• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Amelioran Pupuk Dalam Fitoremediasi Pada Tanah Pascatambang Batubara PT Bukit Asam Tanjung Enim Sumatera Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pemberian Amelioran Pupuk Dalam Fitoremediasi Pada Tanah Pascatambang Batubara PT Bukit Asam Tanjung Enim Sumatera Selatan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pemberian Amelioran Pupuk Dalam Fitoremediasi Pada

Tanah Pascatambang Batubara PT Bukit Asam

Tanjung Enim Sumatera Selatan

Ameliorant Addition Effect of Fertilizer On Soil in The Phytoremediation of

Post-Mining Coal in PT Bukit Asam Tanjung Enim

South Sumatra

Sri Pertiwi Estuningsih1*), Nina Tanzerina2 dan Diah Oktarisma3 ,Dosen 1,2, Mahasiswa 3

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Indralaya

*)

Corresponding author: yudonob@unsri.ac.id

ABSTRACT

Ameliorant utilization of environmentally friendly ground as the use of various types of fertilizers, to recover post-mining land as a result of open pit mining coal can be used as one way to improve the post-mining land were damaged. The study aims to determine the effect of various fertilizers ameliorant in phytoremediation processes on post-mining land plants utilizing coal Paraserianthes falcataria. The study used a completely randomized design (CRD) with the control treatment, chicken manure, cow manure and NPK fertilizers, each treatment was repeated 5 times. The results showed that the increase in the pH of the soil, increasing plant height, number of nodules and chlorophyll content in plants showed best results in the treatment of cow manure

Key words: Ameliorant fertilizer, Phytoremediation, coal-mining \

ABSTRAK

Pemanfaatan amelioran tanah yang ramah lingkungan seperti penggunaan berbagai jenis pupuk, untuk memulihkan lahan pascatambang batubara akibat penambangan terbuka dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk memperbaiki tanah pascatambang yang rusak. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian amelioran berbagai pupuk dalam proses fitoremediasi pada tanah pascatambang batubara yang memanfaatkan tanaman Paraserianthes falcataria. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan kontrol, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi dan pupuk NPK, setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Hasil penelitian menunjukkan , kenaikan pH pada tanah, penambahan tinggi tanaman, jumlah bintil akar dan kandungan klorofil pada tanaman menunjukkan hasil paling baik pada perlakuan pupuk kandang sapi.

Kata kunci: Amelioran pupuk, Fitoremediasi, Tanah pascatambang Batubara.

PENDAHULUAN

Di Indonesia, total sumber daya batubara tahun 2011 diperkirakan mencapai 105 miliar ton. Kegiatan pertambangan menggunakan sistem penambangan terbuka yang dilakukan dengan mengupas lapisan tanah yang berada di atas deposit batubara sehingga menyebabkan bentang lahan dan keseimbangan ekosistem permukaan tanah menjadi berubah. Selain itu dapat merusak struktur tanah penutup dan dapat bercampurnya atau terbenamnya tanah lapisan atas yang menyebabkan populasi hayati tanah yang ada dilapisan atas menjadi hilang dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya (Subowo, 2011).

(2)

Upaya pemulihan lahan pascatambang merupakan salah satu upaya yang diharapkan dapat memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya pasca penambangan. Pemulihan tanah ini sulit dilakukan karena memiliki beberapa kendala antara lain, tanah terlalu padat, struktur tanah tidak mantap, tanah yang asam, tingginya kadar garam tanah, dan rendahnya tingkat kesuburan tanah menjadi masalah penting pemulihan tanah pascatambang (Magarettha, 2010).

Keasaman tanah dapat disebabkan karena adanya sisa asam tambang dari proses penambangan serta adanya curah hujan yang tinggi sehingga melebihi evapotranspirasi yang menyebabkan tanah tererosi. Selain itu dapat mengakibatkan sejumlah garam pada tanah, hasil pelapukan serta sejumlah basa-basa menjadi terangkut akibatnya tanah dapat menjadi sangat asam. Tanah lapisan bawah yang biasanya mengandung sulfur terekspos ke permukaan tanah dan bereaksi dengan air (H2O) dan oksigen (O2) sehingga membentuk air

asam yang apabila mengendap dalam tanah menyebabkan tanah menjadi asam, menurunkan pH dan meningkatkan kadar sulfur (Agus et al., 2014).

