• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE STAD PADA MATERI FAKTORISASI ALJABAR KELAS VIII SMP CERDAS MURNI TEMBUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE STAD PADA MATERI FAKTORISASI ALJABAR KELAS VIII SMP CERDAS MURNI TEMBUNG."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TPS DAN STAD PADA MATERI

FAKTORISASI ALJABAR KELAS VIII SMP

CERDAS MURNI TEMBUNG

Oleh:

Desi Apriani Dasopang NIM. 4121111007

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

iii

Desi Apriani Dasopang (NIM : 4121111007) ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) pada materi faktorisasi suku aljabar di kelas VIII SMP Cerdas Murni. Jenis penelitian ini adalah ekperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Semester Ganjil Cerdas Murni Tembung yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah keseluruhan 68 orang. Penentuan sampel dilakukan secara acak untuk menentukan kelas yang diberi perlakuan TPS dan kelas yang diberi perlakuan STAD yaitu kelas VIII-1 sebagai kelas eksperimen I (kelas yang diberi perlakuan TPS) yang terdiri dari 34 orang dan kelas VIII-2 sebagai kelas eksperimen I (kelas yang diberi perlakuan STAD) yang terdiri dari 34 orang. Yang menjadi objek penelitian ini adalah perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe STAD. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui komunikasi siswa adalah tes komunikasi matematika yang telah divalidasi dalam bentuk uraian. Dari hasil penelitian yang diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen 1 dengan model TPS diperoleh skor rata-rata pretest sebesar 17,4117647 dan posttest sebesar 31,7647059 dan kelas eksperimen 2 dengan model STAD diperoleh skor rata-rata pretest sebesar 17dan posttest sebesar 29,4705882. Hasil uji t dua pihak dengan dk = 66 dan α = 0,05, diperoleh thitung = 1,8469 dan ttabel = 1,669 sehingga thitung ttabel yaitu 1,8469 1,669 maka Ha diterima, dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share(TPS) lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement

Division (STAD).

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah menitipkan setitik ilmu serta melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan Tipe STAD pada Materi Faktorisasi Aljabar Kelas VIII SMP Cerdas Murni Tembung”.Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Banjarnahor, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini, terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, serta Ibu Dra. Ani Minarni, M.Si, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. TerimakasihjugakepadaBapak Drs. Syafari M.PdselakuDosenPembimbingAkademik

yangtelahmembimbingpenulisselamaperkuliahan.

(6)

v

selaku guru bidang studi Matematika kelasXI-2 dan Ibu Fajrina Ulfa, S.Pd., selaku guru bidang studi Matematika kelas VIII-1 dan VIII-2 yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Teristimewa rasa terimakasih penulis sampaikan kepada Ayah tercinta Sofyan Salim Dasopang dan Mamak tercinta Rohani Situmorang, S.Pd yang telah mengasuh, membimbing, mendoakan, senantiasa memberi kasih sayang, semangat serta dukungan moral dan materi yang tak ternilai harganya hingga skripsi ini selesai, yang telah menjadi pendamping disaat senang maupun susah. Tiada kata yang dapat menggambarkan kasih sayang yang Ayah dan Mamak berikan. Semoga Allah memberikan kebaikan dunia dan akhirat kepada Ayah dan Mamak, Aamiin. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada kakak ku tersayang Lely Febrina Rosa Dasopang, S.Pdi beserta Suami Arif Rahman Hakim Ritonga, Abang ku tersayang Indra Hariyadi Syahputra Dasopang S.Pd, Adik ku tersayang Tuty Septi Alawiyah Dasopang, Serta anak ku tercinta Arifa yang selalu memberikan dukungan, motivasi, nasihat dandoa.

