RPOFIL BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA TAHUN 2014
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JL. Selamanik No. 16 A Banjarnegara Jawa Tengah
53415
2 KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatnya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Profil Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (Balai Litbang P2B2) Banjarnegara tahun 2014.
Profil Balai Litbang P2B2 Banjarnegara berisi tentang kelembagaan, Tugas dan Fungsi, Sumber Daya, Sarana Prasarana, Kegiatan Pelayanan dan Penelitian serta Program dan Kerjasama selama Tahun 2014.
Melalui Buku profil ini diharapkan masyarakat dan pihak-pihak yang membutuhkan yang membutuhkan informasi tentang Balai Litbang P2B2 Banjarnegara dapat lebih mengenal Balai Litbang P2B2 Banjarnegara dan dapat meningkatkan kemitraan. Menyadari kekurangan dan keterbatasan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan buku profil ini. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan tenaga dan pikiran dalam penyusunan buku ini diucapkan terima kasih.
Banjarnegara, April 2015 Kelapa Balai Litbang P2B2 Banjarnegara
Budi Santoso, SKM, M.Kes NIP. 196111191985031005
A. KELEMBAGAAN
1. SEJARAH SINGKAT
Bermula dari Proyek Intensification of Communicable Disease Control – Asian Development Bank (ICDC-ADB) yang dimulai pada tahun 1998, yaitu suatu proyek Intensifikasi Pemberantasan Penyakt Menular (IPPM) yang meliputi penyakit Malaria, ISPA, TBC dan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Proyek ICDC-ADB ini dilaksanakan di enam propinsi yaitu : Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur. Proyek ini terdistribusi 21 Kabupaten di enam Provinsi tersebut.
Untuk menunjang upaya menurunkan kejadian malaria di daerah ICDC-ADB maka dibangun institusi penunjang proyek bernama Stasiun Lapangan Pemberantasan Vektor (SLPV)di enam Provinsi, salah satunya di Provinsi Jawa Tengah, SLPV ini berkedudukan di Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah dengan Annual Parasite Incidence tertinggi diantara empat kabupaten pelaksana proyek ICDC-ADB lainnya di Jawa Tengah, yaitu : Banjarnegara, Jepara, Kebumen, dan Pekalongan. SLPV ini
4 secara adminstratif bertanggung jawab kepada Kanwil Departemen Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tetapi secara teknis kepada Kepala Direktur Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2).
SLPV Banjarnegara mulai beroperasi tanggal 15 Agustus 1999 yang menempati rumah kontrakan di Jalan Al Munawaroh No. 11 Banjarnegara sampai dengan bulan September 2000. Gedung baru kemudian dibangun di atas tanah Pemda Banjarnegara dengan luas tanah 1360 m2. Pembangunan gedung mulai tanggal 6 Januari 2000 dan selesai tanggal 3 Mei 2000. Kemudian baru ditempati sejak tanggal 14 September 2000.
Dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah, SLPV tidak diintegrasikan ke dalam Dinas Kesehatan Provinsi, tetapi masih merupakan UPT Pusat dibawah Badan Litbangkes bernama UPF-PVRP. Hal ini dimaksudkan agar SLPV dapat bermanfaat lebih luas bagi kabupaten/provinsi lain di luar Jawa Tengah. Dengan berakhirnya Proyek ICDC-ADB aset UPF-PVRP yang ada di Provinsi harus diberdayakan. Untuk itu oleh Badan Litbangkes dan dibantu oleh Ditjen PPM-PL
diusulkanlah kelembagaan UPF-PVRP kepada Menpan. Dengan persetujuan Menpan, Menteri Kesehatan dengan SK Nomor : 1406/MENKES/SK/IX/2003, tanggal : 30 September 2003 menetapkan kelembagaan UPF-PVRP di enam Provinsi menjadi Loka Litbang P2B2. Merujuk Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 894/Menkes/Per/IX/2008,
Loka Litbang P2B2 Banjarnegara mempunyai Unggulan Penelitian dan Pengembangan di bidang Penyakit Bersumber Rodensia. Pada tanggal 5 Mei 2011 berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 920 / Menkes/Per/V/2011, status kelembagaan meningkat dari Loka Litbang P2B2 Banjarnegara (Eselon IVA) menjadi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara (Eselon IIIB).
