• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami persaingan yang ketat. Untuk dapat mempertahankan dalam persaingan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mengalami persaingan yang ketat. Untuk dapat mempertahankan dalam persaingan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini persaingan dalam usaha pemberian jasa semakin berkembang dengan pesat dan tidak dipungkiri bahwa persaingan usaha jasa akuntan publik juga mengalami persaingan yang ketat. Untuk dapat mempertahankan dalam persaingan yang ketat ini Kantor Akuntan Publik (KAP) harus dapat menghimpun klien sebanyak mungkin tetapi harus bisa mempertahankan kualitas kerjanya. Selain dapat menghimpun klien yang banyak KAP tersebut dapat dipercaya oleh masyarakat sekitarnya berdasarkan kinerja dan kualitas pada KAP itu sendiri.

KAP harus bisa menyediakan berbagai informasi secara akurat yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Financial Accounting Standard Board (FASB) memberikan dua karakteristik penting yang harus dimiliki oleh laporan keuangan agar bermanfaat dan berguna bagi pemakai informasi tersebut. Reliabel (dapat diandalkan) dan relevance (relevan) adalah dua hal penting yang seharusnya mampu dimiliki oleh laporan keuangan yang dihasilkan oleh suatu entitas (Singgih dan Bawono, 2010). Untuk mengukur tingkat karakteristik reliabel (dapat diandalkan) dan relevance (relevan) untuk suatu laporan keuangan sulit dilakukan. Hal ini dikarenakan adanya benturan kepentingan yang terjadi diantara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) (Nandari, 2015).

(2)

2

Laporan keuangan yang di audit oleh auditor pada suatu KAP akan menghasilkan opini audit yang nantinya digunakan sebagai acuan oleh manajemen perusahaan. Menurut Chow dan Rice yang dikutip oleh Kawijaya dan Juniarti (2002), manajemen perusahaan berusaha menghindari opini wajar dengan pengecualian karena bisa mempengaruhi harga pasar saham perusahaan dan kompensasi yang diperoleh manajer dengan demikian laporan keuangan yang disajikan secara akurat diharapkan mampu menghasilkan opini audit yang baik, sehingga berpengaruh terhadap harga saham perusahaan

Laporan keuangan yang diaudit adalah hasil proses negosiasi antara auditor dengan klien (Antle dan Nalebuff, 1991) dalam (Ng dan Tan, 2003). Disinilah auditor berada dalam situasi yang dilematis, di satu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, namun di sisi lain auditor juga harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien yang membayar fee atas jasanya agar kliennya puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasanya di waktu yang akan datang. Posisi inilah yang menempatkan auditor pada situasi yang dilematis sehingga dapat mempengaruhi kualitas auditnya. Untuk meningkatkan mutu dan kualitas audit maka seorang auditor harus bisa menghindari terjadinya salah saji material.

Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk memastikan pengguna bahwa laporan keuangan bebas dari bahan salah saji, nilai audit tergantung dari persepsi pihak-pihak yang berkepentingan yang dinilai dari probabilitas bahwa auditor akan

(3)

3

menemukan pelanggaran atau kesalahan dalam sistem pelaporan dan pada probabilitas bahwa auditor akan melaporkan pelanggaran yang ditemukan (Al-Khaddash, et al., 2013). Adanya skandal laporan keuangan yang melibatkan perusahaan dan auditor seperti pada perusahaan Bank Lippo dan Kimia Farma (Sekar, 2003) dalam (Pratama, 2015). Pada kasus Kimia Farma telah terjadi Markup atas laba tahun 2001 yang ditulis Rp.132 miliyar namun yang sebenarnya Rp.99,954 miliyar. Pada Bank Lippo terjadi pembukuan ganda pada tahun 2002. Pada tahun tersebut Bapepam menemukan adanya tiga versi laporan keuangan. Pertama, yang diberikan kepada publik atau di iklankan melalui media massa pada 28 November 2002. Kedua, laporan ke BEJ pada 27 Desember 2002, dan ketiga, laporan yang disampaikan akuntan publik, dalam hal ini kantor akuntan publik Prasetio, Sarwoko dan Sandjaja dengan auditor Ruchjat Kosasih dan disampaikan kepada manajemen Bank Lippo pada 6 Januari 2003 (Manullang,2010).

