• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ekonomika dan Bisnis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Ekonomika dan Bisnis"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ekonomika dan Bisnis

Journal homepage: https://journal.feb-uniss.ac.id/home

ISSN Paper : 2356-2439, ISSN Online : 2685-2446

119

Analisis Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah Di Negara –Negara ASEAN (Periode 2013-2017)

Suyyinah(1), Sahabudin Sidiq(2)

(1)

Universitas Islam Indonesia, (2)Universitas Islam Indonesia

(1)

suyyinah086@gmail.com, (2) sahabudin.sidiq@ uii.ac.id

I N F O A R T I K E L Riwayat Artikel:

Diterima pada 7 April 2021 Disetujui pada 19 April 2021 Dipublikasikan pada 24 April 2021

Kata Kunci:

Data Envelopment Analysis (DEA), BUS, ASEAN.

A B S T R A K

Penelitian ini menganalisis perbandingan tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Asia Tenggara dengan rentang waktu tahun 2013-2017. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel input dan variabel output. Aset Tetap, Biaya operasional, dan Dana Pihak Ketiga termasuk dalam variable input. Sedangkan Total Pembiayaan, Pendapatan Operasional, dan Investasi Finansial termasuk dalam veriabel output. Penelitian ini menggunakan data dari laporan keuangan yang dipublikasikan pada situs website resmi masing-masing perbankan syariah. Sampel penelitian ini berjumlah 7 bank syariah yang terdiri dari 2 bank syariah di Indonesia, 2 bank syariah di Malaysia, 1 bank syariah di Brunei Darussalam, 1 bank syariah di Filipina dan 1 bank syariah di Thailand. Metode yang digunakan untuk pengukuran tingkat efisiensi pada penelitian ini adalah Data Envelopment Analysis (DEA). Pengujian Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk pengujian normalitas data dan pengujian hipotesis menggunakan Kruskal-Wallis. Berdasarkan hasil penelitian, dengan asumsi CRS dan Scale BUS di Malaysia, dan Brunai Darussalam lebih efesien dari pada BUS di Negara Indonesia, Philipina dan Thailan. Sedangkan menurut asumsi VRS hampir semua BUS di asean efesien secara optimal kecuali bank Al Amanah Philiphin. Adapun secara rata-rata yang mencapai nilai optimum pada BUS di Asean Adalah BSM, BMI, MayBank, CIMB, IB Thailand dan BIBD Brunei Darussalam yaitu 100% sedangkan efesien terendah adalah bank Al Amanah Filipina yaitu 99%. Analisis statistik menggunakan uji beda Kruskal-Wallis menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi perbankan syariah di ASEAN. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tingkat efisiensi perbankan syariah di Asia Tenggara hampir sama.

(2)

120

PENDAHULUAN

Pada tahun (2015) negara bagian ASEAN memasuki era kesepakatan bersama yang biasa kita kenal masyarakat ekonomi asean (MEA). ASEAN adalah kumpulan dari negara-negara yang berada di Asia Tenggara yang beranggotakan sepuluh negara yaitu, Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja. Dalam kesepakatan MEA, salah satu sektor yang paling berpengaruh adalah industri perbankan. Salah satu jenis bank berdasarkan jenis pembayaran jasa adalah bank yang melakukan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil yaitu bank syariah. Kawasan ASEAN menjadi pusat perkembangan industry perbankan syariah di dunia.

Pertumbuhan pada industri perbankan syariah pada dekade ini mengalami perkembangan yang pesat di kawasan Asean, seiring dengan perkembangan perekonomian global dan juga dipengaruhi oleh politik, budaya, geografis, pertahanan dan keamanan Wibowo (2015). Kawasan ASEAN (The Association of Southeast Asian Nations) memperlihatkan pertumbuhan ekonomi paling stabil di antara kawasan lainnya, Keadaan ini menunjukkan keberhasilan ASEAN sebagai komunitas regional yang mampu menggalang dan memantapkan stabilitas di kawasan Widyawati, (2018). Sementara itu, terdapatnya kesenjangan pada perkembangan Perbankan Syariah di Asia Tenggara. Terdapat kesenjangan yang agak signifikan di antara negara bagian asean Rama (2015). Hal ini sesuai dengan data yang dipaparkan dalam IFSI yang diambil berikut.

Table 1.

