• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hormon Auksin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hormon Auksin"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Hormon Auksin adalah hormon tumbuhan yang berfungsi untuk memacu proses pemanjangan sel.

Hormon ini dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh) pucuk tumbuhan, yaitu ujung akar dan batang. Peran auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Belanda bernama Fritz Went (1903-1990).

Cara kerja hormon auksin dipengaruhi oleh cahaya. Hormon auksin akan aktif bila tidak terkena cahaya. Sedangkan apabila tumbuhan terkena cahaya, maka hormon auksin tidak aktif sehingga proses pemanjangan terhambat. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya fototropisme (membengkoknya batang tanaman ke arah cahaya) dimana sisi yang tidak terkena cahaya lebih panjang daripada yang terkena cahaya sehingga batang menjadi bengkok ke arah sisi batang yang terkena cahaya.

Hormon auksin bekerja sinergis dengan hormon giberelin. Auksin berpengaruh pada pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apikal (ujung) batang dapat menghambat tumbuhnya tunas lateral (samping) tumbuhan. Fungsi lain dari hormon auksin adalah membantu proses pertumbuhan akar dan batang, mempercepat perkecambahan, membantu proses pembelahan sel, merangsang kambium untuk membentuk xilem dan floem, memelihara elastisitas dinding sel, membentuk dinding sel primer, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah, menghambat rontoknya buah dan gugurnya daun, serta membantu proses partenokarpi (pembuahan tanpa penyerbukan).

Zat Pengatur Tumbuh pada tanaman (plant regulator), adalah senyawa organik yang bukan hara (nutrient), yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung (promote), menghambat (inhibit), dan merubah proses fisiologi tumbuhan. Hormon tumbuhan (plant hormone) adalah zat organik yang dihasilkan oleh tanaman, yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis tanaman. Hormon ditransportasikan dari bagian yang menghasilkan ke bagian tanaman yang lain.

Hormon tanaman dikelompokkan ke dalam lima kelompok, yiatu: auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan inhibitor. Masing-masing kelompok memiliki ciri yang khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologi tanaman. Hormon tanaman tidak bekerja sendiri di dalam tanaman. Pada kenyataanya hormon tidak berperan sendiri dalam pertumbuhan tanaman. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli membuktikan bahwa ada interaksi antar hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

(2)

Auksin adalah zat tumbuhan yang di temukan pada ujung batang,akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan tumbuhan. Auksin salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) suatu tanaman.

Auksin, hormon tanaman seperti indolasetat yang berfungsi untuk merangsang pembesaran

sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman., gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan. Auksin sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif sering yang digunakan dalam persiapan hortikultura komersial terutama untuk akar batang. Mereka juga dapat digunakan untuk merangsang pembungaan secara seragam, untuk mengatur pembuahan, dan untuk mencegah gugur buah.(yang termasuk Auksin IBA, NAA, 2,4-D). Golongan Auksin : Indole Aceti Acid (IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan Indole Acetic Acid (IBA). Yang paling penting dari keluarga auksin adalah indole-3-asam asetat (IAA).

Auksin

Auksin (auxin) berasal dari bahasa yunani yang artinya tumbuh. Adanya sesuatu zat yang dapat mengatur pertumbuhan ini awal mulanya diamati oleh Darwin dalam tahun 1897 dengan percobaan pengaruh penyinaran terhadap coleoptile (pucuk tanaman). Ketika penyinaran dilakukan pada ujung coleoptile, ujung coleoptile ini tumbuh mengikuti datangnya sinar. Hal ini menunjukkan bahwa adanya suatu zat atau senyawa yang mengatur pertumbuhan tanaman mengikuti datangnya arah sinar.

Pada tahun 1919 Paal melakukan percobaan dengan menggunakan potongan pucuk coleoptile yang membentuk kurvatur. Pertumbuhan tanaman yang melengkung ini menunjukkan adanya sesuatu yang mengatur pertumbuhan tanaman yang dihasilkan dari ujung coleoptile. Tahun 1928 Went menemukan sesuatu zat yang berperan dalam pertumbuhan tanaman akibat phototropisme dan pertumbuhan lainnya. Went kemudian mengatakan ungkapan yang kemudian sangat terkenal: ‘ohne wuchsstoff, kein wachtum’. Hasil penemuan berikutnya adalah ditemukannya indole acetic acid (IAA) oleh Kogl dan Konstermans (1934) dan Thymann (1935).

Auksin yang ditemukan Went diketahui sebagai asam indolasetat (IAA). Selanjutnya nama auksin digunakan untuk nama kelompok hormon dan zat pengatur tumbuh yang menimbulkan respon khas IAA. Tumbuhan sendiri mengandung 3 senyawa lain yang mirip dengan IAA baik struktur maupun respon yang diakibatkannya dan digolongkan sebagai auksin alami contohnya adalah Asam 4-kloroindolasetat (4-kloroIAA) yang banyak ditemukan pada biji muda kacang-kacangan, Asam phenilasetat (PAA) terdapat pada kebanyakan tanaman, dan Asam indolbutirat

(3)

(IBA) ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis dikotil. Adapun zat pengatur tumbuh (ZPT) ada yang tergolong sebagai auksin sintesis karena kemampuannya menimbulkan banyak respon fisiologis seperti yang ditimbulkan IAA, yaitu : asam a-naftalenasetat (NAA), asam 2,4-diklorophenoksiasetat (2,4-D), asam 2-metil-4klorophenoksiasetat (MCPA) , asam 2-naftalosiasetat (NOA), asam 4-klorophenoksiasetat (4-CPA), asam p-klorophenoksiasetat (PCPA), asam 2,4,5-triklorophenoksiasetat (2,4,5-T), asam 3,6-dikloroanisik (dikamba), dan asam 4-amino-3,5,6-triklorophikolinik (pikloram).

Peran fisiologis auksin adalah mendorong perpanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan xile dan floem, pembentukkan akar,pembungaan pada bromeliaceae, pembentukan buah partenokarpi, pembentukkan bunga betina pada pada tanaman diocious, dominan apical, response tropisme serta menghambat pengguran daun, bunga dan buah. Peranan Auksin dalam aktifitas kultur jaringan auksin sangat dikenal sebagai hormon yang mampu berperan menginduksi terjadinya kalus, menghambat kerja sitokinin membentuk klorofil dalam kalus, mendorong proses morfogenesis kalus, membentuk akar atau tunas, mendorong proses embriogenesis, dan auksin juga dapat mempengaruhi kestabilan genetik sel tanaman.

