• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SOAL SERUPA TIMSS UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA KONTEN GEOMETRI KELAS VIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN SOAL SERUPA TIMSS UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA KONTEN GEOMETRI KELAS VIII"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SOAL SERUPA TIMSS UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA KONTEN GEOMETRI

KELAS VIII

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

ARI SETIAWAN A 410 120 175

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

ii

(3)

iii KELAS VIII

(4)
(5)

1

PENGEMBANGAN SOAL SERUPATIMSS UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA KONTEN

GEOMETRI KELAS VIII Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengembangkan soal TIMSS pada konten Geometri yang valid dan praktis. Metode penelitian yang digunakan research and develop-ment. Penelitian ini memerlukan dua tahap yaitu preliminary dan tahap formatif evaluation yang meliputi self evaluation, expert reviews, one-to-one, small group, dan field test. Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan walkthrough, dokumen, tes, dan wawancara. Hasil uji coba kemampuan pemecahan pada tahap field test yaitu 6 siswa (24%) tergolong mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang sangat baik, 15 siswa (60%) tergolong mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang baik, 4 siswa (16%) tergolong mempunyai kemampuan pemecahan masalahyang cukup. Hasil tes secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata pemecahan masalah 70.3, termasuk dalam kategori yang baik. Namun dari hasil ini juga dapat dikatakan bahwa soal serupa TIMSS yang dikembangkan dikategorikan kriteria valid dan praktis serta memiliki efek potensial terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Kata Kunci: geometri, kemampuan pemecahan masalah, soal matematika, TIMSS

Abstracts

This study aims to produce about TIMSS field Geometry valid and practical. This research used research and development method. The method used in this research is the development of research methods. This study requires two stages: preliminary and formative stages of evaluation that includes self evaluation, expert reviews, one-to-one, small group, and a field test. Data collection techniques used by walktrough, document, test, and interview. The test results overall of the problem solving skill at the stage of field test issix students (24%) fine, fifthteen students (60%) good, four students (16%) fair.

The test results obtained by the average value of problem solving skill 70.3,

included in the category of good. However, these results can also be said that a similar problem developed TIMSS considered valid and practical criteria and have a potential effect on students' mathematical problem solving skill. Keywords: geometry, problem solving, math, TIMSS

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas tahun 2003)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pemerintah menerapkan Ujian Nasional sebagai instrumen penilaian hasil belajar. Ujian Nasional merupakan instrumen pengukuran kompetensi lulusan dari segi aspek kognitif bagi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan atas. Tujuan diadakannya Ujian Nasional yaitu sebagai alat untuk mengukur mutu pendidikan, baik dengan cara membandingkannya dengan masa lalu maupun dengan negara lain.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional. Pada saat ini, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang membosankan bagi siswa. Hal ini tak terlepas dari bagaimana proses pembelajaran mata pelajaran ini berlangsung. Dalam tingkat nasional, rata-rata nilai untuk mata pelajaran matematika pada tahun 2009/2010, 2010/2011, 2011/2012 secara berturut-turut adalah 7,60; 7,53; 7,3 menurut (Setiadi Hari, dkk ,2012).

Akan tetapi dalam Survei TIMSS, yang dilakukan oleh The International Association for the Evaluation and Educational Achievement (IAE) berkedudukan di Amsterdam, mengambil fokus pada domain isi matematika dan kognitif siswa. Domain isi meliputi Bilangan, Aljabar, Geometri, Data dan Peluang, sedangkan domain kognitif meliputi pengetahuan, penerapan, dan penalaran. Survei yang dilakukan setiap 4 (empat) tahun yang diadakan mulai tahun 1999 tersebut menempatkan Indonesia pada posisi 34 dari 48 negara, tahun 2003 pada posisi 35 dari 46 negara, tahun 2007 pada posisi 36 dari 49 negara, dan pada tahun 2011 pada

(7)

3

posisi 36 dari 40 negara. Untuk siswa kelas VIII terdiri atas tiga domain dengan persentase sebagai berikut: bilangan 30% , aljabar 30%, geometri 20% serta data dan peluang 20%, sedangkan penilaian dimensi kognitif terdiri dari tiga domain dengan persentase sebagai berikut: pengetahuan (knowing) 35%, penerapan (applying) 40%, dan penalaran (reasoning) 25%. Pengembangan soal TIMSS sesuai dengan karakteristik soal TIMSS, dengan kisi-kisi soal yang mengacu indikator pada SKL UN (Standar Kompetensi Lulusan Ujian Nasional).

