Bulan K3 Nasional
“
Safety”. Itulah tema yang kami pilih untuk disajikan dalam Majalah Inpower edisi perdana tahun 2018. Tentunya, peringatan Bulan K3 Nasional yang jatuh pada 12 Januari hingga 12 Februari 2018, menjadi pertimbangan kami untuk mengusung tema “Safety” atau K3.Namun, harapan kami melebihi dari sekadar bentuk peringatan Bulan K3. Dengan merangkum informasi dari para narasumber—yang memang kompeten di bidang K3, kami ingin menyajikan informasi seputar safety secara lugas, faktual, dan akurat.
Informasi yang, kemudian, dapat menjadi motivasi dan semangat bagi seluruh insan perusahaan untuk lebih peduli dan sadar safety. Dengan begitu, akan terbangun budaya safety yang mencakup tiga hal: mindset, knowledge, dan kecepatan respon—seperti yang dipaparkan Plt. Dirop I, M. Hanafi Nur Rifai dalam Rubrik Beranda.
Tak hanya menyajikan informasi seputar safety, di awal tahun ini, kami juga hadir dengan wajah baru. Perubahan ini semata untuk mendukung dinamika perusahaan.
Selamat membaca! Salam Redaksi Rahmi Sukma
Kepala Bidang Komunikasi Korporat
M e d i a K o m u n i k a s i I n d o n e s i a P o w e r
EDISI 1 / 2018
Safety
Culture
is a Must!
Safety
Culture
is a Must!
Pelindung: Direksi PT Indonesia Power, Penanggung Jawab: Sekretaris Perusahaan, Pemimpin Redaksi: KBIDKOM, Redaktur Pelaksana:Ganis Nugraheni Purnamawati, Sekretaris Redaksi: Bimara Aryanoraga, Staf Redaksi: Sigid Endro Winarno, Elza Febrianto, Fotografer: Yusuf Dewantoro, Sirkulasi: Suntarti, Niken Retno Sari, Konsultan Media: Integriti, PT Integra Cipta Kreasi, T/F: (021) 2765 0747, www.integriti.web.id,
Editor: M. Pamungkas, Reporter: Dyota Laksmi T., Abdullah Baraja, Farhan Kamal Chairudi B. Dharma, Kreatif: Andesrianta Rakhmad, Alamat Redaksi: Gedung Indonesia Power Lt.3 Bidang Komunikasi Korporat Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 18, Jakarta 12950 Tel. (62-21) 526 7666, Fax. (62-21) 575 1923, email : komunikasi.korporat@indonesiapower.co.id
10 OPINI
Sehat Dimulai dari Diri Sendiri14 LIPUTAN KHUSUS
Jurlian Sitanggang:
Membangun Budaya Safety, Menuju World Class Company
17 BERITA
Fokus 2018:
Percepatan Eksekusi AMC dan Proyek Indonesia Power
daftar
isi
3 ceo’s note
Time Management, Tingkatkan Produktivitas Kerja
6 beranda
Safety Culture is a Must!
9 infografis
10 opini
Sehat Dimulai dari Diri Sendiri
11 manajemen
Konsisten Menjaga Komitmen Code Of Conduct
14 liputan khusus
Jurlian Sitanggang:Membangun Budaya Safety, Menuju World Class Company
17 berita
21 csr
Coastal Clean Up, Bebaskan Lingkungan dari Sampah
22 profil
Hadi Susanto:
“Safety Tetap Nomor Satu, Safety Tidak Ada Kompromi”
24 berita
ceo’s note
ceo’s note
Time Management,
Tingkatkan
Produktivitas Kerja
Tahun baru 2018, tantangan baru. Target lebih
menantang, yang hanya bisa dicapai dengan
terobosan baru, baik cara bekerja maupun
strategi. Cara lama, tanpa perubahan apa pun,
sudah pasti tidak mungkin dapat menyelesaikan
dan mencapai target yang jauh lebih menantang.
Pengendalian yang efektif
adalah pengendalian yang
dilakukan oleh diri sendiri
(self control).
PDCA
Cek daftar “things to do”
Plan (perencanaan),
Do/organizing, Control (pengendalian), dan
Action (langkah koreksi).
Kalau belum pernah membuatnya, mulailah
dengan daftar: apa saja yang menjadi
tanggung jawab kita? Lalu, cek dan tuliskan
target tahunan dan quick win.
pada Key Performance Individu (KPI). Apa yang akan diukur, bagaimana cara mengukur, berapa ukuran target hasilnya, dan kapan janji akan dicapainya?
Kalau kita mulai dengan perencanaan yang detail, yakinlah tidak akan ada hal yang terlewat untuk dikerjakan dan keyakinan yang terukur untuk mencapai hasil.
Lalu, lanjutkan dengan Do atau organizing. Kerjakan dengan
bersinergi dan berkoordinasi dengan rekan lainnya, atasan, atau staf. Komunikasikan dengan intensif setiap kegiatan yang sudah, sedang, dan akan dilakukan. Lakukan pekerjaan dengan tuntas, pastikan setiap yang kita kerjakan adalah hal yang diperlukan bidang lain atau proses berikutnya. Artinya, yang kita kerjakan merupakan satu rangkaian proses utuh yang lebih luas.
Jika langkah ini dilakukan oleh masing-masing proses bisnis, baik di Kantor Pusat dengan 20 proses level nol maupun di unit, maka aktivitas ini akan seperti ban berjalan. Proses yang menghasilkan output berupa listrik—baik dari mengoperasikan dan memelihara mesin pembangkit sendiri maupun dari jasa mengoperasikan dan memelihara mesin pembangkit milik PLN—serta penyelesaian
pembangunan proyek-proyek sampai COD sesuai dengan time schedule yang direncanakan.
Komunikasi
Selain pemahaman mengenai konten atau bidang keteknisan yang akan dikerjakan, tahapan “Do” juga sangat membutuhkan kemampuan komunikasi untuk menyampaikan maksud dan tujuan program. Selain itu, kemampuan komunikasi juga diperlukan guna mengajak dan menggerakkan orang lain untuk melaksanakan program sesuai dengan target jadwal yang telah direncanakan; serta mengatur proses dan mendelegasikan tugas/pekerjaan secara tepat.