Berdasarkan skandal laporan keuangan yang terjadi memberikan pertanyaan yang mendasar terhadap peranan akuntan publik tersebut adalah apakah hasil dari audit tersebut berkualitas atau tidak. Melihat dari pengertian audit menurut A Statement of Basic Auditing Concepts (ASOBAC) “systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions”. Hidayat (2010) menyatakan bahwa dengan adanya standar audit maka kualitas audit dapat diukur secara jelas dikarenakan adanya standar yang berlaku.

Menurut Ussahawanitchakit (2008:) kualitas audit merupakan nilai yang signifikan bagi para investor di pasar modal karena investor sering menggunakan

(4)

4

laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor sebagai dasar untuk membuat keputusan investasi. Sebuah alternatif pendekatan yang rasional sehubungan dengan perilaku penurunan kualitas audit adalah hubungan pekerjaan yang dilakukan pada kondisi risiko rendah pada saat penugasan audit (Simanjuntak, 2008). Dalam hubungannya dengan pekerjaan auditor, risiko terbesar dalam mewujudkan penurunan kualitas audit akan menghasilkan kelalaian dalam kesalahan yang dilakukan oleh sebuah review akan menghasilkan kegagalan audit.

Risiko kesalahan merupakan kesalahan auditor dalam menentukan tingkat risiko auditnya, yaitu risiko deteksi, risiko pengendalian dan risiko bawaan. Ben Zur dan Breznitz (1981), menemukan bahwa auditor akan memilih risiko rendah pada tekanan anggaran waktu tinggi dan tidak menggunakan penurunan kualitas audit dalam risiko tinggi. Svenson dan Edland (1987), menemukan bahwa dalam tekanan waktu, auditor memberikan pertimbangan lebih besar kepada atribut yang paling penting dalam pembuatan keputusan, sehingga dalam tekanan anggaran waktu auditor akan mempertimbangkan risiko kesalahan dalam memutuskan apakah menggunakan perilaku penurunan kualitas audit atau tidak

Agoes (2004) mengemukakan risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor, tanpa disadari tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Konsep keseluruhan mengenai risiko audit merupakan kebalikan dari konsep keyakinan yang memadai. Semakin tinggi tingkat kepastian yang ingin diperoleh auditor dalam menyatakan pendapat yang benar, semakin rendah risiko audit yang akan diterima.

(5)

5

Jika 99% kepastian diinginkan, maka risiko audit adalah 1%, sementara pada tingkat kepastian sebesar 95% dianggap memuaskan, maka risiko audit adalah 5%. Hal yang terpenting saat auditor mempertimbangkan tingkat yang tepat untuk risiko deteksi ketika merencanakanprosedur audit untuk mengaudit suatu arsersi (Boynton, 2003). Untuk tingkat risiko audit tertentu terdapat hubungan terbalik antara tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang dinilai atas suatu asersi dan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor untuk asersi tersebut. Oleh sebab itu semakin rendah penilaian risiko bawaan dan risiko pengendalian, semakin tinggi tingkat yang dapat diterima untuk risiko deteksi.

Auditor perlu mempertimbangkan risiko audit untuk menentukan sifat atau jenis, saat, dan luas prosedur audit. Auditor juga perlu mempertimbangkan risiko audit dalam melakukan evaluasi atas temuan yang diperoleh melalui penerapan prosedur audit tersebut. Penelitaan yang dilakukan Simanjuntak (2008) dan Manulang (2010) menyatakan semakin rendah tingkat risiko kesalahan dalam melaksanakan tugas akan menyebabkan semakin tingginya tingkat penurunan kualitas audit. Indra (2015) menyebutkan risiko kesalahan bepengaruh negatif terhadap kualitas audit.Salah satu fakor yang mempengaruhi kualitas adalah akuntabilitas. Akuntabilitas adalah suatu dorongan atas perilaku yang dimiliki seseorang untuk dapat menyelesaikan kewajiban yang dipertanggungjawabkanya kepada lingkungan (Diani & Ria, 2007).

