• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIFAT OPTIK FILM LITIUM NIOBAT (LiNbO 3 ) YANG DIBUAT DENGAN METODE CHEMICAL SOLUTION DEPOSITION AZAM MAULANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIFAT OPTIK FILM LITIUM NIOBAT (LiNbO 3 ) YANG DIBUAT DENGAN METODE CHEMICAL SOLUTION DEPOSITION AZAM MAULANA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

SIFAT OPTIK

YANG DIBUAT DENGAN METODE

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SIFAT OPTIK FILM LITIUM NIOBAT (LiNbO

DIBUAT DENGAN METODE CHEMICAL

SOLUTION DEPOSITION

AZAM MAULANA

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

LITIUM NIOBAT (LiNbO

3

)

CHEMICAL

(2)

AZAM MAULANA, Sifat Optik Film Litium Niobat (LiNbO3) yang Dibuat dengan

Metode Chemical Solution Deposition. Dibimbing oleh Dr. Ir. Irzaman, M.Si dan

Mahfuddin Zuhri, M.Si.

Abstrak

Perkembangan teknologi film membuat banyak para peneliti mencari bahan baru dengan efesiensi tinggi dan harga yang lebih murah. Material yang digunakan dalam pembuatan film ini adalah litium niobat (LiNbO3). Litium niobat merupakan bahan ferroelektrik penting karena sifat-sifat piezoelektrik, electrooptical, pyroelectrical dan photorefractive yang sangat baik. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pembuatan film adalah metode chemical solution

deposition (CSD) karena metode CSD mempunyai kontrol stokiometri yang baik, mudah dalam

pembuatannya serta sintesisnya terjadi pada suhu kamar. Karakterisasi litium niobat yang dilakukan adalah uji sifat optik berupa absorbansi, reflektansi dan mencari nilai celah energi. Dalam penelitian ini dapat dilaporkan bahwa bahan ini mampu menyerap (absorbansi) dan memantulkan (reflektansi) gelombang cahaya pada kisaran cahaya tampak. Nilai celah energi

(band gap) yang didapat berkisar antara 1,86 eV – 3,10 eV.

(3)

SIFAT OPTIK FILM LITIUM NIOBAT (LiNbO

3

)

YANG DIBUAT DENGAN METODE CHEMICAL

SOLUTION DEPOSITION

AZAM MAULANA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

Departemen Fisika

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul

: Sifat Optik Film Litium Niobat (LiNbO

3

) yang Dibuat dengan Metode

Chemical Solution Deposition

Nama

: Azam Maulana

NIM

: G74050344

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Irzaman, M.Si

NIP. 19630708 199512 1001

Mahfuddin Zuhri, M.Si

NIP. 19691104 199702 1001

Mengetahui,

Ketua Departemen Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si

NIP. 19660907 199802 1006

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian sebagai syarat kelulusan program sarjana di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini berjudul Sifat Film Litium Niobat (LiNbO3) yang Dibuat dengan Metode

Chemical Solution Deposition, bertujuan untuk memberikan gambaran tentang karakterisasi film

ferroelektrik litium niobat. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains program sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas akhir, diantaranya :

• Kepada Bapak Irzaman, M.Si dan Bapak Mahfuddin Zuhri, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan motivasi

• Bapak Sidikrubadi Pramudito, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi.

• Bapak Hanedi Darmasetiawan, MS selaku editor yang telah memberi arahan.

• Seluruh dosen, staf dan laboran Departemen Fisika IPB.

• Teman-teman Fisika angkatan 42, 43, 44 dan 45 atas dukungan dan kebersamaannya.

• Kedua orang tua dan adik tersayang atas kasih sayang, do’a dan semangat-semangatnya. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, namun demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kemajuan dari aplikasi material yang dikembangkan ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua. Aamiin.

Bogor, Januari 2013

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Brebes pada tanggal 3 Mei 1987 dari pasangan Nuruzzaman dan Gini Dwi Retnoningrum. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan masa studi di SDN 02 Ketanggungan selama enam tahun kemudian melanjutkan ke SLTPN 01 Ketanggungan selama tiga tahun dan melanjutkan studi selama tiga tahun di SMA Majlis Tafsir Al-Quran Surakarta. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana strata satu di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Selama masa perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (DPM TPB) periode 2005-2006, staff Departemen Infokom Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) periode 2006-2007, Ketua Departemen Infokom HIMAFI periode 2007-2008.

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR………... vii

DAFTAR LAMPIRAN………... vii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1 1.1 Latar Belakang ………... 1 1.2 Tujuan Penelitian………... 1 1.3 Perumusan Masalah ………... 1 1.4 Hipotesis ...………... 1 1.5 Manfaat Penelitian..………... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 1

2.1 Litium Niobat (LiNbO3)………... 1

2.2 Metode Chemical Solution Deposition (CSD) ...………... 1

2.3 Absorbansi, Transmitansi dan Reflektansi ...………... 2

2.4 Indeks Bias ...………... 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………... 2

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………... 2

3.2 Bahan dan Alat ………... 2

3.3 Metode Penelitian ..………... 2

3.3.1 Pembuatan larutan litium niobat...………... 2

3.3.2 Persiapan substrat Si tipe-p.……….……... 3

3.3.3 Proses penumbuhan film.………... 3

3.3.4 Proses annealing………... 3

3.3.5 Karakterisasi film litium niobat..………... 4

3.3.5.1 Karakterisasi ketebalan film....………... 4

3.3.5.2 Karakterisasi absorbansi dan reflektansi..………... 4

3.3.5.3 Perhitungan celah energi………... 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 4

4.1 Pembuatan Film Litium Niobat..………... 4

4.2 Absorbansi dan Reflektansi Film Litium Niobat.…………...…... 5

4.3 Celah Energi ...………... 6

4.4 Indeks Bias Film Litium Niobat ..………... 7

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 5.1 Kesimpulan... 5.2 Saran... 8 8 8 DAFTAR PUSTAKA ………... 8 LAMPIRAN ………... 9

