GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG
RETRIBUSI dASA UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
Menimbang
: a.
bahwa retribusi daerah merupakan sumber pendapatan
yang
penting
guna
mendanai
penyelenggaraan
pemerintahan
dan
pembangunan
daerah
untuk
memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab;
b. bahwa untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat
yang
sejalan
dengan
kebutuhan
biaya
pelayanan serta kemampuan masyarakat perlu adanya
pengaturan
tentang
biaya
yang
dikenakan
kepada
masyarakat terhadap jasa pelayanan yang diberikan;
c. bahwa Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentangRetribusi Jasa Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2015, tidak dapat lagi mengakomodir beberapa perkembangan terkait penyesuaian atas objek Retribusi Jasa Umum di Lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sehingga harus diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa
Umum;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4033);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
dan
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat
daerah yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
5. Gubernur adalah Gubernur Kepulauan Bangka Belitung.
6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
7. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
8. Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Laboratorium yang
selanjutnya disebut Balai Laboratorium adalah Balai
Laboratorium Kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
9. Dinas Tenaga Kerja adalah Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Perusahaan dan Kesehatan Kerja pada Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
11. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral adalah Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
12. Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah adalah Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
13. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha, maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan
Lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap.
14. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi
adalah pemungutan Daerah sebagai pembayaran atas
Jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
15. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha
dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau Badan.
16. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemeritah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
17. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada seseorang dalam
rangka promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif kesehatan.
18. Pelayanan Laboratorium Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan laboratorium kesehatan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka menegakkan diagnosis, dan atau pelayanan pemeriksaan laboratorium kesehatan lainnya.
19. Pelayanan Hygiene kesehatan perusahaan kesehatan
kerja yang selanjutnya disebut Hyperkes adalah segala kegiatan pelayanan laboratorium kesehatan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka menegakkan diagnosis, dan atau pelayanan laboratorium kesehatan lainnya.
-4
20. Peta adalah suatu gambaran kewilayahan tentang informasi Wilayah Pertambangan (WP), Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP), Izin Usaha Pertambangan
(IUP),
Izin
Pertambangan
Rakyat
(IPR)
Kemajuan
Tambang dan Rencana Tambang pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi. 21. Pelayanan pencetakan peta adalah Jasa pelayanan
pencetakan peta WP, WIUP, IUP, IPR, kemajuan tambang dan rencana tambang oleh Pemerintah Daerah. 22. Pelayanan Pendidikan adalah segala pelayanan
pendidikan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka proses pengubahan sikap dan tatalaku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pendidikan dan pelatihan.
23. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. 24. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu
yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari
Pemerintah Daerah.
25. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data obyek dan subyek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang, sampai
kepada kegiatan penagihan retribusi kepada Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.
26. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya
disingkat SSRD adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh gubernur.
27. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya
disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang
menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang
terutang.
28. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang
selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi
lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
29. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya
disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan
retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga
dan/atau denda.
30. Kas Daerah adalah kas Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
31. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun
dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan
pemenuhan
kewajiban
retribusi
daerah
dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.
32. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah
adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
BAB II
JENIS DAN GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 2
Retribusi Jasa Umum terdiri dari 3 jenis: a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
b. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta; dan c. Retribusi Pelayanan Pendidikan.
Pasal 3
Jenis Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 termasuk golongan Retribusi Jasa Umum.
BAB III
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
Bagian Kesatu
Nama, Objek, dan Subjek Retribusi
Pasal 4
Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas Jasa pelayanan kesehatan
pada:
a. Balai Laboratorium Kesehatan; dan
b. Balai Hyperkes.
Pasal 5
(1) Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang disediakan atau diberikan di Balai
Laboratorium Kesehatan dan Balai Hyperkes Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan
6
-Pasal 6
(1) Jenis
pelayanan
adalah
pelayanan
Pemeriksaan
Laboratorium Kesehatan dan pelayanan pemeriksaan
kesehatan.
