STUDI LOKASI TITIK-TITIK RENTAN EROSI DI SEPANJANG JALAN SEKITAR BUKIT SELASIH SAMPAI
KECAMATAN LUBUK KILANGAN
JURNAL
RINA FEBRI YANI ASTUTI NIM. 08030202
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG 2013
STUDI LOKASI TITIK-TITIK RENTAN EROSI DI SEPANJANG JALAN SEKITAR BUKIT SELASIH SAMPAI KECAMATAN LUBUK
KILANGAN Oleh :
*Rina Febri Yani Astuti, Drs. Helfia Edial, MT**Aslan Sari Thesiwati, SP, M.Si**
*Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ** Staf pengajar Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: Menganalisa tingkat kelerengan, tutupan lahan, jenis batuan, jenis tanah dan Menganalisa tingkat curah hujan yang ada diberbagai titik erosi disepanjang jalan Bukit Selasih sampai Kecamatan Lubuk Kilangan. Metodologi penelitian ini adalah deskriptif. Pengambilan sampel berdasarkan peta geologi Kecamatan Lubuk Kilangan yaitu diambil berdasarkan jenis batuan yang berbeda dan dikontrol oleh tingkat kelerengan dan tutupan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Tingkat kemiringan lereng pada setiap titik sampel penelitian adalah 35% pada sampel I, 30% pada sampel II dan 65% pada sampel III, dengan demikian pada ketiga titik sampel tersebut mempunyai tingkat erosi yang tinggi karena mempunyai lereng yang curam hingga sangat curam. Jenis vegetasi atau tutupan lahan yang ada di lokasi penelitian adalah berupa pepohonan yang sedikit, semak belukar, lumut dan terbuka. Pada masing-masing titik sampel kemungkinan terjadi erosi selalu ada. Pada sampel I (Indarung-Lubuk Paraku) dengan jenis batuan Qf (Quarter fluvial) kekerasan batuan 5,5 dan kondisi batuan yang lapuk sedang dan tekstur tanah pasir berlempung, sampel II (Lubuk Paraku-Panorama II) dengan jenis batuan Pcks, kekerasan batuan 8 dan kondisi batuan lapuk ringan, mempunyai tekstur tanah sedang yaitu lempung berdebu dan sampel III (Panorama II-Lubuk Selasih) jenis batuan Qtau (Quarter andesit) kondisi batuan yang lapuk, tingkat kekerasan batuan 2, serta mempunyai tekstur tanah yang halus yaitu liat. Pada daerah penelitian memiliki intensitas curah hujan yang tinggi pada setiap waktunya, maka tingkat terjadinya erosi tinggi karena tingkat curah hujan yang tinggi pula.
STUDI LOKASI TITIK-TITIK RENTAN EROSI DI SEPANJANG JALAN SEKITAR BUKIT SELASIH SAMPAI KECAMATAN LUBUK
KILANGAN Oleh :
*Rina Febri Yani Astuti, Drs. Helfia Edial, MT**Aslan Sari Thesiwati, SP, M.Si**
*Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ** Staf pengajar Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
The aim of this study: Analyzing the level slope, land cover, rock types, soil types and analyze the existing level of rainfall at various points of erosion along the way Bukit selasih until Kecamatan Lubuk Kilangan. The research methodology is descriptive. Sampling technique based on geological maps Kecamatan Lubuk Kilangan the samples taken by the different rock types and is controlled by the degree of slope and land cover. The results showed that: the rate of slope at any point in the study sample was 35% in sample 1, sample 2 at 30% and 65% in sample 3, thus the third point of the sample had a high attrition rate because it has a steep slope up to very steep. Vegetation or land cover types that exist in the research area is planted with trees a little, shrubs, mosses and open. At each sample point there is always the possibility of erosion. On sample I (Indarung-Lubuk Paraku) with rock types Qf (Quarter fluvial) 5.5 rock hardness and condition weathered rock and soil texture being argillaceous sand, sample II (Lubuk Paraku-Panorama II) with Pcks rock type, rock hardness 8 and lightweight weathered rock conditions, which has the texture of clay soil are dusty and sample III (Panorama II-Lubuk-Selasih) Qtau rock types (Quarter andesites) which condition weathered rock, rock hardness level 2, and have a smooth texture that is loamy soil. In the study area has a high rainfall intensity at any time, the high levels of erosion due to high rainfall levels anyway.
