• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 PEMETAAN ASPEK NON TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 5 PEMETAAN ASPEK NON TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA BOGOR"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

BAB 5

PEMETAAN ASPEK NON TEKNIS

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA BOGOR

5.1 PARTISIPASI MASYARAKAT

Berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai partisipasi masyarakat dengan penyebaran kuesioner kepada para responden sejumlah 43 orang untuk wilayah permukiman (pendapatan rendah, sedang, dan tinggi) dan 11 jenis sumber sampah untuk wilayah non permukiman di Kota Bogor selama 8 hari, diperoleh hasil sebagai berikut:

5.1.1 Karakteristik Masyarakat

Berdasarkan proporsi diatas, terlihat bahwa mayoritas jenis pekerjaan para responden adalah karyawan swasta sebanyak 40% dan buruh sebanyak 33%.

Gambar 5.1Prosentase Profesi Masyarakat di Wilayah Pemukiman

Adapun status kepemilikan tempat tinggal para responden yakni seperti yang terlihat pada gambar berikut.

(2)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.2Status Kepemilikan Tempat Tinggal

Pada gambar di atas, sebanyak 74% responden bermukim di tempat tinggal milik sendiri, sementara sisanya menjawab bahwa tempat tinggal mereka adalah tempat tinggal sewaan.

Gambar 5.3Pengeluaran per Bulan

Hasil survey mengenai pengeluaran bulanan responden, sebanyak 40% responden memberikan informasi besar pengeluaran dibawah Rp 1.000.000,00 per bulan. Terhadap kuesioner yang diberikan, tidak satupun responden

(3)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

mereka terhadap kegiatan bank sampah. Adapun pada aspek ini, hasil survey juga mencakup informasi yang dikumpulkan dari para responden di wilayah non permukiman.

Gambar 5.4Kesediaan Memilah Sampah

Sebanyak 58% responden menyatakan tidak bersedia untuk melakukan pemilahan sampah, walaupun sebanyak 66% responden di wilayah permukiman mengaku mengetahui atau pernah mendengar berita mengenai program 3R dan sebanyak 87% responden di wilayah non permukiman mengetahui kegiatan 3R.

(4)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.6Informasi tentang 3R di WIlayah Non Pemukiman

Beberapa sumber informasi utama akan program 3R yang didapatkan oleh para responden disajikan pada kedua gambar di bawah ini.

Gambar 5.7Sumber Informasi Program 3R di Wilayah Pemukiman

Sumber informasi mengenai program 3R di wilayah permukiman terutama diperoleh dari media elektronik, yakni televisi, sumber lain, dan surat kabar. Sementara itu, pada wilayah non permukiman, sumber informasi mengenai kegiatan 3R juga diperoleh dari televisi. Namun, sumber informasi lain berikutnya adalah pemerintah dan surat kabar.

(5)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.8Sumber Informasi Kegiatan 3R di Wilayah Non Pemukiman

Pertanyaan yang diajukan kepada para responden mengenai kemungkinan kegiatan 3R pada wilayah masing-masing, mendapatkan respon seperti yang disajikan pada gambar 9 dan gambar 10 berikut.

Gambar 5.9Kegiatan 3R di Wiilayah Pemukiman

Sebanyak 98% responden memberikan jawaban bahwa kegiatan 3R belum dilakukan di lingkungan sekitar. Adapun jawaban para responden di wilayah non permukiman sebesar 100% menjawab belum terdapat kegiatan 3R di lingkungan sekitar.

(6)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.10Kegiatan 3R di Wilayah Non Pemukiman

Responden dari wilayah permukiman dan non permukiman juga memberikan jawabannya terkait informasi yang mereka ketahui mengenai bank sampah.

Gambar 5.11Pengetahuan tentang Bank Sampah di Wilayah Pemukiman

Sebanyak 81% atau mayoritas responden di wilayah permukiman menjawab bahwa mereka telah mendengar mengenai bank sampah. Adapun di wilayah non permukiman jumlah responden yang telah mengetahui informasi tentang bank sampah yakni sebanyak 47%.

(7)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.12Pengetahuan tentang Bank Sampah di Wilayah Non Pemukiman Informasi mengenai Bank Sampah di wilayah non permukiman banyak didapatkan dari dari televisi. Sementara itu, responden di wilayah permukiman mendapatkan informasi tersebut dari terutama dari sumber lain.

Gambar 5.13Sumber Informasi Kegiatan Bank Sampah di WIlayah Pemukiman Dari gambar di atas kita dapat melihat, bahwa sumber lain, yakni sebesar 61%, merupakan sumber utama para responden di wilayah permukiman dalam mendapatkan informasi mengenai bank sampah.

Adapun para responden di wilayah non permukiman, sebanyak 87% atau mayoritas responden menjawab bahwa televisi merupakan media dimana mereka mendapatkan informasi mengenai bank sampah.

(8)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.14 Sumber Informasi Kegiatan Bank Sampah di WIlayah Non Pemukiman Survey juga mengumpulkan informasi mengenai kesediaan para responden di kedua wilayah dalam mengikuti kegiatan bank sampah.