Efek paling penting auksin adalah

1. Pembesaran sel, dengan cara membuat dinding selulosa menjadi kenyal, meningkatkan potensi osmotic cairan sel, anyaman dinding fibril selulosa yang menyusun kerangka dinding sel menjadi kendor, memacu penambahan fibril selulosa.

2. Dominansi apical , bila kuncup ujung dibuang, maka akan merangsang mata tunas samping untuk tumbuh.

3. Auksin terlibat dalam berbagai tahapan reproduksi seperti serbuk sari, buah dan biji. Tanaman bisa menghaslkan buah tanpa biji.

Peranan auksin

 Pengembangan Sel, adanya pertumbuhan yg cepat, meningkatkan permeabilitas sel (kehadiran auksin meningkatkan masuknya difusi air), fase pertumbuhan ada dua yaitu fase pembelahan dan vase pelebaran (ada pada fase vakualisasi. Pada fase pelebran sel selain mengalami keregangan juga mengalami penebalan dalam pembentukkan material-amaterial dd sel baru, auksin menghalangi ion Ca2+ dalam pengerasan dd sel/ pektinase, sehingga dinding sel menjadi lunak.

 fototropisme, sel yang tdk tersinari kandungan auksinnya lebih tinggi, maka akan terjadi pembengkokan menuju arah sinar. apabila bag koleoptil disinari.

(4)

 Geotropisme, transportasi auksin kearah bawah akibat pengaruh geotropisme.yang diletakkkan mendatar, bagian bawahnya mengandung auksin lebih tinggi.

 Apical dominant. Apabila pucuk daun dibuang, maka akan mendorong pertumbuhan tunas lateral/ samping

 Perpanjangan akar. Apabila akar di bang tidak akan mempengaruhi pertumbuhan akar. Pemberian auksin yang tinggi akan menghambat pemanjangan akar, tetapi meningkatkan jumlah akar.

 Pertumbuhan batang (stem growth), Bila ujung koleoptil di buang, opertumbuhan berhenti, kandungan auksin tertinggi di pucuk.

 Partenocarpy (pembnetukan buah tanpa biji). Pertumbuhan ddg ovary dapat dirangsang dengan adanya auksin.

 Pertumbuhan buah, Pemberian auksin dapat memperbesar ukuran buah, pertumbuahan buah bisa lebih cepat.

 Merangsang produksi etilen pada konsentrasi tinggi  Merangsang perpanjangan sel

 Merangsang pembelahan sel di kambium dan, dalam kombinasi dengan sitokinin dalam kultur jaringan.

 Merangsang diferensiasi floem dan xilem

 Memacu inisiasi akar pada stek batang dan akar lateral dalam pengembangan kultur jaringan

 Perantara dalam respon tropistic lentur dalam menanggapi gravitasi dan cahaya

 Pasokan auksin dari tunas apikal menekan pertumbuhan tunas lateral  Penundaan penuaan daun

 Dapat menghambat atau merangsang (melalui stimulasi etilena) daun dan pematangan buah

 Dapat menginduksi pengaturan buah dan pertumbuhan pada beberapa tanaman

 Terlibat dalam mengasimilasi gerakan menuju auksin yang kemungkinan disebabkan efek transportasi pada floem

 Penundaan pematangan buah

 Mempromosikan berbunga di bromeliad

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan suatu tubuh tumbuhan sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan atau aktivitas bagian lainnya. Di duga hubungan itu terjadi karena adanya suatu senyawa kimia tertentu yang bergerak dari suatu bagian ke bagian lainnya. Senyawa kimia pada tumbuhan tersebut salah satunya adalah hormon. Hormon berasal dari kata Yunani hormaein yang berarti menggerakkan, dari pengertian hormon tersebut dapat dijabarkan bahwa hormon tumbuhan adalah suatu senyawa organic yang disintesis dalam satu bagian tumbuhan dan diangkut kebagian lain dalam konsentrasi yang sangat rendah dn melibatkan respon fisiologi.

Proses perkembangan dan pertumbuhan bagian tubuh tumbuhan tidak lepas dari pengaruh zat kimia tertentu berupa protein yang disebut hormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Para ilmuwan sendiri lebih sering menggunakan istilah zat pengatur tumbuh atau plant growth regulator.

Fungsi hormon pada tumbuhan yaitu sebagai koordinator pertumbuhan dan perkembangan. Hormon yang dimaksud adalah auksin, giberelin, sitokinin, absisin, dan etilen. Tergantung pad system yng dipengaruhi, hormon dapat berfungsi sendiri atau lebih sering dalam keseimbangan antar hormon itu. Pemberin hormon dapat berakibat terhadap berbagai macam pertumbuhan yang tidak berkaitan, diduga hormon dari luar akan mengganggu keseimbngan hormon di dalam tubuh. Konsentrasi masing-masing hormon akan menentukan tanggapan pertumbuhan yang terjadi. Hormon biasanya hanya efektif pada konsentrasi internal sekitar 1 µM atau kurang. Hormon yang diproduksi oleh tumbuhan sering mempengaruhi sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur tumbuh untuk membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak jauh.

Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Hormon tumbuhan adalah senyawa organic yang disintsis di salah satu bagian tumbuhan dan bahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis. Respon pada organ sasaran tidak perlu bersifat memacu, karena proses seperti pertumbuhan atau diferensiasi terkadang terhambat oleh hormon. Karena

(6)

hormone harus disintesis oleh tumbuhan, makaa ion anorganik seperti K⁺ atau Ca²⁺, yang dpat juga menimbulkan respon penting , dikatakan bukan hormone. Zat pengatur tumbuh organic yang disintesis olh ahli kimia organic (misalnya, 2,4,D, sejenis auksin).

Kini ditemukan kesimpulan bahwa salah satu hal yang dikerjakan hormone tumbuhan adalah mengendalikan aktivitas gen. agar hormone tumbuhan yang terdapat dalam jumlah mikromolar atau submikroolar itu bersifat aktif dank has, harus ada tiga bagian utama dalam system respons. Yang pertama hormone harus ada dalam jumlah yang cukup pada setiap sel yang tepat. Yang kedua, hormone harus dikenali an diikat erat oleh sekelompok sel yang tanggap terhadap hormone (sel sasaran). Yang ketiga, protein penerima harus menyebabkan metabolic lain yang mengarah pada penguatan isyarat atau kurir hormone.