PENDAHULUAN
Sumber daya yang ada di alam ini sangat dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan serta mempertahankan kelangsungan hidup terutama manusia. Sumber daya dimanfaatkan oleh manusia adalah tanah, iklim, flora, fauna, bahan mineral tambang, untuk kelestarian sumber daya alam tersebut, penggunaan dan pengolahan tanah harus berdasarkan kepada batas-batas kemampuan dari tanah itu sendiri. Pada kenyataannya hubungan antara tanah dengan manusia sangatlah penting dalam melakukan berbagai aktifitas dalam memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri (Kartosaputra, 1988 : 13).
Di daerah tropis, seperti negara kita ini mempunyai curah hujan tinggi sehingga erosi yang disebabkan oleh hujan begitu banyak terjadi. Erosi banyak menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah di dalam sungai, waduk, danau ,saluran irigasi dan sebagainya ( Nasiah, 2000 dalam Adriani, 2005:2).
Berbicara tentang erosi, maka tidak lepas dari aliran permukaan. Dengan adanya aliran air di atas permukaan tanah, tanah dapat terkikis dan selanjutnya diangkut ketempat yang lebih rendah, dengan demikian terjadilah perpindahan lapisan tanah, mineral-mineral dan
bahan organik yang terdapat pada permukaan tanah (Sjarullah, 1987). Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang di angkut oleh media alami ke tempat lain (Arsyad, 1989).
Erosi sebenarnya
merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi atau pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan penanaman pohon.
Ada beberapa dampak yang akan timbul akibat kehilangan tanah oleh erosi yaitu: 1) Menurunnya produktifitas tanah, 2) Kehilangan unsur hara dan bahan
organik dari daerah perakaran yang diperlukan tanaman, 3) Penurunan kualitas lahan, 4) Penurunan laju infiltrasi dan kemampuan menahan air, 5) Tertimbunnya tanah yang subur oleh endapan, 6) rusak dan berubahnya struktur tanah, 7) Erosi parit dan erosi tebing akan mengurangi bagian lahan yang dapat ditanami ( Sarwono, 2003: 168)
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi tanah meliputi hujan, angin, limpasan permukaan, jenis tanah, kemiringan lereng, penutupan tanah baik oleh vegetasi atau lainnya, dan ada atau tidaknya tindakan konservasi. Faktor-faktor tersebut dalam mempengaruhi erosi sebetulnya tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya, artinya bekerja secara simultan. Menurut Morgan (1988) dalam Rahim (2012 : 6) kesemua faktor diatas dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu, 1) energi merupakan kemampuan potensial hujan, limpasan permukaan dan angin untuk menyebabkan erosi (erosivitas), 2) kepekaan tanah (erodibilitas) yang bergantung kepada sifat-sifat fisik, mekanika dan kimia tanah, 3) proteksi, bertitik tolak kepada fakto-faktor yang berhubungan dengan penutupan tanah.
Salah satu lokasi atau titik yang rentan erosi adalah daerah Bukit Selasih Kecamatan Lubuk Kilangan, dimana daerah ini
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Solok dengan Kota Padang. Daerah tersebut memiliki arti penting khususnya di Bukit Selasih, karena daerah tersebut merupakan jalur utama dan sangat mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Sementara itu daerah tersebut memiliki bentuk topografi yang kasar dengan aktifitas manusia dalam memanfaatkan lahan tersebut, pada kemiringan yang curam dan terjal sehingga rawan terjadi erosi. Dilihat dari kenyataanya pada waktu musim penghujan dengan jumlah dan intensitas yang tinggi akan cepat menghancurkan tanah dan kemiringan yang curam akan lebih memperbesar pengangkutan bahkan dapat mengangkut batu-batuan besar kebawah lereng sampai pinggir jalan.
Berdasarkan kenyataan dilapangan selalu ada tanah yang terkikis akibat erosi. Bekas erosi tersebut memperlihatkan adanya perbedaan warna tanah antara lapisan atas, tengah dan bawah serta terdapat alur-alur yang dalam akibat pengikisan aliran permukaan.
Berdasarkan hal di atas peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang erosi, dengan judul “Studi Lokasi Titik-titik Rentan Erosi di Sepanjang Jalan Sekitar Bukit Selasih Sampai Kecamatan Lubuk Kilangan”.