Terima kasih untuk sahabat seperjuangan yang selalu membantu dan memberi motivasi, Anggi Citra S.Pd Armi Mayang Sari Hasibuan S.Pd ,Auliya Rahma Lola Rajana Harahap S.Pd, Dwi Ayu Apriani S.Pd, Edia Wiradaratama Putri S.Pd, dan Sri Milawarni Tambunan. Terima kasih untuk teman curhat ku Sri Mentari dan Nurul, karena selalu ada di saat susah dan senang. Terima kasih Anggi. Tak lupa rasa terima kasih untuk adek-adek ku Nurul, Rauda, Rafi, Akbar, Rahmat dan adek sepupu ku yang lainnya. Terima kasih untuk seluruh keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.

(7)

vi

bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan, Februari 2016 Penulis,

(8)

vii

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika 11 2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran dan

Pembelajaran Koopertatif 12

2.1.2.1 Komponen Model Pembelajaran 14 2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif 15

2.1.2.3 Unsur penting dan Prinsip Utama

Pembelajaran Kooperatif 16

2.1.2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 17 2.1.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran

Kooperatif 18

2.1.3 Model Pembelajaran Think Pair Share 19 2.1.3.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran

Think Pair Share 20

2.1.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran

Think Pair Share 22

2.1.4 Model Pembelajaran Student Team

Achievement Division 23

(9)

viii

Student Team Achievement Division 29

2.1.5 Komunikasi 30

2.1.6 Komunikasi Matematika 31 2.1.6.1 Aspek-Aspek Komunikasi 34

2.1.6.2 Indikator Komunikasi Matematika 36 2.1.6.3 Penilaian Komunikasi Matematika 38

2.1.6.4 Teori Belajar yang Berhubungan dengan

Kemampuan Komunikasi Matematika 40 2.1.7 Materi Pelajaran Faktorisasi Aljabar 40

2.1.7.1 Pengertian suku sejenis, suku tidak sejenis,

variabel, koefisien dan konstanta 40 2.1.7.2 Pengertian Pemfaktoran 41 2.2. Penelitian yang Relevan 44

2.3 Kerangka Konseptual 46

2.4 Hipotesis Penelitian 47

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 48 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 48

3.2.1. Populasi Penelitian 48

3.2.2. Sampel Penelitian 48

3.3. Variabel Penelitian 49

3.4. Jenis dan Desain Penelitian 49

3.5 Rancangan Penelitian 50

3.5.1 Tahap Persiapan Penelitian 50 3.5.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian 51

3.6. Alat Pengumpulan Data 53

3.6.1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematika 53 3.6.2 Penilaian Komunikasi Matematika 54

3.7 Analisis Uji Coba 54

3.7.1 Validitas Butir Tes 56

3.7.2 Reliabilitas Tes 58

3.7.3 Taraf Kesukaran 59

3.7.4 Daya Pembeda Soal 61

3.8. Teknik Analisis Data 62

3.8.1. Menghitung rata-rata skor 63 3.8.2. Menghitung standard deviasi 63

3.8.3. Uji Normalitas 63

3.8.4. Uji Homogenitas 63

3.8.5 Uji Hipotesis 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

(10)

ix

4.1.1.2 Kelas Eksperimen II 70 4.1.2 Analisis Hasil Penelitian 73

4.1.2.1 Uji Normalitas 73

4.1.2.2 Uji Homogenitas 74

4.1.2.3 Uji Hipotesis 75

4.2 Pembahasan dan Hasil Penelitian 76

4.3 Keterbatasan Penelitian 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 80

5.2 Saran 80

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman 2.1 Tabel Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 17

2.2 Langkah-Langkah Model TPS 21

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran TPS 22 2.4 Fase-Fase Model Pembelajaran STAD 26 2.5 Perhitungan Skor Perkembangan 27 2.6 Tingkat Penghargaan Kelompok 28 2.7 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran STAD 29 2.8 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematika 38 2.9 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematika 39 3.1 Perincian Jumlah Siswa Kelas VIII 39