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Ketebalan film litium niobat...………... 4 2 Indeks bias film litium niobat..………... 7

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Lapisan litium niobat diatas substrat tipe-p………... 3 2 Proses annealing...………... 3 3 Diagram alir penelitian...………... 3 4 Hubungan absorbansi dan panjang gelombang film litium niobat setelah proses annealing

pada variasi suhu (a) 800 oC, (b) 850 oC, (c) 900 oC... 5 5 Hubungan reflektansi dan panjang gelombang film litium niobat setelah proses annealing

pada variasi suhu (a) 800 oC, (b) 850 oC, (c) 900 oC... 6 6 Celah energi film litium niobat setelah proses annealing pada suhu (a) 800 oC, (b) 850 oC,

(c) 900 oC dengan metode perhitungan dari nilai Reflektansi ... 6 7 Celah energi film litium niobat setelah proses annealing pada suhu (a) 800 oC, (b) 850 oC,

(c) 900 oC dengan Metode Tauc Plot... 7

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Perhitungan Ketebalan Film Litium Niobat...………... 10 2 Celah Energi Litium Niobat...………... 12 2 Perhitungan Indeks Bias Film Litium Niobat...………... 13

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa dekade terakhir terjadi paradigma baru dalam fabrikasi dunia material

ferroelectric semikonduktor, yaitu dalam

bentuk lapisan (film). Perangkat dan bahan film dapat meminimalkan bahan beracun karena kuantitas penggunaannya pada permukaan dan atau lapisan film terbatas1.

Material yang digunakan dalam pembuatan lapisan tipis ini adalah litium niobat (LiNbO3). Litium niobat merupakan bahan ferroelektrik penting karena sifat-sifat piezoelektrik, electrooptical, pyroelectrical dan photorefractive yang sangat baik2. Pembuatan litium niobat menggunakan peralatan yang cukup sederhana, biaya lebih murah dan dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.

Terdapat berbagai macam metode yang digunakan dalam pembuatan film, antara lain berupa teknik deposisi film seperti sputtering,

pulsed laser deposition (PLD), chemical solution deposition (CSD) dan chemical vapor

deposition (CVD)3. Sedangkan dalam

penelitian ini, metode yang digunakan yaitu metode CSD. Keunggulan metode ini dapat mengontrol stokiometri film dengan kualitas yang baik, prosedur yang mudah, dilakukan pada suhu kamar dan biaya yang relatif murah4,5.

Penelitian lapisan tipis litium niobat yang dilakukan adalah untuk membuat film litium niobat dan menguji sifat optiknya berupa absorbansi, reflektansi, celah energi dan indeks bias. Perlakuan pada sampel yang digunakan berupa perlakuan suhu dan lama waktu annealing. Pada perlakuan suhu, sampel dipanaskan dengan suhu 8000C, 8500C dan 9000C, sedangkan pada perlakuan waktu

annealing sampel selama 1 jam, 8 jam,

15 jam dan 22 jam.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menumbuhkan film litium niobat pada substrat silikon tipe-p dan kemudian diuji sifat optik dari film yang dibuat.

1.3 Perumusan Masalah

Pada penelitian ini bahan LiNbO3 ditumbuhkan di permukaan substrat silikon dengan metode chemical solution deposition (CSD) dengan memperhatikan pengaruh suhu dan waktu annealing dengan variasi 800 oC,

850 oC dan 900 oC selama 1 jam, 8 jam, 15 jam dan 22 jam. Kemudian film diuji sifat optik berupa absorbansi, reflektansi, celah energi dan indeks bias.

1.4

Hipotesis

1. Pembuatan litium niobat menggunakan metode CSD dengan teknik spin

coating pada kecepatan 3000 rpm dan

diameter luar ujung pipet 1 mm akan memiliki ketebalan antara 1-10 m. 2. Film LiNbO3 memiliki celah energi

yang cukup besar antara 3-4 eV

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dalam penggunaan bahan litium niobat sebagai sensor cahaya yang dapat diaplikasikan kemudian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Litium Niobat (LiNbO3)

Litium niobat merupakan bahan ferroelektrik penting karena sifat-sifat piezoelektrik, electrooptical, pyroelectrical dan photorefractive yang sangat baik2. Litium niobat merupakan campuran dari hasil reaksi antara litium asetat dan niobium oksida. Berikut ini merupakan persamaan reaksi dalam pembuatan litium niobat.

2LiC2H3O2 + Nb2O5 + 4O2

2LiNbO3 + 3H2O + 4CO2 (1) Struktur litium niobat pada suhu kamar berbentuk mendekati rhombohedral (trigonal) dengan grup ruang R3c dan grup point 3m. Diatas suhu fase transisi, kristal berubah bentuk menjadi centrosymetric dengan grup ruang R3m.

2.2 Metode Chemical Solution

Deposition (CSD)

Pembuatan lapisan dapat dilakukan dengan cara sputtering, metal organik chemical

vapour deposition (MOCVD) dan metode chemical solution deposition (CSD). Metode

CSD merupakan metode pembuatan lapisan dengan cara pendeposisian larutan kimia di atas subtrat, kemudian dipreparasi dengan menggunakan spin coating pada kecepatan putaran tertentu. Metode CSD memiliki beberapa keuntungan seperti kontrol stoikiometri, homogenitas, dibuat pada suhu relatif rendah dan biaya yang rendah.3

(10)

2

Proses spin coating ini merupakan reologi atau prilaku aliran larutan pada piringan yang berputar. Mula-mula aliran volumetrik cairan dengan arah radial pada subtrat diasumsikan bervariasi terhadap waktu. Pada saat t = 0, penggenangan awal dan pembasahan menyeluruh pada subtrat (tegangan permukaan diminimalisasi yakni tidak adanya getaran, tidak ada noda kering dan sebagainya). Piringan kemudian dipercepat dengan kecepatan rotasi yang spesifik sehingga menyebabkan bulk dari cairan terdistribusi merata.