(2) Jenis pelayanan kesehatan pada Balai Laboratorium Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pemeriksaan hematologi; b. pemeriksaan kimia klinik; c. pemeriksaan immunologi;
d. pemeriksaan mikrobiologi;
e. pemeriksaan mikrobiologi udara; f. pemeriksaan uji kesehatan;
g. pemeriksaan bakteriologi makanan, minuman dan air; h. pemeriksaan kimia lingkungan;
i. pemeriksaan toksikologi; j. pengambilan sampel; dan
k. pemeriksaan biomolekuler.
(3) Jenis pelayanan kesehatan pada Balai Hyperkes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pemeriksaan fisik kesehatan umum; b. pemeriksaan laboratorium;
c. pemeriksaan visus mata;
d. pemeriksaan laboratorium kimia dasar (paket);
e. pemeriksaan kadar cholinesterase (kualitatif) f. pemeriksaan serologi
g. pemeriksaan audiometri;
h. pemeriksaan spirometri; dan i. uji kelelahan kerja.
Pasal 7
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang
mendapat pelayanan kesehatan di Balai Laboratorium Kesehatan dan Balai Hyperkes.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, dan Prinsip Penetapan Tarif Retribusi
Pasal 8
Tingkat penggunaan Jasa diukur berdasarkan klasifikasi, jenis dan kuantitas pelayanan, sarana, dan prasarana yang digunakan.
Pasal 9
(1) Prinsip penetapan besarnya tarif Retribusi didasarkan
pada tujuan untuk menutupi biaya penyelenggaraan
pemberian pelayanan kesehatan dengan
mempertimbangkan kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektifitas pengendalian atas pelayanan
tersebut.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk biaya investasi prasarana, biaya operasional, dan pemeliharaan serta jasa pelayanan.
(3) Dalam hal keadaan darurat, musibah, bencana alam dan
penyebaran wabah penyakit yang melanda daerah, Gubernur dapat membebaskan segala pemungutan atas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. (4) Pengenaan tarif Retribusi pada kegiatan yang
diselenggarakan secara nasional maka besarnya tarif
Retribusi sesuai dengan yang telah ditetapkan secara
nasional.
Bagian Ketiga
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 10
(1) Struktur tarif Retribusi digolongkan berdasarkan jenis pelayanan kesehatan yang diberikan.
(2) Tarif Retribusi disusun berdasarkan jenis pelayanan yang
diberikan.
(3) Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sebagai jumlah pembayaran per satuan pelayanan/jasa.
(4) Biaya pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercermin dalam tarif retribusi sebagai berikut:
a. Jasa sarana; dan b. Jasa pelayanan.
(5) Pola tarif Retribusi dihitung berdasarkan pedoman pola tarif yang ditetapkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
(6) Tarif dan tata cara pelayanan kesehatan peserta BPJS, Jamkesmas, Jamkesda, Jamsostek dan Badan Penjamin Kesehatan, diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 11
(1) Struktur dan besarnya tarif Retribusi pada Balai Laboratorium Kesehatan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Daerah ini.
(2) Struktur dan besarnya tarif Retribusi pada Balai Hyperkes sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan
Daerah ini.
(3) Tarif Retribusi dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali dengan memperhatikan indeks harga dan
perkembangan perekonomian.
(4) Penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Gubernur.
Bagian Keempat Wilayah Pemungutan
Pasal 12
Retribusi dipungut di wilayah tempat pelayanan kesehatan diberikan yaitu pada Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dan Balai Hyperkes Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
BAB IV
RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA
Bagian Kesatu
Nama, Objek, dan Subjek Retribusi
Pasal 13
Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas Jasa pelayanan
pencetakan peta.
Pasal 14
(1) Objek Retribusi adalah pelayanan pencetakan peta yang dibuat oleh Pemerintah Daerah yang terdiri dari:
a. Peta informasi Wilayah Pertambangan (WP); b. Peta wilayah Izin Usaha Pertambangan(WIUP); c. Peta Izin Usaha pertambangan (IUP);
d. Peta Izin pertambangan rakyat (IPR); e. Peta kemajuan Tambang; dan
f. Peta Rencana Tambang.