Namun, Do saja tidak cukup untuk meyakinkan bahwa target output pasti tercapai sesuai waktunya dengan kualitas hasil yang diharapkan. Karenanya, diperlukan Control atau pengendalian. Pengendalian yang efektif adalah pengendalian yang dilakukan oleh diri sendiri (self control). Meskipun secara sistem, sebuah korporasi dirancang harus memiliki organ dan metode serta sistem pengendalian. Dalam hal ini, satuan audit atau kontrol internal yang merupakan third line of defense. Namun, first line of defense atau pengendalian yang dilakukan
oleh setiap pemilik proses bisnis atau risk owner perlu ditingkatkan efektivitasnya. Langkah ini berdampak sangat signifikan terhadap kualitas hasil sekaligus mampu menghemat biaya karena suatu proses kerja tidak perlu diulang-ulang prosesnya untuk mencapai hasil. Setiap pemilik proses bisnis atau risk owner harus mampu memahami dengan baik atas risiko maupun cara mengendalikan risiko agar tidak terjadi serta mengetahui dengan baik langkah proses kerjanya. Sedangkan, second line of
defense dilakukan oleh orang lain di luar diri sendiri. Dalam hal ini, korporasi adalah struktur organisasi yang
mengelola risk management. Di mana, korporasi harus mampu memberikan alarm bilamana ada bagian proses yang mengalami deviasi atau
berpotensi terjadi risiko sehingga dapat menggagalkan tercapainya tujuan. Setelah dilakukan pengendalian, barulah dapat diketahui: apakah diperlukan langkah koreksi atau tidak agar target atau hasil tetap bisa dicapai? Langkah koreksi ini akan menjadi input atau feed back dalam menyusun perencanaan baru selanjutnya.
Beberapa kelemahan dalam organisasi, antara lain, pada tahap perencanaan adalah perencanaan yang tidak detail hingga sampai pada
gambaran rencana eksekusinya. Kemudian, kemampuan eksekusi lemah dan tidak standar serta sangat
tergantung pada “Sinten” atau kompetensi siapa yang sedang duduk di jabatan tersebut. Bukan didasarkan pada “sistem” kerja yang kuat, yang dibangun selama bertahun-tahun, sejalan dengan perkembangan dan pengalaman sebuah korporasi.
Kelemahan lainnya, misalnya, eksekusi tidak tuntas sehingga perlu proses bolak-balik yang memakan waktu lama. Bukan hanya itu, proses yang berulang juga memerlukan sumber daya dan biaya yang lebih banyak dan pengendalian lemah. Bahkan, pemilik proses bisnis merasa bukan tanggung jawabnya untuk ikut mengendalikan program yang disiapkannya. Kemudian, kelemahan evaluasi, apakah langkah korektif benar-benar dijalankan: efektif atau tidak? Prinsip manajemen ini sangatlah sederhana. Hanya saja, diperlukan disiplin, konsistensi, serta kesungguhan dari setiap anggota perusahaan untuk melakukan aktivitas harian. Yakni, aktivitas yang disusun untuk mencapai target waktu dan target hasil dari sebuah program kerja perusahaan. Ibarat menyusun rangkaian puzzle sehingga terbentuk sebuah gambar dari apa yang telah direncanakan (big picture). Mari, kita mulai dengan disiplin diri dalam mengatur waktu, menyusun langkah kerja secara detail, serta janji KPI untuk hal-hal yang positif dan lebih produktif. Hal tersebut guna memastikan tercapainya target hasil. Selamat beraktivitas! Salam IP AKSI!
Jakarta , 12 Februari 2018 Direktur Utama Indonesia Power Sripeni Inten Cahyani
D
i satu sisi, yang paling sulit adalah mengatur dan mengelola diri sendiri. Sebelum kita mengatur orang lain, mari kita tengok diri sendiri. Apakah kita mampu mengatur diri dengan baik dalam memanfaatkan waktu 60 detik satu menit, 60 menit satu jam, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 30 atau 31 hari sebulan, dan 12 bulan setahun, untuk mengerjakan dan menyelesaikan segala urusan pribadi dan pekerjaan kantor?Bagaimana kita mampu mengatur diri sendiri, mulai dari bangun tidur sampai istirahat malam, sampai bangun kembali di pagi hari berikutnya?
Saya ingat sekali, bagaimana saya— sejak kecil sudah mengatur waktu dengan detail jam per jamnya seperti
robot Mulai dari bangun tidur, dilanjutkan kegiatan sekolah dengan jadwal pelajaran yang padat, sampai pulang kembali ke rumah, dilanjutkan lagi dengan kegiatan lain—seperti belajar, hingga menjelang tidur malam.
Setiap sebelum tidur, biasanya, saya melakukan evaluasi: apakah yang dilakukan hari ini sudah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak? Saya ingat betul, hanya di hari Minggu, saya tidak membuat jadwal kegiatan. Saya lakukan hal itu terus menerus sampai menjadi suatu kebiasaan hingga sekarang.
Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan dalam mengatur diri sendiri. Jika disiplin sudah menjadi kebiasaan, kita tidak akan merasa berat dalam
mengelola waktu untuk melakukan hal-hal positif.
Tidak ada bedanya dengan mengelola waktu dalam bekerja. Jika kita disiplin, dijamin hidup kita akan lebih produktif. Kita tidak akan menyia-nyiakan waktu, waktu akan berjalan demikian cepat, dan tanpa terasa aktivitas kita akan dipenuhi dengan hal-hal yang positif.
Ilmu manajemen atau ilmu mengelola suatu bidang merupakan ilmu tertua dan sangat simple, yaitu PDCA—Plan (perencanaan), Do/organizing, Control (pengendalian), dan Action (langkah koreksi). Sesederhana itu yang dibutuhkan dalam mengelola waktu dan hidup kita. Keempat tahapan atau siklus PDCA harus selalu dilakukan secara utuh dan konsisten dalam satu periode tertentu: apakah harian, mingguan, atau tahunan, tergantung pada jenis aktivitasnya.
