111.
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober tahun 2000 selama kurang lebih -
enam bulan, di kawasan hutan Cagar Alarn Serbajadi dan sekitarnya (Kabupaten Aceh Timur) dan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser wilayah Sikundur- Besitang (Kabupaten Langkat) yang diketahui sebagai habitat Gajah Sumatera
(Elephas maximus sumatranur).
Letak
lokasi penelitian dapat dilihat pada lampiran 8.3.2. Bahan dan Alat yang digunakan
Alat yang diperlukan dalam penelitian ini berupa: kompas, hagameter, klinometer, binokuler, Global Position System {GPS), meteran, altimeter, loupe, kamera, tape recorder kecil, dan sasak untuk membuat herbarium.
Sedangkan bahan yang dipakai adalah: peta, talZy sheet, alkohol 70%, kantong piastik, gips footprints), dan tali plastik.
3.3. Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada pengamatan dan pengukuran terhadap karakteristik komunitadtipe-tipe vegetasi yang terdapat pada sebagian wilayah jelajah di dalam habitat gajah di kawasan hutan kabupaten Aceh Timur dan yang berbatasan dengan kabupaten Langkat, dengan asumsi bahwa kedua wilayah studi merupakan satu unit habitat gajah.
Pengamatan terhadap lokasi aktivitas makan (fteeding), istirahat (resting), dan berkubang; serta komponen pendukung kehidupan gajah yang meliputi sumber pakan dan sumber garam-garam mineral (salt licks).
3.4. Metode Penelitian
3.4.1. Teknik Pengumpulan Data
a.
Informasi awal tentang lokasi penelitian (data sekunder) diperoleh dari peta-
topografi
dan
peta penutupan lahan yang diperoleh dari Bakosurtanal dan Departemen Kehutanan/Perkebunan. Sedangkan informasi tentang keberadaan kelompok populasi gajah di lokasi penelitian diperoleh dari masyarakat.Berdasarkan infomasi- infomasi di atas kemudian dibuat overlaynya, untuk menentukan titik-titik pengambilan sample di lapangan. Data primer yang diambil melalui pengarnatan langsung di lapangan (observasi) meliputi: topografr/kelerengan , letak dari permukaan laut; posisi geografis, dan sumber air. Selain itu perlu pula diketahui sejarah perkembangan hutan setempat,
termasuk adanya deforestasi dan afforestasi.
b. Data tentang vegetasi diperoleh melalui pengamatan lapangan dengan melakukan pengamatan dan pengukuranlanalisis vegetasi terhadap beberapa komunitas/tipe vegetasi yang merupakan komponen habitat gajah untuk mengetahui struktur
dan komposisi vegetasi.
c. Data tentang sumber pakan dan sumber gararn-garam mineral (salt licks)
di peroleh dengan meli hat tanda-t.nda/bekas dan sisa pakan, jejak kaki maupun kotoradtinja yang terdapat di lokasi tersebut.
d. Data tentang karakteristik lokasi aktivitas : makan (feeding), istirahat (restzng),
berkubang diperoleh dengan pengamatan terkonsentrasi pada tempat-tempat yang dipastikan merupakan lokasi dimaksud, dengan melihat tandaljejak yang ditinggalkan.
3.4.2. Prosedur Penelitian a. Penentuan Lokasi Studi
Berdasarkan overlay peta dan laporan dan masyarakat / data dari FFI, terpilih - lokasi studi, yaitu:
1. Kecamatan Besitang (Kabupaten Langkat) tepatnya di Aras Napal (lokasi I, 11, dan III), Lubuk Jelutung (lokasi IV) , dan hutan yang terletak di cabang Sungai Besitang
-
Sungai Sei Badak (lokasi V).2. Kecamatan Serbajadi (Kabupaten Aceh Timur) tepatnya di Alur Kumbar (lokasi VI) adalah sebagian wilayah Cagar Alam Serbajadi dan lokasi VII adalah hutan yang terletak di sebelah utara Sungai Serbajadi dan berseberangan dengan Desa Ranto Panjang. Dua lokasi lainnya masih termasuk dalam kecamatan Serbajadi, yaitu kawasan hutan sekitar Alur Keriang (lokasi VIII dan
IX).
