• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HILIR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN Jalan Perniagaan No.82 Telp. (0767) Fax. (0767) Bagansiapiapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HILIR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN Jalan Perniagaan No.82 Telp. (0767) Fax. (0767) Bagansiapiapi"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Koordinasi

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)

KECAMATAN BANGKO

(2)

KATA PENGANTAR

Kecamatan Bangko sebagai kecamatan yang memiliki fungsi sebagai sebuah satuan pemerintahan juga sebagai daerah dimana terdapat ibukota kabupaten yakni Kabupaten Rokan Hilir merupakan daerah yang berkembang sangat pesat. Perkembangan ini menyebabkan terjadinya perubahan sarana dan prasarana dan percepatan pengembangan wilayah. Perubahan ini perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana tata ruang wilayah mengingat banyaknya kebutuhan akan sarana prasarana menyikapi perubahan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dan kebutuhan akan wilayah yang mengakomodir kepentingan ekonomi, ekologi dan sosial budaya.

Laporan Akhir ini disusun konsultan yang merupakan tahap penyempurnaan dalam Penyusunan Revisi Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan bangko Kabupaten Rokan Hilir Demikian Laporan Akhir ini atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih

November 2012 Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv BAB 1. PENDAHULUAN ... 1-1 1.1 Latar Belakang ... 1-1 1.2 Tujuan dan Sasaran ... 1-1 1.2.1 Tujuan ... 1-1 1.2.2 Sasaran ... 1-2 1.3 Keluaran ... 1-2 1.4 Dasar Hukum Penyusunan RDTR ... 1-2 1.5 Ruang Lingkup ... 1-4 1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah ... 1-4 1.5.2 Ruang Lingkup Pekerjaan ... 1-4 1.5.3 Ruang Lingkup Substansi ... 1-4 1.6 Tujuan Penyusunan RDTR Kecamatan Bangko ... 1-5 BAB 2. TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN ... 2-1 2.1 Kebijakan Tata Ruang Kabupaten Rokan Hilir ... 2-1 2.1.1 Rencana Struktur Ruang ... 2-1 2.1.2 Rencana Pola Ruang ... 2-13 2.2 Kebijakan Pembangunan Wilayah ... 2-24 2.3 Kebijakan RDTR Kecamatan Bangko Tahun 2007-2016 ... 2-26 2.4 Muatan Materi Teknis RDTR Kecamatan Bangko ... 2-30 2.4.1 Tujuan Pengembangan Kota ... 2-30 2.4.2 Rencana Pola Ruang ... 2-30 2.4.3 Rencana Jaringan Prasarana ... 2-32 2.4.4 Penetapan Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang Diprioritaskan

Penanganannya ... 2-33 2.4.5 Ketentuan Pemanfaatan Ruang ... 2-33

(3)

2.5 Review Muatan Materi Teknis RDTR Kecamatan Bangko Berdasarkan Permen PU No. 20 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR

dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota ... 2-33 BAB 3. KARAKTERISTIK WILAYAH ... 3-1 3.1 Aspek Fisik ... 3-1 3.1.1 Topografi dan Kemiringan Lereng ... 3-1 3.1.2 Geologi Wilayah ... 3-2 3.1.3 Keadaan Tanah ... 3-3 3.1.4 Hidrologi ... 3-4 3.2 Aspek Kependudukan ... 3-5 3.2.1 Jumlah dan Laju Perkembangan Penduduk ... 3-6 3.2.2 Sebaran dan Kepadatan Penduduk ... 3-7 3.3 Aspek Sosial Perekonomian ... 3-8 3.3.1 Sosial Budaya ... 3-9 3.3.2 Perekonomian ... 3-11 3.4 Aspek Sarana dan Prasarana ... 3-14 3.4.1 Prasarana Jalan ... 3-14 3.4.2 Prasarana Air Bersih ... 3-21 3.4.3 Prasarana Listrik ... 3-21 3.4.4 Prasarana Air Limbah ... 3-21 3.4.5 Prasarana Telepon ... 3-21 3.4.6 Prasarana Persampahan ... 3-21 3.4.7 Sarana Peribadatan ... 3-22 3.4.8 Sarana Pendidikan ... 3-22 3.4.9 Sarana Kesehatan ... 3-22 3.4.10 Sarana Perekonomian ... 3-23 BAB 4. POTENSI DAN MASALAH PENGEMBANGAN ... 4-1 4.1 Kecamatan Bangko Dalam Konstelasi Kabupaten Rokan Hilir ... 4-1 4.2 Analisis Fisik dan Lingkungan ... 4-1 4.3 Analisis Kependudukan ... 4-2 4.4 Analisis Ekonomi ... 4-2 4.5 Analisis Sarana ... 4-3 4.5.1 Analisis Sarana Pendidikan ... 4-3 4.5.2 Analisis Sarana Peribadatan ... 4-4 4.5.3 Analisis Sarana Kesehatan ... 4-4 4.5.4 Analisis Sarana Perekonomian ... 4-5 4.6 Analisis Prasarana ... 4-6 4.6.1 Analisis Kebutuhan Prasarana Air Bersih ... 4-6 4.6.2 Analisis Kebutuhan Prasarana Drainase ... 4-6 4.6.3 Analisis Kebutuhan Prasarana Air Limbah ... 4-7 4.6.4 Analisis Kebutuhan Prasarana Energi ... 4-8 4.6.5 Analisis Kebutuhan Prasarana Telekomunikasi ... 4-8

BAB 5. RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN ... 5-1 5.1 Ketentuan Umum ... 5-1 5.1.1 Istilah dan Definisi... 5-1 5.1.2 Kedudukan RDTR dan Peraturan Zonasi ... 5-6 5.1.3 Fungsi dan Manfaat RDTR dan Peraturan Zonasi ... 5-7 5.2 Tujuan Penataan Ruang Kecamatan Bangko ... 5-7 5.3 Rencana Pola Ruang ... 5-10 5.3.1 Zona Lindung ... 5-12 5.3.2 Zona Budidaya ... 5-17 5.4 Rencana Jaringan Prasarana ... 5-21 5.4.1 Rencana Distribusi Penduduk ... 5-21 5.4.2 Rencana Blok Perencanaan ... 5-21 5.4.3 Rencana Pusat Pelayanan ... 5-22 5.4.4 Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan ... 5-26 5.4.5 Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum ... 5-30 5.4.6 Rencana Pengembangan Jaringan Drainase ... 5-32 5.4.7 Rencana Pengembangan Jaringan Persampahan dan Air Limbah ... 5-33 5.4.8 Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan ... 5-36 5.4.9 Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi ... 5-36 5.5. Penetapan SBWP yang Diprioritaskan Penanganannya ... 5-39 5.6. Ketentuan Pemanfaatan Ruang ... 5-43

(4)

DAFTAR TABEL

TABEL 2-1 KLASIFIKASI PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN ROKAN

HILIR... 2-1 TABEL 2-2 RUAS JALAN ARTERI PRIMER KABUPATEN ROAK HILIR ... 2-5

TABEL 2-3 RENCANA RUAS JALAN KOLEKTOR PRIMER KABUPATEN ROKAN

HILIR... 2-5

TABEL 2-4 RENCANA RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KABUPATEN ROKAN

HILIR... 2-5

TABEL 2-5 REVIEW MUATAN RDTR BERDASARKAN PERMEN PU NO. 20 TAHUN

2011 ... 2-34 TABEL 3-1 POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH DARATAN BERDASARKAN

PADA KEADAAN BENTUK WILAYAH, KEMIRINGAN LERENG DAN

LUASNYA DI KABUPATEN ROKAN HILIR ... 3-2 TABEL 3-2 KLASIFIKASI TANAH YANG DIJUMPAI DI KABUPATEN ROKAN HILIR ... 3-3 TABEL 3-3 NAMA-NAMA SUNGAI DALAM KABUPATEN ROKAN HILIR MENURUT

KECAMATAN TAHUN 2008 ... 3-4 TABEL 3-4 CATCHMENT AREA DAN DEBIT SUNGAI DI KABUPATEN ROKAN

HILIR ... 3-5 TABEL 3-5 JUMLAH PENDUDUK DI RINCI PER DESA KECAMATAN BANGKO,

KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2003-2011 ... 3-7 TABEL 3-6 LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DI RINCI PER DESA KECAMATAN

BANGKO, KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2003-2011 ... 3-7 TABEL 3-7 PERBANDINGAN LUAS WILAYAH DAN JUMLAH PENDUDUK DI

KECAMATAN BANGKO TAHUN 2010 ... 3-8 TABEL 3-8 KEPADATAN PENDUDUK MENURUT DESA TAHUN 2010 ... 3-8 TABEL 3-9 PERKEMBANGAN PDRB BERDASARKAN HARGA BERLAKU, TAHUN

2011 ... 3-12

TABEL 3-10 PERKEMBANGAN PDRB BERDASARKAN HARGA KONSTAN, TAHUN

2011 ... 3-12 TABEL 3-11 PDRB PER KAPITA KABUPATEN/KOTA SE-PROVINSI RIAU TAHUN

2006-2008 (JUTA RUPIAH) ... 3-12 TABEL 3-12 PENDAPATAN PER KAPITA KABUPATEN/KOTA SE-PROVINSI RIAU

TAHUN 2006-2008 (JUTA RUPIAH) ... 3-13 TABEL 3-13 PANJANG JALAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR (KM) TAHUN 2009 ... 3-14 TABEL 3-14 PANJANG JALAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR (KM) TAHUN 2009 ... 3-15 TABEL 3-15 SARANA LALU LINTAS ANTAR DESA DI KECAMATAN BANGKO

TAHUN 2010 ... 3-15 TABEL 3-16 RUAS JALAN ARTERI PRIMER (EKSISTING) DI KABUPATEN ROKAN

HILIR ... 3-15 TABEL 3-17 SARANA LALU LINTAS ANTAR DESA DI KECAMATAN BANGKO

TAHUN 2010 ... 3-16 TABEL 3-18 KERAPATAN JALAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR ... 3-18 TABEL 3-19 PELABUHAN-PELABUHAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR ... 3-19 TABEL 3-20 JUMLAH SARANA PERIBADATAN DI KECAMATAN BANGKO

KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2011 ... 3-22

TABEL 3-21 JUMLAH SARANA PENDIDIKAN DI KECAMATAN BANGKO

KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2011 ... 3-22 TABEL 3-22 UMLAH SARANA KESEHATAN DI KECAMATAN BANGKO KABUPATEN

ROKAN HILIR TAHUN 2011 ... 3-23 TABEL 3-23 JUMLAH SARANA PEREKONOMIAN DI KECAMATAN BANGKO

KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2011 ... 3-23

TABEL 4-1 PROYEKSI PENDUDUK DI KECAMATAN BANGKO KABUPATEN ROKAN

HILIR, TAHUN 2013 - 2031 ... 4-2

TABEL 4-2 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI BERDASARKAN HARGA BERLAKU

PDRB KABUPATEN ROKAN HILIR, TAHUN 2008-2011 ... 4-3

TABEL 4-3 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI BERDASARKAN HARGA KONSTAN

PDRB KABUPATEN ROKAN HILIR, TAHUN 2008-2011 ... 4-3

TABEL 4-4 PROYEKSI KEBUTUHAN SARANA PENDIDIKAN DI KECAMATAN

BANGKO TAHUN 2031 ... 4-3

TABEL 4-5 PROYEKSI KEBUTUHAN SARANA PERIBADATAN DI KECAMATAN

BANGKO TAHUN 2031 ... 4-4

TABEL 4-6 PROYEKSI KEBUTUHAN SARANA KESEHATAN DI KECAMATAN

(5)

TABEL 4-7 PROYEKSI KEBUTUHAN SARANA PEREKONOMIAN DI KECAMATAN

BANGKO TAHUN 2031 ... 4-5

TABEL 4-8 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KECAMATAN BANGKO

TAHUN 2031 ... 4-6 TABEL 4-9 PREDIKSI TIMBULAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN BANGKO ... 4-8 TABEL 4-10 SKENARIO PENERAPAN PENGELOLAAN AIR BUANGAN ... 4-8 TABEL 4-11 PREDIKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK DI KECAMATAN BANGKO ... 4-8 TABEL 5-1 HIRARKI KABUPATEN ROKAN HILIR ... 5-9 TABEL 5-2 LUAS RENCANA POLA RUANG KECAMATAN BANGKO ... 5-12 TABEL 5-3 KRITERIA KAWASAN LINDUNG ... 5-12 TABEL 5-4 ILUSTRASI GRATIS SEMPADAN SUNGAI TIDAK BERTANGGUL ... 5-21 TABEL 5-5 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KECAMATAN BANGKO

TAHUN 2013-2031 ... 5-30 TABEL 5-6 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KECAMATAN BANGKO

TAHUN 2013-2031 ... 5-34 TABEL 5-7 SKENARIO PENERAPAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN ... 5-35 TABEL 5-8 RENCANA KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK DI KECAMATAN BANGKO ... 5-36 TABEL 5-9 INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN KECAMATAN BANGKO ... 5-49

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1-1 PETA ORIENTASI WILAYAH STUDI ... 1-6 GAMBAR 1-2 PETA ADMINISTRASI KECAMATAN BANGKO ... 1-7 GAMBAR 2-1 PETA RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN ROKAN HILIR ... 2-2 GAMBAR 2-2 SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI ... 2-5 GAMBAR 2-3 PETA RENCANA POLA RUANG KABUPATEN ROKAN HILIR ... 2-22 GAMBAR 2-4 PETA RENCANA KAWASAN STRATEGIS DAN PRIORITAS ... 2-23 GAMBAR 3-1 TINGGI DARI PERMUKAAN LAUT IBUKOTA KECAMATAN TAHUN

2008 ... 3-1 GAMBAR 3-2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT DESA DI KECAMATAN BANGKO

TAHUN 2010 ... 3-7 GAMBAR 3-3 DIAGRAM KOMPOSISI KONTRIBUSI SEKTORAL EKONOMI

TERHADAP PDRB KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2008 ... 3-13 GAMBAR 3-4 PETA KAWASAN RAWAN BANJIR KECAMATAN TANAH PUTIH ... 3-7 GAMBAR 3-5 PETA PENUTUPAN LAHAN KECAMATAN TANAH PUTIH ... 3-9 GAMBAR 5-1 KEDUDUKAN RDTR KABUPATEN/KOTA DALAM SISTEM PENATAAN

RUANG DAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ... 5-6 GAMBAR 5-2 KEDUDUKAN RDTR KABUPATEN/KOTA DALAM SISTEM PENATAAN

RUANG DAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ... 5-7 GAMBAR 5-3 PETA RENCANA POLA RUANG ... 5-11 GAMBAR 5-4 PETA RENCANA DISTRIBUSI KAWASAN LINDUNG ... 5-14 GAMBAR 5-5 ILUSTRASI GRATIS SEMPADAN SUNGAI TIDAK BERTANGGUL ... 5-16 GAMBAR 5-6 ILUSTRASI GRATIS SEMPADAN SUNGAI BERTANGGUL ... 5-16 GAMBAR 5-7 PETA RENCANA DISTRIBUSI PERUMAHAN ... 5-18 GAMBAR 5-8 PETA RENCANA RUANG TERBUKA HIJAU ... 5-19

(6)

GAMBAR 5-9 PETA RENCANA SUB BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN ... 5-24 GAMBAR 5-10 PETA RENCANA DISTRIBUSI SARANA ... 5-25 GAMBAR 5.11 PETA RENCANA INFRASTRUKTUR ... 5-27 GAMBAR 5-12 POTONGAN MELINTANG JALAN ARTERI PRIMER ... 5-28 GAMBAR 5-13 POTONGAN MELINTANG JALAN KOLEKTOR ... 5-28 GAMBAR 5-14 POTONGAN MELINTANG JALAN LOKAL ... 5-28 GAMBAR 5-15 PETA RENCANA SARANA TRANSPORTASI ... 5-29 GAMBAR 5-16 PETA RENCANA JARINGAN AIR BERSIH ... 5-31 GAMBAR 5-17 PETA RENCANA JARINGAN LISTRIK ... 5-37 GAMBAR 5-18 PETA RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI ... 5-38 GAMBAR 5-19 PETA RENCANA KAWASAN PRIORITAS PENANGANAN ... 5-42

(7)

1.1

Latar Belakang

Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, diperlukan kebijakan pembangunan nasional yang tepat. Ketepatan ini diukur dari pengembangan terhadap kompatibilitas dan optimalisasi potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya fisik (buatan). Kebijakan pembangunan yang tidak bertumpu pada ketiga potensi sumber daya tersebut akan sulit mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada ketiga sumber daya tersebut, digunakan penataan ruang sebagai payung kebijakan pembangunan dan pengendalian dalam implementasinya. Sistem perencanaan pembangunan Nasional dan perencanaan tata ruang sama-sama menekankan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan (prioritas) secara berhirarki dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia.

Namun, perencanaan tata ruang memiliki fokus kepada aspek fisik spasial yang mencakup perencanaan struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang. Proses perencanaan tata ruang dapat dijelaskan dengan pendekatan sistem yang melibatkan input, proses dan output. Input yang digunakan adalah keadaan fisik seperti kondisi alam dan geografis, sosial budaya seperti demografi sebaran penduduk, ekonomi seperti lokasi pusat kegiatan perdagangan yang ada maupun yang potensial dan aspek strategis nasional lainnya. Selain itu perencanaan tata ruang harus menyentuh berbagai aspek termasuk sarana dan prasarana fisik. Kecamatan Bangko yang berkembang sebagai satuan kehidupan fisik,

sosial dan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, diperlukan upaya-upaya pembangunan yang terarah, terkendali, dan mampu memanfaatkan seluruh potensi wilayah yang ada secara optimal tanpa mengganggu kelestarian lingkungan dan sumber daya alam yang dimilikinya.