Untuk aktivitas di kantor, mulailah dengan perencanaan. Cek
daftar “things to do”. Kalau belum pernah membuatnya, mulailah dengan daftar: apa saja yang menjadi tanggung jawab kita? Lalu, cek dan tuliskan target tahunan dan quick win. Setelah itu, rencanakan cara mencapainya. Mulailah dengan aktivitas checklist yang sudah, yang sedang dalam proses, serta yang belum. Siapa saja yang harus terlibat? Apa dokumen yang harus disiapkan? dst.
Di sinilah, diperlukan janji dari masing-masing individu untuk bertanggung jawab atas keseluruhan proses kerjanya yang dituangkan
S
etiap kegiatan yang dilakukan manusia memiliki potensi risiko dan bahaya. Tak terkecuali, aktivitas yang dilaksanakan di lingkungan kerja. Karenanya, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pun menjadi perhatian khusus Indonesia Power. Membangun budaya K3 merupakan langkah perusahaan untuk menjamin kesehatan, keamanan, serta kenyamanan setiap insan perusahaan. Sebuah langkah untuk mencapai garis akhir, yakni terwujudnya zero accident. Kebutuhan DasarKeselamatan dan kesehatan merupakan suatu kebutuhan yang paling mendasar. Namun terkadang,
Safety
Culture
is a Must!
Keselamatan dan kesehatan merupakan suatu kebutuhan yang
paling mendasar.
justru hal tersebut diabaikan karena sifatnya yang abstrak. Ketika terjadi risiko yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan, barulah hal ini dianggap menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Adanya pemahaman terhadap K3 yang demikian pun menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan dalam membangun budaya K3 di lingkungan perusahaan. Hal tersebut dibenarkan oleh Plt. Direktur Operasi I Indonesia Power, M. Hanafi Nur Rifa’i, bahwa tantangan utama dalam membangun budaya K3 adalah menjadikan safety sebagai mindset seluruh insan Indonesia Power.
Adanya pemahaman
terhadap K3 yang demikian
pun menjadi tantangan
tersendiri bagi perusahaan
dalam membangun budaya
K3 di lingkungan perusahaan.
Plt. Direktur Operasi IIndonesia Power,
M. Hanafi Nur Rifa’i
beranda
beranda
Hanafi juga menambahkan bahwa budaya K3 atau Safety Culture mencakup tiga hal utama, yaitu mindset, knowledge/pengetahuan tentang K3, dan kecepatan respon. “K3 merupakan dasar untuk kegiatan OME (operation, maintenance, engineering) dan seluruh kegiatan yang berlangsung di lingkungan perusahaan,” lanjut Hanafi.
“Karenanya, konsep Safety Culture ini harus dipahami oleh seluruh insan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasional,” tegas pria yang sebelumnya menjabat sebagai General Manager (GM) UP Suralaya ini.
Mindset
Salah satu pemahaman terkait K3 yang harus dikuasai insan Indonesia Power adalah terdapat hubungan timbal balik antara safety, quality, dan environment. Safety tidak hanya berdampak pada kualitas output, tetapi sebaliknya, kualitas proses juga berdampak pada safety.
Hanafi mengambil sebuah contoh, seorang yang mengganti ban mobil, lalu mengencangkannya secara asal. Dengan kata lain, orang tersebut tidak melakukan proses mengganti ban mobil dengan baik sehingga
bisa menimbulkan risiko terhadap keselamatannya.
“Contoh lainnya, misalnya terjadi suatu ledakan atau kebakaran. Maka, kita harus melihat: bagaimana sistem pemadam kebakaran di tempat itu? Apakah dilakukan pengecekan dan pembersihan secara rutin? Bagaimana dengan desain suspresion-nya?” runut Hanafi
“Semua itu berkaitan dengan kualitas proses sebelum terjadinya ledakan/ kebakaran. Dengan demikian, jika terjadi masalah dengan safety, maka ada masalah juga dengan kualitas prosesnya,” ujar pria kelahiran Sidoarjo, 21 Maret 1970 ini.
Selain itu, pemahaman terhadap K3 juga harus dimulai dengan kemampuan dan kemauan dari setiap insan
perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengelola “near miss”. Ada dua hal terkait near miss, yakni unsafe condition dan unsafe action. Unsafe condition adalah kondisi fisik yang berpotensi menimbulkan bahaya/ kecelakaan. Misalnya saja, lantai yang licin, peralatan yang sudah tidak layak pakai, atau paparan bising. Sedangkan, unsafe action adalah perilaku pekerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja atau bentuk pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang telah ditetapkan sehingga menimbulkan potensi bahaya/kecelakaan.
“Unsafe action ini, misalnya saja, menggunakan ponsel di area hydrogen plant. Baik unsafe condition maupun unsafe action, dimulai dari kebiasaan-kebiasaan sehingga mindset-nya lah yang harus dibangun. Jangan pernah meremehkan hal sekecil apa pun. Kebiasaan meremehkan hal-hal kecil membuat kita menjadi tidak sensitif dan tidak peka,” jelas Hanafi. Kepercayaan
Manakala mindset K3 sudah terbangun, akan tumbuh kepedulian dan kepekaan dalam diri setiap insan Indonesia Power. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, memang tidaklah mudah. Diakui Hanafi, membangun mindset memang merupakan tugas besar bagi seorang pemimpin.
“Kami terus membangun, men-drill, dan mengasah kompetensi K3. Learning is never ending. Kami pun melakukan beragam upaya peningkatan K3. Kami dudukkan safety sebagai dasar sehingga kami harus memiliki dasar yang kuat,” ujar Hanafi. Dengan safety culture yang kuat, diharapkan mampu mendorong produktivitas dan tercapainya zero accident. Di sisi lain, safety culture yang kuat akan meningkatkan kepercayaan mitra, stakeholder, ataupun pemegang saham kepada Indonesia Power.
“Safety First, but Safety Culture is a Must!” tutup Hanafi.
PERLENGKAPAN FIRE FIGHTING
*)
SERTIFIKASI PERALATAN & PERSONEL SESUAI REGULASI
*)
SLO
130
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. In odio elit, accumsan id lectus ut, egestas mollis justo. Praesent maximus, elit vel pretium ornare, dui arcu egestas ligula, a rutrumaugue ante id libero.tempus in euismod ut, scelerisque non arcu.