Persentase Asset Bank Syariah Dunia

Nama Negara Persentase Asset

Iran 33,0% Saudi Arabia 20,6% Malaysia 9,3% UAE 9,0% Kuwait 6,1% Qatar 5,8% Turkey 2,9% Bangladesh 1,8% Bahrain 1,7% Indonesia 1,6% Sudan 1,3% Pakistan 1,1% Egypt 1,0% Yordan 0,7% Brunei 0,5% Oman 0,5% Others 3,1%

(3)

121 Menurut data tabel 1 di atas Iran menjadi penyumbang terbanyak dari persentase asset di dunia yaitu sebesar 33%, disusul oleh Saudi yaitu 21% Sedangkan ASEAN mempunyai negara Malaysia yang menempati peringkat ketiga yaitu menyumpang persentase 9% Indonesia menyusul dengan persentase 2% dan menduduki peringkat ke sepuluh dean kemudian disusul juga oleh negara Brunei Darussalam yang menyumbang persentase aset sebesar 0,5%. Dalam tabel di atas dapat kita lihat negara dengan penduduk minoritas Islam mampu memberikan kontribusi persentase aset pada perbankan syariah yang tinggi di dunia. Meskipun demikian, perkembangan bank syariah di negara ASEAN belum merata, data di atas sejalan dengan penelitian Rama (2015) di mana penyumbang terbanyak adalah malaysia di susul Indonesia dan kemudian Brunei Darussalam.

Perhitungan tingkat efisiensi menjadi penting untuk dilakukan apalagi setelah krisis moneter pada tahun 2008, karena efisiensi merupakan salah satu gambaran dari kinerja perusahaan. Perkembangan bank syariah menyebabkan meningkatkan tingkat kompetisi antar bank. Krisis moneter menyebabkan banyak lembaga keuangan global mengalami kerugian dan bahkan kebangkrutan, menurut Faiz (2010), kondisi tersebut dapat memberikan dampak yang sangat signifikan pada industri perbankan di seluruh dunia tidak luput juga Indonesia, bank konvensional di Indonesia terdampak krisis moneter pada tahun 2008 sedangkan bank syariah di Indonesia cenderung stabil, Sistem perbankan syariah cenderung stabil pada saat menghadapi krisis keuangan global karena perbankan syariah tidak menggunakan bunga dalam transaksinya, hal tersebut dapat menjadikan keuangan syariah mampu bertahan dari naik turunnya tingkat bunga yang disebabkan turunnya nilai rupiah akibat terbatasnya dolar di pasaran. Selain itu bank syariah menunjukkan kondisi keuangan yang stabil dan konsisten dibandingkan bank konvensional (Sudarsono, 2009).

Menurut Huri dan Susilo (2004), kinerja perbankan menunjukkan adanya pertahanan dari sebuah perbankan. Perbankan dengan kinerja yang baik dapat dilihat dari tingkat efisiensi dalam pengujian input dan output bank tersebut. Ketika pengukuran efisiensi dilakukan, lembaga diharapkan dalam keadaan bagaimana menghasilkan tingkat output yang optimal dengan input yang ada, atau dengan keadaan dengan input minimal menghasilkan output tertentu. Bank syariah yang memenuhi persyaratan perbankan memiliki tujuan dan modus operasional yang berbeda dari bank konvensional, juga memiliki karakteristik yang berbeda sehingga berpotensi memengaruhi output operasi Majid, (2006).

Persaingan yang ketat antar bank Syariah menuntut bank syariah memiliki aset yang besar, jangkauan pasar yang luas, maupun meningkatnya usaha masyarakat melalui pemberian pembiayaan yang dapat diakses oleh semua kalangan khususnya kalangan menengah ke bawah, dan tidak dapat dipungkiri supaya menjadi lembaga

(4)

122 yang efisien. Efisiensi dapat didefinisikan membuat atau melakukan sesuatu dengan benar. Hal ini sering diikut sertakan dengan perilaku perusahaan, karena efisiensi biasanya selalu berkaitan dengan cara perusahaan mengalokasikan biaya operasional untuk mendapatkan profit yang maksimal. Sejalan dengan teori produsen yang dipaparkan Rusdiana (2018) bahwa perusahaan cenderung memaksimalkan keuntungan dengan biaya seminimal mungkin, bank dikatakan semakin efisien apabila bank mendapatkan profit semakin tinggi dengan biaya yang semakin rendah.

Pangsa pasar bank syariah di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 5.6% dari keseluruhan perbankan. Perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang pesat saat diresmikannya UU 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Negara yang juga mengalami pertumbuhan pesat selain Indonesia dan Malaysia adalah Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Filipina. Brunei Darussalam termasuk negara dengan penduduk muslim yang cukup intens mengembangkan industri perbankan syariah, sedangkan negara Singapura, Filipina dan Thailand merupakan negara dengan penduduk minoritas muslim, namun ikut serta untuk selalu meningkatkan industri perbankan syariah. Bahkan negara Filipina dan negara Thailand mempunyai bank khusus untuk penduduk muslim.