Metodologi penelitian
Metodologi penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh jenis batuan yang ada di sepanjang jalan Padang – Solok antara Lubuk Selasih sampai dengan Lubuk Kilangan yang dikontrol oleh tingkat kelerengan dan tutupan lahan. Sampel penelitian diambil tiga titik sampel dengan jenis batuan yang berbeda yaitu sampel I jenis batuan Qf, sepanjang jalan Indarung-Lubuk Paraku, sampel II jenis batuan Pcks, di sepanjang jalan Lubuk Paraku-Panorama II dan sampel III dengan jenis batuan Qtau, sepanjang jalan Panorama II-Lubuk Selasih
Hasil dan pembahasan
A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian
1. Letak Batas dan Luas Kecamatan Lubuk Kilangan merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kota Padang. Berdasarkan letak astronomis Kecamatan Lubuk Kilangan terletak antara 0o58’4” Lintang Selatan dan 100021’11” Bujur Timur
2. Iklim
Daerah penelitian memiliki curah hujan yang relatif tinggi setiap tahunnya Wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan merupakan sebuah Kecamatan di Kota Padang dengan keadaan iklimnya tidak jauh berbeda antara tempat yang satu dengan yang lainnya yaitu pada siang hari suhu
kota berkisar antara 22 °C – 32 °C dan pada malam hari 21 °C – 27 °C. Suhu udara maksimum mencapai 31.5 °C dan suhu udara minimum 22.1 °C. Kelembaban udara berkisar antara 77 - 88 %.
3. Keadaan geologi
Kondisi geologi suatu daerah sangat mempengaruhi relief daerah itu sendiri, selain itu juga mempengaruhi erosi tanah. Tingkat erosi tanah sangat ditentukan oleh batuan induk yang terdapat didalam tanah yang selanjutnya akan mengalami pelapukan baik secara fisik, kimia maupun biologi, setiap jenis batuan mempunyai tingkat erosi yang berbeda-beda.
Jenis batuan yang ada di daerah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Qf
Terdiri dari konglomerat, batu pasir berbutir sedang sampai kasar yang berhubungan dengan basin margin fault.
2. Pcks
Serpih dan filit sisipkan batu sabak, kuarsit, batu lanau dan aliran lava.
3. Qtau
Jenis batuan ini adalah fanglomerat dan endapan koluvium.
4. Jenis tanah
Berdasarkan peta jenis tanah, maka jenis tanah yang terdapat didaerah penelitian yaitu:
1. Podsolik merah kuning Merupakan tanah yang sangat tercuci, lapisan atas berwarna abu-abu muda sampai kekuningan, lapisan bawah berwarna merah atau kuning, terdapat akumulasi berat sehingga tekstur relatif berat, bahan organik rendah, pH 4,2-4,8. Horizon elevasi tidak selalu jelas. Bahan induk kadang-kadang mempunyai karatan kuning, merah dan abu-abu.
2. Latosol
Tanah latosol merupakan tanah dengan pelapukan lanjut, kandungan mineral primer (mudah lapuk) dan unsur hara rendah, pH rendah 4,5-5,5, kandungan bahan organik rendah, konsistensi gembur, struktur rendah, warna tanah merah, coklat kemerahan, coklat kekuningan, atau kuning, tergantung dari bahan induk, umur, iklim dan ketinggian. Latosol umumnya terdapat pada bahan induk vulkanik baik berupa tufa maupun batuan beku. Ditemukan dari muka laut hingga ketinggian 900 m.
3. Aluvial
Sifat tanah alluvial adalah memiliki derajat keasaman (pH) yang rendah, kejenuhan basa rendah, struktur tanah jelek, dan kualitas unsur hara yang bervariasi. Tanah alluvial biasanya digunakan sebagai lahan padi sawah, palawija, nanas, dan tanaman tanaman lainnya. Untuk mengurangi pH yang rendah, tanah-tanah alluvial harus digenangi air, namun apabila digunakan sebagai
lahan kering, maka jenis tanah ini akan mempunyai pH yang sangat rendah. Meskipun demikian, tanah ini mempunyai kandungan hara yang tinggi.
4. Andosol
Tanah andosol adalah tanah yang berasal dari sisa abu vulkanik dari suatu letusan suatu gunung api. Unsur hara sedang hingga rendah (N, P dan K), bertekstur gembur hingga menyerupai lempung bahkan debu, warna tanah gelap atau hitam, abu-abu, coklat tua hingga warna kekuningan.