Indonesia masih mengalami kesulitan dalam menghadapi soal matematika terutama soal-soal matematika TIMSS. Dalam menyelesaikan soal-soal TIMSS membutuhkan pemikiran kritis dan kemampuan pemecahan masalah dari siswa. Kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum pembelajaran matematika. Pembelajaran pemecahan masalah mengutamakan proses dan strategi yang dilakukan siswa untuk dapat memecahkan masalah.

Berdasarkan hasil studi TIMSS di tahun 2015, siswa Indonesia lemah di semua aspek konten maupun kognitif, baik untuk matematika dan sains. Namun diagnosa secara mendalam menemukan hal-hal yang sudah dikuasai juga hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Siswa Indonesia menguasai soal-soal yang bersifat rutin, komputasi sederhana, serta mengukur pengetahuan akan fakta yang berkonteks keseharian. Siswa Indonesia perlu penguatan kemampuan mengintegrasikan informasi, menarik kesimpulan, serta menggeneralisir pengetahuan yang dimiliki ke hal-hal yang lain.

Berdasarkan hasil data diatas, pencapaian hasil prestasi matematika dalam TIMSS masih jauh dari harapan dan siswa belum terbiasa dalam mengerjakan soal-soal TIMSS dalam pembelajaran sehari-hari. Sehubung dengan hal ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Soal Serupa TIMSS Untuk Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Konten Geometri Kelas VIII”.

(8)

4 2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D). Sutama (2012: 183) mengemukakan penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini mengembangkan soal-soal matematika serupa TIMSS pada konten bilangan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII dalam pembelajaran matematika yang valid dan praktis. Menurut Tessmer (dalam Silva, Evy Y, 2011) penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu preliminary dan tahap formatif evaluation yang meliputi self evaluation, expert review, dan one-to-one, dan small group, serta field test.

Penelitian ini berlangsung dari tanggal 5 Agustus 2016 sampai 1 November 2016 dengan subyek siswa kelas IX B SMP Negeri 12 Surakarta berjumlah 25 siswa. Pengumpulan data yang digunakan berdasarkan walktrough, dokumen, tes, dan wawancara. Tahap pertama adalah one-to-one, yaitu mengujicobakan soal kepada 3 anak dan melakukan wawancara. Tahap kedua adalah small group yaitu mengujicobakan soal kepada 9 anak dan melakukan wawancara. Selanjutnya melakukan validasi secara deskriptif, kemudian soal diujicobakan pada tahap terakhir yaitu field test dikelas IX B SMP N 12 Surakarta dengan siswa sebanyak 25 anak.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu 1) walkthrough yang dilakukan terhadap para pakar yang digunakan untuk melihat dan memberikan saran serta mengevaluasi 4 soal berdasarkan isi konstruk, dan bahasa pada kesesuaian dan kelayakan soal yang dibuat oleh peneliti, 2) dokumen digunakan untuk memperoleh data dan kepraktisan soal-soal serupa TIMSS pada konten geometri untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah, 3) tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal-soal serupa TIMSS pada konten geometri, 4) wawancara digunakan untuk mengetahui letak kesulitan siswa dalam mengerjakan soal. Teknik analaisis data menggunakan

(9)

5

analisis deskriptif. Hasil dari analisis digunakan untuk merevisi soal-soal yang dibuat oleh peneliti. Selanjutnya dilakukan penskoran terhadap jawaban siswa dan skor yang diperoleh siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif. Pedoman penghitungan skor siswa berdasarkan tabel 1.