2.3 Absorbansi, Transmitansi dan

Reflektansi

Sifat optik material berkaitan dengan radiasi elektromagenitk, khususnya cahaya tampak. Foton yang jatuh pada material dapat dipantulkan (reflektansi), diabsorbsi atau ditransmisikan. Absorbsi atau transmisi foton oleh material bergantung pada senjang energi antara pita valensi dan pita konduksi foton dan energi foton itu sendiri. Pada struktur pita logam tidak terdapat senjang energi sehingga foton dengan energi berapapun diabsorbsi dengan eksitasi elektron dari pita valensi dan elektron memasuki level energi yang lebih tinggi dari pita konduksi.

Pada semikonduktor, elektron tereksitasi memasuki level akseptor atau meninggalkan level donor dan foton yang mempunyai cukup energi untuk memacu transisi tersebut akan diabsorbsi. Oleh karena itu, semikonduktor tidak tembus panjang gelombang pendek dan transparan terhadap gelombang panjang. Struktur pita dipengaruhi oleh kristalinitas sehingga material seperti gelas dan polimer dapat bersifat transparan dalam keadaan amorf tetapi tidak tembus cahaya apabila dalam keadaan kristal6.

2.4 Indeks Bias

Ketika sebuah berkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang memisahkan dua medium berbeda, seperti misalnya sebuah permukaan udara kaca, energi cahaya tersebut dipantulkan dan memasuki medium kedua, perubahan arah dari sinar yang ditransmisikan tersebut disebut pembiasan. Sedangkan indeks bias adalah perbandingan laju cahaya di ruang hampa terhadap laju cahaya di dalam medium7.

Gelombang yang ditransmisikan adalah hasil interferensi dari gelombang datang dan gelombang yang dihasilkan oleh penyerapan dan radiasi ulang energi cahaya oleh atom-atom dalam medium tersebut. Untuk

cahaya yang memasuki kaca dari udara, ada sebuah ketertinggalan fase (phase lag) antara gelombang yang diradiasikan kembali dan gelombang datang. Demikian juga ketertinggalan fase antara gelombang hasil (resultan) dan gelombang datang. Ketertinggalan fase ini berarti bahwa posisi puncak gelombang dari gelombang yang dilewatkan diperlambat relatif terhadap posisi puncak gelombang dari gelombang datang di dalam medium tersebut. Jadi kecepatan gelombang yang dilewatkan lebih kecil dari kecepatan gelombang datang.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Material, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor dari bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Desember 2012.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah substrat Si (100) tipe-p, bubuk litium asetat [(LiO2CH3), 99,9%], bubuk

niobium [(Nb2O5), 99,9%], pelarut 2-metoksietanol [(C3H8O2), 99,3 %], metanol

PA [(CH3OH), 32,04 g/mol], asam florida (HF), aquades dan alumunium foil.

Alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah neraca analitik, pisau mata intan, penggaris, pinset, kaca preparat, gelas ukur,

beaker glass, brainsonic 2510, pipet

volumetrik, hot plate, reaktor spin coater, gunting, spatula, stop watch, tabung reaksi, pipet, perekat, double tape, tissue, furnace vulcanTM 3-130 dan spectrophotometer

UV-VIS ocean optics USB 1000.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Pembuatan larutan litium niobat

Film litium niobat yang ditumbuhi di atas substrat silikon tipe-p dengan metode CSD dibuat dengan menggunakan litium asetat [(LiO2CH3), 99,9%] dan niobium [(Nb2O5), 99,9%] serta 2-metoksietanol [(H3COOCH2CH2OH), 99.9%] sebagai

pelarut8. Setelah bahan-bahan dicampur, larutan digetarkan pada ultrasonik model Branson selama 1 jam. Setelah itu larutan disaring untuk mendapatkan larutan yang bersifat homogen.

(11)

3

3.3.2 Persiapan substrat Si tipe-p

Substrat yang digunakan adalah substrat Si (100) tipe-p. Kebersihan substrat sebagai tempat penumbuhan film perlu dijaga agar film dapat tumbuh dengan baik dan merata. Substrat dipotong membentuk segi empat dengan ukuran 1 cm x 1 cm. Kemudian substrat-substrat tersebut dicuci. Proses pencucian melalui tahap-tahap sebagai berikut: (1) substrat yang telah dipotong, direndam di dalam larutan aseton PA selama 10 menit sambil digetarkan dengan ultrasonik, (2) substrat direndam di dalam deionized

water selama 10 menit sambil digetarkan

dengan ultrasonik, (3) substrat direndam di dalam metanol PA selama 10 menit sambil digetarkan dengan ultrasonik, (4) substrat direndam selama beberapa detik di dalam campuran HF dan deionized water dengan perbandingan 1:5, (5) tahap terakhir substrat direndam di dalam deionized water selama 10 menit sambil digetarkan dengan ultrasonik. Setelah selesai semua tahap pencucian, substrat dikeringkan di permukaan hot plate pada suhu 100 oC selama 1 jam.

3.3.3 Proses penumbuhan film

Substrat yang telah dibersihkan, diletakkan di permukaan piringan reaktor spin coater kemudian ditutup setengah bagiannya dengan perekat. Bagian setengah lainnya ditetesi larutan LiNbO3 sebanyak 1 tetes dengan 3 kali ulangan. Reaktor spin coater diatur pada kecepatan 3000 rpm selama 30 detik setiap penetesan larutan LiNbO3. Setelah itu substrat dipanaskan di permukaan hot plate untuk menguapkan sisa cairan yang ada. Hasil penumbuhan film dapat dilihat pada Gambar 1.