Perbankan syariah berkembang secara pesat mengakibatkan timbulnya persaingan dalam industri perbankan syariah. Untuk mengatasi hal tersebut bank syariah harus meningkatkan kinerjanya untuk dapat bersaing dan bertahan serta menciptakan sebuah lembaga perbankan yang baik, sehat dan stabil. Selain itu bank juga harus lebih hati-hati dalam memerankan fungsinya, meski perbankan syariah berkembang pesat bukan berarti bank tidak harus hati-hati dengan risiko yang akan datang karena hal ini lembaga keuangan akan selalu mengalami perubahan dan akan selalu fluktuatif kinerjanya, maka perlu dipertahankan keseimbangannya agar tingkat efisiensi kegiatan operasional akan lebih baik. Perbaikan tingkat efisiensi akan menguntungkan nasabah simpanan maupun kredit karena bank akan mampu memberikan tingkat pengembalian yang lebih bersaing dan bank akan mampu memberikan tingkat pengembalian yang lebih bisa bersaing dan bank akan lebih bisa bertahan serta terus membuat perkembangan yang lebih baik. Sebaliknya untuk perbankan yang kegiatan operasionalnya inefisien memaksa mereka keluar dari pasar karena mampu bersaing dengan kompetitornya. Baik dari segi price, kualitas produk, maupun kualitas pelayanan. Selain itu jika bank mampu efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya maka hal tersebut akan memberi nilai positif pada bank tersebut dan dapat meningkatkan kepercayaan para nasabah terhadap bank, di mana dengan kepercayaan nasabah tersebut bank akan semakin berkembang dan dapat meningkatkan keuntungan pada bank tersebut. Suatu bank dikatakan efisien apabila bank bisa menghasilkan output yang maksimal dengan input tertentu, atau dapat

(5)

123 menghasilkan output dengan input tertentu, atau dengan kata lain efisiensi itu adalah rasio dari output dan input.

Efisiensi dari suatu lembaga perbankan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : pertama menghasilkan output yang lebih besar dengan input yang sama. Kedua mendapatkan output yang sama dengan input yang lebih kecil. Ketiga dengan input yang besar dapat menghasilkan output yang lebih besar. Sedangkan Rose (2002), berpendapat bahwa efisien adalah keadaan di mana bank dapat mengendalikan biaya dan meningkatkan produktivitas lembaga bank. Terdapat beberapa metode dalam mengukur tingkat efisiensi diantaranya metode dengan pendekatan ratio keuangan, metode parametric stochastic Frountier Approach (SFA) dan dengan nonparametric (DEA). Haddah (2003) menyatakan analisis efisiensi perbankan dapat dipercaya apabila menggunakan metode parametric (SFA) atau nonparametric (DEA) hal tersebut dikarenakan kemampuan dari kedua metode tersebut memasukkan dua variabel output dan input, selain itu, perbedaan satu variabel pun tidak bermasalah karena belum bisa dilakukan oleh analisis yang lain. Karena hal ini alat analisis parametric dan nonparametric lebih fleksibel dan dapat mencangkup variabel yang lebih luas dibandingkan dengan alat analisis yang lain.

METODE

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung dari objek penelitian. Data ini sudah dikumpulkan dan kadang disediakan secara sengaja oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan penelitian. Menurut Purhantara (2010), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti berkaitan dengan data sekunder, terutama berkaitan dengan keakuratan data. Adapun langkah yang perlu peneliti tempuh untuk mendapatkan data yang akurat adalah sebagai berikut pertama Kemampuan data yang tersedia menjawab masalah atau pertanyaan (kesesuaian dengan pertanyaan penelitian). Kedua Kesesuaian antara periode waktu tersedianya data dengan periode waktu yang diinginkan dalam penelitian. Ketiga Kesesuaian antara populasi data yang ada dengan populasi yang menjadi perhatian peneliti. Keempat Relevansi dan konsistensi unit ukur yang digunakan. Kelima Biaya yang dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Keenam Kemungkinan biasa yang ditimbulkan oleh data sekunder. Ketujuh Dapat atau tidaknya dilakukan pengujian terhadap akurasi pengumpulan data.

Data Envelopment Analysis (DEA) adalah alat analisis yang digunakan untuk mengukur nilai efisiensi yang membutuhkan variabel input untuk menghasilkan output yang diharapkan.

(6)

124 dalam pendekatan DEA yaitu model Charnes , Choper dan Roodes (CCR) DAN Model Banker, Charnes dan Cooper (BCC). Model CCR di kembangkan oleh charnes , cooper dan Rhodes pada tahun 1978. Model DEA dengan asumsi ini mengandung arti bahwa penambahan imput sebesar n kali akan meningkatkan output sebesar n kali atau di sebut dengan asumsi constant return to scale (CRS). Model ini menjelaskan bahwa nilai dalam pengukuran tingkat efisiensi memiliki batasan yakni dalam rentang nilai 0 hingga 1 dan bobotnya harus positif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bank dikatakan efisiensi jika memiliki angka rasio yang mendekati 1 atau 100%, sedangkan jika bank memiliki angka mendekati 0 hal tersebut menunjukkan bahwa efisiensi bank semakin rendah. Sedankan model VRS merupakan modifikasi dari model pendekatan CRS tetapi tetap berlandaskan pada model DEA yang mana sebagai persamaan dalam mengukur tingkat efisiensi teknis. Penggunaan CSR tepat dilakukan pada perusahaan yang berkompetitif dalam skala optimal, sehingga bagi perusahaan yang tidak berfokus pada operasi pada skala optimal dapat mengukur efisiensi dengan menggunakan perhitungan VRS Komaryatin (2006).

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov smirnov uji ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen, dengan susunan data berbentuk ordinal pada tabel distribusi frekuensi kumulatif dengan menggunakan kelas interval (sugiyono 2015). Persamaan uji Normalitas kolmogorov smirnov adalah D=maksimum [Sn1(x)- Sn2(x)] Sedangkan

hipotesis yang digunakan adalah: H0 = data berdistribusi normal apabila nilai

probabilitas < 0,05 dan Ha = data tidak berdistribusi normal apabila nilai probabilitas

> 0,0 5, dikarnakan uji normalitas menunjukaan hasil data tidak berdistribusi noemal maka dilanjutkan denan uji Kruskal Wallis.

Uji peringkat Kruskal-Wallis diperkenalkan oleh W.H Kruskal danWallis pada tahun 1952, yang merupakan turunan dari uji Mann-whitney U-Test yang hanya bisa di bandingkan dua sampel independen (siregar 2015). Uji Kruskal-Wallis merupakan uji nonparametrik. Untiuk itu uji di lakukan untuk antisipasi apabila data tidak berdistribusi normal. Siregar (2015) asumsi yang di gunakan dalam menerapkan metode ini adalah data merupakan sampel acak hasil pengamatan, populasi tidak terdistribusi tertentu, jumlah sumpel tidak besar, skala pengukuran yang di pakai ordinal, antar sampel tidak saling mempengaruhi dan terakhir variabel yang di amati yaitu variabel kontinu. Kriteria pengujian efesiensi apabila H-hitung > X2tabel maka H0 di terima dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara

sampel. Sedangkan apabila H-hitung < X2tabel maka H0 di tolak dan terdapat

perbedaan yang signifikan di antara sampel. Atau juga bisa melihat nilai signifikansinya dimana apabila p value > 0,05 (α) maka H0 di terima dan tidak

(7)

125 terdapat perbedaan yang signifikan. Namun apabila p value < 0,05 (α) maka H0 di

tolak dan terdapat perbedaan yang signifikan.

HASIL

Tingkat efisiensi bank umum syariah di negara ASEAN berdasarkan data tahun 2013 sampai tahun 2017 diperoleh hasil perhitungan tingkat efisiensi dengan metode DEA dengan metode CRS, VRS, dan Scale Efisiensi. Dengan asumsi CRS bank efisien optimum sangat sedikit daripada VRS yang artinya pada metode CRS lebih mudah menghasilkan bank yang tidak efisien. Sedangkan metode VRS menghasilkan lebih banyak bank yang efisien secara optimal. Berikut ini data dari laporan keuangan perbankan syariah di negara Asean dengan periode 2013-2017.

Table 2.

Rata-Rata Tingkat Efesiensi Bank Umum Syariah Di ASEAN

Tahun Bank *CRS Jumlah Bank Tahun Bank *VRS Jumlah Bank

2013 3,4,5,6,7 5 2013 1,2,3,4,5,6,7 7 2014 3,4,5,6,7 5 2014 1,2,3,4,5,6,7 7 2015 1,3,4,6,7 5 2015 1,2,3,4,5,6,7 7 2016 3,4,6,7 4 2016 1,2,3,4,6,7 6 2017 1,3,4,5,7 5 2017 1,2,3,4,5,6,7 7 Keterangan *

1: Bank Sariah mandiri 2: Bank Muamalat Indonesia 3: MayBank Islamic Berhad 4: CIMB Islamic Berhad

4. Al Amanah Islam Bank 5. Islam Bank Of Thailand

6. Bank Islam Brunei Darussalam Berdasarkan tabel di atas, peneliti membuat rata-rata dari ketujuh bank umum syariah di dalam periode penelitian. Berikut adalah olah data rata-rata efisiensi bank umum syariah di Asean dengan CSR,VSR dan Scale

Tabel 3.

Tingkat efisiensi Bank umum syariah di Asean dengan asumsi CRS,VRS dan

Scale efficiency

Bank CSR VSR Scale Efficiency

Bank Syariah Mandiri Bank Muamalah Indonesia MayBank Islamic Berhad CIMB Islam Berhad Al Amanah Islam Bank Islam Bank Of Thailand

Bank Islam Brunei Darussalam

87% 89% 100% 100% 84% 99% 100% 100% 100% 100% 100% 99% 100% 100% 80% 89% 100% 100% 84% 99% 100% Average 94% 99,8% 93%

(8)

126 Dapat dilihat di tabel bahwa terdapat hampir semua Bank Umum Syariah mengalami efisien secara optimal baik dengan asumsi CRS, VRS ataupun Scale efisiensi. Bank dengan tingkat efisiensi optimum adalah MayBank Islamic Behad, CIMB Islamic Behad dan Bank Islamic Brunai Darussalam dengan nilai efisiensi 100% .

Grafik 1. CRS, VRS, dan Scale

Tingkat efisiensi yang dihasilkan oleh BUS pada penelitian ini mempunyai nilai efisiensi yang cenderung sama, yaitu memiliki tingkat efisiensi yang optimum, hanya pada tahun 2016 bank Al Amanah tidak efisiensi optimum (Asumsi VRS), hal ini menunjukkan bahwa Asumsi VRS memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi dari asumsi CRS, sehingga peneliti menggunakan hasil asumsi VRS sebagai objek penelitian.

Setelah selesai uji efisiensi dari masing-masing Bank Umum Syariah di ASEAN, dilanjutkan dengan uji statistic untk melihat ada tidaknya perbedaan tingkat signifikansi dari masing-masing bank umum syariah di negara bagian ASEAN. Namun sebelum pengujian dilakukan langkah pertama yang dilakukan adalah uji normalitas dengan uji normalitas kolmogorov smirnov agar dapat di ketahui apakah data berdistribusi normal atau sebaliknya. Apabila hasil sudah diketahui dan data berdistribusi normal maka pengujian dilanjutkan dengan uji ANOVA one way. Dan apabila data tidak berdistribusi normal maka uji dilanjut dengan uji Kruskal Wallis. Uji kolmogorov smirnov dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: H0 : Jika nilai probabilitasnya > dari 0.05 artinya hipotesis a ditolak yang berarti data berdistribusi normal Ha : Jika nilai probabilitas </= 0.05, artinya hipotesis nol ditolak yang berarti data tidak berdistribusi normal. Hasil pengolahan uji kolmogorov smirnov dengan program SPSS 25.0 didapatkan hasil analisa sebagai berikut .

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% CSR VSR Scale Effeciency

(9)

127

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 35

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 162.31550229 Most Extreme Differences Absolute .418 Positive .418 Negative -.359 Test Statistic .418

Asymp. Sig. (2-tailed) .000c

Sumber : datadiolah

Diketahui nilai Asymp.sig sebesar 0.000 yang artinya hipotesis a diterima dan menunjukkan data tidak berdistribusi normal, maka karena ini uji dilanjutkan dengan uji kruskal wallis.

Berdasarkan uji kolmogorov smirnov yang telah dilakukan di atas, didapatkan hasil data tidak berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji beda dengan uji Kruskal Wallis. Untuk melihat perbedaan tingkat efisiensi dari setiap bank umum syariah di negara bagian ASEAN maka dilakukan uji beda kruskal wallis. Uji kruskal wallis merupakan uji nonparametric yang dipakai untuk menganalisis perbedaan lebih dari dua sampel penelitian. Uji kruskal wallis dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:H0 : tidak signifikan apabila nilai Asymp.sig lebih besar dari 0,05 H1 : signifikan apabila nilai Asymp.sig lebih besar dari 0,05 Test Statistics,b efisien Kruskal-Wallis H 6.000 Df 6 Asymp. Sig. .423

Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa asymp.sig nya 0.423 menunjukkan nilai lebih besar dari 0.05 maka artinya hipotesis diterima dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara BUS di negara bagian ASEAN.

PEMBAHASAN

Hasil analisis tingkat efisiensi menunjukkan bahwa dengan asumsi CRS bank tidak semua bank mengalami efisiensi optimum begitu juga dengan asumsi VRS. Namun asumsi VRS lebih banyak menghasilkan bank dengan tingkat efisiensi

(10)

128 optimum. Bank Umum Syariah yang berada di Malaysia, Thailand dan Brunei Darussalam menunjukkan tingkat efisiensi optimum paling banyak dengan dua metode penelitian, bank umum syariah yang berada di Negara Indonesia dan Filipina tidak menunjukkan nilai optimum sempurna dari semua metode dan dalam setiap tahun penelitian. Nilai efisiensi optimum berada pada nilai 100%, efisiensi dengan nilai terendah berada pada Bank ALAmanah Filipina yang hanya mendapat nilai efisiensi 99%. Berdasarkan pendekatan intermediasi yang berorientasi input, maka dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah di negara ASEAN (yang tidak mencapai efisiensi optimum) harus mengurangi inputnya dan sekaligus meningkatkan jumlah output. Pada Al Amanah Islamic Bank, variabel output yang menjadi penyebab efisien terbesar adalah pendapatan operasional yaitu sebesar 79% dan investasi finansial yaitu sebesar 87%, sedangkan variabel input yang in efisien adalah biaya operasional sebesar 2% dana pihak ketiga sebesar 33% dan aset tetap sebesar 2%.