Gambar 5.15 Ketersediaan Responden di Wilayah Pemukiman dalam Mengikuti Kegiatan Bank Sampah

Berdasarkan gambar diatas, persentase responden di wilayah permukiman untuk mengikuti kegiatan bank sampah cukup tinggi, yaitu sebesar 72%. Hal yang sebaliknya ditunjukkan oleh para responden di wilayah non permukiman, yakni hanya sebanyak 25% dari responden yang bersedia menginisiasi kegiatan bank sampah.

(9)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.16Ketersediaan Responden Wilayah Non Pemukiman dalam Kegiatan Bank Sampah

5.1.3 Pengelolaan Sampah

Kuesioner yang dibagikan kepada para responden, baik wilayah pemukiman maupun non pemukiman, mengajukan pertanyaan tentang sistem pengelolaan sampah diwilayahnya. Pertanyan yang diajukan yakni mengenai frekuensi pengangkutan sampah, tipe kendaraan pengangkut, besarnya biaya retribusi, mekanisme pembayaran retribusi, hingga kepuasan responden terhadap pelayanan pengelolaan sampah saat ini.

Berdasarkan jawaban para responden wilayah pemukiman, frekuensi pengambilan sampah dilakukan sehari sekali dengan menggunakan alat pengangkut sampah yang berbeda-beda. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.17, bahwa sebanyak 100% responden wilayah pemukiman menjawab frekuensi pengambilan sampah pada tempat tinggalnya dilakukan sehari sekali.

(10)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.18Kendaraan Pengangkut Sampah di WIlayah Pemukiman

Sementara itu, tipe kendaraan pengangkut sampah pada wilayah pemukiman bervariasi, dengan mayoritas kendaraan pengangkut berupa Gerobak, yakni sebanyak 74%. Sebanyak 19% sampah responden tersebut diangkut oleh truk dan sebanyak 7% oleh gerobak motor.

Berdasarkan kisaran biaya retribusi pada kuesioner yang dibagikan, sebanyak 100% responden dari wilayah pemukiman membayar biaya restribusi diatas kisaran yang diberikan, yakni diatas Rp 7.500,00.

(11)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.20Biaya Retribusi di Wilayah Non Pemukiman

Pada Gambar diatas, terlihat bahwa sebanyak 94% responden wilayah non pemukiman tidak mengetahui biaya retribusi sampah. Hanya sekitar 6% yang mengetahui biaya retribusi sampah yang mereka bayarkan, yakni diatas Rp 5.000,00. Pada wilayah pemukiman, seluruh jawaban responden mengenai mekanisme pembayaran retribusi yakni dibayarkan melalui pengurus RT/RW. Seperti yang terlihat pada Gambar berikut.

Gambar 5.21Mekanisme Pembayaran Retribusi di WIlayah Pemukiman

Sedangkan pada responden wilayah non pemukiman, sebanyak 69% membayarkan retribusi sampah langsung kepada petugas pengangkut sampah. Sebanyak 31% membayar retribusi sampah melalui cara lainnya.

(12)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.22Mekanisme Pembayaran Retribusi Sampah di WIlayah Non Pemukiman Seperti yang terlihat pada Gambar diatas, sebanyak 61% dari responden wilayah pemukiman tidak puas dengan pelayanan pengelolaan sampah saat ini. Sementara itu, seluruh responden di wilayah non pemukiman menjawab tidak puas dengan pelayanan pengelolaan sampah yang dilakukan saat ini.

Gambar 5.23Kepuasan terhadap Pelayanan Pengelolaan Sampah di Wilayah Pemukiman

(13)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.24Kepuasan terhadap Pelayanan Pengelolaan Sampah di WIlayah Non Pemukiman

Adapun jarak TPS dari sumber sampah pada wilayah non pemukiman seperti yang terdapat pada Gambar berikut.

Gambar 5.25Jarak TPS ke Sumber di Wilayah Non Pemukiman

Sebanyak 50% responden wilayah non pemukiman memiliki TPS yang berjarak lebih dari 5 meter dari sumbernya. Namun, sebanyak 38% responden tersebut tidak mengetahui jarak TPS tersebut dari sumber sampahnya.

5.2 ASPEK KELEMBAGAAN

5.2.1 Instansi Terkait Kebersihan dan Persampahan

Pengelolaan persampahan di Kota Bogor dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Kewajiban dinas tersebut di bidang persampahan meliputi pengelolaan sampah mulai dari pengumpulan di sumber timbulnya sampah, pemindahan ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS), hingga pengelolaan di

(14)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yaitu di TPA Galuga, Desa Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.

Pada pelaksanaan pengelolaan sampah di Kota Bogor, Dinas Kebersihan dan Pertamanan juga melibatkan beberapa instansi serta pihak terkait dalam mengoptimalisasikan pelaksanaannya. Beberapa instansi tersebut yakni PD Pasar Pakuan Jaya, BPLHD, Kecamatan, dan Kelurahan Kota Bogor.

