409
Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy: Alih Wahana
dari Novel ke Film
Mohamad Sanin1*, Maria Matildis Banda2, I G.A.A. Mas Triadnyani3 [123]
Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana 1
{e-mail: [email protected]} 2{e-mail: [email protected]} 3{e-mail: [email protected]}
*Corresponding Author
Abstrak
This research is motivated the development of works of art that continues to grow and with the current development of information technology. One type of art requires other artwork as a reference. Rather rides from one type of art to other art forms that demand by people in the film industry is over the vehicle of the novel into a film.
Novel Holy Love Zahrana has elements of aesthetic interesting to assessed. Novel character is built by an educational trip and matchmaking Zahrana figure that contrasts with his parents. The theory is used to analyze the structure of the novel is Holy Love Zahrana structural theory Nurgiyantoro and Siswanto.
After Holy Love Zahrana novel filmed a lot of changes, among them the groove changes, background and characters. Rides over the theoretical approach of the novel to film used in this study is rather theoretical approach sapardi djoko damono rides and transformation theory Pamusuk Eneste. This approach is used to investigate changes that occur after the novel was filmed.
Keywords: alih wahana,novel, film.
1. Latar Belakang
Sapardi Djoko Damono mengungkapkan bahwa dalam perkembangan kegiatan kesenian, sudah sangat lumrah satu jenis kesenian mengambil kesenian lain sebagai sumbernya.(Damono, 2012:4).Fenomena mengenai novel yang dialihwahanakan kini lebih meningkat di kalangan masyarakat. Hal ini menimbulkan rasa penasaran pembaca, apakah novel yang difilmkan akan sama dengan isi novelnya atau tidak. Film hasil alih wahana dari novel menimbulkan berbagai respon pembaca.
Banyak novel yang dialihwahanakan menjadi film di antaranya, novel Ayat-ayat
Cinta (Habiburrahman El Shirazy) difilmkan pada tanggal 28 Februari 2008, Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 (Habiburrahman El Shirazy) difilmkan pada tanggal 11 Juni
410 Desember 2010, dan Cinta Suci Zahrana (Habiburrahman El Shirazy) difilmkan pada tanggal 22 Desember 2011.
Pada kesempatan ini dipilih Cinta Suci Zahrana yang dialihwahanakan ke film. Struktur alur, karakter, dan latar dalam novel merupakan satu karakter yang menjadikan novel memiliki kekuatan sebagai novel. Alur cerita Cinta Suci Zahrana dilukiskan melalui perjalanan pendidikan Zahrana dari tamat SMP sampai ke perguruan tinggi. Zahrana selalu lulus dengan nilai terbaik sejak mengenal bangku sekolah.
Novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy difilmkan pada tanggal 22 Desember 2011. Skenario ditulis oleh Misbach Yusa Biran, disutradarai oleh Chaerul Umam, dan diproduksi oleh Sinema Art Picture.
2. Pokok Permasalahan
Masalah yang pada penelitian ini, yaitu (1) Bagaimanakah unsur intrinsik novel
Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy; (2) Perubahan-perubahan apa
saja yang terdapat dalam proses alih wahana dari novel ke film Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy; (3) Bagaimanakah makna alih wahana dari novel ke film Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy?
3. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra, khususnya karya sastra dalam bentuk novel yang dialihwahanakan menjadi film. Dalam hal ini juga membahas tentang alih wahana agar dapat memberikan informasi kepada pembaca yang ingin mendalami sastra bandingan khususnya tentang alih wahana, dan memberi sumbangan dalam mengembangkan ilmu sastra Indonesia.
4. Metode Penelitian
Metode penelitian dibagi menjadi tiga tahapan berbeda. Pertama, tahapan pengumpulan data, menggunakan metode studi kepustakaan dengan teknik baca catat. Kedua, tahapan analisis data, menggunakan metode deskriptif analitik dengan teknik simak catat. Ketiga, tahapan penyajian hasil analisis data, dengan menggunakan metode deskripsi, yakni dengan mendeskripsikan hasil pengolahan data yang telah dilakukan.
411 5. Hasil dan Pembahasan
a. Struktur Novel Cinta Suci Zahrana
Menurut Teeuw (1984:135), pendekatan struktural mempunyai tujuan yaitu analisis struktural untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetil, dan semendalam mungkin, keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.