B. Hasil penelitian
1. Tingkat Kelerengan di Berbagai Titik Erosi di Bukit Selasih sampai Kecamatan Lubuk Kilangan
Untuk menentukan kelas lereng dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan abney level. Untuk lebih jelas hasil pengukuran dilapangan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.1 Hasil Pengukuran Kemiringan Lereng Sampel Kemiringan lereng (%) Hark at Kategori I 35 % 3 Curam II 30 % 3 Curam III 65 % 4 Sangat Curam Sumber: Pengolahan Data Primer 2013
Kemiringan suatu daerah berhubungan erat dengan laju erosi
karena semakin besar kemiringan maka aliran permukaan bertambah kuat. Berdasarkan analisa dari tabel IV.1 maka:
a. Pada sampel I yang berada pada daerah di sepanjang jalan antara Indarung sampai Lubuk Paraku dengan kemiringan lereng 35% termasuk kategori kemiringan lereng yang curam. Pengaruh lereng teradap erosi adalah erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang, dengan demikian maka daerah pada sampel ini mempunyai tingkat erosi yang tinggi.
b. Sampel II tersebar di daerah sepanjang jalan antara Lubuk Paraku sampai Panorama 2, kemiringan lereng daerah ini adalah 30% dengan kategori curam, sama seperti sampel I daerah ini mempunyai tingkat erosi tinggi.
c. Pada sampel III tersebar di daerah sepanjang jalan antara Panorama 2 sampai Lubuk Selasih dengan kemiringan lereng 65% termasuk kategori sangat curam. Semakin curam lereng maka kecepatan aliran permukaan akan meningkat
sehingga kekuatan
mengangkutnya meningkat juga, maka pada daerah ini mempunyai tingkat erosi yang sangat tinggi.
2. Tutupan lahan di Berbagai Titik Erosi di Bukit Selasih sampai Kecamatan Lubuk Kilangan
Pada sampel I dengan daerah penelitian sepanjang jalan antara Indarung sampai Lubuk Paraku, tutupan lahannya terdiri dari sedikit pepohonan dan semak yang jarang, berdasarkan jenis tanaman yang ditemui dan pengamatan di lapangan jenis tanaman ini memiliki perakaran tanaman yang dangkal, misalnya tumbuhan paku yang memiliki akar serabut karena perakaran yang dangkal maka infiltrasi kecil, sehingga kemungkinan terjadi erosi di daerah ini selalu ada.
Pada sampel II yang tersebar di sepanjang jalan antara Lubuk Paraku sampai Panorama 2, tutupan lahannya adalah pepohonan dan semak belukar. Jika permukaan tanah tertutup oleh pohon-pohon dan rumput-rumputan/vegetasi maka infiltrasi dapat dipercepat, pohon dan semak belukar yang dibawahnya merupakan hambatan terhadap laju aliran permukaan sehingga kemungkinan terjadinya erosi tidak terlalu besar.
Pada sampel III yang berada di sepanjang jalan antara Panorama 2 sampai Lubuk Selasih seperti terlihat pada gambar IV.3 daerah ini mempunyai tutupan lahan semak, lumut dan terbuka. Pada lokasi ini sangat rentan terhadap erosi karena
mempunyai tutupan lahan yang sangat sedikit dan perakaran tanaman yang sangat dangkal, dengan demikian akan menyebabkan pukulan langsung air hujan tidak bisa terhalangi oleh tanaman dan akan mempebesar aliran permukaan sehingga laju erosi akan meningkat pula.
3. Jenis batuan di Berbagai Titik Erosi di Bukit Selasih sampai Kecamatan Lubuk Kilangan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dilapangan jenis batuan yang terdapat di daerah penelitian adalah:
a. Pada sampel I yaitu sepanjang jalan antara Indarung sampai Lubuk Paraku jenis batuannya adalah Qf yang terdiri dari konglomerat, batupasir berbutir sedang sampai kasar yang berhubungan dengan basin margin fault. Kondisi batuan atau tingkat pelapukan batuannya adalah lapuk sedang yaitu kurang dari setengah batuan atau terintegrasi menjadi tanah, bagian tengah batuan segar. Kekerasan batuannya adalah 5,5. Batuan dilokasi ini termasuk batuan gamping yang agak lapuk, kondisi batuan yang lapuk merupakan faktor yang mendorong terjadinya erosi.