Tabel 1. Pedoman penghitungan skor siswa

Aspek yang Dinilai Kriteria Skor

Pemahaman Masalah

Siswa mampu menuliskan yang apa diketahui dan apa yang ditanyakan dengan benar

1 Perencanaan

Masalah

Siswa mampu mengidentifikasi masalah dengan membuat model matematika

2 Pelakasanaan

Masalah

Siswa mampu menuliskan langkah-langkah penyelesaian secara benar dan jawaban benar

1

Rumus penilaian hasil pekerjaan siswa

Nilai tersebut kemudian dikelompokkan dalam kategori sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan pada kemampuan pemecahan masalah siswa. Setelah dilakukan penskoran dan penilaian berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah, data yang diperoleh dari penskoran dikategorikan berdasarkan tabel 2.

Tabel 2. Kategori Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

Nilai Kategori 80-100 Sangat baik 60-79 Baik 40-59 Cukup 20-39 Kurang baik 0-19 Buruk

Sumber: Modifikasi Arikunto (1999) Nilai Siswa =

(10)

6 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap awal dalam penelitian ini yaitu dengan merancang 10 soal serupa TIMSS pada konten geometri. Desain soal yang dikembangkan atas dasar self evaluation di berikan kepada dosen pembimbing skripsi dan guru matematika SMP N 12 Surakarta selaku validator (expert review). Peneliti kemudian merevisi soal sesuai saran validator. Desain soal setelah mendapat revisi dari validator disebut prototype 1. Saran dan keputusan revisi disajikan dalam tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3. Saran validator terhadap prototype 1 serta keputusan langkah tindakan revisi

Saran Validator Keputusan Revisi Lengkapi proses pada soal

Gunakan semua bab untuk menyusun soal pada TIMSS

Perbanyak soal Reasoning

Melengkapi proses dalam TIMSS

Mencantumkan semua bab pada TIMSS ke dalam 10 soal. Memperbanyak soal

Reasoning

Pada tahap one-to-one peneliti memilih 3 orang siswa sebagai sample penelitian, ke-3 siswa tersebut adalah Fauzi Rahman, Novi Putri, dan Zona Arya. Soal yang diuji cobakan telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujicobakan pada tahap one-to-one.

Adapun skor tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada tahap one-to-one dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

(11)

7

Tabel 4 Skor siswa pada tahap one-to-one.

Hal ini menunjukkan bahwa siswa dalam tahap one-to-one secara umum sudah memiliki kemampuan pemecahan masalah cukup baik.

Soal yang telah direvisi dengan persetujuan validator menjadi prototype 2 selanjutnya diujicobakan pada Small Group yang terdiri dari 9 orang siswa SMP N 12 Surakarta yaitu Apriliana A., Hevia Anindya P., Reva Selviana Dewi, Muhammad Nur Fitri, Satrio Prakoso, Riyan, Celsy Putri A., Alvino Ardi A., dan Oktaviandri Putra A.

Data dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa dianalisis untuk menentukan rata-rata nilai yang kemudian dikonversikan ke dalam data kualitatif untuk menentukan kategori tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa. Adapun persentase tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pemecahan masalah tersebut dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.

Tema No.

Soal

Fauzi Novi Zona Jumlah Skor

Bangun Ruang Sisi Datar 1 4 4 4 12

Teorema Phytagoras 2 4 4 4 12

Teorema Phytagoras 3 4 1 4 9

Bangun Ruang Sisi Datar 4 2 4 1 7

Lingkaran 5 4 4 4 12

Bangun Ruang Sisi Datar 6 1 2 1 4

Bangun Ruang Sisi Datar 7 1 2 4 7

Bangun Ruang Sisi Datar 8 4 4 4 12

Lingkaran 9 4 4 4 12

Bangun Ruang Sisi Datar 10 1 4 1 6

(12)

8

Tabel 5 Skor siswa pada tahap small group.