INST RU CTIONS
JUMLAH APAR (Buah)
7.419
MOBIL DAMKAR (Unit)
18
MOBIL AMBULANCE (Unit)
13
Ada Dua Hal Terkait
NEAR MISS
Unsafe
Condition
Unsafe Action
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
atau Safety Culture mencakup tiga hal utama
Knowledge/Pengetahuan tentang K3
Mindset Kecepatan Respon
Ahli K3 Umum
81
Ahli K3 Konstruksi5
Ahli K3 Kebakaran (Kelas B)115
Ahli K3 Listrik59
Ahli K3 Kebakaran (Kelas C)224
Ahli K3 Kimia19
Ahli K3 Kebakaran (Kelas A)26
Ahli K3 Kebakaran (Kelas D)621
Ahli K3 Pesawat Angkat Angkut38
infografis
beranda
S
etiap tahun insan Indonesia Power diminta untuk menandatangani lembar pernyataan Komitmen Kepatuhan terhadap Code of Conduct (COC) atau Pedoman Etika Perusahaan. Kendati demikian, tak jarang pegawai yang masih bertanya tentang manfaat dari penandatanganan Komitmen COC tersebut. Sebenarnya, penandatanganan ini bukanlah hal yang sulit. Pegawai hanya diminta untuk membaca, memahami, dan menandatangani komitmen tersebut. Pertanyaannya adalah: mengapa harus ditandatangani dan harus dilakukan setiap tahun?untuk patuh dan bertindak sesuai dengan etika perusahaan. Kepatuhan tersebut dibangun atas dasar kejujuran dan kerelaan sehingga segala
sesuatunya menjadi terasa mudah dan menyenangkan bagi Pegawai.
Dengan menandatangani komitmen, berarti pegawai tersebut telah berjanji untuk patuh terhadap COC Indonesia Power. Komitmen akan mendorong rasa percaya diri dan semangat kerja untuk menuju perubahan ke arah yang lebih baik. Komitmen ini mudah diucapkan, tetapi lebih sulit untuk dilaksanakan.
membaca dan memahami COC sebelum menandatanganinya. Dengan membaca setiap tahun, pegawai diharapkan akan hapal dan lebih paham sehingga mudah mengamalkannya dalam pekerjaan sehari-hari.
Panduan
COC itu sendiri merupakan sekumpulan komitmen yang disusun untuk
memengaruhi, membentuk, mengatur, dan melakukan kesesuaian tingkah laku sehingga tercapai perilaku yang konsisten yang sesuai dengan budaya perusahaan dalam mencapai visi dan misinya. COC berisi 13 prinsip dasar berkenaan dengan etika bisnis dan etika kerja pegawai yang dapat menjadi panduan bagi pegawai dalam bersikap terhadap stakeholder. COC berlaku untuk seluruh individu yang bertindak untuk dan atas nama PT Indonesia Power, anak perusahaan, afiliasi di bawah pengendalian pemegang saham, serta seluruh stakeholder perusahaan yang melakukan transaksi bisnis dengan perusahaan.
Jadi, sudah tidak ragu lagi untuk tanda tangan kan?
Sudah saatnya, kita selalu berkomitmen. Hanya dengan komitmen, seseorang mempunyai keteguhan jiwa, stabilitas sosial tinggi, toleransi, mampu bertahan pada masa sulit, serta tidak mudah terprovokasi.
Dengan menandatangani komitmen, berarti pegawai
tersebut telah berjanji untuk patuh terhadap COC
Indonesia Power. Komitmen akan mendorong rasa
percaya diri dan semangat kerja untuk menuju
perubahan ke arah yang lebih baik. Komitmen ini
mudah diucapkan, tetapi lebih sulit untuk dilaksanakan.
Komitmen
Komitmen kepatuhan terhadap COC merupakan janji pegawai, baik pada diri sendiri maupun kepada perusahaan, yang tercermin dalam sikap dan perbuatan yang menyatakan sanggup
Terkadang, sebagai manusia, kita pun mudah lupa. Untuk itu, perusahaan meminta seluruh pegawai untuk mengulang janjinya setiap tahun. Karenanya, dalam lembar komitmen, tertulis bahwa setiap pegawai wajib
Konsisten Menjaga
Komitmen Code Of Conduct
Code of Conduct (COC) itu sendiri merupakan sekumpulan
komitmen yang disusun untuk memengaruhi, membentuk,
mengatur, dan melakukan kesesuaian tingkah laku.
S
alah satu cara menjaga kesehatan adalah dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti mengatur pola makan sehat dan berolahraga secara rutin. Karena saya hobi bersepeda, jogging, atau futsal, saya selalu luangkan waktu 1—2 jam untuk berolahraga setiap hari.Memang, terkadang rasa malas datang dan inilah tantangannya. Tantangan lainnya adalah gaya hidup dan pergaulan yang sering membuat saya harus mengonsumsi makanan ataupun melakukan kegiatan yang kurang sehat. Namun, semua itu bisa diatasi dengan kedisiplinan diri.
Saya berharap seluruh pegawai— terutama di UJP PLTU Jeranjang, termasuk saya—bisa menjalani pola hidup sehat secara konsisten. Dengan begitu, bisa mendorong peningkatan produktivitas sekaligus menurunkan tren penyakit yang diakibatkan pola hidup tak sehat.
H
idup sehat itu sangat penting karena hanya dengan kesehatan yang prima, seorang karyawan bisa berkontribusi maksimal bagi perusahaan. Karena itu, saya selalu menjaga kebugaran tubuh dengan cara konsisten dalam berolahraga. Selain itu, saya juga menjalani “eat clean”, seperti mengurangi makanan tinggi kolesterol dan memperbanyak asupan sayur dan buah.Saya bersyukur sekali, perusahaan menyediakan fasilitas fitness center di UP Semarang. Jadi, saya selalu luangkan waktu 30—45 menit selepas jam kantor untuk ber-treadmill. Kami pun sudah membentuk Tambak Lorok Fitness Club dengan kegiatan rutin senam zumba, yoga, dan taebo setiap minggunya.
Melalui komunitas ini, kami selalu mengajak teman-teman di sini untuk mengikuti senam setiap jumat dan berolahraga di fitness center. Dengan cara ini, diharapkan, seluruh pegawai bisa selalu bugar, fit, dan sehat jasmani/rohani sehingga mampu memberikan usaha terbaik bagi perusahaan dan keluarga.
Sehat
Dimulai
dari Diri
Sendiri
Kesehatan merupakan
elemen penting yang dapat
menunjang kinerja dan
produktivitas. Karenanya,
kesehatan hendaknya
menjadi perhatian setiap
insan Indonesia Power.
Hanya dengan tubuh
yang sehat, seorang
karyawan dapat mencapai
kinerja optimal yang akan
berdampak positif terhadap
kinerja perusahaan. Untuk
itu, sehat harus dimulai
dari diri sendiri. Seperti
halnya, kedua insan
Indonesia Power berikut ini
yang senantiasa menjaga
kesehatan tubuhnya.
Imam
Subakti
ManajerUnit PLTU Jeranjang
Retno
Wulandari
Ahli Muda Community UP SemarangUlfa Milany
Ahli GCG dan Informasi Korporat Indonesia Power
manajemen
opini
JAJARAN DIREKSI BARU
Dari kiri ke kanan:
Direktur Keuangan, Hudiono; Plt. Direktur Operasi I, Muh. Hanafi Nur Rifa’i;
Direktur Utama, Sripeni Inten Cahyani;Direktur Pengembangan dan Niaga, Adi Supriono;
liputan khusus
liputan khusus
M
embangun budaya safetybukan sebatas mengenalkan kaidah-kaidah safety kepada pegawai. Melainkan, menjadikan safety “buy in” dalam diri setiap pegawai. Divisi K3L PT PLN (Persero) pun secara konsisten mengajak dan menyentuh setiap pegawai agar dapat senantiasa berpikir dan berperilaku safety. Hal tersebut dipaparkan KDIV K3L PT PLN (Persero), Jurlian Sitanggang, dalam sebuah sesi wawancara dengan Tim Redaksi Inpower, berikut ini.
Bagaimana PT PLN (Persero) menempatkan aspek safety dalam menjalankan usaha sebagai penyedia produk dan jasa ketenagalistrikan?
Sebagai BUMN terbesar dengan cakupan wilayah operasi dari
Jurlian Sitanggang:
Membangun
Budaya Safety, Menuju
World Class Company
Membangun Budaya Safety ini memang membutuhkan proses dan
keterlibatan semua pihak.
Sabang sampai Merauke, kami (PLN) mempunyai cita-cita untuk menjadi Pusat Rujukan di bidang safety dan juga empowerment. Artinya, PLN dapat hadir sebagai role model di bidang safety atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Disamping itu, PLN juga mempunyai visi menjadi World Class Company (WCC). Untuk bisa menjadi perusahaan kelas dunia, kami pun harus membangun Budaya Safety yang memenuhi standar kelas dunia atau yang disebut dengan World Class Safety Culture.
Memang, kami akui, mewujudkan mimpi tersebut tidak mudah. Kami tidak bisa melakukannya sendiri, tetapi harus mengajak semua pihak dari
semua bidang dan semua lini, karena safety itu ada di semua proses bisnis. Kaidah-kaidah safety harus diikuti di setiap proses bisnis yang berlangsung di perusahaan.
Apa yang menjadi tantangan dalam mewujudkan mimpi tersebut?
Membangun Budaya Safety ini memang membutuhkan proses dan keterlibatan semua pihak. Tantangan terbesar adalah faktor manusia. Dalam hal ini, cara berpikir (mindset) mereka terhadap safety.
Tak sedikit yang berpikir bahwa safety ini adalah tugasnya safety officer, yaitu kami yang berada di Divisi K3L. Padahal, justru safety itu harus ada di setiap proses bisnis. Pemilik proses bisnis adalah pemeran utamanya. Tugas kami lebih kepada memfasilitasi kebutuhannya akan safety, mulai dari aspek kompetensi, sistem, budaya, hingga pembinaan.
Pandangan keliru lainnya terhadap safety adalah bahwa “safety adalah biaya”. Jika kita melihat dalam jangka pendek, mungkin iya. Namun, kalau safety ini bisa terbangun menjadi sebuah budaya dengan pondasi yang kuat, tidaklah demikian.
Hal ini sudah dibuktikan oleh sebuah perusahaan aluminium asal AS, ALCOA. Sang CEO, Paul O’Neill, sangat concern dengan safety. Dengan membangun dan memperbaiki budaya safety di perusahaannya, ALCOA berhasil mencapai semua aspek kinerja dengan baik. Mulai dari efisiensi, mutu, produktivitas, hingga reliability, yang berujung pada pendapatan perusahaan yang semakin baik. Artinya, perusahaan yang terbangun budaya safety-nya dan telah menjadi core competency-nya, maka tumbuh rasa memiliki dari setiap pegawainya. Dengan begitu, ada keterlibatan dari setiap pegawai. Inilah—yang dalam Budaya Safety—disebut dengan istilah “Employee Involvement & Ownership”.
Tak sedikit yang berpikir
bahwa safety ini adalah
tugasnya safety officer, yaitu
kami yang berada di Divisi
K3L. Padahal, justru safety
itu harus ada di setiap proses
bisnis.
KDIV K3L PT PLN (Persero)
Lalu, apa langkah dan strategi yang diambil PLN?
Untuk bisa menjadi World Class Safety Culture, ada 5 pilar safety yang kami bangun secara bertahap (lihat infografis).
Ada beberapa strategi yang akan kami lakukan, yaitu membangun budaya, struktur, sistem, dan kompetensi. Kami akan mengubah paradigma tentang safety, seperti membangun keterbukaan. Setiap pemilik proses bisnis harus terbuka dan bicara (speak up) tentang apa yang mereka hadapi dan butuhkan. Kemudian, juga membangun awareness—terutamanya para leader sebagai role model dan pendengar yang baik sehingga mampu menindaklanjuti kebutuhan rekan-rekannya di lapangan.
Dari aspek struktur, kami telah menginisiasi untuk K3L di tingkat unit bisnis akan dimotori oleh seorang Deputy Manager. Saat ini, sudah sampai pada tahap penerbitan SK Direktur HCM. Sedangkan dari aspek sistem, kami akan bangun sistem yang terintegrasi antara semua pemilik proses bisnis dan juga Divisi K3L. Salah satunya, kami akan bentuk starring committee yang melibatkan seluruh fungsi di perusahaan. Dengan demikian, kami akan berjalan bersama. Yang terakhir, dari sisi kompetensi,
kami akan meningkatkan kompetensi pegawai di bidang K3. Dengan cara, bekerja sama dengan Pusdiklat, BLK, universitas, dan juga para vendor.