Hormon auksin pertama kali ditemukan oleh Went yang terdapat pada ujung koleoptil kecambah gandum (Avena sativa). Pada penelitian Went lebih lanjut, ternyata diketahui hormon auksin juga ditemukan pada ujung koleoptil kecambah tanaman yang lain. Hormon auksin merupakan senyawa kimia Indol Asetic Acid (IAA) dihasilkan dari sekresi pada titik tumbuh yang terletak pada ujung tunas (terdiri atas batang dan daun), ujung akar, daun muda, bunga, buah, dan kambium. Jika hormon auksin berada di ujung tunas, maka akan diangkut oleh jaringan berkas pembuluh (xilem dan floem) menuju ke tunas untuk tumbuh dan pemanjangan sel-sel jaringan batangnya.

Pada bagian manakah hormon auksin diproduksi? Hormon auksin diproduksi di bagian koleoptil ujung tunas lalu diangkut oleh jaringan pembuluh angkut menuju tunas, selanjutnya tunas akan tumbuh menjadi tunas bagian akar, batang, dan daun. Pada tunas batang, auksin akan berkumpul di bawah permukaan batang yang menyebabkan sel-sel jaringan di bawah permukaan batang tersebut akan tumbuh lebih cepat dari sel-sel jaringan di atas permukaan batang. Mengapa demikian? Karena sifat hormon auksin sangat peka terhadap panas/sinar. Auksin akan rusak dan berubah menjadi suatu zat yang justru akan menghambat terjadinya pembelahan sel-sel pada daerah pemanjangan batang, sehingga pertumbuhan sel-sel batang yang terkena sinar matahari akan menjadi lebih lambat dibandingkan dengan sel-sel jaringan pada sisi batang yang tidak terkena sinar matahari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas permasalahan : 1. Apakah pengertian hormone?

2. Apakah pengertian hormone auksin?

3. Apa saja mcam-macam hormone auksin?

(7)

5. Bagaimana penerapan auksin dalam perkembangan dan pertumbuhan?

6. Bagaimana pengangkutan auksin?

7. Apa saja fungsi hormon auksin pada tumbuhan?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tulisan ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengertian hormone.

2. Mengetahui pengertian hormone auksin.

3. Mengetahui macam-macam hormone auksin.

4. Mengetahui proses biosintesis auksin.

5. Mengetahui penerapan auksin pada perkembangan dan pertumbuhan.

6. Mengetahui proses pengangkutan auksin.

7. Untuk mengetahui fungsi hormone auksin

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hormon

Perkembangan tumbuhan dipengaruhi atau dikontrol oleh hormone, yaitu senyawa-senyawa kimia yang disintesis pada lokasi tertentu oleh suatu organisme, kemudian diangkut ke tempat lain untuk selanjutnya bekerja melalui suatu cara yang spesifik pada konsentrasi yang sangat rendah, untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan atau metabolisme. Hormon tumbuhan atau bisa kita kenal dengan fitohormon ini merupakan senyawa organik yang berpengaruh terhadapa laju pertumbuhan yang dibuat oleh suatu bagian tumbuhan. Hormon tumbuhan dengan konsentrasi rendah menyebabkan suatu dampak fisiologis. Dampak fisiologi merupakan akibat yang terjadi pada proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

Pada kenyataannya sangat sukar untuk mendefinisikan istilah hormone dengan tepat. Penggunaan istilah zat pengatur tubuh sering lebih baik, dan menunjukkan senyawa-senyawa baik alami maupun sintetik yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme. Senyawa hormone bukan suatu metabolit antara atau hasil suatu rangkaian reaksi

(8)

yang dipengaruhinya, dan biasaya aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah. Beberapa kelompok hormone telah diketahui dan beberapa diantaranya bersifat sebagai perangsang pertumbuhan dan perkembangan (promoter), sedangkan yang lainnya bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada tumbuhan.

Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon padahewan. Namun demikian, hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari suatu jaringan khusus berupa kelenjar buntu (endokrin) sebagaimana hewan, tetapi dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya meristematik) yang menghasilkan zat ini apabila mendapat rangsang. Penyebaran hormon tumbuhan tidak harus melalui sistempembuluh karena hormon tumbuhan dapat ditranslokasi melalui sitoplasma atau ruang antarsel. Hormon tumbuhan dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan ("endogen"). Pemberian hormon dari luar sistem individu dapat pula dilakukan ("eksogen"). Pemberian secara eksogen dapat juga melibatkan bahan kimia non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan) yang menimbulkan rangsang yang serupa dengan fitohormon alami. Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh tumbuhan (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances) bagi hormon tumbuhan.

2.2 Pengertian Hormon Auksin

Istilah auksin ( dari bahasa Yunani auxien, “meningkatkan” ) pertama kali digunakan oleh Frits Went,seorang mahasiswa pascasarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat diketahui mungkin menyebabkan pembengkokan ini, yang disebut fototropisme. Senyawa yang ditemukan Went didapati cukup banyak di ujung koleoptil dan menunjukkan upaya Went untuk menjelaskan hal tersebut. Hal penting yang ingin diperlihatkan bahwa bahan tersebut berdifusi dari ujung koleoptil menuju ptongan kecil agar. Aktivitas auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan pada sisi yang ditempeli potongan agar.

Secara kimia, IAA ( indoleacetic acid ) mirip dengan asam amino triptofan dan barangkali memang disintesis dari triptofan. Ada dua mekanisme sintesis yang dikenal dan keduanya meliputi pengusiran gugus asam amino dan gugus karboksil – akhir dari cincin samping triptofan. Ada dua proses lain untuk menyingkirkan IAA yang bersifat merusak. Yang pertama meliputi oksidasi dengan O2 dan hilangnya gugus karboksil sebagai CO2. hasilnya

bermacam-macam tapi biasanya yang utama adalah 3-metilenoksindol. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah IAA oksidase. Terdapat beberapa isozim bagi IAA oksidase, dan semuanya atau hampir semuanya sama dengan peroksidase yang berperan dalam lignin.

Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang,akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam

(9)

pertumbuhan tumbuhan. Peran auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Belanda bernama Fritz Went (1903-1990).Hormon auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang mempengaruhi pemanjangan koleoptil gandum, yang telah dikemukakan oleh Charles Darein pada abad ke-19. Percobaan definitive yang membuktikan adanya zat yang berdifusi dan merangsang pembesaran sel, telah dikerjakan oleh Fritz Went di Holand pada tahun 1920, dan pada tahun 1930 struktur dan identitas auksin diketahui sebagai asam indol-3-asetat (IAA).

Auksin disintesis di pucuk batang dekat meristem pucuk, jaringan muda (misal, daun muda), dan selau bergerak ke arah bawah batang (polar), sehingga terjadi perbedaan auksin di ujung batang dan di akar. Auksin banyak diproduksi di jaringan meristem pada bagian ujung-ujung tumbuhan, seperti kuncup bunga, pucuk daun dan ujung batang. Selain itu di embrio biji. Auksin tersebut disebarkan ke seluruh bagian tumbuhan, tetapi tidak semua bagian mendapat bagian yang sama. Bagian yang jauh dari ujung akan mendapatkan auksin lebih sedikit. Aktivitasnya meliputi perangsangan dan penghambatan pertumbuhan, tergantung pada konsentrasi auksinnya. Jaringan yang berbeda memberikan respon yang berbeda pula terhadap kadar auksin yang merangsang atau menghambat pertumbuhan tanaman.

Auksin dan pemanjangan sel, meristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis auksin. Karena auksin dari apeks tunas bergerak turun ke daerah pemanjangan sel, sehingga hormon akan merangsang pertumbuhan sel – sel tersebut. Auksin berpengaruh hanya pada kisaran konsentrasi tertentu, yaitu sekitar 10 -8 sampai 10-3 M. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, auksin

bisa menghambat pemanjangan sel. Hal ini disebabkan oleh tingginya level auksin yang menginduksi sintesis hormon lain, yaitu etilen, yang umumnya bekerja sebagai inhibitor pertumbuhan tumbuhan akibat pemanjangan sel. Jika terkena cahaya matahari, auksin akan mengalami kerusakan sehingga menghambat pertumbuhan tumbuhan. Hal ini menyebabkan batang membelok ke arah datangnya cahaya karena pertumbuhan bagian yang tidak terkena cahaya, lebih cepat dari pada bagian yang terkena cahaya.

2.3 Macam-macam Hormon Auksin

Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indolasetat (IAA) dan beberapa ahli fifiologi masih menyamakan IAA dengan auksin. Namun, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang srukturnya mirip dengan IAA dan menyebabkan banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai hormon auksin. Salah satunya adalah asam 4- kloroindolasetat (4-kloroIAA) yang ditemukan pada biji muda berbagai jenis kacang-kacangan. Yang lainnya asam fenilasetat (PAA) ditemui pada banyak jenis tumbuhan dan sering lebih banyak jumlahnya dari pada IAA, walaupun kurang aktif dalam menimbulkan respon khas IAA (Wightman dan Lighty, 1982; Leuba dan Le Torneau, 1990). Yang ketiga asam indobutirat (IBA) yang ditemukan belakangan semula diduga hanya merupakan auksin tiruan yang aktif namun ternyata ditemukan daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil sehingga barangkali zat tersebut tersebar luas pada dunia tumbuhan.

(10)

Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991).

Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari bunga yang tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA = Asam Indolasetat) atau C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan jenis auksin sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 - Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 – diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4 – amino – 3, 5, 6 – trikloro – pikonat).

Dalam tubuh tumbuhan dijumpai dalam bentuk : 1. bebas (IAA)

2. terikat dengan molekul lain

3. sebagai prekursor : indol asetaldehid, indol asetonitril, indol etanol, triptamin

4. macam auxin endogen yang lain : IBA (indol asam butirat) PAA (phenil asam asetat)

2.4 Biosintesis Auksin

IAA secara kimiawi mirip dengan asam amino triptofan yang umumnya diterima menjadi molekul dari mana IAA berasal. Tiga mekanisme telah diusulkan untuk menjelaskan konversi ini: Triptofan diubah menjadi asam indolepyruvic melalui reaksi transaminasi. Asam Indolepyruvic kemudian diubah menjadi indoleacetaldehyde oleh reaksi dekarboksilasi. Langkah terakhir melibatkan oksidasi indoleacetaldehyde menghasilkan asam indoleacetic.

Gambar 2.1 Struktur beberapa senyawa alami yang mempunyai aktivitas auksin sumber:

(11)

Gambar 2.2 skema Jalur terbentuknya IAA ( Auksin) Sumber

Triptofan mengalami dekarboksilasi sehingga tryptamine. Tryptamine kemudian teroksidasi dan deaminasi untuk indoleacetaldehyde. Molekul ini selanjutnya dioksidasi untuk menghasilkan asam indoleacetic. Seperti baru-baru 1991, mekanisme ini telah berkembang 3. IAA dapat diproduksi melalui mekanisme triptofan-independen. Mekanisme ini kurang dipahami, tetapi telah terbukti menggunakan trp (-) mutan. Percobaan lain menunjukkan bahwa, pada beberapa tanaman, mekanisme ini sebenarnya adalah mekanisme yang disukai biosintesis IAA.

Gambar 2.3 Mekanisme pembentukan IAA pada jaringan tumbuhan Sumber:

Enzim bertanggung jawab atas biosintesis IAA yang paling aktif dalam jaringan muda seperti meristem apikal tunas dan daun tumbuh dan buah-buahan. Jaringan yang sama adalah lokasi di mana konsentrasi tertinggi IAA ditemukan. Salah satu cara tanaman dapat mengontrol jumlah yang hadir IAA pada jaringan pada waktu tertentu adalah dengan mengontrol biosintesis hormon. Mekanisme lain kontrol melibatkan produksi konjugat yang dalam istilah yang sederhana, molekul yang menyerupai hormon tetapi tidak aktif. Pembentukan konjugat mungkin merupakan mekanisme untuk menyimpan dan mengangkut hormon aktif. Konjugasi dapat dibentuk dari IAA melalui enzim hidrolase. Konjugasi dapat cepat diaktifkan oleh rangsangan lingkungan menandakan respon hormonal cepat. Degradasi auksin adalah metode akhir mengendalikan kadar auksin. Proses ini juga memiliki dua mekanisme yang diusulkan dijelaskan di bawah ini:

