• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI DAKWAH MUSLIMAT NU, FATIMIYAH, DAN AISYIYAH DALAM MENGEMBANGKAN UKHUWAH ISLAMIYAH DI DESA BANGSRI KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI DAKWAH MUSLIMAT NU, FATIMIYAH, DAN AISYIYAH DALAM MENGEMBANGKAN UKHUWAH ISLAMIYAH DI DESA BANGSRI KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN JEPARA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

Ayu Isnaini 081211048

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

ii

Kepada

Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah

IAIN Walisongo Semarang

di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana mestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi saudari:

Nama : Ayu Isnaini NIM : 081211048 Fak. / Jur. : Dakwah / KPI

Judul Skripsi : STRATEGI DAKWAH MUSLIMAT NU,

FATIMIYAH, DAN AISYIYAH DALAM

MENGEMBANGKAN UKHUWAH ISLAMIYAH DI DESA BANGSRI KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

Dengan ini telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 25 Juni 2012

Pembimbing,

Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi dan Tata Tulis

Dr. H. M. Nafis, M. A Drs. H. Najahan Musyafak, M. A NIP.1960 1106 198703 1 002 NIP. 1970 1020 199503 1 001

(3)

iii

AISYIYAH DALAM MENGEMBANGKAN UKHUWAH ISLAMIYAH DI DESA BANGSRI KECAMATAN BANGSRI

KABUPATEN JEPARA

Disusun oleh

Ayu Isnaini 081211048

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 29 Juni 2012

Dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat Susunan Dewan Penguji

Ketua Dewan Penguji/

Dekan/ Pembantu Dekan Sekretaris Dewan Penguji

Drs. H. Nurbini, M. S. I Drs. H. Fahrur Rozi, M.Ag

NIP. 19680918 199303 1 004 NIP. 19690501 199403 1 001

Penguji I Penguji II

Dra. Hj. Amelia Rahmi, M.Pd H. M. Alfandi, M. Ag

NIP. 19660209 199303 2 003 NIP. 19710830 199703 1 003

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. M. Nafis, M.A Drs. H. Najahan Musyafak, M. A

(4)

iv

sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum / tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

Semarang, 29 Juni 2012

Ayu Isnaini NIM: 08211048

(5)

v

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah yang diberikan kepada setiap makhluk-Nya. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, inspirator umat yang tiada pernah kering untuk digali ilmunya.

Keberhasilan dalam penyusunan skripsi dengan judul “Strategi Dakwah Muslimat NU, Fatimiyah, Dan Aisyiyah Dalam Mengembangkan Ukhuwah Islamiyah Di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara” tidak terlepas dari bantuan, semangat, dan dorongan baik material maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.A selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Dr. M. Sulthon, M. Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo

Semarang.

3. Dr. H. M. Nafis, M.A dan. Drs. H. Najahan Musyafak, M.A. selaku Pembimbing I dan Pembimbing II atas kesabarannya dalam membimbing dan memberikan arahan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. H. M. Alfandi, M.Ag. dan Ahmad Faqih, S.Ag., M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

5. Para dosen dan staf karyawan di lingkungan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang atas arahan, pengetahuan, dan bantuan yang diberikan.

6. Ayah dan ibu tercinta yang telah bersusah payah demi membahagiakan ingin keilmuanku.

7. Kakak-kakakku dan seluruh kerabat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberi warna dalam hidup penulis.

8. Sedulur-sedulur KSK Wadas yang selalu memberi motivasi saat penulis sedang bersedih hati.

(6)

vi

permohonan maaf, semoga budi baik serta amal shaleh mereka diterima serta mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menantikan kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya peneliti berharap semoga Allah SWT selalu memberi petunjuk dan kita semua selalu dalam lindungan-Nya. Amiin.

Semarang, Juni 2012 Penulis

(7)

vii

berjalan bersama dengan kesabaran dan do’a, kupersembahkan kepada:

o Ayah dan ibuku tercinta, kiranya karya ini tiada akan pernah ada tanpa kasih

sayang engkau berdua. Keringat, doa dan airmata yang tertumpah untukku

telah menjelma ke dalam setiap huruf yang tersusun dalam karya ini.

o Untuk Kakak-kakakku, semoga karya ini mampu menjadi sampan yang

menyatukan kerinduan yang telah lama terpenggal oleh ego dan inginku hingga

peranku padamu tak terasa seperti layaknya.

o Segenap keluarga besar KSK WADAS yang telah memberikan pengajaran

hidup dalam setiap pengalaman

(8)

viii







































































Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,

Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di

tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu

mendapat petunjuk. (Q.S. Ali Imran ayat 103)

(9)

ix

umat Islam yang terjadi di Desa Bangsri. Perbedaan sudut pandang tentang ajaran Islam tidak jarang menimbulkan konflik antar organisasi Islam yang ada di masyarakat. Namun, hal tersebut tidak berlaku di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Keberadaan organisasi NU, Syiah dan Muhammadiyah di desa tersebut ternyata urung menimbulkan konflik. Hal ini akan lebih mengejutkan manakala pada lingkungan organisasi wanitanya yakni Muslimat NU, Fatimiyah dan Aisyiyah malah tercipta hubungan persaudaraan yang kuat antar anggota organisasi dengan organisasi lainnya. Keberhasilan mewujudkan ukhuwah Islamiyah tersebut tentunya tidak terjadi begitu saja melainkan membutuhkan strategi dakwah. Oleh sebab itulah penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan strategi dakwah ketiga organisasi wanita Islam di Desa Bangsri dalam upaya mengembangkan ukhuwah Islamiyah. Harapan dari penelitian ini adalah adanya masukan yang berarti untuk dapat dijadikan percontohan bagi wilayah yang masih rawan konflik, khususnya konflik internal Islam.

Untuk itu diajukan rumusan masalah bagaimana strategi dakwah Muslimat NU, Fatimiyah dan Aisyiyah dalam mengembangkan Ukhuwah Islamiyah di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Rumusan masalah tersebut akan memusatkan pada aspek strategi ketiga organisasi serta penilaian komunikasi dakwah terhadap strategi yang diterapkan oleh ketiga organisasi dalam mengembangkan ukhuwah Islamiyah.

Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, dokumentasi dan observasi. Sedangkan analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa taktik atau strategi dakwah yang dilaksanakan oleh ketiga organisasi wanita Islam di Desa Bangsri memiliki kesamaan antara satu dengan yang lainnya yakni dengan menggunakan strategi dakwah internal dan eksternal. Meskipun terkesan terdapat dua lingkup strategi, namun pada dasarnya relevansi strategi dakwah organisasi wanita Islam di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara dalam upaya pengembangan ukhuwah Islamiyah internal umat Islam tidak dapat dilepaskan dari strategi yang berorientasi pada pembangunan pemahaman yang terpadu sehingga menciptakan perasaan se-Islam dan berakhir dengan perilaku (psikomotorik) ukhuwah Islamiyah dalam perbedaan sudut pandang mengenai Islam yang positif. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari keteladanan dai yang menjadi kunci efektifitas komunikasi dakwah sehingga mampu mewujudkan tujuan esensi dakwah dengan terciptanya feedback berupa perilaku ukhuwah Islamiyah dalam perbedaan di lingkungan organisasi keislaman wanita di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara.

