• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia1"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA

A.

A. PENDAHULUANPENDAHULUAN

Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya. Dengan Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya. Dengan  penomena ini

 penomena ini harus menjadi harus menjadi perhatian bagi perhatian bagi kita semua. kita semua. Salah satu Salah satu penyakit pada penyakit pada saluran pernafasan saluran pernafasan adalah pneumonia. adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia Penyakit Pneumonia sering kali sering kali diderita diderita sebagian besasebagian besa orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di

kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yangkalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua

meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk, setiap tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 2007, Hal 76-78)76-78)

Penanggulangan penyakit Pneumonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayaka Penanggulangan penyakit Pneumonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayaka agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia:

mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia:

Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ). Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ). Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarika Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarika dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis da dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis da otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program ini.

otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program ini.

Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada da Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada da negara-negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal negara-negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

814)

Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatka kepadatan pada bagian paru

(2)

Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu,  penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa

 penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disada di masyarakat umumnya, dis ebabkan oleh bakteri, virus atau ebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma (mikoplasma (  bentuk peralihan

 bentuk peralihan antara bakteri antara bakteri dan virus dan virus ). Bakteri ). Bakteri yang umum yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus Sp, Pseudomonas sp,vIrus misalnya misalnya virusvirus influensa(Jeremy,

influensa(Jeremy, dkk, 2007, dkk, 2007, Hal Hal 76-78)76-78)

Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik

Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang ”Asuhan keper 

untuk membahas tentang ”Asuhan keper 

awatan pada klawatan pada kl ien denganien dengan

Pneumonia”

Pneumonia”

1.

1. DefenisiDefenisi

Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan rongg Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan rongg interstisium. (secara anatomis dapat timbul pneumonia lobaris maupun lobularis /

interstisium. (secara anatomis dapat timbul pneumonia lobaris maupun lobularis / bronchopneumonia.bronchopneumonia.

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Di Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Di Indonesia berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang dilakukan Departemen Kesehatan, pneumonia tergolong dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, Indonesia berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang dilakukan Departemen Kesehatan, pneumonia tergolong dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, merupakan penyakit yang banyak dijumpai.

merupakan penyakit yang banyak dijumpai.

2.

2. EtioligiEtioligi

Menurut Corwin

Menurut Corwin (2001), Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia step(2001), Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia steptrokokus.trokokus. Bakteri staphylococcus aureus adalah streptokokus beta-hemolitikus grup A yang juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeroginosa. Pneumonia lai Bakteri staphylococcus aureus adalah streptokokus beta-hemolitikus grup A yang juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeroginosa. Pneumonia lai disebabkan oleh virus misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relative sering dijumpai yang disebabkan oleh suatu organisme yang berdasarka disebabkan oleh virus misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relative sering dijumpai yang disebabkan oleh suatu organisme yang berdasarka  beberapa aspeknya bera

(3)

Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu,  penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa

 penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disada di masyarakat umumnya, dis ebabkan oleh bakteri, virus atau ebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma (mikoplasma (  bentuk peralihan

 bentuk peralihan antara bakteri antara bakteri dan virus dan virus ). Bakteri ). Bakteri yang umum yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus Sp, Pseudomonas sp,vIrus misalnya misalnya virusvirus influensa(Jeremy,

influensa(Jeremy, dkk, 2007, dkk, 2007, Hal Hal 76-78)76-78)

Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik

Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang ”Asuhan keper 

untuk membahas tentang ”Asuhan keper 

awatan pada klawatan pada kl ien denganien dengan

Pneumonia”

Pneumonia”

1.

1. DefenisiDefenisi

Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan rongg Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan rongg interstisium. (secara anatomis dapat timbul pneumonia lobaris maupun lobularis /

interstisium. (secara anatomis dapat timbul pneumonia lobaris maupun lobularis / bronchopneumonia.bronchopneumonia.

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Di Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Di Indonesia berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang dilakukan Departemen Kesehatan, pneumonia tergolong dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, Indonesia berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang dilakukan Departemen Kesehatan, pneumonia tergolong dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, merupakan penyakit yang banyak dijumpai.

merupakan penyakit yang banyak dijumpai.

2.

2. EtioligiEtioligi

Menurut Corwin

Menurut Corwin (2001), Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia step(2001), Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia steptrokokus.trokokus. Bakteri staphylococcus aureus adalah streptokokus beta-hemolitikus grup A yang juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeroginosa. Pneumonia lai Bakteri staphylococcus aureus adalah streptokokus beta-hemolitikus grup A yang juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeroginosa. Pneumonia lai disebabkan oleh virus misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relative sering dijumpai yang disebabkan oleh suatu organisme yang berdasarka disebabkan oleh virus misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relative sering dijumpai yang disebabkan oleh suatu organisme yang berdasarka  beberapa aspeknya bera

(4)

3.