IAA oksidasi oleh oksigen yang mengakibatkan hilangnya gugus karboksil dan 3-methyleneoxindole sebagai produk pemecahan utama. IAA oksidase adalah enzim yang mengkatalisis kegiatan ini. Konjugat dari IAA dan auksin sintetis seperti 2,4-D tidak dapat dihancurkan oleh kegiatan ini. C-2 dari cincin heterosiklik dapat teroksidasi sehingga oxindole-3-asam asetat. C-3 dapat teroksidasi selain C-2 sehingga dioxindole-oxindole-3-asam asetat. Mekanisme yang biosintesis dan degradasi molekul auksin terjadi adalah penting untuk aplikasi pertanian masa depan. Informasi mengenai metabolisme auksin kemungkinan besar akan menyebabkan manipulasi genetik dan kimia kadar hormon endogen sehingga pertumbuhan diinginkan dan diferensiasi spesies tanaman penting. Pada akhirnya, ada kemungkinan untuk mengatur pertumbuhan tanaman tanpa menggunakan herbisida berbahaya dan pupuk (Davies, 1995; Salisbury dan Ross, 1992).

Auksin sintetis ini sudah digunakan secara luas dan komersil di bidang pertanian, dimana batang, pucuk dan akar tumbuh-tumbuhan memperlihatkan respon terhadap auksin, yaitu

(12)

peningkatan laju pertumbuhan terjadi pada konsentrasi yang optimal dan penurunan pertumbuhan terjadi pada konstrasi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. Selain memacu peman-jangan sel, hormon auksin yang di kombinasikan dengan giberelin dapat memacu pertumbuhan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.

Menurut Larsen, 1944 dalam Abidin (1982) Indoleacetaldehyde diidentifikasikan sebagai bahan auksin yang aktif dalam tanaman. Selanjutnya Larsen (1951); Bentley dan Houstley (1952) mengemukakan bahwa zat kimia tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan kemudian berubah menjadi IAA. Perubahan tersebut menurut Gordon (1956) adalah perubahan dari Tripthopan menjadi IAA. Tryptamine sebagai salah satu zat organic, merupakan salah satu zat yang terbentuk dalam biosintesis IAA. Dalam hal ini perlu dikemukakan pula bahwa Tryptophan adalah zat organic terpenting dalam proses biosintesis IAA (Thimann,1935).

Bahan organic lain yaitu Indoleacetonitrile adalah bahan organic yang ditemukan dalam tanaman Cruciferae dan dapat dikelompokkan ke dalam auksin (Jones et al.,1952). Menurut Thimann dan Mahadevan (1958), zat tersebut atas bantuan enzim nitrilase dapat membentuk aksin. Cmelin dan Virtanen (1961) menerangkan bahwa Indoleacetonitrile yang terdapat pada tanaman, terbentuk dari Glucobrassicin atas bantuan aktivitas enzim myrosinase. Dan zat organik lain (Indoleeethanol) yang terbentuk dari Trypthopan dalam biosintesis IAA atas bantuan bakteri (Rayle dan Purves, 1976 dalam Abidin, 1982).

Sebagaimana kita ketahui, IAA adalah endogenous auksin yang terbentuk dari Tryptophan yang merupakan suatu senyawa dengan inti Indole dan selalu terdapat dalam jaringan tanaman. Didalam proses biosintesis, Trytophan berubah menjadi IAA dengan membentuk Indole pyruvic acid dan indole-3-acetaldehyde. Tetapi IAA ini dapat pula terbentuk dari Tryptamine yang selanjutnya menjadi Indole-3-acetaldehyde, selanjutnya menjadi Indole-3-acetic acid (IAA). Sedangkan mengenai perubahan dari ndole-3-acetonitrile menjadi IAA dengan bantuan enzim nitrilase prosesnya masih belum diketahui (Abidin, 1982). Secara sederhana bahwa gula (glukosa, arabinosa) dan lemak membentuk kompleks IAA (Heddy, 1996).

Pemecahan IAA dapat pula terjadi di alam. Hal ini adalah sebagai akibat adanya photo oksidasi dan enzim. Dalam photo oksidasi, pigmen pada tanaman akan menyerap cahaya, kemudian energi ini dapat mengoksidasi IAA. Adapun pigmen yang erperan adalah Ribovlavin dan B-Carotene (Abidin, 1982). Enzymatic oxidation yang terjadi pada IAA telah ditemukan oleh para ahli dalam berbagi jaringan tanaman. Oksidasi IAA oleh hydrogen peroksida, kemudian di katalisasi oleh enzim peroksida sehingga menghasilkan indolealdehyde yang bersifat naktif. Ada hubungan yang berbanding terbalik antara aktivitas oksidase IAA dengan kandungan IAA dalam tanaman. Apabila kandungan IAA tinggi, maka aktivitas IAA oksidase menjadi rendah, begitu pula sebaliknya. Di daerah meristematic yang kadar auksinnya tinggi, ternyata aktivitas IAA oksidasenya rendah. Sedangkan di daerah perakaran yang kandungan auksinnya rendah ternyata aktivitas IAA oksidasenya tinggi(Abidin, 1982).

(13)

Koepfli (1966) menerangkan bahwa posisi dan panjang rantai keasaman, berpengaruh terhadap aktivitas auksin. Rantai yang mempunyai carboxyl group yang dipisahkan oleh karbon atau oksigen akan memberikan aktivitas yang optimal. Ssebagai contoh IAA dan 2,4-D. Dari hasil studi tentang pengaruh auksin terhadap perkembangan sel menunjukkan bahwa auksin dapat meningkatkan tekanan osmotic, meningkatkan permeabilitas sel terhdap air, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel. Menurut Wareing dan Phillps (1970) di dalam fase pertumbuhan tanaman tediri dari dua fase yaiti fase pembelahan dan fase perrkembangan. Pada saat sel mengalami enlargement phase, sel tidak hanya mengalami peregangan akan tetapi juga mengalami penebalan dinding sel baru. Pertumbuhan sel ini distimulasi oleh auksin(Abidin, 1982).

Pectic acid adalah suatu asam yang mengandung 1-4 rantai galacturonic acid. Galacturonic acid ini merupakan turunan dari galactose sebagai hasil oksidase carbon-6 suatu carbinoyl group (-CH2OH) menjadi suatu carboxyl group (-COOH). Dalam proses selanjutnya, terjadilah pergantian dari (-COOH) menjadi (-CH3) dengan mengalami proses esterisasi yang akhirnya menjadi Pectin. Tetapi pectic acid pun dapat pula berubah menjadi calcium pectate dengan penambahan Ca2+. Penambahan Ca2+ pada dinding sel dapat mengakibatkan rigiditas pada dinding sel, yang menghambat proses cell enlargement. Untuk menghindari hambatan tersebut auksin mempunyai peranan dalam menggeser Ca2+ dari pectic substance, sehingga terjadi pelunakan pada dinding sel(Abidin, 1982).

Menurut Delvin, 1975 dalam Abidin (1982), kehadiran auksin berpengaruh tehadap sintesa protein. Fungsi auksin di dalam proses tersebut membebaskan DNA dari Histone untuk sintesis RNA. mRNA akan membantu pembentukan enzim-enzim, enzim-enzim ini akan meningkatkan plastisitas dan plelebaran dinding sel. Sehingga secara umum auksin mendorong perpanjangan sel dengan cara mempengaruhi dindingsel.

2.5 Penerapan Auksin pada Perkembangan dan Pertumbuhan

Auxin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) suatu tanaman. Hasil penemuan Kogl dan Konstermans (1934) dan Thymann (1935) mengemukakan bahwa Indole Acetic Acid (IAA) adalah suatu auxin. Auksin istilah berasal dari kata Yunani auxein yang berarti tumbuh. Senyawa umumnya dianggap auksin jika mereka dapat dicirikan oleh kemampuan mereka untuk menginduksi pemanjangan sel pada batang dan sebaliknya menyerupai asam indoleacetic (auksin pertama kali diisolasi) dalam aktivitas fisiologis. Auksin biasanya mempengaruhi proses-proses lain selain pemanjangan sel batang sel tetapi karakteristik ini dianggap penting dari semua auksin dan dengan demikian "membantu" define hormon (Arteca, 1996; Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury dan Ross, 1992). Sejarah Auksin dan Penelitian Awal Auksin adalah hormon tanaman pertama kali ditemukan. Charles Darwin merupakan salah satu ilmuwan pertama yang

(14)

mencoba-coba dalam penelitian tanaman hormon. Dalam bukunya "The Power of Mutasi Tanaman" yang disajikan pada tahun 1880, ia pertama menggambarkan efek cahaya pada gerakan rumput kenari (canariensis Phalaris) coleoptiles.

Koleoptil adalah daun khusus yang berasal dari simpul pertama yang selubung yang epikotil dalam tahap pembibitan tanaman melindunginya sampai muncul dari tanah. Ketika cahaya bersinar pada koleoptil searah, itu membungkuk ke arah cahaya. Jika ujung koleoptil ditutup dengan aluminium foil, tidak lentur akan terjadi terhadap cahaya searah. Namun jika ujung koleoptil itu dibiarkan terbuka tetapi bagian tepat di bawah ujung ditutupi, paparan sinar searah menghasilkan kelengkungan menuju terang. Percobaan Darwin menyarankan bahwa ujung koleoptil adalah jaringan yang bertanggung jawab untuk mengamati cahaya dan memproduksi beberapa sinyal yang diangkut ke bagian bawah koleoptil dimana respon fisiologis membungkuk terjadi. Dia kemudian memotong ujung koleoptil dan terkena sisa koleoptil terhadap cahaya searah untuk melihat apakah melengkung terjadi. Lengkung tidak terjadi mengkonfirmasikan hasil percobaan pertamanya (Darwin, 1880). Itu adalah tahun 1885 yang Salkowski menemukan indole-3-asetat (IAA) dalam media fermentasi (Salkowski, 1885). Isolasi dari produk yang sama dari jaringan tanaman tidak akan ditemukan dalam jaringan tanaman selama hampir 50 tahun.

IAA adalah auksin utama yang terlibat dalam banyak proses fisiologis dalam tanaman (Arteca, 1996). Pada tahun 1907, Fitting mempelajari efek membuat sayatan di kedua sisi terang atau gelap tanaman. Hasil-Nya ditujukan untuk memahami jika translokasi sinyal terjadi pada sisi tertentu dari pembangkit tersebut tetapi hasilnya tidak meyakinkan karena sinyal mampu persimpangan atau terjadi di sekitar sayatan (Fitting, 1907). Pada tahun 1913, percobaan Boysen-Jensen dimodifikasi Fritting itu dengan memasukkan potongan mika untuk memblokir pengangkutan sinyal dan menunjukkan bahwa pengangkutan auksin menuju pangkalan terjadi pada sisi gelap dari tanaman yang bertentangan dengan sisi terkena sinar searah (Boysen -Jensen, 1913). Pada tahun 1918, Paal dikonfirmasi hasil Boysen-Jensen dengan memotong ujung koleoptil dalam gelap, memperlihatkan hanya tips untuk cahaya, menggantikan ujung koleoptil pada tanaman tapi off terpusat ke satu sisi atau yang lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak mana saja yang terkena koleoptil, kelengkungan terjadi ke sisi lain (Paal, 1918). Soding adalah ilmuwan di samping memperluas penelitian auksin dengan memperluas ide Paal itu. Dia menunjukkan bahwa jika tips yang terputus ada penurunan dalam pertumbuhan tetapi jika mereka dipotong dan kemudian diganti pertumbuhan terus terjadi (Soding, 1925). Pada tahun 1926, seorang mahasiswa pascasarjana dari Belanda dengan nama Fritz Went menerbitkan sebuah laporan yang menggambarkan bagaimana ia mengisolasi zat pertumbuhan tanaman dengan menempatkan blok agar-agar di bawah ujung koleoptil untuk periode waktu kemudian menghapus mereka dan menempatkan mereka di batang Avena dipenggal (Went, 1926). Setelah penempatan agar-agar, reranting kembali pertumbuhan (lihat di bawah). Pada tahun 1928, pergi mengembangkan metode untuk mengkuantifikasi fitohormon ini. Hasil penelitiannya menujukkan bahwa pembengkokan batang adalah sebanding dengan jumlah zat pertumbuhan agar-agar (Went, 1928). Tes ini disebut tes kelengkungan Avena. (Lihat di bawah).