Upaya pemulihan lahan pascatambang yang dapat dilakukan salah satunya dengan ameliorasi bahan organik, karena bahan organik mempunyai peranan dalam memperbaiki stabilitas agregat tanah, meningkatkan daya serap air, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan mampu menyediakan karbon untuk kehidupan mikroorganisme tanah sehingga menjadi optimum serta sebagai sumber hara tanaman. Semakin baik kondisi biologi tanah maka semakin baik juga kondisi tanaman yang tumbuh diatasnya. Bahan organik yang biasa digunakan adalah pupuk organik berupa pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi, serta sebagai pembanding yaitu pupuk NPK (Inonu et al., 2011).

Penelitian Maretina (2010), melaporkan bahwa pemberian pupuk NPK dalam proses fitoremediasi terhadap tanaman Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum) pada media tailing tambang emas, tidak berpengaruh pada tinggi tanaman tetapi berpengaruh pada diameter tanaman. Pemberian pupuk NPK sebesar 5 dan 10 gram dapat meningkatkan pertumbuhan sebesar 55-65%. Menurut penelitian Muswita et al., (2008), bahwa pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi mempengaruhi pertumbuhan tanaman Sengon, dimana setelah 12 minggu pertumbuhan tinggi tanaman yang diberi pupuk kandang ayam sebesar 25,24 cm dan 21,38 cm untuk pupuk kandang sapi, serta perlakuan kontrol memiliki tinggi 9,86 cm.

Upaya pemulihan lahan pascatambang dapat juga dilakukan salah satunya dengan penanaman tanaman yang berpotensi hidup di tanah yang asam, seperti tanaman leguminoceae. Pemanfaatan tanaman leguminoceae digunakan karena tanaman ini mampu memanfaatkan N2 bebas di udara yang merupakan hasil simbiosis dengan bakteri

Rhizobium. Tanaman leguminoceae yang dapat digunakan salah satunya Paraserianthes falcataria atau yang memiliki nama lokal Sengon . Tanaman Sengon memiliki rambut akar yang berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen yang menyebabkan tanah disekitar pohon Sengon menjadi subur sehingga tanaman ini dapat memperbaiki kondisi tanah dan setiap tanaman yang dibudidayakan dibawahnya dapat tumbuh dengan baik (Ardika, 2013).

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian amelioran pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan pupuk NPK dalam proses fitoremediasi pada tanah pascatambang batubara oleh tanama Paraserianthes falcataria. Diduga bahwa jenis pupuk yang sesuai dapat meningkatkan proses fitoremediasi pada tanah pascatambang batubara dengan memanfaatkan Paraserianthes falcataria.

(3)

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan selama 6 bulan di area Kebun Biologi, Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.

Rancangan acak lengkap (RAL) pada penelitian ini menggunakan perlakuan kontrol, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi dan pupuk NPK, setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga menghasilkan 20 unit percobaan.

Sampel tanah pascatambang batubara diambil didaerah Muara Tiga Barong Selatan PT Bukit Asam Tanjung Enim Sumatera Selatan. Bibit sengon berumur 3 bulan berasal dari Pusat Pembibitan Tanaman PT Bukit Asam. Penentuan kadar N,P,K pada masing masing jenis pupuk yang digunakan untuk mengetahui kadar hara pada pupuk tersebut. Dilanjutkan penyiapan media tanam, serta penanaman Sengon pada media dan pupuk sesuai rancangan percobaan. Proses fitoremediasi dilakukan selama 60 hari. Pada akhir penelitian dilakukan pengukuran kenaikan pH pada tanah, pengamatan karakteristik fisik tanaman yang meliputi pengukuran tinggi tanaman, jumlah bintil akar dan pengamatan perubahan warna daun, serta pengukuran kadar klorofil daun .

Data yang didapat seperti penambahan tinggi tanaman, jumlah bintil akar, kenaikan pH pada tanah, kandungan klorofil tanaman akan dianalisis secara kuantitatif dengan analisa varians (ANAVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata akan dilakukan dengan uji Jarak Berganda Duncan (JBD) pada taraf nyata 5%. Analisis data menggunakan software statistic 8.0. Sedangkan data karakteristik fisik tanaman berupa perubahan warna daun akan dianalisis secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk gambar/foto

HASIL

1. Kenaikan pH tanah

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan jenis pupuk berpengaruh terhadap kenaikan pH pada tanah dalam proses fitoremediasi tanah pascatambang batubara. Hasil uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) α 5% pada perlakuan jenis pupuk terhadap kenaikan pH pada tanah setelah 60 hari penelitian disajikan pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel.1. Rata-rata Kenaikan pH pada Tanah Setelah 60 Hari Proses Fitoremediasi

Perlakuan Jenis Pupuk pH tanah Rata-rata kenaikan pH

pada tanah

Awal Akhir

Kontrol (K) 4,54 5,7 1,16 a

Pupuk NPK (C) 3,56 5,5 1,94 ab

Pupuk kandang Ayam (A) 4,52 6,54 2,02 ab

Pupuk Kandang Sapi (B) 3,36 5,82 2,46 b

Ket: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT α 5%

2. Karakteristik Fisik Tanaman a. Penambahan Tinggi Tanaman

Data rata-rata penambahan tinggi tanaman setelah 60 hari pengamatan disajikan pada tabel 2. sebagai berikut:

(4)

Tabel 2.Rata-Rata Penambahan Tinggi Tanaman Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen setelah 60 Hari Proses Fitoremediasi pada Berbagai Jenis Pupuk

Perlakuan Jenis Pupuk Tinggi tanaman (cm)

Penambahan Tinggi Tanaman (cm)

(Rata-rata ± Standar Deviasi)

Awal Akhir

Kontrol (K) 55,2 89,6 34,4 ± 12,65

Pupuk kandang Ayam (A) 48,8 73,2 24,4 ± 18,97

Pupuk Kandang Sapi (B) 47,34 99 51,66 ± 19,39

Pupuk NPK (C) 63,2 101,1 37,9 ± 10,65

b. Jumlah Bintil Akar

Jenis pupuk berpengaruh terhadap jumlah bintil akar Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen dalam proses fitoremediasi pada tanah pascatambang batubara. Hasil uji lanjut DMRT α 5% pada perlakuan jenis pupuk terhadap jumlah bintil akar setelah 60 hari penelitian disajikan pada tabel 3. sebagai berikut:

Tabel.3. Rata-rata jumlah bintil akar tanaman Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen setelah 60 hari proses fitoremediasi pada tanah pascatambang batubara

Perlakuan Jenis Pupuk Rata-rata Jumlah Bintil Akar (buah)

Pupuk NPK (C) 6,63761 a

Pupuk kandang Ayam (A) 15,30342 b

Kontrol (K) 16,34381 b

Pupuk Kandang Sapi (B) 22,94650 c

Ket: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada tiap kolom menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT α 5%

c. Perubahan Warna Daun

Berdasarkan hasil pengamatan Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen yang ditanam pada media tanam pascatambang batubara yang diberi perlakuan berbagai jenis pupuk. Perubahan warna daun setelah 30 hari pengamatan, menunjukkan bahwa perubahan warna daun menunjukkan respon yang hampir sama pada setiap perlakuan.

a b c d e

Gambar.1. Morfologi daun Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen; (a) Awal perlakuan daun masih berwarna hijau segar; Morfologi daun P.falcataria setelah 30 hari fitoremediasi (b) perlakuan kontrol; (c) perlakuan pupuk kandang ayam; (d) perlakuan pupuk kandang sapi; (e) perlakuan pupuk

NPK

(a) (b) (c) (d)

(5)

