• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pembelajaran 3. Evaluasi Fisik dan Kimia Evaluasi Fisik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proses Pembelajaran 3. Evaluasi Fisik dan Kimia Evaluasi Fisik"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Proses Pembelajaran 3.

Evaluasi Fisik dan Kimia

Pada kegiatan belajar 3 ini anda akan (1) mengetahui bagaimana melakukan evaluasi bahan makanan secara fisik dan kimiawi dan (2) membedakan bahan makanan yang berkualitas hanya dengan melihat bahan pakan tersebut. Melalui Pengetahuan tersebut diharapkan anda tidak tertipu ketika membeli bahan pakan dan tidak keliru ketika menggunakan bahan pakan dalam memberikan dan mebuat ransum

2.1. Evaluasi Fisik

Secara alamiah, unggas menkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisinya. Kebutuhan terbesar dari unggas adalah untuk memenuhi kebutuhan akan energi. Di alam ternak unggas dapat secara bebas mencari sumber pakannya. Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa ternak unggas dapat memilih pakan atau bahan pakan untuk dikonsumsi dengan memperhatikan keseimbangan nutrisi. Ada beberapa mekanisme ternak unggas melakukan seleksi terhadap bahan pakan yang akan dikonsumsi. Pertama, ternak unggas melakukan metoda coba – coba. Untuk melakukan hal ini, ternak unggas menggunakan organ tubuhnya, seperti penglihatan, penciuman dan rasa. Ketika ternak unggas mendapatkan bahan pakan yang memiliki rasa yang tidak baik, ternak unggas akan cenderung mengurangi konsumsi pakan. Kedua, ternak unggas belajar dari induknya atau teman kelompoknya. Di alam, ternak unggas cenderung melakukan aktifitas keompok. Dalam kondisi tersebut, ternak unggas akan belajar mendapatkan bahan pakan yang cocok teman kelompoknya.

Perilaku makan adalah hal penting dipelajari dalam mengevaluasi bahan pakan. Ini dapat membantu peternak dan pekerja dalam menemukan bahan pakan yang baru yang belum digunakan secara meluas dalam industri pakan ternak. Pada kondisi dialam bebas, ternak unggas mungkin berhadapan dengan beragam pilihan bahan pakan yang beberapa diantara bahan pakan tersebut mengandung nutrisi yang cukup dan cocok. Akan tetapi karena kekurangan penelitian dalam menemukan bahan pakan yang baru, banyak bahan pakan yang terdapat dialam dengan kualitas baik menjadi tidak termanfaatkan. Karena itu, industri pakan unggas terus menggunakan bahan pakan konvensional seperti: jagung dan kacang kedele. Dampak dari kondisi tersebut adalah harga bahan pakan konvensional yang terus naik dan ketersediaan yang semakin sulit diperoleh. Karena itu, penelitian terhadap bahan pakan alternatif atau yang masih baru harus terus dilakukan karena sangat bermanfaat. Banyak metode tentang evaluasi bahan pakan yang telah

(2)

diperkenalkan akan tetapi metode - metode tersebut hanya berfokus pada satu jenis nutrisi, seperti evaluasi protein pakan dan evaluasi energi pakan. Adalah penting untuk mengembangkan sebuah metode atau model dalam meneliti kandungan nutrisi dari bahan pakan yang baru secara umum. Model tersebut harus praktis dalam segala kondisi baik untuk peternak, untuk mahasiswa atau peneliti dan metode tersebut harus meliputi evaluasi bahan pakan pada aspek yang paling dasar.

Paling tidak ada empat tahapan yang penting yang harus dilakukan dalam mengevaluasi bahan pakan yakni: evaluasi fisik, analisis di laboratorium, uji coba lapang dan uji kecernaan.

Evaluasi bahan pakan merupakan hal yang sangat menentukan dalam industri pakan ternak atau industri peternakan secara umum. Bahan pakan harus diuji terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Kegagalan mengevaluasi bahan pakan akan berakibat fatal karena biaya terbesar dalam industri perunggasan adalah biaya pakan yang mencapai 50-70% dari total biaya produksi. Ada beragam evaluasi bahan pakan yang dapat dilakukan dan setiap evaluasi bahan pakan akan memberikan informasi yang berbeda. Paling tidak ada empat tahapan yang penting yang harus dilakukan dalam mengevaluasi bahan pakan yakni: evaluasi fisik, analisis di laboratorium, uji coba lapang dan uji kecernaan.

Pentingnya evaluasi bahan pakan didasrkan pada fakta bahwa bahan pakan yang sama sering memiliki kualitas yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena:

1. Variasi alam. Bahan pakan yang diperoleh dari tempat dengan tempat yang lain sering mengandung nutrisi secara berbeda. Variasi ini biasanya berkisar 10%.

2. Pengolahan. Perbedaan pengolahan dalam meproduksi bahan pakan akan mempengaruhi kualitas bahan pakan tersebut. Metode ekstraksi minyak dengan menggunakan pelarut solven akan menghasilkan kandungan nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan mesin ekspeller.

3. Pencampuran. Bahan pakan yang berkualitas baik biasanya diplasukan dengan cara mencampur dengan bahan pakan yang berkualitas rendah. Pencampuran ini dilakukan dengan bahan pakan yang sama dari aspek warna dan ukurannya.

4. Penyimpanan. Penyimpanan dapat menurunkan kualitas pakan akibat dari kontaminasi mikroorganisme terutama jamur. Bahan pakan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur. Penyimpanan yang kuran baik juga akan menyebabkan terjadinya oksidasi lemak dan

(3)

dapat menyebabkan ketengikan. Bau dari bahan pakan dapat berubah jika bahan pakan tersebut disimpan berdekatan dengan bahan kimia yang berbau kuat.

Evaluasi bahan pakan secara fisik yakni dengan melihat kondisi pakan secara langsung. Pengamatan fisik ini penting dilakukan untuk mendapatkan informasi awal yang lebih cepat. Hal penting yang perlu diamati adalah warna, bentuk fisik, bau, dan tekstur. Pengamatan tentang kualitas fisik ini dapat dilakukan tanpa alat bantu dengan menggunakan panca indera atau dengan menggunakan alat bantu. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi bahan pakan secara fisik, antara lain:

2.1.1. Perubahan warna

Bahan pakan yang telah berubah warna baik sebagain atau seluruhnya menunjukkan bahwa bahan pakan tersebut telah mengalami penurunan kualitas. Perubahan warna tersebut dapat diakibatkan oleh terjadi kontaminasi dengan bahan lain. Kontaminasi ini dapat dilakukan secara sengaja ataupun tidak. Penambahan bahan – bahan lain dengan tujuan – tujuan ekonomis sering dilakukan, misalnya penambahan sekam padi giling kedalam dedak padi atau penambahan batu bata halus kedalam tepung ikan. Produsen sengaja melakukan kontaminasi ini untuk mendapatkan keuntungan ekonomi. Kontaminasi yang tidak disengaja adalah kontaminasi bahan pakan dengan jamur akibat dari metode penyimpanan yang tidak baik. Pertumbuhan jamur akan merubah warna bahan pakan. Perubahan warna juga mengindikasikan bahwa bahan pakan mungkin mengalami pemansan yang berlebihan. Pemanasan yang berlebihan ditandai dengan adanya warna kecoklatan yang sangat tua akibat terjadinya reaksi Maillard. Reaksi antara karbohidrat sederhana dan asam amino ini akan menghasilkan produk Maillard yang sulit dicerna.

2.1.2. Perubahan bulk densitas

Perubahan bulk densitas dapat diketahui dengan menggunakan alat bantu baik tabung atau kontainer dan timbangan. Perbedaan bulk densitas dapat dijadikan indikasi telah terjadinya kontaminasi bahan pakan. Pengujian fisik dengan menggunakan alat bantu tersebut dikategorikan sebagai pengujian fisik kuantitatif. Tanpa alat bantu, pengukuran bulk densitas dapat dilakukan dengan menaksir bobot bahan pakan dalam sekarung.

(4)

Perubahan bau dapat dijadikan pedoman dalam mengevaluasi bahan pakan. Perubahan bau mengindikasikan bahwa bahan pakan tersebut telah mengalami pemanasan yang berlebihan. Ini ditandai dengan adanya bau seperti benda terbakar. Bahan pakan yang telah mengalami fermentasi juga akan menimbulkan bau yang menyengat sedangkan bahan pakan yang telah mengalami oksidasi, terutama oksidasi lemak, akan menimbulkan bau tengik. Perbedaan rasa juga dapat digunakan untuk evaluasi secara fisik, perbedaan rasa dari tawar ke asin atau pahit menunjukkan bahwa pakan tersebut mungkin telah terkontaminasi atau telah mengalami fermentasi.

2.2. Evaluasi Kimia

Evaluasi kimia dimaksudkan untuk mengetahui kandungan nutrisi bahan pakan dan kandungan antinutrisi serta racun yang terdapat dalam bahan pakan. Bahan pakan yang berasal dari klas tanaman yang sama mungkin mengandung nutrisi yang berbeda, bahkan bahan pakan yang berasal dari spesies yang sama juga menunjukkan profil nutrisi yang berbeda. Kandungan anti nutrisi dan racun juga perlu dideteksi untuk dijadikan panduan dalam penyusunan ransum. Bahan pakan yang mengandung anti nutrisi yang tinggi dan racun harus dihindari penggunaannya dalam konsentrasi yang besar karena secara teoritis dapat menekan pertumbuhan dan produksi bahkan dapat menyebabkan kematian.

Informasi tentang standard kebutuhan nutrisi unggas telah dipublikasikan diberbagai hasil penelitian. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari produksi unggas, pemberian pakan unggas harus mengacu pada rekomendasi nutrisi secara tepat. Ini dapat dilakukan jika bahan pakan yang digunakan telah dievaluasi kandungan nutrisinya. Mengambil informasi profil nutrisi dari satu bahan pakan dengan referense yang ada sering menimbulkan kegagagalan karena asal bahan pakan yang digunakan berbeda sehingga profil nutrisinya dapat berbeda.

Sangat umum bahwa projek penelitian dimulai dari penelitian yang dilakukan di laboratorium dengan menganalisis kandungan nutrisi. Karena tujuan utama dari evaluasi bahan pakan di laboratorium adalah untuk menentukan kualitas bahan pakan dengan melihat kandungan nutrisinya. Ini berarti bahwa kandungan nutrisi dari satu bahan pakan sangat bermanfaat untuk mengetahui kecocokan dari satu bahan pakan dalam hubungannya dengan kebutuhan nutrisi oleh ternak unggas. Ketika representatif sampel bahan pakan diuji secara kimiawi, prediksi yang

(5)

akurat dapat dibuat karena kebutuhan nutrisi dari ternak unggas ditentukan dengan menggunakan pengujian bahan pakan secara kimiawi.

Kegiatan analisis nutrisi bahan pakan telah dilakukan selama lebih dari satu abad setelah Weende, ilmuwan berkebangsaan Jerman mengembangkan metode analisis yang umum dikenal dengan nama analisis weende atau analisis proksimat. Pada metode ini bahan pakan yang dianalisis memiliki enam fraksi nutrisi yakni: kadar air, abu, protein kasar, serat kasar, ether ekstract dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Kandungan protein yang diperoleh dalam metode ini didasarkan pada kandungan nitrogen yang dikali dengan angka 6,25. Sangat mungkin, Nitrogen yang diidentifikasi bukan berasal dari protein murni tetapi berasal dari non-protein nitrogen (NPN). Karena itu analisis lebih lanjut harus dilakukan untuk mengidentifikasi dari setiap fraksi yang diperoleh dalam analisis proksimat tersebut. Metode Williams (1982) digunakan untuk mengidentifikasi kandungan asam amino dan metode Uppsala digunakan untuk mengindentifikasi karbohidrat secara lebih spesifik menjadi polisakarida bukan pati. Adalah sebuah fakta bahwa poultry hanya dapat memanfaatkan komponen nitrogen dalam bentuk protein murni atau asam amino. Karena alasan tersebut maka informasi tentang protein kasar dan serat kasar tidak terlalu bermanfaat besar dalam menentukan kualitas bahan pakan.

Banyak mesin yang terbaru dan canggih telah ditemukan dan metode yang lebih akurat telah diperkenalkan sehingga identifikasi nutrisi dalam bahan pakan semakin akurat, semakin detail dan semakin cepat. Karena itu, identifikasi nutrisi berdasarkan 6 fraksi seperti yang diperkenalkan oleh Weende tidak cukup banyak bermanfaat dalam meneliti pengaruh nutrisi terhadap produksi ternak unggas. Tanpa informasi yang lebih spesifik dan lebih detail sangat sulit menduga perlakuan yang tepat untuk meningkatkan kualitas satu bahan pakan.

Inti Sari

Evaluasi fisik bahan makanan dimaksudkan untuk mengetahui kualitas bahan makanan dengan menggunakan indra yang ada. Hal ini dlakukan dengan meencermati bau dan rasa serta mengukur bulk densitas. Evaluasi bahan pakan secara fisik adalah evaluasi yang pertama – tama dilakukan. Evaluasi kimia adalah evaluasi bahan pakan yang selanjutnya dilakukan untuk mengetahui kandungan nutrisi bahan pakan.

(6)

1. Apa yang terjadi jika bahan pakan yang anda temukan telah berubah warnanya dari yang biasanya ?

2. Apa yang dimaksud dengan bulk densitas ?

3. Apa yang terjadi jika bahan pakan telah berubah baunya ? 4. Mengapa evaluasi kimia penting dilakukan ?

Referensi

Dokumen terkait

Setelah bercermin pada hasil analisis serta refleksi pada pelaksanaan siklus II, maka pe- laksanaan tindakan kelas ini dilanjutkan pada siklus selanjutnya yaitu siklus

Dalam penelitian Cotton & Hart dalam Comcare (2008:11) menemukan bahwa iklim organisasi sangat mempengaruhi semangat individu dalam menghadapi dampak pekerjaan

This paper is entitled: THE TRUE LOVE OF TRAVIS AND GABBY IN NICHOLAS SPARKS’ NOVEL THE CHOICE.. There

This research meets conclusions as follow: (1) The use of sugar as concrete admixture will fulfill the need of safe and ‘green’ concrete admixture, (2) The dosage of sugar admixture

Batik Rahmawati yang dibuat, digunakan untuk memudahkan administrator dalam penataan data dan pengontrolan penjualan secara komputerisasi, web ini dibuat bersifat dinamis

Berdasarkan beberapa pengertian Diabetes Melitus diatas maka penulis menyimpulkan penyakit Diabetes Melitus adalah penyakit degeneratif dan merupakan

masalah Aqidah tersebut adalah dengan jalan mengemangkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Melalui pendekatan ini, peserta didik