3. Manifestasi KlinisManifestasi Klinis

Menurut Corwin (2001), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia, tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabakan oleh bakteri. Menurut Corwin (2001), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia, tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabakan oleh bakteri. Gejala-gejala mencakup:

gejala mencakup: 1)

1) Demam dan menggigil akibat proses peradanganDemam dan menggigil akibat proses peradangan 2)

2) Batuk yang sering produktif dan purulenBatuk yang sering produktif dan purulen 3)

3) Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah muda Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah muda (untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas ((untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas ( untuk pseudomonas aeruginosa)untuk pseudomonas aeruginosa) 4)

4) Krekel (bunyi paru tambahan).Krekel (bunyi paru tambahan). 5)

5) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema. 6)

6) Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah peasaan sesak atau kesulitan bernafas yang dapat disebabkan oleh pBiasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah peasaan sesak atau kesulitan bernafas yang dapat disebabkan oleh p enurunan pertukaran gas-gas.enurunan pertukaran gas-gas. 7)

7) Mungkin timbul tanda-tanda sianosisMungkin timbul tanda-tanda sianosis 8)

8) Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus, yang dapat menyebabkan atelektasis absorpsi.Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus, yang dapat menyebabkan atelektasis absorpsi. 9)

9) Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada kapiler Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada kapiler atau akibat reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.atau akibat reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.

4.

4. PatofisiologiPatofisiologi

Menurut Chirstman (1995) dalam Asih & Effendy (2004), Dari berbagai macam penyebab pneumonia, seperti virus, bakteri, jamur, dan riketsia, pneumonitis hypersensitive Menurut Chirstman (1995) dalam Asih & Effendy (2004), Dari berbagai macam penyebab pneumonia, seperti virus, bakteri, jamur, dan riketsia, pneumonitis hypersensitive dapat menyebabkan penyakit primer. Pneumonia juga dapat terjadi akibat aspirasi,

dapat menyebabkan penyakit primer. Pneumonia juga dapat terjadi akibat aspirasi, yang paling jelas adalah pada klienyang paling jelas adalah pada klien yang diintubasi, kolonisasi trachea dan terjadi mikroaspirasi sekresi saluran pernafasan atas yang terinfeksi, n

(5)

Menurut Asih &

Menurut Asih & Effendy (2004), mikroorganisme Effendy (2004), mikroorganisme dapat mencapai paru dapat mencapai paru melalui beberapa melalui beberapa jalur, yaitu:jalur, yaitu: 1)

1) Ketika individu terinfeksi batuk, bersin atau berbicara, mikroorganisme dilepaskan kedalam udara Ketika individu terinfeksi batuk, bersin atau berbicara, mikroorganisme dilepaskan kedalam udara dan terhirup oleh orang lain.dan terhirup oleh orang lain. 2)

2) Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari peralatan terapi Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi.pernafasan yang terkontaminasi. 3)

3) Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal orofaring dapat menjadi patogenikPada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal orofaring dapat menjadi patogenik 4)

4) Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui sirkulasi dari Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui sirkulasi dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang terkontaminasi.yang terkontaminasi. Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru

Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru dikeluarkan atau bertahan dalam pipi melalui dikeluarkan atau bertahan dalam pipi melalui mekanisme perubahan diri seperti reflex batuk, kliens mekanisme perubahan diri seperti reflex batuk, kliens mukosiliaris, damukosiliaris, da fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan, pathogen yang masuk ke dalam tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak da fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan, pathogen yang masuk ke dalam tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak da menstimulasi respon inflamasi dan respon imun, yang keduanya mempunyai efek samping

menstimulasi respon inflamasi dan respon imun, yang keduanya mempunyai efek samping yang merusak.yang merusak.

Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa mikroorganisme merusak membrane mukosa bronchial dan membrane alveolokapiler. Inflamasi da Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa mikroorganisme merusak membrane mukosa bronchial dan membrane alveolokapiler. Inflamasi da edema menyebabkan sel-sel acini dan bronkiales terminalisterisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi. Jika pneumonia disebabka edema menyebabkan sel-sel acini dan bronkiales terminalisterisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi. Jika pneumonia disebabka oleh staphilococcuc atau bakteri gram-negatif dapat terjadi juga

oleh staphilococcuc atau bakteri gram-negatif dapat terjadi juga nekrosis parenkim paru.nekrosis parenkim paru.

Pada pneumonia pneumokokus, organism S. pneumonia meransang respons inflamasi, dan eksudat inflamsi menyebabkan edema alveolar, yang selanjutnya mengarah pada Pada pneumonia pneumokokus, organism S. pneumonia meransang respons inflamasi, dan eksudat inflamsi menyebabkan edema alveolar, yang selanjutnya mengarah pada  perubahan-perubahan lain . sedangkan

 perubahan-perubahan lain . sedangkan pada pneumonia viral pada pneumonia viral disebabkan oleh virus disebabkan oleh virus biasanya bersifat ringan dan biasanya bersifat ringan dan self-limited tetapi self-limited tetapi dapat membuat tahap dapat membuat tahap untuk infeksin sekundeuntuk infeksin sekunde  bakteri dengan memberikan suatu lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri dan dengan merusak sel-sel epitel

 bakteri dengan memberikan suatu lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri dan dengan merusak sel-sel epitel bersilia, yang normalnya mencegah masuknya pathogen ke jalabersilia, yang normalnya mencegah masuknya pathogen ke jala nafas bagian bawah.

nafas bagian bawah.

(6)

5. Penyimpangan KDM

B. PEMERIKSAAN RONTGEN

Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak

 – 

 bercak infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsosolidasi pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu ata  beberapa lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis,

abses paru, perikarditis dll.