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa tingkat efisiensi di antara BUS di ASEAN periode 2013 sampai dengan 2017 dengan alat bantu uji beda kruskall wallis terdapat tujuh bank umum syariah yang berada di lima negara bagian ASEAN dengan kriteria penelitian yang dipaparkan sebelumnya yaitu Indonesia menyumbangkan dua bank yakni Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia. Malaysia juga menyumbangkan dua bank yaitu Maybank Islamic Behand dan CIMB Islamic Behand sedangkan negara Brunei Darussalam, Filipina dan Thailand masing-masing menyumbang satu bank yaitu Bank Islamic Brunei Darussalam, Amanah Islamic dan terakhir bank Islamic Of Thailand. Berdasarkan hasil uji beda menjelaskan bahwa hasil uji beda yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak teridentifikasi perbedaan yang signifikan antara bank umum syariah di negara anggota bagian ASEAN dan cenderung berada di tingkat sangat baik dan hamper semua bank yang mewakili penelitian ini mempunyai nilai efisiensi 1 dan disebut sebagai efisiensi optimal. Keadaan ini membuat perbedaan tingkat efisiensi pada perbankan umum syariah di negara bagian ASEAN tidak signifikan. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Yulita dan Rizal (2017) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perbankan syariah di Indonesia dan malaysia pada tahun 2006-2014. Begitu pula dengan penelitian yan dilakukan Muhammad Mahatir Ilham (2018) mengatakan bahwa dengan alat bantu uji DEA terdapat kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara BUS di ASEAN.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dengan asumsi CRS dan Scale BUS di Malaysia, dan Brunei Darussalam lebih efisien daripada BUS di Negara Indonesia, Filipina dan

(11)

129 Thailand. Sedangkan menurut asumsi VRS hampir semua BUS di ASEAN efisiensi secara optimal kecuali Bank Al Amanah Filipina. Dapat dilihat juga nilai rata-rata yang mencapai nilai optimum pada BUS di Asean adalah BSM, BMI, MayBank, CIMB, IB Thailand dan BIBD Brunei Darussalam yaitu 100% sedangkan efisien terendah adalah bank Al Amanah Filipina yaitu 99%. Analisis statistik menggunakan uji beda Kruskal-Wallis menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan dari tingkat efisiensi bank umum syariah di negara bagian ASEAN.

Berikut ini beberapa Faktor yang menjadi penyebab inefesien pada BUS yang berada di ASEAN Variabel input meliputi Beban biaya operasional, Dana Pihak Ketiga, dan Aset Tetap. Adapun untuk variabel output yang perlu mendapatkan perhatian adalah Pendapatan operasional, dan Investasi Finansial. Di ASEAN, variabel yang menjadi penyebab inefisiensi terbesar adalah Investasi Finansial yaitu sebesar 87% dan pendapatan operasional sebesar 79%, sedangkan variabel yang efisien adalah Pembiayaan yang hanya sebesar 0.00%.

Membengkaknya investasi finansia diakibatkan jumlah investasi pada surat berharga sangat kecil, sehingga lembaga kesulitan untuk mengadopsi teknologi baru yang mampu meningkatkan keuntungan dan meminalkan biaya manajeman. Atau dengan kata lain semakin kecil keuntungan yang di peroleh dari investasi pada surat berharga akan membuat bank semakin inefesien dalam menelola sumber dayanya. Untuk mencapai efesien Bank Umum Syariah perlu meningkatkan investasin pada surat berharga yang memiliki potensi baik di masa yang akan dating, sehingga efesiensi atau kinerja bank dapat meningkat.

Masih kurangnya efisiensi pendapatan operasional jua perlu mendapat perhatian. Hanya saja persoalannya apabila masih terkait dengan rencana investasi tentu menjadi kendala tersendiri. Misalnya saja pendapatan operasional diperoleh dari layanan jasa ATM. Maka sepanjang ATMnya tidak bertambah akan sulit. Tetapi, celakanya menambah ATM juga berarti mengeluarkan sejumlah biaya yang tidak sedikit. Meningkatkan pendapatan operasional harus tetap memperhatikan input output ratio. Pada umumnya peningkatan pendapatan operasional selalu berkaitan dengan penggunaan teknologi yang mampu meningkatkan pelayanan kepada nasabahnya. Jadi sebenarnya peluang peningkatan pendapatan operasional hanya akan lebih banyak dimanfaatkan oleh sejumlah bank yang secara teknologi sudah maju.

