• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tanggung jawab. 1. Pengertian tanggung jawab. Menurut Abu dan Munawar (2007) tanggung jawab merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. A. Tanggung jawab. 1. Pengertian tanggung jawab. Menurut Abu dan Munawar (2007) tanggung jawab merupakan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

A. Tanggung jawab

1. Pengertian tanggung jawab

Menurut Abu dan Munawar (2007) tanggung jawab merupakan perbedaan antara benar dan yang salah, yang boleh dan yang di larang, yang dianjurkan dan yang di cegah, yang baik dan yang buruk, dan sadar bahwa harus menjauhi segala yang bersifat negatif dan mencoba membina diri untuk selalu menggunakan hal-hal yang positif. Jadi sejak itu mulai dapat melakukan apa yang dimengertikannya. Tidak lagi tergoda untuk berbuat sama dengan orang lain, sekalipun orang lain itu berjumlah banyak, bersikeras untuk dianut, dan ditantang dengan ancaman ataupun hukuman.

Wiyoto (2001) menjelaskan tanggung jawab adalah kemampuan untuk membuat keputusan yang pantas dan efektif. Pantas berarti merupakan menetapkan pilihan yang terbaik dalam batas-batas normal sosial dan harapan yang umum diberikan, untuk meningkatkan hubungan antar manusia yang positif, keselamatan, keberhasilan, dan kesejahteraan mereka sendiri, misalnya menanggapi sapaan dengan senyuman. Sedangkan tanggapan yang efektif berarti tanggapan yang memampukan anak mencapai tujuan-tujuan yang hasil akhirnya adalah makin kuatnya harga diri mereka, misalnya bila akan belajar kelompok harus mendapat izin dari orang tua. Mampu bertanggung jawab jika melakukan tugas rutin

(2)

tanpa diberi tahu, dapat menjelaskan apa yang dilakukannya, tidak menyalahkan orang lain yang berlebihan, mampu menentukkan pilihan dari beberapa alternatif, dapat berkonsentrasi pada belajar yang rumit, bisa membuat keputusan yang berbeda dari keputusan orang lain dalam kelompoknya, mempunyi minat yang kuat untuk menekuni dalam belajar, menjalin komunikasi dengan sesama anggota kelompok, menghormati dan menghargai aturan, bersedia dan siap mempresentasikan hasil kerja kelompok, memiliki kemampuan dalam mengemukakan pendapat, mengakui kesalahan tanpa mengajukan alasan yang dibuat-buat.

Menurut Schiller & Bryan (2002) tanggung jawab adalah perilaku yang menentukan bagaimana bereaksi terhadap situasi setiap hari, yang memerlukan beberapa jenis keputusan yang bersifat moral. Mudjiono (2012) menyatakan bahwa, tanggung jawab adalah sikap yang berkaitan dengan janji atau tuntutan terhadap hak, tugas, kewajiban sesuai dengan aturan, nilai, norma, adat-istiadat yang dianut warga masyarakat. Burhanudin (2000) menjelaskan bahwa tanggung jawab adalah kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan yang diemban dan kesanggupan untuk memikul resiko dari sesuatu perbuatan yang dilakukan. Sedangkan menurut Britnes(dalam Mardiyah & Setiawati, 2014) tanggung jawab berarti tidak boleh mengelak, bila diminta penjelasan tentang perbuatannya. Bertanggung jawab berarti dapat diminta penjelasan tentang tingkah lakunya dan bukan saja bisa menjawab melainkan juga harus menjawab.

(3)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab merupakan kemampuan untuk memahami mengenai apa yang bersifat positif dan negatif, berusaha untuk mencoba untuk tidak melakukan hal yang negatif dan berusaha melakukan hal yang postif. Tanggung jawab merupakan mengambil keputusan yang patut dan efektif, merupakan pilihan yang terbaik dalam batas-batas norma sosial, kesanggupan untuk menentukan suatu sikap dan memikul resiko terhadap apa yang telah dilakukannya.

2. Aspek-aspek Tanggung Jawab

Menurut Burhanudin (2000) tanggung jawab adalah kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan atau tugas yang diemban dan kesanggupan untuk memikul resiko dari suatu perbuatan yang dilakukan.

Aspek-aspek tanggung jawab menurut Burhanudin sebagai berikut: a. Kesadaran

Memiliki kesadaran akan etika dan hidup jujur, melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel, sikap produktif dalam mengembangkan diri. Agar bisa memahami sikap dalam belajar bagi dirinya sendiri

b. Kecintaan atau Kesukaan

Memiliki sikap empati, bersahabat, dalam hubungan interpersonal. Hal ini dikarenakan individu melihat kebutuhan yang

(4)

lain dan memberikan potensi bagi dirinya. Dan untuk menunjukkan ekspresi cintanya kepada individu lain.

c. Keberanian

Memiliki kemampuan bertindak independen, mampu melihat perilaku dari segi konsekuensi atas dasar sistem nilai.

Dari aspek- aspek yang telah dijelaskan diatas bahwa aspek tanggung jawab merupakan kesadaran akan etik, nilai, moral, kemampuan dalam perencanaan, memiliki sikap produktif untuk mengembangkan diri dalam kemampuan yang di milikinya serta memiliki hubungan interpersonal yang baik (empati, bersahabat) dan kemampuan bertindak independen.

3. Jenis Tanggung Jawab

Menurut Tirtorahardjo (dalam Ulfa, 2014) tanggung jawab berdasarkan wujudnya terdiri dari: (1) tanggung jawab kepada diri sendiri, (2) tanggung jawab kepada masyarakat, dan (3) tanggung jawab kepada Tuhan. Berikut penjelasandari ketiga jenis tanggung jawab berdasarkan wujudnya:

a. Tanggung Jawab Kepada Diri Sendiri

Hakikat manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai kepribadian yang utuh, dalam bertingkah laku, dalam menentukan perasaan, dalam menentukan keinginannya, dan dalam menuntut hak-haknya. Namun, sebagai individu yang baik maka harus berani

(5)

menanggung tuntutan kata hati, misalnya dalam bentuk penyesalan yang mendalam.

b. Tanggung Jawab Kepada Masyarakat

Selain hakikat manusia sebagai makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk sosial yang berada di tengah-tengah masyarakat dan tidak mungkin untuk hidup sendiri. Oleh karena itu, manusia dalam berpikir, bertindak, berbicara dan segala aktivitasnya, manusia terikat oleh masyarakat, lingkungan dan negara. Maka dari itu segala tingkahlaku ataupun perbuatannya harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.Tanggung jawab kepada masyarakat juga menanggung tuntutan-tuntutan berupa sanksi-sanksi dan norma-norma sosial, misalnya seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara, dan lain-lain.

c. Tanggung Jawab Kepada Tuhan

Manusia di alam semesta ini tidaklah muncul dengan sendirinya, namun ada yang menciptakan yaitu Tuhan YME. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepadaNya dan juga menanggung tuntutan norma-norma Agama serta melakukan kewajibannya terhadap Tuhan YME. Sebagai bentuk perilaku bertanggung jawab kepada Tuhan misalnya yaitu mempunyai perasaan berdosa dan terkutuk.

Berdasarkan penjelasan tentang jenis-jenis tanggung jawab tersebut, maka tanggung jawab belajar siswa termasuk dalam jenis

(6)

tanggung jawab kepada diri sendiri dan masyarakat. Artinya, santri tersebut harus bisa menanggung kata hatinya untuk bersedia melakukan kewajibannya sebagai santri atau tersebut harus bisa berkomitmen untuk membiasakan diri dalam belajar dengan baik dan disiplin.

Jenis tanggung jawab meliputi tanggung jawab terhadap diri sendiri meliputi tingkah lak, perasaan, menentukan hak-haknya. Tanggung jawab kepada masyarakat, meliputi aturan, norma- norma yang ada dimana seseorang berada. Kemudian tanggung jawab terhadap Tuhan, terkait dengan Agama yang dianutnya.

4. Ciri-ciri Tanggung Jawab

Sedangkan ciri-ciri seorang yang bertanggung jawab menurut Astuti (2005) antara lain yaitu:

a. Melakukan tugas rutin tanpa harus diberi tahu, dia menyadari tanggung jawabnya untuk mengerjakan tugas sebagai santri.

Narwanti (dalam Fitriastuti, 2014) yang menyatakan bahwa tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa

b. Dapat menjelaskan apa yang dilakukannya, setiap hal yang dilakukan memiliki alasan yaitu maksud dan tujuannya.

(7)

c. Tidak suka menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dilakukan orang tersebut.

d. Kemampuan dalam menentukan pilihannya menurut Pearson & Trout (dalam Susanti,2015) menyatakan bahwa satu-satunya alasan individu memiliki kesadaran adalah kesadaran memungkinkan individu melakukan pergerakan atas kemauan sendiri. Pergerakan atas kemauan sendiri adalah pergerakan yang dibuat berdasarkan keputusan, bukan berdasarkan insting atau reflek, dengan memiliki kesadaran maka individu mampu melakukan pergerakan atas kemauan sendiri.

e. Bisa bermain atau bekerja sendiri dengan senang hati

f. Bisa membuat keputusan yang berbeda dari keputusan orang lain dalam kelompoknya

g. Punya beberapa saran atau minat yang ditekuni h. Menghormati dan menghargai aturan

i. Dapat berkonsentrasi pada tugas-tugas yang rumit j. Mengerjakan apa yang dikatakannya akan dilakukan

k. Mengakui kesalahan tanpa mengajukan alasan yang dibuat-buat. Pendapat lain dari Zubaedi (dalam Ulfa, 2014) menyatakan bahwa tanggung jawab juga ditandai dengan adanya sikap yang rasa memiliki, disiplin, dan empati. Rasa memiliki maksudnya seseorang itu mempunyai kesadaran akan memiliki tanggung jawab yang harus dilakukan; disiplin berarti seseorang itu bertindak yang menunjukkan perilaku yang tertib dan patuh pada berbagai peraturan; dan empati berarti seseorang itu mampu mengidentifikasi dirinya dalam keadaan

(8)

perasaan dan pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain dan tidak merasa terbebani akan tanggung jawabnya itu.

5. Faktor yang Mempengaruhi Tanggung Jawab

Menurut Sudani (dalam A’ans dkk, 2014) sebagai berikut:

1. Kurangnya kesadaran akan pentingnya melaksanakan hak dan kewajiban yang merupakan tanggung jawabnya.

2. Kurang memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki 3. Dan layanan bimbingan konseling yang dilakukan oleh guru BK (Bimbingan Konseling) dalam menangani perilaku tanggung jawab belajar secara khusus belum terlaksana secara optimal di kelas.

B. Self -Regulated Learning

1. Pengertian Self- Regulated Learning

Menurut Hurlock (2007) self -regulated learning merupakan self- generation dan self monitoring terhadap berbagai pikiran, perasaan, dan perilakunya agar dapat meraih tujuan. Tujuan tersebut dapat bersifat akademik (meningkatkan pemahaman bacaan, menjadi penulis yang apik belajar bagaimana caranya mengalikan, mengajukan pertanyaan yang relevan) atau dapat bersifat sosioemosional (mengontrol kemarahannya sendiri, berada bersama kawan secara lebih nyaman).

Menurut Winne (dalam Santrock, 2007) self -regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri di dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal.

(9)

Self -regulated learning merupakan kemampuan dalam hal mengatur perasaan, pikiran dan perilakunya dan dapat mengelola pikiran, perasaan, dan perilakunya secara efektif sehingga mampu mencapai hasil belajarnya di sekolah.

2. Aspek- aspek Self Regulated Learning

Menurut Zimmerman (1998) self -regulated learning mencakup tiga aspek :

a. Metakognisi, yaitu kemampuan individu dalam merencanakan, mengorganisasikan atau mengatur, menginstruksikan diri, memantau dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar.

b. Motivasi, yaitu mengatakan bahwa motivasi dalam self -regulated learning ini merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar. Motivasi merupakan fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan kompetensi yang dimiliki setiap individu.

c. Perilaku, yaitu merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi, dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar.

Menurut Glyn dkk (dalam Latipah, 2010) self - regulated learning merupakan kombinasi ketermapilan belajar akademik dan pengendalian diri yang membuat pembelajaran terasa lebih mudah sehingga para santri lebih termotivasi

(10)

Selanjutnya menurut Wolters dkk. (dalam Amalia, 2003) menjelaskan penerapan dari setiap aspek yaitu:

Pertama, yaitu meregulasi atau mengontrol kognisi meliputi macam-macam kognisi atau metakognitif yang mengharuskan individu terlibat untuk mengadaptasi dan mengubah kognisinya. Strategi pengulangan, elaborasi, dan organisasi dapat digunakan individu untuk mengontrol kognisi dan proses belajarnya.

Kedua, yaitu meregulasi motivasi melibatkan aktivitas yang penuh tujuan dalam memulai, mengatur atau menambah kemauan untuk memulai, mempersiapkan tugas berikutnya, atau menyelesaikan aktivitas tertentu atau sesuai tujuan. Regulasi motivasi adalah semua pemikiran, tindakan atau perilaku dimana santri berusaha mempengaruhi pilihan, usaha, dan ketekunan tugas akademisnya.

Ketiga, yaitu meregulasi perilaku merupakan usaha individu untuk mengontrol sendiri perilaku nampak. Meliputi effort regulation (regulasi usaha), time study environment (waktu dan lingkungan), dan help seeking (pencarian bantuan).

Sedangkan menurut Pintrich & De Groot (dalam Ruliyanti, 2014) terdapat tiga aspek dalam self-regulated learning yang disebut para ahli mampu meningkatkan performa santri di dalam kelas. Pertama, kemampuan santri menerapkan strategi metakognitif untuk merencanakan, memonitor, dan memodifikasi kognisinya. Kedua, kemampuan santri

(11)

dalam hal ini termasuk menangkal hambatan seperti gangguan lingkungan. Ketiga, mempertahankan kognisinya agar tetap fokus pada tugas; ketiga, strategi kognitif yang diterapkan santri untuk belajar, mengingat dan memahami materi pelajaran.

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa aspek self -regulated learning meliputi kemampuan dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengatur diri, memonitor diri, melakukan evaluasi terhadap diri sendiri, serta memiliki kepercayaan terhadap kemampuan yang dimilikinya dan mendukung terhadap kegiatan belajarnya di sekolah.

3. Faktor yang mempengaruhi self regulated learning

Menurut Zimerman (1989) setidaknya terdapat 3 faktor yang mempengaruhi self -regulated learning, sebagai berikut:

a. Faktor pribadi

Menggunakan proses pribadi untuk mengatur strategi perilaku dan lingkungan belajar segera.

b. Faktor perilaku

Menggunakan strategi self -evaluation sehingga mendapatkan informasi tentang akurasi dan apakah harus terus memeriksa melalui umpan balik enactive.

c. Faktor lingkungan

Menggunakan strategi manipulasi lingkungan yang melibatkan intervensi ruang urutan perilaku mengubah respon, seperti

(12)

menghilangkan kebisingan, mengatur pencahayaan yang memadai dan mengatur tempat untuk menulis.

4. Karakteristik Self -Regulated Learning

Menurut Winne & Perry ( Santrock, 2007) karakteristik seseorang yang memiliki self regulated -learning yaitu:

a. Menetapkan tujuan untuk memperluas pengetahuan mereka dan membina motivasi mereka. Menurut Smith (dalam Latipah, 2010) mengatakan bahwa motivasi merupakan inti dari pengelolaan diri dalam belajar dimana santri mau mengambil tindakan dan tanggung jawab atas kegiatan belajar yang di lakukan.

b. Menyadari sifat dasar emosinya dan menempuh startegi-strategi yang dapat di gunakan untuk mengelola emosinya. Menurut Santrock (dalam Alfina,2014) santri yang memiliki kemampuan self-regulated learning menunjukan karateristik mengatur tujuan belajar untuk mengembangkan ilmu dan meningkatkan motivasi, dapat mengendalikan emosi sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran, memantau secara periodik kemajuan target belajar, mengevaluasinya dan membuat adaptasi yang diperlukan sehingga menunjang dalam prestasi, oleh karena itu kemampuan self-regulated learning sangat penting dimiliki oleh santri, agar memiliki tanggung jawab yang besar terhadap diri dan perilaku demi tercapainya tujuan

(13)

c. Secara berkala memonitor kemajuan yang telah dicapai dalam meraih tujuan. Alwisol (2007) menjelaskan bahwa manusia mempunyai kekuatan kreatif untuk mengontrol kehidupan dirinya, bertanggung jawab mengenai tujuan finalnya, menentukan cara memperjuangkan mencapai tujuan itu, dan menyumbang pengembangan minat sosial d. Merevisi atau memperhalus startegi-strateginya berdasarkan kemajuan

yang telah di capai.

e. Mengevaluasi hambatan-hambatan yang muncul dan berusaha melakukan adaptasi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik seseorang yang memiliki self -regulated learning yaitu, menetapkan tujuan, dapat mengelola emosinya, memonitor kemajuan yang telah di capai, berusaha merevisi, mengevaluasi hambatan-hambatan yang muncul

(14)

C. Santri

Menurut Majid (1997) santri berasal dari perkataan sastri sebuah kata dari sansekerta yang artinya melek huruf dikonotasikan dengan kelas literary bagi orang jawa yang disebabkan karena pengetahuan mereka tentang Agama melalui kitab-kitab yang bertuliskan dengan bahasa arab. Santri merupakan seorang pelajar yang belajar disekolah Agama atau yang disebut pondok pesantren.

Pondok Pesantren menurut Nasir (2005) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangakn dan menyebarkan ilmu agama Islam. Dilanjutkan oleh Zarkasy (2005) menurut asal katanya pesantren berasal dari kata santri yang mendapat imbuhan awalan pe dan akhiran an yang menunjukan tempat maka artinya adalah tempat para santri.

Santri atau pelajar sama halnya dengan peserta didik, menurut Pendidikan Nasional (2003) mengatakan bahwa peserta didik adalah anggota yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jensi pendidikan. Menurut Chaplin dkk ( 2013) pendidikan merupakan pengembangan potensi atau kemampuan manusia secara menyeluruh yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan yang dibutuhkan manusia itu sendiri.

(15)

D. Kerangka Berpikir

Tanggung jawab dapat dimiliki semua orang, termasuk santri yang tinggal di pondok pesantren. Tanggung jawab seorang santri dipondok pesantren tidak terlepas dari tugas, peraturan yang ada disekolah. Santri yang memiliki tanggung jawab akan menyelesaikan pekerjaan atau tugasnya di pondok pesantren, ataupun kegaiatan dan aturan lainnnya.

Santri yang bertanggung jawab memahami apa yang bersifat positif dan negatif dan ia akan melakukan hal-hal yang positif hal ini yang membuktikan bahwa santri memiliki kesadaran diri. Santri yang memiliki tanggung jawab akan mampu merencanakan terhadap tanggung jawabnya di sekolah dan mampu mengembangkan diri. Dengan kesadarannya sebagai santri dan memiliki tanggung jawab terhadap sekolahnya maka ia akan mengatur cara belajarnya, perasaan, perilaku, dan pikirannya. Ketika santri telah mampu mengatur diri, mengontrol, dan mengevaluas dalam belajarnya maka ia akan mampu bertanggung jawab terhadap belajar, aturan, yang ada di sekolah atau pondok pesantern. Demikian juga ketika santri memiliki rasa tanggung jawab maka ia akan dapat mengatur belajarnya, mengontrol, memonitor, memotivasi dirinya dengan baik.

Hasil penelitian yang dilakukan Pahyanti (2013) tentang peningkatan tanggung jawab, siswa masih kurang memperhatikan pembelajaran dan sering tidak melaksanakan tugas-tugas yang diberikan guru. Siswa lebih mengandalkan teman dengan mencotek hasil pekerjaan siswa lain. Siswa tidak berani mengemukakan pendapatnya di depan kelas. Dalam hal ini tanggung

(16)

jawab merupakan aspek penting bagi santri, dimana tanggung jawab merupakan hal yang membuat santri melaksanakan tugas, belajar di pondok pesantren, mematuhi aturan yang ada dan juga tanggung jawab akan memudahkan dalam meraih tujuan dalam belajar sebagai santri di pondok pesantren.

Rendahnya tanggung jawab juga akan berdampak buruk pada santri, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Setyowati (2015) yang meneliti tentang Tingkat tanggung jawab siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) dengan menerapkan Buliding leraning power. Rendahnya tanggung jawab pada diri siswa akan berdampak pada terbentuknya perilaku-perilaku menyimpang dalam bentuk pelanggaran-pelanggaran. Dengan penerapan building leraning power (BLP) tingkat tanggung jawab semakin meningkat. sebanyak 4% siswa didominasi dengan kategori cukup tanggung jawab, 32% siswa dikategorisasikan memiliki sikap tanggung jawab, dan sebanyak 64% siswa dikategorisasikan memiliki sikap sangat tanggung jawab. Penelitian ini menunjukkan bahwa rendahnya tanggung jawab akan berdampak pada pelanggaran, akan tetapi tanggung jawab juga dapat ditingkatkan.

Oleh karena itu dengan adanya self -regulated learning maka santri akan meningkatkan tanggung jawabnya karena dengan self -regulated learning santri akan mengatur cara belajarnya, tugas-tugasnya sebagai santri dan aturan yang ada di pondok pesantren. Karena santri yang memiliki self -regulated learningakan mampu merencanakan bagaimana dalam

(17)

kepercayaan diri yang bagus dan tidak mudah terjerumus ke hal-hal yang negatif. Adapun penjelasan yang sudah diuraikan diatas, dapat gambarkan melalui alur kerangka berpikir dibawah ini.

Gambar 1 Kerangka Berpikir

Santri

Self -Regulated Learning

1. Metakognisi 2. Motivasi 3. Perilaku

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara self -regulated learning dengan Tanggung Jawab Santri Tingkat SMA di Pondok Pesantren Modern Zam-zam Muhammadiyah Cilongok Kabupaten Banyumas.

Tanggung Jawab

1. Kesadaran 2. Kecintaan

Gambar

Gambar 1  Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Siwabessy (RSG-GAS), maka litbang ini perlu dilakukan. Dalam penelitian ini dilakukan analisis perhitungan dengan memakai program komputer terpilih yaitu WIMSD4 untuk

Oleh karena itu Wahbah al-Zuhaili menafsirkan ayat diatas dengan menyatakan: “setiap orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, dan beramal saleh serta memegang

P : Peneliti menjelaskan pada seluruh siswa.. P : “Nah, dalam diagram panah itu, kotak yang pertama kan berisi domain dan kotak kedua berisi kodomain, jadi semua

dan mampu meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa secara signifikan. Pendekatan konvensional merupakan pendekatan yang umum digunakan oleh guru- guru dalam

Untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, peneliti melakukan beberapa hal sebagai berikut : mengumpulkan peraturan perundang-undangan serta peraturan lainnya

Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Lampung Barat ditetapkan dengan maksud memberikan arah penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan penyampaian

Penelitian ini akan mengusulkan penggunaan learning machine Naive Bayes (NB) dengan mengintegrasikan antara teknik SMOTE dan Bagging serta algoritma Information

10 Bagi saya berpacaran itu tidak penting di sini 11 Saya merasa bahwa di asrama waktu terbanyak dihabiskan untuk berpacaran dari pada kegiatan kebersamaan dengan