(15)

Sebagian besar pengetahuan kita saat ini auksin diperoleh dari aplikasi. Pergi kerja yang memiliki pengaruh besar dalam merangsang pertumbuhan tanaman penelitian substansi. Ia sering dikreditkan dengan dubbing auksin istilah tapi sebenarnya Kogl dan Haagen-Smit yang dimurnikan asam senyawa auxentriolic (auksin A) dari urin manusia di 1931 (Kogl dan Haagen-Smit, 1931). Kemudian Kogl senyawa lain terisolasi dari urine yang sama dalam struktur dan fungsi seperti auxin A, salah satu yang indole-3 asam asetat (IAA) pada awalnya ditemukan oleh Salkowski pada tahun 1985. Pada tahun 1954 sebuah komite ahli fisiologi tanaman menyusun karakteristik kelompok auksin. Istilah ini berasal dari makna auxein Yunani "untuk tumbuh." Senyawa umumnya dianggap auksin jika mereka disintesis oleh tanaman dan zat yang berbagi aktivitas mirip dengan IAA (auksin pertama yang diisolasi dari tanaman) (Arteca, 1996; Davies, 1995).

Auksin berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel. Hormon auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh) pucuk tumbuhan. Jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya, tumbuhan akan membengkok ke arah cahaya matahari. Auksin yang diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apikal (ujung) batang dapat menghambat tumbuhnya tunas lateral (samping) atau tunas ketiak. Bila tunas apikal akan menumbuhkan daun-daun. Peristiwa ini disebut dominansi apikal. Pemberian hormon auksin pada tumbuhan akan menyebabkan terjadinya pembentukan buah tanpa biji, akar lateral (samping), dan serabut akar. Pembentukan akar lateral dan serabut akar menyebabkan proses penyerapan air dan mineral dapat berjalan optimum.

Auksin memberikan pengaruh efek dalam penghambatan suatu faktor dominansi terhadap kuncup samping (ketiak), yaitu zat penghambat yang terdapat di daun muda. Jika auksin ditambahkan pada sisa batang yang terpotong, setelah apeks tajuk dipangkas, maka perkembangan kuncup samping dan arah pertumbuhan cabang yang tegak akan terhambat lagi pada banyak spesies. Penggantian kuncup atau daun muda oleh auksin menunjukkan bahwa zat penghambat yang dihasilkan oleh IAA atau auksin lain. Sekalipun uraian Tamas (1987) sangat mendukung hipotesis bahwa auksin endogen merupakan penghambat, yang biasanya mencegah tumbuhnya kuncup samping.

2.6 Proses Pengangkutan Auksin

Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang

(16)

masuk secara osmosis. Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi banyak proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein (Darnell, dkk., 1986).

Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas, daun muda dan buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom) atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988). Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991). Cara pengangkutan auksin memiliki keistimewaan yang berbeda dengan pengangkutan floem, di antaranya :

1. Pergerakan auksin itu lambat, hanya sekitar 1 cm jam-1 di akar dan batang.

2. Pengangkutan auksin berlangsung secara polar. Pada batang auksin ditransport secara basipetal

(away from apex), sedangkan pada akar, transport auksin secara akropetal ke arah ujung melalui parenkim vaskuler. Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 2.4 Proses transport auksin pada batang dan akar Sumber:

Gambar 2.5 Pengangkutan auksin secara polar Sumber:

3. Pergerakan auksin memerlukan energi metabolisme, seperti ditunjukkan oleh kemampuan zat

penghambat sintesis ATP atau keadaan kurang oksigen dalam menghambat pergerakan itu.

(17)

Auksin berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel. Hormon auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh) pucuk tumbuhan. Jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya, tumbuhan akan membengkok ke arah cahaya matahari. Auksin yang diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apikal (ujung) batang dapat menghambat tumbuhnya tunas lateral (samping) atau tunas ketiak. Bila tunas apikal akan menumbuhkan daun-daun. Peristiwa ini disebut dominansi apikal.

Gambar 2.6 Pengaruh cahaya terhadap auksin pada tunas Sumber:

Gambar 2.7 Pergerakan tumbuhan membelok ke arah cahaya Sumber:

Fungsi lain dari auksin adalah merangsang kambium untuk membentuk xilem dan floem, memelihara elastisitas dinding sel, membentuk dinding sel primer (dinding sel yang pertama kali dibentuk pada sel tumbuhan), menghambat rontoknya buah dan gugurnya daun, serta mampu membantu proses partenokarpi. Partenokarpi adalah proses pembuahan tanpa penyerbukan. Pemberian hormon auksin pada tumbuhan akan menyebabkan terjadinya pembentukan buah tanpa biji, akar lateral (samping), dan serabut akar. Pembentukan akar lateral dan serabut akar menyebabkan proses penyerapan air dan mineral dapat berjalan optimum.

Gambar 2.8 Peran ausin dalam merangsang auksin Sumber:

Selain itu Fungsi dari hormon auksin ini adalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin.tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat.sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme.

(18)

Gambar 2.8 Pertumbuhan ujung akar dan ujung batang Sumber:

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Beberapa jenis hormon tumbuh antara lain AIA, NAA, 2,4 D sebagai zat pengatur tumbuh yang secara keseluruhan termasuk hormon auksin sintetis yang tidak disintesis oleh tumbuhan itu sendiri. Hormon-hormon sintetis ini menunjang pertumbuhan tanaman dengan didukung pula oleh hormon alami yang sudah diproduksi oleh tumbuhan itu sendiri misalnya auksin pada ujung akar dan ujung batang. Hormon AIA, NAA, 2,4 D bersama auksin mampu mengatur pembesaran sel dan memacu pemanjangan dan pembesaran sel di daerah belakang meristem ujung dan merangsang perkembangan akar lateral. Auksin bersama dengan ketiga hormon itu berdifusi secara maksimal pada ujung koleoptil dan ujung akar. Jadi, pengaruh dari berbagai hormon tumbuh seperti AIA, 2,4 D, dan NAA sama yaitu berpengaruh untuk mengatur pembesaran sel dan memacu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung dan merangsang perkembangan akar lateral.

Setiap hormon yang digunakan memiliki pengaruh yang hampir sama terhadap pemanjangan jaringan radikula dan koleoptil jagung meskipun terdapat beberapa perbedaan. Hormon tumbuh yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yaitu IAA dan senyawa sintesis lainnya yang serupa dengan IAA yaitu NAA, 2,4 D dan senyawa sintesis lainnya. Hormon tersebut mempunyai sruktur kimia yang sama dengan sruktur kimia auksin. Hormon auksin berperan dalam pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi, percabangan akar, perkembangan buah, dominasi apikal, fototropisme dan geotropisnme. Sitokinin berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar, mendorong perkecambahan, menunda penuaan mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum.

Auksin adalah senyawa asam asetat dengan gugus indol bersama derivatnya. Auksin alamiah yang diekstraksi dari tumbuhan merupakan senyawa yang dinamai asam indolasetat (indoleacetic acid, IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil.

Auksin banyak diproduksi di jaringan meristem pada bagian ujung-ujung tumbuhan, seperti kuncup bunga, pucuk daun dan ujung batang. Selain itu di embrio biji. Auksin tersebut disebarkan ke seluruh bagian tumbuhan, tetapi tidak semua bagian mendapat bagian yang sama.

(19)

Bagian yang jauh dari ujung akan mendapatkan auksin lebih sedikit. Fungsi utama auksin yaitu merangsang pemanjangan batang, pertumbuhan, diferensiasi, percabangan akar, perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme, dan gravitropisme.

Auksin dan pemanjangan sel, Meristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis auksin. Karena auksin dari apeks tunas bergerak turun ke daerah pemanjangan sel, sehingga hormon akan merangsang pertumbuhan sel – sel tersebut. Auksin berpengaruh hanya pada kisaran konsentrasi tertentu, yaitu sekitar 10 -8sampai 10-3 M. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, auksin bisa menghambat pemanjangan sel. Hal ini disebabkan oleh tingginya level auksin yang menginduksi sintesis hormon lain, yaitu etilen, yang umumnya bekerja sebagai inhibitor pertumbuhan tumbuhan akibat pemanjangan sel. Jika terkena cahaya matahari, auksin akan mengalami kerusakan sehingga menghambat pertumbuhan tumbuhan. Hal ini menyebabkan batang membelok ke arah datangnya cahaya karena pertumbuhan bagian yang tidak terkena cahaya, lebih cepat daripada bagian yang terkena cahaya.

Efek lain auksin, selain merangsang pemanjangan sel untuk pertumbuahan primer, auksin mempengaruhi pertumbuhan sekunder dengan cara menginduksi pembelahan sel pada kambium pembuluh dan dengan mempengaruhi diferensiasi xilem sekunder. Auksin juga meningkatkan aktifitas pembentukan akar adventif pada pangkal potongan dari suatu batang. Pada benih yang berkembang juga mensintesis auksin, yang meningkatkan pertumbuhan buah pada banyak tumbuhan.

3.2 Kritik dan Saran

Pembuatan makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah anatomi tumbuhan. Makalah ini berisikan uraian singkat mengenai pengertian, macam, biosintesis, pengangkutan serta fungsi, dan lain sebagainya mengenai “Hormon Auksin”. Namun kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”, manusia tak luput dari salah dan lupa dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kami siap untuk diberikan kritik yang tentunya kritikan yang membangun dan positif, juga diikuti dengan saran yang positif pula.

DAFTAR PUSTAKA http://merinasafitri-knowledge.blogspot.com/2011/05/pengaruh-hormon-aia-24-d-dan-naa-1-ppm.html http://zpt.holobis.com/index.php?action=page_display&PageID=5 http://thesecretofmakrus.blogspot.com/2012/06/hormon-tumbuhan.html http://lelybiologi.blogspot.com/2011/03/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan.html http://id.wikipedia.org/wiki/Auksin http://ilmubiologi-belajarbiologi.blogspot.com/2010/01/hormon-auksin.html

(20)

http://wahyuaskari.wordpress.com/umum/pupuk-n-p-k/ http://www.scribd.com/doc/91788316/Hormon-Auksin http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-xii-biologi/fungsi-hormon-auksin/ http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2254833-hormon-pertumbuhan-pada-tanaman/ http://ilmubiologi-belajarbiologi.blogspot.com/2010/01/proses-sintesa-atau-sintesis-auksin.html http://ilmubiologi-belajarbiologi.blogspot.com/2010/01/hormon-auksin.html http://thesecretofmakrus.blogspot.com/2012/06/hormon-tumbuhan.html http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080725223822AAPKEJv http://biologigonz.blogspot.com/2011/03/hormon-tumbuhan.html http://agri-man.blogspot.com/2012/05/fungsi-hormon-auksin.html http://faridnyzer.blogspot.com/2011/07/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html http://slemgaul.wordpress.com/2010/12/03/hormon-tumbuhan/ http://id.wikipedia.org/wiki/Hormon_tumbuhan

Diposkan oleh Muhammad Bahruddin di 03.04

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

(21)

Muhammad Bahruddin

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

 ► 2014 (2)  ▼ 2013 (12) o ▼ Desember (12)  Makalah Zigotik  Makalah Somatik  Makalah Sitokinin

 MAKALAH Pertumbuhan dan perkembangan’

 Makalah Pengontrolan Pertumbuhan dan Perkembangan  Makalah Auksin

 Makalah Molekuler  Makalah Giberelin  Makalah Etilen

 Makalah Perkembangan

 Sejarah Singkat UNIROW Tuban  Sistem Saraf Pada Manusia

Referensi

Dokumen terkait

Voronyin úgy vélte, lehetséges, hogy Leo mohóságának közvetlen oka méltóságának szimónia útján való megszerzése volt, mert ez esetben arra törekedett, hogy

Selain golongan fenol, senyawa yang dapat mengalami reaksi Coupling dengan garam diazonium yaitu senyawa aromatis yang teraktivasi kuat oleh OH atau NH-R, misalnya

Hasil pengolahan data side scan sonar dengan menggunakan software Caris HIPS&SIPS 6.1 (Tabel 2) dan SonarWeb (Tabel 3) diperoleh gambar target dasar berupa rangka

Menurut Garty (2000, dalam Pratiwi, 2006), berdasarkan daya sensitivitasnya terhadap pencemar udara maka lumut kerak dikelompokkan menjadi tiga yaitu: sensitif,

Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah

Proses analisis yang dijelaskan di atas dalam pengolahan data-datanya menggunakan bantuan software komputer (SPSS dan Mic. Mengacu pada perumusan masalah yang telah

Ciri-ciri domba ini adalah bentuk badan besar, bobot domba jantan mencapai 50 kg dan domba betina 40 kg; domba jantan bertanduk, sedangkan domba betina tidak

Sistem yang dijaga oleh petugas kadang kala terdapat permasalahan yaitu apabila ada 2 (dua) bus Transjakarta yang melintas secara bersamaan tetapi dengan perbedaan waktu