(10)

x

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

ABSTRAKSI... ... ix

DAFTAR ISI... ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4.Tinjauan Pustaka ... 8

1.5.Metode Penelitian ... 11

1.6.Sistematika Penulisan ... 18

BAB II STRATEGI DAKWAH DAN UKHUWAH ISLAMIYAH 2.1.Tinjauan Umum tentang Dakwah ... 19

2.1.1. Pengertian Dakwah dan Dasar Hukumnya ... 19

2.1.2. Unsur-Unsur Dakwah... 26

2.1.3. Strategi Dakwah ... 30

2.2.Ukhuwah Islamiyah ... 34

BAB III ORGANISASI MUSLIMAT NU, FATIMIYAH, DAN AISYIYAH DAN STRATEGI DAKWAHNYA 3.1.Profil Desa Bangsri ... 38

3.2. Deskripsi Ukhuwah Islamiyah di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara ... 44

(11)

xi

MENGEMBANGKAN UKHUWAH ISLAMIYAH DI DESA

BANGSRI KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA ... 69

BAB V PENUTUP ... 86

5.1.Kesimpulan ... 87

5.2.Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(12)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Pluralitas adalah salah satu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah (sunnatullah). Indikator sederhana dari ketetapan Allah mengenai pluralitas dalam kehidupan dunia terlihat dari pluralitas penciptaan manusia (Thoha, 2005: 206). Hal tersebut sesuai dengan ayat al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13:











































Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (Duta Ilmu, 2002: 847). Ayat di atas selain menegaskan tentang adanya perbedaan yang menjadi ketetapan Allah, juga terkandung esensi tujuan dijadikannya perbedaan dalam kehidupan manusia, yakni tujuan untuk saling mengenal satu sama lain. Aspek pengenalan terhadap pluralitas dalam kehidupan yang dialami manusia merupakan dasar utama untuk melahirkan sikap-sikap toleran antar manusia. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya saling mengenal sehingga memunculkan sikap saling memahami dalam rangka meminimalisir

(13)

potensi perselisihan. Umat manusia diperintahkan agar tidak bercerai berai sebagaimana firman-Nya dalam Q.S.Ali Imron ayat 103















Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, …(Duta Ilmu, 2002: 79)

Meskipun demikian umat manusia tidak semuanya dapat memahami perbedaan sebagai anugerah untuk saling memahami. Tidak sedikit konflik antar golongan, suku dan agama terjadi yang disebabkan oleh perbedaan dalam kehidupan yang plural. Di antara contoh konflik yang terjadi di masyarakat adalah pada tahun 1999 di Desa Dongos Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara, atau juga perselisihan antar kelompok ormas keagamaan yang terjadi akibat adanya beberapa perbedaan penerimaan dan pemahaman tentang ajaran Islam yang diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW yang berujung pada tuduhan bid’ah.

Tidak selamanya konsep pluralitas dapat menimbulkan konflik dalam kehidupan sosial. Hal tersebut dapat terlihat dalam kehidupan beragama di Kelurahan Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara, di mana masyarakatnya terdiri oleh umat Islam dengan pandangan yang berbeda-beda. Ada tiga kelompok organisasi keagamaan dominan, yakni Muslimat dari Nahdlatul Ulama (NU), Fatimiyah dari Syiah dan Aisyiyah dari Muhammadiyah. Meskipun memiliki perbedaan pandangan mazhab, latar belakang budaya dan pemahaman nilai-nilai keagamaan, namun hal itu tidak menimbulkan permasalahan bagi kehidupan sosial keagamaan mereka, bahkan

(14)

dalam kehidupan keseharian telah tercipta kebersamaan. Kebersamaan tersebut diwujudkan melalui saling menghormati dan mengikuti aktivitas keagamaan organisasi lainnya serta memberikan bantuan kepada salah satu kelompok organisasi keagamaan ketika membutuhkan.

Salah satu contoh dari kebersamaan tersebut, menurut Ibu Muzaro’ah (2012) salah satu pengurus Aisiyah, adalah dukungan yang diberikan oleh Muslimat NU dan Fatimiah Syiah kepada Aisiyah Muhammadiyah ketika terjadi penyusupan yang berpotensi menimbulkan perpecahan di Aisiyah pada tahun 2009. Penyusupan yang dialami oleh Muhammadiyah dilakukan oleh beberapa orang yang datang dari luar Bangsri dengan tujuan untuk memecah belah Muhammadiyah. Dukungan tersebut diwujudkan dengan ikut terlibat aktif dalam proses pembersihan Aisiyah dari penyusup yang mencoba untuk memecah belah Muhammadiyah. Penyusup yang masuk melalui lembaga pendidikan Muhammadiyah yang menyebar fitnah tersebut berhasil “diamankan” oleh Muhammadiyah dengan dibantu oleh warga NU dan Syiah. Selain itu, wujud kebersamaan antar organisasi keislaman wanita tersebut terlihat dari kegiatan PKK dan tahlil yang dilakukan oleh anggota ketiga organisasi tersebut. Meskipun berbeda pandangan tentang tahlil, namun organisasi Aisiyah dan Fatimiah tidak melarang anggotanya untuk mengikuti kegiatan PKK.

Fenomena yang terjadi di Kelurahan Bangsri merupakan wujud dari pemahaman terhadap nilai-nilai Islam yang diajarkan dan diperintahkan oleh Allah dalam kehidupan yang plural sebagaimana tersebut dalam Q.S.

(15)

al-Hujurat ayat 13. Selain firman Allah, sikap positif untuk saling memahami dan menghormati perbedaan yang dilakukan oleh kelompok organisasi keagamaan di Kelurahan Bangsri juga sama dengan keteladanan Nabi Muhammad SAW saat melaksanakan dakwah di Madinah. Melalui deklarasi Piagam Madinah, Nabi Muhammad SAW menyatukan perbedaan yang terjadi di antara penduduk dalam satu kesatuan Madinah. Hasilnya adalah terciptanya kesatuan, persaudaraan dan pemahaman penduduk yang berbeda agama dan suku bangsa dalam pemerintahan Madinah. Implikasi dari kesatuan ini adalah adanya sikap saling menghormati serta saling memberi bantuan manakala salah satu kelompok suku atau agama membutuhkan bantuan, termasuk umat Islam manakala mendapat serangan dari suku Quraisy (Muhyidin dan Safei, 2002: 107).

Keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan pemerintahan Madinah idealnya menjadi contoh bagi umat Islam dalam merespons perbedaan yang dialami dalam kehidupan yang plural. Sebagai agama penyempurna dan pemersatu, bukan berarti Islam tidak memiliki perbedaan. Dalam salah satu haditsnya, Nabi telah menjelaskan bahwa umat Islam terpecah ke dalam 73 golongan dan yang akan selamat adalah umat Islam yang menjadi ahli sunnah dan menjaga persatuan. Ironisnya, tidak sedikit umat Islam yang terjebak dalam perbedaan dan bahkan harus terlibat dalam perselisihan atau pertengkaran antar kelompok akibat adanya perbedaan tersebut.

(16)

Potensi perselisihan yang mengancam umat Islam di Indonesia cenderung besar dikarenakan adanya latar belakang yang berbeda-beda berupa suku bangsa, politik maupun status sosial (Khadziq, 2009: 117). Kebersamaan yang terwujud dalam kehidupan plural umat Islam di Kelurahan Bangsri sebuah fenomena kehidupan masyarakat umat Islam Indonesia dalam menyikapi perbedaan Islam. Perbedaan yang dimiliki oleh umat Islam apabila tidak dipahami dan disikapi secara bijak dapat mengancam persatuan umat Islam bahkan dapat mengganggu stabilitas kenegaraan.

Realitas kehidupan umat Islam di Desa Bangsri tersebut dapat terwujud. Tentu ada strategi-strategi yang dilaksanakan oleh ketiga organisasi wanita tersebut dalam upaya menjaga dan mengembangkan ukhuwah Islamiyah di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Figur peran wanita tidak dapat dilepaskan dari perjalanan sejarah Kota Ukir (nama lain Jepara). Sejarah telah mencatat paling tidak dua tokoh wanita yang telah mampu menunjukkan kemampuan mereka dalam melakukan suatu perubahan, yakni Ratu Kalinyamat dan R.A. Kartini. Nama yang disebut terakhir sangat fenomenal karena mampu memberikan perubahan tentang paradigma pendidikan bagi warga pribumi, khususnya kaum wanita. Hal ini seolah mengindikasikan adanya peluang peranan wanita dalam memberikan perubahan dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Jepara.