Dilihat dari letak kesulitan siswa dalam mengerjakan soal tersebut maka bisa disebut jika sembilan siswa tersebut mempunyai tingkat kemampuan pemecahan masalah yang sama dan soal tersebut memiliki tingkat penyelesaian lebih sulit dari soal yang lainnya.

Berdasarkan hasil validasi soal untuk tahap field test dan dilanjutkan ujicoba pada 25 siswa untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa. Data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Distribusi Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Interval

Nilai Frekuensi Persentase Kategori

80 – 100 6 24 SANGAT BAIK 60 – 79 15 60 BAIK 40 – 59 4 16 CUKUP 20 – 39 0 0 KURANG BAIK 0 – 19 0 0 BURUK Jumlah 25 100 BAIK Rata-rata 70.3

No. Tema Siswa Jumla

h

Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Bangun Ruang Sisi Datar 2 4 4 4 4 2 4 4 4 32 2 Teorema Phytagoras 3 4 4 4 4 4 4 2 4 33 3 Teorema Phytagoras 4 4 4 4 1 4 2 2 1 26 4 Bangun Ruang Sisi Datar 3 4 2 2 4 3 2 2 2 24

5 Lingkaran 3 4 4 4 4 3 4 4 4 34

6 Bangun Ruang Sisi Datar 3 4 4 4 4 4 4 4 4 35 7 Bangun Ruang Sisi Datar 1 4 4 4 4 1 4 4 4 30 8 Bangun Ruang Sisi Datar 3 4 4 4 4 4 4 4 4 35

9 Lingkaran 3 4 4 4 4 4 4 2 2 31

10 Bangun Ruang Sisi Datar 3 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Jumlah 28 37 35 35 34 30 33 29 30 291 80,8

(13)

9

Pada tabel 6 terlihat perolehan nilai yang dicapai oleh siswa. Terdapat 6 siswa (24%) yang termasuk dalam kategori memiliki kemampuan pemecahan masalah yang sangat baik, terdapat 15 siswa (60%) yang termasuk dalam kategori memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik, terdapat 4 siswa (16%) yang termasuk dalam kategori memiliki kemampuan pemecahan masalah yang cukup. Secara keseluruhan ada 21 siswa (84%) memiliki kemampuan pemecahan masalah dengan kategori baik.

Pada penelitian ini telah menghasilkan prototype perangkat soal serupa TIMSS pada konten Geometri sebanyak 10 butir soal yang telah dinyatakan valid dan praktis. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian Aisyah (2013) yang menyimpulkan bahwa telah dihasilkan prototype perangkat soal matematika tipe PISA sebanyak 14 butir yang telah dinyatakan valid dan praktis.

Kepraktisan soal dilihat dalam hasil uji coba pada tahap one to one, small grup, dan field test dimana sebagian besar siswa dapat menggunakan informasi dalam soal dengan baik untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Soal serupa TIMSS pada konten geometri yang dihasilkan mudah dibaca, sesuai alur pikiran siswa, tidak menimbulkan ambiguitas, dan dapat diberikan serta digunakan oleh semua siswa. Sebagaimana penelitian Amrina Rizta, Zulkardi, dan Yusuf H. (2013) yang menyatakan kepraktisan soal ditunjukkan dengan sebagian siswa yang dapat menjawab soal dengan tepat dan munculnya indikator penalaran matematis dari uraian jawaban siswa. Penelitian yang dilakukan Rosida Rakhmawati M. (2015) menyatakan soal dikategorikan praktis tergambar dari hasil uji coba, dimana semua siswa dapat menggunakan perangkat soal dengan baik.

Soal yang telah dinyatakan valid dan praktis dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam proses pembelajaran sehari-hari. Sesuai dengan penelitian Tri Wahyudi, Zulkardi, dan Darmawijoyo (2016) yang menyimpulkan bahwa soal-soal

(14)

10

yang telah dikembangkan mampu memunculkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Penelitian Marcellinus A.R. dan D. Arif B.P. (2016) juga menyatakan pengembangan soal matemetika model TIMSS dapat mendukung pembelajaran matematika SMP kelas VII kurikulum 2013.