Semua lokasi studi yang terpilih merupakan hutan yang termasuk dalam Ekosistem Leuser. Peta penyebaran lokasi studi dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10.
b. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan pada tiap tipe vegetasi yang terdapat di habitat alami, dengan membuat petak pengamatan yang diharapkan dapat mewakili masing- masing tipe vegetasi yang ada. Untuk mengetahui komposisi dan struktur vegetasi digunakan metode garis berpetak (Kusmana, 1997) yang cara ke rjanya sebagai beri kut:
i . Menentukan garis transek dengan arah tegak lurus garis kontur. . .
11. Membuat petak-petak pengamatan yang berukuran 2m
x
2m (A) untuk20m x 20m @) untuk pengamatan pohon. Petak pengamatan dibuat kontinu
(tanpa jarak antar petak) sampai memenuhi luas minimum sesuai kurva spesies
area (gambar 2). -
...
in. Pada setiap petak dihitung jumlah individu setiap jenis (petak A dan B),
sedangkan untuk petak C dan D, selain dihitung jumlah tiap jenis juga diukur keliling/diameter serta tinggi pohon.
iv. Penentuan garis transek dilakukan denganpurposive sampling untuk setiap tipe
vegetasi
v. Dari hasil pengukuran akan dihitung kerapatan, kerapatan relatif, dominansi, dominansi relatif, fiekuensi, frekuensi relatif dan indeks nilai penting. Selain itu
data dari analisis vegetasi dapat juga dipakai untuk menghitung indeks
keanekaragaman jenis dan indeks kesamaan komunitas.
Gambar 2. Metode Garis Berpetak.
Keterangan :
A = petak 2m x 2m 3 untuk pengamatan seedling
B = petak 5m x 5m
+
untuk pengamatan sqling (pancang)C = petak lorn x 10m
+
untuk pengamatanpoles (tiang) D = petak 20m x 20m+
untuk pengamatan pohonc. Sumber Pakan
Pengamatan terhadap turnbuhan surnber pakan dilakukan bersamaan dengan analisis vegetasi, dengan mencatat jenis serta bagian yang dimakan, keanekaragaman jenis dan kelimpahannya, serta memetakan penyebarannya.
d. Sumber Garam-garam Mineral (Sdt Licks)
Untuk mengetahui penyebaran sumber garam-garam mineral (salt lich) dilakukan dengan penggabungan dua metode, yaitu mengurnpulkan informasi
dari
-masyarakatclan
observasi dengan membuat transek pada lokasi-lokasi yang diasumsikan banyak rnengandung garam-garam mineral. Lokasi-lokasi dimaksud adalah: tebing-tebing sungai dan lantai hutan yang terletak di lereng-lereng bukit. Transek dibuat mengikuti aliran sungai dan searah dengan garis kontur. Peletakan garis transek dibuat secara purposive sampling.e.
Pengamatan TerkonsentrasiMetode ini dipakai untuk mengumpulkan data tentang lokasi yang digunakan oleh gajah dalam aktivitas makan, istirahat dan berkubang. Pengamatan diawali dengan menentukan lokasi yang dimaksud berdasarkan tanddjejak yang ditinggalkan, kemudian dibuat satu petak contoh pengamatan untuk masing-masing lokasi aktivitas di setiap tipe vegetasi.
Untuk lokasi makan dan istirahat dibuat petak contoh pengamatan profil vegetasi yang berbentuk jalur dengan arah tegak lurus kontur, berukuran panjang 60 meter dan lebar 10 meter. Selanjutnya pada setiap petak contoh dilakukan pengukuran terhadap diameter pohon, tinggi pohon bebas cabang, tinggi total, dan proyeksi tajuknya. Langkah berikutnya adalah membuat diagram profil vegetasi.