C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leucosit, biasanya > 10.000/µl kadang mencapai 30.000 jika disebabkan virus atau mikoplasma jumlah leucosit dapat normal, atau menurun dan pada hitung jenis leucosit terdapat pergeseran kekiri juga terjadi peningkatan LED. Kultur darah dapat positif pada 20

 – 

 25 pada penderita yang tidak diobatai. Kadang didapatkan peningkatan ureum darah, akan tetapi kteatinin masih dalah batas normal. Analisis gas darah menunjukan hypoksemia dan hypercardia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

D. KOMPLIKASI

Menurut Suyono (2003) komplikasi pneumonia antara lain Efusi pleura dan emfisema. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada infeksi bakterial akut b erupa efusi para  pneumonik gram negatif sebesar 60%, staplilococus aureus 50%, S. Pneumoniae 40-60%, kuman anaerob 35%. Sedang pada mycoplasma pneumoniae sebesar 20%. Cairannya

(7)

transudat dan sterill, Komplikasi sistemik, dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa menungitis. Dapa juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peningkatan ureum dan enzim hati, Hipoksemia akibat gangguan difusi, Pneumonia kronis yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6 mingg akibat kuman anaerob s. Aureus dan kuman gram (-), Bronkietaksis. Biasanya terjadi karena pneumonia pada masa anakanak tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi  bronkus distal pada cystic fibrosis atau hipogamaglobulinemia, tuberkolosis, atau pneumonia nekrotikans.

E. PROGNOSIS

Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor penderita, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baik da intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat. Angka kematian penderita pneumonia komuniti kurang dari 5% pada penderita rawat jalan , sedangkan penderita yang dirawat di rumah sakit menjadi 20%. Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA ) angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jala  berdasarkan kelas yaitu kelas I 0,1% dan kelas II 0,6% dan pada rawat inap kelas III sebesar 2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas V 29,2%. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya

risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan peningkatan risiko kelas. Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998 adalah 13,8%, tahun 1999 adalah 21%, sedangkan di RSUD Dr. Soetomo angka kematian 20 -35%.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL Diagnosa Keperawatan Menurut Nanda (2013) antara lain:

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas: spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

 NOC : ventilasi, kepatenan jalan nafas

Kriteria Hasil : klien tidak merasa tercekik, irama, frekwency dalam batas normal, tidak ada bunyi abnormal.

 NIC :

1) Pastikan kebutuhan oral suctioning

(8)

3) Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning 4) Lakukakn fisioterapi dada jika perlu

5) Monitor status O2 pasien

2. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi tubuh, deformitas dinding dada, gangguan koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom hipovnetilasi, obesitas, keletihan otot spinal

 NOC : ventilasi, kepatenan jalan nafas, status TTV

Kriteria Hasil : mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips, klien tidak merasa tercekik, i rama, frekwency dalam batas normal, tidak ada bunyi abnormal.

 NIC :

1) Posisikan semi fowler

2) Lakukan fisioterapi dada jika perlu 3) Pasang mayo jika perlu

4) Berikan bronkodilator 5) Auskultasi suara nafas 6) Monitor pola nafas

3. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, demam, kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan NOC : flui  balance, Hidration, Status Nutrisi; intake nutrisi dan cairan Kriteria Hasil : mempertahankan urine output sesuai dengan usia, dan BB, BJ

urine normal, HT normal, TTV normal, Tidak ada tanda dehidrasi (turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus  berlebihan)

(9)

1) Pertahankan intake dan output yang akurat 2) Monitor status hidrasi

3) Monitor Vital sign

4) Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori 5) Berikan cairan IV pada suhu ruangan

6) Kolaborasikan pemberian cairan IV

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory: tirah baring atau imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidak seimbangan suplai O2 dengan kebutuhan.  NIC : ADL, pemulihan tenaga

Kriteria Hasil : mampu melakukan aktivitas secara mandiri, berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disretai peningkatan TTV

 NIC :

1) Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam menyiapkan  program terapi yang tepat

2) Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan 3) Kaji adanya faktor penyebab kelelahan

4) Monitor respons kardiovaskuler terhadap aktivitas 5) Monitor lama istirhatanya pasien

6) Monitor nutrisi dan sumber tenaga adekuat

5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keadaan penyakit keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi, kurang paparan  NOC : proses penyakit, proses penyembuhan

(10)

prognosis dan program pengobatan  NIC :

1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang  prose penyakit yang spesifik

2) Jelaskan patofisiologi tentang penyakit

3) Gambarkan tanda dan gejala yang muncul pada penyakit 4) Gambarkan proses penyakit

5) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1. Biodata / Data Biografi I dentitas Klien:

 Nama : An. E No Register : 08.110.900

Umur : 1 tahun Suku/bangsa : Jawa Status Perkawinan : -Agama : Islam Pendidikan : -Pekerjaan :

(11)

-Alamat : jl.Cimanuk  Tanggal masuk RS : 25 Mei 2012 Tanggal Pengkajian : 26 Mei 2012

Catatan kedatangan : Kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar (

√ )

Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi :

 Nama/Umur : Ny.N / 29 No telepon : (0736)23145 Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS Alamat : jl.Cimanuk  Sumber Informasi : Pasien dan keluarga

2. Riwayat Kesehatan/keperawatan a. Keluhan utama/alasan masuk RS

An E (59 th) datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 25 Mei 2012, jam 10.20 wib dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) :

 Faktor pencetus: Orang tua anak mengatakan sesak napas didahului oleh batuk pilek seminggu sebelum masuk RS.  Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Orang tua anak mengatakan sesak napas sejak 6 hari sebelum masuk RS.