(2) Pencetakan peta disediakan dengan ukuran kertas:
a. AO; b. Al c. A2 d. A3 dan e. A4/F4. Pasal 15
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan pencetakan peta yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, dan
Prinsip Penetapan Tarif Retribusi
Pasal 16
Tingkat penggunaan Jasa Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta diukur berdasarkan jumlah lembar peta yang dicetak dan/atau ukuran kertas yang digunakan dalam pemberian
layanan pencetakan peta.
Pasal 17
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi didasarkan pada kebijakan Pemerintah Daerah dengan
memperhatikan biaya penyediaan Jasa, informasi
pertambangan dan efektifitas pengendalian atas pelayanan pencetakan peta, kemampuan masyarakat, aspek keadilan prinsip nilai dan kepastian hukum.
Bagian Ketiga
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 18
(1) Struktur dan besarnya tarif Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta berdasarkan Jasa pelayanan percetakan peta sesuai dengan jumlah lembar peta yang dicetak dan/atau ukuran kertas yang digunakan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III Peraturan Daerah ini.
(2) Tarif Retribusi dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali dengan memperhatikan indeks harga dan
perkembangan perekonomian.
(3) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Gubernur.
Bagian Keempat
Wilayah Pemungutan dan Masa Retribusi
Pasal 19
(1) Retribusi dipungut di wilayah daerah tempat pelayanan
diberikan.
(2) Pemungutan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipungut oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral.
Pasal 20
Masa retribusi ditetapkan sejak diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB V
RETRIBUSI PELAYANAN PENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Nama, Objek, dan Subjek Retribusi
Pasal 21
Dengan nama Retribusi Pelayanan Pendidikan dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 22
Objek Retribusi adalah pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 23
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, dan Prinsip Penetapan Tarif Retribusi
-10
Pasal 24
Tingkat penggunaan Jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah.
Pasal 25
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi didasarkan pada biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektifitas pengendalian atas penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan tersebut.
Bagian Ketiga
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 26
(1) Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Pendidikan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV
Peraturan Daerah ini.
(2) Tarif Retribusi dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga)
tahun sekali dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
(3) Penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Gubernur.
Bagian Keempat Wilayah Pemungutan
Pasal 27
Retribusi dipungut di wilayah Daerah tempat pelayanan
penyelenggaraan pendidikan.
BAB VI
PENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN, DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN
Pasal 28
(1) Retribusi menjadi terhutang terhitung pada saat Wajib Retribusi memperoleh Jasa pelayanan.
(2) Jumlah Retribusi yang terhutang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. (3) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
(4) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
Pasal 29
(1) Pembayaran Retribusi yang terhutang sebagaimana
dimaksud dalam pasal 24 dilakukan pada tempat pembayaran yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Seluruh hasil penerimaan Retribusi disetor ke Kas Daerah
secara bruto.Pasal 30
(1) Wajib Retribusi harus membayar seluruh Retribusi yang terhutang secara tunai/lunas paling lambat pada saat jatuh tempo pembayaran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Gubernur atas permohonan Wajib Retribusi setelah
memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat
memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran Retribusi yang terhutang dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan.
Pasal 31
Ketentuan mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran Retribusi diatur dengan Peraturan Gubernur.
BAB VII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 32
(1) Wajib Retribusi yang tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar atau ditagih dengan menggunakan STRD.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan surat teguran yang dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.
BAB VIII PENAGIHAN
Pasal 33
(1) Pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan setelah 7
(tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran dengan
mengeluarkan surat bayar/penyetoran atau surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan
penagihan.
(2) Wajib Retribusi harus melunasi Retribusi terutang dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran
disampaikan.
BAB IX
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 34
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Gubernur.
-12-(2) Gubernur dalam jangka waktu 6 (enam) bulan, sejak
diterimanya permohonan pengembalian >kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah lewat dan Gubernur tidak memberi suatu keputusan, maka permohonan pengembalian dianggap
dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi,
kelebihan pembayaran Retribusi langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkanya SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Gubernur memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Retribusi.
—>
(7) Ketentuan mengenai tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi diatur dengan Peraturan Gubernur.
BABX KEBERATAN
Pasal 35
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Gubernur atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD
atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali
jika Wajib Retribusi dapat menunjukkan jangka waktu itu di luar kekuasaannya.
(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) adalah suatu keadaan di luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.
Pasal 36
(1) Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal surat keberatan diterima, harus memberi
keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan surat keputusan keberatan.
(2) Surat keputusan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya Retribusi terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan gubernur tidak memberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan seluruhnya.
BAB XI
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 37
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang
Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tertangguh jika: a. ditertibkan surat teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi,
baik langsung maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal ditertibkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kadaluarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada
Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau
penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
BAB XII
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 38
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi
diberikan insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(3) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebesar 3% (tiga persen) dari target penerimaan Retribusi.
(4) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Gubernur sesuai peraturan perundang-undangan.
-14
BAB XIII
TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUWARSA
Pasal 39
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena
hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Gubernur menetapkan keputusan penghapusan piutang
Retribusi Daerah yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Gubernur.
BAB XIV
PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 40
(1) Gubernur berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi dalam
rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan
retribusi.
(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib:
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek retribusi yang terutang;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan
Retribusi diatur dengan Peraturan Gubernur.
Pasal 41
(1) Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pengawasan diatur dengan
Peraturan Gubernur.
BAB XV PENYIDIKAN
Pasal 42
(1) Pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan
pemerintah daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana Retribusi;
c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang
pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana
di bidang Retribusi;
d. memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang Retribusi;
e. melakukan pengeledahan untuk mendapatkan barang
bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
Retribusi;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memo tret seseorang berkaitan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;
i. memanggil seseorang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana.
BAB XVI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 43
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya
sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda
paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi yang terutang
16-(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat
(1)
adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
penerimaan negara.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:
a. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2011 Nomor 1 Seri C);
b. Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011
tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2015 Nomor 2 Seri C); dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 45
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Ditetapkan di Pangkalpinang
pada tanggal ^% St(%ffl]CK
GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA-^ELITUNG,
Diundangkan di Pangkalpinang
pada tanggal 1% Qffrttfcr Ttifr
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
GAWANDI
OSMAN
LEMBARAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN
2017 NOMOR i SERlC
NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR(0/2017
BANGKA BELITUNG
TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM
NOMOR : TAHUN 2017 TANGGAL : 2017
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PADA LABORATORIUM KESEHATAN
NO JENIS PEMERIKSAAN METODE PEMERIKSAAN TARIF I HEMATOLOGI
0 Darah lengkap (1 sd 9) 50.000
1. Hemaglobin Westerngreen
2. LED Westerngreen
3. Hitung Jenis Hematologi Analyzer
4. Eritrosit Hematologi Analyzer 5. Trombosit Hematologi Analyzer
6. Hematokrit Hematologi Analyzer
7. MCV Hematologi Analyzer
8. MCH Hematologi Analyzer
9. MCHC Hematologi Analyzer
> Waktu Perdarahan Timer 10.000
> Waktu Pembekuan Timer 10.000
> Rumple Leed Tourniquet 8.000
> RH Faktor Aglutinasi 10.000
> Gol Darah Aglutinasi 15.000
II KIMIA KLINIK A DARAH
0 FUNGSI HATI
-Bilirubin Total Semi auto chemistry 17.500
-Bilirubin Indirect Semi auto chemistry 17.500
-Bilirubin Direct Semi auto chemistry 17.500
-Albumin Semi auto chemistry 15.000
-Globulin Semi auto chemistry 15.000
-SGOT/AST Semi auto chemistry 20.000
-SGPT/ALT Semi auto chemistry 20.000
-Alkali phosphatase Semi auto chemistry 20.000
-Gamma GT Semi auto chemistry 25.000
-Cholinesterase Semi auto chemistry 35.000 0 PROTIL LIPID
-Cholesterol Total Semi auto chemistry 25.000
-HDL Cholesterol Semi auto chemistry 22.500
-LDL Cholesterol Semi auto chemistry 22.500
-Triglycerida Semi auto chemistry 25.000
0 FUNGSI GINJAL Spectrofotometer
-Ureum Semi auto chemistry 17.000
-Uric Acid Semi auto chemistry 17.000
-Creatinen Semi auto chemistry 17.000
0 FUNGSI JANTUNG -CPK Spectrofotometer 55.000 -CK-MB Spectrofotometer 70.000 t n u Spectrofotometer 40.000 -LDH 0 FUNGSI METABOLISME KARBOHIDRAT
-Gula Darah Sewaktu Spectrofotometer 12.500
-Gula Darah Puasa Spectrofotometer 12.500
-Gula Darah Puasa dan 2 Jam Spectrofotometer 12.500
setelah pengambilan darah puasa
- Hbalc Imunoturbidimeter 160.000
0 ELEKTROLIT Spectrofotometer
-Calsium Ion analyzer 30.000
-Phospor Ion analyzer 30.000
0 FUNGSI PANCREAS -lipase Elisa -Amylase Elisa -Liron Elisa -TIBC Elisa B URINALISA
0 Urina Lengkap Dipstick
(pH, Protein, Reduksi, Bilirubin, Urobilin,
RfTTziHin K>tnn Nitrit R e r a t .Ipnis T^krisit
0 Microalbuminuria fotometer
0 Tes Kehamilan Dipstick
C ANALISA CAIRAN TUBUH
0 Analisa Cairan Sperma
III IMMUNOLOGI 0 Widal ELISA 0 HB S Ag ELISA 0 Anti HBs ELISA 0 T3 ELISA 0 T4 ELISA 0 TSH ELISA 0 HIV ELISA
0 Toxo IgG ELISA
0 Toxo IgM ELISA
0 DHF ELISA
0 Chikungunya IgM ELISA
IV MIKROBIOLOGI A DIREK PREPARAT
- Malaria Mikroskopis
- Cross Chek Malaria Mikroskopis
- Filaria Mikroskopis
- BTA Mikroskopis
- Cross Chek TB Mikroskopis
- Faeces Rutin Mikroskopis
- Darah Semar Mikroskopis
B Biakan/Kultur TBC/BTA
- Kultur Kultur/ resistensi
- Resistensi Kultur/ resistensi
V Pemeriksaan Mikrobiologi Udara
ALT Udara (per titik) Mikrobiologi Jamur / Kapang/ Khamir Mikrobiologi Identifikasi Kuman Mikrobiologi
VI PEMERIKSAAN UJI KESEHATAN
0 Buta Warna
0 Pemeriksaan Fisik
VII BAKTERIOLOGI MAKANAN, MINUMAN DAN AIR
A MPN
Coliform MPN-Filter
Coli Fecal/ Coli Tinja MPN-Filter
B ALT Kultur C Kultur Salmonella Kultur Shigella Kultur E Coli Kultur Vibrio Kultur
Staphylococcus aureus Kultur D Makanan
- Formalin Rapid Test
- Boraks Rapid Test
- Rodamin TLC E Pemanis - Sacharin KLT - Aspartam KLT - Siklamat KLT 50.000 40.000 45.000 25.000 35.000 110.000 17.500 70.000 40.000 60.000 60.000 125.000 125.000 110.000 90.000 120.000 120.000 60.000 125.000 20.000 15.000 20.000 17.500 15.000 20.000 25.000 75.000 90.000 130.000 125.000 130.000 17.500 30.000 80.000 100.000 70.000 110.000 110.000 120.000 100.000 130.000 35.000 35.000 45.000 30.000 30.000 30.000
VIII A 1 2 3 4 B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 D - Salysilat KIMIA LINGKUNGAN
KIMIA FISIKA AIR PAKET LENGKAP
Paket Air Minum Paket Air Bersih Paket Air Baku Paket Air Limbah
FISIKA AIR Suhu Rasa Bau Warna Kekeruhan Benda Terapung Daya Hantar Listrik Kerjernihan Zat Tersuspensi Zat Terendap Salinitas Conduktivity Sisa Clor DHL Kadar Air Deterjen/ sulfaktan KIMIA AIR Fluorida Clorida (CI) Nitrit (N03) Nitrat (N02) Sulfat Amoniak Sulfida (H2S) Kesadahan pH Zat Organik Nitrogen Total Phosfat Alumunium (Al) Cromium (Cr) Arsen Angka KMn 04 Oksigen Terlarut Oksidan (03) Oksigen Terabsorsi Oksida Nitrogen (Nox) Sulfida sebagai H25 C02 Agresif Boron LOGAM -Cyanida -Besi (Fe) -Mangan (Mn) - Seng (Zn) -Tembaga (Cu) -Crom - Nikel -Cobalt (Co) KLT Potensiometri Organoleptik Organoleptik Spectrofotometri Potensiometri Mikroskopis Konduktiviti Visual Gravimetri Gravimetri Potensiometri Potensiometri Spectrofotometri Potensiometri Gravimetri spectrotometri Spectrofotometer Titrimetri Spectrofotometer Spectrofotometer Spectrofotometer Spectrofotometer Spectrofotometer Titrimetri Potensiometri Titrimetri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Titrimetri Spektrofotometri Gas Analyzer Titrimetri Gas Analyzer Spektrofotometri Titrimetri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri 35.000 35.000 500.000 500.000 550.000 550.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 25.000 125.000 30.000 25.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 20.000 20.000 30.000 75.000 25.000 35.000 35.000 40.000 30.000 20.000 35.000 80.000 20.000 80.000 30.000 20.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 60.000 45.000
E
DC
X
XI
-Calcium (Ca) Spektrofotometri
-Magnesium (Mg) Spektrofotometri
-Natrium (Na) Spektrofotometri
-Kalium Spektrofotometri
-Selenium (Se) Spektrofotometri
-Logam berat dalam darah AAS
AAS + Grafite Furnace
-Cadmium (Cd) AAS
-Timbal (Pb) AAS
-Arsen (As) AAS
-Mangan (Mn) AAS
-Seng (Zn) AAS
-Tembaga (Cu) AAS
-Crom total AAS
- Nikel AAS
-Cobalt (Co) AAS
-Calcium (Ca) AAS
-Magnesium (Mg) AAS
-Natrium (Na) AAS
-Kalium AAS
-Selenium (Se) AAS
-Air Raksa (Hg) AAS
LAIN- LAIN
-BOD Pastel UV
-COD Pastel UV
-Minyak Lemak Titrimetri
- Zat Padat Terlarut (DO) Potensiometri
-Phenol Spectrofotometri
-Cyanida SNI Spectrofotometri
-Calcium /Ca( Titrasi) Titrimetri
TOKSIKOLOGI NAPZA
-Morphin(MOP) Rapid Test
-Metamphetamin(MET) Rapid Test -Amphetamin(AMP) Rapid Test -Ganja ,Marijuana(THC) Rapid Test -Benzodiazepam(BZO) Rapid Test
- AMP,MOP,THC Rapid Test
PENGAMBILAN SAMPEL Rectal Swab Nasopharink Swab Tenggorokan Swab Alat/Peralatan Swab Tangan Swab PEMERIKSAAN BIOMOLEKULER
Kandungan Babi (kehalalan) PCR
DHF (subtype) PCR Hepatitis B (HBV) DNA PCR Hepatitis C (HBV) RNA PCR HIV PCR TB PCR Salmonella typhi PCR E.Coli Patogen PCR Difteri PCR Malaria (subtype) PCR 45.000 40.000 40.000 40.000 60.000 150.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 35.000 35.000 120.000 25.000 25.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 120.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 250.000 250.000 200.000 250.000 250.000 200.000 200.000 200.000 250.000 250.000 GUBERNUR / KEPULAUAN BANGKA-6ELITUNG, MAN
NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. BANGKA BELITUNG
TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM
NOMOR TAHUN 2017
TANGGAL : 2017
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PADA UPTD BALAI HYPERKES
JENIS PEMERIKSAAN Pemeriksaan fisik kesehatan umum
pemeriksaan Laboratorium
- darah rutin - urine rutin
Pemeriksaan visus mata
Pemeriksaan lab. Kimia dasar (paket) - Bilirubin total - Cholesterol total -Glukosa sewaktu -SGOT -SGPT - Asam urat
Pemeriksaan kadar cholinesterase (kualitatif) Pemeriksaan Serologi
- HBS Ag
- Anti HBS
Pemeriksaan Audiometri Pemeriksaan Spirometri Uji kelelahan kerja
GUBERNUR KEPULAUAN BANG TARIF (Rp) 30.000,00 50.000,00 35.000,00 20.000,00 200.000,00 35.000,00 60.000,00 60.000,00 40.000,00 40.000,00 50.000,00 ITUNG, OSMAN
-LAMPIRj PERATU BANGK/ TENTAN NOMOR TANGG/ \N III
RAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN
i BELITUNG
G RETRIBUSI JASA UMUM : TAHUN 2017
\L : 2017
1
STRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA
PADA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
. Peta Informasi Wilayah Pertambangan
No. Jenis Tarif ( Rp )
1. Peta Informasi Ukuran AO 2.000.000,00 /lembar
2. Peta Informasi Ukuran A3 1.000.000,00/ lembar
3. Peta Informasi Ukuran A4/F4 1.000.000,00/2 lembar
2
!. Peta Wilayah Izin Usaha Pertambangan / WIUP
No. Jenis Tarif ( Rp )
1. Peta WIUP 5-50 Hektar A3/A4/F4 4.000.000 / 4 lembar 2. Peta WIUP >50-500 Hektar A3/A4/F4 6.000.000 / 4 lembar 3. Peta WIUP >500-1.000 Hektar A3/A4/F4 8.000.000 / 4 lembar 4. Peta WIUP > 1.000 Hektar A3 /A4/F4 8.000.000 / 4 lembar
r
\. Peta Izin Usaha Pertambangan / IUP
No. Jenis Tarif ( Rp )
1. Peta IUP Eksplorasi A4/F4 4.000.000 / 4 lembar 2. Peta IUP Operasi Produksi A4/F4 6.000.000 / 4 lembar
t\. Peta Izin Pertambangan Rakyat/IPR
No. Jenis Tarif (Rp)
1. Peta IPR untuk perorangan A4/F4 1.000.000 /4 lembar 2. Peta IPR untuk Koperasi A4/F4 2.000.000 /4 lembar i5. Peta Kemajuan Tambang
No. Jenis Tarif (Rp)
1.
Peta Kemajuan Tambang, luas < 200 hektar A3
8.000.000 / 4 lembar 2.Peta Kemajuan Tambang, Luas 200-500 hektar A2
10.000.000 /4 lembar 3. Peta Kemaiuan Tambang, >500 hektar Al 15.000.000/4 lembar6. Peta Rencana Tambang
No. Jenis Tarif (Rp)
1. Peta Rencana Tambang, luas <200 hektar A3 8.000.000 / 4 lembar 2. Peta Rencana Tambang, luas 200-500 hektar A2 10.000.000 / 4 lembar 3. Peta rencana Tambang, luas >500 hektar Al 15.000.000 / 4 lembar
gubernur/
AN BANGKAjPELITUNG, KEPULAU VEJRZAJ-0TROSMAN -«-BANGKA BELITUNG
TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM NOMOR : TAHUN 2017
TANGGAL : 2017
STRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PENDIDIKAN
PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
NO. 1. 2. 3. 4. 5.
NAMA PELAYANAN PENDIDIKAN
Diklat Prajabatan Golongan I / II
Diklat Prajabatan Golongan III
Diklat Prajabatan Kategori 1 dan 2
Diklat Kepemimpinan Tingkat IV
Diklat Kepemimpinan Tingkat III
TARIF (Rp) 9.296.000 9.296.000 2.242.000 20.230.000 22.125.000 KETERANGAN Per Peserta Per Peserta Per Peserta Per Peserta Per Peserta GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,