2. TUGAS
6 3. FUNGSI
a. Penyusunan rencana dan program penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang.
b. Pelaksanaan kerjasama penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang.
c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang.
d. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit sesuai keunggulannya.
e. Penentuan karakteristik epidemiologi penyakit bersumber binatang.
f. Pengembangan metode dan teknik pengendalian penyakit bersumber binatang.
g. Pengelolaan sarana penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang serta pelayanan masyarakat.
i. Pelaksanaan diseminasi dan promosi hasil-hasil penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang.
j. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan.
Berikut ini adalah Struktur Organisasi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 920/Menkes/Per/V/2011 (gambar 1.)
8 KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA SEKSI PELAYANAN PENELITIAN SEKSI PROGRAM DAN
KERJASAMA
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL INSTALASI
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 920 / Menkes/Per/V/2011
B. SUMBER DAYA
1. SUMBER DAYA MANUSIA
Sampai dengan Desember 2014, Balai Litbang P2B2 Banjarnegara memiliki pegawai sebanyak 61 orang yang terdiri dari 38 orang PNS, 20 orang tenaga kontrak dan 3 orang CPNS tahun 2013. Grafik berikut menggambarkan fluktuasi jumlah pegawai Balai Litbang P2B2 Banjarnegara selama dua belas tahun terakhir.
10 a. Jumlah pegawai menurut Jabatan
Tabel 1. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Menurut Jabatan Tahun 2014
No Jabatan Pegawai Jumlah pegawai
1. Pejabat struktural 1
2. Pejabat struktural merangkap fungsional peneliti 3
3. Fungsional peneliti 6
4. Fungsional litkayasa 5
5. Calon peneliti 10
6 Calon Teknisi Litkayasa 4
7. Bendahara 2
8. Perencana 1
9. Pranata Humas 1
10. Arsiparis 1
11. Analis Kepegawaian 1
12. Penata Laporan Keuangan 2 13. Pengadministrasian Umum 2
14. Pengemudi 2
b. Jumlah pegawai menurut Pendidikan
Gambar 3. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Berdasarkan Pendidikan Tahun 2014
12 2. SARANA PRASARANA
a. GEDUNG KANTOR
Gedung kantor A seluas 280 m2 dibangun pada tahun 2010, terdiri atas dua lantai. Lantai pertama terdiri dari ruang Kepala Balai, ruang Kepala Sub Bagian Tata Usaha, ruang sekretaris pimpinan, dan ruang staf administrasi. Sedangkan lantai dua terdiri dari ruang Kepala Seksi dan staf program dan kerjasama, ruang Kepala Seksi dan staf pelayanan penelitian, dan ruang peneliti.
14 b. LABORATORIUM TERPADU
Gedung laboratorium terpadu seluas 564 m2 dibangun pada tahun 2010 terdiri atas dua lantai. Lantai pertama terdiri dari Instalasi Rodentologi, Parasitologi, Entomologi, Bakteriologi. Sedangkan lantai dua terdiri dari ruang teknisi, ruang diskusi dan ruang kendali IT, instalasi Epidemiologi, GIS dan Statistik serta ruang menyusui.
16 1) Instalasi Parasitologi
Instalasi Parasitologi memiliki kemampuan antara lain : Pembuatan preparat malaria sediaan darah tipis dan tebal, Pembuatan preparat malaria dan filaria dengan pewarnaan giemsa, Pemeriksaan parasit malaria dan filaria secara mikroskopis, Pemeriksaan parasit malaria dengan rapid test, Menghitung densitas (human malaria) pada sediaan darah tipis dan tebal, Menghitung parasitemia pada hewan coba, Pembuatan preparat endoparasit dan pemeriksaaan serta bisa melakukan pemeriksaan telur cacing pada feses tikus.