5.2.2

Tugas Pokok, Fungsi Dan Struktur Organisasi Masing-Masing

Instansi

Adapun tugas pokok, fungsi, dan struktur organisasi instansi yang terkait dalam pengelolaan sampah berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor No. 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah, yakni:

1) Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan di bidang kebersihan dan pertamanan. Selain itu, untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kebersihan dan pertamanan; b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

kebersihan dan pertamanan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kebersihan dan pertamanan; d. Pelaksanan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugas dan

fungsinya.

Struktur organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor terdapat pada Gambar 4.26 berikut.

(15)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.26Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Selain itu, UPTD Pengolahan Sampah pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 4.27 berikut.

(16)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.27Struktur Organisasi UPTD Pengolahan Sampah 2) PD Pasar

Peraturan Walikota Bogor No. 27 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya Kota Bogor menegaskan bahwa PD Pasar Pakuan Jaya merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pengelolaan dan penyewaan sarana dan prasarana pasar seperti tempat berdagang, perparkiran, tempat bongkar muat, pengelolaan kebersihan, Mandi Cuci Kakus (MCK), serta usaha lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan pasar. Dimana, dalam menjalankan usahanya, PD Pasar Pakuan Jaya memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a Perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, dan pengawasan sarana dan

prasarana PD Pasar Pakuan Jaya;

b Penataan dan pengelolaan PD Pasar Pakuan Jaya beserta fasilitasnya; c Pembinaan pelaku usaha di PD Pasar Pakuan Jaya;

d Penciptaan kelancaran distribusi barang dan jasa;

e Memberikan pelayanan jasa pelayanan pasar kepada masyarakat;

f Menjadikan PD Pasar Pakuan Jaya mampu mengembangkan diri sesuai tugas, sehingga menambah pendapatan daerah secara langsung dan atau tidak langsung;

(17)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

sebagai bentuk transparansi kepada publik.

Pada Peraturan Walikota tersebut juga ditegaskan bahwa PD Pasar Pakuan Jaya mengemban fungsi sosial sebagai pendorong dan penciptaan stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok. Sedangkan struktur organisasi PD Pasar Pakuan Jaya yakni terdiri dari:

A. Direktur Utama yang membawahkan: 1. Direktur Umum yang membawahkan:

a. Bagian Administrasi yang membawahkan: 1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

2) Sub Bagian Hubungan Hukum dan Kehumasan b. Bagian Keuangan yang membawahkan:

1) Sub Bagian Anggaran dan Retribusi 2) Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan 2. Direktur Operasional yang membawahkan: a. Bagian Usaha Jasa yang membawahkan:

1) Sub Bagian Pemasaran dan Pengembangan Usaha 2) Sub Bagian Pemberdayaan Pedagang

b. Bagian Teknik dan Penertiban yang membawahkan:

1) Sub Bagian Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi 2) Sub Bagian Penertiban, Keamanan, dan Kebersihan

3. Kepala Pasar

B. Satuan Pengawasan Intern (SPI) 3) BPLHD

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan di bidang lingkungan hidup.Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan lingkungan hidup; 2) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pengelolaan lingkungan

hidup;

3) Pembinaan dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup;

4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Struktur organisasi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup seperti yang terdapat pada Gambar 4.28 berikut.

(18)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.28Struktur Organisasi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup 4) Kecamatan

Kecamatan mempunyai tugas pokok yakni melaksanakan sebagian urusan di bidang pemerintahan.Dimana, untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Kecamatan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat;

b Pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;

c Pengkoordinasian penerapan dan penegakan peraturan perundang- undangan;

(19)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

i Penyelenggaraan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota.

Gambar 4.29 berikut memperlihatkan struktur organisasi Kecamatan di Kota Bogor.

Gambar 5.29Struktur Organisasi Kecamatan 5) Kelurahan

Pada Peraturan Daerah Kota Bogor No. 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah hanya terlampir struktur organisasi kelurahan, seperti yang terdapat pada Gambar 4.30 berikut.

(20)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.30Struktur Organisasi Kelurahan

5.2.3 Rencana Pengelolaan Sampah Regional

Berdasarkan Laporan Konsep Rencana Pengelolaan Persampahan Kota Bogor Tahun 2005 – 2010 oleh JWMC (2006), telah direncanakan suatu korporasi Pengelolaan Persampahan yang dimiliki dan melayani Pemerintah Kota dan Kabupaten di wilayah Jabodetabek. Dari total wilayah 8 Pemerintah Propinsi, Kota dan Kabupaten yang ada, direncanakan dibagi menjadi 3 zona yaitu Barat, Timur dan Selatan. Zona Barat melayani Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan DKI. Kemudian Zona Timur melayani Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi dan DKI; serta Zona Selatan meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok dan DKI.

