• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP HIPOFISEKTOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASKEP HIPOFISEKTOMI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ASKEP HIPOFISEKTOMI

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BANYUWANGI

2014

(2)

Oleh Kelompok 10

ABDURRAHMAN WAHIDNIM 2012.02.048 DEFRI RESEFIANTO NIM 2012.02.05

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BANYUWANGI

2014

(3)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah dengan judul “ASKEP HIPOFISEKTOMI”. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penulisan makalah ini dari awal hingga akhir.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuranganya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran bagi siapa saja yang membaca makalah ini. Tentunya kritik dan saran yang bersifat membangun bagi makalah ini.

Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya dan sebagai wahana menambah pengetahuan serta pemikiran. Semoga Allah Subhanahu Wataalah selalu tetap memberi rahmat dan hidayahnya kepada kita semuanya.

Banyuwangi, 27Maret 2014

Penyusun

(4)

HALAMAN JUDUL ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2 Rumusan Masalah………... 1.3 Tujuan………... 1.4 Ruang Lingkup………... 1.5 Metode Penulisa……….…. BAB II PEMBAHASAN... 2.1 Anatomi Fisiologi... 2.2 Definisi hipofisektomi... 2.3 Etiologi... 2.4 Manifestasi Klinik... 2.5 Patofisiologi………... 2.6 Pemeriksaan fisik hipofisektomi...…… 2.7 Penatalaksanaan medis………

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN………...

3.1 Pengkajian... 3.2 Diagnosa Keperawatan………... 3.3 intervensi………...

BAB IV PENUTUP...

4.1 Simpulan dan Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

(5)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisis mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapahormone hipofisis memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau mempercepat pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior dan posterior. Hipofungsi kelenjar hipofisis ( Hipopituitarisme ) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus ; namun demikian, akibat kedua keadaan ini pada hakikatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior kelenjar hipofisis. Panhipopituitarisme ( penyakit simmond ) merupakan keadaan tidak adanya seleruh sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang dijumpai. Microsisi hipofisis pasca partus ( syndrome Sheehan ) merupakan penyebab lain kegagalan hipofisis anterior yang jarang. Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada wanita yang mengalami kehilangan darah, hipovolemia dan hipotensi pada saat melahirkan.(Smeltzer, Suzanne.C. 2001. )

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa definisi dari hipofisektomi (kelenjar pituitary)? 1.2.2 Apa etiologi dari hipofisektomi?

1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari hipofisektomi? 1.2.4 Apa manifestasi klinis dari hipofisektomi?

1.2.5 Apa saja pemeriksaan diagnostic spesifik pada hipofisektomi? 1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan dari hipofisektomi?

1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan dari pasien hipofisektomi?

1.3 Tujuan

(6)

a. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan hipofisektomi.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian hipofisektomi.. b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab hipofisektomi..

c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien hipofisektomi.

d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan hipofisektomi.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan makalah hanya meliputi pengertian anemia, patofisiologi, komplikasi yang ditimbulkan tumor hipofisis, pemeriksaan penunjang, pencegahan, penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan hipofisektomi.

1.5 Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah deskriftif dengan pendekatan literatur.

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Anatomi Fisiologi

(7)

Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii. Berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus anterior. merupakan bagian terbesar dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofis. Lobus anterior ini juga disebut adenohipofise. Lobus posterior, menipakan 1/3 bagian hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut juga neurohipofise. Hipofise stalk adalah struktur yang menghubungkan lobus posterior hipofise dengan hipotalamus. Struktur ini merupakan jaringan saraf.

Lobus intermediate (pars intermediate) adalah area diantara lobus anterior dan posterior, fungsinya belum diketahui secara pasti, namun beberapa referensi yang ada mengatakan lobus ini mungkin menghasilkan melanosit stimulating hormon (MSH). Secara histologis, sel-sel kelenjar hipofise dikelompokan berdasarkan jenis hormon yang disekresi yaitu:

2.1.1. Sel-sel somatotrof

Bentuknya besar, mengandung granula sekretori, berdiameter 350-500 nm dan terletak di sayap lateral hipofise. Sel-sel inilah yang menghasilkan hormon somatotropin atau hormon pertumbuhan.

2.1.2. Sel-sel iactotroph

Juga mengandung granula sekretori, dengan diameter 27-350 nm, menghasilkan prolaktin atau laktogen.

2.1.3. Sel-sel Tirotroph

Berbentuk polihadral, mengar.-'ung granula sekretori dengan diameter 50-100 nm, menghasilkan TSH.

2.1.4 gonadotrof

diameter sel kira-kira 275-375 nm, mengandung granula sekretori, menghasilakan FSH dan LH.

2.1.5 Sel-sel kortikotrof

diameter sel kira-kira 375-550 nm, merupakan granula terbesar, menghasilkan ACTH.

2.1.6 Sel nonsekretori

terdiri atas sel kromofob. Lebih kurang 25% sel kelenjar hipofise tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan yang lazim digunakan dan karena itu disebut

(8)

sel-sel kromofob. Pewarnaan yang sering dipakai adalah carmosin dan erytrosin. Sel foli-kular adalah selsel yang berfolikel.

Hipofise menghasilkan hormon tropik dan nontropik. Hon-non tropik akan mengontrol sintesa dan sekresi hormon kelenjar sasaran sedangkan hormon nontropik akan bekerja langsung pada organ sasaran. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas kelenjar endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki master of gland.

Suatu kelnjar endokrin yang terletak di dasar tengkorak yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ - organ endokrin. Dapat di katakan sebagai kelenjar pemimpin, sebab hormon – hormon yang di hasilkannya memengaruhi pekerjaan kelenjar lainnya. Kelenjar hipofise terdiri dari dua lobus yaitu : lobus anterior dan lobus posterior. Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar pengendali karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya. Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran kecil, dengan diameter 1,3 cm. Hipofisis dibagi menjadi hipofisis bagian anterior, bagian tengah (pars intermedia), dan bagian posterior.

Gambar 1. hipofisis bagian anterior dan posterior Hipofisis lobus anterior

Hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dapat dilihat pada gambar 2. Fungsi dan gangguannya dapat dilihat pada tabel 2.

(9)

Gambar.2 Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya Tabel 2. Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan

gangguannya.

Hormon yang dihasilkan Fungsi dan gangguannya Hormon Somatotropin (STH), Hormon

pertumbuhan (Growth Hormone / GH)

merangsang sintesis protein dan metabolisme lemak, serta merangsang pertumbuhan tulang (terutama tulang pipa) dan otot. kekurangan hormon ini pada anak-anak-anak

menyebabkan pertumbuhannya terhambat /kerdil (kretinisme), jika kelebihan akan menyebabkan pertumbuhan raksasa

(gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada saat dewasa, akan menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang pada tulang jari tangan, kaki, rahang, ataupun tulang hidung yang disebut akromegali.

Hormon tirotropin atau Thyroid Stimulating Hormone (TSH)

Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan kelenjar gondok atau tiroid serta merangsang sekresi tiroksin

(10)

aktivitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar adrenal untuk mensekresikan glukokortikoid (hormon yang dihasilkan untuk metabolisme karbohidrat)

Prolaktin (PRL) atau Lactogenic hormone (LTH)

Membantu kelahiran dan memelihara sekresi susu oleh kelenjar susu

Hormon gonadotropin pada wanita :

1. Follicle Stimulating Hormone (FSH)

2. Luteinizing Hormone (LH)

Merangsang pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan estrogen

Mempengaruhi pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan progestron Hormone gonadotropin pada pria :

1. FSH

2. Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH)

Merangsang terjadinya spermatogenesis (proses pematangan sperma)

Merangsang sel-sel interstitial testis untuk memproduksi testosteron dan androgen

Hipofisis pars media

Tabel 3. jenis hormon serta fungsi hipofisis pars media

Hormone Fungsi

MSH (Melanosit Stimulating Hormon) Mempengaruhi warna kulit individu, dengan cara menyebarkan butir melanin, apabila

(11)

hormon ini banyak dihasilkan maka menyebabkan kulit menjadi hitam.

Hipofisis lobus posterior

Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus posterior beserta organ targetnya dapat dilihat pada gambar dan tabel dibawah ini.

Gambar.3 Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya.

Tabel 4. jenis hormon serta fungsi dari hipofisis posterior

Hormone Fungsi

Oksitosin Menstimulasi kontraksi otot polos pada rahim wanita selama proses melahirkan

Hormon ADH Menurunkan volume urine dan meningkatkan tekanan darah dengan cara menyempitkan pembuluh darah

(12)

2.2 Definisi Hipofisektomi

Hipofisektomi adalah operasi pengangkatan hipofisa (kelenjar pituitari). Hal ini paling sering dilakukan untuk mengobati tumor, terutama tumor craniopharyngioma. Kadang-kadang digunakan untuk mengobati sindrom Cushing karena adenoma hipofisis. Hal ini juga diterapkan dalam ilmu saraf (dalam percobaan dengan hewan laboratorium) untuk memahami fungsi hipofisis.

Kelenjar Hipofise adalah suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak dibawah Hypothalamus yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin. Hormon yang diproduksi sebagai Stimulator dan provokator organ-organ organ-organ lain sehingga mampu aktif. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas kelenjar endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki master of gland Tumor.

2.3 Etiologi

Hingga saat ini dikenal 2 hipotesis tentang asal tumor hipofisis yaitu: 1).Adanya kelainan intrinsik dalam kelenjar hipofisis sendiri, 2). Sebagai hasil stimulasi yang terus menerus oleh hormon hipotalamus atau faktor.

Kemajuan biologi molekuler membuktikan tumor ini berasal dari monoklonal, yang timbul dari mutasi sel tunggal diikuti oleh ekspansi klonal. Neoplasia hipofisis merupakan proses multi-step yang meliputi disregulasi pertumbuhan sel atau proliferasi, diferensiasi dan produksi hormon. Ini terjadi sebagai hasil aktifasi fungsi onkogen setelah inaktifasi gen tumor supresor. Proses aktivasi fungsi onkogen merupakan hal yang dominan, karenanya gangguan allel tunggal dapat menyebabkan perubahan fungsi sel.

Inaktifasi tumor supresor bersifat resesif, karenanya kedua gen allel harus terlibat untuk mempengaruhi fungsi seluler. Heterogenitas defek genetik ditemukan pada adenoma hipofisis sesuai dengan proses neoplastik multi step.

(13)

Abnormalitas protein G, penurunan ekspresi protein nm23, mutasi ras gen, delesi gen p53, 14 q, dan mutasi, kadar c-myc onkogen yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan adenoma kelenjar hipofisis.

Penelitian in vitro membuktikan peranan estrogen dalam menginduksi terjadinya hiperplasia hipofisis dan replikasi laktotroph. Terbukti produk PTTG (Pituitary tumor transforming gene) menyebabkan transformasi aktifitas dan menginduksi sekresi dasar bFGF, sehingga memodulasi angiogenesis hipofisis dan formasi tumor. PTTG ini diinduksi oleh estrogen.

Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multipel tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis. Namun, account cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari hasil penyebaran (metastasis) dari kanker situs lain. Kanker payudarapada wanita dan kanker paru-paru pada pria merupakan kanker yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar pituitari. Kanker lainnya yang menyebar kekelenjar pituitari termasuk kanker ginjal, kanker prostat, melanoma,dan kanker pencernaan. Meskipun sebagian besar tumor pituitari adalah jinak, tapi jika tidak didiagnosa secara dini dapat membesar dan menyebabkan hilangnya penglihatan, berdampak pada otak dan pituitari. Tumor harus dibuang apabila menekan otak atau menekan saraf optik.

Tumor pituitari bisa ditangani dengan berbagai cara. Operasi pengangkatan tumor atau hipofisektomi adalah penanganan pilihan.

Operasi pengangkatan tumor adalah penanganan pilihan. Operasi pituitari endoskopi pada umumnya digunakan untuk membuang tumor pituitari dan memasukkan alat ke dalam otak melalui hidung. Metode dengan invasi minimal ini dikenal sebagai pendekatan transsphenoidal.

Karena torehan kadang dilakukan pada gusi gigi atas, di balik bibir atas, atau di belakang hidung, maka tidak meninggalkan bekas luka di bagian luar. Dengan pendekatan invasi minimal, rasa sakit pasca-operasi berkurang dan rawat-inap di rumah sakit serta waktu penyembuhan lebih pendek.

(14)

Prosedur yang memanfaatkan teknologi endoskopi juga memungkinkan dokter ahli bedah THT untuk secara jelas melihat kelenjar pituitari dan struktur anatomi lainnya, sehingga reseksi lesi dapat lebih akurat.

2.4 Patofisiologi

Lebih dari 90% kelenjar harus dihilangkan sebelum tanda-tanda klinis hipopituetarisma bermanifestasi. Perubahan patologi bergantung apa penyebabnya. Pada kasus-kasus yang disebabkan oleh nekrosis istemik, bagian awal nekrosis koagulatif diganti oleh jaringan parut.

Efek klinis hipopituitarisme tergantung pada apakah pasien tersebut anak-anak atau dewasa.

Hipopituitarisme pada anak-anak mengakibatkan kegagalan perkembangan yang porposiaonal akibat tidak adanya hormon pertumbuhan (dwarfisme hipofisis). Anak-anak ini memiliki kecerdasan normal dan tetap seperti anak-anak , gagal berkembang secara seksual. Gambaran klinis dwarfisme hipofisis yang sama terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kelainan reseptor organ akhir terhadap hormone pertumbuhan (dwarfisme hipofisis). Pasien memiliki kadar hormone pertumbuhan yang normal di dalam serum.

Pada orang dewasa, hipopituitarisme terutama ditandai dengan efek defisiensi gonadotropin. Pada wanita, terjadi amenore dan infertilitas ; pada pria, terjadi infertilitas dan impotensi. Defisiensi tirotropin dan kortikotropin dapat mengakibatkan atropi tiroid dan korteks adrenal. Meskipun demikian, penurunan sekresi tiroksin dan kortisol jarang cukup berat untuk menyebabkan manisfestasi klinis. Defisiensi hormone pertumbuhan saja menimbulkan sedikit kelainan pada orang dewasa.

(15)

2.5 Path Way

Adenoma primer : - sel penghasl hormone - sel penghasil GH, ACTH, Prolakter

Umpan balik kelenjar sasaran :

- peningkatan kadar TSH - kelenjar tiroid menurun

BB

Hipersekresi GH

Tumor kecil jinak

Kelenjar hipofisis ( hipofisektomi)

MK : Perubahan citra tubuh

MK : Perubahan sensori perseptual

mandibula tumbuh berlebihan dan gigi menjadi terpisah – pisah Pertumbuhan tulang memanjang / tubuh tinggi ( gigantisme) MK : Harga diri rendah pembesaran jari,

tangan,lidah,rahang & hidung, organ2 dalam (mis. kardiomegali)

sel – sel hipofisis lainnya rusak

Penekanan sel tumor MK : nyeri kepala Hipersekresi GH

(16)

2.6 Manifestasi klinis

2.6.1 Hipofisis non fungsional

a) Nyeri kepala

b) Karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan chiasma optikum,timbul gangguan lapang pandang bitemporal. Karena serabut nasal inferior yang terletak pada aspek inferior dari chiasma optik melayani lapang pandang bagian temporal superior (Wilbrand’s knee), maka yang pertama kali terkena adalah lapang pandang quadrant bitemporal superior. Selanjutnya kedua pupil akan menjadi atrophi.

c) Jika tumor meluas ke sinus cavernosus maka akan timbul kelumpuhan NIII, IV, VI,V2, V1, berupa ptosis, nyeri wajah, diplopia. Oklusi dari sinue akan menyebabkan proptosis, chemosis dan penyempitan dari a. karotis (oklusi komplit jarang).

d) Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi hipofisis yang progressif dalam beberapa bulan atau beebrapa tahun berupa :

1. Hypotiroidism, tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang kasar 2. Hypoadrenalism, hipotensi ortostatik, cepat lelah

3. Hypogonadism, amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan kesuburan 4. Diabetes insipidus, sangat jarang

Walaupun gangguan lapang pandang bitemporal dan hypopituitarism yang berjalan progresif merupakan gejala klinik yang khas pada tumor ini, kadang-kadang adenoma hipofisis yang besar memberikan gejala yang akut akibat adanya perdarahan atau Infark. Tumor intrakranial yang paling sering menimbulkan perdarahan adalah adenoma hipofisis. Adanya perdarahan yang besar ke dalam tumor hipofisis akan menyebabkan gejala nyeri kepala yang tiba-tiba, penurunan kesadaran gangguan penglihatan dan insufisiensi adrenal yang akut. Pasien yang menderita abcess pada hipofisis akan memberi gejala yang sama disertai demam. Menurut Wilson sekitar 3% makro adenoma menunjukkan Pituitary apoplexi.

2.6.2 Manifestasi Klinis Adenoma Fungsional

1. Adenoma yang bersekresi Prolaktin

a) Hyperprolactinemia pada wanita didahului amenorhoe, galactorhoe,kemandulan dan osteoporosis.

(17)

b) Pada laki-laki biasanya asimptomatik atau timbul impotensi atau daya sexual yang menurun. Karena perbedaan gejala tersebut maka tumor ini pada laki-laki biasanya ditemukan jika sudah menimbulkan efek kompresi pada struktur yang berdekatan. 2. Adenoma yang bersekresi growth hormone

Gejala timbul secara gradual karena pengaruh meningginya kadar GH secara kronik.Dari sejumlah kasus menunjukkan bahwa gejala yang timbul lebih karena efek kompresi lokal dari masa tumor, bukan karena gangguan somatiknya. Gejala dini berupa:

a) Ukuran sepatu dan baju membesar b) Lalu timbul visceromegali

c) Hiperhidrosis, d) Macroglossia,

e) Muka yang kasar dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan jaringan subcutisyang lambat berupa fibrous hyperplasia terutama ditemukan pada jari-jari, bibir,telinga dan lidah. Adanya skin tags ini penting karena hubungannya dengankeganasan pada kolon.

3. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)Kecuali untuk tumor yang bersekresi TSH, yang menunjukkan gejala :

a) hypertiroidism glycoprotein secreting adenoma tidak memberikan gejala yang spesifik sehubungan dengan hipersekresinya, sehingga adenoma ini biasanya baru ditemukan sesudah memberikan efek kompresi pada struktur didekatnya seperti chiasma optikum atau tangkai hipofisis.

b) Hipertiroid yang disebabkan oleh TSH adenoma berbeda dengan Graves disease,graves disease merupakan penyakit yang diturunkan, dimana terdapat resistensiyang efektif terhadap hormon tiroid yang menyebabkan pengaruh umpan balik negatif dari hormon tiroid atau TSH lemah, sehingga timbul hipersekresi TSH.Kelainan ini sering bersamaan dengan bisu tuli, stipled epiphyse dan goiter, iniyang membedakan dengan hipertiroid akibat adanya adenoma.

c) Pada hipertiroid akibat TSH adenoma, biasanya lebih banyak mengenai wanita,gejala lainnya yaitu gangguan lapang pandang, pretibial edema dan kadar

(18)

serum immunoglobulim stimulasi tiroid jumlahnya sedikit.d) Adenoma yang bersekresi ACTH.

d) Biasanya menyerang wanita sekitar usia 40 tahun

e) Khas ditandai dengan truncal obesity, hipertensi, hirsutisme (wanita),hyperpigmentasi, diabetes atau glukosa intoleran, amenorrhea, acne, striaeabdominal, buffallo hump dan moon facies. Kelainan endokrinologik yang berat ini sudah muncul pada tahap sangat dini dari tumornya yang menyulitkan dalam mendeteksi dan identifikasi sumbernya.

2.7 Pemeriksaan fisik pada hipofisektomi 2.7.1 Pemeriksaan fisik

2.7.1.1 Inspeksi

Klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh (jika timbul saat usia dini) Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia dewasa) Kulit klien tampak pucatTerdapat penumpukan lemak di punggung, wajah.Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna.Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena kelemahan otot.

2.7.1.2 Palpasi

Terdapat nyeri kepala, Terdapat kelemahan otot tonus otot Ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.

2.8 Pemeriksaan diagnostic

2.8.1 Adenoma Hipofisis non fungsional:

a) Pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai sella menipisdan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik maka padalateral foto tengkorak akan menunjukkan double floor. Normal diameter AP darikelenjar hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-masing, sedang pada yanglainnya normal < 9 masing-masing.

b) MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambarana.carotis dan chiasma tampak lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus sphenoid CT scan lebih baik.c. Test stimulasi fungsi endokrin diperlukan untuk menentukan gangguan fungsi darikelenjar hipofisis.

(19)

2.8.2 Adenoma Fungsional

a) Adenoma yang bersekresi Prolaktin

Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml biasanya berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara 25-150 ng/ml terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga pengaruh inhibisi dopamin berkurang, juga pada stalk effect (trauma hypothalamus, trauma tungkai hipofisis karena operasi).

b) Adenoma yang bersekresi growth hormone

Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini yang berupa cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar basal Gh <1 ng/ml, pada penderita acromegali bisa meningkat sampai > 5 ng/ml, walaupun pada penderita biasanya tetap normal. Pengukuran kadar somatemedin C lebih bisa dipercaya, karenakadarnya yang konstan dan meningkat pada acromegali. Normal kadarnya 0,67 U/ml, pada acromegali mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar GH akan ditekan sampai < 2 ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100 gr), kegagalan penekanan ini menunjukkan adanya hpersekresi dari GH. Pemberian GRF atau TRH perdarahan infusakan meningkatkan kadar GH, pada keadaan normal tidak. Jika hipersekresi telah ditentukan maka pastikan sumbernya dengan MRI, jika dengan MRI tidak terdapatsesuatu adenoma hipofisis harus dicari sumber ektopik dari GH.

c) Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)

Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta subarakhnoidunit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga hormon,sedangkan betasubarakhnoid unitnya berbeda. Dengan teknik immunohistokimia yang spesfik bisa diukur kadar dari alpha subarakhnoid unit atau kadar alpha dan beta subarakhnoid unit.Pada tumor ini terdapat peninggian kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun padaadenoma non fungsional 22% kadar alpha subarakhnoid unitnya juga meningkat. MRIdengan gadolinium, pada pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan antara adenoma yangsatu dengan yang lainnya

d) Adenoma yang bersekresi ACTH

CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi ACTH dari adenihipofisis, ACTH akan meningkatkan produksi dan sekresi cortisol dari adrenalcortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif akan menurunkan ACTH. Pada kondisi stres fisik dan metabolik kadar cortisol meningkat, secara klinik sulit

(20)

mengukur ACTH, maka cortisol dalam sirkulasi dan metabolitnya dalam urine digunakan untuk status diagnose dari keadaan kelebihan adrenal. Cushing’ssyndroma secara klinik mudah dikenal tapi sulit untuk menentukan etiologinya.

Pengukuran plasma kortisol, kortisol urine dan derifatnya seacra basal maupun dalam respon terhadap dexametason, maupun penetuan plasma ACTH, bisa dipakai untuk menentukan apakah penyakitnya primer adrenal, hipofisis atau sumber keganasan ektopi.

Jika data tersebut seimbang maka diperlukan pengukuran CRH dan test perangsangan CRH dengan pengukuran ACTH dan cortisol perifer atau pada aliran vena sinus petrosus bilateral untuk membuktikan adanya Cushing’s disease. Jika sudah ditentukan sumbernya hipofisis, akan lebih sulit lagi menentukan bagian hipofisis yang mana yang memproduksi hipersereksi ACTH.

2.8.3 Therapy/ tindakan penanganan

Gambaran Radiographic : MRI adalah prosedur terbaik untuk mengevaluasi patologihipofisis, pencitraan jaringan lunak tanpa gangguan dari lingkungan kurus dari sella dan menghasilkan gambit dalam setiap bidang

a. Pengobatan :

Pengobatan adenoma hipofisis dimulai dengan koreksi elektrolit disfungsidan penggantian hormon hipofisis, jika perlu, segera setelah spesimen darah diagnostik telah terkirim. Penggantian hormon tiroid atau adrenal adalah sangat penting. Steroid penggantian harus cukup untuk situasi stres, termasuk periode perioperatif.Tujuan perawatan berbeda sesuai dengan aktivitas fungsional tumor. Untuk tumor endokrinaktif, pendekatan yang agresif terhadap normalisasi hipersekresi sangat penting sekaligus mempertahankan fungsi hipofisis normal. Hal ini biasanya dapat dicapai dengan bedaheksisi, tetapi beberapa Prolaktinoma lebih baik dikontrol secara medis.Untuk nonsecreting tumor, pengobatan diarahkan bedah pengurangan efek massa bertanggung jawab atas gejala, dengan tetap menjaga fungsi hipofisis. Meskipun bedahreseksi lengkap diinginkan, yang radiosensitivity tumor ini mengundang subtotal debulkingdiikuti dengan terapi radiasi untuk mengurangi risiko kekambuhan atau keganasan.Adenomas asimtomatik insidentil tidak memerlukan intervensi tetapi harus diikuti dengan pemeriksaan secara berkala bidang visual dan

(21)

MRI. Timbulnya gejala atau MRI dokumentasi pertumbuhan indikasi untuk perawatan.

b. Pembedahan

Keberhasilan dan keselamatan pendekatan transsphenoidal membuat prosedur pilihan untuk menghilangkan adenomas. Kebanyakan tumor lunak dan gembur,dan transsphenoidal akses, meskipun terbatas, memungkinkan untuk penghapusan lengkap bahkan jika ada suprasellar signifikan ekstensi atau sella tidak diperbesar. Tingkat kematian kurang dari 1%. Mayor morbiditas, termasuk stroke, kehilangan penglihatan,meningitis, CSF bocor, atau cranial palsy, kurang dari 3,5%. Diabetes insipidus permanen muncul setelah operasi dalam 2 sampai 5% dari pasien dan diperlakukan oleh penggantinya.

c. Terapi radiasi

Terapi radiasi melengkapi operasi dalam mencegah perkembangan ataukekambuhan. Standar teknik radiasi melibatkan penggunaan tiga bidang (bidang menentang sejajar dengan bidang koronal) atau teknik rotasi untuk menghindari dosis yang tidak perludi lobus temporal. Dosis 4.500-5.000 cGy disampaikan dalam pecahan 180-cGydisarankan. Secara umum, pasien dengan tumor subtotally resected diberikan terapi radiasi.Walaupun radiasi mengurangi risiko kekambuhan atau penundaan kambuhnya setelah brutototal reseksi, kita ikuti serial pasien dengan MRI scan dan pemeriksaan bidang visual danmenahan radiasi kecuali ada tumor didokumentasikan regrowth.Untuk tumor termasuk kelenjar pituitary adenoma hipofisis, prolactinoma dan penyakitCushings, keputusan yang berkaitan dengan pengobatan untuk tumor kelenjar hipofisis bergantung pada pemahaman lengkap tentang risiko bersaing vs manfaat untuk pengobatan yang berbeda. Pilihan untuk perawatan tumor kelenjar pituitari dapat mencakup operasi,Radio surgery dan gamma pisau.

2.8.4 Kriteria Diagnostic

Ketika melakukan diagnosis, pemeriksa akan bertanya tentang riwayat keluarga apakah sebelumnya ada yang pernah mengalami tumor kelenjar pituitary, hiperparatiroidisme(kelenjar paratiroid yang terlalu aktif), hipoglikemia (gula darah rendah) atau tumor kelenjar pankreas.Pada pemeriksaan fisik mengidentifikasi

(22)

tanda-tanda tumor hipofisis dan masalah kesehatan lainnya. Sebuah ujian neurologis meliputi cek penglihatan, pendengaran, keseimbangan, koordinasi dan reflex.Dengan adanya tanda-tanda yang disebutkan muncul pada pasien pemeriksa dapat mencurigai pasien tersebut mengalami adanya tumor dan ditambah lagi pada pemeriksaan berikut

a. Pengujian biokimia

Kadar hormon dapat diukur dalam darah atau sampel urin melalui tes laboratorium yang mendeteksi kelebihan produksi atau kekurangan. Seringkali, kelebih hormon stimulasi.

b. Scan Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI, standar tes pencitraan untuk tumor hipofisis, menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar. MRI scan sangat berguna dalam mendiagnosis tumor hipofisis. Kadang-kadang cairan khusus disuntikkan ke dalam aliran darah untuk membedakan tumor dari jaringan sehat.MRI dapat dengan mudah mengidentifikasi tumor besar (macroadenomas) dari kelenjar hipofisis maupun untuk mengidentifikasi tumor yang paling kecil (microadenomas). Tapi MRI mungkin tidak mendeteksi banyak microadenomas lebih kecil dari 3 milimeter (kira-kira delapan inci). Antara 5 persen dan 25 persen dari orang sehat memiliki beberapa minor abnormal pada kelenjar hipofisis yang muncul di MRI scan.

c. Biopsy

Sebuah biopsi (mengambil contoh tumor dan memeriksanya di bawah mikroskop) mungkinkadang-kadang dianjurkan untuk verifikasi definitif. Pituitary tumor dapat diperiksa di bawah mikroskop sebelum atau setelah pembedahan untuk menentukan jenis tumor.

2.9 Prognosis

Pituitary tumor biasanya dapat disembuhkan. Hipofisis adenomas yang mengeluarkan adrenocorticotropic hormon sering memiliki komplikasi yang kuat untuk kambuh. Sekitar 5% dari hipofisis adenomas menginvasi jaringan terdekat dan tumbuh dalam ukuran

(23)

besar.Metastasis tumor hipofisis sangat jarang terjadi. Namun, karsinoma hipofisis dapat bermetastasis dan berhubungan dengan prognosis yang buruk.

2.10 Komplikasi

Komplikasi akan muncul jika adenoma hipofisis tidak ditangani segera walaupun sesungguhnya adenoma hipofisis ini bersifat jinak, namun karena tidak mendapatkan penanganan yang baik, adenoma akan bermetastasi pada organ lain yang akanmennimbulkan kanker dan organ yang terdekat dapat diserang adalah otak yangmengakibatkan menjadi tumor ataupun kanker otak.Komplikasi pada pembedahan Hemoragik, peningkatan CSS, diabetes insipidus, infeksi pasca oprasi.

2.11 Penatalaksanaan medis

a) Jika di jumpai tumor hipofisis. Sebaiknya di usahakan reseksi tumor tranfenoida.

b)Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tomor tidak dapat di temukan maka sebagai gantinya dapat di lakukan radiasik kobait pada kelenjar hipofisis.

c) Kelebihan kortisol juga dapat di tanggulangi dengan adrenolektomi total dan di ikuti pemberian kortisol dosis fisiologi.

d)Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma di susul kemotrapy pada penderita dengan karsinoma atau terapi pembedahan.

e) Di gunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemide yang bisa mengsekresi kortisol.

BAB 3

(24)

3.1. Pengkajian a. Identitas

Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi seimbang dan mempunyai insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.

b. Keluhan Utama

Klien mengeluhkan sakit kepala pada keduanya, atau di tengah dahi kabur atau penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis yang disebabkan oleh tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan mati rasa pada wajah, demensia, perasaan mengantuk, kepala membesar, makan berlebih atau berkurang.

c. Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan pandangan kabur.

d. Riwayat penyakit dahulu

Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian tubuh, Kaji apakah klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun ringan.

e. Riwayat penyakit keluarga

Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.

3.2. Pemeriksaan fisik

3.2.1 Inspeksi :

a. klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh (jika timbul saat usia dini)

b. Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia dewasa)

c. Kulit klien tampak pucat

d. Terdapat penumpukan lemak di punggung, wajah. e. Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)

f. Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna

g. Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena kelemahan otot 3.2.1 Palpasi :

a. Terdapat nyeri kepala

b. Terdapat kelemahan otot tonus otot

(25)

3.3 Diagnosa keperawatan

a) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan metabolic ( hipermetabolik) di tandai dengan nafsu makan menurun.

b) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air di tandai dengan peningkatan sekresi ADH.

c) Kelemahan berhubungan dengan ketidak mampuan menyokong tubuh di tandai dengan betres total.

d) Risiko cidera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan di tandai dengan diplopia.

3.4. Intervensi

3.4.1. Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungan

dengan Perubahan Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh Akibat Defisiensi Gonadotropin dan Defisiensi Hormon Pertumbuhan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.

Kriteria Hasil :

a. Klien dapat Melakukan kegiatan penerimaan

b. Klien dapat berpenampilan misalnya: kerapian, pakaian, postur tubuh, pola makan,

kehadiran diri. Intervensi :

a) Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan.

Rasional : Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan kondisi fisik tubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan / penanganan.

b) Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, prognosa kesehatan.

Rasional : Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka klien secara bertahap akan mulai menerima kenyataan.

c) Tingkatkan komunikasi terbuka, menghindari kritik / penilaian tentang perilaku klien. Rasional : Membantu untuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga salah pemahaman tidak terjadi.

(26)

3.4.2. Dx : Harga diri Rendah berhubungan dengan Perubahan Penampilan Tubuh.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, harga diri meningkat.

Kriteria hasil :

a. Mengungkapkan hasil perasaan dan pikiran mengenai diri. b. Mengidentifikasikan dua atributif positif mengenai diri.

Intervensi :

a) Bina hubungan saling percaya perawat dan klien.

Rasional : Rasa percaya diri meningkat, pasien menerima kenyataan akan penampilan tubuh.

b) Tingkatkan interaksi sosial.

Rasional : Pasien akan merasa berarti, dihargai, dihormati, serta diterima oleh lingkungan.

3.4.3. Dx : Gangguan Persepsi Sensori (Penglihatan) berhubungan dengan Kesalahan Interpertasi Sekunder, Gangguan Transmisi, Impuls.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, penglihatan berangsur-angsur membaik.

Kriteria Hasil :

a) Menunjukkan tanda adanya penurunan gejala yang menimbulkan gangguan persepsi sensori

b) Mengidentifikasi dan menghilangkan faktor resiko jika mungkin.

Intervensi :

a) Kurangi penglihatan yang berlebih.

Rasional : Mengurangi tingkat ketegangan otot mata, meningkatkan relaksasi mata. b) Orientasikan terhadap keseluruhan bidang (orang, tempat, waktu).

Rasional : Untuk mengetahui faktor penyebab melalui tes sensori indera penglihatan. c) Sediakan waktu untuk istirahat bagi klien tanpa gangguan.

(27)

Rasional : Meningkatkan kepekaan indera penglihatan melalui stimulus indera khususnya penglihatan.

BAB 4 PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Kelenjar hipofisis medula kelenjar yang sangat penting bagi tubuh manusia, kelenjar ini mengatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium dan testis, kontrol laktasi,kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan tumbuh kembang yang linear, dan mengatur osmolalitas dan volume dari cairan intravascular dengan memelihara resorpsi cairan di ginjal.Kelenjar hipofisis terdiri dari 2 lobus, lobus anterior dan lobus posterior, pada lobus anterior kelenjar ini terdapat 5 tipe sel yang memproduksi 6 hormon peptida. Sedangkan pada

(28)

lobus posterior dilepaskan 2 macam hormon peptida.Pituitary tumor, pertumbuhan abnormal yang berkembang di kelenjar hipofisis di otak,hampir selalu non cancerous (jinak).

Tumor Hipofisis adalah pertumbuhan sel abnormal yang berkembang di kelenjar hipofisis. Sebagian besar tumor hipofisis (adenomas) tidak menyebar di luar tengkorak (non metastatic) dan biasanya masih terbatas pada kelenjar pituitari atau di dekatnya jaringan otak. Pituitary tumor cukup umum dan sering di diagnosis melalui scan MRI yang dilakukan untuk alasan lain.

Sekitar 10% dari seluruh tumor intrakranial merupakan tumor hipofisis, terutama terdapat pada usia 20-50 tahun, dengan insiden yang ditemukan seimbang pada laki-laki dan wanita.Tumor hipofisis terutama timbul pada lobus anterior hipofisis, sedangkan pada lobus posterior (neurohipofisis) jarang terjadi. Tumor ini biasanya bersifat jinak.

1.2. Saran

Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di samping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada lagi.

DAFTAR PUSATAKA

refrensi Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan edisi:3

Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta. Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC : Jakarta.

Price dan Wilson, editor dr. Huriawati Hartano, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses- proses Penyakit Edisi 6 Vol. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Hall and Guyton, (1997), Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.

(29)

Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.

https://www.singhealth.com.sg/PatientCare/Overseas-Referral/bh/Procedures/Pages/Pituitary-Tumours-Treatment.aspx

Gambar

Tabel 3. jenis hormon serta fungsi hipofisis pars media
Tabel 4. jenis hormon serta fungsi dari hipofisis posterior

Referensi

Dokumen terkait

yang hendak dicapai. 6) Menganalisis temuan dan merumuskan tujuan dan manfaat penelitian. 7) Menentukan metode penelitian, desain penelitian, dan sampel penelitian. 8)

2.Dilihat dari klasifikasi manajemen sumber daya manusia di industri kulit Manding Yogyakarta setelah dilakukan penelitian dari tiga industri Roosman memiliki

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai faktor strategis internal dan eksternal yang menjadi pendukung dan penghambat  pengembangan

Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping, maka apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi perlu diobsevasi beberapa saat, sehingga dipastikan

silikat yang berbentuk isomorfis yang memiliki dua jenis yaitu yang pertama kaya magnesium forsterite (Mg 2 SiO 4 ) dan yang kedua olivine yang kaya akan besi

Reduksi ukuran (kominusi) merupakan tahap yang sangat penting dalam pengolahan bahan galian, yang bertujuan :.. 1) Menghasilkan partikel yang sesuai dengan kebutuhan (ukuran

Dari data hasil pengamatan pada tabel di atas diketahui guru mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada siklus II ini guru telah mampu mengkondisikan