Untuk lokasi berkubang pengamatan dilakukan terhadap: ukuran kubangan, sifat fisik tanah, pH tanah (din bila mungkin kandungan mineral yang ada), sifat fisik air, temperatur air serta faktor lingkungan biotiknya.
. .
f. Parameter yang Diukur
Data yang diambil dalarn analisis vegetasi adalah jumlah jenis yang terdapat
dalam
tiap ukuran petak mulai tingkat semai (petak A) hingga tingkat pohon (petak D).Dalam analisis terhadap tipe vegetasi untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi, parameter yang diukur adalah dominansi , kerapatan, frekuensi jenis,
dan keanekaragaman jenis yang ada pada petak contoh.
Parameter yang diukur untuk membandingkan beberapa tipe vegetasi adalah dengan indeks kesamaan komunitas.
Untuk menganalisis mineral yang terkandung pada salt licks parameter yang diukur adalah pH tanah, Pospor (P), Natrium (Na), Magnesium (Mg), dan Kalsium (Ca).
3.4.3. Metode Analisis Data
a. Penentuan Luas Minimum Petak Contoh
Dari data jumlah jenis vegetasi yang didapatkan pada masing-masing tipe vegetasi, akhirnya dapat dibuat prakiraan luas petak minimum berdasarkan:
i. Membuat kurva lengkung spesies area berdasarkan data yang diperoleh.
ii. Menentukan angka 10% dari jumlah jenis yang tercatat dan 10% dari ukuran petak terluas.
iii. Membuat garis (misal P) yang melalui titik pusat (0,0) dan titik dengan koordinat (10% jumlah jenis , 10% luas petak).
iv. Membuat garis lain (misal Q) yang sejajar dengan garis P dan menyinggung garis lengkung kurva.
v.
Titik singgung antara garis Q dengan kurva (misal titikL)
diproyeksikan ke sumbu X, dan titik proyeksinyaL'.
Titik L' akan menunjukkan ukuran luas petakminimum &lam kurva spesies area (Gambar 3).
Y
jnmlah jenis (N)
Gambar 3. Kurva Spesies Area.
b. Analisis Vegetasi
Untuk kegiatan ini diperlukan 3 parameter kuantitatif, yaitu: kerapatan, dominansi dan frekuensi. Total dari nilai relatif dari ketiga parameter tersebut disebut
Indeks Nilai Penting (Soerianegara dan Indrawan, 1980) Jumlah individu suatu spesies Kerapatan =
-
---
-
----
Luas petak contoh
Kerapatan suatu spesies
Kerapatan Relatif (KR) =
---
---
---
---
---
X 100Kerapatan seluruh spesies Luas bidang dasar suatu spesies
Dominansi suatu spesies =
---.---
Dominansi suatu spesies
Dominansi Relatif (DR) =
---
X 100Dominansi seluruh spesies Jumlah petak ditemukannya suatu spesies
Frekuensi =
---
----
-
Jumlah seluruh petak
Frekuensi suatu spesies
Frekuensi Relatif (FR) =
...
x
100Frekuensi seluruh spesies
Indeks Nilai Penting
(INP)
:-
Semai dan Pancang3
INP=KR+FR-
Tiang dan Pohon3
INP=KR+FR+DRc. Pemetaan terhadap tipe-tipe vegetasi, penyebaran tumbuhan sumber pakan dan
garam-garam mineral (salt lich) diiakukan di atas peta hasil overlay antara peta topografi (1977) dan peta vegetasilpenutupan lahan (berdasarkan Citra Landsat 'I'M
130157 tahun 1996 dan Citra Landsat MSS 129/57 tahun 1990). Posisi geografis diketahui dengan menggunakan Global Position System (GPS).
