• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam Peningkatan Berpidato bagi Kader Aisyiyah Berbasis Ranting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam Peningkatan Berpidato bagi Kader Aisyiyah Berbasis Ranting"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021.

88

Pendampingan Pimpinan Cabang Aisyiyah Kartasura dalam

Peningkatan Berpidato bagi Kader Aisyiyah Berbasis Ranting

Main Sufanti1*, Dini Restiyanti Pratiwi2, Aisyah Nur Fadhilah3, Melati Beauty4

1,2,3,4

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia

E-mail: ms258@ums.ac.id

Article History:

Received: 10-01-2021 Revised: 26-01-2021 Accepted: 30-04-2021

Abstract: Pemberdayaan anggota ‘Aisyiyah belum maksimal, terutama dalam kegiatan pengajian. Ibu-ibu anggota ‘Aisyiyah perlu didorong supaya berani berpidato. Program peningkatan kemampuan berpidato bagi kader Aisyiyah berbasis ranting bertujuan untuk memberi kesempatan kepada para ibu untuk meningkatkan keberanian dan kemampuan berpidato. Kegiatan ini melibatkan 12 ranting di Cabang Aisyiyah Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah yang secara rutin melaksanakan kegiatan pengajian. Strategi pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari tiga tahap. Pertama, identifikasi penceramah di setiap ranting untuk mendapatkan data yang pasti. Data diperoleh dengan metode angket melalui Whatsapp Group di Pimpinan Cabang Kartasura. Kedua, workshop pengkaderan mubalighot. Kegiatan Workshop dilaksanakan pada tanggal 20 September 2019, di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kartasura. Ketiga, pendampingan pemberdayaan anggota yang dilakukan secara bertahap dan direncanakan terus menerus. Hasil pengabdian masyarakat ini berupa rintisan pengkaderan penceramah di PCA Kartasura, yang dapat ditarik simpulan: (1) kegiatan ini menjadi solusi untuk meningkatkan keterampilan berbicara anggota Aisyiyah melalui kegiatan pidato pada pengajian rutin; (2) semua ranting Aisyiyah berhasil menyusun jadwal pengajian rutin beserta nama mubaligh; (3) meningkatkan peran ibu-ibu anggota Aisyiyah di setiap ranting di Kecamatan Kartasura dalam kegiatan pengajian di ranting Aisyiyah dan lingkungannya. Hasil kegiatan ini perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan yang terprogram dan terus-menerus.

Keywords: Aisyiyah, berpidato, kader, mubaligh, pengajian

Pendahuluan

‘Aisyiyah adalah organisasi perempuan persyarikatan Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi munkar yang berasaskan Islam serta bersumber pada Al-Quran dan As-Sunah (Anggaran Dasar ‘Aisyiyah Tahun 2012, Bab 11, Pasal 4). Dengan demikian, organisasi ini dimaksudkan untuk meneruskan dakwah Islam yang berasaskan pada Al-Quran dan As-Sunah.Hal yang kusus dari organisasi ini adalah semua anggotanya perempuan.

Cabang ‘Aisyiyah Kartasura merupakan salah satu cabang di daerah Sukoharjo.Cabang ini memiliki 12 ranting yaitu: Ngadirejo, Makamhaji, Gumpang, Kertonatan,Wirogunan, Ngabeyan, Singopuran,Kartasura, Gonilan, Pucangan, Ngemplak,dan Pabelan (Sufanti, dkk. 2014). Kondisi masing-masing ranting berbeda, baik ditinjau dari jumlah anggota, kualitas

(2)

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

89 kegiatan, variasi kegiatan, maupun sumber daya manusianya. Hal terpenting, kelompok ibu-ibu ‘Aisyiyah bisa menjadi media dan wadah untuk memberikan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan (Qamari, et al., 2019).

Berdasarkan Anggaran Rumah Tangga ‘Aisyiyah (ART) Bab III pasal 3 bahwa usaha ‘Aisyiyah direalisasikan dalam wujud program, kegiatan, dan amal usaha. Cabang ‘Aisyiyah Kartasura telah juga melaksanakan berbagai amal usaha sesuai dengan ARTtersebut. Aktivitas yang telah dilaksanakan oleh anggota ‘Aisyiyah baik di tingkat cabang Kartasura maupun masing-masing ranting di lingkungan cabang Kartasura antara lain: pengajian rutin, TPA anak-anak, taman kanak-kanak, lansia, BUEKA (Badan Usaha Ekonomi Aisyiyah), arisan, kunjungan sosial, dan santunan kaum dhuafa dan fakir miskin (Sufanti,dkk.2014). Kegiatan tersebut diharapkan dapat berkembang dengan mujur.

Salah satu kegiatan yang selalu ada di masing-masing ranting ‘Aisyiyah di Kartasura adalah pengajian.Berdasarkan survei awal, di setiap ranting ‘Aisyiyah rutin diadakan pengajian dengan pelaksanaan yang bervariasi, ada yang setiap minggu, setiap bulan, atau yang lain. Hampir semua pengajian menerapkan metode ceramah dan sedikit tanya jawab. Penceramahnya bervariasi juga, kadang dari dalam anggota ‘Aisyiyah, terkadang dari luar anggota.Sebagian besar ranting mempercayakan penceramah dari Bapak-Bapak baik dari Muhammadiyah maupun dari tokoh masyarakat setempat.

Berdasarkan survey awal tersebut dapat dinyatakan bahwa masih banyak ranting yang kurang memberi kesempatan kepada para anggotanya untuk menjadi penceramah/mubaligh pada pertemuan pengajian tersebut. Padahal, menjadi mubaligh di lingkungannya sendiri merupakan ajang latihan berbicara bagi yang masih perlu berlatih, meningkatkan ilmu berdakwahnya bagi yang sudah lancar, dan menunjukkan eksistensinya bagi yang sudah mumpuni. Selain itu, memberi kesempatan kepada anggota ‘Aisyiyah ini juga dalam rangka memberi kesempatan menyampaikan ilmu, karena sebagai orang muslim berkewajiban menyampaikan ilmunya walaupun satu ayat. Dengan demikian, memberi kesempatan kepada para anggonya sendiri merupakan usaha pemberdayaan anggotanya.

Usaha memberdayaan anggota ini terkendala oleh kurang percaya diri para anggota untuk mengisi pengajian. Salah satu sebabnya adalah mereka merasa tidak memiliki bekal yang cukup dalam berpidato. Sebaiknya, pengajian yang sudah dilakukan secara rutin ini bisa meningkatkan kemauan dan minat anggota untuk berani berbicara menyalurkan kemampuannya dalam menyampaikan tausyiah. Namun, sampai saat ini masih belum banyak

(3)

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

90 ibu-ibu yang berani melakukan hal tersebut. Faktor penyebabnya antara lain: pimpinan ranting lebih memilih Bapak-Bapak sebagai penceramah sehingga kurang memberi kesempatan kepada para anggota, para anggota kurang berani tampil, atau anggota merasa perempuan cukup menjadi pendengar.

Bapak-bapak seringkali dijadikan sebagai pemimpin. Kepemimpinan berkaitan dengan perilaku dan gaya komunikasi (Fatmawati, et al., 2020). Dipilihnya Bapak-bapak sebagai penceramah bisa juga karena kebiasaan yang terjadi di lingkungan masyarakat, pengisi pengajian adalah bapak-bapak, walaupun mayoritas jamaahnya ibu-ibu.Kondisi ini didasari oleh pemahaman-terhadap QS. An Nisa (34) yang berarti laki-laki adalah pemimpin wanita. Mayoritas masyarakat menafsirkan ayat ini bahwa laki-laki itu pemimpin wanita dalam segala hal, termasuk dalam berceramah dalam mengisi pengajian.Padahal ayat ini jika dicermati lebih lanjut memberikan petunjuk dalam berumah tangga.

Kondisi inilah yang menyebabkan kegiatan pengabdian ini perlu dilakukan. Ibu-ibu anggota ‘Aisyiyah perlu didorong supaya berani berbicara/berpidato di depan umum, terutama untuk memberi tausiyah pada pengajian rutin. Anggota ‘Aisyiyah perlu diberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, menunjukkan kemampuannya, menyebarkan ilmuanya, dan mengkomunikasikan ide yang dimiliki. Dengan begitu, kemampuan berbicaranya semakin terasah, dan akhirnya mampu menjadi pembicara yang baik atau ahli dalam berpidato.

Pidato adalah bentuk wicara sebagai hasil penuangan pikiran yang ditujukan kepada sekelompok orang atau khalayak (Isiandri, 2009:135).Pidato merupakan cara efektif untuk mengungkapkan ide gagasan untuk menguasai massa (Setyorini, 2017). Kebutuhan pidato dapat diperinci menjadi tiga hal, yaitu materi, struktur, dan topik pidato yang akan disampaikan (Lubis, 2018).Kegiatan pidato ini ditujukan untuk memperoleh kepercayaan dari audiensi melalui bahasa yang performatif dan menarik (Putri, 2020).Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pidato merupakan pencurahan pikiran melalui lisan di hadapan mitra wicara untuk tujuan tertentu.

Pelatihan berpidato dalam sebuah komunitas perlu dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Pembinaan berpidato pernah dilakukan oleh Harahap, et. al. (2020) dengan masyarakat sasaran Nasyiatul Aisyiyah Ranting Batu Nadua Sitamiang. Pembinaannya mendapat antusias dalam berbicara produktif dan fokus terhadap materi yang disampaikan. Penelitian Madun dan Mosin (2020) menunjukkan bahwa kepelatihan berpidato

(4)

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

91 dalam kalangan guru dapat memberikan sumbangan dalam bidang ilmu dan menambah rasa percaya diri.

Program peningkatan kemampuan berpidato ini ialah untuk memberi kesempatan kepada para ibu untuk meningkatkan keberanian dan kemampuan berpidato. Apabila para ibu anggota ‘Aisyiyah banyak yang memiliki keberanian dan kemampuan berpidato, maka pengajian ‘Aisyiyah ranting yang diselenggarakan secara rutin tidak perlu lagi mengundang mubaligh dari luar. Organisasi ‘Aisyiyah di ranting-ranting se- Cabang Kartasura akan semakin mandiri dan kuat karena memiliki sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Bahkan, bisa juga karena kemampuan berpidatonya bagus akan diundang oleh kelompok pengajian di ranting lain atau pada pertemuan di luar ‘Aisyiyah.

Berdasarkan masalah utama tersebut, maka fokus pengabdian masyarakat ini adalah peningkatan kemampuan dan partisipasi ibu-ibu anggota ‘Aisyiyah ranting di Kecamatan Kartasura dalam berpidato/berceramah pada kegiatan pengajian. Untuk memecahkan masalah dan memotivasi kepada Ibu-ibu anggota‘Aisyiyah Cabang Kartasura, perlu dilaksanakan program pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpidato dalam mengisi pengajian di setiap ranting. Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dengan beberapa kegiatan, yaitu: identifikasi penceramah disetiap ranting di lingkungan Cabang ‘Aisyiyah Kartasura, workshop pengkaderan mubalighoh, dan pendampingan penyelenggaraan pengajian yang memberdayakan anggotanya sebagai pembicara dalam pengajian rutin. Kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi organisasi “Aisyiyah, bagi Universitas Muhammadiyah Surakarta, bagi anggota ‘Aisyiyah, dan bagi masyarakat muslim pada umumnya.

Metode

Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di ‘Aisyiyah cabang Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah pada September sampai Desember 2019. Untuk memecahkan masalah dan memotivasi kepada Ibu-ibu anggota‘Aisyiyah Cabang Kartasura untuk meningkatkan kemampuan berpidato dalam mengisi pengajian di setiap ranting, maka pengabdian masyarakat ini melaksanakan beberapa kegiatan yaitu: pertama identifikasi penceramah disetiap ranting di lingkungan Cabang ‘Aisyiyah Kartasura, workshop pengaderan mubaligh, dan pendampingan penyelenggaraan pengajian.

(5)

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

92 Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan data yang pasti bagaimana pengajin di setiap ranting dilaksanakan. Data yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah waktu pengajian, tempat pengajian, siapa penceramahnya, dan berapa jumlah penceramah yang biasa rutin mengisi pengajian di setiap ranting. Data-data ini didapatkan dengan metode angket melalui Whatsapp Group di Pimpinan Cabang Kartasura. Grup ini memiliki anggota dari semua ranting di kecamatan Kartasura, sehingga perwakilan dari setiap ranting dapat memberikan data yang valid. Pengambilan data ini dilakukan pada September 2019.

2. Workshop Pengkaderan Mubalighot

Workshop pengkaderan mubalighot ini dilaksanakan dengan ceramah, tanya jawab, dan simulasi praktik berpidato. Kegiatan Workshop dilaksanakan pada tanggal 20 September 2019, di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kartasura, yang dihadiri oleh perwakilan dari seluruh ranting di Kartasura. Susunan acara workshop dimulai dengan penyambutan tamu dan presensi. Dilanjutkan dengan pembukaan, pembacaan ayat suci Al-Quran, sari tilawah, prakata panitia, dan sambutan PCA Kartasura. Acara inti diisi dengan penyampaikan materi yang bertema “Optimalisasi Potensi Kader ‘Aisyiyah melalui Peningkatan Keterampilan Berbicara”. Dilanjutkan dengan tanya jawab. Kemudian koordinasi tindak lanjut pendampingan. Terakhir, penutup.

Materi workshop adalah bagaimana menjadi pembicara yang menarik, motivasi berpidato, dan program kerja ‘Aisyiyah dalam pemberdayaan anggota dalam mengisi pengajian rutin. Setiap peserta membuat draf rancangan berpidato. Selanjutnya, perwakilan dari ranting ini diminta untuk membuat jadual penceramah di pengajian ranting selama setahun dengan topik yang diseduaikan dengan kebutuhan dan kesesuaiannya dengan peristiwa tertentu serta berusaha untuk mendorong penceramah dari anggota ‘Aisyiyah sendiri.

Workshop ini dipilih karena lebih efektif dalam memberikan pengertian dan mengajarkan bagaimana cara menyampaikan materi pidato.Workshop ini juga dapat memotivasi secara langsung pada peserta, karena para peserta workshop langsung praktek membuat materi pidato, serta menyampaikan pada peserta workshop.

3. Pendampingan Pemberdayaan Anggota

Setelah para peserta mengikuti workshop, maka disampaikan informasi tentang pendampingan kepada setiap ranting dalam mewujudkan hasil workshop. Kegiatan pendampingan ini dilakukan secara bertahap dan direncanakan terus menerus. Tim

(6)

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

93 pengabdian masyarakat yang terdiri dosen dan mahasiswa hadir pada saat pengajian di setiap ranting. Pada tahap ini fokus pendampingan pada: (a) memahami kebiasanaan masing-masing ranting dalam kegiatan pengajian, (b) mendorong setiap ranting untuk menyusun jadual pengajian dengan penceramah dari anggota, (c) mengetahui perkembangan berpidato ibu-bu ‘Aisyiyah di tiap-tiap rantingcabang Kartasura, dan (d) memberi masukan dan penjelasan atau solusi cara berpidato dengan baik dan benar.