b. Pada sampel II yang tersebar di sepanjang jalan antara daerah Lubuk Paraku sampai Panorama
II dengan jenis batuannya Pcks termasuk batuan topaz. Kekerasan batuannya 8, dengan kondisi batuan yang lapuk ringan sehingga pada lokasi ini tingkat erosinya sedikit karena batuannya keras.
c. Sampel III, Qtau (Quarter andesit) dengan lokasi penelitian di sepanjang jalan antara Panorama II sampai Lubuk Selasih, jenis batuannya yaitu batuan gunung api yang tak teruraikan dan kondisi batuannya lapuk yaitu lebih dari setengah batuannya sudah terdekomposisi atau terdisitegrasi pada bagian tengah batuan hampir seluruhnya menjadi tanah. Kekerasan batuannya adalah 2. Lokasi ini mempunyai tingkat erosi yang sangat tinggi karena kondisi batuan yang lunak dan lapuk.
4. Jenis tanah di Berbagai Titik Erosi di Bukit Selasih sampai Kecamatan Lubuk Kilangan
Untuk menentukan tekstur tanah, struktur dan konsistensi tanah pada setiap sampel dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara mengambil bongkahan tanah yang masih utuh, lalu rasakan dengan jari tangan yang ada pada daerah penelitian. Apakah tekstur tanah, struktur dan konsistensi tanah pada daerah penelitian.
Tanah juga berpengaruh terhadap erosi, dimana sifat-sifat tanah sangat mempengaruhi infiltrasi air dan
aliran permukaan (run off ) dalam menghancurkan ikatan partikel butir-butir tanah sekaligus menghanyutkan partikel-partikel tanah tersebut.
a. Pada sampel I (Indarung sampai Lubuk Paraku), tanah pada area ini mempunyai tekstur yang kasar yaitu pasir berlempung, partikel tanah yang berukuran kasar akan tahan terhadap erosi karena partikel-partikel ini sukar diangkut, disamping itu tanah yang bertekstur kasar mempunyai kapasitas dan laju infiltrasi tinggi, sehingga tingkat erosi bisa diabaikan. Bentuk struktur tanah yang membulat (gumpal membulat) menghasilkan tanah dengan porositas tinggi sehingga air mudah meresap ke dalam tanah, dan aliran permukaan tanah menjadi kecil sehingga erosi juga kecil.
b. Pada sampel II (Lubuk Paraku sampai Panorama II) , tekstur tanah sedang yaitu lempung berdebu karena partikel tanah yang halus mudah hancur oleh pukulan air hujan menjadi butir-butir halus sehingga menutup pori-pori tanah. Akibatnya
infiltrasi air terhambat, aliran permukaan meningkat yang berarti erosi juga akan meningkat. c. Pada sampel III (Panorama II
sampai Lubuk Selasih)
mempunyai tekstur halus seperti liat, tekstur tanah ini tahan terhadap erosi karena daya rekat yang kuat sehingga gumpalannya sukar dihancurkan, sehingga tingkat erosi kecil.
5. Tingkat Curah Hujan di Berbagai Titik Erosi di Bukit Selasih sampai Kecamatan Lubuk Kilangan
Berdasarkan data curah hujan selama 5(lima) tahun terakhir (2008-2012) pada tabel IV.1 data curah hujan bulanan, bahwa wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan memiliki intensitas curah hujan yang berbeda setiap waktunya. Perbedaan kondisi ini sangat dipengaruhi oleh faktor iklim seperti temperatur, kelembapan, penyinaran matahari, kecepatan angin dan awan.