Gagasan utama yang ingin diungkapkan di dalam novel Cinta Suci Zahrana. Yaitu, keseimbangan dalam berkarier dan berkehidupan bagi perempuan Di dalam pandangan masyarakat apabila seorang perempuan terlambat untuk menikah atau membina rumah tangga itu merupakan cela bagi seorang perempuan dalam perspektif masyarakat awam.
Tokoh utama novel Cinta Suci Zahrana adalah Dewi Zahrana. Hal ini dasarkan dari peran Zahrana yang mendominasi dalam cerita dari awal hingga akhir cerita dan berdasarkan judul novelnya yang menyimpan pesan tersirat pencarian cinta suci dan cinta sejati Zahrana. Zahrana ditinjau dari segi sosiologi adalah orang yang berpendidikan tinggi, memiliki relasi yang baik dengan keluarga dan orang-orang di sekitarnya, dan tidak goyah dengan perjodohan-perjodohan yang dipilihkan orang lain untuknya. Ditinjau dari segi psikologi Zahrana adalah orang yang penyabar, tegar, ambisius, teguh pendirian, tanggungjawab, percaya diri, baik, tegas, progresif, akademisi, intelektual, cerdas, genius, agamis, berbakti kepada orang tua, rajin ibadah, suka menghormati, dan tawakkal. Ditinjau dari segi fisiologi Zahrana adalah orang yang cantik, berjilbab, dan berusia tiga puluh empat tahun.
Pada cerita Cinta Suci Zahrana, plot yang digunakan Habiburrahman El Shirazy adalah campuran.Terdapat cerita flashback pada tahapan awal, setelah pada tahapan tengah dan akhir memiliki plot maju. Bagian flashback pada cerita tersebut, diisi dengan cerita di masa sekolah Zahrana yang selalu menjadi terbaik di angkatannya.
b. Proses Alih Wahana
Proses alih wahana adalah langkah pertama yang harus dilakukan seorang penulis skenario dan sutradara sebelum mengalihwahanakan novel menjadi film. Novel yang terdiri atas banyak narasi yang terkadang abstrak dan fiktif dalam
412 penggambarannya harus diubah menjadi realita dan fakta. Dialog yang panjang harus diubah menjadi sederhana dan mudah dipahami oleh khalayak umum agar tidak terkesan menjenuhkan ketika telah dipertontonkan melalui media elektronik atau film. Maka dari itu, langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang penulis skenario adalah melakukan pengurangan/penciutan, penghilangan, penambahan, dan perubahan variasi.
(1) Penciutan/pengurangan
Eneste (1991:61) mengungkapkan salah satu langkah yang ditempuh dalam proses transformasi sastra ke film adalah penciutan. Penciutan adalah pengurangan atau pemotongan unsur cerita karya sastra dalam proses transformasi. Penciutan dapat dilakukan terhadap unsur sastra seperti cerita, alur, tokoh, latar, maupun suasana. Dengan adanya proses penciutan atau pemotongan maka tidak semua hal yang diungkapkan dalam novel akan dijumpai pula dalam film.
Adapun bagian novel yang tidak difilmkan yaitu Hatinya Berkabut dan Basah, Menekuri Diri, Harapan, Tiba di Beijing, Arti Cinta Ayah dan Ibu, Cemburu, Bingung dan Resah, dan Hari yang Kusut
(2) Penambahan
Eneste (1991:65) menjelaskan bahwa kemungkinan yang dapat terjadi dalam proses transformasi sastra ke bentuk film adalah penambahan (perluasan). Seperti halnya dalam kreasi penciutan, dalam proses ini juga biasa terjadi pada ranah cerita, alur, penokohan, latar, maupun suasana. Penambahan yang dilakukan dalam proses ekranisasi ini tentu memiliki alasan, baik alasan pentingnya penambahan, alasan relevansinya dengan cerita secara keseluruhan, ataupun karena alasan lain.
Penambahan-penambahan ketika Cinta Suci Zahrana dialihwahanakan menjadi film Cinta Suci Zahrana itu bervariatif dan yang lebih dominan adalah penambahan tempat, di antaranya adalah Jalan di depan sebuah warung, Tangga kampus menuju lantai dua, Parkiran Kampus, Depan ruang dekan, Halaman depan rumah Pak Munajat, Tempat tidur Pak Munajat, Depan pintu mushalla, Depan kantor STM Al Fattah,