Rencana pengelolaan sampah regional tersebut yang akan segera direalisasikan adalah Zona Selatan, dengan TPST Regional Nambo sebagai bisnis unit yang pertama. Untuk itu TPST Nambo perlu diintegrasikan ke dalam korporasidan dikembangkan sesuai standar korporasi.Namun dalam praktiknya TPST Regional Nambo tersebut masih penuh dengan ketidakpastian dan juga untuk mengantisipasi

(21)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

5.3 ASPEK PENDANAAN

5.3.1

Jenis

Anggaran

Belanja

Pemerintah

Daerah

beserta

Rekapitulasinya

Selama periode Tahun Anggaran 2009-2013, dari akumulasi target Belanja Daerah sebesar Rp. 6.061.965.593.634,89 terealisasi sebesarRp. 4.518.826.860.136,00 atau 74,54 persen. Secara lebih terinci, realisasi Belanja Daerah pada Tahun Anggaran 2009-2013 tersebut disajikan pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 5.1Target dan Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 - 2013

Tahun Anggaran

Target Setelah

Perubahan APBD Realisasi % Bertambah/ Berkurang

2009 882.204.026.594,00 776.876.996.002,00 88,06 (105.327.030.592,00) 2010 1.052.577.506.897,89 956.682.804.942,00 90,89 (95.894.701.955,89) 2011 1.183.796.860.955,00 1.074.576.515.295,00 90,77 (109.220.345.660,00) 2012 1.401.329.094.935,00 1.256.205.808.990,00 89,64 (145.123.285.945,00) 2013*) 1.542.058.104.253,00 454.484.734.907,00 29,47 (1.087.573.369.346,00) Jumlah 6.061.965.593.634,89 4.518.826.860.136,00 74,54 (1.543.138.733.498,89) Sumber : Perda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2009 s.d. 2012

*) Perda Sebelum Perubahan APBD TA. 2013 dan Laporan Realisasi s.d Semester Pertama APBD TA. 2013 Belanja daerah terbagi ke dalam dua kelompok yaitu:

a. Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung terdiri atas: (a)Belanja Pegawai, (b) Belanja Bunga, (c) Belanja Subsidi, (d) Belanja Hibah, (e) Belanja Bantuan Sosial, (f) Belanja Bagi Hasil kepada ke Kelurahan, (g)Belanja Bantuan Keuangan kepada Parpol (h) Belanja Tidak Terduga.Selama periode Tahun Anggaran 2009-2013 terealisasi Rp.2.667.750.715.870,00atau 80,72 persen dari target sebesar Rp.3.304.878.820.753,89 disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 5.2Target dan realisasi Belanja Tidak Langsung Tahun Anggaran 2009 - 2013

Tahun Anggaran

Target Setelah

Perubahan APBD Realisasi %

Bertambah/ Berkurang 2009 511.934.687.330,00 451.163.091.029,00 88,13 (60.771.596.301,00) 2010 609.312.128.161,89 586.674.384.457,00 96,28 (22.637.743.704,89) 2011 679.221.676.169,00 651.341.702.518,00 95,90 (27.879.973.651,00) 2012 703.569.406.342,00 673.880.506.052,00 95,78 (29.688.900.290,00) 2013*) 800.840.922.751,00 304.691.031.814,00 38,05 (496.149.890.937,00) Jumlah 3.304.878.820.753,89 2.667.750.715.870,00 80,72 (637.128.104.883,89) Sumber : Perda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2009 s.d. 2013

(22)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

*) Perda Sebelum Perubahan APBD TA. 2013 dan Laporan Realisasi s.d Semester Pertama APBD TA. 2013

b. Belanja Langsung (BL)

Belanja Langsung terdiri atas: (a)Belanja Pegawai, (b) Belanja Barang dan Jasa, serta (c) Belanja Modal. Belanja Langsung selama periode Tahun Anggaran 2009-2013 secara akumulasi realisasinya sebesar Rp. 1.851.076.144.266,00 dari target sebesar Rp. 2.757.086.772.881,00 atau 67,14 persen, disajikan pada Tabel4.3.

Tabel 5.3Target dan Realisasi Belanja Langsung Tahun Anggaran 2009 - 2013

Tahun Anggaran

Target Setelah

Perubahan APBD Realisasi %

Bertambah/ Berkurang 2009 370.269.339.264,00 325.713.904.973,00 87,97 (44.555.434.291,00) 2010 443.265.378.736,00 370.008.420.485,00 83,47 (73.256.958.251,00) 2011 504.575.184.786,00 423.234.812.777,00 83,88 (81.340.372.009,00) 2012 697.759.688.593,00 582.325.302.938,00 83,46 (115.434.385.655,00) 2013*) 741.217.181.502,00 149.793.703.093,00 20,21 (591.423.478.409,00) Jumlah 2.757.086.772.881,00 1.851.076.144.266,00 67,14 (906.010.628.615,00) Sumber : Perda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2009 s.d. 2012

*) Perda Sebelum Perubahan APBD TA. 2013 dan Laporan Realisasi s.d Semester Pertama APBD TA. 2013

5.3.2 Indikator Kinerja Program Kebersihan

Salah satu program prioritas Kota Bogor periode 2010 – 2014 adalah Kebersihan, dengan misi Kota Bogor yang mengamanatkan agar Pemerintah Kota Bogor mampu mewujudkan kota yang bersih dengan sarana prasarana transportasi yang berkualitas. Bersih yang dimaksud dalam misi tersebut adalah bebas sampah, kotoran dan gangguan pandangan. Artinya dalam masa periode 2010-2014 Kota Bogor harus menjadi kota yang bersih dari sampah, memiliki ruang terbuka hijau yang tertata serta penataan ruang yang berwawasan lingkungan.

Lingkungan bersih dan berkelanjutan akan dapat dicapai melalui pelayanan persampahan dan pengelolaan TPA, sosialisasi penanganan persampahan berbasis masyarakat, peningkatan upaya konservasi sumber daya alam serta peningkatan fungsi ruang terbuka hijau.

(23)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

dukungan pada TPST Nambo serta peningkatan sistem pengelolaan sampah disumber dengan konsep 3R.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bogor Tahun 2010 – 2014,indikator kinerja penanganan masalah kebersihan secara keseluruhan adalah rasio jumlah sampah terlayani terhadap jumlah timbulan sampahyang laksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Tabel 4.4 berikut adalah realisasi pencapaian target RPJMD.

Tabel 5.4Realisasi Pencapaian Target RPJMD

TAHUN TARGET (%) REALISASI (%)

2009 70 69,83

2010 70 70

2011 70,1 70,14

2012 70,2 70,21

2013 (Semester 1) 70,3 70,32 Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2013

Sedangkan rekapitulasi indikator kinerja keluaran/hasil tiap kegiatan selama beberapa tahun terakhir, dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.

(24)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

(25)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

5.3.3 Perbandingan Anggaran Kebersihan Terhadap Total APBD

Anggaran Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor terdiri dari beberapa bagian yakni sekretariat, kebersihan, UPTD Pengolahan Sampah, taman, IPAL, PJU, dan makam. Sedangkan anggaran yang berkaitan langsung dengan persampahan adalah kebersihan dan UPTD Pengolahan Sampah. Pada Tabel 4.6 dapat dilihat jumlah anggaran terkait persampahan (bagian yang berwarna hijau) serta realisasinya.

Tabel 5.6Rekapitulasi Realisasi Kegiatan Dinas Kebersihan dan Pertamanan hingga September 2013

NO.

URUT NAMA KEGIATAN

JUMLAH

ANGGARAN REALISASI

PERSEN (%) 1 Pengelolaan Rumah Tangga SKPD 5,664,299,000 0.00%

2 Pengadaan Inventaris Kantor 250,000,000 0.00%

3 Pemeliharaan Rutin/Berkala Inventaris Kantor 121,057,300 0.00%

4 Penyusunan Perencanaan dan Pelaporan SKPD 35,000,000 20,901,132 59.72%

5 Evaluasi Permohonan Hibah dan Bantuan Sosial 10,000,000 9,919,500 99.20% 6 Pelayanan Persampahan 13,500,000,000 8,776,563,940 65.01% 7 Penyediaan, Peremajaan dan Pemeliharaan

Sarana Pengangkut Sampah 5,000,000,000 1,975,028,950 39.50% 8 Pemeliharan dan Perbaikan Landasan Container 400,000,000 0.00% 9 Pengelolaan Sampah dengan program 3R dan

Revitalisasi Sarana Prasarana 3R 1,300,000,000 0.00% 10 Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan

persampahan 500,000,000 0.00%

11 Pengelolaan sampah berbasis masyarakat

dengan pola padat karya 4,400,000,000 0.00% 12 Penunjang kegiatan retribusi kebersihan 350,000,000 0.00% 13 Operasional TPA Galuga 4,553,708,000 2,987,562,545 65.61% 14 Perbaikan sarana TPA Galuga 1,005,000,000 448,660,453 44.64%

15 DED TPPAS Kayumanis 500,000,000 0.00%

16 Composting TPA Galuga 80,000,000 64,652,500 80.82% 17 Pengelolaan Sampah di TPA 1,500,000,000 991,848,058 66.12% 18 Pengadaan Alat Berat dan Kendaraan

Operasional 4,000,000,000 3,649,228,600 91.23%

19 Perencanaan Ruang Terbuka Hijau 100,000,000 0.00%

20 FS Lokasi Ruang Terbuka Hijau 50,000,000 0.00%

21 Penyediaan dan Pemutakhiran Data Pertamanan 50,000,000 0.00%

22 Pembangunan Ruang Terbuka Hijau 3,500,000,000 0.00%

23 Revitalisasi Ruang Terbuka Hijau 1,100,000,000 0.00%

24 Pemeliharan Rutin Ruang Terbuka Hijau 3,000,000,000 0.00%

25 Pengadaan Tanah Ruang Terbuka Hijau

(Landbanking) 4,500,000,000 0.00%

(26)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

NO.