Peranan wanita dalam berkehidupan social di Jepara salah satunya dapat terlihat di Desa Bangsri sebagaimana telah dijelaskan di atas. Meskipun pada organisasi NU, Syiah dan Muhammadiyah terdapat organisasi-organisasi

(17)

dari remaja namun pada kenyataannya kehidupan ukhuwah Islamiyah lebih hidup di kalangan organisasi wanitanya. Jika di tingkatan remaja atau pemuda dari ketiga organisasi keagamaan yang ada di Desa Bangsri tidak ada ikatan yang terlihat formal dalam rangka menjalin ukhuwah Islamiyah, maka tidak demikian dengan organisasi wanita. Berbagai kegiatan social telah menjelma menjadi perwujudan ukhuwah Islamiyah di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh dengan melakukan penelitian terkait dengan persaudaraan Islam yang dipraktekkan secara baik oleh organisasi keagamaan yang ada di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara dengan judul “Strategi Dakwah Muslimat NU, Fatimiyah, Dan Aisyiyah Dalam Mengembangkan Ukhuwah Islamiyah Di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara“

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi dakwah Muslimat NU, Fatimiyah dan Aisyiyah Dalam Mengembangkan Ukhuwah Islamiyah di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi dakwah organisasi Muslimat NU, Fatimiyah dan Aisyiyah dalam mengembangkan Ukhuwah Islamiyah di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis

(18)

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan untuk pengembangan ukhuwah Islamiyah dalam masyarakat plural.

b. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi media pembanding dalam khazanah keilmuan di bidang komunikasi dan penyiaran Islam, khususnya berkaitan dengan komunikasi dakwah antar organisasi keagamaan dalam rangka menciptakan dan menjaga ukhuwah Islamiyah.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini dapat menjadi sarana penulis dalam mempraktekkan ilmu-ilmu pengetahuan.

b. Hasil peneliitian ini diharapkan menjadi acuan dalam upaya menciptakan ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan plural di Jawa Tengah bahkan Indonesia.

1.4 Kajian Pustaka

Untuk menghindari plagiasi dalam penelitian ini, maka berikut ini disajikan beberapa hasil penelitian yang memiliki kesamaan dengan obyek penelitian.

Pertama, hasil penelitian yang dilakukan oleh Subekan (2005), mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo dengan judul penelitian Peran Forum Komunikasi Antar Umat Beragama Dalam Mentablighkan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Di Kabupaten Boyolali. Penelitian yang memusatkan pada forum komunikasi antar umat beragama ini menitikberatkan pada bagaimana peran forum komunikasi antar umat beragama dalam

(19)

menciptakan dan menjaga kerukunan umat beragama. Penelitian ini menggunakan metode wawancara, dokumentasi dan observasi dalam mengumpulkan data dan analisanya menggunakan analisa kualitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa forum komunikasi umat beragama sangat memiliki peran dalam menjaga kerukunan umat beragama. Peran tersebut lebih terlihat manakala terdapat umat beragama minoritas dalam suatu wilayah di Boyolali. Melalui keberadaan forum komunikasi antar umat beragama, berbagai persoalan yang berkaitan dengan perbedaan ajaran agama yang tidak jarang berdampak pada sosialisasi masyarakat dapat diselesaikan dengan baik. Selain itu, forum komunikasi antar umat beragama juga berperan sebagai organisasi yang mensosialisasikan tentang hal-hal yang berhubungan dengan perbedaan agama.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ghufroni (1994) dengan judul Metode dan Strategi Perkembangan Agama Islam Pada Lembaga Di Kotamadia Semarang. Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif ini menggunakan metode wawancara, dokumentasi dan observasi ini memusatkan permasalahan pada penerapan metode sebagai media mengembangkan Islam. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa metode yang digunakan oleh Lembaga Dakwah di Kotamadia Semarang menggunakan metode diskusi antar kelompok lembaga dakwah. Melalui diskusi ini segala persoalan, khususnya yang berhubungan dengan perbedaan pandangan kelompok umat Islam, dapat diselesaikan dengan solusi yang baik.

(20)

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Solihah (2002) dengan judul Kebijakan Dakwah Islam dalam Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan memusatkan pada permasalahan metode yang digunakan dalam membina kerukunan umat beragama. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dalam menciptakan kerukunan di masyarakat yang beragam bisa terwujud dengan menggunakan metode dialog antar umat beragama. Dengan adanya metode dialog tersebut, segala macam permasalahan dapat dibicarakan untuk dicari solusinya.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Mujahidin (1991) yang berjudul Studi tentang Strategi Dakwah Kodama (Korp Dakwah Mahasiswa Islam) Di Yogyakarta. Penelitian yang memfokuskan pada analisis strategi dakwah ini dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa strategi dakwah yang dilakukan oleh Kodama lebih terpusat pada penyusunan program kerja yang dapat menunjang pelaksanaan dakwah dalam masyarakat yang plural.

Kelima, penelitian yang dilakukan Faisal (2010) dengan judul Strategi Dakwah K.H. Maemoen Zubair dalam Mengembangkan Akhlaq Masyarakat Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang. Hasil penelitian yang dilakukan secara kualitatif ini adalah bahwa penggunaan strategi dakwah yang dilakukan oleh K.H.Maemoen Zubair memiliki kesesuaian dengan budaya mad’u. Penggunaan bahasa Jawa Ngoko dalam ceramah dapat dengan mudah dipahami oleh masyarakat yang sangat kental dengan tradisi dakwah klasik

(21)

(ceramah). Meskipun beragam karakter, masyarakat dapat menyatu dalam kharismatik K.H. Maemoen Zubair.

Kelima penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian ini, yakni dakwah Islam dalam masyarakat plural sebagai tema penelitian. Di sisi lain, kelima penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian yang penulis laksanakan. Perbedaan tersebut terletak pada aspek lokasi dan pusat kajian. Dari kelima penelitian yang telah dilaksanakan, tidak ada satupun yang mengkaji dakwah sebagai upaya penjaga perdamaian dalam peluang konflik. 1.5 Metodologi Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif yaitu penelitian yang datanya diperoleh dari lapangan, baik berupa data lisan maupun data tertulis (dokumen). Sedangkan maksud dari kualitatif adalah penelitian bersifat mengembangkan teori, untuk menemukan teori baru dan tidak dilakukan dengan menggunakan kaidah statistik (Moleong, 2002: 75). Dalam hal ini, penelitian diarahkan pada pengamatan secara langsung di lapangan terhadap fakta sosial tentang pengembangan ukhuwah Islamiyah antara

(22)

organisasi keagamaan yang berbeda yang terjadi di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara.

2. Definisi Konseptual a. Strategi

Strategi secara bahasa berasal bahasa Yunani yakni dari kata strategia yang memiliki kesamaan dengan kalimat the art of general yang artinya seni seorang panglima. Secara umum, strategi memiliki makna cara untuk mencapai tujuan dengan menggunakan kekuatan dan sumber daya yang ada (Sumarsono, 2001: 139). Sedangkan menurut Syahidin (2003: 168) memberikan arti strategi sebagai usaha untuk merumuskan dan menetapkan berbagai pilihan kebijakan, aksi dan solusi yang paling tepat dan relevan.

Dalam aspek komunikasi, pemilihan strategi komunikasi harus memperhatikan hal-hal: (1) alternatif pilihan strategi, (2) kondisi prioritas dan penunjang komunikasi pembangunan, (3) sasaran komunikasi, (4) konsekuensi dari filosofi kegiatan. dan (5) upaya meningkatkan dampak ganda dari kegiatan yang dilakukan. Untuk melakukan hal itu, Van De Ban dan Hawkins (1998) menawarkan adanya tiga strategi yang dapat dipilih, yaitu rekayasa sosial, pemasaran sosial dan partisipasi sosial.

Sedangkan dalam aspek organisasi sebagai pelaksana komunikasi strategi organisasi, sebagaimana dikutip dalam Media Trust, strategi tersebut harus memperhatikan beberapa hal berikut ini:

(23)

1) Tujuan 2) Sasaran

3) Pesan Instrumen dan kegiatan Sumber daya

4) Skala waktu Evaluasi dan perbaikan

(http://www.mediatrust.org/training-events/training-resources/online-guide)

b. Ukhuwah Islamiyah

Menurut Nata (2001: 236) secara umum ukhuwah Islamiyah memiliki arti persaudaraan orang-orang Islam. Pengertian ini sama dengan yang dinyatakan oleh Wahyudin dkk (2009: 92-93) yang mengartikan ukhuwah Islamiyah sebagai ukhuwah yang bersifat Islami atau yang diajarkan oleh Islam. Ukhuwah Islamiyah merupakan salah satu dari empat jenis ukhuwah, yaitu:

1) Ukhuwah ‘ubudiyah atau saudara kesemahlukan dan kesetundukan kepada Allah.

2) Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu.

3) Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.

(24)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ukhuwah Islamiyah secara garis besar dapat dilakukan dengan dasar sesama muslim dan sesama makhluk Allah.

3. Sumber Data

Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 macam:

a. Sumber data primer

Data primer adalah data utama yang berkaitan dengan pokok masalah penelitian yang mana data tersebut diambil dari sumber data utama (Azwar, 1998: 91). Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah data yang berhubungan dengan ukhuwah Islamiyah antar organisasi keagamaan wanita di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah program kerja strategi dakwah ketiga organisasi dan hasil wawancara dengan pengurus ketiga organisasi keagamaan wanita yang menjadi obyek penelitian, yakni Muslimat, Fatimiyah dan Aisyiyah di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara.

b. Sumber data sekunder

Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen atau literatur-literatur yang mempunyai relevansi terhadap pembahasan skripsi ini. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari beberapa buku, kitab, hadits dan lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.

(25)

4. Metode Pengumpulan Data

Salah satu tahap yang penting dalam proses penelitian ini adalah tahap pengumpulan data. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah:

a. Metode Interview

Interview adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan percakapan dengan sumber informasi secara langsung (tatap muka) untuk memperoleh keterangan yang relevan dengan penelitian ini (Koentjaraningrat, 1981: 162). Metode ini penulis gunakan untuk mencari data sebagai berikut:

1) Konsep ukhuwah Islamiyah dalam organisasi keagamaan wanita yakni Muslimat, Fatimiyah dan Aisyiyah.

2) Strategi Dakwah Muslimat NU, Fatimiyah, dan Aisyiyah dalam mengembangkan Ukhuwah Islamiyah Di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara.

Informan yang diwawancarai dalam penelitian ini sebanyak 11 orang dengan perincian sebagai berikut:

1) Pengurus Muslimat NU Anak Cabang Bangsri yang terdiri dari 4 informan

2) Pengurus Pimpinan Cabang Aisyiyah Bangsri yang terdiri dari 3 informan.

(26)

b. Metode Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data berupa sumber data tertulis (yang berbentuk tulisan). Sumber data tertulis dapat dibedakan menjadi: dokumen resmi, buku, majalah, arsip, ataupun dokumen pribadi dan juga foto (Sudarto, 2002: 71). Dokumen-dokumen yang dijadikan arsip dalam penelitian ini meliputi: 1) Profil Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara.

2) Profil organisasi Muslimat NU, Aisyiyah dan Fathimiah.

3) Dokumentasi kegiatan dakwah dalam mengembangkan ukhuwah Islamiyah antar organisasi keagamaan Muslimat NU, Aisyiyah dan Fatimiyah.

c. Observasi

Observasi adalah proses pengumpulan data dengan cara mengamati kegiatan. Hasil pengamatan kemudian dibuat catatan sebagai data dalam penelitian. Obyek observasi dalam penelitian ini meliputi:

1) Kegiatan keagamaan masing-masing organisasi 2) Kegiatan keagamaan masyarakat

5. Metode Analisis Data

Menurut Daymon dan Holloway (2008, 369)Analisis data kualitatif secara umum dapat dilakukan sebagai berikut:

(27)

a. Proses reduksi

Proses reduksi adalah proses mengolah data dari data yang tidak atau belum tertata menjadi data yang tertata. Dalam proses reduksi ini terkandung aspek pengeditan, pemberian kode dan pengelompokan data sesuai dengan kategorisasi data.

Proses reduksi bertujuan untuk mengolah data yang diperoleh melalui pengumpulan data agar menjadi data yang dapat dipahami dan tersusun secara sistematis. Hasil dari proses reduksi adalah data yang tersusun dalam Bab II dan Bab III.

b. Proses interpretasi (penafsiran)

Setelah data selesai disusun secara sistematis, tahap berikutnya yang ditempuh adalah tahap analisa. Pada tahap ini data yang berkaitan dengan permasalahan yang diajukan ditafsirkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.

Adapun metode analisis data yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu proses analisis yang didasarkan pada kaidah deskriptif dan kualitatif. Kaidah deskriptif merupakan proses analisis terhadap seluruh data yang telah didapatkan dan diolah, kemudian hasil analisa tersebut disajikan secara keseluruhan. Sedangkan kaidah kualitatif adalah proses analisis yang ditujukan untuk mengembangkan teori bandingan dengan tujuan untuk menemukan teori baru, berupa

(28)

penguatan terhadap teori lama, maupun melemahkan teori yang telah ada tanpa menggunakan rumus statistik (Danim, 2002: 41). Analisa deskriptif kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini bersifat perbandingan (komparasi), yaitu data-data lapangan yang diperoleh dianalisa dengan membuat perbandingan antar data organisasi dan juga perbandingan antara data lapangan dengan konsep ukhuwah Islamiyah.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan hasil laporan penelitian ini akan disajikan dalam tiga bagian, yakni bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. Penjelasan mengenai ketiga bagian tersebut adalah sebagai berikut:

Bagian awal isinya meliputi halaman cover, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman pernyataan, halaman abstrak, kata pengantar dan daftar isi.

Bagian isi yang merupakan bagian utama dari laporan penelitian. Bagian ini terdiri dari lima bab dengan penjelasan sebagai berikut:

Bab I adalah Pendahuluan yang isinya adalah latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II adalah kajian teori mengenai Dakwah dan Ukhuwah Islamiyah. Bab ini terdiri dari dua sub bab yakni Strategi Dakwah dan Ukhuwah Islamiyah.

Bab III adalah bab yang berisikan Deskripsi Muslimat NU, Fatimiyah, Dan Aisyiyah dan Strategi Dakwahnya. Bab ini terdiri dari tiga sub bab yakni

(29)

Profil Desa Bangsri, Deskripsi Ukhuwah Islamiyah Di Desa Bangsri dan Strategi Dakwah Muslimat NU, Fatimiyah, Dan Aisyiyah Dalam Mengembangkan Ukhuwah Islamiyah.

Bab IV yakni Analisis terhadap Strategi Dakwah Muslimat NU, Fatimiyah, Dan Aisyiyah Dalam Mengembangkan Ukhuwah Islamiyah Di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Dalam bab ini dibahas analisa penulis tentang relevansi strategi dakwah Muslimat NU, Fatimiyah dan Aisyiyah di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara dalam mengembangkan ukhuwah islamiyah di Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara.

Bab V adalah penutup yang isinya meliputi kesimpulan, saran dan penutup.

Sedangkan bagian akhir dari penulisan hasil penelitian ini isinya meliputi daftar pustaka, lampiran, dan daftar riwayat hidup.

(30)

19 BAB II

STRATEGI DAKWAH DAN UKHUWAH ISLAMIYAH

2.1. Tinjauan Umum tentang Dakwah

2.1.1 Pengertian Dakwah dan Dasar Hukumnya

Kata “dakwah” merupakan kata saduran dari kata

ةوعد ,وعدي ,اعد

(bahasa Arab) yang mempunyai makna seruan, ajakan, panggilan, propaganda, bahkan berarti permohonan dengan penuh harap atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut berdo’a (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990). Ahmad Syafi’i Ma’arif (1994: 101) menyimpulkan makna dakwah di dalam al-Qur'an tidak hanya sebagai menyeru, akan tetapi ucapan yang baik, tingkah laku yang terpuji dan mengajak orang lain ke jalan yang benar ,itu sama halnya dengan kegiatan dakwah.