Gambar 11. Kegiatan di Instalasi Parasitologi
2) Instalasi Entomologi
a) Ruang praktikum entomologi
Instalasi entomologi memiliki kemampuan antara lain : Mampu mengidentifikasi nyamuk dewasa, serta mengidentifikasi telur dan jentik nyamuk, menghitung siklus gonotropik, mendeteksi kejadian transovari pada nyamuk aedes, Identifikasi nyamuk penular malaria (menemukan sporozoit)
18 dan filariasis (larva cacing ditubuh nyamuk), menghitung umur relatif nyamuk, menentukan bionomik/perilaku nyamuk vektor malaria di suatu daerah endemis malaria, Instalasi entomologi juga mampu mengidentifikasi pinjal pada tikus dan pemeriksaan / identifikasi ektoparasit pada tikus.
Instalasi entomologi juga memiliki kemampuan untuk melakukan uji-uji yaitu susceptibility atau resistensi nyamuk dewasa terhadap insektisida, melakukan bioassay pada nyamuk dewasa (IRS, fogging) dan jentik, dan mampu melakukan uji presipitin pada nyamuk
Kemampuan lain yang dimiliki Instalasi Entomologi adalah pembuatan awetan nyamuk (pinning) dan jentik ( mounting), pembuatan replika nyamuk. Instalasi entomologi juga menyediakan material hewan coba (telur,jentik,nyamuk) serta pinning.
b) Rearing Nyamuk
Rearing nyamuk merupakan bagian dari kegiatan instalasi entomologi, kegiatan ini bertujuan untuk mengembangbiakkan koloni
nyamuk. Saat ini koloni yang ada adalah nyamuk dari genus Aedes, terdapat rak untuk penetasan telur, serta pemeliharaan jentik dan nyamuk. Ruang rearing terhubung dengan kandang hewan yang didalamnya digunakan untuk memelihara marmut yang digunakan untuk pakan nyamuk.
Kegiatan rearing entomologi larva yang berubah menjadi pupa di catat jumlahnya. Dari hasil pencatatan dapat di buat grafik untuk mengetahui perkembangan pupa nyamuk.
20 Gambar 12. Kegiatan di Instalasi Entomologi
3) Instalasi Rodentologi
a) Ruang praktikum Rodentologi
Instalasi rodentologi memiliki kemampuan antara lain (1) Taksonomi (inventarisasi spesies dan identifikasi)
(2) Berbagai ragam teknik trapping (pengumpulan tikus) baik hidup maupun mati
(3) Metode pengawetan spesimen baik basah maupun kering (4) Uji reproduksi
(5) Koloni rodent
(6) Menyediakan hewan coba tikus. b) Ruang Rearing Mencit
Ruang rearing mencit merupakan bagian dari instalasi rodentologi. Menempati ruang berukuran 50 m2, terdapat 1 unit Mice cage and racks dan box kandang. Ruang ini digunakan untuk mengembangbiakkan mencit
22 (Mus musculus albino) galur swiss dan balb-c serta tikus putih (Rattus norvegicus albino) yang digunakan untuk penelitian, baik oleh peneliti Balai Litbang P2B2 Banjarnegara maupun dari instansi lain.