Kegiatan pendampingan ini dilakukan secara bertahap dan direncanakan terus menerus. Skema kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Skema Strategi Pembinaan Berpidato ‘Asyiyah Cabang Kartasura

Hasil

Pelaksanaan kegiatan

Pemecahan masalah pengabdian masyarakat pada tahap ini adalah identifikasi penceramah dari setiap ranting, workshop untuk memotivasi peserta dan meningkatkan kemampuan berpidato, serta pendampingan setiap ranting untuk memastikan setiap ranting sudah mulai proses penyusunan jadual yang mencantumkan penceramah-penceramah dari para anggota dengan topik yang sesuai dengan peristiwa pada saat itu.

1. Hasil Identifikasi Penceramah di Setiap Ranting

Berikut hasil identifikasi penceramah di setiap ranting. Data ini diambil dengan angket melalui media Whatsapp Group Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Se-Cabang Kartasura. Hasil penelusuran penceramah dalam (14) ranting tersebut ialah (1) Makam Haji (8 mubaligh) dengan pembicara mayoritas ibu-ibu, sedikit dari bapak-bapak; (2) Kartasura (2 mubaligh) dengan pembicara mayotitas bapak-bapak, hanya ada seorang ibu; (3) Ngadirejo (13

(7)

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

94 mubaligh) dengan semua pembicaranya dari ibu-ibu anggota ranting, setiap 4 bulan sekali pembicara dari luar tetapi tetap perempuan; (4) Ngemplak, semua pembicara bapak-bapak; (5) Kertonatan (2 mubaligh) dengan mayoritas bapak-bapak tokoh setempat; (6) Singopuran (4 mubaligh) dengan pembicara mayoritas ibu-ibu, sesekali bapak-bapak; (7) Pabelan (3 mubaligh) dengan pembicara mayoritas dari bapak-bapak, ada seorang anggota ‘Aisyiyah; (8) Pucangan (6 mubaligh) dengan pembicara mayoritas bapak-bapak, hanya ada seorang ibu pembicara; (9) Gonilan (5 mubaligh) dengan pembicara mayoritas dari bapak-bapak, hanya ada seorang ibu sebagai pembicara; (10) Gumpang (8 mubaligh) dengan 50% pembicara dari ibu-ibu dan 50% pembicara dari bapak-bapak; (11) Ngabeyan (3 mubaligh) dengan semua pembicara dari ibu-ibu; (12) Wirogunan (6 mubaligh) dengan 4 pembicara dari bapak-bapak dan 2 pembicara dari ibu-ibu.

Berdasarkan data di atas dapat dinyatakan bahwa semua ranting di Cabang ‘Aisyiyah Kartasura secara rutin melaksanakan pengajian. Mayoritas metode pengajiannya adalah ceramah dan tanya jawab dengan pembicara bervariasi. Jika dikelompokkan berdasarkan peran bapak-bapak atau ibu-ibu yang mengisi pengajian di ranting-ranting tersebut, dapat dikelompokkan sebagai berikut: (a) semua mubaligh Bapak-Bapak (1 ranting atau 8% yaitu Ngemplak), (b) semua mubaligh Ibu-Ibu (2 ranting atau 16,6% yaitu Ngadirejo dan Ngabeyan), (c) seimbang antara jumlah mubaligh bapak-bapak dengan ibu-ibu (1 ranting atau 8% yaitu Gumpang), (d) mayoritas mubaligh bapak-bapak (6 ranting atau 50% yaitu Wirogunan, Gonilan, Pucangan, Pabelan, Kartonatan, Kartasura), dan (e) mayoritas ibu-ibu (2 ranting atau 17% yaitu makamhaji dan Singopuran).Gambar 1 menunjukkan prosentase pengelompokan penceramah berdasarkan peran bapak-Bapak dan Ibu-Ibu.

Gambar 2: Pengelompokkan Penceramah Semua Bapak Semua Ibu Seimbang Bapak - Ibu Mayoritas Bapak Mayoritas Ibu

(8)

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

95 Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa sudah ada potensi penceramah dari anggota ‘Aisyiyah di mayoritas ranting. Dari 12 ranting yang ada, hanya satu ranting yang semua penceramahnya dari Bapak-Bapak. Selain itu, semua telah menyebutkan penceramah dari anggota ‘Aisyiyah di masing-masing ranting. Seorang perempuan harus pintar bermain peran di berbagai situasi (Imamah dan Firlana, 2019). Selain tugas dalam rumah tangga, maka wanita menurut tuntunan Islam mempunyai tugas-tugas fungsional dalam masyarakat (Solehuddin dan Wahib, 2020). Partisipasi perempuan dalam suatu kegiatan dapat diwujudkan melalui pengajian, kajian-kajian, workshop, pelatihan, dst., mengingat Aisyiyah merupakan organisasi perempuan yang mengupayakan hak perempuan untuk kehidupan yang bermartabat (Handayani, et. al., 2019). Kader-kader Aisyiyah telah menunjukkan kontribusi terhadap kepentingan perempuan, khususnya dalam pendidikan dan keterampilan (Amaliatulwalidain, 2017).

Data-data tersebut secara keseluruhan tetap menunjukkan bahwa masih banyak penceramah dari Bapak-Bapak dibanding dari anggota ‘Aisyiyah. Apalagi, ada satu ranting yang semua penceramahnya Bapak-Bapak, ada 6 ranting (50%) yang penceramahnya mayoritas dari bapak-Bapak.Ranting-ranting ini hanya memberi kesempatan ibu-ibu sangat minim.Ini menunjukkan bahwa penceramah ibu-ibu belum menjadi rujukan yang andal dalam setiap kegiatan. PRA masih lebih percaya kepada penceramah dari Bapak-Bapak.

Aisyiyah merupakan organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang kemasyarakatan, kaderisasi dan pendidikan (Widyanto, 2019). Banyak pengajian yang penceramahnya bapak-bapak, padahal pesertanya banyak ibu-ibu. Penyebab ibu-ibu merasa kurang percaya diri di antaranya dipengaruhi oleh faktor sosial, emosional, dan kesehatan mental. Banyak ibu-ibu menggambarkan runtuhnya kepercayaan diri mereka ketika mereka membandingkan diri mereka sendiri secara tidak baik dengan gambaran yang diidealkan atau sempurna (McLeish & Redshaw, 2017). Kesehatan mental yang buruk akan memengaruhi ibu-ibu merasa kurang siap untuk tampil (McGowan, 2017). Teori peran sosial berfungsi sebagai dasar untuk memahami mengapa pria biasanya memiliki agensi yang lebih tinggi dan wanita memiliki persekutuan yang lebih tinggi (Wood & Eagly; Badura, et. al., 2017). Perbedaan gender dalam ciri-ciri ini dianggap kuat karena dipertahankan oleh pertemuan kekuatan. Faktor-faktor iniah yang bisa menjadi penyebab mengapa Aisyiyah belum bisa mandiri, belum banyak memberi kesempatan kepada angggotanya untuk berbicara atau berceramah. Faktanya setiap pengajian peserta yang hadir mayoritasnya ibu-ibu dan

(9)

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

96 mubalighnya selalu bapak-bapak.

2. Hasil Workshop Pengkaderan Mubalighot

Workshop dilaksanakan pada tanggal 22 September 2019, bertempat di gedung Dakwah Muhammadiyah PCM Kartasura. Workshop ini dihadiri perwakilan PCA Kartasura, perwakilan PRA di lingkungan Kartasura, dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta yang sedang melaksanakan tugas belajar Kuliah Kerja Nyata (KKN). Peserta berjumlah 46 yang terdiri dari perwakilan PCA sejumlah 9 peserta, perwakilan ranting sejumlah 22 peserta, dan 15 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Kegiatan workshop ini meliputi penjelasan tentang pentingnya pemberdayaan anggota ‘Aisyiyah dalam berceramah di pengajian, ceramah tentang berpidato yang menarik, dan kegiatan tindak lanjut yang berupa penyusunan jadual pengajian yang mencantumkan anggota ‘Aisyiyah sebagai penceramah dengan topik yang disesuaikan dengan peristiwa agama atau kemasyarakatan.

Gambar 3. Kegiatan Memandu Workshop

Kegiatan workshop berjalan lancar sesuai yang diharapkan. Inti materi yang disampaikan oleh narasumber adalah memotivasi para anggota “Aisyiyah untuk semangat belajar berceramah untuk mengisi pengajian di ranting masing-masing. Ceramah dengan judul “Optimalisasi Potensi Kader Aisyiyah melalui Peningkatan Keterampilan Berbicara” disampaikan oleh Dini Restiyanti Paratiwi, S.Pd., M.Pd. sebagai tim Pengabdian kepada Masyarakat dari Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penyampaian materi workhop ceramah berjalan lancar dilanjutkan dengan tanya jawab.

Secara teknis penyelenggaraan workshop dimulai dengan kegiatan ceramah, sharing pengalaman, dan tanya jawab (Sugianto, 2020). Ceramah dinilai sebagai metode yang tepat dan dapat diterima dengan baik oleh sasaran, karena metode ini mampu memberi stimulus pengetahuan bagi pendengarnya (Yulinda dan Fitriyah, 2018). hasil penelitian Guspita

(10)

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

97 (2017), diketahui bahwa metode ceramah sangatlah efektif dilaksanakan sebagai metode penyuluhan. Ceramah perlu dilengkapi dengan tanya jawab supaya terjalin suasana yang interaktif. Sitohang (2017) menyatakan bahwa metode tanya jawab dapat melatih peserta pengajian untuk mengemukan pendapat dalam diskusi sehingga dapat menciptakan kondisi yang interaktif dan meningkatkan motivasi). Selain itu, tanya jawab juga digunakan untuk menanyakan sejauh mana materiyang disampaikan mampu dipahami oleh peserta ceramah (Hasanah, 2018). Tanya jawab berfungsi untuk meningkatkan pemahaman materi dan mengaktifkan peserta diskusi dalam kegiatan ceramah (Abdika, et. al., 2019)

Gambar 5. Peserta Kegiatan Workshop

Setelah ceramah, kegiatan dilanjutkan dengan penyamaan persepsi untuk melanjutkan kegiatan ini dengan memandu peserta menyusun jadual pengajian yang memprioritaskan penceramah dari anggotanya dengan topik yang disesuaikan dengan peristiwa yang sesuai, baik peristiwa keagamaan maupun peristiwa kemasyarakatan. Peserta berkelompok sesuai dengan rantingnya dan dipandu dengan tabel form jadual pengajian. Tim pengabdian masyarakat menjelaskan, mendampingi, dan mengarahkan cara mengisi jadual pengajian tersebut.

(11)

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

98

Gambar 5. Kegiatan Memandu Penyusunan Jadwal Pengajian

Kegiatan penyusunan jadwal tidak bisa diselesaikan, karena peserta harus berkoordinasi dengan pimpinan ranting masing-masing dan mengidentifikasi anggota-anggota yang bisa dicantumkan sebagai penceramah. Oleh karena itu, penyusunan jadual akan dilanjutkan pada kegioatan pendampingan dalam beberapa bulan selanjutnya.

Kegiatan workshop ini telah dapat berjalan lancar, peserta antusias mendengarkan, bertanya, dan berdiskusi menyusun jadual dengan antusias. Mereka sepakat akan menyelesaikan penyusunan jadwal ini dan menyerahkan ke tim pengabdian masyarakat melakukan pendampingan. Workshop efektif untuk mengembangkan keterampilan, memotivasi, dan menjalin hubungan yang interaktif (Aktas & Akyol, 2020). Kegiatan workshop juga efektif untuk memperkenalkan ide-ide baru, berbagi pengalaman, dan melakukan latihan secara terpadu (Hartley, et. al., 2019).

3. Hasil Pendampingan Berbasis Ranting

Pendampingan dilakukan pada bulan September, Oktober, dan Desember 2019. Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta hadir pada saat ranting-ranting ‘Aisyiyah di kartasura mengadakan pengajian. Kehadiran tim pengabdian ini untuk: (1) menindaklanjuti penyusunan jadual pengajian dengan mengutamakan penceramah dari anggota “Aisyiyah di setiap ranting, (2) mendapatkan data penceramah di setiap ranting, (3) mendorong Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah untuk melakukan pengkaderan penceramah dari anggotanya, dan (4) memastikan program pengkaderan mubalighah dipahami oleh semua anggota di setiap ranting. Berikut dokumentasi kegiatan pendampingan berbasis ranting. Hasil pendampingan selama tiga bulan ini dapat dipaparkan sebagai berikut.

a. Diketahui 10 ranting ‘Aisyiyah di Kartasura telah menyelenggarakan secara rutin pengajian sebulan sekali. Ada dua ranting yang menyelenggarakan pengajian 4 kali setiap bulan yaitu ranting Gonilan dan ranting Makamhaji.

(12)

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

99 b. Tempat pengajian bervariasi: di rumah anggota (1 ranting), di masjid (4 ranting), di gedung ‘Aisyiyah atau Muhammadiyah ( 3 ranting), gedung TK ‘Aisyiyah (2 ranting), dan ada 2 ranting yang tempatnya menyesuaiokan kondisi.

c. Penceramah yang memberi tausiyah saat pengajian bervariasi: anggota ranting ‘Aisyiyah secara bergiliran (1 ranting), anggota ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah (1 ranting), pimpinan Muhammadiyah (6 ranting), dari luar ‘Aisyiyah/Muhammadiyah (3 ranting), ketua majlis tabligh ranting ‘Aisyiyah (1 ranting).

d. Semua ranting telah berhasil menyusun jadual pengajian selama setahun dengan mencantumkan nama mubaligh dan topik yang sesuai dengan peristiwa keagamaan atau kemasyarakatan. Namun, penceramah Bapak-Bapak masih mendominasi dalam jadual tersebut.

Kegiatan rutin di Aisyiyah ranting dikelola oleh Aisyiyah Pimpinan Cabang. Bentuk yang biasa rutin dilaksanakan Aisyiyah ranting yaitu pengajian.‘Aisyiyah Ranting Ambarketawang melaksanakan kegiatan pengajian rutin di masjid (Sulistyaningsi dan Listyaningrum, 2020). Aisyiyah Ranting Betakan juga melakukan kegiatan rutin berupa pengajian rutin yang diisi dengan ceramah keagamaan (Nabawiyati, 2020). Sama halnya dengan Aisyiyah, Muhammadiyah ranting juga memiliki kegiatan rutin, seperti dakwah rutin/majelis taklim. Muhammadiyah ranting Tosaren mempunyai kegiatan rutin seperti pengajian dan kajian bulan Ramadan (Widyanti dan Setiawan, 2018). Ranting Muhammadiyah Metro Utara juga menyelenggarakan kegiatan pengajian rutin yang dilaksanakan sekali dalam sepekan (Maimunah, et.al., 2020). Organisasi lain yang juga mengadakan pengajian rutin ialah Nahdatul Ulama (NU). Muslimat NU Desa Tuwel melaksanakan pengajian rutin sesuai dengan jenjang usia, yang dilaksanakan tiga kali dalam seminggu (Arofah, 2018). Selain itu, organisasi pemuda yang terikat dalam Ikatan dan Muda Indonesia (IDMI) turut menyelenggarakan pengajian rutin yang dilaksanakan di masjid-masjid Kota Palu (Mahmid, 2017).

Kesimpulan

Kegiatan pendampingan berpidato bagi Kader Aisyiyah Cabang Kartasura berjalan lancar dan sesuai harapan. Kegiatan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) kegiatan ini menjadi solusi untuk meningkatkan keterampilan berbicara anggota Aisyiyah melalui kegiatan pidato pada pengajian rutin; (2) Semua ranting Aisyiyah berhasil menyusun jadwal

(13)

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

100 pengajian rutin beserta nama mubaligh; (3) kegiatan ini meningkatkan peran ibu-ibu anggota Aisyiyah di setiap ranting Kartasura dalam kegiatan pengajian di ranting Aisyiyah dan lingkungannya. Hasil kegiatan ini perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan yang terprogram dan terus-menerus.

Daftar Referensi

Abdika, Y., Arham, M. A., & Sudriman. (2019). Pengaruh Metode Tanya Jawab Terhadap

Hasil Belajar Siswa. 33(11), 2–6.

Aktas, E., & Yurt, S. U. (2017). Effects of Digital Story on Academic Achievement, Learning Motivation and Retention among University Students. International Journal of Higher

Education, 6(1), 180. https://doi.org/10.5430/ijhe.v6n1p180

Al Qamari Juita Rahmadani; Kabeakan, Nana Trisna Mei Br., M. M. (2019). Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dalam Peningkatan Pendapatan Pada Kelompok Ibu-Ibu Asyiyah. JURNAL PRODIKMAS Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(Vol 4, No 2 (2019)). Retrieved from http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/prodikmas/article/view/4809

Amaliatulwalidain. (2017). Peran dan Partisipasi Politik Organisasi Nasyiatul Aisyiyah

dalam Menginternasasikan Kebijakan Berperspektif Gender Di Kotapalembang. 2(1).

Badura, K. L., Grijalva, E., Newman, D. A., Yan, T. T., & Jeon, G. (2018). Gender and leadership emergence: A meta-analysis and explanatory model. Personnel Psychology,

71(3), 335–367. https://doi.org/10.1111/peps.12266

Fatmawati, N., Amin, M., & Nawawi, N. (2020, August). Communication Science Studies– Spoken Discourse Analysis Verbal Rhetoric and Leadership Style: A Comparative Study of Tun Dr. Mahathir Bin Mohamad and Dato’Sri Mohd Najib Tun Abdul Razak. In 1st Annual Conference on Education and Social Sciences (ACCESS 2019) (pp. 274-278). Atlantis Press. doi:10.2991/assehr.k.200827.069.

Grossman, P. J., Eckel, C., Komai, M., & Zhan, W. (2019). It pays to be a man: Rewards for leaders in a coordination game. Journal of Economic Behavior and Organization, 161, 197–215. https://doi.org/10.1016/j.jebo.2019.04.002

Handayani, I. T., Rosmilawati, S., & Mambang, M. (2019). Peran Perempuan Muhammadiyah Dalam Kepemimpinan Dan Politik Di Kalimantan Tengah. Pencerah Publik, 6(2), 32-42. doi:10.33084/pencerah.v6i2.1111.

Handayani, P., Purwanti, Y., & ... (2020). Edukasi Kemandirian Ekonomi Perempuan Sebagai Basis Dakwah Aisyiyah. Proceeding of The …, 163–167. Retrieved from http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/958

(14)

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

101 (2020). Pembinaan Keterampilan Berbicara Produktif Pada Nasyiatul Aisyiyah Ranting Batu Nadua Sitamiang. Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian, 3(1), 375–378. Retrieved from https://e-prosiding.umnaw.ac.id/index.php/pengabdian/article/view/498

Hartley, L. M., Ferrara, M. J., Handelsman, M. M., Rutebemberwa, A., & Wefes, I. (2019). Principles and Strategies for Effective Teaching: A Workshop for Pre- and Postdoctoral Trainees in the Biomedical Sciences †. Journal of Microbiology & Biology Education,

20(3). https://doi.org/10.1128/jmbe.v20i3.1689

Hasanah, Ainul. (2018). Mengajarkan shalat pada anak melalui metode demonstrasi, tanya jawab dan pembiasaan. Al-Hikmah, 2(1), 13–28.

Imamah, Mahmudatul, F., & Firlana, A. R. (2019). KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

DALAM ORGANISASI The Leadership of Female Figures in the Muslimat and Aisyah Pendahuluan. 05(02), 229–242.

Isiandri, Pudji. 2009. Seribu Pena Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlanggal.

Lubis, M. S. (2018). Struktur Penulisan Teks Pidato Mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Institut Pendidikan tapanuli Selatan: Kajian Retorika. Jurnal Education Dan Development, 4(2), 66–71.

Madun, M. F., & Mosin, M. (2020). Isu Kejurulatihan Pidato dalam kalangan Guru Bahasa

Melayu di Sekolah Rendah : Satu Tinjauan Umum Abstrak Issues of Public Speaking Coaching among Malay Language Teachers in Primary School : A General Review Abstract Pengenalan Sorotan Literatur Konsep As. 5(11), 141–146.

Mahmud, M. A. (2018). Peluang Ikatan Dai Muda Indonesia (Idmi) Dalam Membina Masyarakat Muslim Di Kota Palu. Al-Mishbah: Jurnal Ilmu Dakwah Dan Komunikasi,

14(1), 91. https://doi.org/10.24239/al-mishbah.vol14.iss1.106

McGowan, E. C., Du, N., Hawes, K., Tucker, R., O’Donnell, M., & Vohr, B. (2017). Maternal Mental Health and Neonatal Intensive Care Unit Discharge Readiness in Mothers of Preterm Infants. Journal of Pediatrics, 184, 68–74. https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2017.01.052

McLeish, J., & Redshaw, M. (2017). Mothers’ accounts of the impact on emotional wellbeing of organised peer support in pregnancy and early parenthood: A qualitative study. BMC

Pregnancy and Childbirth, 17(1), 1–14. https://doi.org/10.1186/s12884-017-1220-0

Nabawiyati, S., & Makiyah, N. (2020). Pemberdayaan Ibu-Ibu Aisyiyah dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Pembentukan Kelompok Sedekah Sampah. Abdimas

Mahakam Journal, 4(02), 251–260.

Pimpinan Pusat Aisyiyah. (2012). Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ‘Aisyiyah. Yogyakarta.

(15)

MONSU’ANI TANO

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Vol. 4, No. 1, Bulan April, 2021

102 Studi Kasus Pidato Jokowi. KREDO : Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, 4(1), 168–183. https://doi.org/10.24176/kredo.v4i1.4921

Ritonga, R. F., Sari, P. M., & Erwin, E. E. (2019). Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga untuk Meningkatkan Pendapatan Keluarga. Jurnal

SOLMA, 8(2), 307. https://doi.org/10.29405/solma.v8i2.3496

Setyorini, N., & Risqiana, S. (2017). Keefektifan Media Artikel. 2(2), 137–144.

Sitohang, J. (2017). Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Sekolah Dasar. Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, Sains, Dan

Humaniora, 3(4), 681–688.

Sufanti, M., Roding, M. A., Charu, M. A. dan Mach, M. M. (2014). Pendampingan Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah Kartasura dalam Pendataan Anggota berbasis Ranting, Laporan

Pengabdian Masyarakat. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sugianto, A. (2020). Workshop Penguatan Pendidikan Karakter bagi Guru Bimbingan dan Konseling SMP. PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, 6(1), 90-96. doi:10.33084/pengabdianmu.v6i1.1647.

Sulistyaningsih, & Listyaningrum, T. H. (n.d.). Pelatihan Dan Pembentukan Posbindu Penyakit Tidak Menular (Ptm) ’Aisyiyah Ranting Ambarketawang.

Jurnal.Aiska-University.Ac.Id. Retrieved from

http://jurnal.aiska-university.ac.id/index.php/gemassika/article/view/513

Wahib, N. U. R. (2020). Peran Perempuan Dalam Pembinaan Mental Spiritual Generasi Bangsa Dalam Perspeksif Pendidikan Islam. RISDA: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan

Islam, 5(1), 1–10.

Widyanto, R. A. (2019). PKU bagi Pengurus Ranting Muhammadiyah di Kabupaten Magelang untuk Mengelola Administrasi Ranting. Jurnal Pengabdian Masyarakat

Gambar

Gambar 1. Skema Strategi Pembinaan Berpidato ‘Asyiyah Cabang Kartasura
Gambar 2: Pengelompokkan Penceramah
Gambar 3. Kegiatan Memandu Workshop
Gambar 5. Peserta Kegiatan Workshop

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil uji kuat lekat tulangan baja terhadap kedua bahan diperoleh nilai 11,4729 MPa untuk beton dan 11,1963 MPa untuk mortar, dengan kata lain nilai ini tidak berbeda

Menurut peneliti, sesuai dengan data yang diperoleh, bahwa website DPRD Kota Yogyakarta mempunyai sasaran yang jelas dalam mengimplementasikan aplikasi dari

Penelitian ini dilatar belakangi untuk mengetahui kinerja koperasi yang di tinjau dari rasio rentabilitas apakah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh Departemen

ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS DARI CRUDE PALM OIL ( CPO ) ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS DARI CRUDE PALM OIL ( CPO ).. PADA TANGKI TIMBUN

Dari pertimbangan di atas maka diambil kapasitas perancangan pabrik asam borat sebesar 10.000 ton / tahun dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan asam borat

Maksud penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan meninjau Pengelolaan Operasional Obat Anti Tuberkulosis strategi DOTS terhadap kinerja dan

Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersedianya media pembelajaraan bagi anak dengan berbasis lingkungan yang dapat meningkatkan keterampilan

[r]