3.2 Rancangan Penelitian 50

3.3 Kisi-Kisi Kemampuan Komunikasi Matematika 54 3.4 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematika 55 3.5 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematika 55

3.6 Validitas Butir Test 57

3.7 Interpretasi Nilai r 59

3.8 Interpretasi Nilai Taraf Kesukaran 60 3.9 Klasifikasi Daya Pembeda Soal 62

3.10 Daya Pembeda Soal 62

4.1 Output Excel Selisih Nilai Pre-test dan Pos-test Kelas

Eksperimen I 68

(12)

xii

Eksperimen II 71

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. RPP 1 (Eksperimen TPS) 85 Lampiran 2. RPP 2 (Eksperimen TPS) 90 Lampiran 3. RPP 3 (Eksperimen STAD) 95 Lampiran 4. RPP 4 (Eksperimen STAD) 100 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I 105 Lampiran 6. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I 109 Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa II 112 Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II 117 Lampiran 9. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Awal (Pre-test) 121 Lampiran 10. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Akhir (Post-test) 122 Lampiran 11. Tes Kemampuan Komunikasi Awal (Pre-test) 123 Lampiran 12. Alternatif tes Kemampuan Komunikasi Awal (Pre-test) 125 Lampiran 13. Tes Kemampuan Komunikasi Akhir (Post-test) 128 Lampiran 14. Alternatif tes Kemampuan Komunikasi Akhir (Post-test) 130 Lampiran 15. Indikator Penskoran Komunikasi Matematik 135 Lampiran 16. Lembar Validitas Test Awal Kemampuan Komunikasi

Matematika 137

Lampiran 17. Lembar Validitas Test Akhir Kemampuan Komunikasi

Matematika 140

Lampiran 18. Analisis Validitas Butir Test Komunikasi Matematik 143 Lampiran 19. Analisis Reliabilitas Butir Test Komunikasi Matematik 150 Lampiran 20. Analisis Taraf Kesukaran Instrumen Test Komunikasi

Matematika 154

Lampiran 21. Analisis Daya Beda Instrumen Komunikasi Matematik 159 Lampiran 22. Tabel Selisih Post-tes dan Pre-test Komunikasi

Matematik Kelas Eksperimen I 163 Lampiran 23. Tabel Selisih Post-tes dan Pre-test Komunikasi

Matematik Kelas Eksperimen II 166 Lampiran 24. Uji Normalitas Kemampuan Komunikasi Matematika

(14)

xiv

Lampiran 25. Uji Normalitas Kemampuan Komunikasi Matematika

Kelas Eksperimen II 171

Lampiran 26. Uji Homogenitas 173

Lampiran 27. Uji Hipotesis 174

Lampiran 28. Silabus Pembelajaran 177 Lampiran 29. Dokumentasi Penelitian 185 Lampiran 30. Tabel Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 191 Lampiran 31. Daftar Nilai Presentil Untuk Distribusi t 192

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kemajuan peradaban suatu bangsa. Karena, pendidikan merupakan suatu upaya yang tepat untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu tinggi. Pendidikan juga sebagai proses tranformasi budaya sejatinya, menjadi wahana bagi perubahan dan dinamika kebudayaan masyarakat dan bangsa. Karena itu, pendidikan yang diberikan melalui pengajaran dan latihan harus mampu memenuhi tuntunan pengembangan potensi peserta didik secara maksimal, baik potensi intelektual, spiritual, sosial, moral, maupun estetika sehingga terbentuk kedewasaan atau kepribadian seutuhnya. Menurut Rosdiana, pengertian pendidikan adalah:

Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmaniah dan rohaniah anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

(16)

2

2

bahkan lebih. Agar cara mendapatkannya, memilih yang sesuai dengan budaya kita, bahkan mengolah kembali informasi tersebut menjadi suatu kenyataan.