413 Sebuah Butik, Proyek bangunan, Resepsionis rumah sakit, Pemakaman, Ruang dokter, dan Rumah Hasan.
(3) Perubahan Variasi (a) Perubahan Alur
Perubahan alur yang terjadi ketika novel Cinta Suci Zahrana difilmkan adalah pada bagian awal. Karena bagian awal tidak difilmkan atau dihilangkan ketika difilmkan yaitu kemunculan konflik antara Zahrana, Bu Nuriyah dan Pak Munajat. Kemunculan konfliknya adalah perbedaan keinginan Zahrana dan kedua orangtuanya, setelah tamat SMP Zahrana ingin melanjutkan ke SMA terbaik di Kota Semarang sedangkan orangtuanya menginginkan Zahrana melanjutkan ke Pesantren. Di dalam film bagian awal adalah munculnya konflik antara Zahrana dengan Pak Karman ketika memberikan sambutan karena ada aroma pembicaraan yang tidak mengenakkan bagi Zahrana.
(b) Perubahan Latar
Latar yang ada di dalam novel, baik itu latar tempat maupun latar waktu, tidak mungkin dibiarkan seperti yang ada di dalam novel oleh penulis skenario dan sutradara ketika novel akan dialihwahanakan menjadi film. Seni kreatifitas penulis skenario dan sutradara pasti akan membuat perubahan pada latar yang dianggap kurang cocok dan kurang menarik ketika novel difilmkan.
Adapun latar tempat yang diubah ketika novel Cinta Suci Zahrana dialihwahanakan menjadi film Cinta Suci Zahrana di antaranya adalah Rumah Lina diganti toko buku milik Lina, Rumah Zahrana diganti rumah makan, Rumah Zahrana diganti toko buku, Ruang tamu diganti beranda rumah Bu Nyai, Dalam rumah diganti beranda rumah Zahrana, Ruang kerja dosen diganti lantai dua dekat tangga, dan Tembok Besar China diganti Balebengong di Candi Prambanan
(c) Perubahan Dialog
Dialog panjang pasti akan dipotong dan diubah agar maksud yang terkandung di dalam dialog tersampaikan dengan maksimal. Teeuw (1994:170) mengatakan bahwa adakalanya konstruksi kalimat disederhanakan atau dipersingkat, tetapi apakah
414 perubahan semacam itu mencerminkan dalam aturan bahasa, atau pilihan bahasa individual dari pihak penyunting.
Adapun dialog yang diubah dari novel Cinta Suci Zahrana ketika difilmkan itu sangat bervariasi ada penambahan, pengurangan, dan perubahan variasi di antaranya Dialog Bu Merlin dengan Zahrana di kantin, berikut ini kutipan dialognya.
“Bu Rana cari Bu Merlin?” “Iya”
“Penjaga kantin menunjuk ke ruangan khusus dosen. Zahrana mengangguk.” “Terima kasih Bu.”
“Silahkan duduk Bu Rana. Saya sudah pesankan minuman kesukaan Bu Rana. Jahe hangat kan. Aku bilang begitu Bu Rana datang langsung dibuatkan biar masih hangat. Kata Bu Merlin.”
“Terima kasih Bu Merlin. Maaf ini seperti tidak biasanya. Ada keperluan apa ya Bu “Merlin meminta saya bertemu di sini?”
“Ada dua hal penting yang ingin saya bicarakan mewakili Pak Dekan.” “...” (CSZ, hlm., 123-126)
Ketika difilmkan dialog yang sangat panjang itu diubah hampir keseluruhannya, di dalam film Bu Merlin dan Zahrana hanya berdialog sangat simple, dan sangat singkat. Seperti berikut.
“Ditunggu Bu Merlin Bu” kata petugas kantin. “Iya terimakasih.”
“Selamat pagi Bu Merlin” “Pagi”
“Dik Rana aku ingin menyampaikan pesan dari Pak Karman” (film CSZ menit ke 00:13:13-00:13:29)
Dua kutipan dialog di atas dapat diketahui pengurangan dan penghilangannya, seorang penulis skenario dan sutradara memikirkan bagaimana dialog yang sangat panjang dan dirasa tidak perlu diungkapkan semuanya ketika difilmkan maka sebagian dari dialog diubah bahkan dihilangkan, yang terpenting adalah apa yang hendak disampaikan kepada penonton itu tersampaikan dengan baik dan mudah dipahami, sehingga penonton tidak jenuh karena dialog yang panjang dan kurang mengesankan.
c. Makna alih wahana
Suwardi Endraswara mengatakan bahwa karya sastra tidak sekadar sebagai dokumen imajinatif, melainkan memiliki dunia realitas, sastra yang sesungguhnya hasil khayalan pengarang, dapat memuat jutaan makna, (Endraswara, 2014:187). Suwardi
415 Endraswara mengatakan pula bahwa sastra adalah sebuah renungan kehidupan yang mencakup multimakna, (Endraswara, 2014:186). Maka dari itu, karya sastra yang dialihwahanakan akan menambah makna yang mungkin sulit untuk diungkapkan karena interpretasi yang bermacam-macam.
