terhadap penggerek di laut pertama kali dilakukan oleh Gonggrijp (1932) dan Bianchi (1933) terhadap sembilan jenis kayu yaitu lara (Metrosideros sp), resak durian (Cotyleibium flavum Pierre), tempinis (Sloetia elongate Kds), kolaka (Parinari corumbosa Miq.), malas (Parastemon urophyllum A.DC.), jati (Tectona grandis L.f), ulin (Eusideroxylon zwageri T.et B), teruntum (Lumnitzera littorea Voight) dan bungur (Langerstroemia speciosa Pers).
Muslich dan Sumarni (2004) telah melakukan penelitian ketahanan 62 jenis kayu yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia terhadap penggerek di laut. Selanjutnya secara berkala dilakukan penelitian oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan sehingga mencapai 200 jenis kayu. Pada tulisan ini dikemukakan hasil penelitian tersebut.
Copyright @ P
us
litbang BSN, salinan artikel i
ni dibuat oleh Pusl itbang unt uk ke giatan penelitia n, pen didika n, d an pengem bang an standar C opyright @ R & D of B
SN, this copy iss
ued by R & D for researc h, educati on an d standard d evelo pment
Bahan yang dipakai pada penelitian ini ialah 200 jenis kayu yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia yaitu Jawa Barat (72 jenis), Jawa Tengah (2 jenis), Lampung (4 jenis), Sumatera Selatan (2 jenis), Palembang (6 jenis), Riau (6 jenis), Kalimantan Timur (32 jenis), Kalimantan Barat (7 jenis), Kalimantan Tengah (3 jenis), Sulawesi Selatan (11 jenis), Sulawesi Tengah (14 jenis), Sulawesi Tenggara (1 jenis), Ambon (7 jenis), Nusa Tenggara Timur (2 jenis) dan Irian Jaya (26 jenis). Masing-masing jenis kayu dibuat contoh uji berukuran 2,5 cm x 5,0 cm x 30 cm sebanyak 10 kali sebagai ulangan. Pada bagian tengah permukaan terlebar dibuat lubang dengan diameter 1,5 cm.
Contoh uji diikat satu sama lain (direnteng) melalui lubang dengan tali plastik, di antara contoh uji dengan yang lain diberi sekat dengan selang plastik dan dibuat rakit seperti pada Gambar 1.
Gambar 1 Ukuran Contoh Uji dan Susunan Rakit yang Dipasang di Laut Lokasi penelitian ketahanan kayu terhadap penggerek di laut, dilakukan di perairan Pulau Rambut (Kepulauan Seribu). Perairan tersebut mempunyai salinitas sekitar 30–33 permil dan suhu sekitar 28-29°C, pantainya berkarang, berpasir putih dan bebas dari polusi atau limbah buangan. Perubahan salinitas, suhu, arus dan gelombang pada setiap tahunnya tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, sehingga populasi
TALI PLASTIK CONTOH UJI PARALON PELAMPUNG TALI PLASTIK CONTOH UJI PIPA PLASTIK 5 cm 30 cm 2,5 cm PEMBERAT
Copyright @ P
us
litbang BSN, salinan artikel i
ni dibuat oleh Pusl itbang unt uk ke giatan penelitia n, pen didika n, d an pengem bang an standar C opyright @ R & D of B
SN, this copy iss
ued by R & D for researc h, educati on an d standard d evelo pment
penggerek di perairan tersebut dapat berkembang dengan baik (Muslich dan Sumarni, 1987).
Rakit dipasang di laut secara vertikal dan setelah 6 bulan diambil untuk diamati intensitas serangan penggerek. Untuk menilai intensitas serangan pada contoh uji, dilakukan dengan membelah bagian tengah permukaan terkecil menjadi dua bagian yang sama. Klasifikasi kelas ketahanan kayu terhadap serangan penggerek di laut, tercantum pada Tabel 1.
Untuk identifikasi jenis penggerek yang menyerang contoh uji, diamati struktur cangkuk dan bentuk palet serta bekas lubang gereknya sesuai dengan kunci identifikasi yang disusun oleh Turner (1971).
Tabel 1 Klasifikasi Ketahanan Kayu Terhadap Penggerek Kayu di Laut Kelas Ketahanan Intensitas Serangan (%) Selang Intensitas Serangan
I < 7 Sangat tahan II 7-27 Tahan III 27-54 Sedang IV 54-79 Buruk V > 79 Sangat buruk Sumber: BSN (2006)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 200 jenis contoh uji kayu yang dipasang di perairan Pulau Rambut selama 6 bulan, sebagian besar mendapat serangan berat dari penggerek di laut. Hasil klasifikasi kelas ketahanan dari 200 jenis kayu tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 dan sebagai pembanding dicantumkan pula kelas awet kayu menurut klasifikasi Oey Djoen Seng (1964). Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 200 jenis kayu, hanya 5 jenis atau 2,5% saja yang termasuk dalam kelas ketahanan I yaitu resak (Cotylelobium flavum Pierre), kandole (Diploknema oligomera H.J.L), ulin (Eusidiroxylon zwageri T.et B), kayu besi (Metrosideros petiolata Kds) dan pelawan merah (Tristania maingayi Duthie). Selanjutnya 10 jenis atau 5% yang termasuk kelas ketahanan II yaitu empas (Bouea burmanica Griff.), eboni (Diospyros celebica Bakh), bangkirai (Hopea dryobalanoides Miq.), tanjung (Mimusops elingi L), kusegoro (Neonauclea maluense S.Moore), gewaya hutan (Parastemon versteeghii Merr.et Perry), kolaka (Parinari corymbosa Miq), jati (Tectona grandis L.f), bitti (Vitex cofassus Reinw), dan laban (Vitex pubescens Val). Sebagian besar lainnya yaitu 26 jenis atau 13% termasuk kelas III, 50 jenis atau 25% termasuk kelas IV dan 109 atau 54.5% termasuk kelas V. Jenis kayu yang termasuk kelas III, IV dan V dalam pemakaian yang bersentuhan dengan air laut
Copyright @ P
us
litbang BSN, salinan artikel i
ni dibuat oleh Pusl itbang unt uk ke giatan penelitia n, pen didika n, d an pengem bang an standar C opyright @ R & D of B
SN, this copy iss
ued by R & D for researc h, educati on an d standard d evelo pment
harus diawetkan agar umur pakainya bertambah panjang (Barly dan Abdurrochim, 1996).
Tabel 2 Kelas Awet 200 Jenis Kayu Indonesia Terhadap Penggerek di Laut
No. Jenis Kayu Nama
Daerah
Asal Kayu Berat Jenis Intensitas Serangan (%) Kelas Ketahanan Kelas Awet *)
1 Acasia mangium Willd. Mangium Jawa Barat 0.73 67 IV III
2 Adenanthera microsperma
T.et B. Sembreena Irian Jaya 0.80 40 III II-I
3 Agathis borneensis Warb Agatis Jawa Barat 0.55 86 V IV
4 Agathis beccerii Warl. Damar
daging Jawa Barat 0.52 90 V IV
5 Agatthis beekingii M.Dr. Kidamar Jawa Barat 0.51 90 V IV
6 Agathis celebica Warl. Damar Jawa Barat 0.61 86 V IV
7 Aglaia eusideroxylon K.et V. Sao Irian Jaya 0.72 66 1V II-III 8 Ailanthus integrifolia Lamp. - Sulawesi
tengah 0.38 95 V -
9 Ailanthus malabarica D.C. Kirontasi Sulawesi
tengah 0.38 80 V V
10 Albizia falcataria L. Fosberg Sengon Jawa Barat 0.33 96 V IV/V
11 Alstonia angustiloba Miq. Pulai Lampung 0.36 76 V V
12 Alstonia congengsis Engl. Pulai Jawa Barat 0.30 90 V -
13 Alstonia cytheria Sm.n. Susuk Irian Jaya 0.31 90 V -
14 Alstonia pneumatophora
Bakh. Pulai rawang
Sulawesi
Selatan 0.34 93 V V
15 Altingia excelsa Noronha. Rasamala Jawa Barat 0.81 66 IV II-III
16 Anthocephalus cadamba
Miq. Saif Irian Jaya 0.28 90 V IV-V
17 Antiaris toxicaria Lesch. Basoah Irian Jaya 0.42 95 V V
18 Artocarpus lanceifolius
Roxb. Mersiput
Kalimantan
Timur 0.42 93 V III
19 Bischoffia javanica Bl. Gadog Jawa Barat 0.75 65 V III-II
20 Blumeodendron tundifolium
Meer. Perupuk
Kalimantan
Barat 0.63 80 V IV
21 Bouea burmanica Griff. Empas Kalimantan
Timur 1.02 27 II II
22 Burckella macropoda H.J.L. Nyatoh Ambon 0.66 69 V -
23 Calophyllum inophyllum L. Nyamplung Riau 0.69 45 III II-III
24 Calophyllum soulatri Burm.f. Mengkakal Kalimantan
Barat 0.54 73 IV II-IV
25 Campnosperma macrophylla
Hook.f Terentang
Kalimantan
Barat 0.48 90 V V
26 Canarium vulgare Lumk. Kenari Ambon 0.51 85 V -
27 Canarium sumatranum
Boerl.et Kds Kenari Lampung 0.53 85 V V
Copyright @ P
us
litbang BSN, salinan artikel i
ni dibuat oleh Pusl itbang unt uk ke giatan penelitia n, pen didika n, d an pengem bang an standar C opyright @ R & D of B
SN, this copy iss
ued by R & D for researc h, educati on an d standard d evelo pment
No. Jenis Kayu Nama
Daerah
Asal Kayu Berat Jenis Intensitas Serangan (%) Kelas Ketahanan Kelas Awet *) Th.