Hingga saat ini, bagaimana budaya safety di lingkungan PLN maupun PLN Group?
Kami akui, masih perlu terus ditingkatkan. Karenanya, upaya membangun budaya safety ini, baik PLN, Indonesia Power, maupun anak perusahaan PLN lainnya, senantiasa terus dilakukan secara berkelanjutan. Namun secara umum, seperti Indonesia Power, Budaya Safety telah terbangun dengan baik.
Namun, kita memang harus terus mengajak dan menyentuh setiap
Going Beyond Compliance
5 pilar safety PLN
pegawai supaya mereka berpikir tidak hanya membuat “numbers” atau pencapaian, tapi juga
berorientasi pada keselamatan jiwa manusia. Mengajak, menurut saya, merupakan cara yang lebih efektif dan berkelanjutan sehingga mampu meningkatkan awareness pegawai terhadap safety.
Dengan budaya safety yang terbangun dengan pondasi yang kokoh,
diharapkan 3—5 tahun ke depan, ketika orang bertanya tentang safety, maka mereka akan datang kepada kami. Dengan begitu, bisa menambah value kami sebagai perusahaan negara melalui manfaat positif yang kami berikan bagi bangsa dan negeri ini. Visible Senior Management Leadership & Commitment Employee Improvement & Ownership Systemic Integration of Osh and Business
Functions
Data Based Decision Making & Systemn Based Root-Cause
Analysis
liputan khusus
Fokus 2018:
Percepatan Eksekusi AMC dan
Proyek Indonesia Power
Mengawali tahun 2018, Indonesia Power gelar Rapat Koordinasi
(Rakor) Awal Tahun 2018. Dengan mengusung tema “IP AKSI
Turunkan BPP, Percepatan Eksekusi AMC dan Proyek”, Indonesia
Power menyusun langkah dan strategi untuk mencapai target
perusahaan.
Percepatan Eksekusi
Arahan Direktur Keuangan, Hudiono; Direktur Pengembangan Niaga, Adi Supriono; dan Direktur Operasi II, Antonius R.T. Artono, membuka Rakor Awal Tahun 2018. Dalam arahannya, jajaran Direksi berharap melalui kegiatan Rakor, segala rencana korporat dapat tereksekusi dengan baik, dengan langkah yang pasti. Selama dua hari, 22—23 Januari 2017, jajaran senior leader dari seluruh unit kerja mengikuti serangkaian kegiatan Rakor, dengan kegiatan utama Focus Group Discussion
(FGD). Rakor juga diisi dengan paparan materi dari pembicara eksternal, yaitu Lyra Puspa yang memaparkan seputar disruption dan VUCA.
Hadir pula, Kepala Divisi Perencanaan Korporat PT PLN (Persero), Doddy Pangaribuan, yang mengupas seputar sinergi anak perusahaan dalam mendukung PLN Group. Rakor Awal Tahun 2018 ditutup dengan
penandatanganan sejumlah komitmen dan kontrak manajemen oleh seluruh jajaran Direksi dan senior leader di lingkungan Indonesia Power dan Anak Perusahaan.
“Rakor 2018 ini fokus pada eksekusi dari yang telah kita canangkan tahun lalu, yaitu O&M Excellence, Human Capital Excellence, dan Business Development Excellence. Tahun ini, saya juga akan fokus menjadi coaching agar semua tujuan kita dapat tereksekusi dengan baik. Mengingat, proyek-proyek yang tengah dan akan berlangsung sehingga harus dipercepat eksekusi Asset Management Contract (AMC) dan proyek, sesuai dengan tema Rakor tahun ini,” ungkap Direktur Utama, Sripeni Inten Cahyani, menutup kegiatan Rakor Awal Tahun 2018.
Sesi tanya jawab berlangsung selama Rakor
Jajaran Direksi dan Senior Leader mengabadikan momen kebersamaan
Suasana saat diskusi kelompok.
Jajaran Direksi Indonesia Power. Penandatanganan komitmen.
berita
berita
Jakarta, (10/1). Jajaran Komisaris dan Direksi Indonesia Power mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di PT PLN (Persero) Kantor Pusat. Dalam kegiatan tersebut, Indonesia Power memberikan laporan tahun 2017 sekaligus Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2018. Jakarta, (16/1). Indonesia Power UP Suralaya meraih penghargaan Kontribusi SRN dari Menteri LHK. Penghargaan diserahkan dalam ajang Festival 2018 yang digelar di Auditorium Manggalawanabakti.
Jakarta, (11/1). Dirut Indonesia Power, Sripeni Inten Cahyani, membuka Workshop Laporan Keuangan di Indonesia Power Kantor Pusat. Kegiatan yang dihadiri jajaran Eksekutif, Eksekutif Senior, dan Eksekutif Utama ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan RKAP 2018. Denpasar, (16/1). Indonesia Power menginisiasi Kontrak Asset Management Contract (AMC), dari periode satu tahunan menjadi 5 tahunan. Kegiatan berlangsung di UP Bali. Jakarta, (24/1). Indonesia Power melakukan sosialisasi penyampaian Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN). LHKPN disampaikan oleh Pejabat setingkat Eksekutif Senior kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Jakarta, (19/1). Dirut Indonesia Power, Sripeni Inten Cahyani, menandatangani MoU dengan Lanna Resources Public Company. MoU terkait pengembangan IPP serta pertambangan batubara di Muara Jawa.
Jakarta, (25/1).
Mengawali tahun 2018, Indonesia Power melaksanakan serah terima jabatan Direksi. M. Hanafi Nur Rifa’i ditunjuk sebagai Plt. Direktur Operasi I, menggantikan Eri Prabowo. Sementara, Okto Rinaldi mengisi kursi Plt. Direktur SDM & Administrasi menggantikan Pak Roikhan. Jakarta, (30/1). Indonesia Power gelar Workshop ERP Internet Sourcing (iSourcing). Workshop diikuti seluruh pemangku kepentingan di bidang pengadaan spare part dan jasa di seluruh unit.