Alih wahana dari karya sastra menjadi karya seni lainakan menambah kuantitas dan kualitas secara regional, nasional, dan internasional. Karya sastra yang semula dicetak seribu eksamplar misalnya pada cetakan pertama kuantitasnya kurang diminati pembaca dan setelah dialihwahanakan menjadi film kemudian sukses memikat hati penikmat film atau penonton. Dengan demikian karya sastra tersebut akan diburu pembaca karena dibuat penasaran oleh filmnya yang sukses memikat penggemarnya. Maka dengan demikian kualitas novel akan semakin meningkat dan berkembang pesat secara regional, nasional dan bahkan internasional.
Novel Cinta Suci Zahrana dialihwahanakan menjadi film bertujuan agar amanat yang tersirat di dalam novel itu tersampaikan secara menyeluruh kepada masyarakat umum, tidak hanya diketahui oleh kaum intelektual yang menekuti bidang sastra saja. Seandainya novel Cinta Suci Zahrana tidak dialihwahanakan menjadi film sudah pasti pesannya hanya akan diketahui oleh orang yang pandai membaca dan senang terhadap karya sastra terutama novel. Tetapi setelah dialihwahanakan menjadi film, lapisan masyarakat yang buta huruf pun mengetahui pesan.Masyarakat di Indonesia masih banyak yang buta huruf karena tidak sekolah atau karena krisis ekonomi ataupun karena pentingnya pendidikan belum tersampaikan kepada masyarakat di daerah terpencil. Dengan adanya media elektronik berupa televisi dan berkembangnya media komunikasi dan informasi maka masyarakat yang suka pada film akan mengetahui pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang novel melalui alih wahana di media televisi.
Maka dari itu, penulis mengatakan bahwa makna yang hendak disampaikan dari alih wahana novel Cinta Suci Zahrana menjadi film Cinta Suci Zahrana adalah agar masyarakat yang menonton atau penikmat film juga menerima pesan bahwa keseimbangan dalam hidup itu perlu agar tidak terjadi ketimpangan dalam berkehidupan sosial dan individual. Seorang perempuan yang terlalu fokus pada ambisi akademik akan menunda pernikahan, kurang baik bagi masyarakat awam karena digunjing sebagai
416 perawan tua. Tetapi sebenarnya tidak ada masalah selama perempuan itu mampu bertahan dengan kucilan masyarakat yang menyebut dirinya sebagai perawan tua.
6 Simpulan
Berdasarkan analisis dalam bab-bab sebelumnya, penelitian ini diakhiri dengan simpulan sebagai berikut. Novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy sebuah novel yang menceritakan kehidupan Zahrana dalam memperjuangkan prestasi akademiknya sebagai seorang mahasiswi serta usaha untuk mencari cinta suci dan cinta sejatinya.
Tema novel Cinta Suci Zahrana ialah masalah agar keseimbangan dalam hidup berprestasi akademik dan nonakademik tercipta serta pencarian cinta suci dan cinta sejati. Tema utama dalam novel ini tidak dapat muncul sekaligus secara sempurna, tetapi didukung oleh tema tambahan. Masalah yang menjadi sorotan pada novel ini ialah masalah prestasi akademik Zahrana yang gemilang sehingga terlambat untuk menikah dan pencarian cinta suci cinta sejati Zahrana.
Alur novel Cinta Suci Zahrana disusun secara kronologis. Novel ini menggunakan alur campuran, mulai dari tahapan awal dilanjutkan dengan tahapan tengah, dan tahapan akhir. Penyebab terjadinya alur ialah konflik di antara para tokoh dalam suatu cerita, sehingga alur berkaitan dengan tokoh-tokohnya.
7 Daftar Pustaka
Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sastra Bandingan. Ciputat: editum.
Damono, Sapardi Djoko. 2012. Alih Wahana. Kanvas (koleksi JSI-FIB-UI): editum.
El Shirazy, Habiburrohman. 2011. Cinta Suci Zahrana. Jakarta Selatan: Ihwah Publishing House.
Endraswara, Suwardi. 2014. Metodologi Penelitian Satra Bndingan. Jakarta: bukupop.