Kecamatan Bangko sebagai kecamatan yang memiliki fungsi sebagai sebuah satuan pemerintahan juga sebagai daerah dimana terdapat ibukota kabupaten yakni Kabupaten Rokan Hilir merupakan daerah yang berkembang sangat pesat. Perkembangan ini menyebabkan terjadinya perubahan sarana dan prasarana dan percepatan pengembangan wilayah. Perubahan ini perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana tata ruang wilayah mengingat banyaknya kebutuhan akan sarana prasarana menyikapi perubahan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dan kebutuhan akan wilayah yang mengakomodir kepentingan ekonomi, ekologi dan sosial budaya. Penyesuaian ini harus dituangkan dalam bentuk revisi rencana detail tata ruang agar pembangunan yang dilakukan tidak mengorbankan ketiga kepentingan yakni ekonomi, ekologi dan sosial budaya sehingga diharapkan pembangunan berkelanjutan yang dicita-citakan dapat tercapai.

1.2

Tujuan dan Sasaran

1.2.1

Tujuan

Tujuan penyusunan Revisi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir meliputi :

1. Menyiapkan konsep pembangunan tata ruang yang terintegrasi dengan fungsi

Kecamatan Bangko sebagai kawasan administrasi dan Kecamatan Bangko sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir;

2. Mewujudkan rencana tata ruang yang mengakomodir segala kepentingan ekonomi, ekologi dan sosial budaya sehingga dapat dijadikan panduan dan arahan bagi pemerintah daerah, pihak swasta dan masyarakat Kecamatan Bangko di Kabupaten

(8)

Rokan Hilir dalam pemanfaatan ruang secara terencana, terarah, terpadu dan berkesinambungan dalam membangun wilayah dan masyarakat yang disesuaikan terhadap perkembangan perubahan ketataruangan;

3. Merumuskan fungsi tata ruang yang mengintegrasikan antara potensi wilayah dengan daya dukung lahan yang optimal sehingga dapat menjadi rekomendasi lokasi pembangunan berbagai sarana dan prasarana infrastruktur;

4. Merevisi berbagai perubahan terhadap perencanaan pembangunan ketataruangan

yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Kecamatan Bangko 2007-2016 sekaligus koreksi terhadap perubahan pola tata ruang di Kecamatan Bangko dan dampak serta pengaruhnya.

1.2.2

Sasaran

Sasaran penyusunan Revisi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Bangko

Kabupaten Rokan Hilir adalah dikembangkannya pola tata ruang dengan

mempertimbangkan beroperasinya sistem tata ruang yang berintegrasi, optimal dan sanggup menampung kebutuhan sampai dengan 5 tahun mendatang dengan melihat : 1. Intensitas tata guna lahan, kebutuhan masyarakat dan fungsi Kecamatan Bangko

serta daya dukung optimal lahan di kecamatan tersebut;

2. Interaksi sistem kegiatan dengan kepentingan kawasan dan kepentingan masyarakat

yang menghuni Kecamatan Bangko tersebut;

3. Merumuskan struktur, kapasitas dan tingkat pelayanan, sistem tata ruang dan arahan pola distribusi/sebaran masyarakat yang menghuni Kecamatan Bangko tersebut.

1.3

Keluaran

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah :

1. Mengetahui konsep tata ruang yang terintegrasi dengan fungsi kawasan dan daya dukung lahan di Kecamatan Bangko;

2. Menghasilkan sistem tata ruang terpadu di Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir;

3. Menghasilkan revisi rencana detail tata ruang (RDTR) Kabupaten Rokan Hilir yang berisikan revisi terhadap struktur, pola tata ruang dan rencana pengelolaan kawasan lindung, budidaya, perkotaan dan pedesaan serta;

4. Merumuskan kembali rencana sistem prasarana wilayah, rencana penatagunaan

tanah, air, udara dan hutan serta berbagai kegiatan pembangunan.

1.4

Dasar Hukum Penyusunan RDTR

Dokumen RDTR Kecamatan Bangko didasarkan pada aspek legalitas sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara

Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725).

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok

Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831).

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara

Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274).

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

Dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419).

5. Undang-Undang 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran negara

Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3317).

(9)

6. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427).

7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469).

8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran

Negara Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470).

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478).

10. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian (Lembaran Nagara Tahun 1992 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3479).

11. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480).

12. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481).

13. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3493).

14. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699).

15. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881).

16. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888).

17. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4169).

18. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377).

19. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

20. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4433).

21. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4444).

22. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1982 tentang irigasi (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3226).

23. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang perlindungan hutan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara 3294).

24. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373).

25. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Tambahan Lembaran Negara Nomor 4489).

26. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3776).

27. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838).

(10)

28. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara 3934).

29. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang wajib di lengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

30. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1456.K/20/MEM/2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst.

31. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1457.K/20/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi.

32. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327 Tahun 2002 tentang Penetapan 6 (enam) Pedoman Bidang Penataan Ruang.

33. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

34. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.

1.5

Ruang Lingkup

1.5.1

Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah perencanaan yang dipakai dalam RDTR Kecamatan Bangko merupakan kawasan fungsional dimana batas wilayah perencanaan didasarkan pada batas fungsi dari kegiatan secara fisik. Batas BWP yang digunakan adalah secara administrasi. Secara administratif Kecamatan Bangko berbatasan sebagai berikut.

 Sebelah Utara : Pulau Jemur dan Selat Malaka;

 Sebelah Selatan : Kecamatan Batu Ampar;

 Sebelah Timur : Kota Dumai;

 Sebelah Barat : Kecamatan Pekaitan.

1.5.2

Ruang Lingkup Pekerjaan

Untuk lebih menfokuskan pekerjaan, maka kegiatan ini lebih di fokuskan dalam hal revisi rencana detail tata ruang Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir dengan aspek-aspek : 1. Integrasi tata ruang dengan fungsi wilayah dan daya dukung lahan yang optimal;

2. Rumusan sistem tata ruang terpadu dan berkelanjutan;

3. Revisi terhadap rencana struktur dan pola tata ruang wilayah serta rencana pengelolaan kawasan lindung, budidaya, perkotaan dan perdesaan;

4. Rumusan rencana sistem prasarana wilayah, tata guna tanah, air, udara dan hutan serta sistem kegiatan pembangunan.

1.5.3

Ruang Lingkup Substansi

Lingkup materi pembahasan / substansi sekurang-kurangnya mencakup ; 1. Tahap Persiapan, meliputi:

 Identifikasi ”fakta” berupa data - data dan informasi yang diperlukan sebagai kebutuhan analisis potensi dan permasalahan mengenai tata ruang di Kecamatan Bangko;

 Tinjauan kebijakan - kebijakan yang berkaitan dengan revisi rencana detail tata ruang Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir.

2. Identifikasi Kondisi Umum dan Permasalahan, meliputi:

(11)

 Ruang lingkup kawasan Kecamatan Bangko, kondisi geografis, administratif, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, potensi sumber daya alam dan struktur dan pola tata ruang;

 Rencana peruntukan wilayah Kecamatan Bangko.

 Permasalahan Wilayah Kecamatan Bangko terdiri dari:

 Hasil - hasil identifikasi permasalahan, potensi, kelemahan, peluang serta tantangan (Analisa SWOT) dalam jangka menengah yang dihadapi dalam pengembangan struktur dan pola tata ruang Kecamatan Bangko.

3. Penyusunan Arah Kebijakan dalam Rencana tata ruang Kecamatan Bangko, meliputi:

 Potensi dan Permasalahan terdiri dari:

 Rumusan mengenai potensi dan permasalahan yang terdapat di

Kecamatan Bangko.

 Kawasan potensial bidang ekonomi, sosial dan ekologi di Kecamatan Bangko;

 Arahan kebijakan penataan wilayah.

4. Penyusunan Arah Pengembangan Tata Ruang Kecamatan Bangko, meliputi:

 Arahan pengembangan kawasan per kepenghuluan sesuai dengan fungsi

masing-masing kawasan;

 Strategi dalam melaksanakan masing - masing langkah kebijakan.

5. Penyusunan Konsep Pengembangan Kawasan, meliputi:

 Konsep visi dan misi pembangunan pengembangan kawasan;

 Tujuan dan Kerangka pengembangan kawasan.

6. Penyusunan Rencana Struktur dan Pemanfaatan Ruang Kawasan Kecamatan Bangko,

meliputi:

 Rencana Struktur Tata Ruang Kecamatan Bangko;

 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kecamatan Bangko;

 Rencana Kawasan Prioritas di Kecamatan Bangko;

 Rencana Sistem Prasarana Wilayah;

 Indikasi program pembangunan.

1.6

Tujuan Penyusunan RDTR Kecamatan Bangko

Tujuan yang diharapkan dari penyusunan RDTR Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau adalah sebagai berikut:

1. Sebagai arahan bagi masyarakat dalam pengisian pembangunan fisik kawasan;

2. Sebagai pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi, dan pemberian periijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan

(12)
(13)
(14)

2.1.

Kebijakan Tata Ruang Kabupaten Rokan Hilir

2.1.1

Rencana Struktur Ruang

Dalam sistem perkotaan wilayah Kabupaten Rokan Hilir, ditetapkan pusat-pusat permukiman dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Terdiri atas pusat pelayanan kawasan (PPK), pusat pelayanan lingkungan (PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhierarki lebih tinggi yang berada di wilayah Kabupaten Rokan Hilir. Penentuan ini sesuai dengan ketetapan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan RTRW Provinsi Riau yang terdiri dari (PKL, PKW, dan PKN);

2. Pusat pelayanan ini berhierarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang dan saling terkait menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten.

Sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Rokan Hilir disusun berdasarkan pertimbangan : 1. Klasifikasi dan besaran kawasan perkotaan dan perdesaan, yang diperoleh melalui

perhitungan dan proyeksi penduduk, kecenderungan perkembangan permukiman, serta dari kebijaksanaan pengembangan terkait yang ditetapkan;

2. Orientasi dari masing-masing pusat permukiman untuk mendapatkan berbagai

layanan sarana sosial dan ekonomi berdasarkan pada tingkat aksesibilitas;

3. Fungsi dan peran permukiman perkotaan berdasarkan potensi daerah belakang (hinterland) dan kebijaksanaan terkait yang ditetapkan, dengan mengingat fungsi

kawasan perkotaan sebagai pusat perekonomian (pasar), sebagai simpul koleksi-distribusi bagi daerah belakang, dan sebagai pusat pengembangan industri pengolahan.

TABEL 2-1 KLASIFIKASI PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR

KLASIFIKASI PERKOTAAN BESARAN

PENDUDUK

PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR

Perkotaan Sedang 100.001 – 500.000 Perkotaan Bagan Siapiapi

Perkotaan Ujung Tanjung Perkotaan Bagan Batu

Perkotaan kecil 10.001 – 100.000 Perkotaan Tanjung Lumba-lumba

Perkotaan Panipahan, Teluk Pulai Perkotaan Balam Sampurna Perkotaan Balai Jaya

Perkotaan Bahtera Makmur Perkotaan Pasir Putih Perkotaan Bagan Sinembah Perkotaan Simpang Kanan Perkotaan Sinaboi, Sedinginan Perkotaan Banjar XII, Sintong Perkotaan Sekeladi

Perkotaan Rantau Kopar, Pujud Perkotaan Sei Arang-arang Perkotaan Tanjung Medan

Permukiman Perdesaan yang Menjadi Perkotaan Kecil

5.001 – 10.000 Perdesaan Rimba Melintang Perdesaan Bangko Jaya Perdesaan Bangko Sampurna Perdesaan Bangko Kiri Perdesaan Rantau Bais Perdesaan Teluk Nayang Perdesaan Melatu Besat

Sumber : Hasil rangkuman oleh konsultan dari perhitungan proyeksi penduduk Kabupaten Rokan Hilir 2031 dan kriteria/standar terkait.

(15)
(16)

Pembentuk struktur tata ruang, komponen tersebut adalah : permukiman perkotaan sebagai pusat pelayanan wilayah, daerah belakang (hinterland) yang umumnya merupakan kawasan perdesaan (rural area) berbasis kegiatan pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam lainnya, serta jaringan jalan (transportasi) sebagai penghubung antar permukiman perkotaan dan antara permukiman perkotaan dengan daerah belakang.

Berdasarkan arahan RTRW Kabupaten Rokan Hilir 2011-2031 Kawasan Perkotaan Bagansiapiapi memiliki fungsi sebagai PKW dengan fungsi kawasan perkotaan antara lain:

 Ibukota Kabupaten;

 Perdagangan dan jasa regional;

 Pusat kawasan sentra produksi perikanan;

 Sub pusat kawasan sentra produksi perikanan;

 Sub pusat kawasan sentra produksi padi.

A. RENCANA SISTEM PRASARANA WILAYAH

1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi

Sistem prasarana utama pada rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah sistem jaringan transportasi sebagai berikut:

a) Rencana Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Pengembangan sistem transportasi merupakan bagian dari upaya mendorong pengembangan tata ruang agar lebih berkembang, mengarahkan pola pengembangan fisik wilayah, dan menahan pertumbuhan pada kawasan lindung. Sesuai yang termuat dalam UU No.38/2004 tentang jalan, jaringan jalan di Kabupaten Rokan Hilir termasuk ke dalam sistem primer. Fungsi jaringan jalan yang direncanakan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

 Arteri Primer (AP) adalah ruas-ruas jalan yang menghubungkan antar perkotaan jenjang kesatu dan antara perkotaan jenjang kesatu dengan perkotaan jenjang kedua

yang meneruskan ke perkotaan jenjang kesatu yang lain, serta ruas-ruas jalan yang menghubungkan pelabuhan utama primer/sekunder dan bandara pusat penyebaran primer/sekunder dari perkotaan jenjang kesatu maupun dari suatu ruas jalan arteri primer yang lain, dengan karakteristik lalu lintas kendaraan berkecepatan tinggi dan persimpangan-persimpangan yang terbatas;

 Kolektor Primer (KP) adalah ruas-ruas jalan yang menghubungkan antar perkotaan jenjang kedua dan perkotaan jenjang kedua dengan perkotaan jenjang kesatu yang tidak meneruskan ke perkotaan jenjang kesatu yang lain, antara perkotaan jenjang kedua dengan perkotaan jenjang ketiga, serta ruas-ruas jalan yang menghubungkan ke pelabuhan utama tersier dan bandara pusat penyeberangan tersier dari perkotaan jenjang kedua maupun dari suatu ruas jalan kolektor primer yang lain, dengan karakteristik lalu lintas kendaraan berkecepatan sedang dan persimpangan-persimpangan yang dikendalikan menurut kebutuhan;

 Kolektor Sekunder (KS) yaitu jaringan jalan yang melayani kawasan perkotaan jenjang kesatu dan jenjang kedua;

 Lokal Primer (LP) adalah ruas-ruas jalan yang menghubungkan antar perkotaan jenjang ketiga dan antara perkotaan jenjang ketiga dengan perkotaan jenjang yang lebih rendah, serta ruas-ruas jalan yang memberikan pelayanan langsung ke persil-persil kawasan dengan karakteristik lalu lintas kendaraan berkecepatan rendah s/d sedang dengan persimpangan-persimpangan yang tidak dibatasi.

 Sedangkan berdasarkan statusnya, sistem jaringan jalan primer dikelompokkan sebagai berikut:

 Jalan Negara;

 Jalan Provinsi;

 Jalan Kabupaten.

Pengembangan sistem jaringan jalan di wilayah Kabupaten Rokan Hilir didasarkan pada kepentingan pelayanannya dibagi atas:

(17)

 Jaringan jalan dengan pelayanan regioal;  Jaringan jalan dengan pelayanan lokal.

1) Jaringan jalan dengan pelayanan regional, terdiri dari :

 Jaringan jalan arteri primer adalah jalan lintas Sumatera, dengan status sebagai jalan negara sehingga pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah pusat. Jalan ini, menghubungkan Ujung Tanjung (Kabupaten Rokan Hilir) - Dumai - Duri - Pekan Baru, dan Ujung Tanjung - Labuhan Batu (Sumatera Utara);

 Rencana Jaringan jalan arteri primer yang akan dikembangkan meliputi ruas Panipahan – Tanjung Balai Asahan (Sumatera Utara), yang merupakan perpanjangan dari ruas jalan Panipahan – Teluk Pulai;

 Guna kepentingan sosial ekonomi dikembangkan fungsi jalan kolektor primer untuk mengemban fungsi pelayanan regional, serta untuk mempercepat pembangunan di Provinsi Riau dalam rangka mensukseskan program pengentasan kemiskinan dan kebodohon dibangun ruas jalan Riau Pesisir, mulai dari Panipahan - Sei Daun - Teluk Piayai - Kubu - Pedamaran - Bagan Siapiapi - Sinaboi - sampai ke batas Dumai, pengelolaan jalan ini merupakan kewenangan pemerintah Provinsi Riau dan kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Rokan Hilir;

 Rencana pengembangan jalan kolektor primer meliputi:

 Ruas jalan lintas pesisir Pasir Limau Kapas – Sungai Daun – Teluk Piyai – Pekaitan – Bangko – Sinaboi – Dumai.

 Ruas jalan Ujung Tanjung – Teluk Bano II – Teluk Bano I – Pekaitan – Bangko – Sinaboi – Dumai.

 Pengembangan jalan lokal primer untuk pelayanan regional, memiliki status jalan kabupaten dan pengelolaannya merupakan kewenganan dari pemerintah Kabupaten Rokan Hilir. Pengembangan jaringan jalan ini difokuskan pada :

 Ruas Panipahan - Tanjung Balai Asahan (Sumatera Utara), merupakan perpanjangan dari ruas jalan Panipahan - Teluk Pulai;

 Ruas Tanjung Medan - Pasir Pangaraian (Kabupaten Rokan Hulu),

merupakan perpanjangan dari ruas jalan Pujud - Tanjung Medan;

 Ruas Pujud - Ujung Tanjung, melintasi Siarang-arang - Sintong Teluk Mega - Sedinginan - Banjar XII - Simpang Mutiara.