4) Instalasi Bakteriologi
Kemampuan instalasi bakteriologi antara lain :
a) Melakukan pemeriksaan bakteri Leptospira dengan metode kultur b) Melakukan pemeriksaan bakteri Leptospira dengan metode PCR
c) Melakukan pemeriksaan penyakit Leptospirosis menggunakan rapid diagnostic test
d) Melakukan pemeriksaan bakteri pes dengan metode pengecatan wayson e) Melakukan pemeriksaan dan identifikasi serotype virus Dengue dengan
metode RT-PCR
f) Melakukan pemeriksaan virus Dengue dengan metode imunositokimia g) Melakukan pemeriksaan virus Chikungunya dengan metode RT-PCR h) Melakukan uji bakteriologi dari berbagai sampel seperti feses atau air
24 Gambar 14. Kegiatan di Instalasi Bakteriologi
5) Instalasi Epidemiologi dan Biostatistik
Kemampuan instalasi epidemiologi, GIS dan Statistik antara lain: a) Telaah Epidemiologi penyakit bersumber binatang
b) Menyiapkan pedoman tool kit penelitian indikasi KLB/KLB P2B2 c) Memberi masukan dalam menentukan desain penelitian
d) Memberi masukan dalam rencana pengolahan dan analisa data e) Membantu dalam pengolahan data
Gambar 14. Kegiatan di Instalasi Epidemiologi dan Biostatistik
c. Studio Multimedia
Berupa bangunan seluas 180 m2, dengan 2 set meja tamu, 6 unit AC, 80 kursi, LCD viewer, layar ukuran 6 x 4 m, perangkat audio / sound system, DVD Player. Memiliki koleksi film antara lain film tentang kehidupan tikus, film “Awas Leptospirosis”, film tentang filariasis, film tentang demam berdarah dengue dan film kunjungan PAUD/TK.
26
Gambar 15. Studio Multimedia
d. Perpustakaan
Perpustakaan menyediakan buku-buku referensi untuk menunjang kegiatan penelitian dan pengembangan dengan jumlah koleksi 677 judul buku dan 856 eksemplar, u
ntuk koleksi majalah dan jurnal sebanyak 52 judul
jurnal dan majalah dengan jumlah total 319 eksemplar. Katalog online
perpustakaan Balai Litbang P2B Banjarnegara disa di akses di
http://www.bp4b2banjarnegara.litbang.depkes.go.id/katalog/
28
Gambar 9. Katalog online Balai Litbang P2B2 Banjarnegara
e. Green House
Green house dibangun selain untuk penghijauan di lingkungan kantor juga ditujukan untuk koleksi dan memelihara berbagai tanaman pengusir nyamuk berdasarkan referensi dan tanaman pemandul tikus.
Gambar 16. Green House
f. Kendaraan Dinas
1) Kendaraan : tiga unit mobil yang terdiri dari 1 unit Ford Ranger, 1 unit Toyota Avanza dan 1 unit Isuzu Panther. Mobil Toyota Avanza digunakan sebagai kendaraan operasional stuktural (Kepala Balai Litbang P2B2 Banjarnegara)
30 sedangkan mobil Ford Ranger dan Isuzu Panther digunakan untuk kendaraan operasional lapangan.
2) 2 unit sepeda motor (1 unit sepeda motor Honda Supra X 125 dan 1 unit sepeda motor Suzuki Trail TS 125) sebagai kendaraan penunjang di lapangan.
Gambar 17. Kendaraan Dinas Balai Litbang P2B2 Banjarnegara g. Rumah dinas
Selain gedung kantor dan laboratorium Balai Litbang P2B2 Banjarnegara juga memiliki fasilitas 3 rumah dinas yang dilengkapi dengan perabot pendukung lainnya. 1 rumah dinas yang diperuntukkan untuk kepala Balai memiliki luas banguna 60 m2 dan 2 rumah dinas lainnya memiiki luas masing-masing 50 m2 (foto rumah dinas)
32 h. Sarana Penunjang
1) Sarana Teknologi informasi : LAN, Internet (Modem ADSL, Modem 56 Kbps, Wifi), telepon dan fax, CCTV, PABX
2) Peralatan ATK : mesin ketik, mesin hitung elektronik, paper cutter, scanner. 3) Personal komputer 23 unit dan 3 buah komputer note book
4) Sarana presentasi (Camera DSLR, Handycam, OHP, LCD viewer, Slide Proyektor, Banner, Sound System, Voice Recorder, DVD Player, Rak Display Portable
5) Rumah dinas untuk Kepala Balai Litbang, Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Program dan Kerjasama
6) Mushola Balai Litbang P2B2 Banjarnegara dibangun tahun 2013 dengan dana pembangunan diperoleh dari kontribusi pegawai dan donatur.