Data curah hujan daerah penelitian dari stasiun Ladang Padi. Data yang digunakan adalah data curah hujan rata-rata bulanan selama 5 tahun terakhir, dapat dilihat dalam tabel IV.1 sebagai berikut :
Tabel IV.1 Data Curah Hujan Bulanan dari Tahun 2008-2012
Bulanan Jumlah
CH Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 2008 122 266 204 242 120 0 0 0 0 0 0 0 954 2009 306 184 354 263 129 311 333 260 314 218 400 346 3418
2010 340 711 873 668 271 464 518 164 549 348 409 220 4662 2011 266 248 110 259 420 279 168 500 305 291 467 253 3566 2012 213 261 361 147 379 261 463 223 288 440 610 424 4070 Rata-rata 249,4 334 380,4 315,8 263,8 263 296,4 229,4 291,2 259,4 377, 2 248, 6 3508,6 Sumber : Pengolahan Data Sekunder 2013
Dari analisis tabel curah hujan diatas, pengukuran curah hujan di Kecamatan Lubuk Kilangan dilakukan 5(lima) tahun berturut-turut dapat digambarkan dengan grafik berikut ini:
Grafik: Rata-rata Curah Hujan Bulanan Kecamatan Lubuk Kilangan Tahun 2008-2012
Sumber: Pengolahan Data Sekunder 2013
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa curah hujan yang tertinggi dalam 5(lima) tahun
pengukuran terjadi pada bulan Maret yaitu 380,4 mm/bl, pada bulan ini tingkat terjadinya erosi tinggi sekali 249.4 334 380.4 315.8 263.8 263 296.4 229.4 291.2 259 377.2 248.6 0 50 100 150 200 250 300 350 400
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
R at a-ra ta c u ra h h u ja n
karena tingkat curah hujan yang tinggi pula. Semakin tinggi tingkat curah hujan maka makin besar kemungkinan terjadinya erosi tanah, dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 229,4 mm/bl.
C. Pembahasan
Tingkat Kerentanan Erosi di Sepanjang Jalan Sekitar Bukit Selasih Sampai Kecamatan Lubuk Kilangan
Berdasarkan hasil penelitian ketiga titik sampel adalah lokasi yang rentan terhadap erosi, tetapi mempunyai tingkat kerentanan erosi yang berbeda setiap daerah penelitian, ada tiga tingkat kerentanan erosi yaitu tingkat erosi rendah, sedang dan tinggi.
1. Pada sampel I (Indarung sampai Lubuk Paraku)
a. Tingkat kelerengan
Dengan kemiringan lereng 35% termasuk kategori kemiringan lereng yang curam. Pengaruh lereng teradap erosi adalah erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang, dengan demikian maka daerah pada sampel ini mempunyai tingkat erosi yang tinggi.
b. Tutupan lahan
Tutupan lahannya terdiri dari sedikit pepohonan dan semak yang jarang, berdasarkan jenis tanaman yang ditemui dan
pengamatan di lapangan jenis tanaman ini memiliki perakaran tanaman yang dangkal, misalnya tumbuhan paku yang memiliki akar serabut karena perakaran yang dangkal maka infiltrasi kecil, sehingga kemungkinan terjadi erosi di daerah ini selalu ada.
c. Jenis batuan
Jenis batuannya adalah Qf yang terdiri dari konglomerat, batupasir berbutir sedang
sampai kasar yang
berhubungan dengan basin margin fault. Kondisi batuan atau tingkat pelapukan batuannya adalah lapuk sedang yaitu kurang dari setengah batuan atau terintegrasi menjadi tanah, bagian tengah batuan segar. Kekerasan batuannya adalah 5,5. Batuan dilokasi ini termasuk batuan gamping yang agak lapuk, kondisi batuan yang lapuk merupakan faktor yang mendorong terjadinya erosi. d. Jenis tanah
Tanah pada area ini mempunyai tekstur yang kasar yaitu pasir berlempung, partikel tanah yang berukuran kasar akan tahan terhadap erosi karena partikel-partikel ini sukar diangkut, disamping itu tanah yang bertekstur kasar mempunyai kapasitas dan laju
infiltrasi tinggi, sehingga tingkat erosi bisa diabaikan. Bentuk struktur tanah yang membulat (gumpal membulat) menghasilkan tanah dengan porositas tinggi sehingga air mudah meresap ke dalam tanah, dan aliran permukaan tanah menjadi kecil sehingga erosi juga kecil.
e. Tingkat curah hujan
Tingkat curah hujan di berbagai titik erosi di Bukit Selasih sampai Kecamatan Lubuk Kilangan rata-rata tinggi dan termasuk tingkatan sangat deras karena intensitas curah hujan >3000 mm/th. Semakin tinggi tingkat curah hujan
maka makin besar
kemungkinan terjadi erosinya erosi tanah.
Pada sampel I ini dengan jenis batuan Qf, kekerasan batuannya adalah 5,5. Batuan dilokasi ini termasuk batuan gamping yang agak lapuk, kondisi batuan yang lapuk merupakan faktor yang mendorong terjadinya erosi. Faktor yang menyebabkan daerah ini termasuk tingkat erosi sedang adalah tutupan lahan yang sedikit dan karakteristik tanah, dimana tanah pada daerah ini bertekstur kasar yaitu pasir berlempung yang mempunyai kapasitas dan laju infiltrasi tinggi, sehingga tingkat erosi sedang.
2. Pada sampel II (Lubuk Paraku sampai Panorama II)
a. Tingkat kelerengan
Kemiringan lereng daerah ini adalah 30% dengan kategori curam, pengaruh lereng teradap erosi adalah erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang, dengan demikian maka daerah pada sampel ini mempunyai tingkat erosi yang tinggi.
b. Tutupan lahan
Tutupan lahan yang ada pada daerah ini berupa pepohonan dan semak belukar. Jika permukaan tanah tertutup oleh pohon-pohon dan rumput-rumputan/vegetasi maka infiltrasi dapat dipercepat, pohon dan semak belukar yang
dibawahnya merupakan
hambatan terhadap laju aliran
permukaan sehingga
kemungkinan terjadinya erosi tidak terlalu besar.
c. Jenis batuan
Dengan jenis batuannya Pcks termasuk batuan topaz. Kekerasan batuannya 8, dengan kondisi batuan yang lapuk ringan sehingga pada lokasi ini tingkat erosinya sedikit karena batuannya keras.
d. Jenis tanah
Lokasi pada sampel II ini mempunyai tekstur tanah sedang yaitu lempung berdebu karena partikel tanah yang halus mudah hancur oleh pukulan air hujan
menjadi butir-butir halus sehingga menutup pori-pori tanah. Akibatnya infiltrasi air terhambat, aliran permukaan meningkat yang berarti erosi juga akan meningkat.
e. Tingkat curah hujan
Pada daerah penelitian merupakan tingkat curah hujan yang rata-rata tinggi setiap tahunnya sehingga dapat disimpulkan bahwa laju erosi tinggi dikarenakan tingkat curah hujan yang tinggi.
Daerah ini berada pada tingkat erosi rendah, pada sampel II dengan jenis batuan pcks (termasuk batu topaz) Kekerasan batuannya 8, dengan kondisi batuan yang lapuk ringan sehingga pada lokasi ini tingkat erosinya sedikit karena batuannya keras. Faktor yang menyebabkan daerah ini termasuk tingkat erosi rendah adalah jenis batuan yang keras dan tutupan lahan yang cukup tahan untuk melindungi tanah terhadap pukulan langsung curah hujan, sehingga tingkat erosi rendah.
3. Sampel III (Panorama II sampai Lubuk Selasih)
a. Tingkat kelerengan
Daerah yang berada di sepanjang jalan antara Panorama II sampai Lubuk Selasih dengan kemiringan lereng 65% termasuk kategori sangat curam. Semakin curam
lereng maka kecepatan aliran permukaan akan meningkat
sehingga kekuatan
mengangkutnya meningkat juga, maka pada daerah ini mempunyai tingkat erosi yang sangat tinggi.
b. Tutupan lahan
Daerah ini mempunyai tutupan lahan semak, lumut dan terbuka. Pada lokasi ini sangat rentan terhadap erosi karena mempunyai tutupan lahan yang sangat sedikit dan perakaran tanaman yang sangat dangkal, dengan demikian akan
menyebabkan pukulan
langsung air hujan tidak bisa terhalangi oleh tanaman dan akan mempebesar aliran permukaan sehingga laju erosi akan meningkat pula.
c. Jenis batuan
Lokasi penelitian yang tersebar di sepanjang jalan antara Panorama II sampai Lubuk Selasih ini mempunyai jenis batuan yaitu batuan gunung api yang tak teruraikan dan kondisi batuannya lapuk yaitu lebih dari setengah batuannya sudah
terdekomposisi atau
terdisitegrasi pada bagian tengah batuan hampir seluruhnya menjadi tanah. Kekerasan batuannya adalah 2. Lokasi ini mempunyai tingkat erosi yang sangat tinggi karena kondisi batuan yang lunak dan lapuk.
d. Jenis tanah
Untuk jenis tanah pada lokasi ini mempunyai tekstur halus seperti liat, tekstur tanah ini tahan terhadap erosi karena daya rekat
yang kuat sehingga
gumpalannya sukar dihancurkan, sehingga tingkat erosi kecil.
e. Tingkat curah hujan
Berdasarkan data curah hujan daerah penelitian dari stasiun Ladang Padi maka daerah penelitian termasuk tingkatan yang sangat deras karena intensitas curah hujannya >3000 mm/th, sehingga tingkat terjadinya erosi tinggi sekali karena tingkat curah hujan yang tinggi pula.
Daerah pada lokasi ini (Panorama II sampai Lubuk Selasih) termasuk pada tingkat erosi tinggi dengan jenis batuan Qtau (Quarter andesit) yaitu batuan gunung api yang tak teruraikan dan kondisi batuannya lapuk yaitu lebih dari setengah batuannya sudah terdekomposisi atau terdisitegrasi pada bagian tengah batuan hampir seluruhnya menjadi tanah. Kekerasan batuannya adalah 2. Lokasi ini mempunyai tingkat erosi yang sangat tinggi karena kondisi batuan yang lunak dan lapuk. Faktor lain yang menyebabkan daerah ini termasuk tingkat erosi tinggi adalah tutupan lahan, tutupan lahan yang pada daerah ini adalah semak, lumut dan terbuka, karena vegetasi yang ada
tidak dapat menghalangi tanah dari pukulan langsung air hujan dan akan mempebesar aliran permukaan sehingga laju erosi akan meningkat pula.
Kesimpulan
1. Tingkat kemiringan lereng pada setiap titik sampel penelitian masing-masing adalah 35% pada sampel I, 30% pada sampel II dan 65% pada sampel III, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada ketiga titik sampel tersebut mempunyai tingkat erosi yang tinggi karena mempunyai lereng yang curam hingga sangat curam.
2. Jenis vegetasi atau tutupan lahan yang ada di lokasi penelitian adalah berupa pepohonan yang sedikit, semak belukar, lumut dan terbuka. Pada masing-masing titik sampel kemungkinan terjadi erosi selalu ada.
3. Jenis batuan yang ada pada masing-masing titik sampel adalah pada sampel I (Indarung-Lubuk Paraku) dengan jenis batuan Qf (Quarter fluvial) kekerasan batuan 5,5 dan kondisi batuan yang lapuk sedang termasuk batuan gamping yang agak lapuk, kondisi batuan yang lapuk merupakan faktor yang mendorong terjadinya erosi, pada sampel II (Lubuk
Paraku-Panorama II) dengan jenis batuan pcks, kekerasan batuannya adalah 8 dan kondisi batuan yang lapuk ringan sehingga tingkat erosinya sedikit karena batuannya keras, sedangkan pada sampel III (Panorama II-Lubuk Selasih) jenis batuannya Qtau yaitu batuan gunung api yang tak teruraikan dan kondisi batuan yang lapuk, tingkat kekerasan batuannya 2, sehingga lokasi ini mempunyai tingkat erosi yang tinggi karena kondisi batuan yang lapuk dan lunak.
4. Pada sampel I mempunyai tekstur yang kasar yaitu pasir berlempung, partikel tanah yang berukuran kasar akan tahan terhadap erosi, sampel II dengan tekstur tanah sedang yaitu lempung berdebu karena partikel tanah yang halus mudah hancur oleh pukulan air hujan sehingga tingkat erosi akan meningkat dan pada sampel III mempunyai tekstur halus seperti liat, tekstur tanah ini tahan terhadap erosi karena daya rekat yang kuat sehingga
gumpalannya sukar
dihancurkan, sehingga tingkat erosi kecil.
5. Pada daerah penelitian memiliki intensitas curah hujan yang tinggi pada setiap waktunya, maka tingkat terjadinya erosi tinggi karena
tingkat curah hujan yang tinggi pula.
Daftar Pustaka
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB press. Bogor Fera, Adriani. 2005. Kajian Tingkat
Erosi Berdasarkan
Karakteristik Geomorfologi di Bukit Lubuk Kumpai Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi STKIP PGRI Sumatera Barat.
Rahim, supli effendi. 2000. Pengendalian Erosi Tanah
Dalam Rangka
PelestarianLingkungan Hidup.Bumi aksara. Jakarta