Untuk merealisasikan pernyataan di atas, perlu adanya SDM yang handal dan mampu bersaing secara global.Untuk itu diperlukan kemampuan tingkat tinggi (high order thinking) yaitu berpikir logis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerjasama secara positif.Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika. Hal ini memungkinkan karena hakikat pendidikan matematika adalah membantu siswa agar berpikir kritis, bernalar efektif, efiisien, bersikap ilmiah, disiplin, bertanggung jawab, percaya diri disertai dengan iman dan takwa. Matematika memiliki struktur keterkaitan yang kuat dan jelas satu sama lain serta pola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Selain itu, matematika merupakan alat bantu yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi yang sifatnya abstrak menjadi konkrit melalui bahasa dan ide matematika serta generalisasi, untuk memudahkan pemecahan masalah.

Karena matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan penting dalam berbagai disiplin ilmu serta mampu mengembangkan daya pikir manusia. Bagi dunia keilmuan, matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat.Dapat dikatakan bahwa perkembangan pesat di bidang teknologi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika. Penguasaan matematika yang kuat sejak dini diperlukan siswa untuk menguasai dan menciptakan teknologi masa depan. Oleh karena itu, matapelajaran matematika perlu diajarkan disetiap jenjang pendidikan untuk membekali siswa dengan mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa matematika dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan matematika untuk memperluas suatu keadaan atau masalah.

(17)

3

3

matematika masa kini. Paradigma ini beranggapan bahwa siswa merupakan objek atau sasaran belajar, sehingga dalam proses pembelajaran berbagai usaha lebih banyak dilakukan oleh guru, mulai dari mencari, mengumpulkan, memecahkan dan menyampaikan informasi ditujukan agar para peserta didik memperoleh pengetahuan.Sebagian besar dari matematika yang dipelajari siswa di sekolah tidak diperoleh melalui eksplorasi matematik, tetapi melalui pemberitahuan. Kenyataan di lapangan juga menunjukkan demikian, bahwa kondisi pembelajaran yang berlangsung dalam kelas membuat siswa pasif.

Agar pembelajaran siswa di sekolah tidak diperoleh lagi hanya melalui pemberitahuan dan agar tidak lagi pasif, maka ada salah satu kemampuan yang harus dikembangkan terhadap siswa, yaitu kemampuan komunikasi matematika siswa. Menurut NCTM mengemukakan bahwa:

Matematika sebagai alat komunikasi (mathematics as communication) merupakan pengembangan bahasa dan symbol untuk mengkomunikasikan ide matematik, sehingga siswa dapat : (1) mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan hubungannya, (2) merumuskan definisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh melalui investigasi (penemuan), (3) mengungkapkan ide matematik secara lisan dan tulisan, (4) ,membaca wacana matematika dengan pemahaman, (5)mengajukan serta memperluas pertanyaan terhadap matematika yang telah dipelajarinya, (6) menghargai keindahan dan gagasan matematik serta peranannya dalam mengembangkan ide/gagasan matematik.

(18)

4

4

karena melalui komunikasi matematika siswa dapat mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan, di samping itu siswa juga dapat memberikan respon yang tepat antar siswa dan media dalam proses pembelajaran..

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika dalam aspek komunikasi matematika masih rendah. Fachrrurrazi (2011:78), rendahnya kemampuan komunikasi matematika ditunjukkan dalam studi Rohaeti bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa berada dalam kualifikasi kurang. Demikian pula Ikhwan Zulkarnaen yang menyatakan bahwa siswa sulit untuk aktif dalam proses pembelajaran karena keterbatasan kemampuan komunikasi siswa. Sehingga pada saat proses pembelajaran guru yang berperan aktif,bukan siswa.

Dari hasil observasidi SMP Cerdas Murnijuga menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari lembar jawaban salah satu siswa yang diberikan test kemampuan awal sebanyak 3 soal.

Gambar 1.1 Contoh Jawaban Siswa No 1

(19)

5

5

Gambar 1.2 Contoh Jawaban Siswa No 2

Pada lembar jawaban di atas terlihat, bahwa siswa sebenarnya memahami apa yang menjadi permasalahan pada soal tersebut. Namun, siswa kurang mampu menuliskan jawaban secaara terstruktur. Hal itu dapat dilihat dari cara siswa menjawab permasalahan secara praktis, dan jawaban yang diberikan juga salah.

Gambar 1.3 Contoh Jawaban Siswa No 3 Siswa

Dari lembar jawaban siswa di atas terlihat bahwa siswa tidak mampu membuat prosedur penjelasan dengan baik walaupun sebenarnya dari lembar jawaban tersebut siswa mampu memahami soal dan jawaban yang diberikan juga terlihat benar. Namun, penarikan kesimpulan dari jawaban siswa tidak ada. Sehingga, jawaban yang diberikan terlihat kurang sistematis.

Selain itu, permasalahan yang sering muncul dalam proses belajar mengajar adalah ketidakaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Pembelajaran masih didominasi oleh guru. Siswa masih belum mampu untuk memberikan kontribusi yang mereka miliki.

(20)

6

6

disampaikan oleh guru. Oleh karena itu diperlukan usaha yang lebih keras dari guru matapelajaran, yang mampu menciptakan suasana yang menarik dan membuat siswa lebih aktif dalam belajar dan dalam berkomunikasi yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Sehingga suatu proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, seperti yang telah disebutkan bahwa terkadang belajar matematika itu pada saat sendiri maka menyebabkan kebosanan, karena itu diperlukan teman berbagi ilmu dan pengetahuan yang mereka miliki. Proses komunikasi yang kurang menyebabkan siswa tidak mampu berkomunikasi secara matematika, sehingga siswa tidak mampu mengungkapkan ide-ide yang ada pada mereka.

Pembelajaran matematika yang kurang melibatkan siswa secara aktif akan menyebabkan siswa tidak dapat menggunakan komunikasi matematiknya. Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas intelektual serta kehidupan yang lebih baik adalah dengan pembelajaran matematika yang bermakna, Siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui sesuatu tetapi juga belajar memahami permasalahan yang ada.Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi, tetapi sebagai pendorong siswa belajar, agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktifitas seperti pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi.

Salah satu model pembelajaran yang dinilai mampu mendukung kemampuan komunikasi matematika siswa adalah model pembelajaran kooperatif, Karena salah satu manfaaat pembelajaran kooperatif adalah terjadinya sharing

process antara peserta didik. Bentuk sharing ini dapat meningkatkan kemampuan

(21)

7

7

Salah satu prinsip kunci yang diturunkan dari teorinya adalah penekanan pada hakikat sosial dari pembelajaran, bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim daam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Beberapa kajian telah menemukan bahwa ketika para siswa bekerja bersama-sama untuk meraih sebuah tujuan kelompok, membuat mereka mengekspresikan norma-norma yang baik dalam melakukan apapun yang diperlukan untuk keberhasilan kelompok.Ini sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sehingga melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menciptakan proses belajar yang menyenangkan sehingga dapat membantu siswa untuk saling bertukar pikiran dan mengungkapkan ide-ide yang mereka miliki.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran koopertaif. Dalam proses pembelajaran matematika terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan, yaitu model pembelajaran

Think-Pair- Share dan Student-Team-Achievement-Division. Menurut Arends :

Strategi pembelajaran Think Pair Shareterdiri atas 3 langkah kegiatan yaitu: Step 1_Thinking : The teacher poses a question or an issue associated with the lesson and asks students to spend a minute thinking alone about the answer or the issue. Student need to be taught that talking is not part of thinking time. Step 2_Pairing : The teacher asks student to pair off and disuss what they have been thinking about. Interation during this period an be sharing answer if a question has been posed or sharing ideas if a speifi issue was identified. Usually, teaher allow no more than four or five minutes for pairing. Step 3_Saring : In the final step, the teacher asks the pairs to share what they have been talking about with the whole class. It is effective to simply go around the room from pair and continue until about a fourth or a half of the pair have had a hane to report.

(22)

8

8

membantu siswa menjadi lebih mudah dalam memahami pokok bahasan-pokok bahasan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran ini para siswa akan lebih terbuka untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya. Model pembelajaran Think Pair Share dapat mengembangkan pemikiran siswa untuk berbicara dan mengutarakan gagasannya sendiri dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan dalam kelas.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Pada model pembelajaran ini siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan pembelajaran matematika yang umum digunakan guru di kelas adalah dengan menggunakan metode konvensional yaitu guru yang berperan aktif dalam pembelajaran bukan siswa.

2. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran

3. Kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah 4. Guru kesulitan dalam menciptakan pembelajaran yang menarik

5. Penerapan model pembelajaran kooperatif masih jarang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran termasuk pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

(23)

9

9 1.3. Batasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dibandingkan dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis, agar penelitian ini terarah dan dapat dilaksanakan, maka penulis membatasi masalah pada kemampuan komunikasi matematika yang masih rendah, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan Student Team Achievement Division.

Hal ini lah yang membuat penulis bermaksud untuk melakukan penelitian untuk mengetahui manakah yang lebih tinggi peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan kedua model pembelajaran tersebut. Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka perlu adanya upaya untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran STAD. Hal inilah, yang mendorong penulis bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul, “Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran TPS dan STAD pada Materi Faktorisasi Aljabar Kelas VIII SMP CERDAS MURNI Tembung”.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi dari peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada materi faktorisasi aljabar kelas VIII SMP CERDAS MURNI

Tembung.

1.5. Tujuan Penelitian

(24)

10

10

matematika siswa dengan menngunakan model pembelajaran kooperatif tipeTPSlebih tinggi dari kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD pada materi faktorisasi aljabar kelas VIII SMP CERDAS MURNI Tembung”.

1.6. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti yaitu:

1. Bagi siswa :sebagai bahan informasi guna lebih meningkatkan kemampuan komunikasi matematika sehingga siswa dapat secara aktif mengungkapkan ide-ide mereka dalam bahasa matematika.

2. Bagi guru / calon guru : sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di sekolah

3. Bagi sekolah : meningkatkan mutu pendidikan sekolah terutama di bidang matematika serta dapat dijadikan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas guru dan siswa yang lebih aktif, terampil dan kreatif dalam pembelajaran matematika.

(25)

80 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa:

1. Sesuai dengan strategi pembelajaran TPS yang mengedepankan perlunya siswa mengkomunikasikan hasil pemikirannya terhadap permasalahan yang diberikan oleh guru maka diperoleh kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi faktorisasi aljabar di kelas VIII SMP Cerdas Murni Tembungmemiliki nilai peningkatan kemampuan komunikasi matematika yang lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran STAD yang dapat dilihat dari nilai selisih nya.

2. Secara teori kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe TPS dan STAD berbeda. Hal tersebut dapat dilihat dari langkah-langkah pembelajarannya. Model pembelajaran TPS memiiki 3 langkah yang mengau kepada berpikir, berpasangan kemudian share. Strategi yang dimiliki oleh TPS lebih banyak mengacu kepada kemampuan komunikasi matematika, sedangkan pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki 6 langkah pembelajaran yang kurang mengacu kepada kemampuan komunikasi matematika. Sehingga diperoleh bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran tipe TPS lebih tinggi daripada model pembelajaran tipe STAD.

5.2 Saran

(26)

81

81

1. Bagi guru atau peneliti : bagi guru atau peneliti yang akan menggunakan model kooperatif tipe TPS dan STAD sebaiknya lebih memperhatikan dan memperhitungkan alokasi waktu yang ada, agar seluruh step-step pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Sehingga indicator dari aspek kemampuan komunikasi matematika yang akan diteliti memperoleh hasil yang lebih baik.

2. Bagi pihak terkait : bagi pihak terkait misalnya, sekolah diharapkan untuk lebih memperhatikan kelengkapan sarana dan prasarana agar dapat memperancar proses pembelajaran.

(27)

82

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Ansari, Bansu I. 2009. Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi). Banda Aceh: Penerbit Pena

Arends, RichardI. 2012. Learning To Teach Ninth Edition McGeuw. Companies, New York

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian.Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Asmin, Abil Mansyur, 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan

Analisis Klasik dan Modern. Medan : Unimed Press

Azhari, Sundut. 2015. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Yang Diajar Dengan Model Kooperatif Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) Dan Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Di SMA Negeri Sosa Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Medan: UNIMED

Fachrurazi, 2011. “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis

Siswa Sekolah Dasar”, Forum Penelitian Edisi Khusus No. 1 : 76-89

Hamdani, 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia

Hasratuddin, 2015. Mengapa Harus Belajar Matematika?. Medan : Perdana Publishing

Http://temanggung.dosen.unimus.ac.id/pembelajaran/komponen-komponen- model-pembelajaran/e-dampak-intruksional-dan-dampak-pengiringan-model/

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung : Alfabetha

Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada

(28)

83

Lie, Anita, 2010. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.

Jakarta : Grasindo

NCTM. 1989. Principles and Standars for School Mathematics. Reston VA, NCTM

NCTM. 2000. Principles and Standars for School Mathematics. Reston VA, NCTM

Nurbaidhia’ah. 2010. Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan

Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan STAD Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat Di Kelas X SMA Al-Wasliyah 1 Medan Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Medan : UNIMED

Rosdiana. 2008. Pendidikan Suatu Pengantar. Medan : Citapustaka Media Perintis

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta : Rajawali Pers

Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung : Kencana

Sari, dkk. 2014. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas VIII SMP N1 Padang Tahun Pelajaran 2013/2014 . Vol 3 No 2(2014): Jurnal Pendidikan Padang

Saputri, Andrayana. 2013. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dan Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Pada Materi Relasi Dan Fungsi Di Kelas VIII SMP Swasta Brigjend Katamso Medan Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Medan : UNIMED

Siregar,Sofyian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian Dilengkapi

Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta : Rajawali Pers

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusamedia

(29)

84

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Kencana

Yusuf, Munawir. 2003. Pendidikan Bagi Anak dengan Problema Belajar. Surakarta : Tiga Serangkai

Zulkarnaen, 2015. Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi

Gambar

Gambar 1.1 Contoh Jawaban Siswa No 1
Gambar 1.2 Contoh Jawaban Siswa No 2

Referensi

Dokumen terkait

) ). Informasi tekstur untuk setiap citra akan direpresentasikan dengan sebuah vektor yang memiliki tujuh elemen. Nilai akhir dari informasi tekstur diperoleh

(1) Untuk setiap Kecamatan atau daerah yang disamakan dengan itu (selanjutnya dalam Peraturan ini disebut : Kecamatan), diangkat seorang pejabat yang bertugas membuat akte

Bisa juga diartikan sebagai sistem ajaran (doktrin) dan praktek yang didasarkan pada sistem ke- percayaan seperti itu, atau sebagai kepercayaan akan keberadaan dan pengaruh

Sehubungan dengan pelelangan yang dilakukan oleh Pokja V Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2014 pada Kantor Layangan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin untuk kegiatan :. APBD

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, Karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Dari satu stasiun GPS Singapura NTUS dapat dikembangkan model TEC ionosfer di atas Sumatra dan sekitarnya yang mana cakupan model tersebut tergantung pada sudut elevasi minimum

Sahabat MQ/ operasi pasar yang diadakan Bulog yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kecamatan/ mengecewakan mayarakat kecamatan Danurejan// Hal

David Groth and Toby Skandier,Network+ Study Guide(4th Edition), Sybex,AlamedaCA, 2005, pp?.