• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL

Aspek: Penyakit Tropis

Deteksi dan Penentuan Virus Dengue dari Spsesimen Klinik di Rumah

Sakit Kota Medan dengan Menggunakan Metode Reverse

Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

| 2

BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Infeksi oleh virus Dengue (DENV) adalah masalah kesehatan yang serius di banyak daerah tropis dan subtropis di dunia. Penyakit yang ditimbulkannya merupakan hiperendemis di Asia Tenggara, dengan bentuk yang paling berbahaya berupa Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD) yang biasanya bersifat fatal, terutama pada anak-anak (Rohani et al., 1997).

Diperkirakan lebih kurang 100 juta kasus demam Dengue dan 500 ribu kasus DBD terjadi tiap tahunnya di seluruh dunia, 90% dari kasus-kasus tersebut menyerang anak-anak di bawah 15 tahun (Malavie et al., 2004).

Di Indonesia, demam Dengue (DD) mulai ditemukan pada tahun 1968, cenderung semakin menyebar luas sejalan dengan meningkatnya arus trasportasi dan kepadatan penduduk. Kasus DD dan DBD selalu berulang setiap tahun di banyak kawasan di Indonesia di mana berdasarkan profil Indonesia tahun 2001 Incidence rate 17,2 kasus per 100.000 penduduk tiap tahunnya (Depkes RI, 2002)

Masalah terbesar pada kasus infeksi virus Dengue terkait dengan penatalaksanaan yang membutuhkan diagnosis segera terhadap infeksi dini. Dalam kasus infeksi Dengue, serotyping sangat penting karena infeksi sekunder oleh serotipe heterologus dapat menimbulkan demam berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) (McBride dan Belefeldt-Ohmann, 2000). Diagnosis laboratorium terutama menggunakan isolasi virus dari serum pada infeksi fase akut, serodiagnosis, dan molecular assay terhadap RNA virus (Guzman dan Kouri, 1996).

Seluruh serotipe virus Dengue terdapat di Indonesia. DEN-3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama terjadinya KLB di banyak daerah, diikuti DEN-2, DEN-1 dan DEN-4 pada tahun 1993-1994. Dari Hasil penelitian DEN-3 merupakan serotipe yang paling dominan berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit, diikuti DEN-2 (Suroso, 1997).

(3)

Tujuan Khusus

Dalam usulan penelitian ini dilakukan deteksi dan penentuan serotype virus Dengue 1,2,3 dan 4 dari sampel serum penderita DD/DBD dengan menggunakan RT-PCR di Kota Medan untuk untuk melihat apakah serotipe virus Dengue yang telah dijumpai pada nyamuk Aedes aegypti sama dengan serotipe virus Dengue yang dijumpai pada serum penderita DD/DBD sehingga dari hasil penelitian ini didapatkan informasi penyebaran serotipe virus Dengue di kota Medan. Pada penelitian ini juga akan dilakukan analisis terhadap data demografi penderita untuk melihat adanya kecenderungan terjadinya pergeseran proporsi kasus penderita DD/DBD yang beresiko terinfeksi virus Dengue dari kelompok umur <15 tahun kepada kelompok umur ≥15 tahun.

(4)

| 4 Urgensi (Keutamaan) Penelitian

Pentingnya penanganan segera terhadap penyakit infeksi virus Dengue membutuhkan tersedianya metode diagnosis yang cepat dan akurat. RT-PCR merupakan salah satu metode diagnosis yang dapat mendeteksi keberadaan virus pada fase dini, dengan demikian penggunaannya menjadi sangat membantu terhadap penatalaksanaan kasus dan mencegah terjadinya Demam Dengue (DD) /Demam Berdarah Dengue (DBD). Data penelitian Litbangkes pada tahun 2007 menunjukkan bahwa serotipe virus Dengue (DEN) yang dijumpai di kota Medan pada tahun 2003-2005 adalah serotipe DEN2, DEN3, dan DEN4 namun tidak ditemukan adanya DEN-1. Dari hasil penelitian yang telah kami lakukan sebelumnya pada sampel nyamuk Aedes aegypti dengan metode RT-PCR di kota Medan pada tahun 2008 dijumpai virus serotipe DEN-2 dan DEN-1. Dalam penelitian ini dilakukan deteksi dan penentuan serotipe virus Dengue 1,2,3 dan 4 dari sampel serum penderita DD/DBD di Rumah Sakit rujukan kasus DD/DBD di Kota Medan dengan menggunakan metode RT-PCR untuk melihat apakah tipe virus Dengue yang telah dijumpai pada sampel nyamuk Aedes aegypti sama dengan tipe virus Dengue yang dijumpai dari sampel serum penderita DD/DBD. Hasil penelitian ini akan memberikan informasi peta penyebaran dan perubahan serotipe virus Dengue yang dijumpai di kota Medan.

Analisis data dari pasien juga dilakukan untuk melihat adanya kecenderungan terjadinya pergeseran proporsi kasus penderita DD/DBD dari kelompok umur <15 tahun kepada kelompok umur ≥15 tahun.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi penyebaran dan perubahan peta serotipe virus Dengue yang dijumpai di kota Medan dan untuk mengetahui adanya pergeseran proporsi kasus penderita DD/DBD dari anak-anak kepada dewasa untuk memperkuat Early Outbreak Recognition System (EWORS) dalam masalah penyakit DD/DBD.

(5)

BAB II

STUDI PUSTAKA

Di Indonesia, demam Dengue (DD) mulai ditemukan pada tahun 1968, cenderung semakin menyebar luas sejalan dengan meningkatnya arus trasportasi dan kepadatan penduduk. Kasus DD dan DBD selalu berulang setiap tahun di banyak kawasan di Indonesia di mana berdasarkan profil Indonesia tahun 2001 Incidence rate 17,2 kasus per 100.000 penduduk tiap tahunnya (Depkes RI, 2002)

Masalah terbesar pada kasus infeksi virus Dengue terkait dengan penatalaksanaan yang membutuhkan diagnosis segera terhadap infeksi dini. Dalam kasus infeksi Dengue, serotyping sangat penting karena infeksi sekunder oleh serotipe heterologus dapat menimbulkan demam berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) (McBride dan Belefeldt-Ohmann, 2000). Diagnosis laboratorium terutama menggunakan isolasi virus dari serum pada infeksi fase akut, serodiagnosis, dan molecular assay terhadap RNA virus (Guzman dan Kouri, 1996).