29 Cassia siamea Lamp. Johor Jawa Barat 0.84 35 III I-II
30 Castanopsis javanica A.Dc. Kali morot Jawa Barat 0.68 93 V III 31 Cedrella mexicana
M..Roem. Handarusa Jawa Barat 0.32 90 V III
32 Celtis latifolia Planch. Schiega Irian Jaya 0.52 83 V IV
33 Ceropia peltata L. Bos pepaya Jawa Barat 0.34 90 V -
34 Colona scabra Burr. Bunu Sulawesi
Selatan 0.40 96 V V
35 Cotylelobium flavum Pierre. Resak Kalimantan
Barat 1.01 0.00 I I
36 Cratoxylon arborescens Bl. Gerunggang Kalimantan
Timur 0.47 96 V IV
37 Dacryodes rostrata H.J.L. Kemayan Jawa Barat 0.91 45 III III
38 Dactylocladus stenostachys
Oliv. Mentibu
Kalimantan
Barat 0.53 85 V IV/V
39 Dalbergia parviflora Roxb. Kayu taka Jawa Barat 0.83 33 III I 40 Dialium platysepalum Baker. Keranji Sumatera
Selatan 0.98 35 III I
41 Diospyros celebica Bakh. Eboni Sulawesi
Tengah 0.92 23 II I
42 Diospyros macrophylla Bl. Maurula Sulawesi
Tengah 0.60 83 V V 43 Diospyros pilosanthera Blanco. K.hitam Sulawesi Tengah 0.80 70 IV II-III 44 Diploknema oligomera H.J.L. Kandole Sulawesi Tenggara 1.12 0 I I-II
45 Dillenia reticulata King. Simpur Jawa Barat 0.75 66 IV III
46 Dipterocarpus apendiculatus
Schy. Keruing
Kalimantan
Tengah 0.78 45 III III
47 Dipterocarpus caudiferus Merr. Keruing d.lbr. Kalimantan Timur 0.69 70 IV IV 48 Dipterocarpus cornutus
Dyer. Keruing bulu
Kalimantan
Timur 0.82 50 III IV
49 Dipterocarpus retusus Bl. Kruing Jawa Barat 0.75 50 III III
50 Dracontomelon dao Merr. Et
Rolfe Kaili Sulawesi Tengah 0.63 73 IV II-IV 51 Dracontomelon mangiferum Bl. Rau Sulawesi Tengah 0.58 66 IV IV
52 Drypetes longifolia Pax. Et
Hoff. Batu K. Ambon 0.78 50 III III
53 Duabanga moluccana Bl. Benuang laki Kalimantan
Timur 0.39 93 V IV-V
54 Durio zibethinus Murr. Durian Sulawesi
Tengah 0.57 73 IV IV-V
Copyright @ P
us
litbang BSN, salinan artikel i
ni dibuat oleh Pusl itbang unt uk ke giatan penelitia n, pen didika n, d an pengem bang an standar C opyright @ R & D of B
SN, this copy iss
ued by R & D for researc h, educati on an d standard d evelo pment
No. Jenis Kayu Nama
Daerah
Asal Kayu Berat Jenis Intensitas Serangan (%) Kelas Ketahanan Kelas Awet *) Timur
56 Drypetes longifolia Pax et
Hoff. Buniyaga
Sulawesi
Selatan 0.78 56 IV III
57 Dyera costulata Hook. F. Jelutung Kalimantan
Tengah 0.43 90 V V
58 Elaeocarpus sphaericus
K.Schum. Hongmako Irian Jaya 0.49 90 V V
59 Elaeocarpus deglupta Bl. - Sulawesi
Selatan 0.57 85 V -
60 Elmerrilia ovalis Dandy. Uru Sulawesi
Selatan 0.43 85 V II
61 Endospermum malaccense
Muell.