1. Peta status resistensi aedes aegpti (Linn) terhadap insektisida Cypermetrin 0,05%, Malathion 0,8% dan Temephos di Kab Purworejo, Kebumen, Pekalongan, Demak, Wonosobo, Cilacap, Kudus, Klaten, dan Banjarnegara tahun 2014
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sebaran resistensi Aedes aegypti larva dan dewasa terhadap insektisida yang digunakan program kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan Aedes aegypti pada semua wilayah penelitian telah resisten terhadap malathion 0,8%, hampir semua resisten cypermethrin 0,05% hanya sampel dari Kelurahan Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kudus dan Banjarnegara yang masih toleran. Aktivitas serapan enzim esterase menunjukkan di Kabupaten Banjarnegara, Cilacap dan Klaten dominansi resisten tinggi, sedangkan Demak, Kebumen, Kudus, Pekalongan, Purworejo,Wonosobo ada pada kategori rentan. Aktivitas serapan enzim mono oksigenase menunjukkan Banjarnegara, Demak dan Pekalongan telah resisten, sedangkan Cilacap, Kebumen, Klaten, Kudus, Purworejo, Wonosobo ada pada kategori rentan. Aktivitas enzim glutation s transferase masih pada tahap pembacaan hasil. Aedes aegypti di lokasi penelitian hampir semua telah resisten terhadap temephos
34 kecuali sampel dari wilayah Kelurahan Getas Pejaten, Kecamatan Jati, Kudus dan Kelurahan Kedungwuni Barat, Kecamatan Kedungwuni, Pekalongan.
Potensi kebermanfaatan output penelitian : masukan bagi dinas terkait dan pemegang program dalam mengambil kebijakan bahwa insektisida (cypermethrin 0,05%, malathion 0,8% dan temephos) yang digunakan program telah resisten.
Gambar 18. Foto Kegiatan Penelitian: [A]. Sosialisasi Persiapan Pelaksanaan Penelitian di Aula Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
[B]. Survei larva oleh kader
2. Pengembangan Model Pengendalian Leptospirosis di Kabupaten Demak Dengan Metode System Dynamic
Penelitian ini bertujuan mengembangkan model pengendalian leptosirosis yang tepat di Kabupaten Demak dengan metode system dynamics. Hasil penelitian diperoleh model sistem dinamik dengan tujuh skenario, yaitu
(1)
skenario dengan intervensi/upaya pengendalian tikus;(2)
skenario dengan intervensi berupa pencegahan/mengurangi kontak antara manusia dengan air yang terkontaminasi bakteri leptospirosis;(3)
skenario dengan intervensi perawatan luka;(4)
skenario dengan intervensi pencegahan kontak dengan urin tikus yang terinfeksi;(5)
skenario dengan intervensi mengurangi kontak dengan urin hewan reservoir lainnya yang terinfeksi;36
(7)
skenario dengan menggabungkan intervensi pengendalian tikus,pencegahan/mengurangi kontak antara manusia dengan air yang terkontaminasi bakteri leptospira, merawat luka, dan pengelolaan sampah domestik.
Potensi kebermanfaatan output penelitian : Model yang dihasilkan dapat dijadikan dasar penentuan kebijakan pengendalian leptospirosis lima tahun yang akan datang
Gambar 19. Foto Kegiatan Penelitian: [A]. Wawancara responden suspect leptospirosis [B]. Sosialisasi Persiapan Pelaksanaan Penelitian di Aula
Dinas Kesehatan Kabupaten Demak
D. PUBLIKASI, INFORMASI DAN KERJASAMA 1. PUBLIKASI
Balai Litbang P2B2 Banjarnegara merupakan instansi pemerintah yang melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan, hasil-hasil dari penelitian sudah di publikasikan di jurnal-jurnal akreditasi nasional maupun yang jurnal lainnya, selama tahun 2014 publikasi yang terbit di Media publikasi nasional terakreditasi sebanyak 5 artikel, sementara yang terbitkan di jurnal yang tiak terakreditasi sebanyak 8 artikel.