Menurut A. Wahab Suneth dan Safrudin Djosan (2000: 8), dakwah merupakan kegiatan yang dilaksanakan jama’ah muslim atau lembaga dakwah untuk mengajak manusia masuk ke dalam jalan Allah (kepada sistem Islam) sehingga Islam terwujud dalam kehidupan fardliyah, usrah, jama’ah, dan ummah, sampai terwujudnya tatanan khoiru ummah. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah dalam surat ali-Imran ayat 110,

(31)

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar…. (Q.S. Ali Imran : 110)

Berdasarkan firman tersebut, sifat utama dakwah Islami adalah menyuruh yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, hal ini dilakukan seorang da’i dalam upaya mengaktualisasikan ajaran Islam. Kedua sifat ini mempunyai hubungan yang satu dengan yang lainnya yaitu merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan, seorang da’i tidak akan mencapai hasil da’wahnya dengan baik kalau hanya menegakkan yang ma’ruf tanpa menghancurkan yang munkar.

Secara terminologi, kata dakwah berbentuk sebagai “isim masdhar” (Syukir, 1983 : 1), yang berasal dari bahasa Arab da'â ( ااعد ) yad'û (وعدااي ) da'watan (ةوااعد), yang artinya seruan, ajakan, panggilan. Kemudian kata da’watan yang artinya panggilan atau undangan atau ajakan (Tasmara, 1997 : 31). Dengan kata lain dakwah memiliki makna persuasif yaitu ajakan atau himbauan.

Secara konseptual, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara lain: menurut Ya'qub (1973: 9), dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan RasulNya. Menurut Anshari (1993: 11) dakwah adalah semua aktifitas manusia muslim di dalam usaha merubah situasi dari yang buruk pada situasi yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT dengan disertai kesadaran dan tanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, dan terhadap Allah SWT. Menurut Umar (1985: 1) dakwah adalah mengajak manusia

(32)

dengan cara bijaksana menuju pada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.

Definisi lainnya dikemukakan Umary (1980: 52) dakwah adalah mengajak orang kepada kebenaran, mengerjakan perintah, menjauhi larangan agar memperoleh kebahagiaan di masa sekarang dan yang akan datang. Menurut Sanusi (tth: 11) dakwah adalah usaha-usaha perbaikan dan pembangunan masyarakat, memperbaiki kerusakan-kerusakan, melenyapkan kebatilan, kemaksiatan dan ketidak wajaran dalam masyarakat. Dengan demikian, dakwah berarti memperjuangkan yang ma'ruf atas yang munkar, memenangkan yang hak atas yang batil. Esensi dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran untuk keuntungan pribadinya sendiri, bukan kepentingan juru dakwah/juru penerang (Arifin, 2000: 6).

Dalam pengertian yang integralistik, dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang Islami (Hafidhuddin, 2000: 77). Dakwah adalah setiap usaha rekonstruksi masyarakat yang masih mengandung unsur-unsur jahili agar menjadi masyarakat yang Islami (Rais, 1999: 25). Oleh karena itu Zahrah (1994: 32) menegaskan bahwa dakwah Islamiah itu diawali dengan amar ma'ruf dan nahi munkar, maka tidak ada penafsiran logis lain lagi mengenai makna amar ma'ruf kecuali mengesakan

(33)

Allah secara sempurna, yakni mengesakan pada zat sifat-Nya. Lebih jauh dari itu, pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan sosio kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu (Achmad, 1983: 2).

Amar ma’ruf nahi munkar tidak dapat dipisahkan, karena dengan amar ma’ruf saja tanpa nahi munkar akan kurang bermanfaat, bahkan akan menyulitkan amar ma’ruf yang pada gilirannya akan menjadi tidak berfungsi lagi apabila tidak diikuti dengan nahi munkar. Demikian juga sebaliknya nahi munkar tanpa didahului dan disertai amar ma’ruf maka akan tipis bahkan mustahil dapat berhasil (Sanwar, 1985 : 4 )

Berdasarkan pendapat-pendapat para tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa dakwah pada dasarnya adalah usaha dan aktifitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam baik dilakukan secara lisan, tertulis maupun perbuatan sebagai realisasi amar ma’ruf nahi munkar guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pelaksanaan dakwah merupakan perintah Allah dan memiliki dasar hukum yang dijelaskan dalam firman Allah surat Ali Imran ayat 104

(34)

Artinya: “Dan jadilah kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh kepada berbuat baik dan mencegah atau melarang orang berbuat tidak baik dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”

Surat Ali Imran ayat 104 tersebut secara implisit menerangkan bahwasanya harus ada sebagian dari umat Islam yang mampu dan mau menjadi pengajak umat lain, baik umat Islam maupun non Islam, kepada kebaikan dan mencegah berbuat yang tidak baik. Adapun di kalangan para ulama, terdapat perbedaan pendapat mengenai hukum dakwah.

Sebagian ulama berpendapat bahwasanya hukum dakwah adalah fardlu ain yang merupakan kewajiban bagi setiap orang Islam tanpa terkecuali di mana apabila seseorang tidak melaksanakannya, maka ia akan mendapat sanksi berupa dosa individu. Pendapat ini dikuatkan dengan argumentasi sebagai berikut:

a. Kata dalam

عدأ

surat an-Nahl adalah bentuk amar (perintah) dari kata dasar

اعد

.

Oleh karena berbentuk amar maka sudah selayaknya dan secara otomatis setiap orang terkenai hukum fardlu (wajib). Sehingga pada akhirnya wajib pulalah perintah dakwah bagi seluruh umat Islam. b. Bahwasannya kata

مكنم

dalam surat al-Imran merupakan bayaniyah

(penegasan) atau littaukid (menguatkan) terhadap kata “waltakun”. Sehingga nantinya arti surat itu adalah “Hendaklah kamu menjadi satu umat yang menyeru …..”. Makna ini menegaskan bahwa umat Islam adalah umat yang satu dalam berdakwah, sehingga tidak ada sistem

(35)

perwakilan di mana setiap orang harus mampu menjadi pendukung pelaksanaan dan terlaksananya dakwah Islam.

c. Berdakwah tidak hanya terbatas pada perbuatan-perbuatan tertentu seperti ceramah, khutbah, dan pengajian saja yang memerlukan keahlian khusus dan hanya dapat dilakukan oleh beberapa orang saja, tetapi meliputi segala kegiatan yang dapat memberikan dorongan kepada orang lain untuk berbuat kebajikan dan memperlihatkan syi’ar Islam. Oleh karenanya fardlu (wajib) bagi seluruh umat Islam untuk menyampaikan dan menyebarkan syi’ar Islam sebatas pada kemampuannya (Ma'ruf, 1981; 7-8).

Sedangkan sebagian lain berpendapat bahwa hukum dakwah merupakan fardlu kifayah di mana apabila telah ada kelompok atau golongan yang telah mewakili dalam berdakwah, maka yang lain tidak diwajibkan berdakwah. Namun apabila tidak ada wakil dari suatu umat untuk melakukan dakwah, maka seluruh umat tersebut akan dikenakan sanksi hukuman. Pendapat ini didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut:

a. Kata “minkum” dalam surat al-Imran berfungsi sebagai littab’idh (menerangkan tentang yang sebagian atau segolongan) yang memiliki kesamaan dengan kata “ba’dhukum”. Sehingga mereka menganggap, berdasar dalil surat al-Imran : 104, bahwa kegiatan dakwah merupakan kewajiban bagi sebagian dari umat Islam saja. Sehingga jika telah ada

(36)

perwakilan yang melaksanakan dakwah, maka tidak wajib bagi sebagian lain untuk melaksanakannya.

b. Kegiatan dakwah bukanlah kegiatan yang bersifat sembarangan yang dapat dilakukan oleh sembarang orang pula. Apabila dakwah yang merupakan tugas suci dilakukan oleh sembarang orang maka dikhawatirkan nantinya akan terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dapat menimbulkan berbagai kerusakan bagi umat Islam (Ma'ruf, 1981; 7).