Aset tetap yang berlebih, hal ini terjadi bukan hal yang tidak mungkin karena adanya ekspansifitas tinggi. Pembangunan cabang baru, kendaraan operasional, mesin ATM, dan sebagainya, menambah daftar panjang inefisiensi dari segi Aset Tetap yang berlebih. Sebenarnya hal ini bisa diatasi atau diminimalisir melalui kerjasama yang apik dengan bank konvensional induknya untuk menekan cost of

(12)

130 fixed asset, misalnya dengan optimalisasi office channeling, strategi ATM bersama, atau dengan terobosan baru yaitu branchless banking dimana cabang tanpa kantor berbentuk fisik. Selain bisa menghemat biaya fixed asset, Bank Umum Syariah pun bisa menjangkau lebih dekat dengan calon nasabah, khususnya nasabah unbankable sehingga bisa tercapainya financial inclusion.

Biaya operasional inefesien diakibatkan adanya agresifitas ekspansif Bank Umum Syariah. Ketika ekspansi, tentu membuka kantor cabang baru dan akhirnya terjadi peningkatan jumlah SDM. Ketika jumlah SDM meningkat, tentunya cost pun ikut meningkat. Belum lagi, cost of training dan pendidikan bagi SDM menjadi ikut membengkak, karena minimnya jumlah SDM Syariah dari sisi supply namun demand dari industri syariah yang meningkat (ekspansifitas). Manajemen bank syariah perlu adanya terobosan baru, misalnya untuk menghemat Beban Tenaga Kerja namun tetap efektif. Ketika SDM mencapai efisien dan efektif, bukan hal yang tidak mungkin target efisiensi Beban Tenaga Kerja yang masih kurang sebesar 2% bisa tercapai.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran untuk kesempurnaan penelitian periode yang akan datang

1. Bagi Bank Umum Syariah khususnya di Indonesia dan bagian negara ASEAN lainnya diharapkan untuk memperhatikan tingkat efisiensi BUS saat ini dan selalu memperhatikan semua aspek yang menjadi sumbangsih inefisiensi seperti lebih fokus pada total aset, DPK, biaya operasional, pendapatan operasional dan investasi finansial. Di mana BUS diharapkan bisa menyeimbangkan antara penghimpunan dana dan penyaluran, agar tujuan dari perbankan syariah terealisasikan dengan baik. Dan dengan demikian bank dapat memperbaiki tingkat efisiensi bank umum syariah.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan rentang waktu yang lebih lama, 10 atau 15 tahun agar penelitian lebih valid. Dan disarankan menggunakan metode analisis yang lain dengan pendekatan yang lain agar bisa mengkomparasikan antara kedua metode penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Karim dan Adiwarman Karim. 2006. “Bank Islam (analisis fiqih keuangan)” edisi tiga.PT. Raja Grafindopersada. Jakarta.

Abdul Rahman Abdul Rahim, dan Romzi Rosman.2013. “Efficiency of Islamic Banks: A Comparative Analysis of MENA and Asian Countries” jurnal of economic cooperation and development.34.1.2013, 63-92

(13)

131 Abidin, Zainal dan Endri. 2009. “Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan

Daerah: Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).” Jurnal Akuntansi dan Keuangan 11: 21–29.

Amran.2011. “fiqih Perbankan Syariah Transformasi Fiqih muammalah ke dalam peraturan perundan-undanan”. Refika Aditama. Bandun.

Amirillah, Afif. 2014. “Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia.Journal of Economics and Policy 7 (2): 100–202.

Ascarya. 2013. “Akad dan Produk Bank Syariah”. Rajawali Pers. Jakarta.

Ansori, Abdul Ghafur. 2007. “Perbakan Syariah Di Indonesia”. Gajah Mada University press. Yogyakarta.

Didit Purnomo, Cahyaninsih, Pnaestri, Didit Purnomo dan Harun. 2017.“Kinerja Beberapa Bank Syariah Berdasar Tingkat Efisiensi Melalui Pengukuran DEA”. Studi Islam XII.2:133-140.

Chandrarin, Grahita.2017. “Metode Riset Akuntansi Pendekatan Kuantitatif”. Salemba empat. Jakarta

Darsono, Astiyah siti, Dkk.2017. “Perbankan Syariah di Indonesia Kelembagaan dan Kebijakan Serta Tantangan ke Depan.” Rajawali pers:Jakarta.

DPPAI, Tim. 2018. “Pilar Substansial Islam”. Revisi. DPPAI UII.Yogyakarta. Fathony, Moh. 2012. “Estimasi dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Efisiensi

Bank Domestik dan Asing di Indonesia”. Jurnal keuanan dan perbankan.16.2:223-237.

Hidayah, Nur, dan Didit Purnomo. 2014. “Tingkat Efisiensi Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah di Indonesia.” Researchs Methods and Organizational Studie

Hidayat, rahmat. 2011.“Kajian Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia (Pendekatan Data Envelopment Analysis).” Media Riset Bisnis dan Manajemen.

Siregar, Hermanto, dan Apriyana. 2015.” Factor-fakktor yan mempenaruhi efesiensi biaya perbankan di kawasan ASEAN”. Jurnal Manaeman Tehnoloi 14.3:321-333.

Indonesi, Ikatan, Bankir Indonesia.2015. “Strategi Bisnis Perbankan Sayriah”. Granmedia Pustaka Utama: Jakarta.

Sudarsono Heri. 2008. “Bank & Lembaga Keuangan Syari'ah”. Ekonisia. Yogyakarta.

Muhammad.2005. “Manajemen Bank Syari’ah” Revisi. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Muthaher, Osmad. 2012. “Akuntansi Perbankan Syariah”. Graha Ilmu. Yogyakarta Rianto dan Arif. 2015.“Efisiensi pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia”.

Jurnal Keuangan dan Perbankan.

Pernomo, Trihendra, dan Nurul Widyanti. 2013.“Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap Return Saham pada Perusahaan Properti”. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen.

(14)

132 Salemba Empat. Jakarta.

Qoniawati, Rinasari. 2013.“Efisiensi Perbankan di Indonesia dan Pengaruhnya terhadap Return Saham dengan Pendekatan Data Evelopment Analysis (DEA).” Manaeman dan busnes 17.1:27-40.

Rafika, Rahmawati. 2015.“Strategi Peningkatan Efisiensi Biaya pada Bank Umum Syariah Berbasis Stochastic Frontier Approach dan Data Envelopment Analysis”. Buletin ekonomi moneter dan perbankan 17.4:457-480.

Wiyanto, R. Dkk. 2008. “Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”. PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas Gramedia. Jakarta.

Wiwik , Widyawati, Dan Musdholifah (2018) “Analisis Komparatif Tingkat Kesehatan Perbankan Dengan Metode Camels Di Asean”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 6 No 4

Wiroso.2011.”produk perbankan syariah”. Lpfe Usakti.Jakrta.

Yasmin Umar Assegaf daan Falikhatun. 2012. “Bank Syariah di Indonesia: Ketaatan pada Prinsip-Prinsip Syariah dan Kesehatan Finansial”. Accounting and Management 1. Conference In Business,

Annual Report AlAmanah Islamic Bank. Di akses pada tanggal 23 september 2020 di ambil dari http://www.amanahbank.gov.ph/

Annual Report BIBD. Di akses pada tanggal 23 september 2020 di ambil dari http://www.bibd.com.bn/

Annual Report Bank Muammalah Indonesia. Di akses pada tanggal 23 september 2020 di ambil http://www.bankmuamalat.co.id/

Annual Report Bank Muammalah Indonesia. Di akses pada tanggal 23 september 2020 di ambil http://www.bankmuamalat.co.id/

Annual Report CIMB. Di akses pada tanggal 25 september 2020 di ambil https://www.cimbIslamic.com/

Annual Report Bank Indonesia. Di akses pada tanggal 25 september 2020 di ambil https://www.bi.go.id/

Annual Report Bank syariah mandiri. Di akses pada tanggal 14 Oktober 2020 di ambil https://www.syariahmandiri.co.id/

Annual Report May Bank Di akses pada tanggal 14 Oktober 2020 di ambil https://www.maybank2u.com.my/

Referensi

Dokumen terkait

Bila dibandingkan dengan jenis ternak ruminansia lainnya yang dipotong di Kabupaten Barito Selatan, ternak sapi masih dalam kategori yang aman, jika dibandingkan dengan

Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going

Dari dimensi pasar, dengan beralihnya kepemilikan dari wewenang pemerintah pusat melalui pemerintah provinsi ke pemerintah daerah (kabupaten), terjadi perubahan

• Fase II untuk mengetahui lebih jauh keamanan dan efikasi, biasa ada 2 kelompok yang mendapat vaksin dan tidak mendapat vaksin (the placebo or control group).. Jumlah subyek

Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas

Tahap implementasi pem- belajaran berdesain ICARE dil- akukan dengan pendekatan ek- sperimen. Pada tahap ini dikaji tentang keterlaksanaan desain pembelajaran ICARE

Intisari – Penelitian ini dilatarbelakangi temuan terkait pemahaman konsep fisika dasar mahasiswa calon guru Fisika yang menunjukkan adanya kesulitan-kesulitan

tujuan untuk mengubah perilaku kelayan ke arah kehidupan yang lebih baik. Usaha mikro industri garmen ini merupakan sentra garmen yang ada di Kelurahan Sukawana