Penegakan diagnosis untuk penyakit DD/DBD selama ini dilakukan berdasarkan Kriteria Klinis yang telah ditentukan oleh WHO yaitu dijumpainya demam tinggi dengan onset akut, manifestasi perdarahan, uji tourniquet positif, petechiae, echimosis atau purpura dan manifestasi laboratorium dari trombositopenia (≤ 100.000/mm3) serta meningkatnya hematokrit ≤ 20%, sedangkan Gold standar untuk diagnosis penyakit DD/DBD

adalah dengan menemukan virus Dengue dalam darah. Pentingnya penanganan segera terhadap penyakit infeksi virus Dengue membutuhkan tersedianya metode diagnosis yang cepat dan akurat. RT-PCR merupakan yang dapat mendeteksi keberadaan virus pada fase dini. Dengan menggunakan aplikasi Teknologi Biomolekuler Single-Step RT- PCR dapat dilakukan deteksi sekaligus penentuan serotype virus Dengue 1,2,3 dan 4 dari sampel serum penderita sehingga dengan demikian penegakan diagnosis penyakit

(6)

| 6 menjadi sangat membantu terhadap penatalaksanaan kasus dan mencegah terjadinya DBD dan DSS. Dengan Teknik ini juga sekaligus akan dapat menjelaskan keberadaan serotype virus dengue secara epidemiologi.

Penyebaran serotipe virus Dengue yang bersirkulasi di Bangkok, Thailand ternyata dijumpai berbeda untuk setiap kurun waktu yang berbeda. DEN-1 predominan pada tahun 1990-1992, DEN-2 pada tahun 1973 -1986 dan 1988-1989, DEN-3 pada 1987 dan 1995-1999, DEN-4 pada tahun 1993-1994 (Nisalak A, et al 2003).

Thailand, Myanmar, Indonesia dan Vietnam tetap melaporkan banyak kasus di bawah 14 tahun, tetapi keadaan ini perlu diwaspadai sebab DD/DBD cenderung meningkat pada kelompok umur remaja dan dewasa. Pada tahun 1996-2000 proporsi kasus DD/DBD terbanyak adalah pada kelompok umur 4-5 tahun, namun setelah di atas tahun 2000 proporsi kasus pada kelompok umur 15-44 tahun meningkat. (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2001).

Data penelitian Litbangkes pada tahun 2007 menunjukkan bahwa serotipe virus Dengue yang dijumpai di kota Medan pada tahun 2003-2005 adalah DEN2, DEN3, dan DEN4 namun tidak menemukan adanya DEN-1. Dari hasil penelitian yang telah kami lakukan pada nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan RT-PCR di Kota Medan pada tahun 2008 dijumpai adanya virus DEN-2 dan DEN-1.

Penelitian ini dilakukan untuk melanjutkan riset yang telah kami lakukan sebelumnya yaitu deteksi dan penentuan serotype virus Dengue tipe 1,2,3 dan 4 dari sampel nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan RT-PCR di Kota Medan pada tahun 2008. Dari hasil penelitian tersebut ternyata dari vektor nyamuk Aedes aegypti yang dikumpulkan dari sekitar rumah penderita dan mantan penderita DD/DBD sesuai dengan yang terdata pada Dinas Kesehatan Kota Medan, dijumpai adanya virus serotype DEN-2 dan DEN-1. Sedangkan data Litbangkes pada tahun 2007 menunjukkan bahwa peta serotipe yang dijumpai di kota Medan dari penelitian pada tahun 2003-2005 adalah DEN-2, DEN-3, serta DEN-4, dan tidak menemukan adanya serotype DEN-1. Hal ini memperlihatkan bahwa telah dijumpai serotipe baru (DEN-1) pada vektor berdasarkan dengan hasil penelitian yang telah kami lakukan pada sampel nyamuk, yang sangat memungkinkan akan dijumpai pula pada serum penderita DD/DBD di kota Medan. Analisis data dari

(7)

pasien juga dilakukan untuk melihat adanya kecenderungan terjadinya pergeseran proporsi kasus penderita DD/DBD dari kelompok umur <15 tahun kepada kelompok umur ≥15 tahun.

Dalam penelitian ini dilakukan deteksi dan penentuan serotype virus Dengue tipe 1,2,3 dan 4 pada sampel serum penderita yang dirawat di Rumah Sakit rujukan kasus DD/DBD di Kota Medan dengan metode Single Step RT-PCR untuk mengetahui informasi penyebaran dan perubahan peta serotipe virus Dengue yang dijumpai di kota Medan dan untuk mengetahui adanya pergeseran proporsi kasus penderita DD/DBD dari anak-anak kepada dewasa.

(8)

| 8

BAB III.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUP H. Adam Malik Medan selama 10 bulan sejak bulan Maret sampai Desember 2009.

Rancangan Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan analitik, untuk deteksi dan penentuan serotype virus Dengue tipe 1,2,3 dan 4 dari serum penderita DD/DBD dengan menggunakan RT-PCR di Kota Medan dan untuk melihat adanya pergeseran kelompok umur penderita DD/DBD.

Pada penelitian ini akan digunakan sampel yang diambil dari serum penderita demam berdarah yang dirawat di tiga rumah sakit rujukan untuk penderita demam berdarah di kota Medan yaitu RSUP H. Adam Malik, RSUP Pirngadi dan RS Herna. Sampel serum diambil sebanyak 0,5 ml pada lima hari pertama demam dari penderita DD/DBD yang telah ditegakkan diagnosa klinis infeksi virus dengue dengan menggunakan kriteria WHO 1997 (Singh, K. et al, 2006). Kriteria WHO untuk menegakkan diagnosa klinis yaitu dijumpainya demam tinggi dengan onset akut, manifestasi perdarahan, uji tourniquet positif, petechiae, echimosis atau purpura dan manifestasi laboratorium dari trombositopenia (≤ 100.000/mm3) serta meningkatnya hematokrit ≤ 20%. Data dari setiap sampel dimasukkan ke dalam lembar chek list yang berisi informasi mengenai data demografi pasien seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat, dan pekerjaan, serta hasil pemeriksaan laboratorium.

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 85 sampel serum penderita, yang dihitung secara statistik berdasarkan proporsi penderita DD/DBD di kota Medan.

n= jumlah sampel

Z= nilai normal dari tabel Z yang besarnya tergantung dari nilai α yang ditentukan, Untuk α = 0,05; Zc (0,5-α/2) = 1,96 n ≥ Z2 (0,5-α/2) p q d2 e n ≥ (1,96)2 x 0,32 x 0,68 (10/100)2 e

(9)

p= proporsi penderita DD/DBD di kota Medan yaitu 0,32 q= 1- p = 1-0,32 = 0,68

d = tingkat ketepatan yang diinginkan= 10% n ≥ 85

Berdasarkan proporsi penderita DD/DBD di kota Medan maka secara statistik jumlah minimal sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 85 sampel

Penelitian ini dilakukan untuk melanjutkan riset sebelumnya yaitu deteksi dan penentuan serotype virus Dengue 1,2,3 dan 4 dari nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan RT-PCR di Kota Medan.

Ekstraksi RNA

Sampel serum yang telah dikumpulkan kemudian di simpan ke dalam freezer -70°C atau dapat langsung dilakukan ekstraksi RNA virus dengan menggunakan QIAamp® Viral

RNA Mini Kit dari Qiagen.

Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)

RNA hasil ekstraksi kemudian dilakukan RT-PCR dengan metode Haris et al, dengan menggunakan SuperScriptTMII one step RT-PCR System dengan platinum Taq DNA Polimerase (Invitrogen, no katalog 12574-026). Master mix dibuat dengan mencampurkan 10µl RT-PCR buffer, 2µl dNTP Mix 10mM, 2µl RT-PCR Enzyme Mix, 1µl Primer Dengue Universal (D1: TCA ATA TGC TGA AAC GCG CGA GAA ACCG), 1µl Primer DEN-1 (Ts1: CGT CTC AGT GAT CCG GGGG), 1µl Primer DEN-2 (Ts2: CGC CAC AAG GGC CAT GAA CAG), 1µl Primer DEN-3 (Ts3: TAA CAT CAT CAT GAG ACA GAGC) dan 1µl Primer DEN-4 (D4: TGT TGT CTT AAA CAA GAG AGGTC). Produk RNA dipersiapkan dengan memanaskan tube pada 65ºC selama 5 menit dengan menggunakan block heater, kemudian ditempatkan di dalam es selama mempersiapkan master mix. 5 µl produk RNA ditambahkan ke dalam master mix, sebagai kontrol positif digunakan RNA DEN-1,DEN-2,DEN-3 dan DEN-4. Setiap reaksi menggunakan master mix, RNA sampel, kemudian ditambahkan RNase-free water hingga mencapai volume 50 µl.

(10)

| 10 Step RT dilakukan pada 51ºC selama 45 menit untuk menghasilkan cDNA, kemudian amplifikasi dengan step PCR berikut: 92ºC selama 3 menit untuk initial denaturation, 92ºC selama 30 detik untuk denaturation, 53ºC selama 30 detik untuk annealing. Siklus ini diulangi sebanyak 40 kali sebelum final extension 72ºC selama 5 menit. Produk PCR ini disimpan pada 4ºC sebelum digunakan.

Elektroforesis

Gel dipersiapkan dengan menggunakan 50ml 1XTAE buffer, 2% agarose gel dan 5µl SYBER safe-TM gel staining. Sebanyak 1µl amplifikat hasil PCR yang telah dicampur dengan 4µl blue juice 2x.. Elektroforesis dijalankan dari kutub negatif ke positif dengan tegangan 80-100 V, selama 40 menit. Gel dilihat dengan iluminator UV (Vilber Lourmat), dan hasilnya difoto dengan kamera polaroid. Virus DEN-1 akan terbaca dengan adanya pita DNA berukuran 482 bp DEN-2 berukuran 119 bp, DEN-3 berukuran 290 bp dan DEN-4 berukuran 398 bp (Harris et al., 1998).

Analisis Data

Selain untuk melihat distribusi serotipe virus Dengue pada penderita DD/DBD di kota Medan, analisis dilakukan terhadap data demografi penderita. Analisis data ditujukan untuk mengetahui adanya pergeseran kelompok umur penderita.Data dikumpulkan untuk melihat perbedaan proporsi kasus penderita DD/DBD pada kelompok umur <15 tahun dengan kelompok umur ≥15 tahun.

Kerangka Konsep

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya:

Penelitian yang dilakukan:

Penderita DD/DBD (kriteria WHO) - 0,5 ml serum

- Data demografi

Extraksi RNA virus RT-PCR

Elektroforesis Visualisasi

Tipe virus

Dengue Analisis Data Nyamuk Aedes aegypti dari 5

Kecamatan endemis di Kota Medan

Extraksi RNA virus RT-PCR Elektroforesis Visualisasi Tipe virus Dengue: DEN-2 dan DEN-1

(11)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini telah dikumpulkan sebanyak seratus penderita akut DD/DBD yang sesuai kriteria klinis WHO dari 3 rumah sakit di kota Medan, 23 penderita RS Herna, 40 dari RS Adam Malik, 37 dari RS DR Pirngadi, dapat dilihat pada Tabel di bawah ini: Tabel 1. Seratus penderita akut DD/DBD yang diambil dari 3 rumah sakit di kota Medan.

Rumah sakit Jumlah %

RS Herna 23 23,0

RS H Adam Malik 40 40,0

RS Dr Pirngadi 37 37,0

Total 100 100,0

Setiap responden yang dijadikan sampel diambil serum darahnya 0,5 ml dan karakteristiknya dicatat yaitu nama, alamat, umur, jenis kelamin. Satu persatu serum diekstraksi untuk mendapatkan RNA virus Dengue, setelah itu dilakukan RT-PCR menggunakan Primer Dengue Universal, DEN-1, DEN-2, Primer DEN-3, DEN-4, kemudian dilakukan elektroforesis dan gel imaging (visualisasi). Dikatakan hasil virus Dengue positif jika terlihat pita DNA dengan ukuran hasil amplifikasi sebesar 482 bp (dengue-1), 389 bp (dengue-4), 290 bp dengue-3, dan 119 bp (dengue-2). Sebagai pembanding digunakan Marker 100 bp DNA ladder.

(12)

| 12 Gambar di bawah ini menunjukkan hasil kontrol positif virus 1, 2, DEN-3 dan DEN-4 sebagai berikut:

Gambar 1: Hasil RT-PCR kontrol (+)

Keterangan: 1. Lajur1 :kontrol (+) DEN-2 119 bp 2.Lajur 2: kontrol (+) DEN-3 290 bp 3. Lajur 3: kontrol (+) DEN-4 398 bp

4. Lajur 4: kontrol (+) DEN-1 482 bp 5. Lajur 5: Marker 100 bp DNA ladder bp (Marker 100 bp) DNA ladder) 500 bp 400 bp 300 bp 200 bp 100 bp

(13)

Gambar dibawah ini menunjukkan hasil RT-PCR penderita akut DD/DBD sebagai berikut:

Gambar 2:Hasil RT-PCR virus Dengue sero tipe 1 dan 2

Keterangan:

1. Lajur 1: Marker 100 bp DNA ladder 2. Lajur 2:Kontrol negatif

3. Lajur 3:Kontrol positif Den-1 (482 bp) 4. Lajur 4: Kontrol positif Den-1(482 bp) 5. Lajur 5:Sampel no 40, positif DEN-1 (482 bp) 6. Lajur 6:Sampel no 79, positif DEN-1 (482 bp) 7. Lajur 7:Kontrol positif DEN-2 (119 bp)

8. Lajur 8 sampai 14: Sampel no 2,9,10,11,12,13,14 positif DEN-2 (119 bp)

Dari seratus sampel serum didapatkan adanya hasil positif virus Dengue serotype 2 dan Dengue serotype 1 yang ditandai dengan dijumpainya pita DNA dengan ukuran hasil amplifikasi sebesar 119 bp (dengue-2) dan 482 bp (dengue-1) sedangkan untuk virus Dengue serotype 3 dan 4 yang ditandai dengan pita DNA dengan ukuran hasil amplifikasi sebesar 290 bp (dengue-3) dan 389 bp (dengue-4), tidak ada dijumpai dari hasil deteksi dengan teknik RT-PCR dalam penelitian ini.

Marker DNA

DEN-1 (482 bp)

(14)

| 14 Hasil RT-PCR virus DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 dari seratus serum penderita akut DD/DBD dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini:

Tabel 2. Hasil RT-PCR virus Dengue serotype 1, 2, 3 dan 4 dari sampel 1 sampai 100:

No Sampel Hasil DEN-2

1 Marker Marker 100 bp DNA

2 Kontrol (-) Negatif 3 Kontrol (+) DEN-2 4 Sampel 1 Negatif 5 Sampel 2 DEN-2 6 Sampel 3 Negatif 7 Sampel 4 Negatif 8 Sampel 5 Negatif 9 Sampel 6 Negatif 10 Sampel 7 Negatif 11 Sampel 8 Negatif 12 Sampel 9 DEN-2 13 Sampel 10 DEN-2 14 Sampel11 DEN-2 15 Sampel12 DEN-2 16 Sampel13 DEN-2 17 Sampel14 DEN-2 18 Sampel15 DEN-2 19 Sampel16 DEN-2 20 Sampel17 DEN-2 21 Sampel18 DEN-2 22 Sampel19 DEN-2 23 Sampel20 DEN-2 24 Sampel21 DEN-2 25 Sampel22 DEN-2 26 Sampel23 DEN-2 27 Sampel24 DEN-2

(15)

28 Sampel25 DEN-2 29 Sampel26 DEN-2 30 Sampel27 DEN-2 31 Sampel28 DEN-2 32 Sampel29 DEN-2 33 Sampel30 DEN-2 34 Sampel31 DEN-2 35 Sampel32 DEN-2 36 Sampel33 DEN-2 37 Sampel34 DEN-2 38 Sampel35 DEN-2 39 Sampel36 DEN-2 40 Sampel37 DEN-2 41 Sampel38 DEN-2 42 Sampel39 DEN-2 43 Sampel40 DEN-1 44 Sampel41 Negatif 45 Sampel42 DEN-2 46 Sampel43 DEN-2 47 Sampel44 DEN-2 48 Sampel45 DEN-2 49 Sampel46 DEN-2 50 Sampel47 DEN-2 51 Sampel48 DEN-2 52 Sampel49 DEN-2 53 Sampel50 DEN-2 54 Sampel51 DEN-2 55 Sampel52 DEN-2 56 Sampel53 Negatif 57 Sampel54 Negatif 58 Sampel55 DEN-2 59 Sampel56 DEN-2 60 Sampel57 DEN-2

(16)

| 16 61 Sampel58 DEN-2 62 Sampel59 DEN-2 63 Sampel60 Negatif 64 Sampel61 DEN-2 65 Sampel62 DEN-2 66 Sampel63 DEN-2 67 Sampel64 DEN-2 68 Sampel65 DEN-2 69 Sampel66 DEN-2 70 Sampel67 Negatif 71 Sampel68 Negatif 72 Sampel69 Negatif 73 Sampel70 Negatif 74 Sampel71 DEN-2 75 Sampel72 DEN-2 76 Sampel73 DEN-2 77 Sampel74 DEN-2 78 Sampel75 DEN-2 79 Sampel76 DEN-2 80 Sampel77 DEN-2 81 Sampe78 DEN-2 82 Sampel79 DEN-1 83 Sampel80 DEN-2 84 Sampel81 DEN-2 85 Sampel82 DEN-2 86 Sampel83 DEN-2 87 Sampel84 DEN-2 88 Sampel85 DEN-2 89 Sampel86 DEN-2 90 Sampel87 Negatif 91 Sampel88 DEN-2 92 Sampel89 DEN-2 93 Sampel90 Negatif

(17)

94 Sampel91 Negatif 95 Sampel92 Negatif 96 Sampel93 DEN-2 97 Sampel94 DEN-2 98 Sampel95 DEN-2 99 Sampel96 DEN-2 100 Sampel97 DEN-2 101 Sampel98 DEN-2 102 Sampel99 DEN-2 103 Sampel100 Negatif

Hasil PCR dari 100 serum penderita akut DD/DBD yang telah dikumpulkan

ternyata dijumpai adanya 76 serum penderita yang positif mengandung virus DEN yang terdiri dari 74 serum penderita yang mengandung virus DEN-2 dan 2 serum penderita mengandung virus DEN-1.

Tabel 3 menunjukkan hasil RT-PCR dari serum 100 penderita akut DD/DBD dengan gejala klinis sesuai kriteria klinis WHO, setelah diperiksa maka yang disebabkan oleh DEN-2 sebanyak 74 orang (74,0%) dan yang disebabkan DEN-1 sebanyak 2 orang (2,0%) dan penderita yang tidak mengandung virus DEN atau negatif adalah sebanyak 24 orang (24%).

Tabel 3. Distribusi serotype virus Dengue dari hasil RT-PCR serum 100 penderita akut DD/DBD.

Jumlah penderita virus Dengue Jumlah(orang) % DEN-1(+) 2 2% DEN-2(+) 74 74% DEN-3(+) - 0% DEN-4(+) - 0% DEN (-) 24 24%

(18)

| 18

4.2. Distribusi hasil RT-PCR penderita akut DD/DBD berdasarkan karakteristik umur dan jenis kelamin.

Tabel 4 di bawah menunjukkan hasil RT-PCR dari DEN-2 dan DEN-1 positif pada 76 serum penderita akut DD/DBD berdasarkan karakteristik umur. Sebanyak 74 serum penderita akut DD/DBD mengandung virus Dengue serotype 2 pada usia kurang dari 5 tahun sebanyak 3 orang (3,9 %), umur 5-9 tahun sebanyak 10 orang (13,2 %), umur 15-44 tahun sebanyak 48 orang (63,16 %) dan umur lebih dari 45 sebanyak 3 orang (3,9 %). Sebanyak 2 orang mengandung virus Dengue serotype-1, pada kelompok usia 5-9 tahun sebanyak 1 (1,32%) orang dan pada kelompok usia 15-44 tahun sebanyak 1 orang (1,32%).

Tabel 4. Distribusi hasil RT-PCR DEN-2 dan DEN-1 positif pada 76 serum penderita akut DD/DBD berdasarkan karakteristik umur.

Umur DEN-2(+) (%) DEN-1(+) (%) Total (%) < 5 tahun 3 (3,9) - (-) 3 (3,9) 5-9 tahun 10 (13,2) 1 (1,32) 11 (14,52) 10-14 tahun 10 (13,2) - (-) 10 (13,2) 15-44 tahun 48 (63,16) 1 (1,32) 49 (64,48) >45 tahun 3 (3,9) - (-) 3 (3,9) 74 (97,36) 2 (2,64) 76 (100%)

Hasil RT-PCR DEN-2 dan DEN-1 positif pada 76 serum penderita akut DD/DBD berdasarkan karakteristik jenis kelamin ditemukan pada laki-laki sebanyak 36 orang (47,37 %) dan pada wanita sebanyak 40 orang (52,63%).

(19)

Tabel 5. Distribusi hasil RT-PCR DEN-2 dan DEN-1 positif pada 76 serum penderita akut DD/DBD berdasarkan karakteristik jenis kelamin.

Jenis Kelamin DEN-2(+) (%) DEN-1(+) (%) Total (%) Laki-laki 34 (44,74) 2 (2,63) 36 (47,37) Wanita 40 (52,63) - (-) 40 (52,63) Jumlah 74 (97,37) 2 (2,63) 76 (100%)

(20)

| 20

BAB V

PEMBAHASAN

Pembahasan Penelitian

Sampai saat ini penyakit DD/DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia dan dunia. Pada penelitian ini dikumpulkan serum dari seratus orang penderita akut DD/DBD yang memenuhi kriteria klinis WHO dari 3 rumah sakit di kota Medan, 23 penderita RS Herna, 40 dari RS Adam Malik, 37 dari RS DR Pirngadi. Ketiga rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan terbanyak di kota Medan, sehingga ke 3 rumah sakit ini representing kondisi penderita akut DD/DBD di kota Medan. Setiap penderita diambil 0,5 ml serum darah, satu persatu serum diekstraksi untuk mendapatkan RNA virus Dengue, setelah itu dilakukan RT-PCR (menggunakan Primer Dengue Universal, DEN-1, DEN-2, Primer DEN-3, dan DEN-4), kemudian dielektrophoresis dan gel imaging (visualisasi). Hasil virus Dengue serotype dikataka positif jika terlihat pita DNA dengan ukuran hasil amplifikasi sebesar 482 bp (Dengue-1), 389 bp (Dengue-4), 290 bp (Dengue-3), dan 119 bp (Dengue-2). Sebagai pembanding digunakan Marker 100 bp DNA ladder.

Dalam penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan terhadap 100 orang penderita akut DD/DBD yang memenuhi kriteria klinis WHO dengan pemeriksaan gold standard RT-PCR, didapatkan hasil 76 serum (76%) yang mengandung virus Dengue yang terdiri dari 74 (74%) serum positif virus 2 dan 2 (2%) serum positif virus DEN-1.

Umur penderita akut DD/DBD yang disebabkan oleh virus Dengue serotype 2 dan serotype 1 yang terbanyak adalah antara 15-44 tahun yaitu 49 orang (64,48%).

Penderita akut DD/DBD wanita lebih banyak positif mengandung virus Dengue serotype 2 dari pada laki-laki, yaitu sebanyak 40 orang (52,63%) pada wanita dibanding 34 orang (44,74%) pada laki-laki. Sedangkan penderita akut DD/DBD akibat infeksi oleh virus Dengue 1 dijumpai 2 orang (2,63%) pada laki-laki dan tidak dijumpai pada wanita.Laporan WHO menyatakan bahwa seluruh wilayah tropis di dunia ini telah menjadi endemis dengan ke empat seroptipe virus secara bersama-sama di wilayah Amerika, Asia Psifik dan Africa.

(21)

Serotipe virus yang bersirkulasi di Bangkok Thailand ternyata berbeda-beda dalam kurun waktu yang berbeda. DEN-1 predominanpada tahun 1990-1992, DEN 2 pada Tahun 1973-1986 dan 1988-1989, DEN-3 pada 1987 dan 1995-1999, DEN-4 pada Tahun 1993-1994 (Nisalak, et al.,2003).

Seluruh serotype virus Dengue terdapat di Indonesia, DEN-3 merupakan serotype yang paling sering ditemui selama terjadinya KLB di banyak daerah, diikuti DEN-2 (Suroso, 1999).

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa hasil RT-PCR dari serum 100 penderita akut DD/DBD dengan gejala klinis sesuai kriteria klinis WHO, setelah diperiksa maka yang disebabkan oleh 2 sebanyak 74 orang (74,0%) dan yang disebabkan DEN-1 sebanyak 2 orang (2,0%) , sedangkan serum penderita yang tidak mengandung virus DEN atau negatif adalah sebanyak 24 orang (24%).

Peta penyebaran serotype virus Dengue menurut laporan Departemen Kesehatan tahun 2007, dari hasil penelitiannya yang dilakukan oleh badan Litbang Jakarta dan TDC ( Tropical Disease Centre) Universitas Airlangga Surabaya yang bekerja sama dengan Namru II (US Navax) pada tahun 2003-2005, di Sumatera Utara ditemukan ketiga jenis virus Dengue yaitu DEN-2, DEN-3, DEN-4 dan yang paling banyak adalah DEN-2, dan dari hasil penelitian ini pun didapatkan bahwa sampai saat ini DEN-2 (74,0%) paling banyak menyebabkan DD/DBD di Sumatera Utara masih belum bergeser dan diikuti oleh DEN-1 (2,0%) namun tidak dijumpai adanya DEN-3 dan DEN-4.

Hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap sampel populasi nyamuk di kota Medan pada tahun 2008 juga menunjukkan bawa predominasi penyebaran serotype virus Dengue juga didominasi oleh DEN serotype 2 yang diikuti oleh DEN serotipe 1, dan tidak dijumpai infeksi virus DEN-serotipe 3 maupun DEN-serotipe 4 sama seperti dalam penelitian ini yang menggunakan sampel serum penderita akut DD/DBD.

Kasus-kasus penderita akut DD/DBD di kota Medan tidak separah jika dibandingkan kasus-kasus di Jakarta yang penyebabnya lebih banyak adalah DEN-3 dan DEN-2. Ini

(22)

| 22 disebabkan karena infeksi oleh DEN-3 menunjukkan gejala Klinis yang lebih parah dibandingkan infeksi oleh virus DEN-2.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa infeksi virus Dengue serotype 2 yang paling banyak menyebabkan DD/DBD di kota Medan,yaitu 74% yang diikuti oleh adanya infeksi oleh virus tipe lain yaitu virus Dengue serotype 1 sebanyak 2%, maka kewaspadaan terhadap penyakit DD/DBD di kota Medan harus ditingkatkan di kemudian hari karena menurut teori Halstead tentang secondary infection yang menyatakan bahwa infeksi sekunder oleh virus Dengue serotype lain akan memperparah penyakit DD/DBD, dan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Budhy Setya dari Universitas Airlangga menunjukkan bahwa kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Makasar dan Menado dimana mobilitas penduduk tinggi, lebih sering dijumpai adanya infeksi sekunder virus Dengue. Dengan kewaspadaan ini dapat memperkuat Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS) dalam masalah DD/DBD.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok umur yang paling banyak positif terinfeksi terinfeksi oleh virus DEN-2 dan DEN-1 adalah pada kelompok usia 15-44 tahun yaitu sebanyak 49 orang (64,48%) yang terdiri dari infeksi oleh DEN-2 sebanyak 48 orang (63,16%) dan infeksi oleh virus DEN-1 sebanyak 1 orang (1,32%). Hal ini menjadi acuan baru untuk kota Medan karena sejak awal, data epidemi pada setiap Negara untuk infeksi DD/DBD menunjukkan bahwa infeksi virus Dengue ini umumnya lebih banyak menyerang anak-anak dan 90% kasus dilaporkan berumur kurang dari 15 tahun, akan tetapi pada akhir-akhir ini beberapa Negara melaporka terjadinya kecenderungan adanya pergeseran infeksi mulai banyak terjadi peningkatan pada kasus-kasus dewasa selama kejadian luar biasa.

Kelompok resiko tinggi penderita akut DD/DBD meliputi anak berumur 5-9 tahun, akan tetapi Filipina dan Malaysia baru-baru ini melaporkan banyak kasus berumur di atas 15 tahun. Walaupun Thailand, Myanmar, Indonesia, dan Vietnam tetap melaporkan banyak kasus di bawah 15 tahun. Kasus DBD yang berumur lebih dari 15 tahun banyak dijumpai di Amerika daripada di Asia (Kebijakan pemberantasan DBD, 1993).

(23)

Laporan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2001: pada Tahun 1996-2000 proporsi kasus DD/DBD terbanyak adalah pada kelompok umur 4-5 tahun, namun setelah tahun 2000 proporsi kasus pada kelompok umur 15-44 tahun meningkat.

Semakin maju transpotasi dan arus traveling yang tinggi merupakan salah satu factor penyebab terjadinga pergeseran umur penderita dari anak-anak ke dewasa muda, karena orang dewasa lebih banyak melakukan traveling dibandingkan pada anak-anak terutama perjalanan ke daerah endemis (Wider-Smith et. al., 2005).

Kecenderungan bergesernya umur penderita DD/DBD dari umur anak-anak (5-9) tahun ke umur dewasa muda yaitu lebih dari 15 tahun, maka kewaspadaan menghadapi kasus-kasus DD/DBD dewasa harus ditingkatkan, karena penelitian-penelitian terhadap kasus dewasa secara klinis sampai saat ini masih sedikit, belum mempunyai cukup data-data yang mendalam tentang penyakit DD/DBD penderita dewasa. Derajat keparahan kasus DD/DBD juga tergantung pada daya imunitas penderita, sistim imunitas remaja muda dan orang dewasa lebih baik dari pada anak-anak maka tingkat keparahan pada penderita DD/DBD dewasa akan lebih berat dibandingkan amak-anak. Sebagian dari penderita dewasa muda/dewasa pada daerah endemis sudah pernah menderita DD/DBD pada usia anak-anak sehingga kasus DD/DBD dewasa muda merupakan infeksi sekunder/tertier yang menurut teori Halstead penderita DD/DBD sekunder oleh serotype lain akan lebih berat dibandingkan kasus primer.

Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa infeksi virus Dengue yang positif lebih banyak terjadi pada penderita DD/DBD dengan jenis kelamin wanita dari pada laki-laki, yaitu sebanyak 40 orang (52,63%) pada wanita dibanding laki-laki 36 orang (47,37%). Menurut laporan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa TImur, 2001: Penderita DD/DBD pernah ditemukan perbedaan yang nyata antara laki-laki dan wanita. Wanita lebih banyak tinggal di rumah disbanding laki-laki sehingga kesempatan untuk digigit nyamuk Aedes aegypti lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.

(24)

| 24

BAB IV

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari hasil RT-PCR dari serum 100 penderita akut DD/DBD dengan gejala klinis sesuai kriteria klinis WHO di 3 rumah sakit di kota Medan setelah diperiksa dengan RT-PCR, dijumpai infeksi oleh virus DEN-2 sebanyak 74 orang (74,0%) dan yang disebabkan DEN-1 sebanyak 2 orang (2,0%) dan penderita yang tidak mengandung virus DEN atau negatif adalah sebanyak 24 orang (24%). Dari segi umur didapatkan adanya kecenderungan pergeseran umur dari kelompok anak kepada kelompok umur dewasa muda/dewasa yaitu kelompok umur yang paling banyak positif terinfeksi terinfeksi oleh virus DEN-2 dan DEN-1 adalah pada kelompok usia 15-44 tahun yaitu sebanyak 49 orang (64,48%) yang terdiri dari infeksi oleh DEN-2 sebanyak 48 orang (63,16%) dan infeksi oleh virus DEN-1 sebanyak 1 orang (1,32%). Pada penelitian ini terlihat juga bahwa infeksi virus Dengue yang positif lebih banyak terjadi pada penderita DD/DBD dengan jenis kelamin wanita dari pada laki-laki, yaitu sebanyak 40 orang (52,63%) pada wanita dibanding laki-laki 36 orang (47,37%).

SARAN

Dengan dijumpainya infeksi virus Dengue yaitu serotype DEN-2 dan DEN-1 dari 100 serum penderita akut DD/DBD dengan gejala klinis sesuai kriteria klinis WHO di 3 rumah sakit di kota Medan maka diharapkan akan meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit DD/DBD dan dapat memperkuat Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS) dalam masalah DD/DBD karena menurut teori Halstead tentang secondary infection yang menyatakan bahwa infeksi sekunder oleh virus Dengue serotype lain akan memperparah penyakit DD/DBD. Kecenderungan bergesernya umur penderita DD/DBD dari umur anak-anak (5-9) tahun ke umur dewasa muda yaitu lebih dari 15 tahun, maka kewaspadaan menghadapi kasus-kasus DD/DBD dewasa harus ditingkatkan, karena tingkat keparahan pada penderita DD/DBD dewasa lebih berat dibandingkan anak-anak.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, (1995), Pokok-pokok kegiatan dan pengelolaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN-DBD)

Rohani, A., Zamree, I., Lee, H.L., Mustafakamal, I., et al. (2005): Detection of

transovarian dengue virus for field caught Aedes aegypti and Aedes ablopictus mosquitoes using C6/36 cell line culture and RT-PCR, Tropical Biomedicine (in press)

Guzman, M.G., Kouri, G., (1996): Advances in dengue diagnosis. Clin Diagn Lab Immunol, 3: 621-7

Malavige, G.N., Fernando, S., Fernando, and D.J., Senevirante, S.L. (2004): Dengue viral infection, Postgraduate Medical Journal 80: 588-601

McBride WJH, Belefeldt-Ohmann H (2000) Dengue viral infections; pathogenesis and epidemiology. Microbes and Infection, 2: 1041-50

Nisalak, A, Endy,T.P., Nimmannitya S., Vaughn D.W., (2003): Serotype-specific Dengue virus circulation and Dengue disease in Bangkok, Thailand from 1973 to 1999. Am J Trop Med Hyg, 68(2): 191-202.

Suroso, T. (1997), Perkembangan Kebijaksanaan Upaya Pemebrantasan Penyakit DD/DBD di Indonesia. Workshop in Emerging Infectious Disease in Sawangan, East Java.

Wider-Smith Annelies and Schwart Eli, Dengue in Travelers(2005), The New England Journal of Medicine, September 2005, (352): 924-932

(26)

| 26

LAMPIRAN

Tabel data hasil penelitian RT PCR virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 pada 100 sampel serum penderita akut DD/DBD

No Sampel Rumah sakit Umur (tahun) Jenis Kelamin Serotipe virus Dengue

1 RS Pirngadi 6 LK Negatif 2 RS Pirngadi 11 PR DEN-2 3 RS Pirngadi 9 LK Negatif 4 RS Pirngadi 8 PR Negatif 5 RS Pirngadi 11 PR Negatif 6 RS Pirngadi 18 LK Negatif

7 RS H Adam Malik 58 LK Negatif

8 RS H Adam Malik 18 LK Negatif

9 RS Herna 14 LK DEN-2

10 RS Herna 16 PR DEN-2

11 RS H Adam Malik 17 LK DEN-2

12 RS H Adam Malik 20 LK DEN-2

13 RS H Adam Malik 20 PR DEN-2

14 RS H Adam Malik 15 LK DEN-2

15 RS H Adam Malik 12 LK DEN-2

16 RS H Adam Malik 38 PR DEN-2

17 RS H Adam Malik 1,5 LK DEN-2

18 RS Pirngadi 24 PR DEN-2

19 RS Pirngadi 29 PR DEN-2

20 RS H Adam Malik 45 PR DEN-2

21 RS H Adam Malik 11 LK DEN-2

22 RS H Adam Malik 9 LK DEN-2

23 RS H Adam Malik 13 PR DEN-2

24 RS H Adam Malik 5 PR DEN-2

25 RS Pirngadi 9 PR DEN-2 26 RS Pirngadi 21 PR DEN-2 27 RS Pirngadi 44 LK DEN-2 28 RS Pirngadi 23 PR DEN-2 29 RS Pirngadi 22 LK DEN-2 30 RS Pirngadi 39 LK DEN-2 31 RS Herna 17 PR DEN-2

(27)

32 RS Herna 9 PR DEN-2 33 RS Herna 18 PR DEN-2 34 RS Herna 19 PR DEN-2 35 RS Pirngadi 21 LK DEN-2 36 RS Herna 25 LK DEN-2 37 RS Pirngadi 28 LK DEN-2 38 RS Pirngadi 32 LK DEN-2 39 RS Pirngadi 25 LK DEN-2 40 RS Pirngadi 19 LK DEN-1 41 RS Pirngadi 29 LK Negatif 42 RS Pirngadi 31 PR DEN-2 43 RS Herna 41 PR DEN-2 44 RS Herna 21 PR DEN-2 45 RS Pirngadi 49 LK DEN-2 46 RS Pirngadi 21 PR DEN-2 47 RS Pirngadi 21 PR DEN-2 48 RS Pirngadi 31 PR DEN-2 49 RS Herna 41 LK DEN-2

50 RS H Adam Malik 3 PR DEN-2

51 RS H Adam Malik 14 LK DEN-2

52 RS Pirngadi 15 PR DEN-2

53 RS Herna 40 LK Negatif

54 RS Herna 9 PR Negatif

55 RS Pirngadi 16 PR DEN-2

56 RS Pirngadi 19 LK DEN-2

57 RS H Adam Malik 30 PR DEN-2

58 RS H Adam Malik 9 PR DEN-2

59 RS Pirngadi 30 LK DEN-2 60 RS Pirngadi 41 LK Negatif 61 RS Herna 9 PR DEN-2 62 RS Herna 21 PR DEN-2 63 RS Herna 21 PR DEN-2 64 RS Pirngadi 22 PR DEN-2 65 RS Pirngadi 11 LK DEN-2 66 RS Pirngadi 44 PR DEN-2

(28)

| 28

68 RS H Adam Malik 44 PR Negatif

69 RS Herna 16 LK Negatif

70 RS H Adam Malik 6 PR Negatif

71 RS H Adam Malik 10 PR DEN-2

72 RS H Adam Malik 8 LK DEN-2

73 RS H Adam Malik 4 LK DEN-2

74 RS H Adam Malik 6 PR DEN-2

75 RS H Adam Malik 5 LK DEN-2

76 RS H Adam Malik 43 LK DEN-2

77 RS H Adam Malik 25 LK DEN-2

78 RS Herna 18 LK DEN-2

79 RS H Adam Malik 7 LK DEN-1

80 RS H Adam Malik 8 LK DEN-2

81 RS H Adam Malik 11 LK DEN-2

82 RS H Adam Malik 6 PR DEN-2

83 RS H Adam Malik 44 PR DEN-2

84 RS Pirngadi 82 LK DEN-2

85 RS Herna 29 PR DEN-2

86 RS Herna 24 PR DEN-2

87 RS Herna 44 LK DEN-2

88 RS H Adam Malik 39 PR DEN-2

89 RS H Adam Malik 10 LK DEN-2

90 RS H Adam Malik 21 LK Negatif

91 RS H Adam Malik 10 LK Negatif

92 RS H Adam Malik 11 LK Negatif

93 RS H Adam Malik 12 PR DEN-2

94 RS H Adam Malik 16 PR DEN-2

95 RS H Adam Malik 17 PR DEN-2

96 RS H Adam Malik 20 LK DEN-2

97 RS H Adam Malik 23 LK DEN-2

98 RS H Adam Malik 17 LK DEN-2

99 RS H Adam Malik 30 PR DEN-2

Gambar

Tabel 1. Seratus penderita akut DD/DBD yang diambil dari 3 rumah sakit di kota  Medan
Gambar di bawah ini menunjukkan hasil kontrol positif virus DEN-1, DEN-2, DEN- DEN-3 dan DEN-4 sebagai berikut:
Gambar dibawah ini menunjukkan hasil RT-PCR penderita akut DD/DBD sebagai  berikut:
Tabel 2. Hasil RT-PCR virus Dengue serotype 1, 2, 3 dan 4 dari sampel 1  sampai 100:
+4

Referensi

Dokumen terkait

Di sisi lain, perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah ini perlu dibarengi dengan penyediaan sumber daya insani yang kompenten, handal, dan profesional dalam bidang ekonomi

Hasil penelitian yang selanjutnya adalah bahwa variabel anggaran belanja memiliki hubungan yang positif dengan variabel keterlambatan penetapan APBD yang berarti semakin

Suatu perdamaian harus ada timbal balik dalam pengorbanan pada diri pihak-pihak yang berperkara maka tiada perdamaian apabila salah satu pihak dalam suatu

Barang Kondisi Asal/usul Harga Satuan. Harga

Penilaian kinerja dalam merupakan bagian dari proses pengendalian manajemen yang dapat digunakan sebagai alat pengendalian.Pengendalian manajemen melalui system penilaian

Background: Parapharyngeal space tumors account for some 0.5% of tumors of the head and neck, most of them benign.. The most common benign neoplasms are salivary gland

Selain dari itu, dari sikap siswa itu sendiri yang dengan cara mengajar guru seperti ini sangatlah berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, yang mana semua orang tahu jika

pengaruh jarak saddle dan tangent terhadap tegangan maksimum yang terjadi tersaji pada. Gambar 3.1 dan Grafik yang menunjukan pengaruh jarak saddle dan tangent