URUT NAMA KEGIATAN

JUMLAH

ANGGARAN REALISASI

PERSEN (%) 27 Pengadaan Sarana Pendukung Pemeliharaan

Taman 1,500,000,000 0.00%

28 Peningkatan Pelayanan Air Limbah Terpusat 925,000,000 0.00%

29 Pemenuhan Target SR IPAL Tegalgundil 375,000,000 0.00%

30 Pembayaran Rekening PJU 9,000,000,000 7,096,284,404 78.85%

31 Pemeliharaan Panel PJU, Lampu PJU, dan Lampu

Hightmas 3,000,000,000 2,206,484,050 73.55%

32 Pemeliharaan Lampu Taman dan Lampu Hias 200,000,000 195,645,250 97.82%

33 Peningkatan Kinerja Pelayanan PJU 500,000,000 442,719,700 88.54%

34 Pemasangan Lampu Highmast 250,000,000 4,878,500 1.95%

35 Pemasangan Lampu PJU di Lingkungan

Permukiman 960,000,000 355,527,722 37.03%

36 Pemasangan KWH Meter 500,000,000 128,823,800 25.76%

37 DED Lampu Taman 100,000,000 95,871,000 95.87%

38 Pelayanan TPU 250,000,000 0.00%

39 Penataan TPU 750,000,000 0.00%

40 Sistem Informasi Pelayanan Pemakaman 200,000,000 0.00%

Jumlah 74,079,064,300

29,450,600,10

4 39.76%

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2014)

Pada Tabel 4.7 berikut merupakan anggaran yang dialokasikan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota bogor Bidang Kebersihan terkait persampahan, yakni meliputi Bidang Kebersihan dan UPTD Pengolahan Sampah.

Tabel 5.7Alokasi Anggaran Dinas Kebersihan dan Pertamanan pada Bidang Kebersihan

Tahun Alokasi Anggaran Bidang Kebersihan 2009 Rp 23,814,070,000.00 2010 Rp 64,442,040,000.00 2011 Rp 50,749,023,250.00 2012 Rp 36,332,379,550.00 2013 Rp 37,088,708,000.00

(27)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Gambar 5.31Alokasi Anggaran Bidang Kebersihan

Maka, perbandingan anggaran kebersihan terhadap total APBD dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut.

Tabel 5.8Perbandingan Anggaran Kebersihan terhadap APBD

No Keterangan Jumlah

1 Target Belanja Daerah Rp1,542,058,104,253.00 2 Total Anggaran DKP Rp74,079,064,300.00 3 Alokasi Anggaran Bidang Kebersihan DKP Rp37,088,708,000.00

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2014)

5.3.4 Jenis Objek Retribusi

Secara keseluruhan, terdapat beberapa jenis objek retribusi dalam Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, yakni:

a Retribusi Pelayanan Persampahan b Retribusi Penggunaan Pipa Limba Cair c Retribusi Pemakaman

d Retibusi Penyedotan Kakus

Adapun jenis dan jumlah retribusi tersebut pada tahun 2011, seperti yang terdapat pada Tabel 4.9 berikut.

Tabel 5.9Retribusi pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan per Desember 2011

No Jenis Retribusi Penerimaan

1 Retribusi Pelayanan Persampahan Rp 6,020,125,763.00 2 Retribusi Penggunaan Pipa Limbah Cair Rp 16,365,611.00

10,000,000,000 20,000,000,000 30,000,000,000 40,000,000,000 50,000,000,000 60,000,000,000 70,000,000,000 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Alokasi Anggaran Bidang Kebersihan

Alokasi Anggaran Bidang Kebersihan

(28)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

No Jenis Retribusi Penerimaan

3 Retribusi Pemakaman Rp 340,485,500.00

4 Retribusi Penyedotan Kakus Rp 96,090,000.00 Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2014)

5.3.5 Rekapitulasi Retribusi dari Berbagai Sumber

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor No. 4 Tahun 2012 tentang Retribusi

Jasa Umum, struktur dan kisaran tarif retribusi pelayanan

persampahan/kebersihan Kota Bogor seperti yang disajikan pada Tabel 4.10 berikut.

Tabel 5.10Rekapitulasi Retribusi Sampah dari Berbagai Sumber

No Sumber Retribusi Pelayanan Persampahan Kisaran Tarif

1 Sampah Rumah Tangga:

Rumah tinggal biasa Rp 1.500 - 15.000 0 - 3 m3/bln Rumah tinggal yang mempunyai kegiatan usaha Rp 5.000 - 30.000 0 - 3 m3/bln

Kompleks perumahan/perumahan teratur yang

tidak mempunyai kegiatan usaha Rp 3.000 - 15.000 0 - 3 m3/bln

Kompleks perumahan/perumahan teratur yang

mempunyai kegiatan usaha Rp 7.500 - 30.000 0 - 3 m3/bln Asrama Rp 2.500 - 15.000 0 - 3 m3/bln 2 Sampah Industri: Pabrik Rp 50.000 - 100.000 0 - 3 m3/bln Bengkel Rp 12.500 - 15.000 0 - 3 m3/bln Usaha Pertukangan/Pengolahan Bahan