d. Kekayaan spesies (Species Richness)
S - 1
Indeks Margalef (1 958) :
R1
=-
JWn)
dimana: R = indeks kekayaan spesies
S = jumlah total spesies dalarn suatu komunitas
n = jumlah total individu yang diamati e. Keanekaragaman Spesies (Species Diversity)
Indeks Shannon- Wienner :
S
H =
-
C
(pi) (log2 pi) i=ldimana : H = indeks k e a n e h g a m a n spesies
S = jumlah spesies
pi = proporsi dari jumlah contoh spesies ke i H, = l0&S
dimana : Hmx = keanekaragarnan spesies pada kondisi equatibility maksimum
S = jurnlah spesies di dalam komunitas
d. Indeks Kesamaan Komunitas
Untuk membandingkan dua komunitadtipe vegetasi digunakan data indeks nilai penting jenis di dalam komunitasnya. Nilai kesamaankemiripan komunitas vegetasi menyatakan besarnya kemiripan dari dua tipe vegetasi, yang diperoleh dengan nunus:
dimana : IS = indeks kesamaan komunitas
a = jurnlah nilai penting dari komunitas A b = jumlah nilai penting dari komunitas B
w
= jumlah nilai penting terkecil untuk masing-masing jenis yangsama pada kedua kornunitas yang dibandingkan. e. Ordinasi Komunitas
Ordinasi komunitas adalah merupakan tahapan dari klasifikasi dalam mempelajari struktur komunitas tumbuhan. Menurut Mueller-Dombois & Ellenberg (1974), ordinasi adalah penyusunan satuan-satuan pengamatan suatu komunitas ke dalam
tatanan satu atau multi dimensi sumbu. Dengan menggunakan teknik ordinasi dapat diketahui pola penyebaran jenis satuan komunitas tumbuhan berdasarkan tempat tumbuhnya.
Peubah vegetasi yang dipakai dalam ordinasi ini adalah Indeks Nilai Penting
(INP)
yang diperolehdm
hasil analisis vegetasi. Di sini dibutuhkan dua sumbu (sumbu X dan Y)untuk
menentukan kedudukan masing-masing contoh. Prosedur kerja membuat ordinasi komunitas berturut-turut adalah:-
membuat tabulasi data-
menyusun matrik indeks kemiripandan
ketidakrniripan-
menyusun koordinat titik-titik ke daIarn sumbu X dan Y-
membuat grafik dan deliniasi pengelompokan-
menguji ketepatan atau ketelitian diagram yang ditunjukkan oleh grafik, dengan menunjukkan sejauh mana korelasi (nilai r) antara interval ordinasi dalam grafik dengan nilai ketidakmiripan yang diperoleh antara contoh- contoh yang dibandingkan dan kemudian dikaji dengan uji statistik t student. f. Untuk perbandingan antar komunitas vegetasi terhadap ketersediaan tumbuhan pakan dipakai indeks kekayaan spesies Margalef serta indeks keanekaragaman Shannon- Wienner.g. Analisis Gerombol (Cluster Analysis), digunakan untuk mengetahui pengelompokan dari sumber-sumber garam mineral (salt licks) di semua lokasi pengambilan contoh menurut kandungan mineralnya. Prinsip dari analisis gerombol adalah pengelompokan "N" individu ke dalam
"k"
kelompok (k < N), dimana setiapindividu yang berada dalarn satu kelompok mempunyai sifat-sifat yang relatif sama (serupa) dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Dalarn analisis ini digunakan metode gerombol berhierarkhi dengan jarak Manhattan dan keterpautan rata-rata (average linkage). Metode gerombol berhierarkhi digunakan karena banyaknya gerombol yang diinginkan belum diketahui
(Andenberg, 1973), sedangkan
jarak
Manhattan digunakan karena adanya korelasi antar peubah (Dillon and Goldstein, 1984).h. Identifikasi specimen tumbuhan yang tidak dikenal di lapangan, dilakukan di "Herbarium Bogoriense" Balitbang Botani
-
Puslitbang Biologi LIP1 Bogor.i. Analisis kandungan mineral terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratoriurn