• Tidak ada hasil yang ditemukan

P U T U S A N NOMOR : 41 / G / 2013 / PTUN-Pbr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P U T U S A N NOMOR : 41 / G / 2013 / PTUN-Pbr"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara pada tingkat pertama dengan acara biasa, yang dilangsungkan di Gedung yang telah ditentukan di Jalan H.R. Soebrantas KM. 9 Pekanbaru telah menjatuhkan Putusan dengan pertimbangan-pertimbangan seperti tersebut di bawah ini dalam sengketa antara :---

JEKI JHON PASA : Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Mantan

Anggota Polisi Republik Indonesia, Bertempat tinggal di jalan Jenderal Sudirman No. 41 Bangkinang ;---

Dalam hal ini memberi kuasa kepada : 1. ROSYIDI HAMZAH, S.H. MH

2. MUHAMMAD RAIS, S.H. MH

Keduanya Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Advokat dan Pengacara pada Kantor Hukum NEBIS IN IDEM yang berkantor di jalan Surian No. 418 Komplek Beringin Indah, Kelurahan, Sidomulyo, Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru, Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 9 Desember 2013 ;--- Selanjutnya disebut sebagai ---PENGGUGAT

M E L A W A N

KEPALA KEPOLISIAN DAERAH RIAU, Berkedudukan di Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru ;---

(2)

Dalam hal ini memberi Kuasa kepada :

1. TONI ARIADI EFFENDI, SH., S.IK., M.H., M.M, Jabatan KABIDKUM POLDA RIAU ;--- 2. WISMAR, S.H. M.H, Jabatan ADVOKAT MADYA

BIDKUM POLDA RIAU ;--- 3. NERWAN, SH, Jabatan ADVOKAT BIDKUM POLDA RIAU ;---

Kesemuanya Kewarganegaraan Indonesia, yang berkantor pada Kantor Polisi Daerah RIAU, yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 235 Pekanbaru ;--

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 25 Nopember 2013 ;--- Selanjutnya disebut sebagai---TERGUGAT Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : A. 41 / PEN-MH / 2013 / PTUN-Pbr tanggal 14 Nopember 2013, Tentang Penetapan Penunjukan Majelis Hakim ;---

Telah membaca Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 41 / PEN. PP / 2013 / PTUN-Pbr tanggal 15 Nopember 2013, Tentang Penetapan Hari Pemeriksaan Persiapan ;---

Telah membaca Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 41 / PEN. HS / 2013 / PTUN-Pbr tanggal 10 Desember 2013 Tentang Penetapan Hari Sidang ;---

Telah membaca berkas perkara dan surat-surat bukti para pihak, serta mendengar keterangan dari Ibu kandung penggugat serta keterangan dari saksi Tergugat ;---

(3)

Telah memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dalam Pemeriksaan Persidangan ;---

TENTANG DUDUKNYA SENGKETA

Bahwa Penggugat telah mengajukan gugatan tertanggal 11 Nopember 2013 yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 12 Nopember 2013 dengan Register Nomor : 41 / G / 2013 / PTUN-Pbr dan telah diperbaiki secara formal pada tanggal 10 Desember 2013 telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut :---

Menimbang, bahwa yang menjadi Obyek Sengketa dalam perkara ini adalah :---

“ Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor Kep/406/VIII/2013 tanggal 21 Agustus 2013 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polisi Republik Indonesia atas nama BRIPTU JEKI JHON PASA NRP 84060408 Kesatuan YANMA Polisi

Daerah RIAU.”;---

Adapun dasar dan alasan gugatan adalah sebagai berikut :--- 1. Bahwa Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat (Kepala

Kepolisian Daerah Riau) di Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru karena Tergugat berdomisili atau berkedudukan diwilayah hukum Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru dan juga Tergugat selaku Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang telah menerbitkan Surat Keputusan Nomor Kep/406/VIII/2013 tanggal 21 Agustus 2013 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polisi Republik Indonesia atas nama JEKI JHON PASA. (objek sengketa a quo ) ;---

(4)

2. Bahwa Surat Keputusan Nomor Kep/406/VIII/2013 tanggal 21 Agustus 2013 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polisi Republik Indonesia atas nama JEKI JHON PASA yang diterbitkan oleh Tergugat adalah merupakan Surat Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara yang secara hukum telah bersifat konkrit, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata, sehingga telah memenuhi Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi :--- “Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, Individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata “;--- 3. Bahwa tindakan Tergugat yang telah menerbitkan Obyek Sengketa

mengakibatkan kepentingan Penggugat sangat dirugikan baik secara moril maupun materil berupa hilangnya pekerjaan Penggugat sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia karena tidak melalui prosedur hukum yang tepat dan benar berdasarkan peraturan Perundang-undangan. Hal mana sesuai dengan ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;--- 4. Bahwa Surat Keputusan Nomor Kep / 406 / VIII / 2013 tanggal 21 Agustus 2013 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari

(5)

Dinas Polisi Republik Indonesia atas nama JEKI JHON PASA yang diterbitkan oleh Tergugat, diterima oleh Penggugat dari Tergugat pada tanggal 21 Agustus 2013, dengan demikian pengajuan gugatan ini masih dalam tenggang waktu 90 (Sembilan puluh) hari sebagai mana ditentukan dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;--- 5. Bahwa Surat Keputusan Nomor Kep / 406 / VIII / 2013 tanggal 21

Agustus 2013 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polisi Republik Indonesia atas nama JEKI JHON PASA, diterbitkan berdasarkan Surat Putusan KKEP Nomor : PUT KEP/03/IV/2013/KKEP, yang menjatuhkan hukuman dan sanksi rekomendasi Berupa Pemberhentian Tidak Dengan Hormat kepada Penggugat bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku serta bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik yakni Asas kepastian hukum dan asas keseimbangan sebagai mana diatur didalam Pasal 53 Ayat 2 Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara; 6. Bahwa Penggugat adalah anggota Kepolisian Republik Indonesia

dengan Pangkat BRIPTU dan NRP 84060408. Penggugat dinyatakan lulus pendidikan sebagai Siswa Pendidikan Pembentukan Bintara Polisi Republik Indonesia gelombang II TA. 2003 yang dilaksanakan selama 5 (lima) Bulan disekolah Polisi Negara Pekanbaru dari tanggal 4 Agustus 2003 sampai dengan 30 Desember 2003 dengan Surat Keputusan Nomor Polisi : Skep / 22 / XII / 2003 ;---

(6)

7. Bahawa berdasarkan Surat Keputusan No.Pol : Skep/1049/XII/2003 tentang Penempatan Magang/Penempatan Pertama Bintara Polisi Republik Indonesia Pria Gelombang II TA. 2003 Penggugat ditempatkan di Polisi Daerah Riau. Dan Setelah Masa Magang Tersebut selesai Penggugat ditugaskan di Polres Pelelawan pada bagian Lantas sebagai Penempatan Pertama berdasarkan Surat Keputusan No. Pol.: Skep / 142/VII / 2004 tanggal 13 Juli 2004 Dan pada saat itu Penggugat menerima gaji pokok sebayak Rp.893.800,- (Delapan ratus Sembilan puluh tiga ribu delapan ratus rupiah) ;--- 8. Bahwa pada tanggal 31 Agustus 2006 Penggugat dimutasi dari Polres Pelelawan ke Den 88 Polisi Daerah Riau selama Penggugat bertugas

di Polisi Daerah Riau Penggugat mendapatkan kenaikan pangkat dari

BRIPDA menjadi BRIPTU pada tanggal 16 Juni 2010 dengan masa kerja kurang lebih 6 Tahun 6 Bulan berdasarkan Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/162/VI/2010. Kemudian pada Tanggal 14 Februari 2011 PENGGUGAT dimutasi kebagian Yanma

Polisi Daerah Riau ;---

9. Bahwa pada tanggal 2 April 2013 keluarlah putusan Komisi Kode etik Profesi dengan Putusan KKEP Nomor : PUT KEP/03/IV 2013/KKEP, yang menjatuhkan hukuman dan sanksi rekomendasi berupa Pemberhentian Tidak Dengan Hormat kepada Penggugat karena Penggugat telah melanggar Pasal 14 Ayat (1) Huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun Tahun 2013 tentang Pemberhentian Anggota Kapolri, yaitu telah meninggalkan tugas secara berturut-turut terhitung mulai tanggal 11 September s/d 12 November 2012 ;--- 10. Bahwa sehubungan dengan Dugaan Pelanggaran yang telah

(7)

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2013 tantang Pemberhentian Anggota Polisi Republik Indonesia, Penggugat tidak pernah diberitahu dan juga tidak menerima panggilan untuk menghadiri sidang pada saat dilaksanakannya persidangan Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia. Sementara pada waktu akan diadakan sidang kode Etik tersbut Penggugat maupun keluarga Penggugat masih tinggal diwilayah Riau serta memiliki alamat yang jelas dan sangat mudah untuk dihubungi, ditambah lagi banyak sekali rekan-rekan seperofesi Penggugat yang mengetahui persis dimana Kediaman Penggugat. Sehingga Penggugat kehilangan hak untuk melakukan Pembelaan diri terhadap dugaan pelanggaran kode etik yang Penggugat lakukan. Seperti Hak yang tertuang dalam Pasal 18 Ayat (3) Peraturan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia yang berbunyi “ Untuk kepentingan pembelaan, terduga pelanggar diberi hak untuk mengajukan saksi-saksi yang meringankan ;--- 11. Bahwa dikarenakan persidangan dilakukan secara absentia maka

hilanglah kesempatan Penggugat untuk melakukan upaya pembelaan seperti mengemukakan alasan, menghadirkan saksi-saksi dan upaya lainnya yang dapat dilakukan sesuai peraturan yang berlaku ;--- 12. Bahwa dengan adanya pemerikasaan dugaan pelanggaran Kode etik tanpa dihadiri oleh Penggugat merupakan suatu pelanggaran terhadap hak-hak hukum Penggugat sehingga pemeriksaan dugaan pelanggaran Kode Etik berjalan tidak seimbang (fair) sehingga Surat Keputusan Aquo (obyek perkara) bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik yakni Asas keseimbangan dan kepastian hukum ;---

(8)

13. Bahwa berdasarkan asas keseimbangan ini, pemeriksaan yang dilakukan harus mendengarkan keterangan kedua belah pihak (audi

alteram et partem) sehingga TERADU memiliki hak untuk menjawab

semua dakwaan dan hak untuk melakukan pembelaan tertuang didalam pasal 18 ayat (3) Peraturan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia yang berbunyi “ Untuk kepentingan pembelaan, terduga pelanggar diberi hak untuk mengajukan saksi-saksi yang meringankan”. Kemudian berdasarkan asas keseimbangan penjatuhan sanksi atau hukum menurut asas ini haruslah seimbang dengan bobot pelanggaran/kesalahan sehingga putusan yang dikeluarkan memenuhi nilai keadilan ;--- 14. Bahwa salah satu upaya untuk menjaga keseimbangan dalam

pemeriksaan disidang KKEP maka terduga pelanggar diwajibkan untuk didampingi didalam pemeriksaan tersebut sebagaimana diatur didalam pasal 18 ayat 1 dan 2 Peraturan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia ;--- (1) Dalam penegaan KKEP, terduga pelanggar dapat didampingi oleh

anggota Polisi Republik Indonesia, yang ditunjuk oleh terduga Pelanggaran dalam sidang KKEP ;--- (2) Dalam hal terduga pelanggar tidak menunjuk Anggota Polisi

Republik Indonesia sebagai Pendamping, pengemban fungsi hukum wajib menunjuk pendamping ;--- 15. Bahwa tidak pernah sampainya surat panggilan untuk menghadiri sidang pemeriksaan dugaan Pelanggaran Kode Etik kapada Penggugat maupun keluarga Penggugat yang mana hal tersebut

(9)

merupakan hak Penggugat adalah suatu bukti bahwa Surat Keputusan aquo (obyek perkara) diterbitkan tidak berdasarkan prosedur yang ada (cacat prosedur) dan secara hukum bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang ada seperti yang diatur didalam Pasal 19 Ayat (2) Peraturan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia yang berbunyi “ Sidang KKEP dapat dilaksanakan tanpa hadir oleh Terduga Pelanggar setelah dipanggil berturut-turut sebanyak 2 (dua) kali tidak hadir”. tanpa adanya panggilan kepada Penggugat maka persidangan oleh Tergugat tetap dilaksanakan tanpa hadirnya Tergugat (in Absentia) ;--- 16. Bahwa pada tanggal 15 Mei 2013, orang tua Penggugat mengajukan Banding terhadap putusan sidang KKEP Nomor : PUT / KEP / IV / 2013 / KKEP sebagaimana diatur didalam Pasal 1 angka (14), Banding ialah upaya yang dilakukan oleh pelanggar atau isteri/suami, anak atau orang tua pelanggar yang keberatan atas putusan sidang KKEP dengan mengajukan permohonan kepada Komisi Banding Kode Etik Polisi Republik Indonesia melalui atasan Ankum ; --- 17. Bahwa sampai hari ini putusan terhadap banding yang diajukan oleh

orang tua Penggugat tidak pernah ada, namun yang keluar langsung surat pemberhentian tidak dengan hormat terhadap Penggugat (obyek aquo). Padahal di dalam Pasal 1 ayat (16) Peraturan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia disebutkan bahwa “ sidang Komisi Banding adalah sidang pada tingkat banding untuk memeriksa, memutus, menguatkan, mengubah atau membatalkan putusan KKEP” ;---

(10)

18. Bahwa disatu sisi Penggugat direkomendasikan untuk diberhentikan secara tidak hormat berdasarkan Putusan KKEP Nomor : PUT KEP/03/IV/2013/KKEP tanggal 2 April 2013, namun disisi yang lain Penggugat tetap masuk kerja. Bahkan tidak ada satupun yang keberatan karena merasa terbantu dan sampai-sampai Penggugat menerima gaji sebesar Rp. 1.700.000,- ( Satu Juta Tujuh Ratus Ribu Rupiah) atas kebijakan pimpinan. Bahkan pada tanggal 14 Agustus 2013 ada Surat Perintah Nomor : Sprin/69/VIII/2013/Yanma yang menugaskan Penggugat membantu Kayama sebagai seksi perlengkapan dalam kegiatan Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Riau pada hari Minggu tanggal 18 Agustus 2013 di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau ;--- 19. Bahwa dengan adanya Surat Perintah Nomor : Sprin / 69 / VIII / 2013 / Yanma yang menugaskan Penggugat membantu Kayanma menunjuk bahwa Tergugat sangat membutuhkan Penggugat dan atas perintah tersebut Penggugat hadir karena merasa bertanggung jawab sebagai anggota Polisi Republik Indonesia yang baik ;--- 20. Bahwa pada tanggal 21 Agustus 2013 keluarlah Surat Keputusan

Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor Kep /406 / VIII / 2013 tanggal 21 Agustus 2013 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polisi Republik Indonesia atas nama Penggugat. dan Penggugat diberikan gaji sebesar Rp. 4.000.000,- (empat juta rupiah) sebagai uang gaji yang tertunda ;--- 21. Bahwa Pelanggaran Kode Etik yang Pengugugat lakukan pada

dasarnya bukanlah suatu pelanggaran berat, bukan merupakan perbuatan pidana dan bukan pula perbuatan yang mencoreng nama institusi Polisi Republik Indonesia di tengah Masyarakat. Memang

(11)

Penggugat akui Penggugat mangkir untuk beberapa hari kerja, dan hal ini Penggugat lakukan untuk menyelesaikan masalah internal pribadi Penggugat, namun putusan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor Kep / 406 / VIII / 2013 tanggal 21 Agustus 2013 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polisi Republik Indonesia atas nama Penggugat yang didasarkan pada putusan KKEP Nomor : PUT KEP / 03 / IV / 2013 / KKEP, yang menjatuhkan hukuman dan sanksi rekomendasi berupa Pemberhentian Tidak Dengan Hormat kepada Penggugat sangatlah tidak adil dan tidak wajar bagi Penggugat dan menghancurkan harapan Penggugat untuk dapat terus mengabdi kepada Negara dengan tetap menjadi anggota Polisi Republik Indonesia. Bahwa selama Penggugat berdinas sebagai anggota Polisi Republik Indonesia sejak Tahun 2003, Penggugat belum pernah sama sekali melakukan pelanggaran maupun perbuatan pidanan lain yang sifatnya lebih berat dari pelanggaran yang Penggugat lakukan ;--- 22. Bahwa berdasarkan dasar dan alasan tersebut di atas, tindakan

Tergugat yang menerbitkan obyek perkara a quo telah memenuhi Ketentuan Pasal 53 ayat 2 huruf a dan b Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara karena Surat Keputusan a quo (obyek perkara) yang diterbitkan oleh Tergugat tidak sesuai prosedur (cacat prosedur) Pasal 19 ayat (2) Peraturan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia dan bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik yakni Asas-Asas keseimbangan Pasal 18 Ayat (1),(2) dan (3) Peraturan Kepala Polisi Republik

(12)

Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia dan Asas kepastian hukum, maka Penggugat mohon agar Surat Keputusan aquo (obyek perkara) dinyatakan Batal atau Tidak Sah ;--- 23. Bahwa oleh karena obyek sengketa a quo dikeluarkan dengan cacat

prosedur dan cacat hukum maka harus dinyatakan batal tidak sah, maka berdasarkan hukum Tergugat diperintahkan untuk mencabut obyek sengketa a quo ;---

Berdasarkan segala uraian dan alasan yang telah diuraikan diatas, maka Penggugat mohon kepada Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan dengan amarnya berbunyi sebagai berikut :--- 1. Mengabulkan Gugatan Penggugat seluruhnya ;--- 2. Menyatakan Batal atau Tidak Sah Surat Keputusan Nomor Kep / 406 /

VIII / 2013 tanggal 21 Agustus 2013 Tentang PemberhentianTidak Dengan Hormat Dari Dinas Polisi Republik Indonesia atas nama Briptu Jeki Jhon Pasa NRP 84060408 Kesatuan Yanma Polisi Daerah RIAU ;-- 3. Mewajibkan kepada Tergugat untuk mencabut Keputusan Nomor Kep / 406 / VIII / 2013 tanggal 21 Agustus 2013 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polisi Republik Indonesia atas nama Briptu Jeki Jhon Pasa NRP 84060408 Kesatuan Yanma Polisi Daerah

Riau ;--- 4. Menghukum Tergugat untuk merehabilitasi kedudukan Penggugat

sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia berikut segala hak dan kewajiban sehubungan dengan kedudukan tersebut ;--- 5. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara ini ;---

(13)

Menimbang, bahwa pada Pemeriksaan Persiapan perkara ini Majelis Hakim telah memberikan petunjuk dan nasehat kepada Kuasa Penggugat untuk memperbaiki gugatannya ;--- Menimbang, bahwa atas Gugatan Penggugat tersebut Tergugat telah mengajukan Jawabannya tertanggal 17 Desember 2013 yang isi selegkapnya sebagaimana terlampir dalam Berita Acara Pemeriksaan dan pokok Jawaban tersebut sebagai berikut :--- 1. Bahwa Pemberhentian Tidak Dengan Hormat terhadap Penggugat

(Jeki Jhon Pasa) telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku di Institusi Kepolisian Republik Indonesia yaitu Peraturan Pemerintah RI Nomor 1 Tahun 2003, Peraturan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 berdasarkan :--- a. Adanya Laporan Polisi Nomor : LP/2/I/2013/Wabprof tanggal 15 Januari 2013 Atas nama BRIPTU JEKI JHON PASA telah melakukan perbuatan tidak masuk dinas lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja berturut – turut meninggalkan tugas secara tidak sah tanpa izin pimpinan dari tanggal 01 Agustus 2012 s/d 31 Januari 2013 selama ± 120 (seratus dua puluh) hari kerja berturut-turut hingga laporan ini dibuat Penggugat tidak masuk dinas ;--- b. Bahwa berdasarkan Laporan Polisi tersebut, selanjutnya Bid Propam Polisi Daerah Riau melakukan pemeriksaan dengan mengumpulkan bukti-bukti yaitu keterangan saksi-saksi, bukti petunjuk dan bukti surat yang kemudian menjadi berkas perkara pelanggaran Nomor : BP / 02 / I /2013 / Wabprof tanggal 23 Januari 2013 ;--- c. Bahwa dari hasil pemberkasan tersebut Bid Propam Polisi

(14)

Ankum Penggugat (Kayanma Polisi Daerah Riau), selanjutnya Ankum terduga pelanggar / Penggugat memerintahkan kepada Bid Propam Polisi Daerah Riau untuk meminta saran dan pendapat hukum kepada pembinaan fungsi hukum Polisi Daerah Riau guna mendapatkan saran pendapat hukum terhadap penyelesaian perkara Penggugat BRIPTU JEKI JHON PASA ;--- d. Bahwa berdasarkan surat permintaan saran pendapat hukum Kabid Propam Polisi Daerah Riau, Bidang hukum Polisi Daerah Riau telah memberikan saran pendapat hukum Atas nama BRIPTU JEKI JHON PASA Nrp. 84060408 Nomor : R / ND-07 / II / 2013 / Bidkum tanggal 18 Februari 2013 yang intinya perbuatan terperiksa secara yuridis telah memenuhi unsur pasal 14 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah RI Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Polisi Republik Indonesia yaitu Anggota Polisi Republik Indonesia diberhentikan Tidak Dengan Hormat dari dinas Kepolisian Republik IndonesiaI apabila meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut ;--- e. Berdasarkan saran pendapat hukum fungsi bidang hukum Polisi

Daerah Riau dan analisa berkas perkara, setelah limpahkan berkas perkara ke Bid Propam Polisi Daerah Riau maka pada tanggal 18 Maret 2013 berdasarkan surat Kabid Propam Polisi Daerah Riau Nomor : R / 44 / III / 2013/Propam perihal usulan pembentukan Komisi Kode Etik Polisi Republik Indonesia, telah dibentuk Pejabat Komisi Kode Etik Polisi Republik Indonesia untuk memeriksa BRIPTU JEKI JHON PASA dan atas usulan tersebut maka terbitlah Surat Keputusan Kepala Kepolisian

(15)

Daerah Riau Nomor : Kep / 149 / III / 2013 tanggal 25 Maret 2013 Tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Polisi Republik Indonesia untuk menyidangkan kasus BRIPTU JEKI JHON PASA ;--- f. Bahwa setelah dibentuknya susunan sidang Komisi Kode Etik maka pada tanggal 02 April 2013 sesuai dengan Peraturan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Pasal 19 ayat 2 dan Pasal 51 ayat 3 Perkap Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 Komisi Kode Etik Polisi Republik Indonesia melaksanakan sidang perkara terperiksa BRIPTU JEKI JHON PASA tanpa dihadiri oleh terperiksa (In absensia) dimana dalam proses persidangan telah mendengar keterangan saksi-saksi dan bukti-bukti lainnya, kemudian Pejabat Komisi Kode Etik Polisi Republik Indonesia berkesimpulan BRIPTU JEKI JHON PASA telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2003 yaitu telah meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut terhitung sejak tanggal 01 Agustus 2012 sampai dengan 31 Januari 2013 selama ± 120 (seratus dua puluh) hari kerja berturut-turut hingga laporan ini dibuat Penggugat tidak masuk dinas ;--- g. Bahwa setelah adanya putusan sidang Komisi Kode Etik terhadap

terperiksa BRIPTU JEKI JHON PASA (Penggugat) Nomor : PUTKKEP/03/IV/2013/KKEP tanggal 02 April 2013, selanjutnya Pejabat Komisi Kode Etik memberikan saran pertimbangan

(16)

kepada Pejabat Pembentuk Komisi Kode Etik Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat an. BRIPTU JEKI JHON PASA, dan selanjutnya Kayanma Polisi Daerah Riau selaku

Ankum terperiksa mengusulkan ke Kepala Kepolisian Daerah

Riau untuk diterbitkan Surat Keputusan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Atas nama BRIPTU JEKI JHON PASA ;--- h. Bahwa Kepala Kepolisian Daerah Riau setelah menerima usulan

dari Komisi Kode Etik dan berkas lainnya selanjutnya Kepala Kepolisian Daerah Riau menerbitkan Surat Keputusan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Atas nama . BRIPTU JEKI JHON PASA Nomor.: Kep / 406 / VIII / 2013 tanggal 21 Agustus 2013, hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor : Pol Kep / 74 / XI / 2003 tanggal 11 Nopember 2003 yang pada intinya menyatakan wewenang Kepala Polisi Republik Indonesia di delegasikan kepada Kepala Kepolisian Daerah Riau tentang pengakhiran dinas anggota Polisi Republik Indonesia yang berpangkat Aiptu kebawah yang sifatnya Pemberhentian Tidak Dengan Hormat ;--- 2. Bahwa menanggapi dalil Penggugat yang menyatakan bahwa

Penggugat tidak pernah menerima surat panggilan untuk melaksanakan sidang, sementara keluarga Penggugat masih tinggal di wilayah Riau ;--- Bahwa dalil tersebut sangatlah normatif dan tidak berdasar karena proses pemeriksaan yang dilakukan terhadap Penggugat yang diduga melakukan pelanggaran tidak masuk dinas tanpa keterangan lebih kurang 120 (seratus dua puluh) hari kerja secara berturut-turut tanpa izin pimpinan dan tidak diketahui keberadaannya baik di

(17)

satuan kerja maupun di tempat tinggalnya atas ketidak hadirannya tersebut Tergugat telah menerbitkan surat perintah pencarian orang (DPO) sebagai konsekuensi tidak masuk dinas dan terhadap pelanggaran tersebut Provos Polisi Daerah Riau telah melakukan panggilan sebanyak 2 kali secara patut ke kesatuannya dan alamatnya namun Penggugat tidak dapat memenuhi panggilan tersebut tanpa ada keterangan dan perlu juga diketahui oleh Penggugat bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh Penggugat bukanlah pelanggaran sebagaimana layaknya persi dangan di Pengadilan Umum terhadap pelanggaran pidana tetapi adalah pelanggaran administratif, sehingga pemeriksaan yang dilakukan terhadap Penggugat sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku ;-- 3. Bahwa pernyataan Penggugat yang menyatakan bahwa persidangan yang dihadiri oleh Penggugat tidak memberikan keseimbangan sehingga bertentangan dengan Azas Umum Pemerintahan Yang Baik yang berakibat Penggugat tidak dapat menggunakan haknya untuk melakukan pembelaan, pendamping dalam sidang KKEP ;--- Bahwa proses pelaksanaan persidangan Komisi Kode Etik yang dilaksanakan terhadap Penggugat (BRIPTU JEKI JHON PASA) sudah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku walaupun Penggugat tidak hadir selama lebih kurang 4 (empat) bulan tanpa keterangan dan menurut aturan kedinasan persidangan dapat dilanjutkan dengan tanpa kehadiran Penggugat (BRIPTU JEKI JHON PASA) dan telah dipanggil secara patut sebanyak 2 kali namun Penggugat tidak dapat menghadirinya, sehingga dengan demikian otomatis haknya untuk mendapatkan pendamping tidak dapat digunakan karena penggugat tidak mempunyai itikad baik untuk

(18)

berdinas di institusi Polisi Republik Indonesia namun setelah dilakukan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat baru timbul penyesalan, hal ini semata-mata demi citra Polisi Republik Indonesia ditengah masyarakat dan pengendalian anggota agar tidak membuat hal-hal yang dapat mempermalukan Institusi Kepolisian Republik Indonesia ;--- 4. Bahwa penggugat sangatlah tidak konsisten, di satu sisi mengatakan

tidak ada menerima surat panggilan pemeriksaan maupun surat panggilan persidangan, namun kenyataannya Penggugat mengajukan keberatan ke Komisi Banding dan hasil Putusan Komisi Banding terhadap keberatan tersebut menolak dan menguatkan Putusan Komisi Kode Etik ;--- 5. Bahwa Penggugat mengatakan dalam gugatannya telah menerima

uang gajinya selama 1 (satu) bulan, itu merupakan wujud dari kewajiban yang dijalankan oleh terperiksa setelah dilakukan pemeriksaan atau pelanggaran namun masuk kembali berdinas namun kesalahan yang lama yaitu tidak masuk dinas tidaklah hapus/hilang karena merupakan wujud dari pada kepastian hukum dan persamaan bagi anggota yang lain, dan sesuai dengan Peraturan kedinasan yang berlaku di institusi Kepolisian Republik Indonesia ;--- 6. Bahwa dalil penggugat dalam gugatannya mengatakan Keputusan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat tersebut sangat tidak adil karena Penggugat tidak masuk hanya beberapa hari kerja saja sangatlah subjektif, jadi sebaiknya Penggugat Interopeksi diri dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, mungkin Institusi Kepolisian Republik Indonesia tidak tepat bagi Penggugat untuk

(19)

mengembangkan diri yang mana dalam pelaksanaan tugasnya terikat pada aturan kedinasan yang harus dipatuhi Penggugat ;--- 7. Bahwa pemberhentian tidak dengan hormat yang dilakukan oleh Tergugat (Kepala Kepolisian Daerah Riau) terhadap BRIPTU JEKI JHON PASA dengan Surat Keputusan Nomor.: Kep / 406 / VIII / 2013 tanggal 21 Agustus 2013 sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang berlaku di Institusi Kepolisian Republik Indonesia dan Azas-Azas Umum Pemerintahan Yang Baik, dengan memperhatikan Azas keseimbangan (Principle Of Proportionality) yaitu keseimbangan antara kesalahan yang dilakukan oleh Tergugat terhadap norma-norma hukum positif Institusi Kepolisian Republik Indonesia serta dan Asas Kepastian Hukum, sehingga anggota Polisi Republik Indonesia yang lain tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga merusak TRIBRATA sebagai falsafah Anggota Kepolisian Republik Indonesia, dengan demikian pemberhentian tersebut telah dipertimbangkan demi kelangsungan Kepolisian Republik Indonesia yang dicintai masyarakat bukan karena kepentingan individu.;--- 8. Bahwa oleh karena Proses dan Prosedur terbitnya Surat Keputusan

Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor.: Kep/406/VIII/2013 tanggal 21 Agustus 2013 Atas nama BRIPTU JEKI JHON PASA telah sesuai dengan prosedur dan mekanisme aturan yang berlaku secara khusus dilingkungan Kepolisian Republik Indonesia, maka permohonan pencabutan Surat Keputusan tersebut dapat dikesampingkan saja ;--- Berdasarkan alasan-alasan hukum tersebut diatas, bahwa proses Pemberhentian Tidak Dengan Hormat terhadap BRIPTU JEKI JHON

(20)

PASA (penggugat) telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di institusi Polisi Republik Indonesia dan sumpah anggota Kepolisian Republik Indonesia dalam rangka menegakkan hukum dan wibawa Polisi Republik Indonesia ditengah masyarakat dan sesuai dengan Azas Umum Pemerintahan Yang Baik ;--- Kami mohon kepada Majelis Hakim yang terhormat yang menyidangkan perkara ini berkenan memutuskan sebagai berikut :--- 1. Menolak seluruh gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima ;--- 2. Menyatakan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor.:

Kep / 406 / VIII / 2013 tanggal 21 Agustus 2013 tentang pemberhentian tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian Republik Indonesia Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Atas nama BRIPTU JEKI JHON PASA adalah sah menurut hukum ;--- 3 Membebankan seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini kepada

Penggugat ;--- Menimbang, bahwa atas Jawaban Tergugat tersebut, Penggugat tidak mengajukan Replik secara tertulis namun menanggapinya secara lisan dan menyatakan tetap pada Gugatannya ;---

Menimbang, bahwa untuk membuktikan serta menguatkan dalil-dalil gugatannya, Penggugat telah mengajukan alat-alat bukti berupa foto copy surat-surat yang telah bermaterai cukup serta telah dicocokkan dengan aslinya kecuali bukti : P-2, P-3, P-4,P-5 sehingga dapat diterima sebagai alat bukti yang sah menurut hukum yang diberi tanda Bukti P–1 sampai dengan Bukti P – 5, adalah sebagai berikut :---

(21)

P – 1 : Foto copy Putusan Sidang Komisi Kode Etik Polisi Republik Indonesia Nomor : PUT KKEP/03/IV/2013/KKEP tanggal 2 bulan April Tahun dua ribu tiga belas Atas nama Jeki Jhon Pasa ( sesuai dengan asli ) ;--- P – 2 : Foto copy Surat permohonan banding serta Berita Acara pernyataan Banding tertanggal 6 Mei 2013 (sesuai dengan foto copy) ;--- P – 3 : Foto copy Petikan Keputusan Kepala kepolisian Daerah Riau

Nomor : Kep / 406 / VIII / 2013, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polisi Republik Indonesia tertanggal 21 Agustus 2013 An. Briptu Jeki Jhon Pasa (sesuai dengan foto copy) ;--- P – 4 : Foto copy Surat Perintah Nomor : Sprint/69/VIII/2013/Yanma

tertanggal 14 Agustus 2013 ( sesuai dengan foto copy) ;--- P – 5 : Foto copy Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia tanggal 1 Oktober 2011 ; Menimbang, bahwa untuk membuktikan serta menguatkan dalil-dalil sangkalannya, Tergugat telah pula mengajukan alat-alat bukti berupa foto copy surat–surat yang telah bermaterai cukup serta telah dicocokkan dengan aslinya kecuali Bukti : T-1, T-3, T-4, T-8, T-9, T-10, T-11, T-15, sehingga dapat diterima sebagai alat bukti yang sah menurut hukum yang diberi tanda Bukti T– 1 sampai dengan Bukti T – 16, sebagai berikut :--- T – 1 : Foto copy Laporan Polisi Nomor : 156/XI/2012/ Bid Propam

tanggal 12 November 2012 An. Briptu Jeki Jhon Pasa ( copy dari copy ) ;---

(22)

T – 2 ; Foto copy Daftar Absensi Personel Yanma Polisi Daerah Riau Bulan Agustus 2012 sampai dengan Januari 2013 ( sesuai dengan asli ) ;--- T – 3 : Foto copy Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau

Nomor : Kep / 149 / III/ 2013, tanggal 25 Maret 2013 A.N. Briptu Jeki Jhon Pasa Tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia beserta daftar nama Anggota Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI ( copy dari copy ) ;--- T – 4 : Foto copy Putusan Sidang Komisi Kode Etik Polisi Republik

Indonesia Nomor : PUT KKEP/03/IV/2013/KKEP tanggal 2 Bulan April Tahun dua ribu tiga belas A.n. Briptu jeki Jhon Pasa ( copy dari copy ) ;--- T – 5 : Foto copy Putusan sidang Banding Komisi Kode Etik Profesi

Polisi Republik Indonesia Nomor : Put Banding /06 /VII / 2013/KOM Banding, tanggal 17 Juli 2013 A.n. Briptu Jeki Jhon Pasa ( sesuai dengan asli ) ;--- T – 6 ; Foto copy Salinan Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau

Nomor : Kep / 406 / VIII / 2013 tanggal 21 Agustus 2013 Tentang Pemberhentian Tidak dengan Hormat Dari Dinas Polisi Republik Indonesia (sesuai dengan asli) ;--- T – 7 : Foto copy NOTA DINAS Nomor : R / ND-07 / II / 2013 / Bidkum

dari Kabidkum Polisi Daerah Riau kepada Kabid Propam Polisi Daerah Riau, Perihal pendapat dan saran hukum terduga pelanggar briptu Jeki Jhon Pasa NRP 84060408 BA Yanma Polisi Daerah Riau tertanggal 18 Februari 2013 (sesuai dengan asli) ;---

(23)

T – 8 : Foto copy Peraturan Pemerintah RI Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (copy dari copy) ;--- T – 9 : Foto copy Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia ( copy dari copy ) ;--- T – 10 : Foto copy Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik

Indonesia ( copy dari copy ) ;--- T – 11 : Foto copy NOTA DINAS Nomor : B/ND-181/III/2013/Bid Propam

serta Surat Panggilan Nomor : S.Pgl/43/III/2013/KKEP An. Jeki Jhon Pasa tanggal 26 Maret 2013 ( copy dari copy ) ;--- T – 12 : Foto copy Nota Dinas Nomor : B/ND-181.a/III/2013/Bid Propam

serta Surat Panggilan Nomor : S.Pgl/43/III/2013/KKEP An. Jeki Jhon Pasa tanggal 28 Maret 2013 ( sesuai dengan asli ) ;--- T – 13 : Foto copy Ekspedisi Surat Panggilan An. Briptu Jeki Jhon Pasa

Nomor : B/ND-181.a/III/2013/Bid Propam ( sesuai dengan asli) ; T – 14 : Foto copy Daftar Pencarian Orang Nomor :

DPO/01/I/2013/Wabprof, tanggal 22 Januari 2013 (sesuai dengan asli) ;--- T – 15 : Foto copy NOTA DINAS Kabid Propam Polisi Daerah Riau

Nomor : B/ND-185/III/2013/Bid Propam, tanggal 26 Maret 2013 Perihal permintaan pendamping untuk terduga pelanggaran ( copy dari copy ) ;--- T – 16 : Foto copy NOTA DINAS Kepala Bidang Hukum Polisi Daerah

(24)

Perihal pengiriman personel Bidkum Polisi Daerah (sesuai dengan asli) ; --- Menimbang, bahwa selain mengajukan alat-alat bukti tertulis, Penggugat melalui Kuasa Hukumnya telah menghadirkan Ibu kandung dari Penggugat yang bernama JAMIAH tanpa disumpah dan telah memberikan keterangannya dipersidangan yang pada pokoknya menerangkan hal-hal sebagai berikut :--- - Bahwa saksi mengaku adalah sebagai Ibu dari Jeki Jhon Pasa ;--- - Bahwa saksi tidak tahu Jeki Jhon Pasa tidak masuk-masuk Dinas ;--- - Bahwa saksi tidak pernah menerima surat panggilan dari Polisi Daerah

terhadap Jeki Jhon Pasa ;--- - Bahwa alamat saksi di jalan Jenderal Sudirman Kelurahan Langgeni Bangkinang ;--- - Bahwa saksi tidak tinggal serumah dengan Jeki Jhon Pasa ;--- - Bahwa menurut saksi alamat tempat tinggal Jeki Jhon Pasa yaitu di

Perumahan Grenria Taman Karya Panam ;--- - Bahwa saksi mengaku setiap minggu datang kerumah Jeki Jhon Pasa di

Panam ;--- - Bahwa saksi yang melakukan upaya banding kepada komisi banding

terhadap Jeki Jhon Pasa ;--- - Bahwa menurut saksi Pak Wahyu yang menyuruh saksi untuk

melakukan upaya banding ;--- Menimbang, bahwa selain mengajukan alat-alat bukti tertulis, Tergugat melalui Kuasa Hukumnya telah menghadirkan1(satu) orang saksi yang telah memberikan keterangannya dibawah sumpah yaitu :---

HIDINIA RAHMAT TUESA, yang pada pokoknya menerangkan hal-hal

(25)

- Bahwa saksi adalah sebagai Anggota Polisi Republik Indonesia Bid Propam Polisi Daerah Riau ;--- - Bahwa saksi bertugas di Bid propam Riau sejak Tahun 2006 ;--- - Bahwa tugas saksi di Propam Riau adalah membantu Polisi Daerah

Riau bagi anggota Polisi Republik Indonesia yang melanggar kedinasan ; --- - Bahwa saksi ikut sebagai pemeriksa terhadap Jeki Jhon Pasa atas

pelanggaran kedinasan ;--- - Bahwa saksi telah melakukan pemanggilan terhadap Jeki Jhon Pasa dank e Yanma Polisi Daerah Riau ;--- - Bahwa atas panggilan tersebut Yanma membalas dengan suratnya bahwa Jeki Jhon pasa belum masuk dinas ;--- - Bahwa saksi telah dua kali memanggil Jeki Jhon Pasa atas ketidak

hadirannya ;--- - Bahwa atas ketidak hadiran Jeki Jhon Pasa telah dilaksanakan sidang Komisi kode etik profesi sebagai anggota Polisi Republik Indonesia ;--- - Bahwa saksi pernah mendatangi rumah orang tua Jeki Jhon Pasa dan memberitahu bahwa Jeki tidak masuk-masuk dinas lebih dari 30 hari berturut-turut ;--- - Bahwa pada tanggal 23 Februari 2013 Jeki Jhon Pasa pernah datang

kerumah saksi untuk meminta solusi dan saksi menerangkan bahwa telah dibuat laporan polisi tentang pelanggaran disiplin tidak masuk dinas lebih dari 30 hari kerja dan telah terbit surat DPO tanggal 22 Januari 2013 dan akan dilakukan sidang kode etik ; ---

Menimbang, bahwa Penggugat maupun Tergugat telah menyampaikan Kesimpulannya dalam perkara ini masing-masing tertanggal 30 Januari 2014 yang untuk selengkapnya telah termuat dalam

(26)

Berita Acara Persidangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan menjadi satu kesatuan dalam putusan ini ;--- Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dalam Pemeriksaan perkara ini, dan untuk mempersingkat isi Putusan ini semuanya termuat dalam Berita Acara Pemeriksaan Persiapan dan Berita Acara Persidangan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam putusan ini ;---

Menimbang, bahwa Pemeriksaan perkara ini telah cukup dan akhirnya Majelis Hakim mengambil sikap berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum seperti terurai dibawah ini ;---

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebagaimana dimuat dalam duduk perkara tersebut di atas ;--- Menimbang, bahwa objek sengketa yang dimohonkan batal atau tidak sah dalam perkara ini adalah Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor: Kep/406/VIII/2013 tanggal 21 Agustus 2013 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polisi Republik Indonesia atas nama Jeki Jhon Pasa Pangkat Briptu NRP. 84060408 Jabatan Anggota YANMA Kesatuan Polisi Daerah RIAU (vide bukti P-3 = bukti T-6) ;---

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat telah mengajukan jawabannya tertanggal 17 Desember 2013 yang memuat jawaban dalam pokok perkara yang pada pokoknya menolak seluruh dalil-dalil yang dikemukakan Penggugat tanpa mengajukan eksepsi;---

(27)

Menimbang, bahwa terhadap Jawaban Tergugat tersebut, Penggugat tidak mengajukan Replik secara tertulis akan tetapi secara lisan menyatakan tetap pada dalil-dalil gugatannya ;---

Menimbang, bahwa meskipun Tergugat tidak mengajukan eksepsi, terlebih dahulu Majelis Hakim akan mempertimbangkan segi formil gugatan yang meliputi kewenangan mengadili Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, tenggang waktu mengajukan gugatan dan ada atau tidaknya kepentingan Penggugat untuk mengajukan gugatan terhadap objek sengketa a quo dengan pertimbangan sebagai berikut:--- 1. Tentang Kewenangan Mengadili Pengadilan Tata Usaha Negara

Pekanbaru;--- Menimbang, bahwa kewenangan mengadili Peradilan Tata Usaha Negara diatur dalam Pasal 47, Pasal 1 angka 9 dan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (selanjutnya disebut sebagai Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara) sebagai berikut:

Pasal 1 angka 9 : Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu

penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual dan final, serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata;---

Pasal 1 angka 10 : Sengketa Tata usaha Negara adalah sengketa yang

timbul dalam bidang Tata Usaha Negara yang timbul antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan/Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan Tata

(28)

Usaha Negara termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; ---

Pasal 47 : Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan

menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara;--- Menimbang, bahwa setelah Majelis hakim mempelajari dan mencermati objek sengketa a quo (vide: bukti P-3 = bukti T-6) ternyata berbentuk penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Kepala Kepolisian Daerah Riau selaku Badan/Pejabat Tata Usaha Negara, yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yaitu berupa Pemberhentian Tidak Dengan Hormat a.n. BRIPTU JEKI JHON PASA (Penggugat In Casu), selanjutnya bersifat kongkrit artinya nyata tidak abstrak akan tetapi berwujud tertentu atau dapat ditentukan yaitu berbentuk suatu Surat Keputusan, kemudian bersifat individual artinya Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak ditujukan untuk umum tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju yaitu ditujukan terhadap BRIPTU JEKI JHON PASA (Penggugat In Casu), sedangkan bersifat final artinya sudah definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum dan Keputusan objek sengketa aquo tersebut tidak memerlukan persetujuan dari instansi atasan atau instansi lain ;--- Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas objek sengketa a quo telah memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara, sehingga telah termasuk ke dalam kategori keputusan tata usaha negara yang dapat dijadikan objek gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara ; ---

Menimbang, bahwa oleh karena Surat Keputusan objek sengketa dalam perkara a quo telah memenuhi unsur keputusan tata usaha negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang

(29)

Peradilan Tata Usaha Negara dan oleh karena Tergugat berkedudukan di Pekanbaru, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa a quo;---

2. Tentang Tenggang Waktu Mengajukan Gugatan

Menimbang, bahwa tenggang waktu mengajukan gugatan diatur dalam ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara yang mengatur: “Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara”;---

Menimbang, bahwa setelah mencermati objek sengketa yang diterbitkan pada tanggal 21 Agustus 2013 dan berdasarkan dalil Penggugat yang tidak dibantah oleh Tergugat yang pada pokoknya menyatakan bahwa objek sengketa a quo diterima oleh Penggugat pada hari itu juga yaitu pada tanggal 21 Agustus 2013, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa tanggal 21 Agustus 2013 dapat digunakan sebagai tolok ukur penghitungan tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari mengajukan gugatan;--- Menimbang, bahwa selanjutnya apabila dihitung sejak tanggal 21 Agustus 2013 sampai dengan saat didaftarkannya gugatan Penggugat di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 12 November 2013, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa gugatan Penggugat masih dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari sebagaimana ditentukan dalam Pasal 55 Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara ;---

3. Tentang Ada Atau Tidaknya Kepentingan Penggugat Mengajukan Gugatan

(30)

Menimbang, bahwa unsur kepentingan sebagai dasar untuk mengajukan gugatan diatur dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang mengatur: “Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi” ;---

Menimbang, bahwa setelah mencermati objek sengketa dalam perkara a quo, Majelis Hakim berpendapat bahwa objek sengketa a quo merupakan keputusan Tergugat yang ditujukan langsung kepada Penggugat berupa pemberhentian dengan tidak hormat Penggugat dari kedudukannya selaku anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sehingga Penggugat menjadi kehilangan status dan pekerjaannya sebagai anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia beserta segala hak-hak yang melekat pada status dan pekerjaan tersebut, dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa Penggugat nyata-nyata memiliki kepentingan yang dijamin oleh hukum untuk mengajukan gugatan terhadap objek sengketa a quo yang menimbulkan kerugian bagi Penggugat;---

Menimbang, bahwa berdasarkan rangkaian pertimbangan hukum di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa formalitas gugatan Penggugat telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan, selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan dalam pokok perkaranya sebagai berikut:---

(31)

DALAM POKOK PERKARA :

Menimbang, bahwa dalam pokok perkara Majelis Hakim selanjutnya akan mempertimbangkan secara yuridis segi kewenangan, prosedural dan substansi penerbitan objek sengketa a quo (vide bukti P-2 = T-6) oleh Tergugat baik berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku maupun berdasarkan asas-asas umum pemerintahan yang baik sebagai berikut;---

Menimbang, bahwa berdasarkan jawab-jinawab para pihak dan dihubungkan dengan bukti-bukti di persidangan, Majelis Hakim mendapatkan fakta-fakta hukum sebagai berikut: --- 1. Bahwa pada tanggal 12 November 2012 terbit Laporan Polisi No. Pol: LP/156/XI/2012/ Bid Propam yang menyatakan bahwa Briptu Jeki Jhon Pasa telah meninggalkan tugas secara tidak sah terhitung mulai tanggal 1 Agustus 2012 sampai dengan 12 November 2012 (vide

bukti T-1);---

2. Bahwa pada tanggal 22 Januari 2013 diterbitkan surat Daftar Pencarian Orang atas nama Jeki Jhon Pasa dengan surat Nomor: DPO/01/I/2013/Wabprof yang diterbitkan oleh Lakhar Kabid Propam Polisi Daerah Riau (vide bukti T-14);--- 3. Bahwa pada tanggal 18 Februari 2013 Kabidkum Polisi Daerah Riau mengirimkan Nota Dinas Nomor: R/ND-07/II/2013/Bidkum kepada Kabid Propam Polisi Daerah Riau perihal pendapat dan saran hukum terduga pelanggar Jeki Jhon Pasa NRP. 84060408 BA Yanma Polisi Daerah Riau (vide bukti T-7) karena telah tidak melaksanakan tugas sejak tanggal 1 Agustus 2012 sampai dengan 31 Januari 2013 (vide

(32)

4. Bahwa pada tanggal 25 Maret 2013 terbit Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor: Kep/149/III/2013 Tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia (vide bukti T-3); --- 5. Bahwa pada tanggal 26 Maret 2013 Kabid Propam Polisi Daerah Riau

mengirim Nota Dinas Nomor: B/ND-181/III/2013/Bid Propam kepada Ka. Yanma Polisi Daerah Riau perihal pengiriman surat panggilan kepada Briptu Jeki Jhon Pasa dengan Surat Panggilan Nomor: S.Pgl/43/III/2013/KKEP (vide bukti T-11) dan diterima oleh Ka. Yanma tanggal 26 Maret 2013 (vide bukti T-13); --- 6. Bahwa pada tanggal 26 Maret 2013 Kabid Propam Polisi Daerah Riau mengirim Nota Dinas Nomor: B/ND-185/III/2013/Bid Propam kepada Kabidkum Polisi Daerah Riau perihal Permintaan Pendamping untuk Terduga Pelanggar (vide bukti T-15); --- 7. Bahwa pada tanggal 27 Maret 2013 Kabidkum Polisi Daerah Riau

mengirim Nota Dinas Nomor: B/ND-54/III/2013/Bidkum kepada Kabid Propam Polisi Daerah Riau perihal Pengiriman Personel Bidkum Polisi Daerah Riau selaku pendamping sidang disiplin(vide bukti T-16); --- 8. Bahwa pada tanggal 28 Maret 2013 Kabid Propam Polisi Daerah Riau

mengirim Nota Dinas Nomor: B/ND-181.a/III/2013/Bid Propam kepada Ka. Yanma Polisi Daerah Riau perihal Pengiriman Surat Panggilan kepada Briptu Jeki Jhon Pasa dengan Surat Panggilan Nomor: S.Pgl/43.a/III/2013/KKEP (vide bukti T-12) dan diterima oleh Ka. Yanma pada tanggal 28 Maret 2013 (vide bukti T-13); --- 9. Bahwa pada tanggal 2 April 2013 terbit Putusan Sidang Komisi Kode Etik Polisi Republik Indonesia Nomor: PUT KKEP/03/IV/2013/KKEP

(33)

yang isinya Sanksi yang bersifat Rekomendasi berupa Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (vide bukti P-1 = T-4); --- 10. Bahwa pada tanggal 6 Mei 2013 ibu kandung dari Jeki Jhon Pasa

bernama Jamiah mengajukan keberatan dan hak banding terhadap Putusan Sidang Komisi Kode Etik Polisi Republik Indonesia Nomor : PUT KKEP/03/IV/2013/KKEP tanggal 2 April 2013 (vide bukti P-2); --- 11. Bahwa pada tanggal 17 Juli 2013 terbit Putusan Sidang Banding

Komisi Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia Nomor: PUT BANDING/06/VII/2013/KOM BANDING yang isinya menguatkan putusan sidang KKEP Polisi Daerah Riau Nomor: PUT KKEP/03/IV/2013/ KKEP tanggal 2 April 2013 (vide bukti T-5); --- 12. Bahwa pada tanggal 21 Agustus 2013 terbit Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor: Kep/406/VIII/2013 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polisi Republik Indonesia atas nama Jeki Jhon Pasa Pangkat Briptu NRP.84060408 Jabatan Anggota Kesatuan Yanma Polisi Daerah Riau (vide bukti P-3

= T-6) ; ---

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah Tergugat berwenang menerbitkan objek sengketa a quo dengan pertimbangan sebagai berikut:---

Menimbang, bahwa secara mendasar pemberhentian anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menyatakan: ---

Pasal 30 Ayat (1) : Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat

(34)

Pasal 30 Ayat (3) : Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Dan (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah ; -

Menimbang, bahwa pengaturan yang lebih terperinci tentang pemberhentian anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dalam Pasal 15 dan Penjelasan Bab I Umum Peraturan Pemerintah

Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang berbunyi sebagai berikut: ---

Pasal 15 : Memberhentikan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dilakukan oleh ; ---

a. Presiden Republik Indonesia untuk pangkat Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) atau yang lebih tinggi ; --- b. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) atau yang lebih rendah ; ---

Penjelasan Bab I Umum : Hal-hal yang belum cukup diatur dalam

Peraturan Pemerintah ini akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden sedangkan hal-hal yang bersifat rinci dan teknis kewenangan pengaturan lebih lanjut diserahkan kepada Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku penanggung jawab dalam penyelenggaraan pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia ;---

Menimbang, bahwa pengaturan yang lebih terperinci khususnya mengenai kewenangan pemberhentian anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dalam angka 5 Keputusan Kepala Kepolisian

Negara Republik Indonesia No. Pol. : Kep/74/XI/2003 Tentang Pokok-Pokok Penyusunan Lapis-Lapis Pembinaan Sumber Daya Manusia Polisi Republik Indonesia. Angka 5 : Pemberhentian Siswa dan Pengakhiran Dinas Polisi Republik Indonesia ; ---

(35)

b. Pengakhiran dinas Polisi Republik Indonesia dengan kepangkatan AIPTU ke bawah dilimpahkan kewenangannya kepada Kepala

Kepolisian Daerah dan di lingkungan Mabes Polisi Republik

Indonesia dilimpahkan kewenangannya kepada De SDM Kepala Polisi Republik Indonesia;--- Menimbang, bahwa pengaturan tentang kewenangan pengakhiran dinas oleh Kepala Kepolisian Daerah diperjelas dalam angka 12 dan angka 13 Panduan Teknis atas Keputusan Kepala Kepolisian Negara

Republik Indonesia No.Pol. ; Kep/74/XI/2003 Tentang Pokok-Pokok Penyusunan Lapis-Lapis Pembinaan Sumber Daya Manusia Polisi Republik Indonesia Pada Bab II Pasal Demi Pasal Angka 5 Pemberhentian Siswa, Pengakhiran Dinas Dan Mempertahankan Dalam Dinas Aktif Anggota Polisi Republik Indonesia huruf b. Pengakhiran Dinas dan mempertahankan Dalam Dinas Aktif Anggota Polisi Republik Indonesia : --- Angka 12 : Pengakhiran Dinas Anggota Polisi Republik Indonesia dengan

kepangkatan Aiptu ke bawah yang sifatnya Pemberhentian Tidak Dengan Hormat di Kewilayahan, Kepala Polisi Republik Indonesia melimpahkan kewenangannya kepada Kepala Kepolisian Daerah ; ---

Angka 13 : Surat Keputusannya diterbitkan dan ditandatangani oleh

Kepala Kepolisian Daerah ;--- Menimbang, bahwa setelah mencermati objek sengketa a quo yaitu berupa pemberhentian tidak dengan hormat atas nama Penggugat (vide bukti P-3=T-6), Majelis Hakim menemukan fakta hukum bahwa keputusan objek sengketa a quo berisi pemberhentian tidak dengan hormat atas nama Penggugat selaku anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia di lingkungan Kepolisian Negara Daerah Riau dalam pangkat Brigadir Satu

(36)

yang diterbitkan oleh Brigadir Jenderal Polisi Drs Condro Kirono, M.M.,M.Hum selaku Kepala Kepolisian Daerah Riau pada tanggal 21 Agustus 2013;---

Menimbang, bahwa apabila fakta hukum sebagaimana diuraikan di atas dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang kewenangan pemberhentian anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Kepala Kepolisian Daerah Riau (in casu Tergugat) berwenang untuk menerbitkan objek sengketa a quo;---

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah substansi penerbitan objek sengketa a quo telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan asas-asas umum pemerintahan yang baik yang akan diuraikan sebagai berikut ;---

Menimbang, bahwa pemberhentian tidak dengan hormat anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia akibat meninggalkan tugas diatur dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berbunyi:---

Pasal 14 ayat (1): Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia apabila : --- a. meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut;--- Menimbang, bahwa berdasarkan penilaian terhadap bukti T-2 berupa Daftar Absensi Yanma Polisi Daerah Riau bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Januari 2013 diperoleh fakta hukum bahwa pada

(37)

tanggal 1 Agustus 2012 sampai dengan tanggal 31 Oktober 2012 Penggugat tidak masuk dinas tanpa keterangan yang diberi tanda TK dan

LD. Selanjutnya pada tanggal 1 November 2012 sampai dengan tanggal 31 Januari 2013 secara berturut-turut Penggugat tidak pernah

masuk dinas tanpa keterangan yang diberi tanda TK ; --- Menimbang, bahwa selanjutnya berdasarkan bukti T-1, T-4 = P-1 dan T-5 yang mana masing-masing bukti tersebut diperoleh fakta hukum bahwa Penggugat telah meninggalkan tugas secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut sehingga apabila dihubungkan dengan bukti T-2 sebagaimana telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa Penggugat telah meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut;---

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa tindakan Penggugat meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut telah melanggar ketentuan Pasal 14 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;---

Menimbang, bahwa di dalam gugatannya Penggugat mendalilkan yang pada pokoknya bahwa pelanggaran kode etik yang Penggugat lakukan bukanlah pelanggaran berat, bukan perbuatan pidana, dan bukan pula perbuatan yang mencoreng institusi Polisi Republik Indonesia di tengah masyarakat sehingga penjatuhan hukuman disiplin pemberhentian tidak dengan hormat kepada Penggugat adalah tidak adil dan tidak wajar dan melanggar asas keseimbangan mengingat selama Penggugat berdinas sebagai anggota Polisi Republik Indonesia sejak tahun 2003

(38)

Penggugat belum pernah melakukan pelanggaran maupun perbuatan pidana lain yang sifatnya lebih berat dari pelanggaran yang Penggugat lakukan;---

Menimbang, bahwa terhadap dalil Penggugat tersebut Majelis Hakim berpendapat bahwa berat ringannya pelanggaran serta adil tidaknya sebuah hukuman tidaklah dapat diukur berdasarkan penilaian subjektif Penggugat semata, melainkan haruslah diukur secara objektif dengan didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam hal ini khususnya Pasal 14 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang secara imperatif mengatur Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia apabila meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut;---

Menimbang, bahwa dengan telah diaturnya hukuman disiplin berupa pemberhentian tidak dengan hormat bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut, Majelis Hakim berpendapat bahwa penerapan aturan tersebut bagi Penggugat yang telah terbukti tidak melaksanakan tugas atau meninggalkan tugasnya secara tidak sah terhitung sejak bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Januari 2013 adalah tidak bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik khususnya asas keseimbangan; ---

Menimbang, bahwa oleh karena terbukti Penggugat telah memenuhi ketentuan Pasal 14 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah

(39)

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa substansi keputusan objek sengketa a quo telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan asas-asas umum pemerintahan yang baik; --- Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan objek sengketa dari segi prosedural penerbitannya dengan pertimbangan sebagai berikut: --- Menimbang, bahwa Penggugat di dalam gugatannya mendalilkan hal-hal yang pada pokoknya sebagai berikut : ---

- bahwa Penggugat tidak pernah diberitahu dan tidak pernah menerima panggilan untuk menghadiri sidang Komisi Kode Etik Profesi, sehingga sidang Komisi Kode Etik Profesi tersebut cacat prosedur karena dilaksanakan dengan melanggar Pasal 19 ayat (2) Peraturan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia;--- - bahwa Penggugat saat dilaksanakannya sidang Komisi Kode Etik

Profesi terhadap Penggugat tersebut, Penggugat maupun keluarga Penggugat masih tinggal di wilayah Riau serta memiliki alamat yang jelas dan sangat mudah untuk dihubungi, ditambah lagi banyak sekali rekan se-profesi Penggugat yang mengetahui persis dimana kediaman Penggugat dan domisili keluarga Penggugat;--- - bahwa pelaksanaan sidang Komisi Kode Etik Profesi yang tidak

dihadiri Penggugat telah mengakibatkan Penggugat kehilangan haknya untuk melakukan pembelaan dan hak untuk didampingi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), (2) dan (3)

(40)

Peraturan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia; --- - bahwa meskipun Penggugat telah direkomendasikan untuk diberhentikan tidak dengan hormat berdasarkan keputusan KKEP Nomor: PUT KEP/03/IV/2013/KKEP tanggal 2 April 2013, Penggugat tetap masuk kerja dan tetap menerima gaji bahkan pada tanggal 14 Agustus 2013 berdasarkan Surat Perintah Nomor: Sprin/69/VIII/2013/Yanma Penggugat ditugaskan oleh Kayanma sebagai seksi perlengkapan dalam Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Riau pada tanggal 18 Agustus 2013 di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau; --- Menimbang, bahwa terhadap dalil gugatan Penggugat tersebut, Tergugat telah mengajukan Jawaban yang pada pokoknya membantah dalil-dalil gugatan Penggugat tersebut; --- Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah penerbitan objek sengketa a quo

mengandung cacat prosedur sebagaimana didalilkan Penggugat sebagai berikut: ---

Menimbang, bahwa proses penerbitan Surat Keputusan objek sengketa diawali dengan adanya Laporan Polisi No.Pol :LP/156/XI/2012/Bid Propam tanggal 12 November 2012 yang menyatakan bahwa Penggugat telah meninggalkan tugas secara tidak sah terhitung mulai tanggal 1 Agustus 2012 sampai dengan 12 November 2012 yang ditindaklanjuti dengan pengiriman Nota Dinas tanggal 18 Februari 2013 Nomor : R/ND-07/II/2013/Bidkum kepada Kabid Propam Polisi Daerah Riau perihal pendapat dan saran hukum terduga pelanggar Jeki Jhon Pasa NRP. 84060408 BA Yanma Polisi Daerah Riau.

(41)

Selanjutnya terbit Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/149/III/2013 tanggal 25 Maret 2013 tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia untuk memeriksa pelanggaran Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia atas nama Penggugat. Seterusnya pada tanggal 26 Maret 2013 Kabid Propam Polisi Daerah Riau mengirim Nota Dinas Nomor: B/ND-185/III/2013/Bid Propam kepada Kabidkum Polisi Daerah Riau mengenai Permintaan Pendamping untuk Terduga Pelanggar yang ditindaklanjuti dengan Pengiriman personel Bidkum Polisi Daerah Riau selaku pendamping sidang disiplin dengan Nota Dinas Nomor: B/ND-54/III/2013 tanggal 27 Maret 2013 (vide bukti T-1, T-2, T-3, T-15, T-16 dan keterangan Saksi HIDINIA RAHMAT TUESA ;

Menimbang, bahwa sebelum dilaksanakan sidang kode etik telah dilakukan pemanggilan kepada Penggugat dengan Surat Panggilan Nomor : S.Pgl/43/III/2013/KKEP tanggal 26 Maret 2013 dan Surat Panggilan Nomor : S.Pgl/43.a/III/2013/KKEP tanggal 28 Maret 2013 (vide bukti T-11, T-12 dan T-13) ; --- Menimbang, bahwa selanjutnya Sidang Komisi Kode Etik Polisi Republik Indonesia pada tanggal 2 April 2013 dilaksanakan secara in absensia, dimana dalam pelaksanaan sidang komisi kode etik tersebut, Komisi telah melakukan pemeriksaan terhadap 5 (lima) orang saksi dan pemeriksaan barang bukti berupa 8 (delapan) lembar absensi Satker Yanma Polisi Daerah Riau yang terdapat nama Penggugat bulan Agustus s/d Nopember 2012 dan surat DPO (Daftar Pencarian Orang) Nomor : DPO/01/I/2013, tanggal 23 Januari 2013 atas nama Penggugat, yang selanjutnya dari hasil pemeriksaan saksi-saksi dan barang bukti tersebut kemudian Komisi Kode Etik Polisi Republik Indonesia memutuskan serta menetapkan bahwa Jeki Jhon Pasa (Penggugat in casu): 1. Terbukti

(42)

secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 14 ayat 1 huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polisi Republik Indonesia. 2. Menjatuhkan saksi yang sifatnya administratif berupa : Sanksi bersifat Rekomendasi berupa Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (vide bukti P-1 = T-4 dan keterangan Saksi HIDINIA RAHMAT TUESA) ; --- Menimbang, bahwa sidang Komisi Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku terduga pelanggar kode etik diatur dalam Pasal 19 ayat (2) Peraturan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polisi Republik Indonesia yang berbunyi: “Sidang KKEP dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh Terduga Pelanggar setelah dipanggil berturut-turut sebanyak 2 (dua) kali tidak hadir”; ---

Menimbang, bahwa selanjutnya tata cara pemanggilan terhadap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku Terduga Pelanggar diatur dalam Pasal 40, 41 ayat (1) dan ayat (2) huruf b dan Pasal 42 ayat (1) huruf a Peraturan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai berikut : ---

Pasal 40

Pemeriksaan dilakukan melalui tahapan : --- a. pemanggilan Saksi dan Terduga Pelanggar; --- b. meminta keterangan Saksi, Ahli, dan Terduga Pelanggar; dan c. penanganan barang bukti ; ---

(43)

1) Pemanggilan Saksi dan Terduga Pelanggar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf a dilakukan dengan surat panggilan ; --- 2) Surat Panggilan ditandatangani oleh Pejabat Polisi Republik

indonesia yang berwenang, meliputi : --- a. ...

b. tingkat Polisi Daerah:

1. Kepala Kepolisian Daerah /Wakil Kepala Kepolisian Daerah atau Irwasda untuk pemanggilan terhadap Kombes Pol; dan

2. Kabidpropam Polisi Daerah untuk pemanggilan terhadap AKBP ke bawah;- ---

Pasal 42

1) Surat panggilan kepada Saksi dan Terduga Pelanggar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) disampaikan kepada : --- a. Atasan Langsung, terhadap Terduga Pelanggar dan Saksi

dari anggota Polisi Republik Indonesia; ---

Menimbang, bahwa berdasarkan penilaian terhadap bukti T-11 yaitu berupa Nota Dinas yang dikirimkan oleh KABIDPROPAM Polisi Daerah Riau Nomor: B/ND-181/III/2013/Bid-Propam tertanggal 26 Maret 2013 yang ditujukan kepada KAYANMA Polisi Daerah Riau perihal pengiriman surat panggilan kepada Briptu Jeki Jhon Pasa (in casu Penggugat) dengan Surat Panggilan Nomor: S.Pgl/43/III/2013/KKEP untuk menghadiri sidang Komisi Kode Etik Profesi pada tanggal 28 Maret 2013 yang telah diterima oleh KAYANMA Polisi Daerah Riau pada tanggal 26 Maret 2013 (vide bukti T-13), Majelis Hakim berpendapat bahwa telah dilakukan pemanggilan pertama kepada Penggugat untuk menghadiri

Referensi

Dokumen terkait

Menahan diri dari buang air kecil untuk waktu yang lama memungkinkan bakteri waktu untuk berkembang biak, begitu sering buang air kecil dapat mengurangi risiko cystitis pada

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran inkuiri sosial lebih tinggi daripada hasil

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bising pesawat udara dengan Taraf Intensitas 75,31 skala WECPNL, dengan lama paparan lebih dari 1 tahun sudah dapat

Simpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah paparan bising intermittent kronik dapat mempengaruhi kadar CD8 + pada tikus putih

Dengan permainan bola warna berekor (bonakor) tersebut diharapkan pembelajaran lempar tangkap bola akan lebih menyenangkan dan siswa akan tertarik untuk mempelajari

Bahkan para penganjur prularisme, liberalisme dan sekularisme agama juga telah bertindak terlalu jauh dengan menganggap bahwa banyak ayat-ayat al-Qur’an (Kitab Suci Umat

Penelitian ini bertujuan melakukan analisis untuk mengetahui data demografi pasien, jenis regimen ARV, lama terapi ARV, dan jenis adverse drug reaction (ADR) yang

Pada gambar 1 menerangkan arah yang diusulkan untuk riset masa depan mulai dari keadaan sekarang untuk mengembangkan suatu rumah yang baru dengan manfaat