3.3.4 Proses annealing

Proses annealing dilakukan dengan menggunakan furnace vulcanTM 3-130 pada suhu 800oC, 850oC dan 900oC. Proses

annealing dilakukan secara bertahap. Pertama,

pemanasan dimulai dari suhu ruang kemudian dinaikkan hingga suhu annealing yang diinginkan. Setelah kenaikan suhu selama 9 jam kemudian pemanas disesuaikan dengan suhu annealing secara konstan selama 15 jam. Selanjutnya dilakukan furnace cooling sampai didapatkan kembali suhu ruang selama

12 jam. Proses annealing dapat dilihat pada Gambar 2. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2. Proses annealing

Gambar 3. Diagram alir penelitian Persiapan bahan dan alat.

Pembuatan litium niobat

Dicampur menggunakan ultasonik model branson selama 1 jam Litium asetat, niobium oksida,

2-metoksietanol

Proses pendeposisian litium niobat dengan spin coater

Annealing

Karakterisasi sifat optik (absorbansi, reflektansi, indeks bias

dan celah energi)

Selesai Mulai

Penulisan skripsi Pengolahan dan analisis data Substrat Si tipe-p

Litium niobat tipe-n

Gambar 1. Lapisan litium niobat di atas substrat tipe-p

(12)

4

3.3.5 Karakterisasi film litium niobat

3.3.5.1 Perhitungan ketebalan film

Perhitungan ketebalan film menggunakan metode volumetrik. Metode ini dilakukan dengan cara menimbang massa substrat Si tipe-p sebelum dilapisi film dan menimbang substrat yang telah ditumbuhkan film litium niobat dan melalui proses annealing.

Sehingga akan didapatkan massa film yang terdeposisi pada permukaan substrat4. Ketebalan film dari metode ini menggunakan persamaan :

d=

(2)

Keterangan : d adalah ketebalan film (cm), m1

adalah massa substrat sebelum ditumbuhkan film (gram), m2 adalah massa substrat yang

telah ditumbuhkan film litium niobat dan melalui proses annealing (gram), A adalah luas permukaan film yang terdeposisi pada permukaan substrat (cm2) dan adalah massa jenis film yang terdeposisi pada permukaan substrat (gram/cm3).

3.3.5.2 Karakterisasi absorbansi dan

reflektansi

Pengukuran tingkat absorbansi dan reflektansi film LiNbO3 menggunakan

spectrophotometer UV-VIS ocean optics USB

1000. Data yang diperoleh berupa kurva absorbansi terhadap panjang gelombang dan reflektansi terhadap panjang gelombang.

3.3.5.3 Perhitungan celah energi

Perhitungan celah energi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode perhitungan dari nilai reflektansi9 dan metode Tauc plot10. Metode perhitungan dari nilai reflektansi

menggunakan ekstrapolasi [ln(Rmax – Rmin) / (R - Rmin)]2 ke 0 pada sumbu

y terhadap hv di sumbu x. Sedangkan metode

Tauc plot diperoleh dari kurva α (E), dimana α

merupakan koefisien absorbansi yang nilainya dipengaruhi oleh ketebalan lapisan film. Ekstrapolasi dilakukan pada daerah kurva yang meningkat tajam, dimana daerah tersebut menyatakan terjadinya transisi langsung11.

ℎ = ℎ − (3) 2 = [(Rmax-Rmin)/(R-Rmin)]2 (4)

Keterangan: adalah koefisien absorbansi (cm-1), h adalah konstanta Planck (4,135669 x 10-15 eV∙s), v adalah frekuensi cahaya (Hz), Eg adalah celah energi (eV),

R adalah nilai reflektansi (%), dan d adalah

ketebalan film (cm).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Film Litium Niobat

Pembuatan film litium niobat dimulai dengan persiapan substrat Si tipe-p yang

dipotong segiempat dengan ukuran 1 cm x 1 cm. Kemudian substrat dicuci

dengan proses pencucian seperti yang sudah dijelaskan pada hlm 3 kemudian ditimbang menggunakan neraca analitik. Dalam pembuatan film litium niobat menggunakan bahan berupa bubuk litium asetat (LiO2C2H3) ditambahkan dengan niobium (Nb2O5). Persamaan reaksi dalam menghasilkan litium niobat murni dapat dilihat pada persamaan (1). Komposisi massa tiap bahan ditentukan menggunakan perhitungan stoikiometri. Bahan tersebut direaksikan dalam tabung reaksi dengan menambahkan pelarut 2-metoksietanol sebanyak 2,5 ml.

Film litium niobat ditumbuhkan pada permukaan substrat Si tipe-p menggunakan metode CSD dengan teknik spin coating. Reaktor spin coater diatur pada kecepatan 3000 rpm selama 30 detik setiap penetesan larutan litium niobat. Setelah film ditumbuhkan, kemudian dilakukan proses

annealing dengan variasi suhu dan waktu annealing. Suhu yang digunakan adalah

800 oC, 850 oC dan 900 oC. Sedangkan waktu

annealing yang digunakan adalah 1 jam,

8 jam, 15 jam dan 22 jam. Setelah proses

annealing, film litium niobat kembali

ditimbang sehingga didapat massa substrat Si tipe-p.

Tabel 1. Ketebalan film litium niobat

Sampel Perlakuan Tebal film (µ m) Suhu (oC) Waktu annealing (Jam) 1 800 1 1,536 2 8 0,690 3 15 1,600 4 22 4,608 5 850 1 2,796 6 8 2,419 7 15 3,495 8 22 1,585 9 900 1 0,455 10 8 2,458 11 15 5,161

12

22 4,731 Ketebalan film litium niobat yang dihasilkan, dapat dihitung menggunakan persamaan (2). Perhitungan lengkap dapat

(13)

dilihat pada Lampiran 1. Sedangkan hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1.

Ketebalan film litium niobat yang didapat pada Tabel 1 berkis

0,455 µm – 5,161 µm. Perbedaan nilai ketebalan ini disebabkan oleh perbedaan suhu dan lama proses annealing

annealing, partikel-partikel pada film akan menguap. Semakin tinggi suhu dan semakin lama proses annealing, semakin banyak juga partikel yang menguap, sehingga film akan menjadi semakin tipis.

4.2 Absorbansi dan Reflektansi Film

Litium Niobat

Karakterisasi absorbansi dan reflektansi menggunakan spectrophotometer

ocean optics USB 1000 oceanoptic

rentang gelombang cahaya 347,13 nm - 1022,71 nm. Berdasarkan data

yang diperoleh, maka film litium niobat yang telah diproses pada suhu

selama 22 jam, memiliki nilai absorbansi yang paling tinggi. Nilai absorbansi yang tinggi menunjukan bahwa film litium niobat banyak menyerap energi foton

mengenainya. Gambar 4 menunjuk hubungan absorbansi dan panjang gelombang pada film litium niobat. Dari grafik tersebut, film litium niobat melalui proses

pada suhu 800 oC selama 22 jam mempunyai nilai absorbansi yang lebih tinggi daripada film litium niobat setelah annealin 800 oC selama 1 jam, 8 jam dan 15 jam. Film litium niobat melalui proses

suhu 850 oC selama 15 jam mempunyai nilai absorbansi yang lebih tinggi daripada film litium niobat setelah annealing

selama 1 jam, 8 jam dan 22 j niobat melalui proses annealing

900 oC selama 22 jam dan 8 jam berhimpitan dan mempunyai nilai absorbansi yang lebih tinggi daripada film litium niobat setelah

annealing pada 900 oC selama 1 jam dan 8 jam.

Dari ketiga grafik absorbansi pada Gambar 4 dapat dilihat garisnya ce

pada rentang 400,06 nm –

menunjukan bahwa film litium niobat dapat menyerap cahaya pada rentang cahaya tersebut. Dari naik turunnya grafik absorbansi, kita juga dapat menentukan tingkat sensitivitasnya. Semakin tinggi amplitudonya maka semakin tinggi pula sensitivitasnya. Dari Gambar 4, film litium niobat yang melalui proses annealing

selama 22 jam mempunyai tingkat sensitivitas paling tinggi diantara yang lainnya.

dilihat pada Lampiran 1. Sedangkan hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1.

Ketebalan film litium niobat yang didapat

el 1 berkisar antara 5,161 µm. Perbedaan nilai

ketebalan ini disebabkan oleh perbedaan suhu

annealing. Pada proses

partikel pada film akan menguap. Semakin tinggi suhu dan semakin lama proses annealing, semakin banyak juga partikel yang menguap, sehingga film akan

4.2 Absorbansi dan Reflektansi Film

Karakterisasi absorbansi dan reflektansi

spectrophotometer UV-VIS

ocean optics USB 1000 oceanoptic dengan

rentang gelombang cahaya 1022,71 nm. Berdasarkan data

yang diperoleh, maka film litium niobat yang lah diproses pada suhu annealing 800 oC selama 22 jam, memiliki nilai absorbansi yang paling tinggi. Nilai absorbansi yang tinggi menunjukan bahwa film litium niobat banyak dari cahaya yang mengenainya. Gambar 4 menunjukkan hubungan absorbansi dan panjang gelombang pada film litium niobat. Dari grafik tersebut, film litium niobat melalui proses annealing C selama 22 jam mempunyai nilai absorbansi yang lebih tinggi daripada film litium niobat setelah annealing pada

C selama 1 jam, 8 jam dan 15 jam. Film litium niobat melalui proses annealing pada C selama 15 jam mempunyai nilai absorbansi yang lebih tinggi daripada film

annealing pada 850 oC selama 1 jam, 8 jam dan 22 jam. Film litium

annealing pada suhu

C selama 22 jam dan 8 jam berhimpitan dan mempunyai nilai absorbansi yang lebih tinggi daripada film litium niobat setelah

C selama 1 jam dan afik absorbansi pada Gambar 4 dapat dilihat garisnya cenderung horizontal – 800,19 nm. Hal ini menunjukan bahwa film litium niobat dapat menyerap cahaya pada rentang cahaya tersebut. Dari naik turunnya grafik absorbansi, pat menentukan tingkat sensitivitasnya. Semakin tinggi amplitudonya ggi pula sensitivitasnya. ambar 4, film litium niobat yang

annealing pada suhu 850 oC selama 22 jam mempunyai tingkat sensitivitas

ra yang lainnya.

(a)

(b)

(c)

Gambar 4. Hubungan absorbansi dan panjang gelombang film litium niobat setelah proses

annealing pada variasi suhu (a) 800

(b) 850oC, (c) 900 oC

Reflektansi merupakan kemampuan suatu bahan dalam memantulkan cahaya. Kemampuan refleksi suatu bahan berbanding terbalik dengan kemampuan absorbansinya. Dapat dilihat dari Gambar

tertinggi terdapat pada perlakuan suhu

annealing 850oC selama 22

pada Gambar 4, nilai absorbansi pada perlakuan tersebut berada pada titik terendah. Dari nilai reflektansi ini nantinya akan dicari nilai celah energi film litium

5

Gambar 4. Hubungan absorbansi dan panjang gelombang film litium niobat setelah proses

pada variasi suhu (a) 800oC,

Reflektansi merupakan kemampuan suatu memantulkan cahaya. Kemampuan refleksi suatu bahan berbanding terbalik dengan kemampuan absorbansinya. ambar 5, reflektansi pada perlakuan suhu 22 jam. Sedangkan , nilai absorbansi pada perlakuan tersebut berada pada titik terendah. reflektansi ini nantinya akan dicari

(14)

(a)

(b)

(c)

Gambar 5. Hubungan reflektansi dan panjang gelombang film litium niobat setelah proses

annealing pada variasi suhu (a) 800

(b) 850 oC, (c) 900 oC

4.3 Celah Energi

Perhitungan celah energi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode perhitunga dari nilai reflektansi10

plot11. Metode perhitungan dari nilai reflektansi menggunakan ekstrapolasi [ln(Rmax – Rmin) / (R -

sumbu y terhadap hv di sumbu x seperti diperlihatkan oleh Gambar

metode Tauc plot diperoleh dari kurva dimana α merupakan koefisien absorbansi yang nilainya dipengaruhi oleh ketebalan lapisan film. Perhitungan celah energi dengan menggunakan metode Tauc plot

pada Gambar 7.

Gambar 5. Hubungan reflektansi dan panjang gelombang film litium niobat setelah proses

pada variasi suhu (a) 800 oC,

Perhitungan celah energi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode perhitungan dan metode Tauc . Metode perhitungan dari nilai reflektansi menggunakan ekstrapolasi

Rmin) ]2 ke 0 pada di sumbu x seperti ambar 6. Sedangkan diperoleh dari kurva α (E), merupakan koefisien absorbansi yang nilainya dipengaruhi oleh ketebalan lapisan film. Perhitungan celah energi dengan

Tauc plot dapat dilihat

(a)

(b)

(c)

Gambar 6. Celah energi film litium niobat setelah proses annealing pada suhu

(b) 850 oC, (c) 900 oC dengan metode perhitungan dari nilai reflektansi

Dari Gambar 6, didapat celah energi semua perlakuan hampir sama yaitu sekitar 3,1 eV. Kecuali pada perlakuan suhu 800 selama 8 jam, didapat nilai celah energi yaitu sekitar 1,8 eV. Sedangkan untuk keanehan yang terjadi terdapat pada perlakuan suhu

annealing 850 oC selama 22 jam.

tidak dapat ditentukan, karena grafik yang terbentuk menurun. Sedangkan dalam menentukan nilai celah energi, diperoleh dari ekstrapolasi pada grafik yang meningkat tajam.

6

Gambar 6. Celah energi film litium niobat pada suhu (a) 800oC, C dengan metode perhitungan dari nilai reflektansi

, didapat celah energi pada semua perlakuan hampir sama yaitu sekitar 3,1 eV. Kecuali pada perlakuan suhu 800 oC selama 8 jam, didapat nilai celah energi yaitu 1,8 eV. Sedangkan untuk keanehan g terjadi terdapat pada perlakuan suhu C selama 22 jam. Celah energi tidak dapat ditentukan, karena grafik yang terbentuk menurun. Sedangkan dalam menentukan nilai celah energi, diperoleh dari ekstrapolasi pada grafik yang meningkat

(15)

(a)

(b)

(c) Gambar 7. Celah energi

setelah proses annealing pada suhu 800 oC, (b) 850 oC, (c) 900

Tauc Plot

Berdasarkan Gambar menggunakan metode Tauc plot

energi sebesar 3,1 eV. Nilai yang didapat sama dengan menggunakan metode pencarian celah energi berdasarkan

Perbandingan kedua metode ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

Jika dibandingkan hasil yang didapat dengan literatur yang ada, celah energi niobat berada pada kisaran

Sedangkan pada penelitian ini, hasil yang didapat 3.1 eV. Hal ini dikarenakan banyak pengganggu pada film. Film disimpan ditempat yang kurang tertutup, sehingga debu dimungkinkan masuk.

kedua metode diatas, dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan

perhitungan celah energi berdasarkan nilai reflektansi lebih mendekati nilai celah energi litium niobat berdasarkan literatur daripada Gambar 7. Celah energi film litium niobat

pada suhu (a) C, (c) 900 oC dengan metode

ambar 7, dengan

Tauc plot didapat celah

sebesar 3,1 eV. Nilai yang didapat menggunakan metode pencarian berdasarkan nilai reflektansi. Perbandingan kedua metode ini dapat dilihat bandingkan hasil yang didapat dengan literatur yang ada, celah energi litium berada pada kisaran 3.61 eV11. Sedangkan pada penelitian ini, hasil yang didapat 3.1 eV. Hal ini dikarenakan banyak pengganggu pada film. Film disimpan ditempat yang kurang tertutup, sehingga debu dimungkinkan masuk. Perbandingan hasil kedua metode diatas, dapat dilihat pada . Berdasarkan Lampiran 2, perhitungan celah energi berdasarkan nilai reflektansi lebih mendekati nilai celah energi litium niobat berdasarkan literatur daripada

perhitungan celah energi dengan metode

Plot.

4.4 Indeks Bias Film Litium Niobat

Indeks bias dari sebuah bahan merupakan perbandingan kecepatan cahaya yang melalui ruang hampa dan melalui bahan tersebut. Dalam mencari indeks bias, didapat persamaan

= ! −! "

didapat10

! = #$%( #$%&'

Pengukuran indeks bias diambi panjang gelombang 633 nm

bias pada litium niobat dilihat pada Tabel sedangkan perhitungannya pada Lampiran 3. Nilai indeks bias dipengaruhi oleh nilai reflektansi yang didapat pada pengukuran nilai reflektansi. Nilai indeks bias pada film yang dipanaskan pada suhu tinggi membuat proses termal dalam film terdeposisi denga baik.

Tabel 2. Indeks bias film litium Sampel Perlakuan

Suhu

(

o

C)

Waktu annealing (Jam) 1

800

2 3 4 5

850

6 7 8 9

900

10 11

12

Menurut literatur yang didapat, indeks bias litium niobat berada pada kisaran 2, Indeks bias yang didapat pada panjang gelombang 633 nm berkisar antara 1,64 – 3,28. Nilai indeks bias pada Tabel 2 cenderung menurun dengan lamanya waktu

annealing dan meningkatnya suhu

Hal ini disebabkan oleh perubahan struktur bahan litium niobat ketika dipanaskan yang merubah struktur pada bahan menjadi semakin rapat.

7

(5) perhitungan celah energi dengan metode Tauc

4.4 Indeks Bias Film Litium Niobat

Indeks bias dari sebuah bahan merupakan perbandingan kecepatan cahaya yang melalui ruang hampa dan melalui bahan tersebut. Dalam mencari indeks bias, didapat dari

1 1*

+

&'(

&

Pengukuran indeks bias diambil pada panjang gelombang 633 nm12. Nilai indeks bias pada litium niobat dilihat pada Tabel 2, sedangkan perhitungannya pada Lampiran 3. Nilai indeks bias dipengaruhi oleh nilai reflektansi yang didapat pada pengukuran nilai reflektansi. Nilai indeks bias pada film yang dipanaskan pada suhu tinggi membuat proses termal dalam film terdeposisi dengan

itium niobat Perlakuan Indeks Bias Waktu nealing (Jam)

1

2,24

8

3,28

15

1,95

22

1,64

1

1.83

8

1.80

15

1.81

22

1.70

1

3.22

8

2,07

15

1,86

22

2,85

literatur yang didapat, indeks bias berada pada kisaran 2,1412. Indeks bias yang didapat pada panjang

nm berkisar antara Nilai indeks bias pada Tabel 2 cenderung menurun dengan lamanya waktu dan meningkatnya suhu annealing. Hal ini disebabkan oleh perubahan struktur bahan litium niobat ketika dipanaskan yang merubah struktur pada bahan menjadi semakin

(16)

8

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan grafik hubungan absorbansi dan panjang gelombang, film litium niobat mampu menyerap cahaya dengan panjang gelombang 400,06 nm – 800,19 nm. Maka film litium niobat dapat digunakan sebagai sensor cahaya pada rentang cahaya tampak. Berdasarkan data yang didapat pada penelitian ini, film litium niobat yang mempunyai kemampuan absorbansi paling baik pada perlakuan suhu annealing 800 oC selama 22 jam. Kemampuan reflektansi paling baik adalah saat absorbansinya rendah, yaitu film litium niobat dengan perlakuan suhu

annealing 850 oC selama 15 jam.

Celah energi yang didapat menggunakan dua metode, yaitu metode perhitungan nilai reflektansi dan metode Tauc plot

mendapatkan hasil yang sama, yaitu sekitar 3,1 eV. Indeks bias yang didapat pada panjang gelombang 633 nm berkisar antara 1,64 – 3,28.

5.2. Saran

Jika ada yang ingin melanjutkan penelitian ini, maka penulis memberi saran agar peneliti lebih rapi dalam melakukan pemotongan silikon, sehingga mendapatkan silikon dengan luas penampang yang sama. Penelitian dilakukan secara kontinu dan berkelanjutan. Pada proses metalisasi, bisa dilakukan dengan bahan lain semisal emas atau perak, agar mendapatkan hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wasa, K., Kitabatakae, M. & Adachi, H. (2004). Thin film materials technology sputtering of compound materials. William Andrew Inc.

2. Simoes, A.Z. (2003). LiNbO3 thin films prepared through polymeric precursor method. Mater. Lett., 57, 2333– 2339. 3. Adem, U. (2003). Preparation of BaxSr

1-xTiO3 thin films by chemical solution deposition and their electrial characterization. Tesis. The Middle East Technical University.

4. Irzaman, Maddu A., Syafutra, H. & Ismangil, A. (2010). Uji konduktivitas listrik dan dielektrik film tipis lithium tantalat (LiTaO3) yang didadah niobium

pentaoksida (Nb2O5) menggunakan metode chemical solution deposition. Di dalam : Prosiding Seminar Nasional

Fisika. hlm 175-183.

5. Hikam, M., Sarwono, E. & Irzaman. (2004). Perhitungan polarisasi spontan dan momen quadrapol potensial listrik bahan PIZT (PbInxZryTi1-x-yO3-x/2).

Makara, Sains 8(3), 108-115.

6. Smallman, R.E. & Bishop, R.J. (1999). Modern physical metallurgy and materials engineering. Sixth Edition. London : Butterworth-Heinemann. 7. Tipler, P.A., (2001). Fisika untuk sains

dan teknik jilid 2. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga : Jakarta. hlm 446

8. Irzaman. (2007). Studi fotodioda film semikonduktor Ba0.6Sr0.4TiO3 didadah tantalum. Jurnal Sains Materi Indonesia. 10(1), 18-22.

9. Kumar, V., Sharma, S.Kr., Sharma, T.P. & Singh, V. (1999). Band gap determination in thick films from reflectance measurements. Optical Materials. 12, 115-119.

10. Joshi, G.P., Saxena, N.S., Mangal, R., Mishra, A. & Sharma, T.P. (2003). Band gap determination of Ni-Zn ferrites. J.

Mater. Scients, 26(4), 387-389.

11. Irzaman, Darmasetiawan, H., Indro, M.N., Sukaryo, S.G., Hikam, M., Bo, N.P. & Bawmawi, M. (2000). Electrical properties of crystalline Ba0.5Sr0.5TiO3 thin films. Department of Physics. FMIPA. IPB.

12. Fitrilawati., Abdussalam, W., Syamsiar, Y.S., Susilawati, T. & Hidayat, R. (2008). Pengaruh dopan pada sifat optik poli(heksil tiofen). J. Fisika dan Aplikasinya. 4(1), 080103.

13. Abraham, S.C., Marsh, P. & Acta. (1986). Crystallog. Sec.B, 42, 61

(17)
(18)

10

1

Perhitungan Ketebalan Film Litium Niobat

Diketahui : Massa jenis litium niobat = 4.65 gram/cm3 13

Sampel Perlakuan m1 (gram) m2 (gram) Massa film (gram) Luas permukaan (cm2) Tebal film (cm) Suhu (oC) Lama annealing (Jam) 1 800 1 0.0325 0.0330 0.0005 0.700 0.0001536 2 8 0.1113 0.1116 0.0003 0.560 0.0000690 3 15 0.1381 0.1390 0.0009 1.210 0.0001600 4 22 0.0774 0.0786 0.0012 0.560 0.0004608 5 850 1 0.1128 0.1141 0.0013 1.000 0.0002796 6 8 0.0768 0.0777 0.0009 0.800 0.0002419 7 15 0.0397 0.0410 0.0013 0.800 0.0003495 8 22 0.1126 0.1133 0.0007 0.950 0.0001585 9 900 1 0.1132 0.1134 0.0002 0.945 0.0000455 10 8 0.0314 0.0322 0.0008 0.700 0.0002458 11 15 0.1050 0.1074 0.0024 1.000 0.0005161 12 22 0.1121 0.1143 0.0022 1.000 0.0004731

Perhitungan ketebalan diperoleh dengan menggunakan persamaan (2)

d=

Keterangan :

d : ketebalan film (cm)

m1 : massa substrat sebelum ditumbuhkan film (gram)

m2 : massa substrat yang telah ditumbuhkan film litium niobat dan melalui proses annealing (gram)

ρfilm : massa jenis litium niobat (gram/cm3)

(19)

11

Sampel 1 = . . .. = . . . = .. = 0.000153 = 1.53 Sampel 2 = . . . .! = . . .! = . . = 0.000069 = 0.69 Sampel 3 = . !. . . $ = . . . ! = .. != 0.000160 = 1.60 Sampel 4 = . $ . . . = . . . = . . = 0.000461 = 4.61 Sampel 5 = . . .. $= . . . = .. = 0.000279 = 2.79 Sampel 6 = . . .$. $= . . .$! = .. != 0.000242 = 2.42 Sampel 7 = . . .$. ! = . . .$ = .. = 0.000349 = 3.49 Sampel 8 = . . . .! = . . .! = . . $ = 0.000158 = 1.58 Sampel 9 = . . .!. = . . .! = .. ! = 0.000046 = 0.46 Sampel 10 = . . . . = . $ . . = . $ . = 0.000246 = 2.46 Sampel 11 = . . .. = . . . = .. = 0.000516 = 5.16 Sampel 12 = . . .. = . . . = .. = 0.000473 = 4.73

(20)

12

2

Celah Energi Film Litium Niobat

No Sampel Film Eg Tauc Plot ( eV ) Eg reflektansi ( eV ) Suhu ( oC ) Waktu annealing

( Jam ) 1 800 1 3.09 3.10 2 8 1.82 1.85 3 15 3.07 3.09 4 22 3.08 3.09 5 850 1 3.07 3.07 6 8 3.06 3.07 7 15 3.06 3.07 8 22 ~ ~ 9 900 1 3.08 3.09 10 8 3.06 3.09 11 15 3.08 3.09 12 22 3.06 3.06

(21)

13

3

Perhitungan Indeks Bias Film Litium Niobat

Indeks bias (n) = ) * + ) * Sampel Perlakuan Nilai reflektansi (R) , -*. , -*.+ - - − , -*. Indeks bias (n) Suhu (oC) Waktu annealing (Jam) 1 800 1 0.14682 0.383171 1.383171 0.616829 2.24 2 8 0.28424 0.533142 1.533142 0.466858 3.28 3 15 0.10372 0.322056 1.322056 0.677944 1.95 4 22 0.05897 0.242879 1.242879 0.757121 1.64 5 850 1 0.08674 0.294517 1.295617 0.705483 1.83 6 8 0.08227 0.286827 1.286827 0.713173 1.80 7 15 0.08345 0.288877 1.288877 0.711123 1.81 8 22 0.06708 0.258998 1.258998 0.741002 1.70 9 900 1 0.27693 0.526241 1.526241 0.473759 3.22 10 8 0.12089 0.347692 1.367692 0.652308 2.07 11 15 0.09025 0.300416 1.300416 0.699584 1.86 12 22 0.23030 0.479896 1.479896 0.520104 2.85

Gambar

Gambar 2.  Proses annealing
Gambar 4. Hubungan absorbansi dan panjang  gelombang  film  litium  niobat  setelah  proses  annealing  pada  variasi  suhu  (a)  800 (b) 850 o C, (c) 900  o C
Gambar  5.  Hubungan  reflektansi  dan  panjang  gelombang  film  litium  niobat  setelah  proses
Tabel 2. Indeks bias film litium  Sampel  Perlakuan Suhu  ( o C)  Waktu  annealing (Jam) 1  800  2  3  4  5  850  6  7  8  9  900  10  11 12

Referensi

Dokumen terkait

I skal selv lave en optælling af antal anslag af jeres projekt, altså hvor mange anslag inkl.. mellemrum det

Tähän kysymykseen vastanneet työnantajat ovat tyytyväisiä (77 %) tai erittäin tyytyväisiä (12 %) Kainuun TE- toimiston palveluihin.. (Mainintoja

Due to the crucial of conflict in a literature, there are two main types of the conflict; there are internal conflictand external conflict... Internal conflict is conflict faced

circulating flume , material gelas plastik yang sudah di skalatis, air dan pasir. Penulis akan lebih mendekati keadaan saluran drainase dikarenakan bentuk saluran

Salah satu PNS yang bekerja non medis di RSUD Arga Makmur juga menuturkan selama 5 tahun mereka menerima uang lembur tersebut.. Saat itu mereka tidak

Pada grafik 4.5 yang menunjukan Daya Kincir Listrik ( P out Listrik) dihasilkan kincir angin oleh ketiga variasi kecepatan angin, dari data tersebut semakin

a) Sebuah jaringan wifi yang akan menjadi objek utama untuk melakukan b) penetrasi pada penelitian ini. c) Melakukan diagnosa pada jaringan untuk mengetahui bagian-bagian

[r]