Hartanti (2011) menyatakan bahwa seseorang dengan akuntabilitas tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh supervisor/ manajer/pimpinan dibandingkan dengan seseorang yang

(6)

6

memiliki akuntabilitas rendah. Diani & Ria (2007) kualitas dari hasil pekerjaan auditor dapat dipengaruhi oleh adanya rasa kebertanggungjawaban yang dimiliki auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit.

Untuk melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional setiap auditor harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Di samping komitmen organisasional, adanya orientasi profesional yang mendasari timbulkan komitmen profesional nampaknya juga akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Para profesional merasa lebih mengasosiasikan diri mereka dengan organisasi profesi mereka dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan mereka juga lebih ingin mentaati norma, aturan dan kode etik profesi dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi (Trisnaningsih, 2004).

Standar umum mengatakan auditor independen harus melaksanakan tugasnya dengan cermat dan seksama. Kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap petugas audit yang bekerja pada suatu kantor akuntan publik. Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaannya itu. Jadi kecermatan dan keseksamaan merupakan tanggungjawab setiap auditor. Tanggungjawab yang harus dimiliki auditor,yaitu : Tanggungjawab kepada klien dan tanggungjawab rekan seprofesi.

Hasil penelitian yang dilakukan (Ratna 2015) yang menyatakan akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik Bali. Selain itu (Singgih &Bawono, 2010) dan Saripudin (2012) mengemukakan bahwa

(7)

7

akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Febriyanti, 2014) yang menjelaskan bahwa akuntabilitas berpengaruh negatif terhadap kualitas audit, Arisanti dkk (2012) dan Nandari (2015) mengemukakan hasil penelitian yang sama yaitu akuntabilitas berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.

Seorang auditor harus memiliki tanggungjawab terhadap laporan keuangan yang di audit serta seorang auditor juga harus memiliki sikap cermat dan berhati-hati terhadap bukti-bukti audit yang auditor terima dari laporan keuangan perusahaan. Penting bagi auditor untuk mengimplementasikan due professional care dalam pekerjaan auditnya. Hal ini dikarenakan standard of care untuk auditor berpindah target yaitu berdasarkan kekerasan konsekuensi dari kegagalan audit. Kualitas audit yang tinggi tidak menjamin dapat melindungi auditor dari kewajiban hukum saat konsekuensi dari kegagalan audit adalah keras (Kadous, 2000). Sesuai dengan SA Seksi 203 PSA No 04 tahun 2011 menyatakan pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif menuntut auditor mempertimbangkan kompetensi dan kecukupan bukti tersebut. Oleh karena bukti dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, skeptisme professional harus digunakan selama proses audit.

Seorang auditor harus selalu menggunakan kecermatan profesionalnya dalam penugasan dengan mewaspadai kemungkinan adanya kecurangan, kesalahan yang disengaja, kesalahan / error, kelalaian, ketidakefektifan, dan konflik kepentingan serta kondisi-kondisi dan kegiatan lain dimana penyimpangan sangat mungkin terjadi agar dapat meminimalisir terjadinya salah saji material laporan keuangan yang

(8)

8

disampaikan pihak manajemen kepada yang berkepentingan, berdasarkan hal tersebut due professional care dikatakan berpengaruh positif terhadap kualitas audit (Ratna,2015). Pernyataan tersebut juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Febriyanti, 2014) dan (Wiratama, 2015) menyatakan bahwa adanya pengaruh positif antara due professional care dengan kualitas audit. Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Saripudin (2012) dan Zawitri (2009) yang menyatakan bahwa due professional care berpenagruh negarif terhadap kualitas audit serta Badjuri (2011) mengemukakan due professional care tidak mempengaruhi peningkatan kualitas audit yang dihasilkan.

Kane dan Velury (2005) mendefinisikan kualitas audit sebagai tingkat kemampuan kantor akuntan dalam memahami bisnis klien.sedangkan Sutton (1993) menjelaskan kualitas audit merupakan gabungan dari dua dimensi, yaitu dimensi proses dan dimensi hasil. Dimensi proses adalah bagaimana pekerjaan audit dilaksanakan oleh auditor dengan ketaatannya pada standar yang ditetapkan. Dimensi hasil adalah bagaimana keyakinan yang meningkat yang diperoleh dari laporan audit oleh pengguna laporan keuangan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit suatu hal harus diperhatikan agar hasil kerja auditor dapat memberikan hasil yang baik. Tanpa adanya kualitas audit maka pekerjaan auditor kurang memberikan hasil yang optimal.

