161
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V TENTANG PERJUANGAN PARA TOKOH DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI
PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY SEMESTER II SDN 2 NGARES KECAMATAN TRENGGALEK KABUPATEN TRENGGALEK
Oleh: Sutiyah
SDN 2 Ngares, Trenggalek
Abstrak. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Untuk mendiskripsikan
penerapan pendekatan Guided Discovery pada pembelajaran IPS tentang peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya pada siswa kelas V SDN 2 Ngares Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek; (2) Untuk mendiskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pokok bahasan peristiwa Ambarawa, Medan Area, dan Bandung Lautan Api pada siswa kelas V SDN 2 Ngares Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek yang diajar dengan pendekatan Guided Discovery. Lokasi perlaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan di SDN 2 Ngares Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek. Penelitian ini dilaksaksanakan pada tanggal 29 April 2012 sampai tanggal 18 Mei 2012, dan dibagi menjadi 2 siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 29 April 2012 sampai dengan 11 Mei 2012 sedangkan siklus II dilaksanakan tanggal 13 Mei 2012 sampai dengan 18 Mei 2012. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN 2 Ngares Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek tahun pelajaran 2011-2012 pada mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) semester II jumlah siswa sebanyak 21 orang dengan karakteristik berbeda-beda. Pembelajaran dengan penemuan terbimbing (Guided Discovery) memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS pokok bahasan perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus. Penerapan pendekatan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) mempunyai pengaruh positif terhadap minat belajar siswa, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar siswa yang ditujukkan dengan keseriusannya dalam melakukan kegiatan untuk menemukan suatu konsep.
Kata Kunci: Guided Discovery, Prestasi Belajar, IPS
Pembelajaran merupakan kegiatan terencana untuk mengondisikan seseorang atau ke-lompok orang agar bisa belajar dengan baik. Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran ter-sebut. Tercapai atau tidaknya tujuan pem-belajaran dapat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: keadaan siswa, materi pembelajaran, metode mengajar, guru, dan lingkungan. Perlu adanya motivasi agar ter-capai tujuan pembelajaran. Motivasi adalah suatu proses menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri
individu yang mendorong tingkah lakunya berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000:28). Menurut Djamarah ( 2002: 114 ) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang bermotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi
itu sehingga mereka akan menyerap dan mengendapkan materi dengan lebih baik. Jadi, motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan genera-lisasi yang berkaitan dengan issue sosial. Pada jenjang SD, mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga negara dunia yang cinta damai. Hal ini disebabkan pada masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu meng-alami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehi-dupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan demikian, diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Untuk mengembangkan proses pembalajaran IPS, seorang guru harus memperhatikan empat hal, yaitu: (1) dasar mental psikologis yang melekat pada diri peserta didik, (2) hakikat pengetahuan IPS yang telah dimiliki setiap orang, termasuk yang dimiliki oleh calon anak didik di SD, (3) ruang lingkup IPS, (4) nilai-nilai yang melekat pada pendidikan IPS.
Makna yang tidak boleh dilupakan pada proses pembelajaran IPS adalah bahwa pendidikan IPS dilandasi nilai-nilai yang wajib dibina dan dikembangkan pada diri peserta didik. Peserta didik merupakan calon SDM yang akan datang sehingga wajib menghayati benar nilai-nilai kehidupan yang menjadi landasan hidup di masyarakat sebagai makhluk sosial. Sejalan dengan pengertian prestasi belajar tersebut, dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPS adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/ aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psiko-motor (ketrampilan) dalam proses belajar mengajar IPS.
Dari hasil pengamatan di kelas V SDN 2 Ngares tentang “Perjuangan Para Tokoh dalam Mempertahankan Kemerdeka-an” masih banyak siswa yang belum mengua-sai materi dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil evaluasi yang rata-rata masih mencapai 50. Sehubungan hal tersebut, peneliti berkeinginan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan (guided discovery). Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran yang dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa menemu-kan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryabrata, 1997:1972). Metode pem-belajaran ini merupakan suatu cara menyam-paikan ide/gagasan melalui proses menemu-kan. Fungsi belajar bukan menyelesaikan masalah bagi peserta didik, melainkan
membuat peserta didik mampu
menyelesaikan masalah itu sendiri (Hudojo, 1988, 114).
163 Penemuan terbimbing (guided disco-very) merupa-kan salah satu dari jenis metode pembelajaran penemuan. Oleh Howe (dalam Hariyono, 2001:3) dinyatakan bahwa penemuan terbimbing tidak hanya sekedar keterampilan tangan karena pengalaman. Kegiatan pembelajaran dengan model ini tidak sepenuhnya diserahkan pada siswa namun guru masih tetap mengambil bagian sebagai pembimbing. Penemuan terbimbing merupakan suatu metode pembelajaran yang tidak langsung (indirect instruction). Siswa tetap memiliki porsi besar dalam proses penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Menurut Soedjadi (dalam Purwaningsari, 2001;1) metode pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) adalah metode pembelajaran yang sengaja dirancang dengan menggunakan pendekatan penemuan. Siswa diajak atau didorong melakukan kegiatan eksperimental sedemikian sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan sesuatu yang diharapkan.
Menurut Siadari (2001:26) keuntung-an metode pembelajarkeuntung-an penemukeuntung-an terbim-bing (guided discovery) adalah: (a) Pengetahuan dapat bertahan lama, mudah diingat dan mudah diterapkan pada situasi baru; (b) Penalaran, analisis dan keteram-pilan siswa memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain; (c) Meningkatkan kreatiitas siswa untuk terus belajar dan tidak hanya menerima saja; (d) Terampil menemu-kan konsep atau pemecahan masalah. Kelemahan dalam penemuan konsep atau memecahkan masalah. Kelemahan metode pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) menurut Ruseffendi (dalam Siadari, 2001:26) adalah sebagai berikut: (a) Tidak semua materi dapat disajikan dengan menggunakan metode pembelajaran pene-muan terbimbing; (b) Proses pembelajaran
memerlukan waktu yang relative lebih banyak; (c) Bukan metode pembelajaran murni. Maksudnya tidak dapat berdiri sendiri (hanya dapat digunakan jika ada keterlibatan metode lain, misal ekspositori, ceramah dan lain sebagainya). Penemuan terbimbing (guided discovery) menurut Arends, dapat ditabelkan sebagai berikut.
Tabel 1 Sintak Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Model Arends
No Fase-fase Kegiatan Guru
1 Menyampaikan tujuan, mengelom-pokkan dan menje-laskan prosedur discovery.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta guru menjelaskan aturan dalam metode pembelajaran dengan penemuan terbimbing 2 Guru menyampaikan suatu masalah
Guru menjelaskan masalah secara sederhana
3 Siswa merupakan data eksperimen
Guru mengulangi pertanya-an pada siswa tentpertanya-ang ma-salah dengan
mengarahkan siswa untuk mendapat informasi yang membantu proses inquiry dan penemuan
4 Siswa membuat hi-potesis dan penje-lasan
Guru membantu siswa da-lam membuat prediksi dan mempersiapkan
penjelasan masalah 5 Analisis proses
penemuan Guru membimbing siswa berfikir tentang oproses in-telektual dan proses pene-muan dan menghubungkan dengan pelajaran lain
Dari Tabel 1 terlihat jelas bahwa guru dalam metode pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) adalah pembimbing siswa dalam menemukan konsep.
Berdasarkan uraian diatas maka pe-nelitian ini bertujuan untuk (1) Mendiskrip-sikan penerapan pendekatan Guided Disco-very pada pembelajaran IPS tentang peris-tiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya pada siswa kelas V SDN 2 Ngares Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek; (2)
Untuk mendiskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pokok bahasan peristiwa Ambarawa, Medan Area, dan Bandung Lautan Api pada siswa kelas V SDN 2 Ngares Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek yang diajar dengan pendekatan Guided Discovery.
METODE PENELITIAN
Lokasi perlaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan di SDN 2 Ngares Kecamatan Trenggalek Kabupaten Treng-galek. Penelitian ini dilaksaksanakan pada tanggal 29 April 2012 sampai tanggal 18 Mei 2012, dan dibagi menjadi 2 siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 29 April 2012 sampai dengan 11 Mei 2012 sedangkan siklus II dilaksanakan tanggal 13 Mei 2012 sampai dengan 18 Mei 2012. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN 2 Ngares Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek tahun pelajaran 2011-2012 pada mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) semester II jumlah siswa sebanyak 21 orang dengan karakteristik berbeda-beda. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti memilih pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery).
Tahap pengumpulan data dilaksana-kan oleh peneliti yang sekaligus sebagai guru kelas dengan teman sejawat, guru sebagai pengamat selama proses perbaikan pem-belajaran. Data yang dikumpulkan adalah (a) data hasil, berupa hasil penyelesaian soal selama evaluasi. Data dikumpulkan meng-gunakan lembar evaluasi, (b) lembar penga-matan kinerja guru dalam proses belajar mengajar.
Dalam tahap ini peneliti bersama teman sejawat melakukan analisis terhadap hasil-hasil yang telah dicapai, kendala/
masalah/kesulitan dan atau dampak perbaik-an pembelajarperbaik-an terhadap guru dperbaik-an siswa pada siklus II. Peneliti dalam melaksanakan perbaikan siklus II mendapatkan peningkatan pada siswa antara lain: (1) Minat, motivasi siswa meningkat; (2) Hasil belajar meningkat; (3) Kinerja guru meningkat; (4) Ketuntasan belajar tercapai.
Hasil penelitian tidak dapat digene-ralisasikan karena memang hasil tersebut terikat dengan siswa tertentu. Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa satu teknik efektif untuk meningkatkan motivasi siswa karena sampel penelitian hanya satu kelas yang khusus terdapat kasus pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I
Perencanaan
Pada tahap perencanan siklus I di-awali dengan refleksi dan analisis antara peneliti dengan teman sejawat terhadap hasil belajar siswa, mengidentifikasi masalah, menganalisa masalah dan mencari alternatif pemecahan masalah. Dari hasil tersebut pe-neliti selanjutnya melakukan hal-hal sebagai berikut: (a) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP); (b) Menyiapkan instru-men pengumpulan data; (c) Menentukan kriteria keberhasilan atau ketercapaian per-baikan pembelajaran
Pelaksanaan Kegiatan Perbaikan Pembe-lajaran
Kegiatan perbaikan pada siklus I dilaksanakan peneliti di SDN 2 Ngares hari Jum’at, 10 Mei 2012 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit dilaksanakan di kelas V dengan jumlah siswa 21. Dalam kegiatan belajar mengajar peneliti mengadakan pengamatan untuk mendapatkan data tentang ketuntasan
165 belajar siswa yang diukur dengan memberi-kan soal tes. Dari hasil penelitian dapat di-simpulkan bahwa ketuntasan belajar belum memenuhi target. Siswa yang tuntas masih 8 siswa atau 38% dari keseluruhan siswa, sedangkan yang belum tuntas 13 siswa atau 62% dari 21 siswa. Data tersebut menun-jukkan bahwa pelaksanaan siklus I belum berhasil atau belum memenuhi target ketun-tasan belajar yang peneliti (guru) tetapkan yaitu 75% dari 21 siswa minimal mendapat ≥ 70. Hal ini terjadi karena siswa kurang memahami materi yang disampaikan. Hasil dari data siklus I ini selanjutnya dijadikan dasar dalam menyusun RPP II.
Siklus II Perencanan
Perencanaan Siklus II kini didasarkan pada hasil refleksi dan analisis peneliti bersama teman sejawat terhadap proses dan hasil belajar siswa pada siklus I. Perencaaan perbaikan siklus II difokuskan pada penyam-paian materi dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Secara keseluruhan perencanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II mencakup hal-hal sebagai berikut: (a) Menyusun Rencana Perbaikan
Pembelajaran Siklus II; (b) Menyiapkan lembar pengamatan; (c) Menyiapkan lembar evaluasi
Pelaksanaan Kegiatan Perbaikan Pembe-lajaran
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 17 Mei 2013. Perencanan pembelajaran siklus II ini berdasarkan hasil dari data siklus I yang kemudian diperbaiki / direvisi yang selanjutnya dilaksanakan pada siklus II. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini telah mencapai ketuntasan belajar yaitu siswa mendapat nilai ≥ 70 mencapai 16 anak atau 76%. Persentase ketuntasan belajar tersebut dipengaruhi adanya hubungan minat dan motivasi dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Dimana dalam siklus II peneliti sebagai guru memberikan latihan dan bimbingan. Hal tersebut mempengaruhi pemahaman siswa yang tentu saja meningkatkan kemampuan siswa menjadi lebih baik dan berhasil dalam belajar. Adapun keberhasilan ini untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pembelajaran yang lebih lanjut untuk mata pelajaran lainnya. 0 10 20 30 40 50 60 70 80
Prasiklus Siklus I Siklus II
Rata-rata
Gambar 1 Diagram Hasil Evalusi
PEMBAHASAN
Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 65,24. Jumlah siswa yang tidak tuntas 13 atau 62% sedangkan jumlah siswa yang tuntas 8 atau 38%. Alasan siswa banyak yang tidak tuntas karena peneliti sebagai guru tidak aktif memotivasi siswa selain itu peneliti. Dari data siklus I dilakukan perbaikan pada siklus II. Jumlah siswa tuntas 16 atau 76% sedangkan jumlah siswa tidak tuntas 5 atau 24%. Jadi jumlah anak yang tuntas menjadi meningkat. Nilai yang diperoleh dari siklus II nilai rata-ratanya 71,67. Alasan banyak siswa menjadi tuntas dikarenakan peneliti sebagai pengajar dapat memotivasi siswa sehingga minatnya untuk belajar lebih tinggi. Selain itu siswa menjadi tertarik dengan pelajaran karena peneliti menggunakan metode yang menarik bagi siswa.
PENUTUP Kesimpulan
Pembelajaran dengan penemuan ter-bimbing (Guided Discovery) memiliki dam-pak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS pokok bahasan perjuangan para tokoh dalam memperta-hankan kemerdekaan yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam
setiap siklus. Penerapan pendekatan pembe-lajaran penemuan terbimbing (Guided Dis-covery) mempunyai pengaruh positif ter-hadap minat belajar siswa, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar siswa yang ditujukkan dengan keseriusannya dalam melakukan kegiatan untuk menemukan suatu konsep.
Saran
Untuk melaksanakan pendekatan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) memerlukan persiapan yang cu-kup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pendekatan pembelajaran penemuan terbimbing dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang seder-hana, dimana siswa nantinya dapat menemu-kan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan ketrampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
DAFTAR RUJUKAN
Djamarah. 2002.Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Erriniati. (1994).Penerapan Strategi Motivasi Belajar Siswa dalam Proses Belajar Menajar Fisika Pokok Bahasan Listrik Statis Kelas VII B Cawu III Tahun Pelajaran 1996/1997 di SLTPN 23 Surabaya.Skripsi yang tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Surabaya
Howe (dalam Hariyono ) .2001. Metode Pembalajaran Penemuan Terbimbing.
Tersedia pada
http://id.shvoong.com/social-sciences/education. 12 Desember 2012 Hudojo, Herman, 1988, Mengajar Belajar,
Jakarta
Poerwadarminta, 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : PT. Balai Pustaka.
167 Siadari. 2001. Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Fisika SLTP
Berdasarkan Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery). Soedjadi (dalam Purwaningsari ) .2001.
Metode Pembalajaran Penemuan
Terbimbing. Tersedia pada
http://id.shvoong.com/social-sciences/education. 12 Desember 2012
Surya, Brata Sumadi, 1997, Proses Belajar Mengajar di Sekolah,Jakarta: Rineka Cipta,
Suryabrata, 1997. Psikologi kepribadian / Sumadi Suryabrata.Jakarta : Rajawali Usman, Uzer., 2000. Menjadi Guru
Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya.