• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Rasa Tanggung Jawab

a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

Rasa tanggung jawab merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang bertanggung jawab cenderung dapat melaksanakan tugas dengan baik. Mustari (2014: 19) menyatakan bahwa sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan. Pengertian rasa tanggung jawab di atas berbeda dengan Daryanto (2013: 71) yang menyatakan bahwa tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarkat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab merupakan salah satu sikap manusia untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan yang seharusnya dia lakukan tanpa perlu mengalihkan kepada orang lain. Peran serta siswa dalam kegiatan di sekolah juga dapat meningkatkan sikap tanggung jawab terhadap kewajiban yang sudah seharusnya dilakukan oleh siswa.

(2)

b. Ciri-Ciri Rasa Tanggung Jawab

Tanggung jawab berarti melaksanakan tugas secara sungguh-sungguh, berani menanggung konsekuensi dari sikap, perkataan dan tingkah lakunya. Berdasarkan hal tersebut maka timbul indikasi-indikasi yang diharuskan dalam diri seseorang yang bertanggung jawab. Ciri-ciri tanggung jawab tersebut menurut Mustari (2014: 22) adalah :

1) Memilih jalan lurus

2) Selalu memajukan diri sendiri 3) Menjaga kehormatan diri 4) Selalu waspada

5) Memiliki komitmen pada tugas

6) Melakukan tugas dengan standar yang terbaik 7) Mengakui semua perbuatannya

8) Menepati janji

9) Berani menanggung resiko atas tindakan dan ucapannya c. Indikator Rasa Tanggung Jawab

Rasa tanggung jawab terdapat 2 indikator, yaitu Indikator Sekolah dan Indikator Kelas, menurut Daryanto (2013: 142-143) indikator rasa tanggung jawab, antara lain:

1) Indikator Sekolah

a) Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis.

b) Melakukan tugas tanpa disuruh.

c) Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat.

d) Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas. 2) Indikator Kelas

a) Pelaksanaan tugas piket secara teratur. b) Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah. c) Mengajukan usul pemecahan masalah.

(3)

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi Belajar merupakan ukuran yang diperoleh seseorang selama proses belajarnya, ukuran keberhasilan tersebut dapat dilihat dari seberapa jauh pemahaman siswa dalam penguasaan materi pembelajaran selama periode tertentu. Nilai rapot dapat mengetahui prestasi belajar siswa, siswa yang nilai rapotnya tinggi dapat dikatakan prestasinya tinggi, sedangkan siswa yang nilai rapotnya jelek dikatakan prestasinya rendah.

Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan siswa selama proses pembelajarannya. Arifin (2013: 12) menyatakan bahwa prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan.Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

Prestasi belajar dalam pengertiannya mempunyai beberapa fungsi, Arifin (2013:12) menyebutkan bahwa fungsi prestasi belajar, antara lain:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai

(4)

“tendensi keingintahuan”(couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari

suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan, asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena siswalah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sangat penting bagi guru untuk mengetahui dan memahami prestasi belajar siswa, baik individu maupun kelompok. Prestasi belajar tolak ukur keberhasilan dalam bidang studi. Guru perlu mengetahui prestasi belajar siswa agar dapat mengukur seberapa banyak siswa menyerap materi yang telah diajarkan oleh gurunya, keberhasilan dari suatu pembelajaran tergantung prestasi belajar yang diperoleh siswa. Oleh karena itu, untuk meningkatkan prestasi belajar pada siswa, guru perlu mengupayakan penggunaan model pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi siswa.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan suatu ukuran keberhasilan siswa dalam melaksanakan suatu pembelajaran. Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat membuat prestasi belajar siswa menurun.

(5)

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, Slameto (2010: 54), berpendapat bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor dari dalam diri siswa yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor ada di luar diri individu. Faktor intern dapat dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu 1) faktor jasmaniah yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh, 2) Faktor psikologi yang terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan, 3) Faktor kelelahan.

Faktor ekstern dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu: 1) Fakor keluarga yang terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. 2) Faktor sekolah yang terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. 3) Faktor masyarakat yang terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

c. Prinsip-Prinsip Pretasi Belajar

Prestasi belajar merupakan ukuran seseorang dalam hasil belajarnya, dalam prestasi belajar terdapat prinsip dasar pengukuran

(6)

prestasi. Pengukuran prestasi belajar menurut Gronlund dalam Azwar (2013: 18), merumuskan beberapa prinsip dasar yaitu:

1. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas dengan tujuan intrusional.

2. Tes prestasi belajar harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program intruksional atau pengajaran.

3. Tes prestasi harus berisi aitem-aitem dengan tipe yang paling cocok, guna mengukur hasil belajar yang di inginkan.

4. Tes prestasi harus di rancang sedemikan rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya.

5. Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati. 6. Tes prestasi harus digunakan untuk meningkatkan belajar

para anak didik.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Daldjoeni (1981: 7) mengatakan bahwa IPS didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia di dalam kelompok yang disebut masyarakat, dengan menggunakan ilmu politik, ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan sebagainya. Sedangkan Ahmadi (1991: 3) mengatakan bahwa IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran sosial.

Pengertian di atas berbeda dengan Susanto (2014: 137) yang menambahkan bahwa pendidikan IPS merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada siswa,

(7)

khususnya ditingkat dasar dan menengah. Luasnya kajian IPS ini mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi psikologi, budaya, sejarah, maupun politik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial yang memberi wawasan dan pemahaman mendalam kepada semua oran, tidak terkecuali siswa di sekolah dasar.

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Tujuan dari adanya pembelajaran IPS di sekolah yang disebutkan BNSP. Susanto (2014: 149) yang menyatakan bahwa tujuan IPS, antara lain:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkomunikasi dalam masyarakat yang majemuk, tingkat lokal, nasional, dan global.

c. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ruang lingkup materi pelajaran IPS di sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah yang tercantum dalam kurikulum, Depdiknas dalam Susanto (2014: 160) menyatakan bahwa ruang lingkup IPS, antara lain:

1) Manusia, tempat, dan lingkungan 2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3) Sistem sosial dan buidaya

(8)

4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa ruang lingkup IPS menyangkut kegiatan dasar manusia dan segala kegiatan manusia.IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata Pelajaran IPS pada jenjang SD/MI memuat materi geografi, sejarah, dan ekonomi. Melalui Mata Pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga masyarakat yang menghargai nilai-nilai sosial, bertanggung jawab, mencintai lingkungan alam, dan menjadi warga dunia yang cinta damai.

Mata Pelajaran IPS di susun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut, diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

Pembelajaran IPS memiliki tujuan yang sangat terarah dalam mewujudkan warga negara yang baik dan mewakili kemampuan dalam melakukan interaksinya sebagai bagian dari makhluk sosial. Meskipun demikian proses pembelajaran IPS terkadang masih memerlukan pembenahan. Pendidik dalam pembelajaran IPS sering mengalami masalah yang berkaitan denga prestasi dan rasa tanggung jawab siswa selama proses pembelajaran. Hal ini sering terjadi karena siswa

(9)

menganggap bahwa pelajaran IPS terlalu banyak hafalan sehingga siswa merasa bosan dan jenuh.

4. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Cooperative Learning

Pada dasarnya Cooperative Learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan kelompok dari anggota itu sendiri. Solihatin (2011:4) menyebutkan bahwa

Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas

dalam suasana bersama diantara sesama kelompok.

Pengertian di atas berbeda dengan Suprijono (2015: 54) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahlan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud.

Cooperative learning merupakan suatau pembelajaran yang

(10)

utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerjasama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, Slavin dalam Trianto (2010: 56) menyatakan bahwa belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan dan penguasaan materi, berbeda dengan Ibrahim dalam Trianto (2010: 66-67) yang menyatakan bahwa terdapat enam fase utama dalam penggunaan pembelajaran kooperatif. Fase-fase ini ditunjukan pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku guru

Fase- 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase- 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase- 3 Mengorganisasikan

siswa kedalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase- 4 Membimbing kelompok bekerja dan

belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase- 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase- 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(11)

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Trianto (2010: 81) menyebutkan bahwa strategi Think Pair Share atau berpikir, berpasangan, dan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi Think Pair Share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pengertian pembelajaran kooperatif berbeda dengan Frang Lyman dalam Trianto (2010: 81) yang menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Asumsinya bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan proses prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memiliki langkah-langkah dalam pembelajarannya. Menurut Suprijono (2015: 110) langkah-langkah pembelajarannyayaitu:

1) Thinking

Pebelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh siswa. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannnya.

(12)

2) Pairing

Pada tahap ini meminta siswa untuk berpasang-pasangan. Beri kesempatan pada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannnya.

3) Sharing

Dalam keiatan ini diharapkan terjadi Tanya jawab yang menjawab pada pengonstruksian pengetahuan secara integratif. Siswa dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya.

c. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memiliki Kelebihan-kelebihan. Lie, A (2010: 46) menyebutkan kelebihan pembelajaran Think Pair Share, antara lain:

1) Meningkatkan partisipasi siswa 2) Cocok untuk tugas sederhana

3) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok

4) Interaksi lebih mudah

5) Lebih mudah dan cepat membentuknya

d. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share tidak hanya memiliki kelebihan tetapi juga memiliki kekurangan. Lie, A (2010: 46) menyebutkan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share, antara lain:

1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor 2) Lebih sedikit ide yang muncul

3) Jika ada perselisihan tidak ada penengah

Bedasarkan uraian diatas pembelajraan kooperatif memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, maka guru harus

mampu mengoptimalkan kelebihan dan kekurangan dalam

(13)

Model pembelajaran ini diharapkan dapat mengatasi masalah yang timbul dikelas yang berkaitan dengan tanggung jawab, karena pembelajaran Think Pair Share ini melatih siswa untuk menggungkapkan pendapat dan berbicara di depan kelas. Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain jurnal yang ditulis oleh Dedi Firmanto (2015) yang berjudul “Pengaruh Model Kooperatif Learning Tipe Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar IPS SD”. Dedi memaparkan tentang model pembelajaran Think Pair Share yang dapatmenambah keaktifan siswa dan memudahkan siswa dalam memperoleh pengetahuan serta keterampilan yang baru. Pengetahuan dan keterampilan dapat dikembangkan dan diajarkan kepada siswa agar mereka dapat bekerja sama, saling menghargai pendapat orang lain dan belajar menerima kritik atausaran dari orang lain. Secara tidak langsung siswa akan belajar mengembangkan sikap sosialnya. Siswa juga diajarkan untuk memecahkan masalah yang diberikan guru secara berkelompok.

Peneliti juga merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Dewi Sekarini (2014) dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V SD”. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran Think Pair Share memperkenalkan gagasan tentang waktu “tunggu atau berpikir (wait or think time) pada

(14)

element interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respons siswa terhadap pertanyaan. Hal ini menunjukan bahwa melalui Think Pair Share dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS materi Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model Think Pair Share dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dan prestasi belajar siswa. Penelitian ini juga dapat melatih siswa untuk bekerja sama, saling menghargai pendapat orang lain dan belajar menerima kritik atausaran dari orang lain. Dengan demikian penelitian yang telah dilakukan di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu penggunaan model Think Pair Share dalam proses pembelajaran. Namun, penelitian di atas memiliki perbedaan dengan peneliti yaitu peneliti tidak terlalu berpaku pada gagasan tentang waktu “tunggu atau berpikir (wait or think time) pada interaksi pembelajaran, karena peneliti berpikir jika “tunggu atau berpikir tidak cukup untuk meningkatkan respons siswa terhadap pertanyaan dan juga terhadap rasa tanggung jawab yang siswa.

Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti akan meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dan prestasi belajar siswa, agar siswa aktif dalam merespon pertanyaan dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Agar dapat menjadi dasar untuk menguatkan penelitian ini, yang berjudul Upaya Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair

(15)

C. Kerangka Pikir

Kondisi awal siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada mata pelajaran IPS materi teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi, siswa masih belum aktif dalam pembelajaran. Rasa tanggung jawab siswa juga berkaitan dengan kemampuan tanggung jawab yang masih rendah. Kemampuan tanggung jawab siswa yang masih belum sempurna, hal ini dapat terlihat dari proses pembelajaran siswa masih banyak yang bermain sendiri dengan teman sebangkunya, pengerjaan tugas masih ada siswa yang mencontek, dan pada saat diskusi siswa tidak ikut berdiskusi atau bekerja kelompok hal ini menjadikan suatu permasalahan yang ada didalam kelas.. Mengatasi permasalahan tersebut, guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Penerapan model ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan rasa tanggung jawab siswa. Model ini dapat melatih kemampuan siswa, terutama kemampuan bekerja sama dengan temannya. Model ini diharapkan agar siswa lebih memahami materi pembelajaran. Kondisi akhirnya yaitu peningkatan prestasi siswa. Secara rinci kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(16)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

Perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang disusun dengan matang akan memungkinkan untuk tercapainya sebuah tujuan pembelajaran yang telah disusun. Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan rasa tanggung jawab belajar siswa materi teknologi produksi, komunikasi dan transportasi di kelas IV SD Negeri Kalisari. 2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa belajar siswa materi teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi di kelas IV SD Negeri Kalisari.

TINDAKAN

 Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

 Siklus I:

Penerapan pembelajaran

menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

 Siklus II:

Penerapan pembelajaran

menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

KONDISI AWAL  Prestasi belajar

siswa pelajaran IPS belum memenuhi KKM  Siswa bermain sendiri dengan teman sebangkunya pada saat pembelajaran berlangsung  Siswa masih mencontek dalam mengerjakan tugas KONDISI AKHIR Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share dapat

meningkatkan rasa tanggung jawab dan

prestasi belajar IPS materi teknologi

produksi, komunikasi, dan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UNGGULAN KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN.. PERIODE LVX TAHUN

lokasi sampling, Bandung dan Lembang mulai bulan Maret 2004 – Desember 2005 menggunakan metode reflektans dengan 2 macam persamaan, memberikan hasil konsentrasi BC yang hampir

Untuk mengurangi kelemahan itu diperlukan (1) dijaga iklim psikologis agar untuk tetap berperilaku dalam kewajaran, (2) observasi dinaytakan sebagai penelitian

Pondasi sumuran yang direncanakan pada pembangunan Gedung 5 (lima) lantai adalah pondasi sumuran dengan bahan beton siklop dengan mutu beton f c 20.. Pembuatan pondasi

Hal ini berarti hipotesis nol yang mengatakan tidak adanya hubungan antara persepsi terhadap pengembangan karir dengan kemampuan berempati pada perawat ditolak, sehingga

Dengan pesatnya perkembangan teknologi, dibuatlah denah dengan citra 3 dimensi tentang gedung atau bangunan yang ada di UMP untuk memudahkan dalam penerimaan informasi.

Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dalam dakwaan Pasal 170 ayat (2) Ke-1 KUHP telah terpenuhi, maka para terdakwa haruslah dinyatakan terbukti secara.. sah dan meyakinkan

dalam ruangan, dapat menggunakan mesin-mesin pendingin atau yang lebih.. dikenal dengan nama AC ( Air