Sendok-sendok Riau 0.45 90 V V
62 Eucalyptus alba Reiw. Ampupu Jawa Barat 0.89 66 IV III-II
63 Eucalyptus deglupta Bl. Leda Jawa Barat 0.57 90 V IV
64 Eucalyptus citriodora Hook. - Jawa Barat 0.80 70 IV III
65 Eucalyptus platyphylla
F.V.M. Yua mea NTT 1.02 33 III II-III
66 Eucalyptus urophylla
S.T.Blake - NTT 1.05 46 III II
67 Eugenia polyantha Wight. Gosula Ambon 0.64 96 V III
68 Eusideroxylon zwageri T.et
B Ulin
KalimantanT
imur 1.04 0 I I
69 Evodia aromatica Bl. Ki sampang Jawa Barat 0.43 85 V V
70 Ficus nervosa Heyne. Beringin Sulawesi
Tengah 0.30 95 V V
71 Ficus pubinervis Bl Beringin Sulawesi
Tengah 0.42 76 IV V
72 Fragraea fragans Roxl. Tembesu Riau 0.81 35 III I
73 Ganua motleyana Pierre. Ketian Palembang 0.56 85 V IV
74 Ganophyllum falcatum Bl. Sehara Irian Jaya 0.79 60 IV III
75 Gonystylus bancanus Kurz. Ramin Kalimantan
Barat 0.63 80 V V
76 Gonystylus macrophyllus
A.Shaw. Pulai miang Riau 0.62 85 V V
77 Gonystylus velutinus
A.Shaw. Seranai Riau 0.59 80 V V
78 Gossampinus malabarica
Alst. Randu alas Jawa Barat 0.30 95 V V
79 Haplolobus celebicus H.J.L Lengai Jawa Barat 0.64 83 V III-IV
80 Hernandia ovigera L. Fofo Irian Jaya 0.31 95 V V
81 Heritiera javanica Pongokan Jawa Barat 0.80 75 IV II-III
82 Heritiera litoralis Deyand. Rarum Ambon 0.98 66 IV I-II
83 Hevea brasiliensis Muell.
Copyright @ P
us
litbang BSN, salinan artikel i
ni dibuat oleh Pusl itbang unt uk ke giatan penelitia n, pen didika n, d an pengem bang an standar C opyright @ R & D of B
SN, this copy iss
ued by R & D for researc h, educati on an d standard d evelo pment
No. Jenis Kayu Nama
Daerah
Asal Kayu Berat Jenis Intensitas Serangan (%) Kelas Ketahanan Kelas Awet *)
84 Hollutus blumcanus Muell
Ary. Perupuk
Kalimantan
Timur 0.56 66 IV -
85 Homalium foetidum Benth. Petion Irian Jaya 0.76 50 III II-IV 86 Hopea dryobalanoides Miq. Bangkirai Kalimantan
Tengah 0.72 2 0 II II(III-I)
87 Hopea mengarawan Miq Nyerabat Kalimantan
Timur 0.71 65 IV II-III
88 Hopea odorata Roxb. - Jawa Barat 0,65 80 V -
89 Hopea sangal Korth. Cengal Jawa Barat 0.70 65 IV II-III
90 Hopea sangal Korth. Merawan Lampung 0.70 75 IV II-III
91 Horspecdia sylvertris Warb. Bomsi Irian Jaya 0.45 90 V -
92 Hymenaea courbaril L. Marasi Jawa Barat 0.63 75 IV III
93 Intsia bijuga O.Ktze Sekka Irian Jaya 0.84 43 III I-II
94 Intsia palembanica Miq. Ipil Kalimantan
Timur 0.79 50 III II-I
95 Kallapia celebica Kosterm. Kalapi Sulawesi
Selatan 0.64 50 III II
96 Khaya anthotheca C.Dl. Mahoni
uganda Jawa Barat 0.48 80 V -
97 Khaya grandifolia C.DC. Mahoni
afrika Jawa Barat 0.58 79 IV -
98 Khaya senegelensis A.Jun Mahoni Jawa Barat 0.45 85 V -
99 Koompassia excelsa Taub Bangeris Kalimantan
Timur 0.83 70 IV III-IV
100 Koompassia malaccensis
Maeng. Kempas Palembang 0.95 80 V III-IV
101 Koordersiodendron
pinnatum Meer Kelembiring
Kalimantan
Timur 0.83 80 V II-III
102 Lithocarpus sundaicus Bl.
Kost.
Pasang
kayang Jawa Barat 0.58 90 V -
103 Litsea firma Hook.f. Madog panel Kalimantan
Barat 0,56 85 V III-IV
104 Litsea odorifera Val. Menako Irian Jaya 0.42 90 V IV-V
105 Lumnitzera littorea Voigt. Susup Riau 0.83 45 III II
106 Mallotus blumeanus
Muell.Arg. Bungbulang Jawa Barat 0.63 85 V V
107 Mangifera foetida Lour. Mangga hutan
Sulawesi
Tengah 0.73 70 IV II-III
108 Mangifera minor Bl. Merantaipa Sulawesi
Tengah 0.63 66 IV III
109 Melanorrhoea sp. Regas burung
Kalimantan
Timur 0.87 40 III II
110 Melia excelsa Jack. Surian
bawang Jawa Barat 0.60 85 V III-IV
111 Metrosideros petiolata Kds. Kayu besi Sulawesi
Copyright @ P
us
litbang BSN, salinan artikel i
ni dibuat oleh Pusl itbang unt uk ke giatan penelitia n, pen didika n, d an pengem bang an standar C opyright @ R & D of B
SN, this copy iss
ued by R & D for researc h, educati on an d standard d evelo pment
No. Jenis Kayu Nama
Daerah
Asal Kayu Berat Jenis Intensitas Serangan (%) Kelas Ketahanan Kelas Awet *)
112 Mezzttia parviflora Becc. Pisang-pisang
Kalimantan
Barat 0.61 80 V V
113 Mimusops elingi L. Tanjung Jawa Barat 1.00 25 II I/II
114 Myristica subaculata Miq. Merantihan Palembang 0.37 90 V V
115 Neonauclea maluense
S.Moore. Kusegoro Irian Jaya 0.81 20 II III
116 Ochroma grandiflora
Rowlee. Balsa Palembang 0.30 95 V V
117 Ochrosia fisifolia Mgf. Asakka Irian Jaya 0.57 90 V V
118 Octomeles sumatrana Miq Starka Irian Jaya 0.33 86 V V
119 Palaqium obovatum Engl. Kune Kalimantan
Timur 0.67 50 III IV
120 Palaquium gutta Bail. Nyatoh Kalmantan
Timur 0.69 50 III IV
121 Palaquium multiflorum
Peere. Songwa Irian Jaya 0.99 85 V II-III
122 Palaquium obtusifolium
Burck. Hantu
Sulawesi
Tengah 0.56 80 V IV-V
123 Parasarianthes falcataria
Niel. Sengon Jawa Barat 0.33 95 V IV-V
124 Parastemon versteeghii
Merr.et P.