Pramono (2003) mengemukakan audit yang berkualitas hanya dapat dihasilkan oleh suatu proses audit yang sudah ditetapkan standarnya. Hal senada juga di definisikan oleh Government Accountability Office (GAO) yang mendefinisikan

(9)

9

kualitas audit sebagai ketaatan terhadap standar profesi dan ikatan kontrak selama melaksanakan audit (Lowenshon, 2005). Alderman, dkk. (1982) menyatakan bahwa fenomena perilaku pengurangan kualitas audit semakin banyak terjadi di dalam suatu proses audit.

Berdasarkan latar belakang tersebut telah memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian yang terkait dengan risiko kesalahan, akuntabilitas, due professional care dan kualitas audit. Penelitian ini merupakan adopsi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Febriyanti (2014) yang di mana peneliti mengadopsi dua variabel independen yaitu, akuntabilitas dan due professional care serta variabel dependen yaitu, kualitas audit. Perbedaan panelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu, dengan menambahkan variabel risiko kesalahan dalam variabel independen serta tempat dan tahun penelitian.

Peneliti menggunakan variabel risiko kesalahan, akuntabilitas dan due professional care sebagai variabel independen karena variabel tersebut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Risiko Kesalahan, Akuntabilitas dan Due Professional Care terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali.”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

(10)

10

1) Bagaimana pengaruh risiko kesalahan terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali ?

2) Bagaimana pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali ?

3) Bagaimana pengaruh due professional care terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan di Publik di Bali ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah.

1) Untuk menguji secara empiris pengaruh risiko kesalahan terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali

2) Untuk menguji secara empiris pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali

3) Untuk mengujii secara empiris pengaruh due professional care terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Provnsi Bali

1.4 Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah. 1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluasan pengetahuan dan wawasan, menambah referensi dan informasi bagi mahasiswa serta dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang mengadakan penelitian dalam ruang lingkup yang sama serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan bacaan di perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

(11)

11 2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik atau pun pihak terkait untuk lebih memahami tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit sedangkan untuk masyarakat diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada akuntan publik dalam melakukan audit dalam laporan keuangan.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini tersusun menjadi lima (5) bab yang mana antara bab satu dengan bab lainnya memiliki keterkaitan. Gambaran dari masing-masing bab adalah sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjabarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menjabarkan teori-teori penunjang atau pendukung terhadap masalah yang diangkat dalam skripsi ini, pembahasan mengenai hasil sebelumnya serta hipotesis penelitian

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjabarkan desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data,

(12)

12

pengujian instrumen penelitian serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menjabarkan data penelitian, karakteristik penelitian, hasil pengujian instrumen penelitian dan pembahasan hasil dalam penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menjabarkan simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan penelitian ini beserta saran-saran yang dianggap perlu bagi para peneliti selanjutnya dan organisasi Kantor Akuntan Publik pada khususnya.

Referensi

Dokumen terkait

(penggalangan dana), Lending (pembiayaan) dan pembukuan. BPRS BINAMA didukung dengan sistem komputerisasi baik dalam sistem akuntansi, penyimpanan dan penyaluran

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Sebagai solusinya perlu dilakukan konservasi pada aliran Sungai Senjoyo, yaitu dengan membangun ground sill. Ground sill merupakan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan

Berdasarkan alasan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bidang pengendalian penagihan piutang yang dilaksanakan manajemen perusahaan dan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan hanya untuk Allah SWT yang telah meridhoi dan memberikan petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang

a) Percaya akan kompetensi/ kemampuan diri. b) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis, demi diterima oleh orang lain atau kelompok. c) Berani menerima

Mekanisme dasar peningkatan risiko kardiometabolik pada SOPK masih belum jelas, walaupun resistensi insulin merupakan suatu kandidat, penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan

Untuk merumuskan formulasi strategi bisnis bagi Hotel Santika Bogor terdapat 3 tahap yang harus dilakukan, yaitu Tahap Input (Input Stage), Tahap Pencocokan (Matching Stage)