Gambar 2. Morfologi daun Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen setelah 60 hari fitoremediasi; (a) perlakuan kontrol; (b) perlakuan pupuk kandang ayam; (c) perlakuan pupuk kandang sapi; (d) perlakuan pupuk NPK.

c. Kandungan Klorofil daun

Kadar klorofil tanaman yang diukur merupakan kadar klorofil total tanaman Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen. Berdasarkan hasil analisis varian (ANAVA) diketahui bahwa perlakuan jenis pupuk berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil tanaman Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen dalam proses fitoremediasi tanah pascatambang batubara. Hasil uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) α 5% pada perlakuan jenis pupuk terhadap kandungan klorofil tanaman setelah 60 hari penelitian disajikan pada tabel 4. sebagai berikut:

Tabel.4. Rata-rata Kandungan Klorofil pada Tanaman Setelah 60 Hari Proses Fitoremediasi

Perlakuan Jenis Pupuk Rata-rata Kandungan Klorofil (µg/cm2)

Pupuk kandang Ayam (A) 6,896157 a

Kontrol (K) 7,494882 ab

Pupuk NPK (C) 7,745611 b

Pupuk Kandang Sapi (B) 7,754191 b

Ket: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada tiap kolom menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT α 5%

PEMBAHASAN

Pada bab Pembahasan ini tidak ada subbab seperti pada Bab Hasil di atas. Dalam membahas, hasil-hasil penting dibahas dan diinterpretasi datanya. Persamaan, perbedaan, dan keunikan hasil penelitian yang diperoleh dibandingkan dengan informasi terkini dari penelitian yang sebelumnya (rujukan hasil penelitian sebelumnya). Jika ada temuan baru, hendaknya tegas dikemukakan dalam pembahasan. Pada bagian akhir pembahasan dikemukakan implikasi bagi bidang terkait.

1. Kenaikan pH tanah

Perlakuan pupuk kandang sapi menunjukkan rata-rata kenaikan pH pada tanah paling besar dibandingkan perlakuan lainnya dengan nilai 2,46. Besarnya nilai kenaikan pH tanah ditunjukkan dengan media tanam yang masih gembur dan cepat menyerap air, sehingga diduga pupuk kandang sapi mampu memperbaiki kondisi tanah yang asam dan mampu meningkatkan kesuburan tanah. Menurut Firdaus et al. (2013), bahwa pupuk kandang sapi mampu mengikat butiran primer tanah dalam pembentukan agregat yang mantap sehingga berpengaruh pada porositas dan permeabilitas tanah, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah dan suhu tanah, serta dapat menurunkan kerapatan bongkahan. Pemupukan dilakukan bertujuan untuk mengganti hilangnya unsur hara dari dalam tanah dan meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk organik bersifat granulator karena mampu mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar sehingga tanah menjadi gembur, selain itu dapat meningkatkan daya serap air karena tanah mampu mengikat air lebih banyak dan lebih lama. Sedangkan pupuk anorganik buatan pabrik memiliki kandungan hara yang tinggi, mempunyai daya menghisap dan melepas air yang tinggi, dan mudah larut dalam air sehingga mudah diserap oleh tanaman, serta umumnya mempunyai kadar keasaman yang tinggi.

Perlakuan kontrol menunjukkan rata-rata kenaikan pH pada tanah paling rendah dibandingkan perlakuan yang lain dengan nilai 1,16. Ini terjadi karena pada kontrol tidak mendapatkan penambahan pupuk dan diduga karena media tanam yang digunakan menggunakan tanah pascatambang yang bersifat asam dengan kondisi tanah yang buruk. Kondisi tanah pascatambang batubara akibat penambangan terbuka menyebabkan pH dan

(6)

kapasitas tukar kation (KTK) sangat rendah, kandungan unsur hara makro rendah, unsur hara mikro yang mengandung logam tinggi, dan ketersediaan air sangat rendah serta porositas tanah yang sangat buruk.

2. Perubahan fisik tanaman a. Perubahan Tinggi Tanaman

Rata-rata penambahan tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk kandang sapi sebesar 51,66 cm. Hal ini diduga karena pupuk kandang sapi memiliki nitrogen yang paling sedikit dibandingkan perlakuan lainnya sehingga menyebabkan terjadinya kegiatan simbiotik dari tanaman leguminoceae dan bakteri hidup. Terbentuknya bintil akar yang dapat memfiksasi nitrogen bebas diudara dapat dimanfaatkan tanaman sebagai tambahan unsur hara.

Perlakuan pupuk kandang ayam memiliki nilai rata-rata penambahan tinggi paling terendah hanya 24,4 cm. Rendahnya penambahan tinggi tanaman diduga karena kandungan hara yang sudah cukup terpenuhi pada pupuk kandang ayam dengan N, P dan K masing-masing sebesar 1,14%, 0,98%, dan 0,86%. Sehingga kemampuan bakteri penambat nitrogen di rhizosper menjadi terbatas dan jumlah bintil akar menjadi rendah. Menurut Nariratih et al. (2013), bahwa pupuk kandang ayam mampu menyediakan unsur N yang cepat pada awal pertumbuhan, dimana unsur ini dibutuhkan tanaman pada awal pertumbuhan agar dapat terus-menerus diserap tanaman.

Rata-rata penambahan tinggi yang diberi perlakuan pupuk NPK memiliki nilai sebesar 37,9 cm Ini diduga karena sifat asam tanah pascatambang yang digunakan sebagai media tanam sulit untuk menyerap unsur NPK. Tanah yang asam menyebabkan mobilitas unsur NPK semakin rendah sehingga suplai unsur NPK ke tanaman akan sulit yang menyebabkan pertumbuhan vegetatif tanaman akan terganggu. Menurut Maretina (2010), tingginya pencucian zat hara yang terjadi pada media tanam tailing disebabkan karena struktur tanah yang jelek dan KTK yang rendah sehingga tidak memiliki daya serap yang memadai mengakibatkan sulitnya untuk menyerap unsur hara.

Perlakuan kontrol memiliki rata-rata penambahan tinggi sebesar 34,4 cm dan perlakuan kontrol menggunakan media tanpa pupuk. Perlakuan kontrol memiliki sedikit unsur hara terutama kandungan nitrogen yang terbatas, sehingga memacu pertumbuhan bintil akar lebih maksimal. Pemberian pupuk N dalam jumlah sedikit pada awal tanam menyebabkan tanaman dapat mempertahankan pertumbuhan tanaman yang bagus dan perkembangan bintil akar yang cepat sehingga dapat meningkatkan jumlah dan berat bintil akar.

b. Jumlah Bintil Akar

Tanaman leguminoceae mengikat nitrogen yang berasal dari udara melalui akar-akar tanaman yang bersimbiosis dgn bakteri Rhizobium. Bakteri Rhizobium yang mendekati akar tanaman leguminoceae, beberapa diantaranya akan masuk ke dalam sel tunggal perakaran rambut tanaman. Bakteri Rhizobium yang masuk akan berkembang dengan cepat karena adanya makanan dalam jumlah banyak yang mudah didapat, sehingga bakteri tersebut akan membentuk benang-benang dasar pada perakaran yang menembus korteks akar. Sehingga terbentuk bintil akar karena adanya infeksi pada akar yang dilakukan oleh bakteri tersebut.

Rata-rata jumlah bintil akar pada perlakuan pupuk kandang ayam dan kontrol masing-masing sebesar 15,303 buah dan 16,343 buah. Ini dipengaruhi oleh kandungan nitrogen dan media tanam yang asam (pH tanah 4,1), sehingga Rhizobium tidak dapat

(7)

bekerja optimal bahkan mati. Menurut Fuskhah (2014), bahwa kondisi tanah yang tidak menyediakan lingkungan tanam yang baik sangat mempengaruhi ketahanan hidup Rhizobium, sehingga aktivitas Rhizobium memfiksasi nitrogen menjadi terhambat.

Rata-rata jumlah bintil akar tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk kandang sapi sebesar 22,946 buah. Ini diduga karena media tanam yang digunakan miskin unsur hara terutama nitrogen. Unsur nitrogen yang terdapat ditanah dan jumlahnya minimum dapat menyebabkan penambatan N oleh Rhizobium menjadi maksimum.

Perlakuan pupuk NPK memiliki nilai terendah pada rata-rata jumlah bintil akar dengan nilai sebesar 6,637 buah. Pupuk NPK yang ditambahkan pada media tanam memiliki kandungan hara yang paling baik dibandingkan perlakuan yang lainnya dengan kandungan N, P dan K masing-masing 6,06%, 6,27% dan 6,43%. Kandungan N yang berlebihan pada tanah dapat mempengaruhi dan menghambat proses fiksasi N oleh Rhizobium, dimana umumnya N didalam tanah berbentuk nitrat. Ini disebabkan karena nitrat (NO3-) mempunyai kemampuan dalam meniadakan perubahan rambut akar yang

diperlukan bagi masuknya bakteri penambat nitrogen, sehingga dapat mereduksi jumlah bintil akar.

3. Perubahan Warna Daun

Perubahan warna daun pada masing-masing perlakuan setelah 30 hari fitoremediasi menunjukkan bahwa tanaman melakukan proses adaptasi dengan kondisi lingkungan yang baru. Ini ditunjukkan dengan menguningnya dan gugurnya daun pada bagian pangkal tanaman. Selain proses adaptasi, pengaruh kandungan unsur hara yang tersedia pada media tanam yang berbeda. Proses dekomposisi masing-masing pupuk selama 30 hari dalam proses fitoremediasi belum maksimal sehingga unsur hara yang terkandung pada beberapa perlakuan masih rendah. ketersediaan unsur hara yang kurang dari jumlah yang dibutuhkan tanaman, maka agak mengakibatkan terganggunya metabolisme tanaman secara visual dan dapat terlihat dari terganggunya pada saat pertumbuhan tanaman. Gejala kekurangan unsur hara ini dapat berupa pertumbuhan akar, batang atau daun yang terhambat atau kerdil dan klorosis atau nekrosis pada berbagai organ tanaman.

Berdasarkan pada gambar 1., perubahan warna daun yang terjadi setelah 30 hari proses fitoremediasi merupakan cabang daun pada bagian pangkal tanaman yang klorosis kemudian gugur. Gugurnya daun pada masing-masing perlakuan terletak pada cabang ±1-4 dari pangkal tanaman.

Gambar 2., perubahan warna daun yang terjadi setelah 60 hari proses fitoremediasi menunjukkan bahwa tanaman pada masing-masing perlakuan berwarna hijau segar dan sehat, ini merupakan cabang baru dari tunas yang baru tumbuh setelah perlakuan pada bagian ujung tanaman. Tumbuhan terus mengalami regenerasi menggantikan tumbuhan yang tua dan menciptakan tumbuhan baru. Setelah 60 hari proses fitoremediasi, warna daun yang diberi perlakuan kontrol dan pupuk kandang ayam menunjukkan warna hijau yang lebih muda dibandingkan pupuk kandang sapi dan pupuk NPK. Perlakuan pupuk kandang ayam dan kontrol memiliki lebih sedikit nitrogen dibandingkan pupuk kandang sapi dan pupuk NPK, sehingga warna daun perlakuan pupuk kandang sapi dan pupuk NPK lebih tua. Diduga tumbuhan yang terlalu banyak mendapatkan nitrogen mempunyai daun yang berwarna hijau tua dan nisbah tajuk-akarnya lebih tinggi.

4. Kadar Klorofil Daun

Pengamatan terhadap kandungan klorofil menunjukkan bahwa diakhir penelitian, rata-rata kandungan klorofil yang lebih tinggi terdapat pada perlakuan pupuk kandang sapi

(8)

dan pupuk NPK serta rata-rata kandungan klorofil yang paling rendah terdapat pada perlakuan pupuk kandang ayam. Sintesis klorofil dipengaruhi oleh beberapa hal seperti faktor genetik, cahaya, gula atau karbohidrat, air, temperatur, dan unsur hara seperti unsur N, Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, S, dan Oksigen.