Rp 15.000 -

30.000 0 - 3 m3/bln

3 Sampah Perdagangan dan Jasa:

Hotel Berbintang Rp 350.000 - 550.000 /bln Hotel Melati Rp 200.000 - 300.000 /bln Wisma/Pondok Wisata Rp 150.000 /bln Restauran/Rumah Makan/Warung/Café/dan sejenisnya Rp 25.000 - 100.000 0 - 3 m3/bln Toko Rp 22.500 - 37.500 0 - 3 m3/bln Lembaga Keuangan Rp 50.000 - 75.000 0 - 3 m3/bln

(29)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

No Sumber Retribusi Pelayanan Persampahan Kisaran Tarif

Bidang Pendidikan Rp 30.000 - 50.000 0 - 3 m3/bln Gedung Perbelanjaan Rp 150.000 0 - 3 m3/bln Pedagang kecil yang bersifat sementara Rp 500 - 1.000 0.01 m3/bln Kegiatan usaha penunjang terminal penumpang Rp 750 - 3.000 0.01 m3/bln 4

Sampah tebangan pohon dan/atau bongkaran

rumah (puing) Rp 15.000 1 m3

5 Sampah yang dibuang sendiri ke TPA Rp 7.500 - 17.500 0 - 3 m3/bln

6

Untuk penghasil sampah, baik sampah rumah tangga, sampah industri, sampah perdagangan dan jasa, sampah tebangan pohon dan/atau bongkaran rumah (puing) dikenakan biaya pengangkutan, dan sampah yang dibuang sendiri ke TPA yang volumenya melebihi 0.10

m2/hari (3 m3/bln) biaya tambahan 30% dari tarif dasar Sumber: Peraturan Daerah Kota Bogor No. 4 Tahun 2012

5.3.6

Realisasi Anggaran Program Kebersihan

Adapun realisasi anggaran program kebersihan sesuai dengan RPJMD hingga 31 Desember 2013, terutama yang terkait dengan peningkatan pelayanan persampahan, dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut.

(30)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

(31)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

5.4 ASPEK REGULASI

5.4.1 Kebijakan dan Strategi berdasarkan RENSTRA 2015 – 2019

Di dalam mewujudkan visi dan menjalankan misi, serta mencapai tujuan dan sasaran seperti tersebut di atas, ditempuh melalui 4 (empat) strategi pokok: 1) Strategi Peningkatan Kinerja Pelayanan dan Penambahan serta Pemeliharaan

Prasarana Pendukung.

Sasaran dari strategi tersebut adalah terwujudnya pengelolaan sampah yang terpadu di Kota Bogor, penambahan taman di lokasi umum dan pemukiman, penambahan PJU di jalan-jalan protocol dan pemukiman

2) Strategi Optimalisasi Fungsi dan Luas Ruang Terbuka Hijau.

Startegi ini mempunyai sasaran untuk menciptakan keseimbangan lingkungan yang lestari.

3) Strategi Penambahan dan Pemeliharaan Sarana Prasarana serta Pengawasan Dampak Terhadap Lingkungan

Dengan strategi tersebut diharapkan dapat meningkatkan optimalisasi pengelolaan TPA, TPPAST, SPA, penambahan rumah tangga bersanitasi, pembangunan dan penataan Taman Pemakaman Umum.

4) Strategi Penentuan Lokasi 3R dan sosialisasi/pembinaan Pengelolaan Sampah Skala Lingkungan

Sasaran strategi tersebut adalah pengurangan jumlah timbunan sampah dari sumber disemua wilayah Kota Bogor baik diwilayah yang sudah terlayani pengangkutan maupun yang belum terlayani dengan meningkatkan peran serta masyarakat.

5.4.2 Daftar Regulasi Terkait

Berikut adalah beberapa regulasi terkait pengelolaan sampah di Kota Bogor: 1) Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah; 2) Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah

Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga;

3) Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca;

4) Pereturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah;

5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3/PRT/M/2013 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;

(32)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

6) Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah

5.4.3 Pokok Pikiran dalam Regulasi Daerah Perda No 9 Tahun 2012

Dalam mengelola sampah, Kota Bogor mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Perda tersebut tidak hanya menjelaskan ketentuan-ketentuan umum, azas dan tujuan, serta ruang lingkup dalam pengelolaan sampah, namun juga menetapkankebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah serta tugas, wewenang, dan tanggung jawab pemerintah daerah. Selain itu, Perda tersebut juga mengatur pengelolaan sampah beserta penyelenggaraannya, hak, kewajiban, dan tanggung jawab masyarakat serta pelaku usaha, mekanisme pengelolaan sampah, perizinan, insentif dan disinsentif, kerjasama dan kemitraan, retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, pembiayaan dan kompensasi, peran masyarakat, penyelesaian sengketa, pengawasan dan pengendalian, larangan beserta sanksi admisnistratif, dan ketentuan-ketentuan lainnya.

Berdasarkan Perda tersebut, kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah yang disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah, yakni memuat arah kebijakan pengurangan dan penanganan sampah, serta program pengurangan dan penanganan sampah. Kemudian, juga ditetapkan dalam Perda tersebut, bahwa Pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan rencana pengurangan dan penanganan sampah harus memuat beberapa hal utama, yakni:

1) Targetpengurangansampah;

2) Target penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan sampah mulai dari sumber sampah sampai dengan TPA;

3) Pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi masyarakat;

4) Kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat;

5) Rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dalam memenuhi kebutuhan pengguna daur ulang, mendaur ulang, dan penanganan akhir sampah.

(33)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

yang dilakukan oleh pelaku usaha, dan fasilitasi kepada masyarakat dan dunia usaha dalam mengembangkan dan memanfaatkan hasil produk daur ulang dan guna ulang sampah.Sedangkan penanganan sampah oleh Pemerintah Daerah dilakukan dengan cara:

1) Pemilahan yang dilakukan dengan menyediakan fasilitas tempat sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya;

2) Pengumpulan dilakukan sejak pemindahan sampah dari tempat sampah rumah tangga dan/atau dari sumber sampah dan TPS atau TPST sampai ke TPA dengan tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah, jumlah, dan/atau sifat sampah;

3) Pengangkutan yang dilaksanakan dengan cara:

a Sampah rumah tangga dan/atau dari sumber sampah ke TPS atau TPST menjadi tanggung jawab lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW;

b Sampah dari TPS atau TPST ke TPA, menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah;

c Sampah kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri dan kawasan khusus, dari sumber sampah sampai ke TPS atau TPST dan/atau TPA menjadi tanggung jawab pengelola kawasan; dan

d Sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dari sumber sampah dan/atau dari TPS atau TPST ke TPA, menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

4) Pengolahan dengan menerapkan kemajuan teknologi yang ramah lingkungan;

5) Pemrosesan akhir sampah, dilakukan dengan pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan ke media lingkungan secara aman dan ramah lingkungan

Pada Perda Nomor 9 Tahun 2012, Penyediaan TPS atau TPST dan TPA dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kebutuhan, memenuhi persyaratan teknis sistem pengolahan sampah yang aman dan ramah lingkungan, serta sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kota Bogor. Selain itu, dalam melakukan pengurangan dan pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah wajib membentuk lembaga pengelola sampah pada tingkat kelurahan, kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya, sesuai dengan kebutuhan.

(34)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Adapun mekanisme pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga berdasarkan Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2012 yakni: a Sumber sampah wajib menyediakan tempat sampah yang tertutup;

b Sumber sampah wajib memilah sampahnya menjadi sampah organik dan sampah anorganik dan menempatkannya dalam wadah yang berbeda; c Sumber sampah berkewajiban mengumpulkan sampahnya ke tempat TPS

atau TPST atau mengumpulkannya secara langsung ke TPA;

d Pemerintah Daerah berkewajiban mengambil sampah dari TPS atau TPST, untuk kemudian mengumpulkannya ke TPA;

Gambar

Gambar 5.1 Prosentase Profesi Masyarakat di Wilayah Pemukiman
Gambar 5.3 Pengeluaran per Bulan
Gambar 5.8 Sumber Informasi Kegiatan 3R di Wilayah Non Pemukiman
Gambar 5.11 Pengetahuan tentang Bank Sampah di Wilayah Pemukiman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mahsiswa dapat memahami dan mengerti tentang pandangan hidup, cita-cita, kebajikan, keyakinan, usaha atau perjuangan, langkah- langkah pandangan hidup serta kaitannya dengan

Lipsey menjelaskan bahwa technical progress yang terjadi tidak hanya dalam bentuk alih teknologi saja melainkan juga mencakup perubahan-perubahan lainnya yang terjadi pada

Toolbox merupakan sebuah jendela dimana object atau kontrol ditempatkan yang dibutuhkan untuk membentuk suatu program, dengan cara dipasang pada form.. Gambar

Bila kadar hormon dalam darah telah mencukupi untuk mengahasilkan efek yang dimaksud, kenaikan hormon lebih jauh dicegah oleh umpan balik negatif. lebih jauh dicegah oleh umpan

Tidak ditemukannya perbedaan kepuasan pernikahan yang signiikan pada pasangan dewasa muda yang bekerja, ditinjau dari penghasilan istri, mengindikasikan bahwa istri dapat bekerja dan

Laadullisen tutkimuksen keinoin olisi tärkeää tutkia, miten aktiivisesti poliittiseen toimintaan osallistuvat nuoret käyttävät Internetiä verrattuna nuoriin, joita

〔労働法五七〕 西日本鉄道脱靴拒否事件 最高裁第二小法廷昭和四三年八月二日判決 阿久沢, 亀夫Akusawa, Kameo 社会法研究会 Shakaihō

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa waktu yang digunakan untuk menyimak lebih banyak dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk berbicara, membaca,