Dari hasil analisis data tes soal untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa pada soal serupa TIMSS konten Geometri dapat diketahui bahwa terdapat 6 siswa (24%) yang termasuk dalam kategori memiliki kemampuan pemecahan masalah yang sangat baik, terdapat 15 siswa (60%) yang termasuk dalam kategori memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik, terdapat 4 siswa (16%) yang termasuk dalam kategori memiliki kemampuan pemecahan masalah yang cukup. Secara keseluruhan ada 21 siswa (84%) memiliki kemampuan pemecahan masalah dengan kategori baik. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa prototype perangkat soal memiliki efek potensial terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa terbukti dari hasil tes ada 21 siswa dari 25 siswa telah memiliki kemampuan pemecahan masalah dengan kategori baik. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian Jurnaidi, dan Zulkardi (2013) yang menyimpulkan bahwa prototype perangkat soal telah memiliki efek potensial terhadap kemampuan penalaran matematis siswa terbukti dari hasil tes ada 21 siswa dari 28 siswa telah memiliki kemampuan penalaran dengan kategori baik. Hal ini senada dengan penelitian Rita Novita, Zulkardi, dan Yusuf H. (2012) yang menyatakan bahwa soal penyelesaian masalah serupa PISA memiliki efek potensial untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah yang baik yaitu sudah dapat mengidentifikasi permasalahan dalam soal, menghubungkannya dengan situasi matematis yang sesuai, sampai dengan menyelesaikan permasalahan, membuat kesimpulan, dan menyatakan argumentasi. Sebagaimana penelitian Akhsanul In’am

(15)

11

(2014) yang menyatakan bahwa guru harus memberikan penekanan pada siswa dalam pemecahan masalah, salah satunya dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang terdiri dari memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana dan melihat kembali. Hal ini senada dengan penelitian Anisah, Zulkardi, dan Darmawijoyo (2011) yang menyatakan siswa dituntut untuk memberikan argumen matematis untuk mendukung jawaban yang diberikan.

Pada soal TIMSS domain kognitif penerapan siswa, kesalahan siswa termasuk dalam kategori sedang. Kesalahan tersebut diantaranya (1) kurang teliti membaca soal yang mengakibatkan kesalahan dalam menganalisis masalah dalam soal. Hal seperti ini terjadi pada soal nomor 4. Sebagaimana penelitian Lia Vendiagrys, Junaedi, dan Masrukan (2015) yang menyatakan siswa dapat memahami pernyataan verbal dari masalah, tetapi tidak dapat mengubahnya ke dalam bahasa matematika.

Kesalahan kedua berkaitan dengan kemampuan siswa dimana kurangnya penguasaan terhadap materi pendukung mengakibatkan siswa belum bisa menyelesaikan soal secara sempurna, seperti terjadi pada nomor 6. Sebagaian banyak dari siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik dikarenakan tidak dapat menemukan rumus yang akan dipakai untuk menyelesaikan soal. Hal ini sependapat dengan penelitian Swan Jones I. dan Pollitt A. (2015) yang menyatakan bahwa salah satu hambatan untuk dapat memecahkan masalah matematika adalah ketrampilan dalam memecahkan masalah terlihat sulit dalam menentukan dan menilai secara objektif. Hal ini berbeda dengan penelitian Rajnan Das dan Gunendra Chandra Das (2013) yang menyimpulkan kecemasan matematika merupakan faktor penyebab kinerja yang buruk dalam hal memecahkan masalah matematika siswa.