Gewaya
hutan Palembang 1.09 20 II II-III
125 Parinari corymbosa Miq. Kolaka Kalimantan
Timur 0.96 23 II III
126 Pentadisma butyracea Sab. Buter tree Jawa Barat 0.51 90 V
127 Peronema canescens Jack. Sungkai Jawa Barat 0.63 73 IV III
128 Pimeleodendron
amboinicum Hask. Komwa Irian Jaya 0.57 85 V V
129 Pinus khasya Rowlee. Pinus Jawa Barat 0.54 90 V
130 Pinus merkusii Jungh. et de
Vries Pinus Jawa Barat 0.55 93 V III-IV
131 Pinus mentezuma Lamb. Pinus Jawa Barat 0.54 90 V
132 Planchonia valida Bl. Putat Jawa Barat 0.80 55 IV II-III
133 Piptademia peregrina Benth. - Jawa Barat 0.66 80 V
134 Podocarpus blumei Endl. Melur Jawa Barat 0.60 86 V IV
135 Polyalthia hypoleoca Hook. Banitun Palembang 0.80 60 IV IV
136 Pometia pinnata Forst. Matoa Irian Jaya 0.77 65 IV V
137 Poteria obovoidea Bah.ni. Nyatu putih Jawa Barat 0.69 80 V - 138 Prainea microcephala J.J.S. Petuwon Irian Jaya 0.51 90 V III
139 Pterocarpus spec. Sono
kembang Jawa Barat 0.77 60 IV II-IV
140 Pterocarpus indicus Willd. Sono kembang
Sulawesi
Selatan 0.65 45 III -
141 Pterocymbium beccaria
Copyright @ P
us
litbang BSN, salinan artikel i
ni dibuat oleh Pusl itbang unt uk ke giatan penelitia n, pen didika n, d an pengem bang an standar C opyright @ R & D of B
SN, this copy iss
ued by R & D for researc h, educati on an d standard d evelo pment
No. Jenis Kayu Nama
Daerah
Asal Kayu Berat Jenis Intensitas Serangan (%) Kelas Ketahanan Kelas Awet *) 142 Pterospermum celebicum Miq Wayu Sulawesi Tengah 0.44 90 V IV-V 143 Pterospermum difersifolium
Bl. Bayur Jawa Barat 0.65 85 V IV
144 Pterospermum indicus Wild. - Jawa Barat 0.65 75 IV II-III
145 Pterospermum montanum
K.et V.