Perbedaan dalam dua pendapat para ulama tersebut, sebenarnya dapat diambil titik temu yang lebih bijak di mana dakwah akan memiliki sifat wajib bagi setiap orang manakala seseorang tersebut memiliki pengetahuan, wawasan, dan kemampuan berkaitan dengan nilai ajaran Islam dan lingkungan di sekitarnya memerlukan “pencerahan” dakwah Islam. Selain itu, nilai wajib dakwah Islam bagi setiap individu juga didasarkan pada kenyataan bahwa dakwah Islam juga harus dilaksanakan oleh individu kepada dirinya sendiri (introspeksi diri). Sedangkan dakwah dipandang memiliki nilai fardlu kifayah (kewajiban perwakilan) manakala ada sekelompok atau beberapa orang yang memiliki pengetahuan, wawasan, dan kemampuan yang lebih dibandingkan dengan beberapa atau kelompok orang yang lain.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan, dakwah adalah suatu usaha atau proses untuk mengajak umat manusia ke

(37)

jalan Allah, memperbaiki situasi yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni hidup bahagia sejahtera di dunia maupun di akhirat. 2.1.2 Unsur-unsur Dakwah

Konsep dakwah itu sendiri memiliki unsur-unsur yang tidak dapat ditinggalkan. Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah, yang tiap-tiap unsur saling mempengaruhi antar satu dengan yang lain. Dengan kata lain unsur-unsur dakwah merupakan sinergitas yang saling terkait untuk mewujudkan tujuan dakwah tersebut.

Unsur-unsur tersebut adalah : 1. Dai (subyek dakwah)

Yang dimaksud dai adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga (Aziz, 2004 : 76). Oleh karena itu terdapat syarat-syarat psikologis yang sangat kompleks bagi pelaksana yang sekaligus menjadi penentu dan pengendali sasaran dakwah. Salah satu syarat yang paling penting bagi seorang dai adalah masalah moral atau akhlak, budi pekerti (Aziz, 2004 : 77).

2. Mad’u (obyek dakwah)

Unsur dakwah yang kedua adalah mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.

(38)

Ada beberapa bentuk sasaran dakwah ditinjau dari segi psikologisnya, yaitu :

a. Sasaran dakwah yang menyangkut kelompok masyarakat di lihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, perkotaan, kota kecil, serta masyarakat di daerah marjinal dari kota besar. b. Sasaran dakwah di lihat dari struktur kelembagaan, ada golongan

priyayi abangan dan santri, terutama pada masyarakat jawa.

c. Sasaran dakwah di lihat dari tingkatan usia, ada golongan anak-anak, remaja dan golongan orang tua.

d. Sasaran dakwah di lihat dari segi profesi, ada golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri.

e. Sasaran dakwah di lihat dari segi tingkatan sosial ekonomis, ada golongan kaya, menengah dan miskin.

f. Sasaran dakwah di lihat dari segi jenis kelamin, ada golongan pria dan wanita.

g. Sasaran dakwah di lihat dari segi khusus ada masyarakat tunasusila, tunawisma, tunakarya, narapidana dan sebagainya (Aziz, 2004 : 91) 3. Materi Dakwah

Unsur lain selalu ada dalam proses dakwah adalah materi dakwah: materi dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da'i pada mad’u. materi-materi yang disampaikan dalam dakwah tentu saja tidak leas dari dua unsur utama ajaran Islam, al-Qur'an dan sunnah Rasul SAW atau hadits Nabi. Tekanan utama materi dakwah

(39)

tidak lepas dari aqidah, syari’ah dan akhlak. Dari bidang akidah meliputi keimanan atau kepercayaan kepada Allah, tauhid. Dari bidang syari’ah meliputi ibadah, muamalah, hukum perdata, hukum pidana. Dan dari bidang akhlak meliputi akhlak terhadap khalik, akhlak terhadap makhluk (Aziz, 2004 : 94-95 ).

4. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah (Islam). Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangatlah penting peranannya, suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, pesan bisa saja ditolak oleh si penerima pesan. Pedoman dasar atau prinsip penggunaan metode dakwah Islam sudah termaktub dalam al-Qur'an .Prinsip-prinsip dakwah ini disebutkan dalam surat an-Nahl ayat 125 sebagai berikut:

(

٥٢١

)

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu: bil hikmah, mau’izatul hasanah dan mujadalah billati hiya ahsan (Aziz, 2004 : 123)

(40)

5. Media Dakwah

Media dakwah yaitu peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada mad’u (Bachtiar, 1997 : 35) . Di era sekarang dakwah akan lebih efektif jika menggunakan media yang berkembang selama ini, khususnya dalam bidang komunikasi. Dakwah seperti ini bisa melalui televisi, radio, surat kabar dan berbagai macam media yang lain. Kelebihan dari pemakaian media ini adalah mudahnya menjangkau khalayak di berbagai tempat, sehingga lebih efektif. Para mubaligh, aktivis dan umat Islam pada umumnya selain tetap harus melakukan dakwah bil lisan (ceramah, tabligh dan khotbah) dapat pula harus mampu memanfaatkan media massa untuk melakukan dakwah bil qalam (melalui pena atau tulisan) di media cetak, melalui rubrik kolom, opini yang umumnya terdapat di surat kabar harian, mingguan, tabloid, majalah-majalah atau buletin internal masjid .

Pada dasarnya dakwah tidak hanya melalui lisan, tulisan ataupun sejenisnya. Dakwah pada era sekarang telah tersusun rapi dalam sbuah institusi dan jam’iyyah. Metode dan media dakwah ini dirasa memiliki efisiensi dan efektifitas yang relatif bagus. Berbagai lembaga dakwah dan organisasi kemasyarakatan Islam yang memiliki tujuan mengajak manusia ke arah yang lebih baik bisa dikategorikan sebagai media dakwah.

(41)

2.1.3 Strategi Dakwah

Seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya strategi merupakan istilah yang sering diidentikkan dengan “taktik” yang secara bahasa dapat diartikan sebagai respon dari sebuah organisasi terhadap tantangan yang ada. Sementara itu, secara konseptual strategi dapat dipahami sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi juga dapat dipahami sebagai segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang di harapkan secara maksimal. Dengan demikian, strategi dakwah dapat diartikan sebagai proses menentukan cara dan daya upaya untuk menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu guna mencapai tujuan dakwah secara optimal. (Pimay, 2005: 50). Dengan kata lain strategi dakwah adalah siasat, taktik atau manuver yang ditempuh dalam rangka mencapai tujuan dakwah.

Strategi dakwah Islam sebaiknya dirancang untuk lebih memberikan tekanan pada usaha-usaha pemberdayaan umat, baik pemberdayaan ekonomi, politik, budaya maupun pendidikan. Karena itu menurut Syukir strategi dakwah yang baik harus memperhatikan beberapa azas sebagai berikut :

1. Azas filosofis: azas ini terutama membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau dalam aktifitas dakwah.

(42)

3. Azas sosiologis: azas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik pemerintahan setempat, mayoritas agama di daerah setempat, filosofis sasaran dakwah. Sosiokultural sasaran dakwah dan sebagainya.

4. Azas psychologis: azas ini membahas masalah-masalah yang erat kaitannya dengan hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang Da`i adalah manusia, begitupun sasaran dakwahnya yang memiliki karakter (kejiwaan) yang unik yakni berbeda satu sama lainnya. Apalagi masalah agama, yang merupakan masalah idiologi atau kepercayaan tak luput dari masalah-masalah psychologis sebagai azas (dasar) dakwahnya. 5. Azas efektifitas dan Efisiensi: azas ini maksudnya adalah di dalam

aktifitas dakwah harus berusaha menseimbangkan antara biaya, tenaga dan waktu maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya, bahkan kalau bisa waktu, biaya dan tenaga sedikit dapat memperoleh hasil yang semaksimal mungkin. Dengan kata lain ekonomis biaya, tenaga dan waktu tapi dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin atau setidak-tidaknya seimbang antara keduanya. (Syukir, 1983 : 32-33)

Menurut Miftah Faridh (2001: 48) strategi dakwah yang sesuai dengan perkembangan zaman adalah sebagai berikut:

1. Strategi Yatluu Alaihim Aayaatih (strategi komunikasi) adalah strategi penyampaian pesan-pesan (al-Qur’an) kepada umat memiliki konsekuensinya. Terpeliharanya hubungan insani secara sehat dan

(43)

bersahaja, sehingga dakwah tetap memberikan fungsi maksimal bagi kepentingan hidup dan kehidupan. Disinilah proses dakwah perlu mempertimbangkan dimensi-dimensi sosiologi. Agar komunikasi yang didahuluinya dapat berimplikasi pada peningkatan kesadaran iman. 2. Strategi Yuzakkihim (strategi pembersih sikap dan perilaku) adalah

strategi pembersihan dimaksudkan agar terjadi perubahani individu masyarakat sesuai dengan watak Islam sebagai agama manusia karena itu dakwah salah satunya adalah mengemban misi memanusiakan manusia sekaligus memelihara keutuhan Islam sebagai agama Rahmatan Lilalamin.

