• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab I KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I

KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI

1.1 KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Sub Kelas : Pterygota

Super Ordo : Exopterygota

Ordo : Thysanoptera (thysanos = umbai; pteron = sayap)

Sub Ordo : Terebrantia

Tubulifera

Famili : Thripidae

Genus : Thrips

Spesies : Thrips tabaci (thrips bawang)

Dorsalis scirtothrips

Thrips fuscipennis (thrips mawar)

Thrips palmi (thrips melon)

Frankliniella tritici

Thrips parvispinus (thrips cabai)

Frankliniella occidentalis (western flower thrips) Frankliniella intonsa (the European flower thrips)

Aelothrips fasciatus Ceratothrips ericae

Heliothrips haemorrhoidalis (thtips greenhouse) Hercinothrips femoralis Parthenothrips dracaenae Thrips atratus Thrips nigropilosus Thrips simplex Thrips trehernei Thrips vulgatissimus 1.2 MORFOLOGI

Thrips adalah kelompok serangga berukuran kecil, bertubuh ramping, yang termasuk ke dalam ordo Thysanoptera (thysanos = umbai;

pteron = sayap). Thrips adalah kata Yunani yang juga bisa berarti

kutu kayu. Jadi golongan ini terdiri dari serangga yang bersayap umbai, yang menjadi salah satu ciri morfologis yang paling penting. Hingga kini, 5000 spesies thrips telah diidentifikasi. Lima puluh persen di antara spesies thrips tersebut makan jamur, baik pada hifa maupun spora jamur, dan sisanya adalah pemakan tumbuhan dan predator thrips yang lain.

Thrips bertubuh silindris memanjang, dengan panjang hanya 1 – 2 mm, meskipun

ada yang mencapai 13 mm, dan kebanyakan berwarna hitam. Thrips mempunyai alat mulut yang bertipe pencucuk-pengisap, meskipun lebih tepat disebut sebagai

(2)

pemarut. Bentuknya pendek, buntak, tidak simetris. Thrips akan mengisap cairan tumbuhan yang keluar dari jaringan yang terlebih dahulu dilukai dengan mulutnya.

Thrips adalah serangga yang mobilitasnya rendah; meskipun mereka mempunyai sayap, mereka tidak banyak menggunakannya untuk terbang. Oleh karena itu, thrips mudah ditemukan secara berkelompok menghuni sehelai daun bersama dengan telur dan nimfanya.

Reproduksi thrips tergolong tinggi, dan beberapa di antaranya mempunyai model reproduksi partenogenesis, beberapa arrhenotoky (partenogenesis dengan telur yang tidak dibuahi menjadi individu jantan haploid) dan thelytoky (partenogenesis dengan telur yang tidak dibuahi menjadi individu betina). Metamorfosis thrips di antara tipe hemimetabola (sederhana) dan sempurna, karena melewati masa prepupa dan pupa yang inaktif. Jadi, dua tahap nimfa sifatnya aktif, diikuti oleh tahap ketiga yang disebut prepupa, dan tahap keempat yang berupa pupa.

Beberapa spesies tirip predator ditemukan di alam, misalnya spesies yang termasuk ke dalam famili Aeolothripidae. Sementara itu, tirip dari famili Merothripidae makan pada jamur yang tumbuh pada bagian tumbuhan yang sudah lapuk. Tirip juga dibuktikan merupakan serangga penyerbuk, mungkin karena aktivitasnya pada bunga secara tidak sengaja memindahkan serbuk sari.

Beberapa spesies thrips juga berbahaya karena menularkan patogen, misalnya virus dari golongan Tospovirus. Nimfa instar satu dan awal instar dua Frankliniella

occidentalis (famili Thripidae) dapat menularkan Tomato spotted wilt virus (TSWV),

salah satu jenis penyakit berbahaya pada tomat.

1.3 SIKLUS HIDUP THRIPS

Siklus hidup thrips terdiri atas empat fase, yaitu telur, fase larva dan nimfa, fase prs-pupa dan prs-pupa, dan imago dewasa. Satu siklus bisa memakan waktu satu bulan, namun bervariasi tergantung pada temperatur dan spesiesnya.

Telur dari hama ini berbentuk oval atau bahkan mirip seperti ginjal manusia. Ordo ini dibagi menjadi dua sub-ordo, yaitu Terebrantia dan Tubulifera. Dua subordo ini dibedakan oleh bentuk ujung abdomen. Thrips Terebrantia mempunyai ujung abdomen berbentuk tumpul, dan mempunyai ovipositor untuk menyisipkan telur, sedangkan thrips Tubulifera mempunyai ujung abdomen berbentuk silinder. Telur Tubulifera dikeluarkan melalui ovipositor yang dapat ditarik ulur.

Ukuran telurnya sangat kecil maka sering tak terlihat dengan mata telanjang. Telur ini diletakkannya dalam jumlah yang banyak, dengan rata-rata 80 butir tiap induk. Letak telur akan mudah diketahui dengan memperhatikan bekas tusukan pada bagian tanaman tersebut dan biasanya disekitar jaringan tersebut terdapat pembengkakan. Telur-telur ini akan menetas sekitar 3 atau 7 hari setelah peletakan oleh imago betina.

(3)

Telur thrips sub-ordo Terebrantia yang disuntikkan ke dalam jaringan daun

Larva yang baru menetas segera memakan jaringan tanaman. Nimfa Mereka sangat

mobile dan sering berpindah ke bagian lain dari tanaman. Nimfa trips instar pertama

berbentuk seperti kumparan, berwarna putih jernih dan mempunyai 2 mata yang sangat jelas berwarna merah, aktif bergerak memakan jaringan tanaman. Sebelum memasuki instar kedua warnanya berubah menjadi kuning kehijauan, berukuran 0,4 mm, kemudian berganti kulit.

Fase Larva dan Nimfa

Pada instar kedua ini trips aktif bergerak mencari tempat yang terlindung, biasanya dekat urat daun atau pada lekukan-lekukan di permukaan bawah daun. Trips instar ke dua berwarna lebih kuning, panjang 0,9 mm dan aktifitas makannya meningkat. Pada akhir instar ini, thrips turun ke tanah dan menjadi pupa pada atau di bawah permukaan tanah. Dalam beberapa spesies tahap pre-pupa dan pupa tetap berada pada tanaman. Tahap pupa tahan terhadap insektisida.

Pada stadium prapupa maupun pupa, ukuran trips lebih pendek dan muncul 2 pasang sayap dan antena, aktifitas makan berangsur berhenti

(4)

Fase Pra-pupa dan pupa

Fase dewasa (imago) adalah tahap reproduksi dan bersayap. Thrips adalah penerbang yang buruk, tetapi sayap berumbai mereka memungkinkan mereka untuk dengan mudah dibawa oleh angin.

Fase dewasa

Imago akan bergerak lebih cepat dibanding dengan nimfanya, telah memiliki sayap yang ukurannya relatif panjang dan sempit, imago ini tubuhnya berwarna kuning pu-cat sampai kehitam-hitaman. Serangga dewasa berukuran 1-2 mm. Imago betina dapat bertelur sampai 80 butir yang diletakkannya ke dalam jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam. (Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992).

(5)
(6)

Bab II

DAMPAK SERANGAN TERHADAP TANAMAN

2.1 DAMPAK LANGSUNG PADA TANAMAN

Beberapa spesies thrips berperan sebagai hama penting, selain karena menimbulkan kerusakan akibat aktivitas makan. Gejala serangan thrips amat khas. Daun yang terserang biasanya akan berwarna kekuning-kuningan, berbintik-bintik coklat, saling mengatup, dan berubah bentuk (malformasi).

Bagi petani bunga potong, serangan thrips dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar. Bunga cacat dan tidak laku dijual, atau harganya sangat murah. Serangan thrips pada bunga dimulai sejak awal pembungaan sampai mekar.

Gejala serangan thrips pada berbagai komoditas pertanian

2.2 DAMPAK LANJUTAN PADA TANAMAN

Thrips telah menjadi vektor dari setidaknya empat kelompok virus, yaitu bunya-viruses, ilarviruses, sobemoviruses, dan caroviruses (Ullman et al., 1994). Delapan spesies thrips dilaporkan sebagai vektor TSWV, yaitu Thrips tabaci Lindeman, Thrips

setosus Moulton, Thrips palmi Karny, Frankliniella schultzei Trybom, Frankliniella occidentalis (Pergande), Frankliniella fusca

(Hinds), dan Frankliniella intonsa Trybom (Wijkamp et al., 1995, Ullman et al, 1997).

Jelas, Frankliniella occidentalis (western flower thrips atau thrips bunga barat) dan

Thrips tabaci (thrips bawang) adalah vektor umum dan penting dari beberapa virus

tanaman di banyak daerah di dunia.

43 spesies thrips telah ditemukan di kebun tembakau di daerah Georgia, dan banyak dari spesies yang sama dite-mukan pada sayuran dan tanaman lain. Namun, hanya

(7)

lima jenis yang sering ditemui selama musim tanam dan termasuk thrips tembakau, thrips bunga barat, thrips bunga, Frankliniella bispinosa (Morgan), dan Limothrips

cerealium Haliday (thrips gandum). Frankliniella fusca adalah spesies yang

mendo-minasi pada dedaunan, dan biasanya menyumbang lebih dari 90 persen dari semua thrips dedaunan.

Pada tanaman tomat, TSWV terutama ditularkan oleh thrips bunga barat,

Frankliniella occidentalis (Pergande), dan thrips tembakau, Frankliniella fusca

(Hinds). Thrips tabaci (virus bawang) menularkan virus mozaik (virus kuning) pada tanaman legum dan solanaceae. Tanaman yang sudah terserang virus mozaik sangat sulit untuk disembuhkan dan bahkan harus dimusnahkan agar tidak menulari tanaman lain. Virus mozaik membuat tanaman kerdil dan pertumbuhan terhenti, sehingga tanaman menjadi tidak produktif.

(8)

Bab III

PENGENDALIAN

3.1 PENCEGAHAN

Pencegahan tanaman dari serangan thrips dapat dilakukan dengan cara:

 Pemasangan mulsa plastik hitam-perak, selain berfungsi sebagai pengendali gulma, mulsa plastik hitam-perak ini juga berfungsi memantulkan cahaya matahari ke bagian permukaan bawah daun (tempat thrips bersembunyi). Selain itu, mulsa plastik juga akan menghambat sebagian thrips untuk masuk ke dalam tanah pada fase pupa.

 Pengendalian kelembaban dan suhu. Thrips menyukai tempat yang lembab dengan suhu sejuk. Oleh sebab itu, atur jarak tanam, lakukan perempalan/ pemangkasan pada tanaman agar sirkulasi udara lancar dan dapat mengurangi kelembaban serta meningkatkan suhu di sekitar pertanaman.

 Membuat pagar tanaman buffer (penyangga). Tanaman penyanga ini adalah tanaman yang disukai oleh hama, sehingga pengendalian hama cukup dilakukan pada tanaman penyangga. Contoh: Terung dan kacang panjang sebagai tanaman penyangga untuk kebun cabai.

 Bawang putih dapat digunakan sebagai penolak/pengusir thrips. Bawang putih yang di haluskan dan disemprotkan ke tanaman akan masuk ke dalam jaringan tanaman. Karena hama thrips ini tidak suka dengan bawang maka hama akan kabur dari tempat persembunyiannya. Pegendalian ramah lingkungan ini bisa dikombinasikan dengan insektisida kimia untuk thrips.

3.2 PENGENDALIAN

Sebagai indikator, pada saat ditemukan 10 nimfa/ daun atau kerusakan tanaman mencapai 15 % pada tanaman padi dan sayuran, maka perlu dilakukan pengendalian (eradikasi).

3.2.1 Pengendalian Secara Mekanis

Pengendalian secara mekanis ini meliputi:

 Memasang perangkap perekat misalnya dengan menggunakan Insect Adhesif

Trap Paper (IATP) berwarna kuning.

 Melakukan pembersihan manual menggunakan kuas dan larutan air sabun. Hal ini hanya dilakukan untuk tanaman buah dalam pot (tambulampot) dan tanaman hias, tidak efektif dan efisien untuk diaplikasikan di kebun.

 Menyediakan kondisi pertumbuhan yang baik bagi tanaman untuk memastikan pertumbuhan yang cepat. Stres lingkungan yang melemahkan tanaman membuat mereka lebih rentan terhadap serangan thrips. Secara khusus, tanaman di bawah tekanan air sangat rentan terhadap kerusakan thrips langsung. Irigasi yang memadai merupakan faktor penting dalam meminimalkan kerusakan.

 Membajak dan mengerikan, dan solarisation dapat membunuh kepompong di tanah dari tanaman sebelumnya.

(9)

3.2.2 Pengendalian Secara Biologi

3.2.2.1 Predator

Karena ukurannya yang kecil dan tingkat reproduksi yang tinggi, thrips sulit untuk dikendalikan secara konvensional (mekanis) dan biologis. Predator thrips harus berukuran kecil dan ramping, sehingga mampu untuk masuk ke celah-celah tempat thrips bersembunyi dan memangsa telur dan larvanya. Hanya dua famili parasitoid hymenoptera yang diketahui sebagai parasit telur dan larva thrips, yaitu Eulophidae dan Trichogrammatidae. Agen biokontrol lain dari adalah aphid wasp (tawon kutu), kutu anthocorid dari genus Orius , dan tungau Phytoseiid. Untuk alasan ini, banyak petani terkadang terpaksa harus membatasi penggunaan pestisida untuk mengen-dalikan populasi thrips di lapangan dan di rumah kaca.

(a) Lady Bugs (Hippodamia convergens)

(b) Brown lacewing (Micromus timidus)

(10)

(d) Hover Fly

(e) Rove Beetle

(f) Thrips Predator

(11)

(h) Amblyseius swirskii

(i) Amblyseius cucumeris

3.2.2.2 Parasit

Strategi lain yang efektif untuk mengendalikan thrips adalah insektisida biologis, termasuk Beauveria bassiana atau Verticillium lecanii. Strategi ini menunjukkan efek yang signifikan pada telur, larva dan thrips dewasa.

(a) Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin

Jamur Beauveria bassiana adalah jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang- benang halus (hifa). Kemudian hifa-hifa tadi membentuk koloni yang disebut miselia. Jamur ini tidak dapat memproduksi makanannya sendiri, oleh karena itu ia bersifat parasit terhadap serangga inangnya.

(b) Metarhizium anisopliae var anisopliae

Jamur M. anisopliae ini pertama kali ditemukan oleh Metschikoff pada tahun 1879, jamur ini bersifat parasitik terhadap serangga termasuk kumbang kelapa. Jamur ini biasanya disebut Green Muscardine Fungus dan tersebar diseluruh dunia. Jamur ini pertama kali digunakan untuk mengendalikan hama kumbang kelapa lebih dari 85 tahun yang lalu, dan sejak itu digunakan dibeberapa Negara termasuk Indonesia (Tanada dan Kaya, 1993).

3.2.3 Pengendalian Secara Kimia

Pengendalian secara kimia secara umum ialah menggunakan insektisida baik yang sintetis maupun organik. Penyemprotan insektisida kimia secara bijaksana dan aplikasi yang tepat, seperti:

 Noozle diatur sedemikian rupa agar larutan insektisida keluar dalam bentuk kabut

(fogging), sehingga partikel larutan dapat masuk ke sela-sela bagian tanaman

(tempat bersembunyi thrips) secara merata.

 Penyemprotan insektisida dilakukan pada pagi dan/atau sore hari ketika thrips masih berkeliaran di permukaan tanaman dan dikonsentrasikan pada bagian

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Budhiyono, Wahyu S. (2006). Pengendalian Hama Terpadu dengan Agen Hayati dalam Pertanian Organik. Papper dalam pelatihan pertanian organik PT. Mars Agro Indonesia.

Budhiyono, Wahyu S. (2007). Penggunaan Nano Green dalam Menanggulangi Wabah Virus Mozaic Pada Tanaman Pepaya. Laporan Riset PT. Mars Agro Indonesia.

Budhiyono, Wahyu S. (2011). Budidaya Tanaman Cabai Dengan Nutrimas. Sisdur aplikasi produk Nutrimas pada tanaman cabai (Capsicum annum). PT. Nutrimas Agro Indonesia.

Website Center for Invasive Species Research, University of California Riverside. Tulisan dan email dengan John Trumble, Professor of Entomology. http://faculty.ucr.edu/~john/TrumbleHome/Trumblelab.htm

Lewis, T. 1997. Thrips as crop pests. CAB International, Oxon, GB. CAB Inter-national, Oxon, GB. (E-book, downloaded 20/10/2011)

WB Hunter, DE Ullman & A. Moore (1997). "Electronic monitoring: characterizing the feeding behavior of western flower thrips (Thysanoptera: Thripidae)". di MM Ellsbury, EA Backus & DL Ullman. History, Development, and Application of AC Electronic Insect Feeding Monitors. Thomas Say Publications in Entomology. Halaman 73-85. (E-book, downloaded 20/10/2011)

WDJ Kirk (1996) Thrips: Naturalists' Handbooks 25. The Richmond Publishing Company. (DocStock, downloaded 20/10/2011)

Referensi

Dokumen terkait

Ada 5 bentuk dasar dari alat musik Chordophone yaitu Bows (berbentuk busur), Lyra, Harp, Lute dan Zithers. Di sini, alat musik Bows adalah yang tertua dan paling

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; 1) Keterampilan kerja, pengalaman kerja

Karya ilmiah yang dihasilkan penulis untuk meraih gelar Sarjana Kedokteran Hewan diperoleh melalui penelitian selama delapan bulan di Bogor yang berjudul “Gambaran

Metode angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya untuk dijawab oleh responden terpilih dan merupakan suatu mekanisme pengumpulan data

Länsimaiset kuvat lapsuudesta tuntuvat aina ottavan kantaa jännitteeseen perisynnin ja lapsuuden perimmäisen viattomuuden välillä. Usko ihmisen synnynnäiseen

Pada penelitian ini sebagian besar responden dengan jarak kehamilan beresiko mengalami hiperemisis gravidarum, hal ini dikarenakan jarak yang dekat antara kehamilan

Untuk hal tersebut, PMI Pusat memandang perlu menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Posko Penanggulangan Bencana (PB) PMI yang selanjutnya diharapkan mampu menjadikan

Berikut yang bukan situs media interaktif berbasis web dan media sosial yang dapat dimanfaatkan guru sebagai sarana belajar dalam komunitas belajar di seluruh penjuru dunia....