Bayur
gunung Jawa Barat 0.53 90 V IV
146 Pterygota alata R.Br. - Jawa Barat 0.75 70 IV -
147 Pterygota forbesii F.Muell. Gohima Ambon 0.75 70 IV V
148 Quercus leprosula Miq. - Jawa Barat 0.47 85 V -
149 Quercus lineata Bl. Pasang
beureum Jawa Barat 1.00 65 IV II
150 Quercus turbinata Bl. Pasang
jambe Jawa Barat 0.75 80 V III
151 Risinodendron africanum
Arg. - - 0.64 73 IV -
152 Samanea saman Merr. Ki hujan Jawa Barat 0.61 86 V IV
153 Sandoricum koetjape Merr. Kecapi Jawa Barat 0.49 93 V IV-V
154 Scapium macropodum J.B. Mersawa Kalimantan
Timur 0.65 80 V V
155 Schleichera oleosa Merr. Kesambi Sulawesi
Selatan 1.01 40 III -
156 Schima wallichii Korth. Penagit KalimantanT
imur 0.81 60 V III
157 Shorea acuminatissima
Sym. Damar pakit
Kalimantan
Timur 0.54 85 V III-IV
158 Shorea balangeran Burck. Lempung kahoi
Kalimantan
Timur 0.86 60 IV I-III
159 Shorea guiso Bl. Giso Jawa Barat 0.83 75 IV II-III
160 Shorea johoriensis Foxw Kenuar Kaimantan
Timur 0.50 63 IV III-V
161 Shorea koordersii Brandis. Damar
tenang Jawa Barat 0.50 83 V IV
162 Shorea lamellata Foxw. Damar
tunam Jawa Barat 0.73 60 IV IV
163 Shorea laevis Bl. Bangkirai Kalimantan
Timur 0.99 46 III I
164 Shorea leptoclados Sym. Mengkabung Kalimantan
Timur 0.50 80 V IV-V
165 Shorea leprosula Miq. Lempung tembaga
Kalimantan
Timur 0.40 85 V III-IV
166 Shorea meoistopteryx Ridl. Tengkawang Jawa Barat 0.51 80 V 167 Shorea ovalis Bl. Lempung
rusa
Kalimantan
Timur 0.51 85 V III-IV
168 Shorea parvifolia Dyer. Lempung nasi
Kalimantan
Copyright @ P
us
litbang BSN, salinan artikel i
ni dibuat oleh Pusl itbang unt uk ke giatan penelitia n, pen didika n, d an pengem bang an standar C opyright @ R & D of B
SN, this copy iss
ued by R & D for researc h, educati on an d standard d evelo pment
No. Jenis Kayu Nama
Daerah
Asal Kayu Berat Jenis Intensitas Serangan (%) Kelas Ketahanan Kelas Awet *)
169 Shorea platyclados V.Sl. Meranti abang
Sumatra
Selatan 0.67 75 IV III-IV
170 Shorea selanica Bl. Meranti
bapa Jawa Barat 0.37 90 V -
171 Shorea seminis V.Sl. Terindak Jawa Barat 0.90 75 IV I-II
172 Shorea smithiana Sym. Merumbung Kalimantan
Timur 0.50 80 V III-IV
173 Shorea sp. Merant
merah Jawa Barat 0.51 70 IV
174 Shorea stenoptera Burck. Tengkawang Jawa Barat 0.41 80 V III-IV 175 Spathodea campanulata
P.B. Ki aerit Jawa Barat 0.39 90 V V
176 Spondias cytherea Soon. Sutiet Irian Jaya 0.33 95 V V
177 Sindora leiocarpa De.wit. Anggi Kalimantan
Timur 0.60 60 IV IV-V
178 Sterculia symplicifolia Mast. Buah sayap Kalimantan
Timur 0.75 35 III II-IV
179 Sterculia cymosa Kelumpang Jawa Barat 0.52 90 V -
180 Styrax benzoin Dryand. Kemenyan Jawa Barat 0.54 80 V IV-V
181 Spondias cytherea Sonn. Kedondong Sulawesi
Tengah 0.33 83 V V
182 Swietenia caudallei Pittier. Mahoni Jawa Barat 0.48 85 V
183 Swietenia macrophylla King. Mahoni d.
lebar Jawa Barat 0.61 75 IV III
184 Tarrietia javanica Bl. Melapisan Kalimantan
Timur 0.74 70 IV III-IV
185 Tarrietia symplicifolia Mast. - - 0.75 50 III II-IV
186 Tectona grandis L.f. Jati Jawa
Tengah 0.65 25 II II
187 Terminalia copelandi Elm. Ketapang Lampung 0.43 85 V V
188 Terminalia microcarpa
Deene. Musim Ambon 0.75 60 IV IV
189 Terminalia longespicata V.
Sl. Uniaba Irian Jaya 0.52 90 V V
190 Terminalia mollis T. et B. Ketapang Riau 0.58 85 V IV
191 Tetameles nudiflora R.Br. Satye Irian Jaya 0.32 95 V V
192 Tetramerista glabra Miq. Punak Riau 0.76 65 IV III-IV
193 Toona sureni Merr. Suren Sulawesi
Selatan 0.39 95 V IV/V
194 Trachylobium verecosum
Cliv. - Jawa Barat 0.40 90 V -
195 Tristania maingayi Duthie. Pelawan
merah Riau 1.17 3 I I
196 Vernonia arborea Ham. Merambung Jawa Barat 0.38 90 V V
197 Vitex cofassus Reinw. bitti Sulawesi
Copyright @ P
us
litbang BSN, salinan artikel i
ni dibuat oleh Pusl itbang unt uk ke giatan penelitia n, pen didika n, d an pengem bang an standar C opyright @ R & D of B
SN, this copy iss
ued by R & D for researc h, educati on an d standard d evelo pment
No. Jenis Kayu Nama
Daerah
Asal Kayu Berat Jenis Intensitas Serangan (%) Kelas Ketahanan Kelas Awet *)
198 Vitex pubescens Vahl. Laban Jawa
Tengah 0.88 18 II I
199 Xanthophyllum excelsum
Miq. Seyam Irian Jaya 0.68 75 IV V
200 Xylopia malayana Hook f.et
Th.
Medang suhu
Kalimantan
Timur 0.63 80 V II-III
*) Menurut Oey Djoen Seng (1964)
Penggerek yang menyerang contoh uji hanya dari golongan Mollusca dan tidak ditemukan dari golongan Crustacea. Hal ini disebabkan pemasangan semua contoh uji dalam keadaan terendam air laut, sedangkan serangan dari golongan Crustacea hanya pada batas permukaan pasang surut (Atwood dan Johnson, 1924). Hasil identifikasi jenis penggerek yang ditemukan yaitu Martesia striata Linne dari famili Pholadidae, Teredo bartchi Clapp., Dicyathifer manni Wright., dan Bankia cieba Clench/Turner dari famili Teredinidae. Jenis penggerek tersebut pernah ditemukan juga oleh Mata dan Siriban (1972) di perairan Philippina dan oleh Menon (1957) di perairan Malaysia. Untuk mengetahui jenis dari famili Pholadidae dapat dikenali dari struktur cangkuknya, sedangkan untuk famili Teredinidae dapat dilihat dari bentuk paletnya. Masing-masing jenis juga mempunyai tanda serangan yang berbeda.
Hampir semua kelas ketahanan pada hasil pengujian jenis kayu terhadap penggerek di laut berbeda dengan klasifikasi yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964). Hal tersebut disebabkan bahwa kelas awet yang disajikan pada tulisan ini didasarkan atas penelitian pada satu kondisi saja yaitu di laut, sedangkan klasifikasi yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964) tidak didasarkan pada penelitian di laut. Oey Djoen Seng (1964) dalam menetapkan kelas awet kayu hanya mempergunakan data pada saat pengumpulan bahan herbarium, yang berdasarkan atas keterangan dari penduduk sekitar hutan dan tempat jenis pohon tersebut tumbuh. Selanjutnya dicocokkan juga dengan pengalaman umum mengenai sifat kayu dengan data dari berbagai sumber. Dengan demikian jelas bahwa klasifikasi yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964) terdapat banyak perbedaan dengan hasil kelas awet dari hasil penelitian ini.
Sifat kayu yang mempengaruhi ketahanan terhadap penggerek di laut adalah kadar silika, kekerasan atau kerapatan dan kandungan zat ekstraktif yang bersifat racun (Bianchi, 1933; Southwell dan Bultman, 1971). Sebagai contoh kayu E. zwageri tahan terhadap organisme perusak di laut karena mempunyai kadar silika yang relatif tinggi yaitu 0,5% (Martawijaya et al., 2005) dan mempunyai zat ekstraktif “eusiderin” turunan dari phenolik yang beracun (Amin dkk., 2002). Demikian juga pada T. grandis juga merupakan jenis kayu yang tahan terhadap penggerek di laut karena mempunyai zat ekstraktif “techtochinon”. Supriana (1999) mengatakan bahwa pada bagian teras kayu T. grandis terdapat kelompok “quinones” yang juga bersifat anti rayap yang disebut dengan “techtochinon”. Demikian pada P.corymbosa juga termasuk jenis kayu yang tahan terhadap penggerek di laut. Bianchi (1932) menyatakan bahwa pada P. corymbosa
Copyright @ P
us
litbang BSN, salinan artikel i
ni dibuat oleh Pusl itbang unt uk ke giatan penelitia n, pen didika n, d an pengem bang an standar C opyright @ R & D of B
SN, this copy iss
ued by R & D for researc h, educati on an d standard d evelo pment
mempunyai kadar silika yang relatif tinggi yaitu 0,9%. Beenson (1946) dalam Supriana (1999) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara kadar silika pada kayu dengan daya tahan terhadap penggerek di laut, terutama pada kadar di atas 0,5%.
IV. KESIMPULAN
Jenis penggerek kayu di laut sangat banyak, pada umumnya dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu Mollusca dan Crustace. Penyebarannya sangat luas, di daerah tropis dapat dijumpai sepanjang tahun. Ketahanan kayu terhadap penggerek di laut dinilai dari tingkat kerusakannya dan dibedakan menjadi 5 yaitu, kelas I (sangat tahan), kelas II (tahan), kelas III (sedang), kelas IV (buruk) dan kelas V (sangat buruk).
Hasil penelitian 200 jenis kayu terhadap serangan penggerek di laut menunjukkan bahwa hanya 5 jenis atau 2,5% yang termasuk kelas ketahanan I, 10 jenis atau 5% termasuk kelas ketahanan II, 26 jenis atau 13% termasuk kelas ketahanan III, 50 jenis atau 25% termasuk kelas ketahanan IV, dan 109 jenis atau 54,5% termasuk kelas awet V. Jenis penggerek yang menyerang contoh uji yaitu Martesia striata Linne dari famili Pholadidae, Teredo bartchi Clapp., Dicyathifer manni Wright., dan Bankia cieba Clench/Turner dari famili Teredinidae. Kelas ketahanankayu terhadap penggerek di laut tersebut berbeda dengan kelas awet yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964).
V. DAFTAR PUSTAKA
1 Amin, A., Asri, S. dan Muladi,S. 2002. Tinjauan Sosiologis dan Ekonomis Pada Bidang Agribisnis, Sektor Kehutanan. http.//unmul.ac.id/dat/pub/lemit/ tinjauan sosiologis.pdf. Lembaga Penelitian Universitas Mulawarman, Samarinda
2 Atwood, W.G. and A.A. Johnson. 1924. Marine Structures Their Deterioration and Preservation. National Research Council Washington, D.C
3 Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2006. Uji Katahanan Kayu dan Produk Kayu Terhadap Organisme Perusak Kayu. Jakarta. SNI 01-7207-2006
4 Barly dan S. Abdurrochim. 1996. Pengawetan Kayu Untuk Bangunan Hunian dan Bukan Hunian. Petunjuk Teknis. Pusat Litbang Hasil HUtan dan Sosial Ekonomi Kehutanan, Bogor
5 Bianchi, A.T.J. 1933. The Resistance of Some Netherlands East Indian Timbers Against The Attack of Shipworms (Teredo). Fith Pacific Congress, Ottawa
6 Da Costa, E.W.B. Rudman, P. and F.J. Gay, 1985. Investigation on The Durability of Tectona Grandis. Empire Forestry Review. Forest Products Journal, 37:291-291 7 Gonggrijp, J.W. 1932. Gegevens Betreffende Een Onderzoek Naar Nederlandsch-Indische Houtsoorten, Welke Tegen Den Pealworm Bostand Zijn. Mededeeligen van het Boschbouwproeftation, Bogor
8 Martawijaya, A. 1996. Keawetan Kayu dan Faktor yang Mempengaruhinya. Petunjuk Teknis. Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor
Copyright @ P
us
litbang BSN, salinan artikel i
ni dibuat oleh Pusl itbang unt uk ke giatan penelitia n, pen didika n, d an pengem bang an standar C opyright @ R & D of B
SN, this copy iss
ued by R & D for researc h, educati on an d standard d evelo pment
9 Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir dan S.A. Prawira. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid 1. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor
10 Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir dan S.A. Prawira. 2005. Atlas Kayu Indonesia. Jilid 2. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor
11 Mata, P.G. and F.R. Siriban. 1972. Resistance of Woods to Marine Borers. Technical Note, No. 171. FORPRIDE COM. College, Laguna 3720, Manila
12 Menon, K.D. 1957. A Note on Marine Borers in Malayan Waters. Reprinted from the Malayan Forester, 20(1):1-6. Issued by the Ministry for Agriculture, Kuala Lumpur
13 Muslich. M. 1994. The Preservative Treatment of Mahogany Lumber (Swietenia Macrophylla King.) Against Marine Borers. Master of Science, Thesis UPLB, Philippines. Unpublished
14 Muslich, M dan G. Sumarni. 1987. Pengaruh Salinitas Terhadap Serangan Penggerek Kayu di Laut Pada Beberapa Jenis Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 4(2): 46-49
15 ___________________. 2004. Ketahanan 62 Jenis Kayu Indonesia Terhadap Penggerek Kayu di Laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 22(3):183-191
16 Oey Djoen Seng. 1964. Berat Jenis dari Jenis-Jenis Kayu Indonesia dan Pengertian Beratnya Kayu Untuk Keperluan Praktek. Pengumuman No. 1. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor
17 Panshin, A.J. and C. de Zeeuw. 1980. Texbook of Wood Technology. 14th ed. McGrw-Hill Book Co. Toronto
18 Southwell, C.R. and J.D. Bultman. 1971. Marine Borers Resistance of Untreated Woods Over Long Periods of Immersion in Tropical Waters. Biotropica 3, 1. pp. 81-107. Naval Research Laboratory, Washington D.C
19 Suherman. 1983. Natural Durability and Treatability Some Indonesian Timbers. Ph.D. thesis. Portsmouth Polytechnic, Portsmouth
20 Sumarni, G., M. Muslich, N. Hadjib, Krisdianto, G. Pari dan K. Yuniarti. 2008. Sifat dasar Jati Plus Perhutani (5 dan 7 tahun) dan jati Ngawi (15 dan 35 tahun). Laporan Hasil Penelitian. Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor
21 Supriana, N. 1999. Rayap dan kayu. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan, Jakarta
22 Turner, R.D. 1971. Identification of Marine Wood-Boring Mollusks. Marine borers, fungi and fouling organisms of wood. Organisation for Economics Co-operation and Development, Paris