3. Strategi Yu’alimu Humul Kitaaba Wa Hikmah (strategi pendidikan). Adalah strategi pembebasan manusia dari berbagai penjara kebodohan yang seringkali melihat kemerdekaan dan kreatifitas. Karena pendidikan adalah proses pencerahan untuk menghindari keterjebakan hidup dalam pola jahiliyah yang sangat tidak menguntungkan, khususnya bagi masa depan umat.

Berkaitan dengan perubahan masyarakat di era globalisasi, maka perlu dikembangkan strategi dakwah Islam sebagai berikut. Pertama, meletakkan pardigma tauhid dalam dakwah. Pada dasarnya dakwah merupakan usaha menyampaikan risalah tauhid yang memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal (egaliter, keadilan, dan kemerdekaan). Dakwah berusaha mengembangkan fitrah dan kehanifan manusia agar mampu memahami hakekat hidup yang berasal dari Allah dan

(44)

akan kembali kepada-Nya. Dengan mengembangkan potensi atau fitrah dan kehanifan manusia, maka dakwah tidak lain merupakan suatu proses memanusiakan manusia dalam proses transformasi sosio-kultural yang membentuk ekosistem kehidupan. Karena itu, tauhid merupakan kekuatan paradigmatis dalam teologi dakwah yang akan memperkuat strategi dakwah. (Pimay, 205 : 52)

Kedua, perubahan masyarakat berimplikasi pada perubahan paradigmatik pemahaman agama. Dakwah sebagai gerakan transformasi sosial sering dihadapkan pada kendala-kendala kemapanan keberagamaan seolah-olah sudah merupakaan standar keagamaan yang final sebagaimana agama Allah. Pemahaman agama yang terlalu eksetoris dalam memahami gejala-gejala kehidupan dapat menghambat pemecahan masalah sosial yang dihadapi oleh para juru dakwah itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pemikiran inovatif yang dapat mengubah kemapanan pemahaman agama dari pemahaman yang tertutup menuju pemahaman keagamaan yang terbuka.

Ketiga, strategi yang imperatif dalam dakwah. Dakwah Islam berorientasi pada upaya amar ma`ruf dan nahi munkar. Dakwah tidak dipahami secara sempit sebagai kegiatan yang identik dengan pengajian umum atau memberikan ceramah di atas podium, lebih dari itu esensi dakwah adalah segala bentuk kegiatan yang mengandung unsur amar ma`ruf dan nahi munkar. (Pimay, 205 : 52)

(45)

2.2. Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah Islamiyah dapat juga dimaknai sebagai kerukunan intern umat Islam yang juga disebut dengan ukhuwah Islamiyah. Istilah ukhuwah islamiyah terdiri dari dua kata yakni ukhuwah dan Islamiyah. Ukhuwah secara bahasa berarti persaudaraan. Sedangkan Islamiyah adalah kelompok orang-orang Islam. Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa ukhuwah Islamiyah berarti persaudaraan yang terjadi di lingkungan orang-orang Islam. Menurut Nata (2001: 236) secara umum ukhuwah Islamiyah memiliki arti persaudaraan orang-orang Islam. Pengertian ini sama dengan yang dinyatakan oleh Wahyudin dkk (2009: 92-93) yang mengartikan ukhuwah Islamiyah sebagai ukhuwah yang bersifat Islami atau yang diajarkan oleh Islam.

Ukhuwah Islamiyah dapat disebut juga dengan kerukunan umat seagama. Kerukunan umat seagama dalam konteks Indonesia di era sekarang semakin menjadi perhatian yang serius para elit pemerintah maupun para elit agama. Kerusuhan yang sering terjadi antara umat seagama muncul biasanya diakibatkan faktor ekonomi, politik dan lainnya. misalnya konflik di Kalimantan antara masyarakat Madura dengan penduduk setempat yang menelan banyak nyawa. Kerusuhan umat seagama ini menjadi pekerjaan elit agama masing-masing guna mencapai kalimatun sawa, yang menjadi pijakan manusia beragama dalam melakukan dialog. Dialog agama mencari persamaan untuk ditindaklanjuti menuju kerjasama yang lebih positif untuk kemajuan bangsa.

(46)

Kerukunan umat seagama menjadi hal yang tidak mudah untuk direalisasikan, bagaimana tidak sejak sejarahnya Islam sendiri mengalami beberapa kali perpecahan yang kebanyakan didasari tendensi politik. Berawal dari meninggalnya Rasulullah siapa penggantinya yang kemudian menimbulkan fitnatu al-kubr dan yang menjadi isu “abadi” antara Sunni dan Syi’ah (Nasution, 1998: 1-10). Yang masih menjadi perdebatan ideologis mana yang paling Islam dan pada akhirnya mana yang awal masuk surga/selamat (Muthahhari, 1992: 278). Demikian pula di Indonesia perseteruan antara ormas-ormas Islam yang berbeda dan tentunya ada prinsip-prinsip yang dianggap beda penafsirannya yang berakhir pada klaim kebenaran masih saja terjadi.

Ukhuwah Islamiyah dapat dilaksanakan dengan empat tahapan awal yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ta’aruf (pengenalan)

Tahap pengenalan merupakan tahap pertama yang dapat membuka peluang terciptanya suatu hubungan persaudaraan (ukhuwah). Pada tahap ini, masing-masing pihak akan memperkenalkan diri dengan segala karakter yang melekat dalam dirinya. Tujuan dari perkenalan adalah agar orang atau pihak lain mengetahui atribut yang dimiliki oleh seseorang atau satu pihak sehingga akan dapat melahirkan upaya untuk saling memahami.

(47)

2. Tafahum (saling memahami)

Setelah saling mengenal, maka pihak-pihak atau orang-orang akan berupaya untuk saling memahami. Proses saling memahami menjadi bagian penting untuk mewujudkan persaudaraan. Perkenalan tanpa ditindaklanjuti dengan upaya pemahaman akan dapat merusak hubungan yang telah ada. Ketidakmampuan memahami orang atau pihak lain akan dapat memicu konflik menjadi pertentangan yang besar hingga nantinya akan menimbulkan pertikaian atau bahkan perpecahan.

3. Ta’awun (saling menolong)

Dalam persaudaraan, aspek saling menolong juga dapat membuat semakin eratnya persaudaraan. Dengan adanya sikap saling menolong akan semakin memperbesar rasa persaudaraan yang telah terjalin.

4. Takaful (saling menanggung)

Apabila seseorang telah terikat dalam persaudaraan, rasa saling menanggung akan dapat memperkuat persaudaraan yang telah ada. Perasaan senasib sepenanggungan mungkin dapat menjadi landasan dalam aspek ini. Sejarah juga telah membuktikan bahwa kuatnya aspek sepenanggungan akan memperkuat rasa persaudaraan sehingga akan semakin mengokohkan kekuatan suatu kelompok persaudaraan sebagaimana telah terbukti dalam pergerakan perubahan, baik dalam sejarah syiar Islam maupun dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

(48)

5. Tasamuh (toleransi)

Tahap kelima ini merupakan hasil akhir dari keempat tahap sebelumnya. Artinya, apabila umat Islam yang hidup dalam kemajemukan dapat menjalankan dan melewati keempat tahapan sebelumnya dengan baik dan sukses akan tercipta suatu budaya toleransi antar mereka. Hal ini tidak berlebihan karena dalam toleransi sangat diperlukan pemahaman antar kelompok majemuk (plural).

(49)

38 BAB III

DESKRIPSI MUSLIMAT NU, FATIMIYAH DAN AISYIYAH SERTA STRATEGI DAKWAHNYA

3.1.Profil Desa Bangsri

3.1.1. Letak Geografis

Desa Bangsri merupakan salah satu wilayah dari beberapa desa ada di wilayah administrasi Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Luas wilayah Desa Bangsri adalah 748.978 ha. Sedangkan batas-batas wilayahnya adalah: sebelah utara dengan Kedungleper, selatan dengan Tengguli/Jambu, sebelah barat dengan Jeruk Wangi, serta sebelah timur dengan Banjaran. Jarak desa ini dari pusat pemerintahan kecamatan adalah 0,5 Km, dengan Kabupaten Jepara 17 Km, dengan Propinsi Jawa Tengah 87 Km, dengan Ibu Kota Negara 600 Km (Data Monografi Desa Bangsri, 2011)

Jumlah pemerintahan adminstrasi di bawah desa: RT 72, RW 18. Jumlah pegawai pelayanan masyarakat: pelayanan umum 10 orang, kependudukan 1 orang, legalisasi 1 orang. Jumlah wajib pajak desa Bangsri: 5215 orang. Jumlah anggota Lembaga Musyawarah Desa 15 orang.

(50)

3.1.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk desa Bangsri adalah 16.428 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 8035 jiwa dan penduduk perempuan sejumlah 8393. Sedangkan jumlah kepala keluarga adalah 3586 orang. Untuk status kewarganegaraannya, seratus persen WNI atau 16428 orang WNI dan 0 orang untuk WNA.

Berikut ini adalah pembagian penduduk berdasarkan beberapa klasifikasi.

a. Jumlah Penduduk Menurut Usia

Jumlah penduduk berdasarkan usia dapat dijelaskan pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk Desa Bangsri Kabupaten Jepara Menurut Usia

Keterangan Data Prosentase

00 – 06 tahun 1103 6.7 07 – 12 tahun 2023 12.3 13 – 18 tahun 1993 12.2 19 – 24 tahun 2229 13.6 25 – 55 tahun 8213 49.9 56 tahun ke atas 867 5.3 Jumlah 16428 100

Sumber: Monografi Desa Bangsri Kabupaten Jepara Tahun 2011 Dari tabel 3.1 tersebut dapat diketahui jumlah penduduk di Desa Bangsri Kabupaten Jepara yang paling banyak adalah penduduk dengan usia 25 sampai dengan 55 tahun yaitu berjumlah 8213 orang dari jumlah keseluruhan penduduk 16.428

(51)

orang, dengan prosentase sebesar 49,9 %. Sedangkan jumlah penduduk tersedikit adalah kelompok usia 56 tahun ke atas yang hanya berjumlah 867 atau sekitar 5,3%. Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Bangsri adalah penduduk yang berada pada fase usia produktif.

b. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Jumlah penduduk Desa Bangsri Kabupaten Jepara berdasarkan usia kerja yakni usia 17 tahun sampai 60 tahun adalah sebanyak 25.141 jiwa dengan berbagai jenis mata pencahariannya. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah penduduk Desa Bangsri Kabupaten Jepara (usia kerja) berdasarkan mata pencarian dapat dijelaskan berdasarkan tabel berikut:

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Desa Bangsri Kabupaten Jepara (Usia Kerja) Berdasarkan Mata Pencaharian

Sektor Data Prosentase

Karyawan 964 31.7 Wiraswasta 693 22.8 Tani 141 4.6 Tukang 619 20.4 Buruh Tani 369 12.1 Pensiunan 93 3.1 Nelayan 4 0.1 Pemulung 3 0.1 Jasa 153 5.1 Jumlah 3039 100

(52)

Berdasarkan data table di atas, mata pencaharian mayoritas penduduk Desa Bangsri adalah karyawan dengan jumlah sebesar 31,7% atau 964 orang. Mata pencaharian terbesar kedua adalah wiraswasta dengan jumlah 693 orang atau 22,8%. Sebagai wilayah pedesaan mata pencaharian dari lahan pertanian di Desa bangsri juga tidak dapat diremehkan. Dengan jumlah sebanyak 510 atau 16,7% menempati posisi keempat sebagai mata pencaharian di bawah mata pencaharian tukang (pertukangan) yang ditekuni oleh 619 orang (20,4%) penduduk Bangsri.

Tempat kelima diduduki oleh mata pencaharian jasa dengan jumlah 153 orang (5,1%) yang kemudian disusul dengan pensiunan sebanyak 93 orang (3,1%). Meskipun berada agak jauh dari garis pantai, penduduk Desa Bangsri ada yang menggantungkan pendapatannya dari laut dengan menjadi nelayan. Sebanyak 4 orang (0,1%) bermatapencaharian nelayan. Jumlah tersebut terpaut 1 orang lebih banyak dari jumlah mata pencaharian pemulung. Sebanyak 3 orang penduduk Desa Bangsri (0,1%) memilih untuk menjadi pemulung.

3.1.3. Pola Keberagamaan Penduduk

Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara termasuk kelompok desa dengan agama yang plural. Komposisi pemeluk agama di sana adalah: jumlah penganut Islam 16.402 orang,

(53)

Kristen 11 orang, Katolik 15 orang yang dapat ditabulasikan sebagai berikut:

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Desa Bangsri Menurut Agama

Keterangan Data Prosentase

Islam 16.402 99.8

Kristen 11 0. 1

Katholik 15 0.1

Jumlah 16.428 100

Sumber: Monografi Desa Bangsri Kabupaten Jepara Tahun 2011

Berdasarkan table 3.3 di atas, agama Islam merupakan agama mayoritas penduduk Desa Bangsri dan dipeluk hampir seluruh masyarakat. Dari prosentase 100%, penduduk yang tidak beragama Islam hanya 0,2% atau sejumlah 36 orang. Sedangkan sebanyak 16.402 orang (99,8%) adalah muslim. Untuk memenuhi kebutuhan peribadatan, di Desa Bangsri terdapat sarana peribadatan yang meliputi masjid sebanyak 15 buah, mushola 33 buah, gereja 3 buah.

Meskipun Desa Bangsri merupakan daerah yang majemuk, penduduk di wilayah Desa Bangsri Kabupaten Jepara yang mayoritas beragama Islam dapat hidup dengan harmonis dan menjaga kerukunan antar umat beragama di Desa Bangsri Kabupaten Jepara. Selain kemajemukan dalam hal agama yang berbeda, di lingkungan internal umat Islam juga terjadi kemajemukan. Hal ini

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan grafik CDC perilaku berdiri atau berjalan di dalam kelas pada situasi yang dituntut untuk duduk dapat dilihat terdapat 6 poin (titik) berada di bawah kedua

1.7 Denah Bangunan Gedung Student Center UBB direncanakan terdiri dari empat lantai yang diperuntukkan bagi mahasiswa UBB untuk meningkatkan sarana dan prasarana dalam kegiatan

Hasil penelitian ini adalah faktor penentu implementasi program beras miskin (raskin) di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang disebabkan oleh faktor sikap

berkomitmen terhadap masa depan yang lebih adil, emoh terhadap segala upaya suap dan jual beli suara yang merendahkan martabat pilihan politisnya, mampu membaca rekam jejak

Pertama,Ady Tjahyadi (2004) “Tinjauan Hukum Islam Terhadap UU Ketenagakerjaan Tentang Upah Pekerja”, penulis memaparkan tentang pekerja adalah tenaga kerja yang

Pemerintah berperan dalam mekanisme ekonomi, yang secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu pertama, peran yang berkaitan dengan implementasi nilai dan

1) Menurut hasil prediksi dengan metode Grover, Altman Z- Score dan Springate diperoleh kesimpulan bahwa PT Solusi Bangun Indonesia Tbk berada dalam kondisi

Penelitian ini juga mempertimbangkan hal-hal mendasar yang diperlukan pada saat ini yaitu sebuah korelasi perubahan budaya terhadap konsepsi inovasi yang