38 2. INFORMASI
a. Website
Informasi dari Balai Litbang P2B2 Banjarnegara selalu di update dalam website resmi Balai yang bisa di akses melalui situs
http://www.bp4b2banjarnegara.litbang.depkes.go.id/2014/
b. Jurnal Ilmiah
Jurnal Ilmiah Balaba merupakan salah satu sarana untuk media publikasi hasil penelitian Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. Tahun 2014 telah terbit Balaba Volume 10 No.1 Juni 2014 dan No.2 Desember 2014.
40 3. KERJASAMA
Hasil dari Kerjasama kelembagaan Balai Litbang P2B2 Banjarnegara sampai dengan tahun 2014 ini adalah penandatangan MoU dengan beberapa instansi yaitu :
No. Tanggal Penandatanganan Instansi Masa Berlaku
1. 23 Februari 2012 FKM, Universitas Diponegoro 4 tahun 2. 5 Juli 2012 FKM, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta 4 tahun 3.
24 September 2012 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati
Yogyakarta 3 tahun
4. 6 November 2013 Universitas Respati Yogyakarta 3 tahun 5.
14 Mei 2013 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Jenderal Soedirman 3 tahun 6.
10 Juni 2014
Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-Badan Tenaga Nuklir Nasional (PAIR-BATAN), Dinas Kesehatan Kota Semarang, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
5 tahun 7. 26 Mei 2014 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 3 tahun 8. 8 Desember 2014 Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta 5 tahun
Jurusan Jamu
9. 8 Desember 2014 Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta 4 tahun
TARIF PNBP BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA TAHUN 2014
A. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
I. PENYEDIAAN HEWAN COBA
a) Tikus Putih
1) Perusahaan Per ekor 20.000,00
2) Peneliti 85 Mahasiswa S2/S3 Per ekor 15.000,00
3) Mahasiswa SI Per ekor 10.000,00
b) Nyamuk
1) Perusahaan Per ekor 1.500,00
2) Peneliti & Mahasiswa S2/S3 Per ekor 500,00
3) Mahasiswa SI Per ekor 200,00
c) Telur Nyamuk
1) Perusahaan Per 100 butir 1.000,00
2) Peneliti & Mahasiswa S2/ S3 Per 100 butir 750,00
3) Mahasiswa SI Per 100 butir 500,00
d) Pinjal (Xenopsilla cheopis)
1) Perusahaan Per ekor 20.000,00
2) Peneliti & Mahasiswa S2/ S3 Per ekor 5.000,00
3) Mahasiswa SI Per ekor 2.500,00
44
B. JASA PELATIHAN
I. Litbangkes
a) Litbangkes Paket A (pemula selama 5 hr) Per hari 15.000
b) Litbangkes Paket B (Analisis selama 5 hr) Per hari 20.000
c) Litbangkes Paket C (Analisis selama 5 hr) Per hari 25.000
II. Latihan Kerja (Magang)
a) Latihan Kerja (magang) S2 dan S3 Per orang Per hari 12.000
b) Latihan Kerja (magang) DIII dan S1 Per orang Per hari 10.000
III. Wisata llmiah litbangkes
a) Peningkatan Kapasitas SDM Entomologi & Parasitologi Malaria Per orang 50.000
b) Peningkatan Kapasitas SDM Sistem Informasi Geografi (GIS) Per orang 100.000
c) Peningkatan Kapasitas SDM Dinamika Penularan Per orang 50.000
d) Peningkatan SDM Vektor Kontrol Per orang 50.000
IV. Wisata llmiah Dunia Vektor & Reservoir Penyakit Per orang 2.000
V. Karcis Masuk Gedung Sinema
a) Siswa SD s.d SMA Per orang per hari 2.000,00
b) Perguruan tinggi/ Mahasiswa Per orang per hari 3.000,00
c) Masyarakat Per orang per hari 4.000,00
C. JASA PENGGUNAAN SARANA DAN PRASARANA
1) Gedung Multimedia (100 org) AC, Layar Lebar Per hari 200.000