 Rencana pengembangan jaringan jalan lokal primer selain jalan lokal primer yang telah ada yaitu ruas Pujud - Ujung Tanjung, melintasi Siarang-arang - Sintong Teluk Mega - Sedinginan - Banjar XII - Simpang Mutiara, dan direncanakan peningkatan kondisi jaringan jalan ruas Ujung Tanjung – Teluk Merbau (Melayu Besar - Teluk Bano – Pedamaran).

2) Jaringan Jalan dengan pelayanan lokal, terdiri dari :

 Jaringan jalan kolektor primer, dengan status sebagai jalan provinsi sehingga pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah Provinsi Riau. Rencana jaringan jalan ini, bertujuan untuk meningkatkan interaksi antar wilayah dalam Kabupaten Rokan Hilir, dengan arahan pengembangan sebagai berikut :

 Peningkatan kondisi jaringan jalan : ruas Ujung Tanjung – Bagan Siapiapi;  Peningkatan kondisi jaringan jalan : ruas Ujung Tanjung – Teluk Merbau

(Melayu Besar – Teluk Bano – Padamaran);

 Rencana pengembangan jaringan jalan : ruas Tanjung Medan – Pasir Pangaraian (Kabupaten Rokan hulu), yang merupakan perpanjangan dari ruas jalan Pujud – Tanjung Medan.

3) Jalan kolektor sekunder dengan status jalan kabupaten, dan pengelolaannya merupakan kewenangan dari pemerintah Kabupaten Rokan Hilir. Jalan ini menghubungkan desa-desa dan antar kecamatan.

(18)

GAMBAR 2-2 SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI

TABEL 2-2 RUAS JALAN ARTERI PRIMER KABUPATEN ROAK HILIR

RUAS JALAN PANJANG (KM) KONSTRUKSI

JALAN RENCANA PROGRAM

Sp. Batang – Sp. Balam 55,28 Aspal Pemeliharaan Sp. Balam – Bagan Batu 27,98 Aspal Pemeliharaan Bagan Batu – Perbatasan Sumur 30,30 Aspal Pemeliharaan Sumber : RTRW Kabupaten Rokan Hilir 2011-2031

TABEL 2-3 RENCANA RUAS JALAN KOLEKTOR PRIMER KABUPATEN ROKAN HILIR

RUAS JALAN PANJANG (KM) KONSTRUKSI

JALAN

RENCANA PROGRAM

Sp. Tanah Putih – Bagan Siapiapi 69,99 Aspal Pemeliharaan Bagan Siapiapi – Sinaboi 37,20 Beton Peningkatan Panipahan – Sei. Daun 50,70 Aspal Peningkatan

Kubu – Sei. Daun 20,40 Aspal Peningkatan

Padamaran – Kubu 26,50 Aspal Peningkatan

Sumber : RTRW Kabupaten Rokan Hilir 2011-2031

TABEL 2-4 RENCANA RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KABUPATEN ROKAN HILIR

RUAS JALAN PANJANG (KM) KONSTRUKSI JALAN RENCANA PROGRAM

Sp. Sedinginan – Sedinginan 7,30 Aspal Pemeliharaan Sedinginan – Sintong 8,80 Perkerasan Peningkatan Sintong – Sekeladi 11,30 Perkerasan Peningkatan Sekeladi – Menggala 63,5 Perkerasan Peningkatan Menggala – Simpang Berkat 8,00 Perkerasan Peningkatan Simpang Berkat – Sialang-alang 8,2 Perkerasan Peningkatan Siarang-arang – Pujud 15,00 Perkerasan Peningkatan Pujud – Tanjung Medan 32,00 Perkerasan Peningkatan Sp. Melayu Besar – Melayu Tengah 7,00 Perkerasan Peningkatan Ujung Tanjung – Mesah 6,4 Perkerasan Peningkatan Rimba Melintang – Bangko Kiri 7,90 Beton Pemeliharaan Bangko Kiri – Padamaran 37,00 Perkerasan Peningkatan Teluk Berembun – Sp. Teluk Berembun 8,00 Perkerasan Peningkatan Sp. Tengki – Pinang Road 60,00 Perkerasan Peningkatan Teluk Merbau – Rantau Panjang Kanan 8,00 Beton Pemeliharaan Sp. Teluk Berembun – Rantau Bais 8,00 Perkerasan Peningkatan Teluk Merbau – Pinang Road 23,20 Perkerasan Peningkatan Rantau Panjang Kiri – Sungai Kubu 14,00 Perkerasan Peningkatan Sungai Kubu – Teluk Merbau 2,00 Perkerasan Peningkatan Teluk Merbau – Sungai Daun 23,50 Perkerasan Peningkatan Sungai Daun – Pasir Limau Kapas 11,50 Perkerasan Peningkatan Pasir Limau Kapas – Panipahan 8,00 Perkerasan Peningkatan Panipahan – Teluk Pulai 8,00 Perkerasan Peningkatan Sungai Kubu – Tanjung Leban 6,00 Perkerasan Peningkatan Sp. Teluk Bano – Teluk Bano 14,00 Perkerasan Peningkatan Bagan Batu – Bagan Sinembah 18,00 Aspal Pemeliharaan Sp. Balam – Sp. Bangko Camp 25,00 Perkerasan Peningkatan PTP IV Bagan Batu – Wilayah PTP IV 95,78 Perkerasan Peningkatan

Sumber : RTRW Kabupaten Rokan Hilir 2011-2031

Jaringan jembatan di Kabupaten Rokan Hilir meliputi:

1. Jembatan Jumrah, menghubungkan Kecamatan Rimba Melintang dengan Kecamatan

Batu Hampar;

2. Jembatan Ujung Tanjung, menghubungkan Kecamatan Tanah Putih dengan

Kecamatan Rantau Kopar;

3. Jembatan Sekapas, menghubungkan Kecamatan Pujud dengan Kecamatan Rantau

Kopar;

4. Jembatan Kubu, menghubungkan Kecamatan Pasir Limau Kapas dengan Kecamatan Kubu;

Sistem Jaringan Transportasi Darat

Jaringan Jalan

Jaringan Sungai, Danau dan Penyeberangan

Jaringan Jalan Nasional

Jaringan Jalan Provinsi

Jaringan Jalan Kabupaten

Jalan khusus

Jalan dan jembatan

Lokasi Terminal

Pengembangan sarana dan prasarana angkutan umum massal wilayah Pelabuhan Laut

Alur Pelayaran Sistem Jaringan

Transportasi Laut

Sistem Jaringan

Transportasi Udara Bandar Udara Umum/khusus

(19)

5. Jembatan Sinaboi, menghubungkan Kecamatan Sinaboi dengan Kota Dumai;

6. Jembatan Tanjung Medan, menghubungkan Kecamatan Pujud dengan Kabupaten

Rokan hulu;

7. Jembatan Pedamaran I dan II, menghubungkan Kecamatan Bangko dengan

Kecamatan Pekaitan dan Kecamatan Pasir Limau Kapas.

Jaringan prasarana LLAJ meliputi terminal dan unit pengujian kendaraan bermotor. Unit pengujian kendaraan bermotor berupa balai pengujian kendaraan bermotor. Terminal meliputi terminal penumpang dan terminal barang. Terminal penumpang meliputi:

a. terminal penumpang tipe A berada di kawasan perkotaan Bagansiapiapi dengan fungsi melayani kendaraan angkutan umum antar provinsi (AKAP), antar kota dalam provinsi (AKDP), dan angkutan kota (AK);

b. terminal penumpang tipe B berada di kawasan perkotaan Ujung Tanjung, perkotaan

Bagan Batu, dan perkotaan Sinaboi dengan fungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antara perkotaan dalam Provinsi, angkutan dalam perkotaan, dan angkutan perdesaan; dan

c. terminal penumpang tipe C dengan fungsi melayani kendaraan umum angkutan dalam perkotaan dan angkutan perdesaan terletak di:

1. Kecamatan Teluk Merbau;

2. Desa Sedinginan Kecamatan Tanah Putih;

3. Kecamatan Pujud;

4. Desa Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas;

5. Kecamatan Bangko Pusako; dan

6. Kecamatan Simpang Kanan.

Jaringan pelayanan LLAJ di Kabupaten Rokan hilir yang ada meliputi beberapa trayek, yaitu:

a. Jaringan trayek angkutan penumpang meliputi:

1. trayek Bagansiapiapi – Pujud;

2. trayek Bagansiapiapi – Bagan Batu;

3. trayek Bagansiapiapi – Ujung Tanjung;

4. trayek Bagansiapiapi Kubu;

5. trayek Tanah Putih – Sedinginan; dan

6. trayek Bagan Batu – Simpang Kanan.

b. Jaringan lintas angkutan barang meliputi:

1. lintas Bagansiapiapi – Bagan Batu; dan

2. lintas Bagansiapiapi – Ujung Tanjung.

Jaringan angkutan sungai merupakan angkutan sungai yang menghubungkan Bagansiapiapi – Panipahan, Bagansiapiapi – Kubu, dan Bagansiapiapi – Pulau Halang. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan lainnya di Kabupaten Rokan Hilir adalah jaringan transportasi perkotaan berupa transportasi Bagansiapiapi – Ujung Tanjung melalui Kecamatan Batu Hampar; dan Kecamatan Rimba Melintang.

b) Rencana Sistem Jaringan Perkeretaapian

Pembangunan infrastruktur kereta api merupakan salah satu rencana kerja pemrintah

melalui Departemen Perhubungan yang telah menyusun program revitalisasi

pembangunan infrastruktur transportasi kereta api lintas Sumatera. Pembangunan perkeretaapian yang melintasi beberapa wilayah di Pulau Sumatera termasuk melintasi sebagian wilayah Kabupaten Rokan Hilir. Rencana system jaringan perkeretaapian ini melintasi beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Bagan Sinembah hingga Desa Rantau Bais Kecamatan Tanah Putih.

c) Rencana Transportasi Laut

Kebutuhan pengembangan transportasi laut guna meningkatkan arus koleksi dan distribusi barang dan penumpang keluar. Disamping itu, untuk mengoptimalkan

(20)

keunggulan geo-ekonomis yang dimiliki oleh Kabupaten Rokan Hilir yang berada pada jalur pelayaran internasional. Pengembangannya diarahkan pada gerbang lintas batas Sinaboi dan Panipahan, sebagai gateway utama Kabupaten Rokan Hilir melalui laut/perairan nasional/internasional.

Pelabuhan laut berupa pelabuhan pengumpul di Sinaboi dan Panipahan diarahkan sebagai gerbang lintas batas, untuk penumpang maupun barang ekspor dan impor. Pelabuhan Sinaboi dikembangakan sebagai pelabuhan utama di Kabupate Rokan Hilir. Komoditi utama pelabuhan Sinaboi adalah ikan, udang, ketam, kelapa sawit, pertanian pangan dan arang. Pelabuhan Panipahan disamping melayani Kabupaten Rokan Hilir, juga melayanai Kabupaten Labuhan Batu dan berorientasi ke Port Klang. Komoditi pelabuhan ini antara lain kayu, ikan asin, dan ikan segar. Pelabuhan laut Bagansiapiapi, yang merupakan pelabuhan yang tertua dan terbesar, mengalami sedimentasi akibat kikisan oleh run off hujan ke aliran Sungai Rokan. Kegiatan angkutan di pelabuhan ini meliputi trayek Bagansiapiapi – Halang – Kubu dan Bagansiapi-api – Halang – Panipahan.

Pulau Halang, dan Tanjung Lumba-lumba diarahkan fungsinya sebagai pelabuhan penumpang lokal, pelabuhan ini berfungsi khususnya untuk melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut dalam jumlah kecil atau disebut pelabuhan pengumpan, serta merupakan penumpang pada pelabuhan utama dan pelabuhan penumpang regional. Pelabuhan Halang merupakan pusat kegiatan produksi, pengolahan, dan perdagangan komoditas ikan dan olahannya. Sedangkan Pelabuhan Tanjung Lumba-lumba merupakan pelabuhan tradisional masyarakat untuk kepentingan lokal.

Alur pelayaran pelabuhan di Kabupaten Rokan Hilir terdiri berdasarkan tipe pelabuhan dimana terdapat tiga jalur utama pelayaran, yaitu:

a. alur pelayaran nasional dari Sinaboi – Belawan di Sumatera Utara;

b. alur pelayaran nasional dari Panipahan – Belawan di Sumatera Utara; dan

c. alur pelayaran internasional dari Bagansiapiapi, Sinaboi, dan Panipahan menuju Negara Malaysia dan Negara Singapura.

d) Rencana Transportasi Udara

Saat ini, transportasi udara belum terdapat di Kabupaten Rokan Hilir, namun kebutuhan pengembangannya sejalan dengan tuntutan pada pola transportasi jarak jauh dengan waktu tempuh yang efisien. Disamping itu, pengembangan transportasi udara juga dibutuhkan untuk mendorong minat investasi asing maupun domestik. Terdapatnya rencana pembentukkan maskapai penerbangan daerah merupakan salah satu pertimbangan perlunya pengembangan transportasi udara di Kabupaten Rokan Hilir. Pembangunan bandara udara diarahkan di Teluk Bano I, Legandai Hulu, dan Bagan Jawa. Namun arahan yang dari Revisi RTRW ini adalah di Teluk Bano I Kecamatan Banglo Pusako. Secara umum, faktor yang harus diperhatikan dalam pembangunan landasan pacu suatu bandara adalah ukuran pesawat yang dinyatakan dengan berat pesawat, bentang sayap, jarak antar roda pendaratan, panjang pesawat, tinggi maksimum pesawat, jarak roda, radius lingkaran roda depan, radius lingkaran roda utama dan jejari putar. Berat pesawat menentukan tebal perkerasan landasan pacu, perkerasan landasan hubung dan panjang landasan pacu. Bentang sayap dan panjang badan pesawat mempengaruhi konfigurasi gedung terminal, lebar landasan pacu, lebar landasan hubung, jarak antar landasan pacu atau landasan hubung dan jejari putar pesawat.

Sedangkan khusus bagi penentuan panjang landasan pacu (runway), selain memperhatikan karakteristik pesawat, juga harus mempertimbangkan semua keadaan dasar operasi pesawat, seperti :

 Pesawat yang lepas landas dengan keadaan normal;

 Pesawat yang lepas landas dengan kegagalan mesin, tetapi masih bisa melanjutkan penerbangan;

 Pesawat yang lepas landas dengan kegagalan mesin dan tidak bisa melanjutkan penerbangan;

 Pesawat yang melakukan pendaratan, yaitu 1,6 kali dari jarak pendaratan yang dibutuhkan oleh setiap pesawat yang mendarat.

(21)

Penentuan pembangunan landasan pacu tersebut harus didasarkan atas jenis pesawat terbesar yang diperbolehkan untuk mendarat. Besarnya pesawat ditentukan dari jenis pesawat yang akan dipergunakan oleh maskapai penerbangan. Namun tidak menutup kemungkinan, dengan berkembangnya wilayah Kabupaten Rokan Hilir di masa datang, akan menarik minat sebagai transit maupun tujuan penerbangan.

B. RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR

Sistem jaringan sumber daya air di Kabupaten Rokan Hilir direncanakan menggunakan pendekatan DAS, yaitu DAS Rokan dan cekungan air tanah serta keterpaduannya dengan pola ruang dengan memperhatikan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya air permukaan dan air tanah.

Rencana pengembangan sumberdaya air di Kabupaten Rokan Hilir meliputi konservasi sumber daya air permukaan dan air tanah. Rencana pengembangan tersebut dilakukan dengan langkah berikut :

a. pengembangan dan pengelolaan serta konservasi sungai terutama Sungai Rokan, danau, serta sumber air lainnya untuk penyediaan air baku di wilayah Kabupaten Rokan Hilir.

b. mempertahankan dan meningkatkan kelestarian sumberdaya air melalui

pemantapan kawasan lindung dan konservasi, penghutanan kembali kawasan-kawasan konservasi dalam kondisi kritis, mengendalikan penggunaan air dari eksploitasi secara besar-besaran dan mengamankan daerah sempadan sungai dan mata air dari kegiatan yang merusak kualitas air.

c. mengamankan kawasan-kawasan resapan air, khususnya pada zona resapan tinggi untuk mencegah kekeringan di musim kemarau dan erosi di musim hujan serta menghindari terjadinya bencana alam akibat fluktuasi aliran air permukaan yang bersifat ekstrim, seperti: banjir, longsor, dan kekeringan.

d. meningkatkan pengendalian pemanfaatan air tanah pada kawasan perkotaan dengan

akifer terbatas, air tanah langka dan zona resapan rendah.

SISTEM WILAYAH SUNGAI

Sistem wilayah sungai merupakan sumber air untuk wilayah Kabupaten Rokan Hilir Sungai Rokan yang termasuk dalam DAS Rokan beserta anak-anak sungainya. Sistem jaringan sungai ini memiliki fungsi sebagai sumber air untuk pertanian, sumber air bersih, prasarana transportasi, dan memiliki potensi sumber daya perikanan. Sistem wilayah sungai Kabupaten Rokan Hilir ini meliputi wilayah Sungai Rokan yang merupakan lintas sungai provinsi, dan wilayah Sungai Kubu yang merupakan wilayah sungai dalam kabupaten yang menjadi kewenangan Kabupaten Rokan Hilir.

SISTEM JARINGAN IRIGASI

Sistem jaringan irigasi Kabupaten Rokan Hilir terditi atas irigasi teknis dan semi teknis. Rencana pengembangan sistem prasarana jaringan irigasi berupa pemeliharaan, peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi untuk mendukung pengembangan kawasan budidaya pertanian lahan basah dimana Kabupaten Rokan Hilir ditetapkan sebagai sebagai sentra produksi tanaman padi yang terletak di Kecamatan Rimba Melintang, Bangko Pusako, Kubu, Sinaboi dan Bangko. Pengembangan jaringan irigasi sesuai Kepmen PU 390 Tahun 2007 tentang Daerah Irigasi utuh di Kabupaten Rokan Hilir untuk mendukung tujuan penataan ruang dalam sector pertanian meliputi:

a. Daerah irigasi Mukti Jaya kurang lebih 2.000 ha; b. Daerah irigasi Bangko Kanan kurang lebih 2.000 ha; c. Daerah irigasi Suak Tumenggung kurng lebih 1.400 ha; d. Daerah irigasi Sei Segajah kurang lebih 2.900 ha; e. Daerah irigasi Sei Adun kurang lebih 1.600 ha;

(22)

SUMBER AIR BAKU

Sumber air bersih di Kabupaten Rokan Hilir didukung oleh keberadaan 15 (lima belas) sungai yang melintasi wilayah ini dan beberapa anak sungai lainnya. Pemanfaatan sumber air bersih permukaan ini sebagai sumber bersih bagi pelayanan masyarakat, dengan persyaratan baku mutu dari air tersebut sesuai.

Sumber air bersih untuk penyediaan air bersih ini perlu dikaji secara mendalam beberapa aspek yang terkait dengan sumber air. Ketersediaan air dapat diambil dari sungai Rokan dan berdasarkan kajian master plan air bersih Kabupaten Rokan Hilir telah ditentukan di atas jembatan Jumrah.\Guna memenuhi kebutuhan air bersih di Kabupaten Rokan Hilir ini tetap mengandalkan air permukiman yang berasal dari sungai-sungai yang ada. Air permukaan ini diharapkan dapat mendukung perkembangan kawasan perkotaan yang sudah jelas penduduknya terus meningkat, sehingga kebutuhan air bersih pun meningkat. Selain untuk melayani penduduk perkotaan, prediksi peningkatan kebutuhan air bersih ini juga diperlukan penduduk perdesaan, kawasan pertanian, perkebunan, dan pertambangan, serta kawasan-kawasan pelabuhan yang terdapat di Kabupaten Rokan Hilir. Kondisi air sungai yang pada umumnya payau, perlu dilakukan pengolahan untuk dapat menjadi air baku. Sedangkan pengolahan air sungai pada daerah yang bergambut sebagi alternatif dapat menggunakan osmosis.

Rencana jaringan trasnsmisi SPAM dari sistem Jumrah ini meliputi :

a. pompa transmisi SPAM Jumrah meliputi:

1. sistem transmisi reservoir Jumrah - reservoir Tanah Merah;

2. sistem transmisi reservoir Tanah Merah - reservoir Labuha Tangga Besar di Bagansiapiapi;dan

3. sistem transmisi reservoir Labuhan Tangga Besar - reservoir Simpang 200 di Bagansiapiapi.

b. pompa transmisi SPAM TPTM meliputi:

1. sistem transmisi reservoir IPA SPAM TPTM - reservoir Simpang Jago;

2. sistem transmisi reservoir Simpang Jago - reservoir Simpang Bangko Pusako dan reservoir Kecamatan Rimba Melintang;dan

3. sistem transmisi reservoir Simpang Jago - reservoir Kecamatan Tanah Putih. Inventarisasi jalur transmisi dilaksanakan setelah ditetapkan lokasi reservoir rencana jalur transmisi pipa dan distribusi. Pelaksanaan inventarisasi dilakukan dengan menyusun rencana jalur penempatan pipa. Setiap daerah atau lokasi yang menurut rencana akan didirikan bangunan diidentifikasi.

SISTEM PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR

Sistem pengendalian daya rusak air banjir terdiri atas penataan dan pengelolaan daerah aliran sungai DAS Rokan dan sistem pengendalian banjir Rokan beserta anak sungainya yang berfungsi untuk pengamanan kawasan rawan banjir di Kabupaten Rokan Hilir sepanjang Sungai Rokan terutama di Kecamatan Pujud dan Kecamatan Bangko Pusako.

C. RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN PRASARANA ENERGI

Penyediaan prasarana energi listrik, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (domestik) dan non rumah tangga (non domestik) di wilayah Kabupaten Rokan Hilir. Untuk pelayanan wilayah perkotaan dengan sistem terpisah menggunakan PLTD yang telah ada saat ini, namun untuk memenuhi kebutuhan ke depan perlu adanya peningkatan kapasitas secara bertahap sesuai permintaan dan atau dapat memanfaatkan secara efektif sistem interkoneksi Sumatera Barat - Riau. Sumber pembangkit listrik dengan sistem interkoneksi tersebut berasal dari 3 (tiga) pembangkit, yaitu :

 Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Singkarak dengan kapasitas 4 X 43,5 MW, di Sumatera Barat;

 Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Ombilin dengan kapasitas 2 X 100 MW, di Sumatera Barat;

(23)

Dari arahan RTRW Provinsi Riau 2000 - 2015 menunjukkan sistem interkoneksi yang melayani wilayah Kabupaten Rokan Hilir termasuk ke dalam sistem interkoneksi C wilayah Utara mencakup sebagian Kabupaten Bengkalis, Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hlir. Sistem ini merupakan pengebangan baru yang didukung oleh 1 pembangkit, yaitu PLTG Duri. Gardu Induk yang digunakan untuk mendukung sistem ini diperkirakan 2 GI diantaranya dibutuhkan untuk melayani wilayah Kabupaten Rokan Hilir dan sekitarnya. Pengembangan jaringan energi listrik dilakukan melalui :

a. Pembangunan Gardu Induk Baru di Bagansiapiapi;

b. Pembangunan Gardu Induk baru di Sedinginan;

c. Peningkatan kapasitas di Gardu Induk Bagan Batu;

d. Pembangunan Gardu Induk baru di Kubu.

Sedangkan di wilayah non perkotaan yang tidak terjangkau oleh sistem jaringan listrik, diusulkan dengan menggunakan genset/jaringan listrik pedesaan. Perkiraan kebutuhan kapasitas energi listrik di Kabupaten Rokan Hilir hingga tahun2030 sebesar 374.414 KVA. Rencana pengembangan prasarana energi listrik diarahkan, sebagai berikut:

 Meningkatkan pelayanan prasarana energi listrik bertahap, dari sistem jaringan listrik terpisah ke sistem interkoneksi Sumatera Barat - Riau;

 Merealisasikan pembangunan PLTG Duri sebagai sumber energi listrik saat ini di daerah perkotaan dan kegiatan-kegiatan produksi, baik kapasitas terpasang setiap PLTD maupun waktu operasi pelayanannya agar dapat berlangsung selama 24 jam;  Meningkatkan pelayanan dan kapasitas terpasang sumber pembangkit dan jaringan

listrik pedesaan. Khusus untuk wilayah pedesaan yang menggunakan genset, diharapkan pelayanannya dapat berlangsung selama 12 jam, dan perlu ditingkatkan kapasitasnya secara bertahap, agar mampu beroperasi selama 24 jam (non-stop).

D. RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN PRASARANA TELEKOMUNIKASI

Telekomunikasi merupakan prasarana perhubungan untuk mengatasi permasalahan jarak dan waktu tempuh. Telekomunikasi ini pada saat tertentu dapat membentuk interaksi yang sangat efisien khususnya yang berlangsung pada aktivitas permukiman, pelabuhan, perkantoran dan industri pengolahan serta perdagangan dan jasa.

Prasarana telekomunikasi di wilayah Kabupaten Rokan Hilir masih terbatas di kota-kota kecamatan. Guna mendukung pengembangan di wilayah Kabupaten Rokan Hilir, di masa yang akan datang maka pelayanan prasarana telekomunikasi ini masih memerlukan perluasan dengan mengembangkan jaringan telekomunikasi baru terutama untuk kawasan sentra produksi yang terus berkembang, kegiatan industri pengolahan, kegiatan permukiman yang terus meningkat, perdagangan dan jasa, serta kegiatan pelabuhan. Penggunaan terbesar prasarana telekomunikasi di Kabupaten Rokan Hilir saat ini, berada di Kecamatan Tanah Putih, Kecamatan Rimba Melintang (berdasarkan data Rokan Hilir Dalam Angka Tahun 1999). Di Kabupaten Rokan Hilir saat ini telah masuk jaringan telepon, dengan kapasitas keseluruhan pada tahun 1997 mencapai 2.512 SST, kemudian meningkat menjadi 3.030 SST pada tahun 1999. Penggunaan saluran telepon yang signifikan, terdapat di Kecamatan Tanah Putih dan Kecamatan Rimba Melintang, sedangkan kecamatan-kecamatan lainnya data belum tercatat. Berdasarkan data tersebut, dapat diperkirakan tingkat kebutuhan masyarakat Kabupaten Rokan Hilir terhadap penggunaan telepon relatif masih rendah, sehingga jumlah sambungan yang ada masih memadai untuk melayani kebutuhan masyarakat dan kegiatan perekonomian yang dikembangkan.

Kebutuhan terhadap sistem jaringan telepon juga didasarkan pada hasil proyeksi penduduk yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungan kebutuhan jaringan telepon ini juga dilakukan secara agregat dalam skala kabupaten. Rencana pengembangan pelayanan sambungan telepon adalah 1 SST (Satuan Sambungan Telepon) per – 25 penduduk, untuk fasilitas umum adalah 3% dari kebutuhan Rumah Tangga, sedangkan jaringan telepon umum adalah 1 per 2.500 penduduk. Lebih jelasnya kebutuhan telepon di Kabupaten Rokan Hilir hingga tahun 2030 dapat dilihat pada Tabel 3-7 Proyeksi kebutuhan Jaringan Telekomunikasi. Selain jaringan telepon kabel, peningkatan yang sangat besar terhadap

(24)

penggunaan telepon selular berpengaruh terhadap berdirinya menara telekomunikasi/Base Transceiver Station (BTS). Pertumbuhan BTS ini sangat pesat dan tidak menutup kemungkinan dimasa yang akan datang kehadirannya akan semakin mengganggu keindahan kota. Untuk itu harus ada pengaturan mengenai pendirian BTS.

E. SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Pengelolaan persampahan kawasan Kabupaten Rokan Hilir dilakukan berdasarkan kebijakan dan strategi meliputi:

1. Pengurangan timbulan sampah semaksimal mungkin dari sumbernya, melalui:

a. meningkatkan pemahaman masyarakat tentang 3 R, yaitu reuse, reduce, dan

recycle dengan fasilitasi pengembangan serta pembentukan forum koordinasi

interdepartemen untuk penerapan 3 R di permukiman; b. mendorong koordinasi lintas sector.

2. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha atau swasta sebagai mitra pengelolaan, melalui:

a. meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan persampahan sejak dini

melalui pendidikan di sekolah;

b. menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada

masyarakat umum;

c. mendorong peningkatan pengelolaan berbasis masyarakat;

d. mengembangkan system insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia

usaha/swasta.

3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan, melalui:

a. Optimalisasi prasarana/sarana persampahan Kabuapaten Rokan Hilir;

b. Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan berkeadilan;

c. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan;

d. melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan;

e. meningkatkan TPA regional.

4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan, melalui:

a. Meningkatkan status, kapasitas, dan kineja institusi pengelola;

b. Meningkatkan kelengkapan produk hokum pengelolaan persampahan;

c. Mendorong implementasi/penerapan hokum bidang persampahan.

5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan:

Sistem pengelolaan persampahan dikembangkan secara terpadu untuk melayani wilayah Kabupaten Rokan Hilir diselenggarakan untuk meminimalkan volume sampah, memanfaatkan kembali sampah, mendaur ulang, dan mengolah sampah sesuai dengan ketentuan kriteria teknis dan/atau peraturan perundang-undangan melalui kerja sama antar daerah dengan mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha. Sistem pengelolaan sampah dikembangkan dengan pola (sanitary landfill) pada masing-masing TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang terletak di Kecamatan Bangko dan Kecamatan Bagan Sinembah.

F. SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH

Limbah merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan.

Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah. Air limbah harus dikelola untuk

(25)

mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ; 1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air

dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah;

2. Tidak mengotori permukaan tanah;

3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah;

4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain;

5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu;

6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.

Pengelolaan air limbah di Kabupaten Rokan Hilir merupakan penanganan limbah yang terdiri dari:

1. pelayanan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat (off-site) berupa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT); dan

2. pelayanan pengelolaan air limbah dengan sistem setempat (on-site) di setiap perkotaan dan perdesaan berupa jamban pribadi dan fasilitas umum.

G. SISTEM PENGELOLAAN DRAINASE

Pengelolaan drainase merupakan pengelolaan saluran untuk mengendalikan limpasan air hujan yang berlebihan, menurunkan tinggi permukaan air, dan menciptakan lingkungan yang bersih dan teratur. Sistem jaringan drainase di wilayah perkotaan di Kabupaten Rokan Hilir menggunaan drainase alami (Natural Drainage) yang terbentuk secara alami seperti seperti sungai dan drainase buatan (Artificial Drainage) yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya. Sistem jaringan

drainase di Kabupaten Rokan hilir menurut letak bangunan merupakan drainase permukaan tanah (Surface Drainage) yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan dengan analisa aliran pada saluran terbuka (open

channel flow) dan berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik secara

bercampur maupun bergantian, seperti air buangan rumah tangga. Untuk konstruksi saluran merupakan saluran terbuka, dengan fungsi mengalirkan aliran air hujan ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan dan tidak mengganggu lingkungan.

H. SISTEM PRASARANA AIR MINUM

Instalasi pengolahan air berada di Kepenghuluan Jumrah Kecamatan Rimba Melintang dan Melayu Besar Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan, pemanfaatan Sungai Rokan sebagai sumber air baku. Sistem prasarana air minum didistribusikan menggunakan sistem perpipaan dan sistem non-perpipaan:

1. pengembangan pendistribusian air minum dengan sistem perpipaan dikembangkan pada kawasan yang lokasinya tidak jauh dari sumber air baku, yaitu Kecamatan Rimba Melintang, Kecamatan Batu Hampar, Kecamatan Bangko, dan Kecamatan Sinaboi;

2. peningkatan pendistribusian air minum dengan sistem non perpipaan dialokasikan pada kawasan yang jauh dari sumber air baku menggunakan sumur dangkal, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, dan bangunan perlindungan mata air.

I. JALUR EVAKUASI BENCANA

Kabupaten Rokan Hilir memiliki kawasan rawan bencana meliputi bencana kebakaran lahan, banjir dan longsor. Pengembangan jalur dan ruang evakuasi meliputi:

(26)

b. Jalur evakuasi bencana banjir meliputi: 1. Jalan desa di Rantau Bais;

2. Jalan desa di Siarang-arang; 3. Jalan desa di Air Hitam.

c. Jalur evakuasi bencana abrasi di dataran tinggi Desa Karya Mukti, Pasir Limau Kapas.

2.1.2

Rencana Pola Ruang

Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rokan Hilir adalah rencana distribusi peruntukkan ruang yang meliputi peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan budidaya. Dalam merencanakan pola ruang wilayah Kabupaten Rokan Hilir mengacu kepada arahan dari Rencana Pola Ruang Wilayah yang telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi Riau, dan mengembangkannya secara lebih rinci sesuai kondisi dan permasalahan di Kabupaten Rokan Hilir, dengan mempertimbangkan berbagai sektor pengembangan wilayah dan integrasi wilayah kawasannya.

A. RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG

Rencana Kawasan Lindung adalah pengaturan distribusi peruntukkan lahan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup untuk menjaga keberadaan kawasan lindung di wilayah Kabupaten Rokan Hilir dalam kerangka menjaga keberlanjutan pembangunan dalam jangka panjang.

Berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN Pasal 52 - 62, distribusi kawasan lindung adalah :

a. Kawasan Hutan Lindung

 Hutan lindung

b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap daerah bawahannya

 Kawasan bergambut

 Kawasan resapan air

c. Kawasan Perlindungan Setempat

 Sempadan pantai

 Sempadan sungai

 Kawasan sekitar danau/waduk

 Ruang terbuka hijau kota

d. Suaka Alam & Cagar Budaya

 Kawasan suaka alam

 Kawasan pelestarian alam

 Kawasan pantai berhutan bakau

 Kawasan cagar budaya & ilmu pengetahuan

 Kawasan pulau-pulau kecil

e. Kawasan Rawan Bencana Alam

 Kawasan kebakaran hutan dan lahan

 Kawasan rawan banjir

f. Kawasan Lindung Geologi / Kawasan rawan abrasi

KAWASAN HUTAN LINDUNG

Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Secara fisik kawasan kriteria hutan lindung dengan tingkat keanekaragaman hayati sesuai dengan RTRW Provinsi Riau 2008 - 2027. Kawasan hutan lindung dialokasikan seluas 605 Ha (4,70%) dengan fungsi

Referensi

Dokumen terkait

saja yang masih bertahan. Ada pula yang mencoba meningkatkan outlet mereka dengan cara lebih mengembangkan produk-produk batik yang mereka jual. Pemilihan lokasi

Bahan ajar yang ditawarkan seyogyanya untuk saat sekarang sudah harus disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja yang tentunya dengan tidak melupakan nilai-nilai

Jika informasi mengenai peraturan lainnya yang berlaku belum tersedia di bagian lain dalam lembaran data keselamatan bahan ini, maka hal ini akan dijelaskan dalam bagian ini.

a) Menunjang pelaksanaan Fungsi Teritorial dalam upaya membangun kesadaran pertahanan aspek darat. b) Mengurangi timbulnya sikap mental aparat kewilayahan

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) untuk mengetahui perbandingan hasil belajar antara metode mind mapping berbasis CTL dengan metode ceramah (2) untuk

Kebangkrutan dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai suatu keadaan atau situasi dalam hal ini perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-

Royal Olive Body Scrub Body scrub yang mengangkat sel-sel kulit mati dengan ekstrak minyak zaitun murni yang membersihkan, menyegarkan, dan menjadikan kulit lembut.. | 200 ml

Motivasi pada karyawan KPRI “Perta- guma” Kota Madiun adalah baik. Hal ini juga dapat terlihat pada keadaan di koperasi me- ngenai motivasi yang timbul dari dalam diri individu