Secara umum kesulitan siswa dalam mengerjakan soal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa dengan soal berbasis TIMSS sehingga mengakibatkan siswa kehabisan waktu dalam mengerjakannya. Hal ini terlihat dari beberapa jawaban dari siswa yang belum lengkap. Sesuai

(16)

12

dengan penelitian Rosnawati (2013) yang menyatakan salah satu penyebab kekeliruan siswa dalam menyelesaikan soal berbasis TIMSS karena bentuk soal TIMSS jarang ditemui dalam pembelajaran maupun ujian yang diselenggarakan oleh sekolah maupun pemerintah.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi bagi siswa dalam pembelajaran sehari-hari untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian E. A. Akinmola (2014) berkaitan dengan pemecahan masalah menyimpulkan bahwa bahwa guru matematika harus menekankan komponen yang saling terkait yaitu : konsep, keterampilan, proses, sikap dan metakognisi untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Kemampuan tersebut akan membantu siswa dalam memecahkan masalah sehari-hari dan mempertahankan pembangunan berkelanjutan di abad ke 21. Sejalan dengan penelitian Esen Ersoy dan Pinar Guner (2015) berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah menunjukkan bahwa subjek pemecahan masalah memiliki efek positif pada preservice matematika guru meningkatkan kemampuan memecahkan masalah mereka, dan keterampilan mereka mampu memilih dan berlatih strategi yang tepat. Selain itu, disimpulkan bahwa subjek pemecahan masalah memiliki efek positif pada pemikiran matematika.

Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan bagi para guru dan pelaku pendidikan lainnya untuk melakukan suatu perubahan cara pandang untuk mengembangkan kurikulum guna mengembangkan perangkat pembelajaran dengan mengarahkan sasaran pada kemampuan literasi matematika dengan tidak meninggalkan kemampuan literasi lain. Dengan dikembangkannya perangkat pembelajaran, diharapkan nantinya bisa mengukur dan mengembangkan kemampuan penalaran matematis siswa sehingga menjamin adanya konsistensi diantara unsur-unsur tujuan, isi, proses, dan evaluasi pendidikan terutama pendidikan matematika. Akinmola E. A. (2014) menyatakan konsep, ketrampilan, proses, sikap dan metakognisi merupakan komponen penting yang perlu

(17)

13

dipertimbangkan dan ditekankan oleh guru dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Pengembangan ini adalah bentuk upaya untuk membekali siswa dengan kemampuan atau kompetensi yang dibutuhkan dalam konteks globalisasi sekarang ini.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan pembimbing dan guru matematika dalam mengembangkan soal serupa TIMSS pada bidang Geometri untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Penelitian ini telah menghasilkan suatu produk soal serupa Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada bidang Geometri untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP kelas VIII yang valid dan praktis. 2) Berdasarkan proses penelitian dan pengembangan dihasilkan nilai

rata-rata 77.5, 80.8, dan 70.3 sehingga soal tersebut dapat dikatakan memiliki efek potensial terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

3) Kesulitan siswa dalam penelitian dan pengembangan ini adalah mengidentifikasi masalah yang diberikan pada soal dan keterbatasan waktu.

4) Mengetahui efek potensial soal-soal yang dikembangkan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa Sekolah Menengah Pertama.

PERSANTUNAN

Prof. Dr. Budi Murtiyasa, M.Kom. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan pengarahan, motivasi, dan bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini dengan baik.

(18)

14 DAFTAR PUSTAKA

A, Akinmola E. 2014. “Developing Mathematical Problem Solving Ability: A Panacea For a Ustainable Development in the 21st Century.” International Journal of Education and Research. 2(2): 1-9.

Aisyah, 2013.“ Pengembangan Soal Tipe PISA di Sekolah Menengah Pertama”. Jurnal Edumatica, 3(1): 27-34.

Anisah, Zulkardi, dan Darmawijoyo. 2011. “Pengembangan Soal Matematika Model PISA pada Konten Quantity untuk Mengukur Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Jurnal Pendidikan Matematika. 5(1).

Das, Rajnan dan Gunendra Chandra Das. 2013. “Math Anxiety: The Poor Problem Solving Factor in School Mathematics.” International Journal of Scientific and Research Publications. 3(4): 1-5.

Ersoy, Esen dan Pinar Guner. 2015. “The Place of Problem Solving and Mathematical Thinking in the Mathematical Teaching”. The Online Journal of New Horizons in Education. 5(1): 120-130.

Ian, Jones Swan, dan Alastair Pollitt. 2015. “Assessing mathematical problem solving using comparative judgement”. International Journal of Science and Mathematics Education. 13(1): 151-177.

In’am, Akhsanul. (2014). “The Implementation of the Polya Method in Solving Euclidean Geometry Problems”. International Education Studies. 7(7).

Jurnaidi, dan Zulkardi. 2013. “Pengembangan Soal Model PISA Pada Konten Change and Relationship untuk Mengetahui Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Jurnal Pendidikan Matematika. 7(2).

Mullis.(2009). “TIMSS 2011 Assesment Framework”. Chesnut Hills: Boston College.

Murtiyasa, Budi. 2015. “Tantangan Pembelajaran Matematika Era Global”. Makalah disajikan di Seminar nasional HUT FKIP Matematika UMS ke 31, pada 7 Maret, FKIP UMS.

Novita, Rita, Zulkardi, dan Yusuf Hartono. 2012. “Exploring Primary Student’s Problem-Solving Ability by Doing Tasks Like PISA’s Question.” IndoMS. J.M.E. 3(2): 133-150.

Rakhmawati, R. 2015. “Pengembangan Soal Berpikir Kritis Untuk Siswa SMP Kelas VIII”.Jurnal Pendidikan Matematika. 6(2).

Rizta, Amirna, Yusuf Hartono, dan Zulkardi. 2013. “ Pengembangan Soal Penalaran Model TIMSS Matematika SMP”. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 17 (2):230-240.

Rosnawati, R. 2013. “Kemampuan Pealaran Matematika Siswa SMP Indonesia Pada TIMSS 2011”. Makalah disajikan di Seminar Nasional Pendidikan Matematika, pada 18 mei 2013, Kampus Universitas Negeri Yogyakarta: 1-6.

Rudhito, Marcellinus Andy dan D. Arif Budi Prasetyo. 2016. “Pengembangan Soal Matematika Model TIMSS untuk Mendukung Pembelajaran

(19)

15

Matematika SMP Kelas VII Kurikulum 2013.” Cakrawala Pendidikan. 35(1): 88-97.

Vendiagrys, Lia, I. Junaedi, dan Masrukan. 2015. “ Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Soal Setipe TIMSS Berdasarkan Gaya Kognitif Siswa pada Pembelajaran Problem Based Learning.” Unnes Journal of Mathematics Education Research. 4(1): 34-41.

Wahyudi, Tri, Zulkardi, dan Darmawijoyo. 2016. “Pengembangan Soal Penalaran Tipe TIMSS Menggunakan Konteks Budaya Lampung”. Jurnal Didaktik Matematika. 3(1).

Yunengsih, Y, Widiatmika, I.M.A, dan Candrasari, A. 2008. Hasil kajian ujian nasional matematika pada sekolah menengah pertama. Jakarta: Departemen Riset Putera sampoerna Fundati

Gambar

Tabel 2.  Kategori Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Tabel 3. Saran validator terhadap prototype 1 serta keputusan langkah  tindakan  revisi
Tabel 4 Skor siswa pada tahap one-to-one.
Tabel 5 Skor siswa pada tahap small group.

Referensi

Dokumen terkait

JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH ” (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta). Bagaimana Hakim dalam menentukan pembuktian terhadap perkara jual

Hasil yang diperoleh pada pengembangan Aplikasi Skripsi/Tugas Akhir dengan menggunakan metode Scrum terbukti dapat dengan mudah mengatasi perubahan requirements ,

Dengan asumsi bahwa retensi vitamin A selama distribusi dan pengolahan adalah 60 persen, dosis fortifikan sebesar 12 ppm (kurang lebih 40 Sllg), maka vitamin A

[r]

1) Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika. 2) Siswa lebih termotivasi dan berminat dalam mengikuti proses pembelajaran. 3) Siswa mempunyai kedudukan

Tujuan khususnya adalah untuk (1) Mengetahui recovery vitamin A pada minyak goreng curah yang difortifikasi, (2) Mengkaji pengaruh pengulangan penggorengan terhadap

[r]

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan suatu perusahaan dengan