• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merasa Senang Adanya Festival Film Bandung Nyak Abbas Acub Memilih Komedi untuk mengungkap Nasib Orang Kecil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Merasa Senang Adanya Festival Film Bandung Nyak Abbas Acub Memilih Komedi untuk mengungkap Nasib Orang Kecil"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) :

SUMBER : PIKIRAN RAKYAT, 27 Februari 1988

Merasa Senang Adanya Festival Film Bandung

Nyak Abbas Acub Memilih Komedi

untuk mengungkap Nasib Orang Kecil

IA dijuluki “Tukang Ejek Nomor Wahid”. Film-filmnya selalu tak lupa melontarkan kritik sosial. Themanya senantiasa actual. Ramuan komersial: paha terbuka, pantat bergoyang, hingga bercumbu di atas ranjang, tidak membuat film jadi murahan. Film-film garapannya tak pernah merugikan produser, sering jadi film laris, tapi juga dipuji para pengamat film. Sebut saja film “Tiga Buronan”, “Bing Slamet Koboi Cengeng”, “Inem Pleyan Sexy”, “Rojali dan Juleha” hingga “Cintaku Dirumah Susun”.

Ia dikenal dengan nama Nyak Abbas Acub. Lahir di Malang 22 April 1932, dari orangtua yang berdarah Aceh. Mengembara ke Jakarta, kuliah di Fakultas Hukum UI. Tahun 1958 pindah ke Bandung, hingga sekarang. Sempat kuliah di Fakultas Hukum Undap, tapi tidak berlanjut. “Akhirnya saya memilih dunia film, setelah saya tahu, di sini saya bisa berkreasi”, tuturnya.

Ditemui di tempat kediamannya, Lembah Sukaresmi No. 1 Bandung, Selasa lalu, Nyak Abbas baru saja selesai makan siang. Rumahnya luas memanjang. Halamannya ditumbuhi pohon palm yang tinggi, anggrek, rerumputan dan air yang mengalir gemercik. “Sudah 10 tahun saya tinggal disini. Sebelumnya saya tinggal di Dago, ikut mertua”.

Masuk kedunia film, sesungguhnya hanya kebetulan saja. Ketika itu ia membaca iklan, Perfini membutuhkan calaon assisten sutradara. Ia melamar bersama temannya. Dan termasuk yang lulus testing. Sewaktu ia diterima bekerja di Perfini, ia meminta persyaratan agar diperkenankan bekerja sambil kuliah. Tapi Usmar Ismail, produser dan sutradara Perfini menyarankan agar NYak Abbas mencurahkan perhatiannya sepenuhnya kepada film.

“Pak Usmar benar, saya tak mungkin membagi konsentrasi, sedangkan film membutuhkan kerja penuh siang dan malam”. Mulailah Nyak Abbas bekerja di Perfini. Tidak langsung jadi astrada, sebab ia bekerja dari bawah. Sewaktu Usmar Ismail hendak menggarap film “Kafedo”, barulah ia terpilih sebagai astrada.

Kemudian ia diberi kesempatan menyutradarai film “Heboh” (1954), dilanjutkan dengan “Juara 1960” (1956), dan “Jenderal Kancil”. Ia juga menggarap film pujian para pengamat, sekaligus menunjukkan kekuatannya sebagai sutradara film komedi. Film tersebut berjudul “Tiga Buronan” (1957).

“Saat itu saya memperlihatkan skenario karya saya yang berjudul “Tugas ke Daerah”. Pak Usmar seperti acuh tak acuh, lalu mengembalikan lagi skenario itu. Di luar dugaan. Pak Usmar menanyakan lagi skenario itu, lalu menyuruh saya untuk menggarapnya. Tapi pak Usmar meminta agar judulnya diganti. Saya menurut judulnya saya ganti dengan “Tiga Buronan”, tutur Nyak Abbas Acub.

Film “Tiga Buronan” sempat di sidang-plenokan oleh BSF. Nyak Abbas bahkan sempat bersedih, sebab menurut Usmar Ismail, kalau saja film “Tiga Buronan” itu film Barat, pasti akan ditolah BSF.

(2)

“Saya merasa bersedih, karena kalau film tersebut tidak lolos BSF, berarti saya telah mer ugikan Perfini. Padahal saya tahu persis, saat itu Perfini terancam bangkrut. Syukur Alahamdulillah ternyata film “Tiga Buronan” lolos sensor dan sukses besar sehingga Perfini bisa bernafas lega”.

Membandingkan suasana ketika ia bekerja di Perfini dengan ragu-ragu mengatakan: “Lebih senang dulu. Dulu kita benar-benar kerja dengan penuh dedikasi. Kita membuat film yang bagus, karena mesti menjaga nama baik korps. Saat itu Perfini memang boleh dibilang sebagai tumpuan prestasi. Impian para bintang film adalah bisa main di Perfini. Buat saya pak Usmar adalah contoh produser yang ideal. Ia juga guru saya. Pak Usmar selalu memberi kebebasan penuh. Jika ia datang ke tempat shooting tak pernah ikut campur. Ia baru memberi saran, bila sudah melihat rush-copy-nya. Dengan bahan baku yang terbatas, bahkan sisa dari pembuatan film sebelumya, saya dituntut untuk kreatif. Justru dengan begitu saya merasa ditantang”.

Setuju FFB

Sebagai sutradara, Nyak Abbas lebih suka memilih spesialisasi pada film komedi. Ia merasa tak mendapat kepuasan ketika membuat film drama rumah tangga, seperti “Catatan Harian Seorang Gadis”.

“Dalam film drama, apa yang hendak saya ungkapkan rasanya terbatas. Tapi dalam film komedi saya bisa berbuat apa saja. Saya bisa membuat adegan balap kereta api. Lalu mencantumkan tulisan ‘Sesama Kereta Api Dilarang Saling Mendahului’. Atau saya bisa melahirkan suatu gagasan di tempat shooting. Adegan yang aneh dan menakjubkan pun dalam film komedi bisa diterima”.

Dalam memilih materi yang hendak diungkapkan, Nyak Abbas lebih menyukai untuk mengungkapkan tentang “orang-orang kecil”. Ia merasa terlibat dengan dunia mereka, kehidupan mereka dan merasa mendapat bahan yang banyak. Misalnya tentang pelayan dalam film “Inem Pelayan Sexy”, tentang penjual jamu dalam film “Semua Karena Ginah”, atau tentang suka-duka penghuni rumah susun dalam film “Cintaku Dirumah Susun”. Film lainnya yang disutradarai Nyak Abbas, yaitu “Neny”, “Tikungan Maut”, “Karminem”, “Inem Pelayan Sexy I & II”, “Gadis”, “Apanya Dong”, “Koboi Sutra Ungu”, “Matt Dower”, dan “Ambisi”.

Film “Bing Slamet Koboi Cengeng” dan “Inem Pelayan sexy”, terpilih sebagai film terlaris, dan mendapat piala H. Antemas, dalam FFI’75 di Medan, dan FFI’77 di Ujungpandang.

Nyak Abbas mengharapkan agar film impor dikurangi, sehingga seimbang dengan jumlah produksi film nasional. Dengan begitu, film impor tidak dominan merajai bioskop-bioskop di Indonesia.

“Sekarang ini posisi film Indonesia, memang selalu tersisih. Film nasional tidak bisa diputar di semua bioskop, sedang film Barat bisa masuk bioskop mana saja. Bahkan ada film nasional yang sukses dalam pemasaran, mesti tersisih, karena ada film impor yang harus segera di putar”.

Ia juga menghimbau, agar film impor yang masuk ke Indonesia dipilih secara selektif, sehingga ya ng diputar di bioskop, benar-benar yang baik kualitasnya.

Tentang kemungkinan lahirnya industri perfilman, Nyak Abbas dengan tegas tidak menyetujui.

(3)

“Film-film yang lahir dari situ, kebanyakan hanya ditandai dengan film-film sebagai barang dagangan melulu”, komentarnya.

Ia memberi contoh perusahaan film yang mau mengarah ke sana, seperti Persari dan sekarang Inem Film.

Bagi Nyak Abbas, film komedi adalah film yang selalu komunikatif dengan masyarakat penonton karena itu tidak heran bila film-film jenis tersebut sukses dalam pemasaran.

“Tapi terus terang saja, saya tidak melihat sutradara muda yang ada sekarang ini, mampu menjadi penerus sutradara film komedi sebelumnya. Saya kira yang lainnya hanya Nawi Ismail”, komentarnya.

Tentang hendak diselenggarakannya Festival Film Bandung (FFB) Nyak Abbas menyambut baik.

“Secara pribadi saya merasa senang. Apabila saya dengar jurinya banyak tokoh seniman budaya Bandung. Saya rasa akan ada manfaatnya, terutama dalam cara penilaian. Hanya kalau memang ada reaksi, itu juga wajar”.

Harapan Nyak Abbas pada FFB, agar FFB benar -benar mampu memberikan penilaian yang murni, berdasarkan wawasan intelektual.

“Bagi saya pribadi, film itu bisa disebut baik apabila memberikan sesuatu yang berharga kepada saya. Film itu tidak usah baik kualitas teknisnya saja, tapi juga harus ada gregetnya. Saya bisa memberikan contoh film -film Syuman, atau film karya sineas India Satiaji Ray. Film itu berharga karena gagasannya dan bukan hanya terpaku pada soal teknis”.

Nyak Abbas Acub menikah dengan wanita asal Purwokerto tapi besar di Bandung, dikaruniai lima orang putri. Dua orang tinggal di Jakarta, ada yang berumah tangga. Meski lama di Bandung dan hidup dalam lingkungan istri dan anak-anak yang berbahasa Sunda, namun Nyak Abbas mengaku tak bisa berbahasa Sunda, ia malah lebih fasih berbahasa Jawa.

“Mungkin karena saya jarang bergaul dengan tetangga. Saya pernah mencoba berbahasa Sunda, malah ditertawakan. Akibatnya saya selalu canggung”.

Ketika hendak membuat film ”Nenny” yang dibintangi Nenny Triana tahun enam puluhan, putrinya ada yang protes, minta diajak main film. Nyak Abbas sempat kaget, karena ia tak menduga kalau anaknya ada yang berhasrat main film.

“Kemudian saya test, disuruh akting, tapi tidak lulus!” tuturnya sambil ketawa. Sekarang Nyak Abbas mengaku tidak gesit lagi. Ia sempat sakit darah tinggi. Penyakit tersebut amat mengganggu pikiran dan gerak lengannya.

“Sakit itu kambuh mendadak. Mungkin karena saat itu saya sering diajak Ray Sahetapy makan daging kambing di depan TIM. Bayangkan, hampir tiap malam saya makan daging kambing di situ!”.

Meski begitu, Nyak Abbas akan menyutradarai film lagi. Masih tetap komedi. “Saya ingin mengungkapkan persoalan emansipasi wanita”, tuturnya.

Produser ingin segera shooting, tapi apa daya Nyak Abbas tak bisa menyelesaikan skenarionya serba cepat. Untuk mengungkapkan sesuatu, ia perlu waktu. Ia ingin tetap berkarya dan terus berkarya, meskipun kondisi tubuhnya tidak seperkasa dulu lagi.

(4)
(5)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data nilai porositas, kekuatan tarik, kekerasan, dan struktur mikro sehingga dapat dibandingkan sifat mekanis antara produk chassis

Pada unit hunian Ebony Duplek (Lower), secara keseluruhan semua ruangan sudah efektif apabila kita analisa menggunakan ketiga parameter standar furniture, adaptif,

Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke

pelatihan, meliputi: (a) 85% isi video pembelajaran dapat dipahami, diterima dan diterapkan warga belajar; (b) 80% warga belajar dan narasumber selama berlangsung

Penggunaan UML dalam melakukan analisa dan desain sistem ini memberikan sarana bagi banyak pihak (koordinator KP, Tata Usaha, dan Mahasiswa untuk terlibat dalam perancangan karena

y Penetapan kadar abu yang larut air Simplisia Daun Jambu Biji ( Psidium guajava L.) Ekstraksi dengan maserasi Ekstrak Kental Pengeringan Ekstrak Kering Karakterisasi

HONDA BRIO Dapatkan Discount TERBESAR & Gratis Sarung Jok + Anti Karat Serta Penawaran Menarik Lainnya Di : www.. TAMAN

Menyatakan bahwa “Skripsi” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,