Jakarta, (2/2). Indonesia Power mengukuhkan kerja sama dengan ITS melalui penandatanganan Perjanjian Ikatan Dinas Program S2 Manajemen Energi ITS. Penandatanganan oleh Plt. Direktur SDM & Administrasi, Okto Rinaldi dan Plt. Direktur Operasi I, M. Hanafi Nur Rifa’i
M
enjaga kelestarian lingkungan telah menjadi salah satu prioritas Indonesia Power dalam menjalankan bisnisnya. Karenanya, Indonesia Power senantiasa melakukan berbagai upaya pelestarian lingkungan. Salah satunya diwujudkan melalui partisipasi aktif UJP PLTU Banten 2 Labuan dalam Program Coastal Clean Up.Komitmen Dunia
Program Coastal Clean Up adalah sebuah kegiatan untuk menjaga kebersihan laut dan pantai yang diinisiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Program ini merupakan salah satu bentuk upaya Pemerintah dalam mendukung komitmen dunia untuk
Coastal Clean Up,
Bebaskan Lingkungan
dari Sampah
Program Coastal Clean Up adalah sebuah kegiatan untuk menjaga
kebersihan laut dan pantai yang diinisiasi oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
mengurangi sampah plastik sebesar 70% pada tahun 2025 mendatang. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah menjaga kelestarian lingkungan pantai dan biota laut.
Bagi Indonesia Power, khususnya UJP PLTU Banten 2 Labuan (PLTU Labuan), Program Coastal Clean Up sejalan dengan misi perusahaan, yakni “menyelenggarakan bisnis pembangkit tenaga listrik yang bersahabat dengan lingkungan”. Karenanya, peran serta PLTU Labuan dalam program tersebut menjadi wujud komitmen perusahaan terhadap lingkungan.
Melalui program ini, PLTU Labuan turut aktif dalam membersihkan pantai dan laut dari sampah. Selain itu, bentuk dukungan PLTU Labuan terhadap program ini juga diwujudkan melalui
penyaluran bantuan berupa sarana kebersihan.
Keandalan Unit
Kebersihan pantai dan laut tak hanya memberikan manfaat bagi kelestarian biota laut dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Melainkan, juga memberikan manfaat positif bagi perusahaan.
Sebagai perusahaan pembangkitan tenaga listrik yang sebagian besar unitnya berada di daerah pesisir pantai, kebersihan pantai dan laut juga akan memberikan dampak positif bagi keandalan operasional pembangkit. Di mana, dalam operasionalnya, unit pembangkit membutuhkan air laut sebagai sumber air pendingin.
Keandalan mesin pembangkit akan sangat dipengaruhi oleh kebersihan air laut. Karenanya, kontaminasi sampah—terutama sampah plastik akan menghambat operasional mesin pembangkit. Sampah plastik dapat menyumbat saluran pendingin dan menurunkan kapasitas pembangkit. Dengan demikian, laut yang terbebas dari sampah plastik akan sangat mendukung PLTU Labuan dalam menyediakan pasokan listrik yang aman, andal, dan efisien bagi masyarakat. “Kewajiban kami menjaga lingkungan, bukan hanya untuk kelancaran operasional unit, melainkan untuk kepentingan seluruh masyarakat,” tegas Manajer Administrasi UJP PLTU Banten 2 Labuan, M. Syuhada.
“Karena itu, saya mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan kepedulian dan menjaga lingkungan laut agar tetap bersih dan terbebas dari pencemaran. Karena, itu merupakan tugas kita bersama,” pungkas Syuhada.
Jakarta, (8/2). Dirut Indonesia Power, Sripeni Inten Cahyani menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Gatrik UI. Seminar yang berlangsung dalam ajang National Electrical Summit 2018 (NEST) ini digelar di Auditorium MRPQ Departemen Teknik Elektro FTUI.
Jakarta, (5/2). Indonesia Power melaksanakan sertijab GM UP Suralaya, dari M. Hanafi Nur Rifa’i (Plt. Dirop 1) kepada Amlan Nawir, yang sebelumnya menjabat Dirop Cogindo DayaBersama. Sertijab disaksikan Dirut Indonesia Power, Sripeni Inten Cahyani dan Plt Dirsdm, Okto Rinaldi.
berita
Jakarta, (9/2). Sebagai langkah nyata dalam mengembangkan pembangkit EBT, Dirut Indonesia Power, Sripeni Inten Cahyani menandatangani MoU dengan Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan PT PP, Luqman Hidayat.
Bandung, (21/1). Untuk mengantarkan Dirop I (Eri Prabowo) yang tugas karya ke PT PLN (Persero) dan Dirsdm & Administrasi (Roikhan) yang memasuki masa purnabakti, Indonesia Power gelar farewell ceremony. Kegiatan yang berlangsung di Sheraton Hotel Bandung tersebut diliputi kehangatan suasana kekeluargaan.
profil
Filosofi Safety
Safety memiliki peran dan makna yang sangat penting dalam dunia kerja. Tak terkecuali, dunia pembangkitan. Untuk itu, setiap pegawai haruslah memahami seluk beluk safety sebelum dirinya terjun dalam aktivitas.
Mengingat, secara filosofi dan keilmuan, safety adalah suatu pemikiran atau upaya untuk melindungi, menjamin kesempurnaan (baik jasmani maupun rohani) pekerja/ masyarakat dan peralatan (resources) dalam upaya
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Selaku Manajer K3, Mutu, Lingkungan dan Sipil Indonesia Power UP Suralaya, Hadi Susanto menegaskan bahwa setiap pekerja berhak untuk mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melaksanakan pekerjaannya. Begitu pun dengan setiap orang yang berada di tempat
kerja, harus terjamin keselamatannya.
Hadi Susanto:
“Safety
Tetap Nomor
Satu, Safety
Tidak Ada
Kompromi”
Hal itulah yang selalu ditekankan Hadi Susanto
kepada seluruh insan Indonesia Power, khususnya
di lingkungan UP Suralaya, dalam setiap
kesempatan. Karenanya, safety haruslah menjadi
budaya yang melekat kuat dalam diri setiap
pegawai.
“Kami (UP Suralaya), secara konsisten, menerapkan safety/K3 sesuai dengan regulasi dan kebijakan perusahaan. Karena memang, penerapan K3 ini membutuhkan keuletan, kesadaran, dan pemahaman terkait safety dari setiap individu,” papar pria kelahiran Surabaya, 6 September 1970 ini. Hadi menuturkan bahwa implementasi safety/K3 mencakup sejumlah elemen. Elemen yang paling utama adalah komitmen dan konsistensi dari setiap pegawai untuk melaksanakan K3. Elemen berikutnya adalah selalu taat APD dan mengidentifikasi risiko yang timbul sebelum memulai aktivitas. Penerapan K3 juga harus sesuai dan taat pada peraturan, kebijakan, dan tanda-tanda peringatan serta SOP yang telah ditetapkan. “Jika kita belum memahami dengan baik, mintalah pendampingan setiap akan menjalankan aktivitas,” jelas Hadi. “Yang tak kalah penting, perbaikan secara berkelanjutan (continuous improvement) untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi,” lanjutnya. Hadi menambahkan bahwa khusus di UP Suralaya, setiap minggunya secara rutin melaksanakan Manajemen Patrol dan Jumat Bersih. Keduanya merupakan wujud komitmen manajemen terkait safety dan 5S.
Peduli & Sadar Safety
Diakui Hadi, membangun budaya safety memang tidak mudah.
Tantangan utamanya adalah pola pikir (mindset) dari individu yang belum sepenuhnya memahami tentang safety. Di mana, masih banyak yang memahami safety secara parsial, tidak secara holistik.
“Sebagai contoh, masih ada yang menganggap bahwa safety adalah urusan Bidang K3. Padahal, safety melekat pada jiwa atau setiap individu. Safety harus dipahami dan dilaksanakan oleh setiap pemilik proses bisnis,” jelas pria yang hobi berolahraga dan bermusik ini. Tantangan lainnya adalah mengajak mitra kerja untuk
bersama-sama menerapkan safety dalam setiap aktivitas. “Untuk itu, kami tidak pernah berhenti untuk
Tantangan lainnya adalah
mengajak mitra kerja untuk
bersama-sama menerapkan
safety dalam setiap
aktivitas. “Untuk itu, kami
tidak pernah berhenti untuk
mengampanyekan segala
hal terkait sadar safety.”
Manajer K3, Mutu, Lingkungan dan Sipil
Indonesia Power UP Suralaya
Hadi Susanto
mengampanyekan segala hal terkait sadar safety,” imbuh Hadi.
Hal lain yang selalu ditekankan kepada seluruh insan UP Suralaya adalah agar selalu peduli safety. Insan UP Suralaya juga diharapkan dapat segera mengambil tindakan atau berkoordinasi dengan Bidang K3 jika melihat potensi risiko (near miss), baik kondisi near miss karena perilaku maupun lingkungan kerja. Hal tersebut guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Dengan peduli dan sadar safety, diharapkan dapat mewujudkan lingkungan kerja yang aman dan nyaman sehingga terjamin keselamatan dari setiap individu yang berada di lingkungan tersebut.
Filosofi Safety
Upaya untuk melindungi, menjamin kesempurnaan (baik jasmani maupun rohani) pekerja/ masyarakat dan peralatan (resources) dalam upaya mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Peduli & Sadar Safety
Melekat pada jiwa atau setiap individu serta harus dipahami dan dilaksanakan oleh setiap pemilik proses bisnis.
berita
PEMENANG LOMBA KEBERSIHAN
UNIT PEMBANGKIT INDONESIA POWER
PEMENANG
LOMBA CERDAS CERMAT K3 2018
KATEGORI NAMA UNIT
PLTU Terbaik UJP Banten 3 Lontar
PLTU Favorit < 1000 MW UJP Barru
Non-PLTU Terbaik UP Bali
Non-PLTU Favorit UPJP Kamojang
KATEGORI NAMA UNIT
Juara I UPJP Priok
Juara II UJP Barru
Juara III UJP Banten 1 Suralaya
Juara Yel-Yel UJP Pangkalan Susu
berita
Bulan K3 Nasional:
Perkuat Budaya K3 Perusahaan
Selama satu bulan penuh, 12 Januari—12 Februari 2018,
Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diperingati secara
serentak di seluruh Indonesia. Tak terkecuali, Indonesia Power
yang memperingati Bulan K3 dengan menggelar rangkaian
kegiatan bertema K3.
Unik
Membuka peringatan Bulan K3 Nasional, Indonesia Power melaksanakan upacara, tepat pada 12 Januari. Ada yang berbeda dan unik dengan upacara tahun ini. Untuk pertama kalinya, upacara berlangsung di dalam ruang serbaguna dikarenakan tengah turun hujan.
Namun, hujan tak menyurutkan semangat jajaran Direksi dan seluruh insan Indonesia Power untuk mengikuti upacara. “Saya mendukung penuh program K3 untuk dapat dioptimalkan dan dikembangkan guna peningkatan kualitas serta dalam rangka mewujudkan GO90 Pembangkit yang aman, bersih, hijau, andal, dan
efisien,” ujar Direktur Utama, Sripeni Inten Cahyani, selaku inspektur upacara.
Peringatan Bulan K3 juga diisi dengan serangkaian kegiatan. Di antaranya, Lomba Cerdas Cermat K3 yang diikuti 20 tim perwakilan dari seluruh unit Indonesia Power dan Lomba Kebersihan Unit Pembangkit Indonesia Power.Selain itu, juga dilaksanakan berbagai workshop yang mengusung tema K3 di beberapa unit Indonesia Power. Peringatan Bulan K3 diharapkan dapat memperkuat Budaya K3 di lingkungan Indonesia Power. Dengan Budaya K3 yang mengakar kuat, dapat mendorong terbentuknya bangsa yang berkarakter.
Plt. Direktur Operasi I, M. Hanafi Nur Rifai, membuka Lomba Cerdas Cermat K3
Cerdas Cermat diikuti 20 tim perwakilan dari seluruh unit.
Penampilan peserta mampu mencairkan suasana. Diskusi tim saat berlangsung cerdas cermat Hujan tak menyurutkan semangat untuk mengikuti upacara.