Kandungan klorofil pada perlakuan pupuk kandang ayam berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang sapi. Hal ini diduga karena ketersediaan kandungan nitrogen pada media tanam. Unsur nitrogen merupakan faktor utama pembentuk klorofil sehingga dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Semakin banyak nitrogen yang diangkut kedaun, maka semakin banyak klorofil yang terbentuk, karena kandungan nitrogen yang tinggi dapat meningkatkan laju fotosintesis.

Perlakuan kontrol, pupuk NPK dan pupuk kandang sapi, menunjukkan berbeda tidak nyata pada rata-rata kandungan klorofil dengan nilai masing-masing sebesar 7,49 µg/cm2, 7,74 µg/cm2, dan 7,75 µg/cm2. Perlakuan pupuk NPK, kandungan hara sudah tercukupi dengan baik sehingga nilai rata-rata kandungan klorofil relatif besar. Sedangkan perlakuan kontrol dan pupuk kandang sapi miskin akan unsur hara yang kemudian tercukupinya unsur hara tersebut karena terbentuknya bintil akar dalam jumlah yang banyak.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh pemberian pupuk pada proses fitoremediasi pada tanah pascatambang batubara dengan memanfaatkan tanaman Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pemberian amelioran berupa pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi dan pupuk NPK memiliki pengaruh dalam proses fitoremediasi pada tanah pascatambang batubara. 2. Pupuk kandang sapi menunjukkan hasil paling baik diantara perlakuan lainnya dilihat dari kenaikan pH pada tanah sebesar 2,46, rata-rata penambahan tinggi tanaman sebesar 51,66 cm, jumlah bintil akar sebanyak ±23 buah dan kandungan klorofil pada tanaman sebesar 7,75 µg/cm2.

3. Perubahan warna daun Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen pada perlakuan pupuk kandang sapi dan pupuk NPK setelah 60 hari proses fitoremediasi menunjukkan warna daun hijau tua dibandingkan perlakuan pupuk kandang ayam dan perlakuan kontrol.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, disarankan untuk:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian pupuk kandang sapi dengan penggunaan dosis pupuk yang berbeda terhadap proses fitoremediasi tanah pascatambang batubara.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian bakteri Rhizobium secara eksogen dan pemberian pupuk kandang sapi terhadap proses fitoremediasi tanah pascatambang batubara dengan memanfaatkan tanaman leguminoceae misalnya Paraserianthes falcataria

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan pada DP2M Dikti atas dana penelitian ini melalui program Penelitian Hibah Bersaing 2015

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, C., Pradipa, E., Wulandari, D., Supriyo, H., Saridi, dan Herika, D. 2014. Peran Revegetasi terhadap Restorasi Tanah pada Lahan Rehabilitasi Tambang Batubara di Daerah Tropika. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 21(1): 60-66.

Ardika, B.D. 2013. Uji Efektivitas Penambahan Cocopeat terhadap Pertumbuhan Legum sebagai Tanaman Penutup di Area Reklamasi Bekas Tambang Batubara. Jurnal Publikasi. Program S tudi Biologi Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 14 hlm.

Firdaus, L.N., Wulandari, S., dan Mulyeni, G.D. 2013. Pertumbuhan Akar Tanaman Karet pada Tanah Bekas Tambang Bauksit dengan Aplikasi Bahan Organik. Jurnal Biogenesis. 10(1): 53-64.

Fuskhah, E., Soetrisno, R.D., Anwar, S., Kusmiyati, F. 2014. Uji Asosiasi Bakteri Rhizobium Terseleksi dengan Leguminosa Pakan dalam Kondisi Tercekam Salin. Jurnal Agripet. 14(1): 65-70.

Hendriyani, I.S., dan Setiari, N. 2009. Kandungan Klorofil dan Pertumbuhan Kacang Panjang (Vigna sinensis) pada Tingkat Penyediaan Air yang Berbeda. Jurnal Sains & Matematika. 17(3): 145-150.