 Sifat keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan, sesak napas terus menerus dan bertambah dengan aktivitas.  Berat ringannya keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas cenderung bertambah sejak 2 hari sebelum masuk RS.

(12)

 Keluhan lain saat pengkajian : Orang tuan anak juga mengatakan batuk dengan dahak yang kental dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di tenggorokkan. Orang tua

anak mengatakan kesulitan bernapas.Orang tua anak mengutarakan kondisi badan anak nya terasa lemah dan ujung - ujung jarin ya terasa dingin.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD) :

 Orang tua anak mengatakan tidak ada riwayat alergi t erhadap makanan, debu, dan lain-lain.

d. Riwayat kesehatan keluarga (RKK) :

Orang tua anak mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit sesak napas seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga yang menderit  penyakit keturunan dan penyakit menular lainnya seperti penyakit jantung, hipertensi, asma,TB dan lain-lain.

3. Pola Fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Persepsi terhadap penyakit:

Orang tua pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya. Penggunaan :

Alergi (obat-obatan, makanan, plester, dll): pasien tidak ada alergi.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Diet/suplemen khusus: tidak ada Intruksi diet sebelumnya:

- Nafsu makan (nomal, meningkat, menurun): menurun

Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien mual-mual Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turu) :

(13)

Kesulitan menelan (disfagia): tidak ada Gigi (lengkap/tidak, gigi palsu): lengkap

Riwayat masalah kulit/penyembuhan (ruam,kering,keringat berlebihan, penyembuhan abnormal: tidak ada Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada

Frekuensi makan: Normal (3X sehari) Jenis makanan : KH, protein, lemak  Pantangan/alergi : tidak ada

c. Pola Eliminasi

 Buang air besar (BAB) :

 Frekuensi : 1x 2 hari Waktu : Pagi  Warna : Kuning Konsistensi : Lembek   Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak ada

 Buang air kecil (BAK) :

 Frekuensi : 2X sehari Warna : pagi dan sore hari  Kesulitan (disuria, nokturia, hematuria, retensi inkontinensia): Tidak ada  Alat bantu (kateter intermitten, indwelling, kateter eksternal): tidak ada  Lain-lain

d. Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan dari:

0 ═ Mandiri

3 ═ Dibantu orang lain dan peralatan

1 ═ Dengan alat

 bantu

4 ═ ketergantungan/tidak mampu

(14)

Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4

Makan/minum Mandi

Berpakaian/berdandan

Toileting

Mobilisasi di tempat tidur

Berpindah Berjalan

Menaiki tangga

Berbelanja

Memasak

Pemeliharaan rumah

e. Pola istirahat dan tidur

 Lama tidur : 7 jam/malam Tidur siang: 2 Tidur sore: - Waktu : 21.00 WIB

 Kebiasaan menjelang tidur :

- Masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruk): Insomnia  Lain-lain (merasa segar/tidak setelah bangun) : merasa segar 

(15)

 Status mental (sadar/tidak, orientasi baik/tidak) : orientasi baik  

Bicara : Normal (√), tak jelas (

), gagap ( ), aphasia ekspresif ( )  Kemampuan berkomunikasi : Ya (

√ ), tidak (

)

 Kemampuan memahami : Ya (

  ), tidak ( )

Pendengaran : DBN ( √

), tuli ( ), kanan/kiri, tinnitus ( ), alat bantu dengar ( )  Penglihatan (DBN, buta, katarak, kacamata, lensa kontak, dll) : DBN

 Vertigo : Ada

 Ketidak nyamanan/nyeri (akut/kronik) : Pasien mengalami nyeri akut pada daerah dada  Penatalaksanaan nyeri : Pasien beristirahat untuk mengurangi nyeri

 Lainlain :

-g. Persepsei Diri Dan Konsep Diri

 Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : Pasien merasa tidak nyaman  Lainlain :

-h. Pola Peran Hubungan

 Pekerjaan :

-

Sistem pendukung : pasangan (√

), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga serumah

(√), keluarga tinggal berjauhan

 ( )  Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS : Tidak ada

 Kegiatan sosial :

 Sejak menderita penyakit pneumonia pasien jarang bergaulo dengan teman sebaya nya.  Lain-lain :

(16)

 Masalah seksual b.d penyakit :

- j. Pola koping dan toleransi stress

 Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit ( financial, perawatan diri) : Pasien tidak mengalami kesulitan mengeanai biaya perawatan rumah sakit.  Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu : tidak ada

 Hal yang dilakukan saat ada masalah (sumber koping) : pasien bersifat terbuka terhadap masalahnya  Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : tidak ada

 keadaan emosi dalam sehari-hari (santai/tegang) : tegang  lainlain :

-k. Keyakinan agama dalam kehidupan

 Agama : Pasien beragama Islam

 Pengaruh agama dalam kehidupan : Pasien beranggapan bahwa penyakit yang dideitanya adalah cobaan.

4. Pemeriksaan Fisik 

 Keadaan umum : Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak gelisah.

- BB : 10 kg (turun 2 kg dari 60 kg menjadi 58 kg ) - TB : 70 cm  TTV : - TD : 130 / 90 mmHg -  ND : 120 x / i - RR : 32 x / i - S : 39 ºC

(17)

 Kepala : Simestris dan rambut warna hitam, tidak ada ketmbe, bersih.  Mata : DBN, konjuntiva tidak anemis,ukuran pupil normal.

 Telinga : DBN

 Kuku : Kuku pucat dan sedikit sinosis  Hidung : Pernapasan cuping hidung  Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat  Thorak /paru

- Inspek : RR : 32x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (+), takipnea (+),dispnea (+),pernapasan dangkal, dan rektrasi dinding dada tidak ada. - Palpasi : fremitus menurun pada kedua paru

- Perkusi : redup

- Auskultrasi : bunyi napas bronkial, krekels (+),stridor (+).

 Vaskular periper : akral dingin, capilarry repille kembali dalam 5 detik 

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil foto rontgen : menunjukkan infiltrasien lobaris (sebagianlobus pada kedua paru).  b. AGD :menunjukkan alkalosis respiratorik (pH naik,PCO2 turun,HCO3 normal)

c. Pemeriksaan sputum: ditemukan kuman Stapilococcus aureus dan Diplococcus pneumonia d. Pemeriksaan darah rutin didapatkan :

 Leokosit = 16.000/mm3  Hb = 10,5 gr/dl

 Trombosit =265.000/mm3  Hematokrit = 44%

(18)

 Albumin = 3,01 gr/dl  Protein total = 5,86 gr/dl

2. ANALISA DATA

 Nama klien : An. E (59 th)

Ruang rawat : Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu Diagnosa medik : Pneumonia

(19)

1 DS:

Klien mengatakan batuk berdahak dan sesak napas

Klien mengatakan batuk dengan dahak yang kental dan sulit untuk dikeluarkan

Klien mengatakan dahaknya terasa lengket di tengorokkan Klien Mengatakan Kesulitan bernapas

DO:

lien tampak kesulitan bernapas TV:

TD: 130/90 mmHg  N : 12X/i

RR : 32x /i

ernafasan Cuping Hidung akipnea (+)

ispnea (+) ernafasan dangkal

enggunaan otot bantu pernafasan (+) erfusi paru redup

remetus menurun pada kedua paru

unyi nafas bronkial, kreleks (+), stridor ( +) asil Rontgen : menunjukkan infiltrasi lobaris

emeriksaan seputum : ditemukan kuman stapilococcus aureus

Inflamasi trakeo bronkial dan farenkim paru, pembentukkan edema dan peningkatan produksi sputum.

Bersihan Jalan nafas tidak efektif 

(20)

dan diplococcus pneumonia

2 DS:

lien mengatakan nyeri dada lien mengatakan sakit kepala lien mengatakan sendi nyeri DO:

Klien tampak gelisah

Klien tampak meringis kesakitan akibat nyeri

Klien tampak memegang di daerah dada dan melindungi daerah yang sakit TTV: TD : 130/90 mmhgs  N : 120x/i RR : 32x /i Akral dingin

Kuku pucat dan sedikit sianosis Mukosa bibir kering dan pucat Kapilary reffill kembali dalam 5 detik  Takipnea (+)

Inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan batuk menetap.

 Nyeri

3 DS:

lien mengatakan batuk berdahak 

lien mengatakan dahaknya terasa lengket ditenggorokkan

Anoreksia, akibat toksin bakteri,  bau dan rasa sputum

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

(21)

Klien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya mampu menghabiskan ½ porsi setiap kali makan (pagi,siang dan malam) lien mengatakan mual

lien mengatakan berat badan turun 4 Kg dari 65 Kg menjadi 64 Kg

lien mengatakan lemah DO:

lien tampak mengeluarkan sputum saat batuk  lien tampak lemah

lien tampak hanya mampu mengabiskan makanan ½ porsi setiap kali makan

ulit klien tampak kering urgor kulit buruk 

ukosa bibir klien kering  b : 10 gr / dl rotein total : 5,86 gr / dl lbumin 3,00 gr / dl B : 61 kg TV: TD : 130/90 mmhgs  N : 120 x/i RR : 32x /i

(22)

kral dingin

uku pucat dan sedikit sianosis ukosa bibir kering dan pucat apilary reffill kembali dalam 5 detik  akipnea (+)

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa data Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi

Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea

 bronchial, peningkatan produksi sputum Selasa, 25 Mei 2012 Jumat, 28 Mei 2012  Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler

terhadap sirkulasi toksin dan batuk menetap. Selasa, 25 Mei 2012 Jumat, 28 Mei 2012 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

(23)

4. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana Rasional

Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,  peningkatan produksi sputum Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan jalan nafas kembali efektif Mandiri :

Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

Auskultasi area paru, catat area  penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis, krekels, mengi stridor.

Takipnue pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidak nyamanan. Simetris yang sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/ atau cairan paru.

Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas  bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsilidasi. Krekel, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekpirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spesme jalan napas/obstruksi.

Merangsang batuk atau pembersihan nafas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau  penurunan tingkat kesadaran.

(24)

Bantu pasien latih napas sering Tunjukan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, mis., menekan dada dan  batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.

Penghisapan sesuai indikasi.

Berikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali kontra indikasi). Tawarkan air hangat, daripada air dingin.

Kolaborasi :

Berikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodolator, analgesik.

Berikan cairan tambahan misalnya :

Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret

Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.

Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan.

Cairan diperlukan untuk mengganti kehilangan dan memobilisasi sekret.

Mengevaluasikan kemajuan dan efek proses  penyakit dan memudahkan pemilihan terapi

yang diperlukan.

Kadang-kadang diperlukan untuk membuang  perlengketan mukosa. Mengeluarkan sekresi

(25)

Intravena,oksigen humidifikasi, dan ruang humidifikasi.

Awasi sinar X dada, GDA, nadi oksimetri.

Bantu bronkostropi / toresentesis bila diindikasikan.

 purulen, mencegah atelektasis.

 Nyeri berhubungan dengan inflamasi  parenkim paru, reaksi

seluler terhadap sirkulasi toksin dan  batuk menetap.  Nyeri berhubungan dengan inflamasi  parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan batuk menetap.

Mandiri :

Tentukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam, konstan, selidiki perubahan karakter / lokasi nyeri dan ditusuk.

Pantau tanda vital.

Berikan tindakan nyaman misalnya,

 Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada peneumonia,juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan indokarditis.

 perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.

tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidak nyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.

(26)

 pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi atau latihan napas.

Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.

Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.

Kolaborasi :

Berikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi.

Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidak nyamanan umum.

Alat untuk menontorl ketidak nymanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya  batuk.

Obat ini digunakan untuk menekan batuk non produktif atau proksismal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan atau istirahat umun.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Setelah dilakuakn intervensi

andiri :

(27)

tubuh berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin bakteri dan rasa sputum .

keperawatan selama 3 x 24 jan, diharapkan

kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

mual atau muntah misalnya: sputum banyak,  pengobatan aerosol, dispenea berat, nyeri.

Berikan wadah tertutup untuk sputum dan  buang sesering mungkin. Berikan atau  bantu.

Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.

Auskultasi bunyi usus. Observasi atau  palpasi distensi abdomen.

Berikan makan dengan pori kecil dan sring termasuk dengan makan kering ( roti  panggang ) dan makanan yang menarik

untuk pasien.

Evaluasi status nutrisi umum, ukuran berat  badan dasar.

 penyebab masalah.u kebersihanmulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan drainase  postur sebelem maka.

Menghilangkan tanda bahaya, rasa bau, dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.

Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.

Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila  proses infeksi memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin, bakteri pada saluran GI.

Tindakan ini dapat meningkatka masukkan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.

Adanya kondisi kronis ( PPOM atau alkoholisme ) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap innfeksi lambatnya respon terhadap terapi.

(28)

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No.Dx Tanggal Jam Implementasi Paraf/Nama

1 Rabu, 26 Mei 2012 00.09 WIB

Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

 Dengan Hasil : RR = 32x/i, pernapasan cepat dan dangkal, fremitus menurun pada kedua paru.

Mengukur TTV  Dengan hasil :

TD : 130/90 mmhg  N : 120 x/i

RR : 32x /i

Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis, krekels, mengi stridor.

 Dengan hasil  : bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan srtidor ada. Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan melakukan batuk efektif, Dengan Hasil : Klien dapat melakukan batuk efektif dan mengeluarkan dahak.

Melakukan Penghisapan sekret sesuai indikasi.  Dengan Hasil  : sekret bisa keluar 

(29)

dan menaawarkan air hangat

 Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat

Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran,  bronkodolator, analgesik.

Memberikan oksigen sesuai indikasi Mengawasi sinar X dada, GDA,

 Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi meyebar, dan GDA tidak normal.

Membantu bronkostropi sesuai indikasi  Dengan Hasil  : Perlengketan mukosa teratasi 2 Rabu, 26 Mei 2012 00.09

WIB

Mententukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam, konstan, selidiki  perubahan karakter / lokasi nyeri dan ditusuk.

 Dengan Hasil : Nyeri Konstan dan lokasi di bagian dada. Memantau tanda vital

 Dengan hasil : TD : 130/90 mmhg  N : 120 x/i

RR : 32x /i

Memberikan tindakan nyaman misalnya, pijatan punggung, perubahan  posisi, musik tenang, relaksasi atau latihan napas.

 Dengan Hasil: Pasien sudah merasa agak nyaman Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.

(30)

 Dengan Hasil: Pasien menerima tawaran

Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.

 Dengan Hasil: Pasien mematuhi anjuran

Memberikan analgesik dan antitusip sesuai indikasi. 3 Rabu, 26 Mei 2012 09.00

WIB

Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri.  Dengan Hasil : Klien mual dan muntah disebabkan sputum banyak.

Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.  Dengan Hasil  : Klien membuang dahaknya di wadah

Menjadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.  Dengan Hasil:

Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi distensi abdomen.  Dengan Hasil: Terdapat bising usus

Memberikan makan dengan pori kecil dan sering termasuk dengan makan kering ( roti panggang ) dan makanan yang menarik untuk pasien.  Dengan Hasil: Klien mau makan dalam porsi kecil

Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat badan dasar.  Dengan Hasil:BB : 61 Kg

(31)

2012 WIB  Dengan Hasil  : RR = 25x/i, Mengukur TTV  Dengan hasil : TD : 120/80mmhg  N : 80 x/i RR : 26x /i

Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis, krekels, mengi stridor.

 Dengan hasil   : bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan srtidor tidak ada.

Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan melakukan batuk efektif, Dengan Hasil : Klien melaksanakan latihan nafas sesuai yang dianjurkan dan dapat melakukan batuk efektif dan mengeluarkan dahak.

Melakukan Penghisapan sekret sesuai indikasi.  Dengan Hasil  : sekret bisa keluar 

Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat

 Dengan Hasil : intake cairan 2000 ml dan pasien mau minum air hangat. Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodolator, analgesik.

Mengawasi sinar X dada, GDA,

(32)

normal. 2 Kamis, 27 Mei

2012

09.00 WIB

Mententukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam, konstan, selidiki  perubahan karakter / lokasi nyeri dan ditusuk.

 Dengan Hasil: nyeri tidak ada lagi Memantau tanda vital.

 Dengan Hasil:TTV : TD : 120/80 mmHg  N : 80 x/i

RR : 25x /i

Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.  Dengan Hasil: pasien mematuhi hal yang dianjurkan

Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.

 Dengan Hasil  : Klien mengikuti anjuran

Kolaborasi :

Memberikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi. 3 Kamis, 27 Mei

2012

09.00 WIB

Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri.  Dengan Hasil : Klien dapat mengeluarkan sputum

Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.  Dengan Hasil  : Klien membuang dahaknya di wadah

(33)

 Dengan Hasil: Terdapat bising usus

Memberikan makan dengan pori kecil dan sering ter masuk dengan makan kering (roti panggang) dan makanan yang menarik untuk pasien.

 Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan dalam porsi kecil Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat badan dasar.  Dengan Hasil: BB = 61 Kg

1 Jumat, 28 Mei 2012 09.00 WIB

Mengkaji frekuensi/ kedalaman pernapasan dan gerakan dada.  Dengan Hasil  : RR = 24x/i.

Mengukur TTV  Dengan hasil :

TD : 120/80 mmhg  N : 80 x/i

RR : 24x /i

Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis, krekels, mengi stridor.

 Dengan hasil   : Bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan srtidor tidak ada

Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat

 Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat dan intake 2500 ml Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodolator, analgesik.

(34)

Memberikan oksigen sesuai indikasi Mengawasi sinar X dada, GDA,

 Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi meyebar, dan GDA normal.

2 Jumat, 28 Mei 2012 09.00 WIB

Memantau tanda vital.  Dengan Hasi l: TTV : TD : 120/80 mmHg  N : 80 x/i

RR : 25x /i

Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.  Dengan Hasil: pasien mematuhi hal yang dianjurkan

Memberikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi. 3 Jumat, 28 Mei 2012 09.00

WIB

Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri.  Dengan Hasil : Klien tidak mual lagi

Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi distensi abdomen.  Dengan Hasil: tidak terdapat bising usus

Memberikan makan dengan porsi kecil dan sering termasuk dengan makan kering (roti panggang) dan makanan yang menarik untuk pasien.  Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan 1 porsi penuh

Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat badan dasar.  Dengan Hasil: BB = 62 Kg

(35)

6. EVALWASI

No.Dx Tanggal Jam Perkembangan SOAP Paraf/Nama

1 Rabu, 26 Mei 2012

13.30 Wib

S :

Klien mengatakan sudah dapat mengeluarkan dahak Klien mengatakan sesaknya sudah berkurang O :

Klien dapat mengeluarkan dahaknya Krekels dan stredor (+)

Dispnea berkurang TTV:

TD : 125/80 mmHg  N : 100x/i

RR : 27x /i

Klien masih mendapat oksigen

: Masalah teratasi sebagian : klien dapat mengeluarkan dahak dengan efektif dan sesak nafas berkurang.

(36)

P : Intervensi dilanjutkan : Kaji frekuensi kedalaman nafas Pantau terus TTV

Auskultasi area paru

Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan batuk efektif Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi

Lanjutkan pemberian oksigen sesuai indikasi Awasi GDA 2 Rabu, 26 Mei 2012 13.30 Wib S :

Klien mengatakan nyeri berkurang Klien mengatakan badannya masih lemah O:

Klien tampak agak nyaman Gelisah berkurang Dispneu berkurang TTV: TD : 125/80 mmHg o N : 100 x/i RR : 27x /i

(37)

Mukosa bibir masih kering dan pucat Dispnea (+)

Perfusi paru redup

Premetus menurun pada kedua paru Akral hangat sianosis

Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik  Klien masih pucat dan sianosis

A : Masalah teratasi sebagian : klien

mengatakan nyeri berkurang, klien merasa agak nyaman. P : Intervensi dilanjutkan :

Kaji terus karekteristik nyeri Pantau terus TTV

Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan batuk efektif  Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi

3 Rabu, 26 Mei 2012

13.30 Wib

S :

Klien mengatakan batuk berdahak 

Klien mengatakan dahaknya terasa lengket ditenggorokkan

Klien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya mampu menghabiskan ½ porsi setiap kali makan (pagi,siang dan malam)

(38)

Klien mengatakan lemah O :

Klien tampak mengeluarkan sputum saat batuk  Klien tampak lemah

Klien tampak hanya mampu mengabiskan makanan ½ porsi setiap kali makan

Kulit klien tampak kering Turgor kulit buruk  Hb : 10 gr / dl Protein total : 5,86 gr / dl Albumin 3,00 gr / dl BB : 61 kg TTV: TD : 125/80 mmhgs o N : 100 x/i RR : 27x /i Akral hangat

Kuku pucat dan sedikit sianosis Mukosa bibir kering dan pucat A : Masalah belum teratasi

(39)

Indentifikasi mual

Menjadwalkan pengobatan

Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi sering Evaluasi terus status nutrisi

1 Kamis, 27 Mei 2012

13.30 Wib

S :

Klien mengatakan sudah dapat mengeluarkan dahak  Klien mengatakan sudah tidak sesak 

O :

Klien dapat mengeluarkan dahaknya Krekels dan stredor (-)

Dispnea tidak ada TTV:

TD : 120/80 mmHg  N : 80x/i

RR : 25x /i

A : Masalah teratasi sebagian : klien dapat

mengeluarkan dahak dengan efektif, dispnuea tidak ada

(40)

Pantau terus TTV Auskultasi area paru

Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan batuk efektif  Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi

Awasi GDA 2 Kamis, 27 Mei 2012 13.30 Wib S :

Klien mengatakan tidak nyeri lagi

Klien mengatakan badannya sudah merasa segar  O :

Klien merasa nyaman TTV:

TD : 120/80 mmHg  N : 80 x/i

RR : 25x /i

Mukosa bibir masih kering dan pucat Dispnea (-)

Perfusi paru redup Akral hangat

Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik  Klien masih pucat dan sianosis

(41)

A : Masalah teratasi sebagian : klien mengatakan

nyeri tidak ada, klien merasa nyaman, badan pasien segar,

P : Intervensi dilanjutkan : Pantau terus TTV

Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan batuk efektif  Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi

3 Kamis, 27 Mei 2012

13.30 Wib

S :

Klien mengatakan saat batuk sputum keluar.

Klien mengatakan masih blum nafsu makan dan hanya mampu menghabiskan ½ porsi setiap kali makan (pagi, siang dan m alam) O :

Klien tampak mengeluarkan sputum saat batuk dan sudah berkurang Klien tampak mengabiskan makanan dalam ½ porsi setiap kali makan Kulit klien masih tampak kering

Hb : 10 gr / dl Protein total : 5,86 gr / dl Albumin 3,00 gr / dl BB : 61 kg TTV: TD : 120/80 mmhgs

(42)

 N : 80 x/i RR : 25x /i Akral hangat

A : Masalah teratasi sebagian : Mengidentifikasi

 pengeluaran sputum, observasi distensi abdomen, dan status gizi P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan

Indentifikasi mual

Menjadwalkan pengobatan

Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi sering Evaluasi terus status nutrisi

1 Jumat, 28 Mei 2012

13.30 Wib

S :

Klien mengatakan sudah tidak batuk  Klien mengatakan sudah tidak sesak 

O:

Klien mengatakan tidak ada sputum Krekels dan stredor (-)

TTV:

TD : 120/80 mmHg  N : 80x/i

(43)

A : Masalah teratasi : klien tidak batuk. Tidak lagi

sesak, tidak ada lagi sputum, auskultasi area paru normal, intake cairan tercukupi P : Intervensi dihentikan 2 Jumat, 28 Mei 2012 13.30 Wib S :

Klien mengatakan tidak nyeri lagi Klien mengatakan badannya sudah segar 

O :

Klien merasa nyaman TTV:

TD : 120/80 mmHg o N : 80 x/i RR : 24x /i

Mukosa bibir normal dan tidak pucat lagi Dispnea (-)

Perfusi paru Normal Akral hangat

(44)

Kapilari refile kembali dalam 2 detik  A : Masalah teratasi. P : Intervensi dihentikan. 3 Jumat, 28 Mei 2012 13.30 Wib S :

Klien mengatakan tidak batuk lagi

Klien mengatakan sudah nafsu makan dan mampu menghabiskan 1  porsi penuh setiap kali makan (pagi, siang dan malam)

O :

Klien tidak tampak batuk lagi dan tidak ada sputum

Klien tampak mengabiskan makanan dalam 1 porsi penuh setiap kali makan

Kulit klien sudah normal Hb : 14 gr / dl Protein total : 7,5 gr / dl Albumin 3,4gr / dl BB : 62 kg TTV: TD : 120/80 mmhg  N : 80 x/i

(45)

RR : 24x /i Akral hangat

A : Masalah teratasi.

Referensi

Dokumen terkait

3). Perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya atau peserta perorangan, tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak sedang dihentikan kegiatan

Kedua , kepemimpinan sebagai suatu proses seperti yang dikatakan oleh Stoner yang dikutip oleh Handoko (1997:294) bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses pengarahan dan

Menyongsong abad ke 21, program penelitian pengembangan teknologi bahan dan elemen bakar nuklir harus lebih diarahkan menuju kepada peningkatan penguasaan dan sekaligus

Kategori kesiapan yang dikembangkan meliputi perilaku yang berhubungan dengan kesiapan diri dalam memilih pasangan hidup, aspek kesiapan diri belajar hidup dengan pasangan

Tahun - ... Perekonomian )ndonesia Triwulanan Triwulan )/. Menurut Lapangan Usaha ... Perekonomian )ndonesia Triwulanan Triwulan ))/ Menurut Lapangan Usaha ....

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan pendekatan pembelajaran Jelajah Alam Sekitar (JAS)

OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN, DAN PERSANDIAN.. DPA-SKPD PEMERINTAH DAERAH DAERAH

DPA-SKPD PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.. TAHUN