SKRIPSI
Diajukan Oleh : JOHANSYAH FARDIANTO
0412010352 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul
“Pengaruh EPS (Earning Per Share), ROE (Return On Equity) dan Tingkat Bunga
Deposito terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang
Konsumsi di Bursa Efek Jakarta”.
Penyusunan skripsi ini ditunjukkan untuk memenuhi syarat penyelesaian
Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spiritual
maupun materiil, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak DR. Dhani Ichsanudin Nur, MM. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS. Selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Sugeng Purwanto SE, MM. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas
skripsinya.
ii
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Surabaya, Mei 2010
DAFTAR ISI ………. iii.
DAFTAR TABEL ………... viii.
DAFTAR GAMBAR ………. ix.
DAFTAR LAMPIRAN ………... x.
ABSTRAKSI ………. xi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ………... 1.
1.2. Perumusan Masalah ………... 8.
1.3. Tujuan Penelitian ………... 8.
1.4. Manfaat Penelitian ………... 8.
1.5. Ruang Lingkup atau Pembatasan Masalah ……….... 9.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ...………... 10.
2.2. Landasan Teori ………... 11.
2.2.1. Pengertian Manajemen Keuangan………... 11.
2.2.2. Investasi………... 12
2.2.3.1. Pengertian Pasar Modal ………….……….... 14.
2.2.3.2. Manfaat Pasar Modal……….. 15.
2.2.3.3. Lembaga Pendukung Pasar Modal………. 17.
2.2.3.4. Jenis Pasar Modal………... 19.
2.2.3.5. Go Public……… 20.
2.2.3.5.1. Pengertian Go Public……….. 20.
2.2.3.5.2. Keuntungan Go Public……… 20.
2.2.4. Pengertian Saham……… 21.
2.2.4.1. Jenis Saham………. 22.
2.2.4.2. Harga Saham………... 23.
2.2.4.3. Investasi Pada Saham……….. 25.
2.2.4.4. Analisis Nilai Saham……….. 28.
2.2.5. Kebijakan Dividen………... 29.
2.2.6. Pengertian Laporan Keuangan………. 30.
2.2.6.1. Pihak-pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan……….. 30.
2.2.6.2. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan………. 30.
2.2.7. Rasio Keuangan………... 33.
2.2.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham………… 36.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………. 44.
3.2. Teknik Penentuan Sampel………. 46.
3.3. Teknik Pengumpulan Data………. 47.
3.3.1. Jenis Data………. 47.
3.3.2. Sumber Data……… 47.
3.3.3. Pengumpulan Data………... 47.
3.4.Teknik Analisa dan Uji Hipotesis………... 48.
3.4.1.Teknik Analisis……….. 48.
3.4.2.Uji Hipotesis……….. 53.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian………... 56.
4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal di Indonesia……….. 56.
4.1.2. Sejarah PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ)………. 57.
4.1.3. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Jakarta……….. 60.
4.1.4. Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Jakarta……… 61.
4.1.5. Gambaran Umum Obyek Penelitian……… 63.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian……….. 64.
di
BEJ……….. 65.
4.2.3. Tingkat Bunga Depsito (X3)……… 66.
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis……….. 68.
4.3.1. Asumsi-asumsi Klasik Regresi……… 68.
4.3.1.1. Uji Autokorelasi……….. 68.
4.3.1.2. Uji Multikolinearitas………... 69.
4.3.1.3. Uji Heteroskedastisitas………... 70.
4.3.1.4. Uji Normalitas………. 71.
4.3.2. Analisis Regresi Berganda………... 72.
4.3.3. Koefisien Determinasi (R2)……….. 75.
4.3.4. Pengujian Hipotesis………. 75.
4.3.4.1. Uji Hipotesis Dengan Uji t……….. 75.
4.3.4.2. Uji Hipotesis Dengan Uji f………. 77.
4.3.5. Pembahasan………. 8.
Konsumsi……… 79. 7
4.3.5.1. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap
Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Barang
vii
4.3.5.3. Pengaruh Tingkat Bunga Deposito Terhadap
Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Barang
Konsumsi……… 81.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan……… 83.
5.2. Saran……….. 84.
Tabel 1. Harga Saham Perusahaan Industri Sektor Barang Konsumsi
periode tahun 2005-2009 dalam miliar Rupiah (Rp) ………... 4
Tabel 2. Gambaran Umum Obyek Penelitian ………... 63
Tabel 3. Earning Per Share (X1) Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di BEJ dalam satuan Rupiah (Rp) ……….. 64
Tabel 4. Return On Equity (X2) Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di BEJ dalam satuan Prosentase (%) ……….. 65
Tabel 5. Tingkat Bunga Depsito (X3) dalam satuan Prosentase (%) ………. 66
Tabel 6. Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di BEJ ………... 67
Tabel 7. Data Uji Multikolinearitas ……… 70
Tabel 8. Data Uji Heteroskedastisitas ……….…... 71
Tabel 9. Data Uji Normalitas ……….……… 72
Tabel 10. Data Koefisien Regresi Linier Berganda ……….……… 73
Tabel 11. Data R Square ……….…………..……… 75
Tabel 12. Data Uji t Analisis Regresi ……….……….……. 76
Tabel 13. Data Uji f Anova ……….…………. 78
Gambar 1. Kerangka Model Penelitian ………... 42.
Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Jakarta ……….…...…. 62.
Gambar 3. Uji Durbin Watson ………..….. 69.
Deposito di Bursa Efek Jakarta periode 2005-2009
Lampiran II Hasil Uji Asumsi dan Hipotesis
Oleh :
Johansyah Fardianto 0412010352/FE/EM
ABSTRAKSI
Dalam pembangunan perekonomian suatu negara dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari pinjaman maupun modal sendiri, yang dalam penggunaannya dana dapat dialokasikan sebagai suatu investasi atau penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Sebelum melakukan suatu investasi, para investor perlu mengetahui dan memilih saham-saham mana yang dapat memberikan keuntungan paling optimal. Dalam kegiatan analisis dan memilih saham, para investor memerlukan informasi yang relevan dan memadai melalui laporan keuangan perusahaan. Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh EPS (Earning Per Share), ROE (Return On Equity) dan Tingkat
Bunga Deposito terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang
Konsumsi di Bursa Efek Jakarta.
Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan obyek adalah Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta. Obyek penelitian diambil sampel sebanyak enam Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta. Penelitian menggunakan metode Purposive Sampling. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda.
Dari hasil analisis diketahui bahwa dari tiga variabel yang dianalisis, variabel Tingkat Bunga Deposito tidak berpengaruh signifikan, sedangkan variabel EPS (Earning Per Share) dan ROE (Return On Equity) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
Kata Kunci : Harga Saham, EPS (Earning Per Share), ROE (Return On Equity), Tingkat Bunga Deposito.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam pembangunan perekonomian suatu negara dibutuhkan biaya atau
dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari pinjaman maupun
modal sendiri, yang dalam penggunaanya dana dapat dialokasikan sebagai suatu
investasi, dimana investasi disini dapat diartikan sebagai penanaman modal untuk
satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan
harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.
Sehubungan dengan investasi pada pasar modal, pemerintah Indonesia
beranggapan bahwa pasar modal merupakan sarana yang dapat mendukung
percepatan pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar
modal menggalang pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor)
yang kemudian disalurkan pada sektor-sektor yang produktif dengan harapan
sektor tersebut dapat berkembang dan menghasilkan lapangan perkerjaan yang
baru bagi masyarakat.
Sebelum melakukan suatu investasi, para investor perlu mengetahui dan
memilih saham-saham mana yang dapat memberikan keuntungan paling optimal
investor memerlukan informasi-informasi yang relevan dan memadai melalui
laporan keuangan perusahaan. Sehubungan dengan hal itu, Bapepam melalui
Keputusan Ketua Bapepam No. Kep,38/PM/1996 tentang laporan tahunan, telah
mewajibkan para emiten untuk menyampaikan laporan tahunan agar terdapat
transparansi dalam pengungkapan berhagai informasi yang berhuhungan dengan
kinerja emiten yang bersangkutan melalui Keputusan Ketua Bapepam No. Kep,
38/PM/1996 tentang laporan tahunan.
Tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang
relevan bagi para pemakai untuk pengambilan keputusan ekonomi dan investasi,
dimana informasi tersebut dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bagi
investor mengenai kapan sebaiknya membeli atau menjual saham yang
dimilikinya. Laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan bisa dijadikan
cerminan kinerja perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan dasar dari
penghitungan rasio-rasio keuangan untuk menilai keadaan perusahaan di masa
lalu, saat ini, dan di masa mendatang.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh investor dalam menganalisis
surat berharga adalah dengan analisis fundamental, yaitu dengan melakukan:
1. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham di masa yang akan datang.
2. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
bersifat rasional dalam mengambil keputusan investasi dalam saham.
Investor berusaha untuk menghubungkan antara harga saham dengan
kondisi perusahaan.
Naik turunnya harga saham merupakan cerminan dari perubahan harga
saham yang setiap detik mengalami perubahan. Perubahan tersebut tergantung
pada emiten sebagai kekuatan penawaran dan para pialang sebagai kekuatan
permintaan. Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal
merupakan faktor-faktor diluar perusahaan dan tidak dapat dikendalikan oleh
perusahaan. Sedangkan faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari
dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh perusahaan. Para investor juga
berkepentingan untuk melakukan peramalan terhadap perubahan pasar modal
dengan jalan mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi terjadinya
fluktuasi harga saham dan bagaimana bentuk hubungan antar vaariabel tersebut.
Dengan mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut, investor dapat memiliki
strategi untuk memilih perusahaan yang benar-benar dianggap sehat sebagai
tempat menanamkan modalnya.
Harga saham sebagai indikator nilai perusahaan dan merupakan
pencerminan informasi yang relevan akan dipengaruhi oleh berbagai variabel
dimana variabel tersebut baik secara langsung akan mempengaruhi harga saham
bersifat fundamental dan bersifat teknikal. Variabel tersebut secara bersama-sama
akan membentuk kekuatan pasar yang sangat berpengaruh terhadap transaksi
perusahaan sehingga harga saham perusahaan akan mengalami berbagai
kemungkinan kenaikan maupun penurunan harga.
Penulis melakukan suatu penelitian terhadap sampel yakni perusahan
sektor industri barang konsumsi. Adapun fluktuasi harga saham yang terjadi pada
perusahaan sektor industri barang konsumsi yang masuk LQ 45 di Bursa Efek
Jakarta antara lain :
Tabel 1 : Harga Saham Perusahaan Industri Sektor Barang Konsumsi periode tahun 2005-2009 dalam miliar Rupiah (Rp)
No Perusahaan 2005 2006 2007 2008 2009
1 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 950 1350 2575 930 3550
2 PT. Gudang Garam, Tbk 11650 10200 8500 4250 21550
3 PT. HM. Sampoerna, Tbk 8900 9700 14300 8100 10400
4 PT. Bentoel International Inv, Tbk 135 310 560 520 800
5 PT. Kalbe Farma, Tbk 990 1190 1260 400 1300
6 PT. Unilever Indonesia, Tbk 4275 6600 6750 7800 11050
Sumber : Indonesian Capital Market Directory dan www.jsx.co.id
Investor perlu memiliki sejumlah informasi sebelum melakukan transaksi
dipasar modal agar bisa mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang
layak dipilih. Salah satu informasi tersebut adalah informasi akuntansi. Earning
Per Share (EPS) merupakan salah satu informasi akuntansi yang memberikan
perusahaan. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih per lembar saham
merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang sering dipakai
sebagai acuan untuk mengambil keputusan investasi dalam saham.
Penilaian saham secara akurat bisa meminimalkan risiko sekaligus
membantu investor mendapatkan keuntungan wajar, mengingat investasi saham di
pasar modal merupakan jenis investasi yang cukup berisiko tinggi meskipun
menjanjikan keuntungan relative besar (Widoatmojo, 1996:84). Maksud dari
penilaian itu sendiri adalah untuk memberikan estimasi mengenai tingkat
pengembalian (return) dan tingkat risiko bagi investor. Bentuk dari estimasi ini
adalah dengan melihat indikator Return on Equity (ROE), dimana akan
memberikan informasi tentang tingkat hasil investasi perusahaan yang akan
dipilih sebagai pilihan investasi.
Tingkat Bunga Deposito mempengaruhi resiko saham, hal ini disebabkan
karena seorang investor dalam memilih alternatif investasi akan cenderung
memilih investasi yang menguntungkan, jika tingkat suku bunga lebih tinggi
daripada return saham maka akan lebih menguntungkan memilih investasi yang
bebas resiko seperti deposito, obligasi daripada investasi yang penuh resiko
seperti saham dan sebaliknya. Ketika tingkat suku bunga tinggi maka return
saham akan cenderung terjadi perubahan atau rendah. Return saham naik turun
semakin tinggi pula return saham. Perubahan return saham pasar ini disebut beta
saham (Halim, 2003).
Kelamnya ekonomi AS pada awal 2008
(http://sorot.vivanews.com/news/read/15454-melaju_meniti_badai) membuat
kondisi ekonomi di Indonesia bergejolak dan telah mengalami krisis finansial.
Krisis keuangan ini juga berdampak pada aktivitas pasar modal global.
Perkembangan indeks bursa saham di beberapa bursa dunia sebelumnya
menunjukkan kinerja yang outperform terkoreksi turun sampai dengan level yang
tidak diperkirakan. Begitu juga dengan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Bursa Efek Indonesia per tangal 16 september 2008 menyentuh level terendah
1.719,254, terkoreksi 39,3 persen dihitung dari level IHSG tertinggi 9 januari
2008 di level 2.830,260. Kerugian langsung mungkin hanya dialami sebagian
kecil investor yang memiliki eksposure atas aset-aset yang terkait langsung
dengan lembaga-lembaga keuangan AS yang bermasalah. Dengan tingkat
likuiditas global saat ini yang relatif masih sangat tinggi, diperkirakan tujuan
investasi akan ditujukan ke berbagai bursa-bursa emerging market (pasar yang
sedang berkembang) yang dapat memberikan potensi tingkat pengembalian atau
imbal hasil (expected return) yang menarik bagi investor.
Berdasarkan kasus di atas, maka penulis melakukan suatu penelitian
tentang pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE) dan Tingkat
Konsumsi di Bursa Efek Jakarta. Penulis ingin mengetahui apakah Earning Per
Share (EPS), Return on Equity (ROE) dan Tingkat Bunga Deposito mempunyai
pengaruh terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Barang konsumsi di
Bursa Efek Jakarta. Alasan penulis mengambil obyek Perusahaan Sektor Industri
Barang konsumsi karena perusahaan ini selalu konsisten masuk sebagai
pembentuk indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005-2009, sudah
dapat dipastikan bahwa perusahaan ini dinilai bagus dari segi fundamentalnya.
Sesuai dengan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul :
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah pada penelitian ini
adalah apakah Earning Per Share, Return On Equity dan Tingkat Bunga Deposito
mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Barang
Konsumsi di BEJ?.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui
besar pengaruh Earning Per Share, Return On Equity dan Tingkat Bunga
Deposito terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di
BEJ.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi investor dalam
menginvestasikan dananya di pasar modal.
2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan, khususnya
bagi para manajer keuangan.
3. Menjadi acuan bagi penelitian-penelitian yang akan datang, khususnya
1.5. Ruang Lingkup atau Pembatasan masalah
Pembahasan ruang lingkup penelitian ditetapkan agar penelitian terfokus
pada pokok permasalahan yang ada serta pembahasannya, sehingga tujuan
penelitian tidak menyimpang dari sasaran. Adapun pembatasan masalahnya yaitu :
1. Penelitian hanya pada variabel fundamental yang meliputi Earning Per
Share (EPS), Return on Equity (ROE) dan Tingkat Bunga Deposito
yang mempengaruhi Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Barang
Konsumsi periode 2005-2009 di BEJ.
2. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Harga saham merupakan suatu variabel yang sangat menentukan nilai dari
suatu perusahaan yang telah mencatat sahamnya di bursa. Karena itu fluktuasi
harga saham menjadi sesuatu yang menarik untuk dijadikan obyek penelitian.
Penelitian yang menguji keterkaitan EPS (Earning Per Share) dan PER (Price
Earning Ratio) dengan harga saham telah dilakukan oleh banyak peneliti,
diantaranya oleh Purnomo (1998) pada 30 perusahaan publik di Indonesia,
Herlina dan Hardianto (2007) pada 2 emiten sektor telekomunikasi, Hadianto dan
Setiawan (2007) pada 3 emiten sektor pertambangan, Haruman, Setiawan dan
Ariyanti (2005) pada 33 emiten penyusun indeks LQ45, maupun Herlina dan
Magdalena (2008) pada 3 emiten sektor perkebunan.
Pengelolaan data menggunakan teknis analisis regresi berganda dengan jenis data
cross section dalam program SPSS.
Secara umum, hasil penelitian mereka menyatakan bahwa EPS (Earning Per
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut Husnan (1996 : 4) manajemen keuangan menyangkut kegiatan
perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan. Mereka yang
melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut manajer keuangan. Meskipun
demikian, kegiatan keuangan tidaklah terbatas dilakukan oleh mereka yang
menduduki jabatan seperti Direktur Keuangan, Manajer Keuangan Kepala Bagian
Keuangan dan sebagainya, mungkin melakukan sekali kegiatan keuangan.
Misalnya, keputusan untuk memperluas kapasitas pabrik, menghasilkan produk
baru, jelas akan dibicarakan dan diputuskan oleh direktur, tidak terbatas hanya
oleh Direktur Keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer
keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Meskipun
demikian kegiatan- kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan
utama, yaitu kegiatan menggunakan dana (allocation of fund) dan mencari
pendanaan (raising of fund). Dua kegiatan utama (fungsi) tersebut disebut dengan
fungsi keuangan.
Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan
semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan
dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan
2.2.2. Investasi
Suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan
melalui distribusi hasil investasi seperti bunga, royalty, deviden dan uang sewa.
Investasi adalah penawaran modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan
biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan
dimasa-masa datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu
atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana (Sunariyah, 2003 : 4)
Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang
dengan harapan untuk dapat menghasilkan arus dana masa datang dengan jumlah
yang lebih besar dari dana yang dilepaskan pada saat investasi awal (Moeljadi,
2006 : 121).
Didalam investasi ada dua potensi keuntungan dari investasi bursa efek,
yaitu berupa keuntungan yang diperoleh perusahaan yang dibagikan kepada
pemegang saham (deviden) dan jika investor menjual sahamnya di atas harga
belinya. Deviden perusahaan sangat berkaitan dengan performance perusahaan,
sedangkan capital gain tidak begitu dipengaruhi oleh perusahaan. Unsur spekulasi
sangat berperan dalam jual beli saham, jika harga jual saham dibawah harga beli
(capital lost), sedangkan deviden tidak bisa negatif (Anoraga dan Pakarti, 2003 :
2.2.2.1. Bentuk Investasi
Menurut Riyanto (1997 : 180) bentuk surat berharga dakam investasi
jangka panjang antara lain :
• Obligasi : Surat pengakuan hutang yang dikeluarkan oleh
pemerintah atau perusahaan atau lembaga-lembaga lain sebagai
pihak yang berhutang yang mempunyai nilai nominal tertentu dan
kesanggupan untuk membayar bunga secara periodik atsa dasar
persentase tertentu yang tetap.
• Saham preferen : Saham yang disertai dengan preferensi tertentu di
atas saham biasa dalam hal pembagian deviden dan pembagian
kekayaan dalam pembubaran perusahaan.
• Saham biasa : Bukti penyertaan modal dalam perusahaan.
2.2.2.2. Tujuan Investasi
Tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter,
yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini
pedapatan masa datang.
Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak dimasa datang.
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek
lain, seseorang dapat menghindari dari resiko penurunan nilai
kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak
Beberapa Negara di dunia banyak malakukan kebijakan yang bersifat
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian
fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada
bidang-bidang usaha tertentu.
2.2.3. Pasar Modal
2.2.3.1. Pengertian Pasar Modal
Husnan (1998 : 1) mendefinisikan pasar modal sebagai pasar untuk
berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang biasa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang
2.2.3.2. Manfaat Pasar Modal
Menurut Anoraga dan Widiyanti (1995 : 29), manfaat pasar modal bisa
dirasakan oleh berbagai pihak, antara lain :
a. Bagi investor
1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang
menjadi capital gain.
2. Memperoleh deviden bagi mereka yang memiliki atau memegang
saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang
obligasi.
3. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham,
mempunyai hak suara dalam RUPS bila diadakan bagi pemegang
obligasi.
4. Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi, misal dari saham
A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau
mengurangi resiko.
b. Bagi emiten
1. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.
2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.
3. Tidak ada “Convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam
pengelolaan dana perusahaan.
5. Kertergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.
6. Cash Flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga
nominal perusahaan.
7. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi.
8. Tidak ada beban financial yang tetap.
9. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.
10. Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu.
11. Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
c. Bagi pemerintah
1. Mendorong laju pembangunan.
2. Mendorong investasi.
3. Penciptaan lapangan kerja.
4. Memperkecil Debt Service Ratio (DSR).
5. Mengurangi beban anggaran bagi BUMN.
d. Bagi lembaga penunjang
1. Menuju ke arah professional di dalam memberikan pelayanannya
sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
2. Sebagai pembentuk harga dalam bursa paralel.
3. Semakin bervariasinya jenis lembaga penunjang.
2.2.3.3. Lembaga Pendukung Pasar Modal
Lembaga Pendukung pasar modal perlu bekerja secara profesional dan
bisa diandalkan sehingga kegiatan emisi dan transaksi efek bisa berlangsung
dengan cepat. Lembaga-lembaga tersebut menurut Husnan (1998 : 2) adalah :
a. BAPEPAM
Lembaga ini merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah untuk
mengawasi pasar modal Indonesia. BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar
Modal) dibentuk agar dapat mewujudkan kegiatan pasar modal yang
teratur dan efisien serta melindungi pemodal dan masyarakat. Pelindung
ini hendaknya tidak ditafsirkan sebagai pelindung dari fluktuasi harga,
melainkan perlindungan dari perlakuan yang tidak baik dari emiten
(misalnya informasi yang tidak benar) atau lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan pasar modal.
b. Bursa Efek
Lembaga yang meyelenggarakan perdagangan efek adalah bursa efek.
Di Indonesia bursa efek harus berbentuk perseroan.
c. Lembaga Kliring dan Penjaminan
Lembaga ini menyediakan jasa kliring dan pinjaman penyelesaian
transaksi bursa. Untuk melakukan jasa kliring jual beli efek di bursa
efek. Dengan demikian setiap transaksi harus melewati bursa ini untuk
d. Akuntan Publik
Peranannya yang utama adalah memeriksa laporan keuangan dan
memberikan pendapat terhadap laporan keuangan. Di pasar modal
dituntut pendapat wajar tanpa syarat terhadap laporan keuangan dari
perusahaan yang akan menerbitkan atau yang telah terdaftar di bursa.
Pendapat wajar tanpa syarat berarti laporan keuangan yang telah disusun
sesuai dengan prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) tanpa suatu
catatan atau kekurangan.
e. Wali Amanat (trustee)
Jasa wali amanat diperlukan untuk penerbitan obligasi dan mewakili
kepentingan pembeli obligasi. Wali amanat melakukan penilaian
terhadap perusahaan ayng menerbitkan obligasi untuk menjamin
keamanan obligasi yang dibeli oleh para pemodal.
f. Notaris
Jasa notaris diperlukan untuk membuat berita acara Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dan menyusun pernyataan keputusan-keputusan
RUPS. Notaris juga perlu meneliti keabsahan penyelenggaraan RUPS
tersebut.
g. Konsultan Hukum
Diperlukan jasanya agar jangan sampai perusahaan yang menerbitkan
sekuritas di pasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum dengan
2.2.3.4. Jenis Pasar Modal
Menurut Tandelilin (2001 : 14), jenis-jenis pasar modal di Indonesia
antara lain yaitu :
1. Pasar Perdana
Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual
sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya. Sebelum
menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan emiten sebelumnya
akan mengeluarkan informasi mengenai perusahan secara detail
(disebut juga prospektus). Prospektus berfungsi untuk memberikan
informasi mengenai kondisi perusahaan kepada para calon investor.,
sehingga dengan adanya informasi tersebut maka investor akan bisa
mengetahui prospek perusahaan dimasa datang, dan selanjutnya
tertarik untuk membeli sekuritas yang diterbitkan emiten.
2. Pasar Sekunder
Setelah sekuritas emiten dijual dipasar perdana, selanjutnya
sekuritas emiten tersebut kemudian bisa diperjual belikan oleh dan
antar investor di pasar sekunder. Dengan adanya pasar sekunder,
investor dapat melakukan perdagangan sekuritas untuk mendapatkan
keuntungan. Oleh karena itu, pasar sekunder memberikan likuiditas
kepada investor, bukan kepada perusahaan seperti dalam pasar
2.2.3.5. Go Public
2.2.3.5.1.Pengertian Go Public
Menurut Tandelilin (2001 : 35) go public atau penawaran umum (Initial
Public Offering) merupakan kegiatan yang dilakukan emiten untuk menjual
sekuritas kepada masyarakat, berdasarkan tata cara yang diatur undang-undang
dan peraturan pelaksanaannya.
2.2.3.5.2.Keuntungan Go Public
Beberapa keuntungan bagi perusahaan yang melakukan go public, yaitu
(Tandelilin, 2001 : 360) :
1. Diversifikasi
Dengan melakukan go public, maka pemilik perusahaan akan
membagi kepemilikan perusahaan kepada masyarakat yang berminat
untuk membeli saham perusahaan tersebut, sehingga pemilik
perusahaan tersebut juga telah membagi resiko yang harus ditanggung
jika dia menjadi pemilik tunggal perusahaan.
2. Meningkatkan Likuiditas
Saham yang tidak ditawarkan kepada umum akan sulit untuk
diperjualbelikan. Jika salah satu pemilik mau menjual saham yang
dimiliki, maka dia akan sulit untuk mencari calon pembeli dan
melakukan transaksi. Kesulitan tersebut tidak akan terjadi pada
perusahaan yang go public.
3. Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan modal perusahaan
Perusahaan yang go public wajib melaporkan kondisi perusahaannya
sacara rutin kepada umum, sehingga investor dengan mudah
mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya, dan bisa mengambil
keputusan investasi yang lebih baik.
4. penentuan nilai perusahaan
Perusahaan yang go public bisa menentukan secara jelas seberapa jelas
nilai perusahaan dengan melihat besarnya harga saham perusahaan
tersebut di pasar. Hal ini tidak terjadi pada perusahaan yang tidak go
public.
2.2.4. Pengertian Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan
atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Apabila
seorang investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik dan disebut
sebagai pemegang saham perusahaan tersebut. (Anoraga dan Pakarti, 2003 : 58).
Saham biasa ada dua jenis, yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk.
Untuk saham atas nama, nama pemilik saham tertera diatas saham tersebut,
tersebut. Seluruh hak-hak pemegang saham akan diberikan pada penyimpanan
saham tersebut.
2.2.4.1. Jenis Saham
Menurut Keown (1999 : 281) ada beberapa jenis saham :
a. Saham Biasa (common stock)
Saham biasa menunjukkan kepemilikan dalam perusahaan,
pemegang obligasi dapat dipandang sebagai kreditor, sedangkan
pemegang saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari
perusahaan, saham tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo, tetapi
sebagai pemilik selama sebuah perusahaan berdiri, saham tersebut
juga tidak memiliki batas pembayaran deviden.
b. Saham Preferent (preffered stock)
Menurut Keown saham preferen sering disebut sebagai sekuritas
hibrida/sekuritas campuran (hybrid security) karena ia memiliki
banyak karakteristik baik dari saham biasa ataupun obligasi.
Saham preferen sama dengan saham biasa karena ia tidak memiliki
jatuh tempo yang ditetapkan, deviden yang tidak dibayarkan tidak
akan menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan dan deviden
tidak dapat mengurangi pembayaran pajak. Dilain pihak saham
batas tuntutan. Ukuran deviden saham preferen biasanya tetap, baik
sebagai jumlah nilai mata uang.
2.2.4.2. Harga Saham
Harga saham adalah harga pasar (market value) saham yang berlaku
dalam pasar modal saat itu. Dalam proses penilaian saham perlu dibedakan antara
nilai (value) dan harga (price). Nilai adalah nilai intrinsik yang merupakan nilai
nyata (true value) suatu saham yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental
perusahaan.
Menurut Halim (2003 : 11) jenis-jenis harga saham itu adalah :
a. Harga Nominal
Harga nominal merupakan nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk
menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya. Harga nominal
itu tercantum dalam lembar saham tersebut.
b. Harga Perdana
Harga perdana merupakan harga sebelum saham tersebut
dicantumkan di bursa efek. Besarnya harga perdana ini tergantung
dari persetujuan antara emiten (perusahaan penerbit saham) dan
penjamin emisi (underwriter).
c. Harga Pasar
Harga pasar merupakan harga jual investor yang satu ke investor
bursa efek atau disebut harga pasar sekunder. Harga ini yang
benar-benar mewakili perusahaan penerbitnya, karena kecil sekali
kemungkinan terjadi negosiasi antara investor dan perusahaan
penerbit. Harga yang diterbitkan setiap hari adalah harga pasar ini.
d. Harga Pembukaan
Harga pembukaan merupakan harga yang diminta oleh penjual dari
pembeli pada saat jam bursa dibuka.
e. Harga Penutupan
Harga penutupan merupakan harga yang diminta oleh penjual dari
pembeli pada saat akhir bursa.
f. Harga Tertinggi
Transaksi tidak hanya sekali atau dua kali terjadi dalam satu hari,
tetapi bisa berkali-kali dan tidak terjadi pada harga yang sama. Dari
harga-harga yang terjadi tentu ada harga yang paling tinggi pada
satu hari bursa tersebut, harga itu disebut harga tertinggi.
g. Harga Terendah
Harga terendah merupakan harga yang paling rendah pada satu
hari bursa.
h. Harga Rata-rata
Harga rata-rata merupakan harga tertinggi dan terendah. Harga
i. Indeks Harga Saham
Indeks harga saham mencerminkan situasi umum bursa efek.
Indeks harga saham merupakan ringkasan atas berbagai faktor
yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena ekonomi, sosial
dan politik. Indeks harga saham adalah angka indeks harga saham
yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga
diharapkan bisa menghasilkan trend.
2.2.4.3. Investasi Pada Saham
Saham dikenal dengan katakteristik high risk – high return. Artinya
saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi
namun juga berpotensi risiko tinggi. (Fakhruddin dan Hadianto, 2001 : 9)
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan
membeli atau memiliki saham, yaitu (Fakhruddin dan Hadianto, 2001 : 6) :
1. Deviden
Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Deviden
diberikan setelah mendapat dari persetujuan pemegang saham dalam
RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan deviden, maka
pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu
dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak
mendapatkan deviden.
2. Capital Gain
Merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain
terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar
sekunder. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek
mengejar keuntungan melalui capital gain. Misalnya seorang pemodal
mem beli saham pada pagi hari dan kemudian menjualnya lagi pada
siang hari jika saham mengalami kenaikan.
Resiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, antara
lain yaitu : Fakhruddin dan Hadianto, 2001 : 9)
1. Tidak Mendapatkan Deviden
Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan
akan menghasilkan keuntungan dan mendapatkan persetujuan dari
pemegang saham (dalam RUPS) untuk membagikan deviden.
Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan deviden
jika perusahaan tersebut mengalami kerugian.
2. Capital Loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal
mendapatkan capital gain alias keuntungan atas sahamnya yang
harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang
pemodal mengalami capital loss.
3. Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak
secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan
peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu
perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham
perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di delist.
4. Saham di Delist dari Bursa (Delisting)
Resiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham
perusahaan dikeluarkan dari pencatatan Bursa Efek alias di delist.
Suatu saham perusahaan di delist dari Bursa umumnya karena
kinerja yang buruk. Saham yang telah di delist tentu saja tidak lagi
diperdagangkan dibursa, namun tetap dapat diperdagangkandi luar
bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas
dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga
sebelumnya.
5. Saham di Suspend
Jika suatu perusahaan di Suspend alias dihentikan perdagangannya
oleh otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat
menjual sahamnya hingga suspend dicabut. Suspend biasanya
namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari
perdagangan.
2.2.4.4. Analisis Nilai Saham
Menurut Tandelilin (2001 : 183), dalam penelitian saham dikenal adanya
tiga jenis nilai yaitu :
1. Nilai buku, merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan
perusahaan penerbit saham (emiten).
2. Nilai pasar, adalah nilai saham dipasar yang ditunjukkan oleh harga
saham tersebut di pasar.
3. Nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis, adalah nilai saham
yang sebenarnya atau seharusnya terjadi.
Menurut Halim (2003 : 16) terdapat dua pendekatan dalam penentuan
nilai saham, yaitu :
1. Analisis Fundamental
Dalam analisis ini dinyatakan bahwa, saham memiliki nilai instrinsik
tertentu. Analisis ini akan membandingkan nilai instrinsik suatu saham
dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar saham
tersebut sudah mencerminkan nilai instrinsiknya atau belum. Nilai
instrinsik suatu saham ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang
Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham akan
dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan itu sendiri
dipengaruhi oleh kondisi industri dan perekonomian secara makro.
2. Analisis Teknikal
Analisis ini dimulai dengan cara memperhatikan perubahan saham
itu sendiri dari waktu ke waktu. Analisis ini beranggapan bahwa harga
suatu sham akan ditentukan oleh supply dan demand terhadap saham
tersebut.
2.2.5. Kebijakan Dividen
Menurut (J. Fred Wetson & Eugene F. Brigham, 1990 : 198) kebijakan
deviden menyangkut keputusan untuk membagi laba atau menahanya guna
diinvestasikan kembali di dalam perusahaan. Dalam hal ini memperlihatkan
bahwa jika suatu perusahaan menjalankan kebijakan untuk membagikan tambahan
deviden tunai, hal itu akan cenderung meningkatkan harga saham. Namun jika
deviden tunai meningkat, maka makin sedikit dana yang tersedia untuk
reinvestasi, dengan demikian tingkat pertumbuhan laba yang diharapkan akan
makin rendah, dan hal ini akan menekan harga saham. Untuk itu perusahaan perlu
membuat keputusan kebijakan deviden yang optimal, yaitu suatu kebijakan
deviden yang menciptakan keseimbangan antara deviden saat ini dan
pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham
2.2.6. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2002 : 2), laporan keuangan pada dasarnya adalah
hasil dari proses akuntasi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara
data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
2.2.6.1. Pihak-pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu
perusahaan sangat perlu unutk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Kondisi
keuangan perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan, yang
berbentuk neraca, laporan rugi-laba dan laporan-laporan keuangan lainnya. Pihak
yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu
perusahaan adalah : para pemilik perusahaan, manager perusahaan, para kreditur,
bankers, para investor, pemerintah dan karyawan perusahaan tersebut (Munawir,
2002 : 2).
2.2.6.2. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan
Sebelum menganalisa dan menafsirkan suatu laporan keuangan, seorang
penganilasa harus mempunyai pengertian yang mendalam tentang bentuk-bentuk
yang timbul dalam penyusunan laporan tersebut. Menurut Munawir (2002 : 13)
macam-macam laporan keuangan :
a. Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta
modal suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan neraca
adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu
tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan
ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender,
sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet. Dengan demikian
neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu :
1. Aktiva
Pada dasarnya aktiva dibagi menjadi dua bagian utama yaitu
aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar adalah
uang kas dan aktiva lainya yang dapat diharapkan untuk
dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau
dikonsumer dalam periode berikutnya paling lama satu tahun
atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang nomal.
Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur
kegunaan relatif permanent atau jangka panjang ( mempunyai
umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis
2. Hutang
Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan
kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini
merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal
dari kreditor. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat
dibedakan kedalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan
hutang jangka panjang. Hutang lancar atau hutang jangka
pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang
pelunasannya akab dilakukan dalam jangka pendek (satu
tahun sejak tanggal neraca) dengan mengunakan aktiva lancar
yang dimiliki perusahaan. Hutang jangka panjang adalah
kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya
masih jangka panjang (lebih dari satu tahun neraca).
3. Modal
Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik
perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal
saham), surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh
b. Laporan Rugi Laba
Laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan
pada periode tertentu.
c. Laporan Laba ditahan
Laba atau rugi yang timbul secara insidentil dapat diklasifikasikan
tersendiri dalam laporan-laporan rugi laba atau dicantumkan dalam
laporan yang ditahan (Retained Earning Statement) atau dalam
laporan perubahan modal tergantung pada konsep yang dianut
perusahaan.
2.2.7. Rasio Keuangan
Menurut Munawir (2002 : 64), rasio mengambarkan suatu hubungan atau
pertimbangan (mathematical relantionship) antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan
dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik
buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka
rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio perbandingan yang digunakan
sebagai standar.
Menurut Sutrisno (2001 : 247), analisa rasio keuangan dibagi dalam lima
1. Rasio Likuiditas atau Liquidity Ratio
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan di dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya.
Ukuran rasio likuiditas terderi dari tiga alat ukur :
Current Ratio = Aktiva lancar : hutang lancar
Quick Ratio = (aktiva lancar – persedian) : utang lancar
Cash Ratio = [ (kas + sekuritas) : hutang lancar] x 100%
2. Rasio Leverage atau Leverage Ratio
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh
aktiva perusahaan dibiayai dengan utang atau dibiayai oleh pihak luar.
Ada tiga rasio leverage yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan yakni :
Debt Ratio = total hutang : total aktiva
Time Interest Ratio = EBIT : beban bunga
Debt to Equity Ratio = total hutang : total modal sendiri
3. Rasio Aktivitas atau Activity Ratio
Rasio-rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan-perusahaan
menggunakan sumber daya yang dimiliki. Atau dengan kata lain, sejauh
mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset untuk memperoleh
penjualan. (Fakhruddin dan Hadianto,2001 : 59)
Periode Pengumpulan Piutang = (piutang x 360) : penjualan kredit
Perputaran Persediaan = Harga pokok penjualan : Rata-rata
persediaan
Perputaran Aktiva Tetap = penjualan : Aktiva tetap
Perputaran Total Aktiva = penjualan : total aktiva
4. Rasio Keuntungan atau Profitability Ratio
Yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
memperoleh laba, baik hubungannya dengan penjualan, assets maupun
laba dan modal sendiri. (Fakhruddin dan Hadianto, 2001 : 59)
Gross Profit Margin = laba kotor : penjualan
Net Profit Margin = laba setelah pajak : total aktiva Return on Asset = EAT : total aktiva
Return on Equity = EAT : modal sendiri
Earning Per Share = laba bersih : jumlah saham yang beredar
5. Rasio Penilaian atau Valuation Ratio
Rasio-rasio yang mengukur kemampuan manajemen untuk
menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya.
Price Earning Ratio
PER = Harga pasar saham : laba per lembar saham
Market to Book Value Ratio
2.2.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham
a. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pendapatan per lembar saham merupakan rasio dari laba bersih
terhadap jumlah lembar saham-saham yang dimaksudkan disini
adalah saham biasa. Hal ini berarti pendapatan per lembar saham
memberikan tingkat hasil pengembalian investasi bagi pemegang
saham. Hasil dari pengembalian tersebut berupa deviden dan capital
gain. Pendapatan per lembar saham merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi harga saham.
Adapun trend dari EPS harus diamati dan dipertimbangkan
sampai pada suatu titik tertentu, keputusan pokok dari manajemn dan
strategi keuangan harus mempertimbangkan hasil pengembalian atas
modal yang dipergunakan, berikut rumus EPS :
Earning Per Share =
Saham Lembar
Jumlah EAT
Hubungan antara rasio Earning Per Share terhadap harga saham :
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001 : 139), EPS merupakan
rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang
diperoleh investor atau pemegang saham. Semakin tinggi nilai EPS
tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar
saham akan tertarik untuk membeli saham perusahaan sehingga
dapat menguatkan harga saham.
Menurut Indriyo (2000 : 7), EPS sangat besar pengaruhnya
terhadap harga saham, meningkatnya laba per lembar saham
cenderung meningkatkan harga saham. Informasi mengenai
pendapatan per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan
perusahaan untuk menetukan deviden yang akan dibagikan dan
untuk mengtahui perkembangan perusahaan. Setiap investor pada
dasarnya menginginkan deviden dan capital gain yang besar. Apabila
EPS suatu perusahaan tinggi maka deviden dan capital gain yang
tinggi akan diminati oeh investor sehingga menyebabkan harga
saham naik. Begitu sebaliknya, apabila EPS suatu perusahaan turun,
maka deviden dan capital gain yang diperoleh investor turun dan
tidak menutup kemungkinan investor menderita capital loss.
b. Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham ROE merupakan pendapat setelah pajak terhadap modal
perusahaan. ROE dapat dihitung dengan membandingkan antara
EAT dengan modal sendiri. ROE rasio laba bersih setelah pajak
terhadap modal yang digunakan untuk mengukur tingkat hasil
digunakan untuk mengukur kemampuan modal saham untuk
menghasilkan keuntungan.
Return On Equity = Modal sendiri x 100%
EAT
Hubungan antara rasio Return On Equity terhadap harga saham :
Menurut Sutrisno (2001 : 255), ROE memberi ukuran
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi
pemegang saham. Semakin tinggi ROE maka keuntungan yang
diperoleh bagi pemegang saham tinggi dan saham perusahaan
tersebut akan diminati oleh investor sehingga harga saham akan naik.
Begitu sebaliknya, apabila ROE rendah maka keuntungan yang
diperolehpun semakin rendah, sehingga harga saham rendah.
c. Pengertian dan Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Harga Saham
Suku bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar
oleh seorang peminjam untuk pemanfaatan uang selama suatu
periode tertentu. Pengaruh suku bunga terhadap saving, kredit dan
investasi adalah makin tinggi suku bunga maka makin tinggi pula
volume tabungan dan mendorong tingkat pemberian kredit, selain itu
a. Macam-macam suku bunga
Suku bunga dalam dunia perbankan dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
1) Suku Bunga Pinjaman
Suku bunga pinjaman adalah suku bunga yang besarnya
ditentukan oleh lembaga perbankan sebagai harga dari uang
yang dipinjamkan kepada pihak lain. Besarnya suku bunga
pinjaman berbeda-beda sesuai dengan penggunaan
pinjaman.
2) Suku Bunga Simpanan
Suku bunga simpanan adalah suku bunga yang ditentukan
oleh lembaga perbankan sebagai harga dari uang nasabah
yang disimpan di bank yang bersangkutan. Besarnya
persentase suku bunga simpanan berbeda-beda, diantaranya
ditentukan oleh unsur jangka waktu.
Meningkatnya suku bunga simpanan memaksa bank untuk
dapat memutar uang dengan bunga yang lebih tinggi,
akibatnya akan lebih memberatkan peminjam. Besar
kecilnya suku bunga sangat berpengaruh terhadap dorongan
bagi para pengusaha yang berproduksi dengan mengambil
mendorong pengusaha untuk berproduksi dengan
mengambil lebih banyak kredit. Sebaliknya suku bunga
yang tinggi akan mendorong pengusaha untuk berproduksi
dengan mengurangi pinjaman (kredit). Dengan demikian,
suku bunga yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
menyebabkan hasil yang diperoleh kurang menguntungkan
bagi bank pada khususnya dan bagi para pengusaha pada
umumnya.
b. Pengaruh tingkat suku bunga
Pengaruh yang dimaksud adalah dampak yang ditimbulkan
dengan adanya suku bunga yang tinggi maupun suku bunga
yang rendah. Adapun dampak dari tingkat suku bunga adalah
sebagai berikut :
1) Dampak Suku Bunga Tinggi
a. Tingginya volume tabungan masyarakat
Makin tinggi tingkat suku bunga makin tinggi pula
keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada
tingkat suku bunga yang tinggi, masyarakat akan
terdorong untuk mengorbankan pengeluaran untuk
konsumsinya guna menambah tabungan.
Tingginya tingkat biaya modal perusahaan
menyebabkan perusahaan akan mempunyai posisi yang
lebih lemah dalam persaingan berinvestasi.
2) Dampak Suku Bunga Rendah
Rendahnya tingkat suku bunga baik suku bunga pinjaman
maupun suku bunga simpanan menimbulkan beberapa hal
sebagai berikut :
a. Banyaknya perusahaan yang mengambil kredit untuk
investasi sehingga bagi dunia perbankan hal ini akan
meningkatkan pendapatan bunga.
b. Kecenderungan masyarakat untuk menabung menjadi
kecil.
Oleh karena itu tingkat bunga dapat digolongkan sebagai salah satu
faktor penting yang akan menentukan besarnya investasi yang
dilakukan oleh para pengusaha dalam suatu tahun tertentu.
Pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan mereka untuk
menanam modal apabila tingkat pengembaliannya lebih besar,
yaitu berupa persentasi keuntungan bruto yang diperoleh lebih
besar daripada tingkat bunga. Oleh karena itu apabila suku bunga
deposito semakin tinggi maka investor akan beralih dari saham ke
deposito dan apabila suku bunga deposito makin rendah maka
2.3. Kerangka Model Penelitian Gambar 1 : Kerangka Model Penelitian
Analisis Regresi Berganda
Tingkat Bunga Deposito
(X3) Earning Per
Share (X1)
Perkiraan Harga Saham (Y)
Return On Equity
(X2)
2.4. Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam menangani masalah yang terjadi
pada perusahaan sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Jakarta adalah
sebagai berikut :
1. Diduga Earning Per Share berpengaruh positif terhadap harga
saham sektor industri barang konsumsi di BEJ.
2. Diduga Return On Equity berpengaruh positif terhadap harga
saham perusahaan sektor industri barang konsumsi di BEJ.
3. Diduga Tingkat Bunga Deposito berpengaruh negatif terhadap
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan, maka
variabel-variabel yang akan dianalisis dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Variabel terikat (Y) adalah harga saham, merupakan harga per
lembar saham perusahaan sektor industri barang konsumsi periode
2005-2009 di Bursa Efek Jakarta.
Harga per lembar saham ditentukan berdasarkan harga penutupan
(closing Price) per 31 desember periode 2005-2009 yang
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
2. Variabel bebas (X) terdiri dari :
• Earning Per Share (X1) adalah merupakan rasio laba bersih
yang berhasil diperoleh perusahaan untuk setiap unit saham
selama suatu periode tertentu. Dihitung dengan
membandingkan antara total laba bersih dengan jumlah
saham yang beredar. Satuan yang digunakan adalah satuan
rupiah. Skala data yang digunakan adalah skala rasio.
Earning per Share=
(Mamduh dan Halim, 2003:186)
• Return On Equity (X2) menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal
sendiri yang dimiliki. ROE merupakan prosentase laba
bersih setelah pajak (EAT), terhadap modal sendiri di
perusahaan sektor industri barang konsumsi. Satuan
variable ini adalah prosentase dan skal variable adalah skala
rasio.
Return On Equity = Modal sendiri x 100%
EAT
.…..….(3.2)
(Sutrisno, 2001 : 255)
• Tingkat Bunga Deposito (X3) adalah persentase dari pokok
pinjaman yang harus dibayar oleh peminjam kepada
pemberi pinjaman sebagai imbal jasa yang dilakukan dalam
suatu periode tertentu yang telah disepakati kedua belah
pihak. Suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku
bunga SBI Variabel ini diukur dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Suku Bunga =
Tahun 1 selama (bulanan) SBI suku bunga
3.2. Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan obyek adalah perusahaan
sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
b. Sampel
Dari sejumlah populasi yang dijadikan obyek penelitian diambil sampel
sebanyak 6 perusahaan sektor industri barang konsumsi periode 2005-2009 di
BEJ. Penulis menggunakan metode Purposive sampling. Menurut Hartono
(2004:79), pengambilan sampel dengan metode ini berdasarkan kriteria
tertentu. Dalam penelitian ini, kriteria sampel yang dimaksud adalah :
1. Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang secara konsisten
masuk sebagai saham pembentuk indeks LQ45 di Busa Efek Jakarta
selama tahun 2005-2009.
2. Memberikan laporan keuangan secara periodik per 31 desember tiap
tahunnya dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 kepada BEJ.
Berdasarkan kriteria diatas, maka peneliti menemukan 6 perusahaan sector
industri barang konsumsi yang dapat dijadikan sebagai sampel penelitian
adalah sebagai berikut :
1. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
2. PT. Gudang Garam, Tbk
3. PT. HM. Sampoerna, Tbk
5. PT. Kalbe Farma, Tbk
6. PT. Unilever Indonesia, Tbk
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
laporan keuangan yang diperoleh dari data dokumentasi perusahaan yang
diserahkan ke BEJ Adapun data sekunder yang diambil meliputi :
1. Data perkembangan harga saham perusahaan sektor industri barang
konsumsi pada periode 2005-2009 pada BEJ.
2. Laporan keuangan perusahaan sektor industri barang konsumsi
yang diteliti per 31 desember selama periode 2005-2009 pada BEJ.
3.3.2. Sumber Data
Keseluruhan data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory yang diperoleh diperpustakaan BEJ
dan www.jsx.co.id.
3.3.3. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik dokumentasi. Teknik pengumpulandata secara dokumentasi
dengan cara mencari dan mengumpulkan data dengan mengambil
data-data yang sudah dipublikasikan oleh pemerintah, industri atau
sumber-sumber individual. Data ini diambil atau sebagian dari data yang telah
dicatat atau dilaporkan.
3.4. Teknik Analisa dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis
Sifat penelitian yang dilakukan adalah untuk melihat kejelasan pengaruh
variabel bebas (Earning Per Share, Return On Equity dan Tingkat Bunga
Deposito) terhadap variabel terikat (harga saham).
Model statistik yang dipakai adalah model linier berganda yang
dirumuskan sebagai berikut :
Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ℮I ………(3.3)
(Algifari, 1997 : 79)
Keterangan :
Y = Harga Saham
X1 = EPS (Earning Per Share)
X2 = ROE (Return On Equity)
X3 = Tingkat Bunga Deposito
Βo = Konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien regresi untuk variabel bebas
Persamaan regresi tersebut bersifat BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator), artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk
menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga
asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresilinier yaitu :
1. Tidak boleh ada autokorelasi
Menurut Gujarati (1995:201), autokorelasi dapat diidentifikasi sebagai
korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diturunkan menurut
waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data
Crossectional). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat
gejala autokorelasi. Artinya nilai residul (Y observasi – Y prediksi) pada
waktu ke-t (et) tidak baleh ada hubungan dengan nilai residual periode
sebelum (et-1). Identifikasi ada atau tidak adanya gejala autokorelasi dapat
dites dengan menghitung nilai DurbinWatson (d tes) dengan persamaan :
et-1 = residual pada waktu ke t-1 (satu periode sebelumnya)
n = banyaknya data
Banyaknya data time series minimal yang dapat dihitung dengan Durbin
Watson adalah enam buah data dengan satu variable.
Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva berikut :
Ada Auto Daerah Daerah Ada auto Korelasi keragu- keragu- korelasi Positif raguan raguan positif
Tidak ada autokorelasi
Positif dan tidak ada
Autokorelasi negatif
0 dL dU 4-dU 4-dL 4
2. Tidak boleh ada multikolonieritas
Persamaan regresi linier berganda diasumsikan tidak terjadi pengaruh
antara variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh antara variabel
bebas, maka tidak berlaku lagi (terjadi bias).
Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas, dapat dilihat ciri-cirinya
sebagai berikut :
a. Koefisien determinasi berganda (R square) tinggi
b. Koefisien korelasi sederhana tinggi
d. Tapi tak satupun (atau sedikit sekali) diantara variabel
bebas yang signifikan.
Tindakan perbaikan multikolonier adalah :
1. Informasi Apirori
2. Menggabungkan data cross-sectional dan data urutan waktu
3. mengeluarkan suatu variabel atau variabel-variabel dan bias spesifikasi
4. Transformasi variabel
5. Penambahan data baru
Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolonier dapat
dilakukan dengan menghitung Variance Inflaction Factor (VIF).
1
VIF = ...(3.5) 1 – Rj2
VIF menyatakan tingkat pembengkakan varians. Apabila VIF lebih besar
dari 10, berarti terdapat multikolonier pada persamaan regresi linier
(Gujarati, 1995 : 157)
3. Tidak boleh ada heteroskedastisitas
Pada regresi linier, nilai residul tidak boleh ada hubungan dengan variabel
independent (X). Statistik dasar dalam pengujian heteroskedastisitas dalam
suatu regresi dapat dilakukan dengan pengujian korelasi Rank Sperman
∑di2
Rs = 1-6 ………..….(3.6) N(N2 – 1)
Keterangan :
di = Perbedaan dalam rank yang ditempatkan untuk karakteristik yang
berbeda dari individual atau fenomena ke – i.
N = Banyaknya individual atau fenomena yang di rank.
Kaidah pengambilan keputusan :
• Apabila nilai signifikan hitung (sig) > tingkat signifikan α = 0.05 maka
H0 diterima, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
• Apabila nilai signifikan hitung (sig) < tingkat signifikan α = 0.05 maka
H0 ditolak, berarti terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001 : 77).
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator), sehingga pengambilan keputusa melalui uji F dan uji t
menjadi bias.
4. Uji Normalitas
Uji Normalitas dimaksudkan untuk memeriksa apakah data populasi
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini diperlukan untuk mengetahui
apakah teknik analisis regresi dapat digunakan dalam penelitian ini atau
(uji perbedaan) antara data kita dengan data berdistribusi normal yang
memiliki mean dan SD yang sama dengan data kita. Akibatnya jika tes
tersebut signifikan (p<0.05) maka data tersebut disebut data yang tidak
normal distribusinya dan sebaliknya bila hasil tes tersebut tidak signifikan
(p>0.05) maka data yang kita miliki adalah data yang mempunyai
distribusi normal.
3.4.2. Uji Hipotesis • Uji F
Uji F hitung disebut juga uji secara serempak atau secara simultan.
Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap semua variabel bebas
yang meliputi Earning Per Share, Return On Equity dan Tingkat
Bunga Deposito secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan
atau mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham.
• Uji Kelayakan Model
Uji F dilakukan untuk melihat apakah model yang dianalisis
memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel
yang digunakan dalam model mampu menjelaskan fenomena yang
dianalisis. Dua indikator yang digunakan adalah (Ferdinand,