Inonu, I., Budianta, D., Harun, M.U., Yakup, dan Wiralaga, A.Y.A. 2011. Ameliorasi Bahan Organik pada Media Tailing Pasir Pascatambang Timah untuk Pertumbuhan Bibit Karet. Jurnal Agrotropika. 16(1): 45-

Maretina, Tina. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK dan Kompos pada Media Tailing Tambang Emas terhadap Pertumbuhan Tanaman Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb). Skripsi Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. v+32 hlm.

Margarettha. 2010. Pemanfaatan Tanah Bekas Tambang Batubara dengan Pupuk Hayati Mikoriza sebagai Media Tanam Jagung Manis. Jurnal Hidrolitan. 1(3): 1-10.

Muswita, Murni, P., dan Herliana, L. 2008. Pengaruh Pupuk Organik terhaadap Pertumbuhan Sengon (Albizia falcataria (L.) Fosberg). Biospecies. 1(1): 15-18 hlm.

Nariratih, I., Damanik, MMB., Sitanggang, G. 2013. Ketersediaan Nitrogen pada Tiga Jenis Tanah Akibat Pemberian Tiga Bahan Organik dan Serapannya pada Tanaman Jagung. Jurnal Online Agroekoteknologi. 1(3): 479-488.

Patiung, O., Sinukaban, N., Tarigan, S.D., dan Darusman, D. 2011. Pengaruh Umur Reklamasi Lahan Bekas Tambang Batubara terhadap Fungsi Hidrologis (Impact of Coal Mine Land Reclamation on Hydrology Function). Jurnal Hidrolitan. 2(2): 60-73 hlm.

Subowo, G. 2011. Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan dan Upaya Reklamasi Pasca Tambang untuk Memperbaiki Kualitas Sumberdaya Lahan dan Hayati Tanah. Jurnal Sumberdaya Lahan. 5(2): 83-94.

Wibowo, A.Y. 2011. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat terhadap Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserienthes falcataria) dan Sifat-Sifat Kimia Tanah di Lahan Bekas Tambang Batubara. Skripsi Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. xii+25 hlm.

Gambar

Tabel 2.Rata-Rata Penambahan Tinggi Tanaman Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen setelah 60  Hari Proses Fitoremediasi pada Berbagai Jenis Pupuk
Gambar 2. Morfologi daun Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen setelah 60 hari fitoremediasi; (a) perlakuan  kontrol; (b) perlakuan pupuk kandang ayam; (c) perlakuan pupuk kandang sapi; (d) perlakuan pupuk NPK

Referensi

Dokumen terkait

merupakan halaman yang digunakan untuk mengetahui data pajak dan pembayaran pajak Halaman menu admin merupakan halaman yang disediakan. khusus bagi admin pengelola

Model Mekanistik Efek remperatur, cahaya Dan Kompetisi Gulma Pada Pertumbuhan Tanaman.. (Mechanistic Model Effects of Temperature, Light lntensity

dicapai (goal setting), dimana dalam hal ini merupakan kemampuan para resident untuk menetapkan tujuan yang ingin dicapai selama menjalani masa rehabilitasi di panti rehabilitasi ‘X’

Ada 4 tindakan yang dianjurkan oleh WHO untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke anak yaitu: (1) Penguatan tindakan pencegahan primer HIV untuk memastikan bahwa

Pengujian dilakukan untuk mengetahui performa underwater turbin generator, pengujian ini dilakukan pengambilan data dengan 5 lokasi titik pengujian yang berbeda

1. Rapat dihadiri oleh Pokja ULP Kemenag Kab. Jember untuk pekerjaan Jasa Konstruksi Rehabilitasi Gedung Ruang Belajar Ma'had MAN 1 Jember. Dipimpin oleh

Sistem perangkat lunak yang dibuat pada Tugas Akhir ini adalah mengolah data sinyal ECG dan PPG menggunakan Discrete Wavelet Transform (DWT) untuk preprocessing

 Keliling dan luas segi empat (persegi dan persegi panjang) dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru