• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SUMATERA

Share PDRB thdp Nasional

Dengan Migas 23,02 % Tanpa Migas 20,44 % Pertumbuhan Ekonomi 4,9 % Pendapatan per Kapita 16,65 Juta Koefisien Gini 0,27 Penduduk Miskin 2,0 Juta (16,5%) TPAK (Partisipasi Angk Kerja)

Luas Wilayah thdp Nasional (%) Jmlh Penduduk thdp Nasional (%) SULAWESI Share PDRB thdp Nasional Dengan Migas 4,06 % Tanpa Migas 4,49 % Pertumbuhan Ekonomi 6,68 % Pendapatan per Kapita 8,72 Juta Koefisien Gini 0,27 Penduduk Miskin 1,7 Juta (17,0%) TPAK (Partisipasi Angk Kerja)

Luas Wilayah thdp Nasional (%) Jmlh Penduduk thdp Nasional (%) JAWA Share PDRB thdp Nasional Dengan Migas 60,21 % Tanpa Migas 64,78 % Pertumbuhan Ekonomi 6,16 % Pendapatan per Kapita 15,86 Juta Koefisien Gini 0,33 Penduduk Miskin 2,17 Juta (16,0%) TPAK (Partisipasi Angk Kerja)

Luas Wilayah thdp Nasional (%) Jmlh Penduduk thdp Nasional (%) NUSA TENGGARA Share PDRB thdp Nasional Dengan Migas 1,56 % Tanpa Migas 1,62 % Pertumbuhan Ekonomi 4,55 % Pendapatan per Kapita 5,88 Juta Koefisien Gini 0,289 Penduduk Miskin 0,23 Juta (26,2%) TPAK (Partisipasi Angk Kerja)

Luas Wilayah thdp Nasional (%) Jmlh Penduduk thdp Nasional (%) MALUKU Share PDRB thdp Nasional Dengan Migas 0,25 % Tanpa Migas 0,28 % Pertumbuhan Ekonomi 5,75 % Pendapatan per Kapita 24,95 Juta Koefisien Gini 0,30 Penduduk Miskin 0,52 Juta (23,2%) TPAK (Partisipasi Angk Kerja)

Luas Wilayah thdp Nasional (%) Jmlh Penduduk thdp Nasional (%) PAPUA Share PDRB thdp Nasional Dengan Migas 1,17 % Tanpa Migas 1,25 % Pertumbuhan Ekonomi 5,37 % Pendapatan per Kapita 24,95 Juta Koefisien Gini 0,31 Penduduk Miskin 1,06 Juta (40,4%) TPAK (Partisipasi Angk Kerja)

Luas Wilayah thdp Nasional (%) Jmlh Penduduk thdp Nasional (%) KALIMANTAN Share PDRB thdp Nasional Dengan Migas 9,13% Tanpa Migas 6,40 % Pertumbuhan Ekonomi 3,14 % Pendapatan per Kapita 24,58 Juta Koefisien Gini 0,28 Penduduk Miskin 1,35 Juta (10,4%) TPAK (Partisipasi Angk Kerja)

Luas Wilayah thdp Nasional (%) Jmlh Penduduk thdp Nasional (%)

Isu Ketimpangan Pembangunan

Antar Wilayah

(3)
(4)

1972

KAWASAN BERIKAT

1996

KAPET

1989

KAWASAN

INDUSTRI

2000

FTZ/KPBPB

2009

KEK

2011

KORIDOR EKONOMI

MP3EI

Perkembangan Kebijakan Pengembangan Wilayah

Berbasis Kawasan Ekonomi

1

2

3

4

5

(5)

KEPPRES 9/1998

KEPPRES 150/2000

• Tim Pengarah (pusat)

terdiri dari anggota DP

KTI, berwenang

menetapkan kebijakan

dan pelaksanaan

koordinasi kegiatan

pembangunan

• BP KAPET terdiri dari

unsur pusat, provinsi, dan

kabupaten kota,

berwenang

melaksanakan

pembangunan dan

pengelolaan KAPET

• Mengatur secara

langsung insentif fiskal

dan non-fiskal

• Penyempurnaan Keppres

89/1996 :

- Anggota DP KTI sebagai

ketua BP KAPET di

wilayah timur

- Kedudukan waka BP

KAPET sebagai pelaksana

harian dalam struktur BP

KAPET

- Kewenangan ketua BP

KAPET dalam mengangkat

dan memberhentikan

anggota BP KAPET

- Penyempurnaan aturan

insentif fiskal dan non

fiskal

• Badan Pengembangan KAPET

(pusat), memberi usulan

penetapan KAPET,

menetapkan jakstranas,

merumuskan kebijakan

investasi dunia usaha,

mengkoordinasikan rencana

kegiatan , memfasilitasi

pelaksanaan KAPET.

• Badan Pengelola (BP) KAPET

membantu Pemda dalam

memberikan pertimbangan

teknis bagi permohonan

perijinan investasi di KAPET

• Insentif fiskal diatur melalui PP

20/2000 selanjutnya diubah

melalui PP 147/2000

Memerlukan Revitalisasi untuk mengefektifkan peran KAPET

sebagai “prime mover”

KRONOLOGIS KEBIJAKAN KAPET

(6)

6

BAD

Khatulistiwa

DAS Kakab

Batulicin

Sasamba

Parepare

Bank Sejahtera

Palapas

Manado-Bitung

Seram

Biak

Bima

Mbay

PP 26/2008 tentang RTRWN (dalam Lampiran X) telah menetapkan 13 (tiga belas) KAPET, sedangkan

cakupan wilayah masing-masing KAPET tersebut ditetapkan dalam Keppres.

1.

KAPET Banda Aceh Darussalam

2.

KAPET Khatulisiwa

3.

KAPET DAS Kahayan, Kapuas, dan Barito

4.

KAPET Samarinda, Sanga-sanga, Muara Jawa, dan Balikpapan

(Sasamba)

5.

KAPET Batulicin

6.

KAPET Bima

7.

KAPET Mbay

8.

KAPET Manado-Bitung

9.

KAPET Parepare

10. KAPET Batui  diubah menjadi KAPET Palapas

11. KAPET Buton, Kolaka, dan Kendari  diubah menjadi KAPET

Bank Sejahtera

12. KAPET Seram

13. KAPET Biak

CAKUPAN WILAYAH 13 KAPET

(7)

Provinsi Maluku

60. Desa Ngadi – Dullah Utara 61. Banda

Provinsi Maluku Utara 62. Pulau Morotai KEK USULAN

Provinsi NAD 1. Kota Banda Aceh Provinsi Sumatera Utara

2. Medan – Deli Serdang 3. Kabupaten Serdang Bedagai 4. Kws Sei - Mangke

5. Kws Asahan – Tanjung Balai 6. Kws Labuhan Angin Provinsi Riau 7. Kws Industri Dumai 8. Kws Wisata P. Rupat 9. Tanjung Buton FTZ BBK

Provinsi Kepulauan Riau

10. FTZ Batam 11. FTZ Bintan 12. FTZ Karimun

Provinsi Sumatera Barat 13. Kws Industri Padang (PIP)

Provinsi Sumatera Selatan 14. Kws Tanjung Api – api 15. Kabupaten Muara Enim Provinsi Bangka Belitung

16. Kws Tanjung Berikat, Kab. Bangka 17. Kws Tanjung Batu, Kab. Belitung Provinsi Bengkulu

18. Linau, Kabupaten Kaur 19. Kws Pulau Enggano Provinsi Banten

20. Kws Bojonegara 21. Krakatau Steel 22. Tanjung Lesung Provinsi DKI Jakarta

23. Kws Industri Marunda

Provinsi Jawa Tengah 25. Kabupaten Kendal 26. Solo Technopark Provinsi DIY

27. Kabupaten Kulonprogo Provinsi Jawa Timur

28. Kawasan Kilang Tuban 29. Kws Industri Lamongan 30. Kali Lamong, Surabaya 31. Kws Industri Gemopolis 32. Pulau Madura

Provinsi Jawa Barat

24. Kws Industri Cikarang dan Koridor Tol Jakarta - Cikampek

Provinsi Kalimantan Barat 33. Kota Pontianak 34. Kws Mempawah 35. Kws Pulau Temajo 36. Kws Industri Semparok 37. Kws PALSA 38. BDC Entikong

Provinsi Kalimantan Selatan 39.Kws Mekarputih – Kotabaru 40.Kabupaten Tanah Laut

Provinsi Sulawesi Selatan 46. Kws Kabupaten Selayar 47. Kabupaten Maros 48. Kabupaten Barru 49. Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Tengah

50. Kota Palu Provinsi Sulawesi Utara

51. Tanjung Merah – Kota Bitung

Provinsi Sulawesi Tenggara

52. Kendari 53. Pulau Kabaena

Provinsi Nusa Tenggara Timur

59. Wilayah Wini, TTU

Provinsi Papua Barat 63. Kabupaten Sorong 64. Kota Sorong Provinsi Papua 65. Biak Numfor 66. Kab. Asmat 67. Kab. Merauke Provinsi Kalimantan Timur

41. Lubuktutung

42. Kws Maloy Kutai Timur 43. TKEZ 44. Tanjung Mangkaliat 45. Kota Tarakan 1

Medan

Jakarta

Pekanbaru Jambi

Serang Semarang Surabaya

Denpasar Mataram Manokwari Ambon Sorong Sofifi Manado Gorontalo

Kendari Makassar Mamuju Samarinda Banjarmasin Palangkaray a Pontianak Palu 2 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 3 1 4 22 1 9 1 8 2 3 2 5 2 6 3 1 3 0 3 4 3 7 3 8 3 9 4 1 4 2 4 3 4 6 5 0 5 1 5 3 5 4 5 9 6 0 6 2 6 3 6 5 28 2 0 6 7 3 6 3 5 3 3 2 7 2 4 2 1 1 6 1 7 Merauke Jayapur a

3 4 MALAYSIA MALAYSIA P A P U A N E W GU IN E A TIMOR LESTE AUSTRALIA BRUNEI DARUSSAL AM 4 7 6 1

1 2 6 4 5 2 4 9 3 2 4 8 4 0 5 5 5 6 5 7 5 8

6 6 1 5 4 5

Provinsi Nusa Tenggara Barat 54. Sekotong-Lembar, Lombok Barat 55. Kws Bandar Dunia Kayangan-Bayan 56. Kws Pariwisata Mandalika

57. Kws Ekonomi Maritim Teluk Saleh 58. Kws Industri Perikanan&Kelautan Teluk

Bima 2 9 4 4

Lokasi Usulan

Kawasan Ekonomi Khusus

Usulan Lokasi KEK

Usulan Lokasi KEK yang merupakan FTZ Keterangan :

ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia Batas Laut Teritorial

Progre

s Pe

ny

ele

ngg

araan

KE

K

67

Usulan

KEK

(8)

TUJUAN PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI

8

Diarahkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan

memperoleh fasilitas tertentu yang ditujukan untuk melipatgandakan

pertumbuhan ekonomi nasional, serta memberikan dampak yang besar

pada peningkatan lapangan kerja dalam negeri 

Pertumbuhan Tinggi

Diarahkan untuk meningkatkan kemampuan suatu wilayah dalam

mengembangkan daya saing produk unggulan sesuai dengan kompetensi

sumber daya lokal dan diharapkan dapat berperan sebagai penggerak

pertumbuhan ekonomi bagi wilayah-wilayah yang kesenjangannya masih

tinggi 

Pemerataan Pertumbuhan

KAPET

KEK

KPBPB/

FTZ

Diarahkan untuk memperluas dan memodernisasikan perekonomian

melalui pengembangan industri manufaktur dan industri logistik sebagai

respon terhadap pertumbuhan perdagangan dunia yang cepat dan

peningkatan efisiensi pemanfaatan transportasi terutama kepelabuhanan

baik laut maupun udara 

Pertumbuhan Tinggi

(9)

Sinergi Keterkaitan Kebijakan Pengembangan Kawasan

Ekonomi dan MP3EI

Kaw Strategis

Provinsi

Kaw.

Industri

Potensi

KEK

Kaw.

Berikat

Kaw.

Wisata

Kaw.

Hortikultura

Kaw. Strategis

Cepat Tumbuh

Zona

Ekonomi

Lainnya

Zona

Logistik

Techno

Park

Zona

Pengolahan Ekspor

Zona

Industri

FTZ/KEK/MP3EI

KAPET

Daerah Tertinggal

(Regional Management – RM)

Peran

Pemerintah

semakin besar

Peran

Swasta

semakin besar

(10)

K Tanjung

Bitung

CILAMAYA

TL. LEMBAR

MAKASAR

Jalur Laut Nasional Primer

ALKI-I

ALKI-II ALKI-III

ALKI-III B

ALKI-III C

PANJANG

RD. INTAN CILACAP

Pelabuhan Hub Global

Pelabuhan Primer Jalur Laut Nasional Sekunder

SLOC MALACA

Sea Line Of Communication (SLOC) and ALKI

MAIN INT. AIRPORT

Jalur Utama Darat (Jalan dan / atau KA)

1

2

5

3

4

6

KE Sumatera

KE Bali – Nusa Tenggara

KE Kalimantan

KE Papua – Maluku

KE Sulawesi

KE Jawa

Efficiency Driven Economy Innovation Driven Economy Pendapata n per kapita (US$)

Kita harus menuju ke ke tahap untuk bisa berdaya saing

Konektivitas

Koridor Ekonomi

SDM - Iptek

1

0

10

(11)
(12)

Pembangunan Koridor

Ekonomi dilakukan melalui

pendekatan peningkatan

konektivitas yang terintegrasi

dalam rangka percepatan

transformasi ekonomi.

Konektivitas di dalam koridor

terdiri dari konektivitas

utama dan konektivitas

pendukung.

• Konektivitas utama adalah

yang meng-hubungkan

pusat-pusat kegiatan

ekonomi.

• Konektivitas pendukung

adalah yang

menghubungkan klaster

industri dengan pusat

kegiatan ekonomi dan

infrastruktur pendukung

pelabuhan, listrik, dan

se-bagainya.

HINTERLAND

KAPET

Dalam Koridor Ekonomi, KAPET diposisikan menjadi sentra

produksi dan klaster industri hulu yang mendukung KEK

dan/atau pusat ekonomi lainnya

KORIDOR

EKONOMI

12

(13)

13

1. Sentra produksi adalah 1 (satu) kegiatan investasi dalam satu lokasi

tertentu

2. KPI adalah 1 (satu) atau kumpulan beberapa sentra produksi/kegiatan

investasi yang beraglomerasi di area yang berdekatan

Tujuan KPI : mempermudah proses integrasi kegiatan investasi dengan enablers

(infrastruktur, SDM-IPTEK, regulasi)

Lokasi-lokasi KPI pada masing-masing KE perlu diidentifikasi untuk acuan penetapan proyek-proyek infrastruktur (Tim

Kerja Konektivitas), pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan kemampuan teknologi/inovasi

(Tim Kerja SDM & IPTEK), serta fasilitasi penyempurnaan regulasi (Tim Kerja Regulasi).

13

(14)

SEKTOR RIIL

Nilai Investasi = Rp 2.226 T

Jumlah Proyek = 639 proyek

INFRASTRUKTUR

Nilai Investasi = Rp 1.786 T

Jumlah Proyek = 625 proyek

TOTAL

NILAI INVESTASI

= Rp 4.012 T

JUMLAH PROYEK

= 1.264

proyek

Launching MP3EI

( 27 Mei 2011 )

SEKTOR RIIL

Nilai Investasi = Rp 2.177 T

Jumlah Proyek = 583 proyek

INFRASTRUKTUR

Nilai Investasi = Rp 2.304 T

Jumlah Proyek = 985 proyek

TOTAL

NILAI INVESTASI

= Rp 4.481 T

JUMLAH PROYEK = 1.568 proyek

Hasil validasi menunjukkan total investasi mencapai Rp. 4.481

Triliun, dimana Rp. 2.304 Triliun diantaranya adalah investasi

infrastruktur, dan Rp. 2.177 Triliun adalah investasi sektor riil,

namun belum termasuk investasi SDM Iptek sebesar Rp. 21,7

Triliun

PROSES

VALIDASI

Hasil Validasi

Per

Juli

2013

(

sudah

memasukkan

inisiatif/usulan

baru)

1

4

(15)

Perkembangan Investasi Proyek Sektor Riil dan Infrastruktur

Setiap Koridor Ekonomi

Koridor I

Koridor II

Koridor III

Koridor IV

Koridor V

Koridor VI

15

(16)

Perkembangan Proyek MP3EI yang telah Groundbreaking

(s.d Oktober 2013)

Koridor I

Koridor II

Koridor III

Koridor IV

Koridor V

Koridor VI

Sektor Riil

Infrastruktur

16

(17)

MP3EI dan Kinerja Pertumbuhan Ekonomi Daerah

(Triwulan II – 2013, Sumber : BI)

Memasuki triwulan II 2013, berbagai indikator ekonomi daerah mengindikasikan

pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya.

(18)

INTEGRASI 13 KAPET DENGAN MP3EI

BAD

Khatulistiwa

DAS Kakab

Batulicin

Sasamba

Parepare

Bank Sejahtera

Palapas

Manado-Bitung

Seram

Biak

Bima

Mbay

KAPET

1.

13 Lokasi KAPET tersebar secara tidak merata di 6 koridor ekonomi Indonesia dalam MP3EI

(Perpres 32/2011)

2.

Momentum yang harus dimanfaatkan agar Pengembangan ke-13 KAPET bersinergi dengan

Program MP3EI:

 Sinergisitas dengan MP3EI terkait kebutuhan ruang untuk rencana sentra produksi, sentra

kegiatan industri, dan sentra distribusi yang didukung oleh infrastruktur kawasan.

 Konsep RTR KAPET diarahkan untuk mendorong (sub) sektor unggulan masing-masing koridor

MP3EI.

(19)

KAITAN 13 KAPET dan KORIDOR EKONOMI - MP3EI

KAPET

KOMODITAS UNGGULAN KAPET

KORIDOR MP3EI

KEGIATAN EKONOMI UTAMA MP3EI

BAD

Kelapa sawit dan Perkayuan

KORIDOR EKONOMI

SUMATERA

Kelapa sawit, Karet, Batu Bara,

Perkapalan, Besi Baja

Khatulistiwa

Padi, Jagung, Kelapa sawit, dan

Karet

KORIDOR EKONOMI

KALIMANTAN

Kelapa Sawit, Minyak dan Gas,

Batubara, Besi Baja, Bauksit,

Perkayuan

DAS Kakab

Padi, Karet,

Sapi, Ikan, dan Rotan

Batulicin

Kelapa sawit dan Perkayuan

Sasamba

Kelapa sawit dan Perkayuan

Bima

Sapi, Jagung, dan Rumput laut

KORIDOR EKONOMI

BALI-NUSA TENGGARA

Pariwisata, Perikanan, Peternakan

Mbay

Sapi potong

Manado-Bitung

Pariwisata (bahari, ekowisata,

MICE), Kelapa, Ikan pelagis, dan

Rumput laut

KORIDOR EKONOMI

SULAWESI

Pertanian Pangan (Padi, Jagung,

Kedelai dan Ubi Kayu), Kakao,

Perikanan, Nikel, Minyak dan Gas

Parepare

Padi, Kopi, Kakao, Udang, dan

Sapi

Palapas

Kakao dan Rumput laut

Bank Sejahtera Kakao, dan Padi sawah

Seram

Perikanan tangkap, Kelapa

dalam, dan Cengkeh

KORIDOR EKONOMI

PAPUA-KEP. MALUKU

Pertanian Pangan – MIFEE,

Tembaga, Nikel, Minyak dan Gas

Bumi, Perikanan, Peternakan

Biak

Jeruk manis, Rumput laut,

(20)

13 Lokasi KAPET dan Proyek2 Infrastruktur Prioritas MP3EI

(21)

“Grand Strategy” Mengurangi Ketimpangan Pembangunan

Antar Wilayah di Indonesia

Mendorong

Pembangunaan

Pusat2 Pertumbuhan

Ekonomi Baru

(KAPET, KEK) dalam

Koridor EKONOMI

“pemanfaatan potensi

wilayah”

Mendorong

Percepatan

Pembangunan

Infrastrukur serta

Memperkuat

Jaringan

Konektivitas dan

Logisitik Nasional

“meningkatkan

aksesiblitas dan daya

saing logistik”

Penguatan

Kapasitas SDM dan

Pemberdayaan

Kapasitas

Kelembagaan

“mendorong

kemandirian”

Disparitas Antar Wilayah

Disparitas Antar Wilayah Berkurang

(22)

3

3

3

3

3

3

3

2

2

3

1

2

Tanjung

Priok

Bata

m

Makass

ar

Tanjung

Perak

Soro

ng

Belaw

an

3

Transhipment Point dan Jalur Distribusi

Peti Kemas Domestik

(23)

M = 76,1 %

P. JAWA

P. SUMATERA

P. KALIMANTAN

P. SULAWESI

P. MALUKU

P. PAPUA

P. BALI & NUSA TENGGARA

5,9%

2,5%

M = 80,3 %

23,2%

3,1%

6,2%

M = 81,7 %

M = 79,1 %

6,4%

12,2%

33,2%

4,8%

7,1 %

M = 59,0 %

M = 85,0 %

2,2 %

M = 89,1 %

5,3%

4,9 %

Source: Study of National Strategic Development Policy base on Competetive Advantage, Bappenas

 Perdagangan antarwilayah masih terpusat di Jawa dan Sumatera

 Perdagangan antarwilayah di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,

Maluku dan Papua masih relatif kecil dan belum berkembang.

Catatan: Arah panah menunjukkan arus perdagangan antar wilayah

BAD

Khatulistiwa

DAS Kakab

Batulicin

Sasamba

Parepare

Bank Sejahtera

Palapas

Manado-Bitung

Seram

Biak

(24)

24

Untuk memfasilitasi konektivitas antar pulau, sistem penyeberangan memegang peranan strategis,

khususnya untuk angkutan jarak pendek.

Saat ini konektivitas Kawasan Timur dan Kawasan Barat Indonesia dipolakan dengan pembangunan sabuk

penyeberangan utara, tengah dan selatan.

Hingga tahun 2012, terdapat 40 lintas penyeberangan komersil dan 135 lintas penyeberangan yang

disubsidi.

Sabuk Utara Sabuk Selatan Sabuk Tengah

BAD

Khatulistiwa

DAS Kakab

Batulicin

Sasamba

Parepare

Palapas

Manado-Bitung

Seram

Biak

Bima

Mbay

(25)

25

• Konsentrasi pola angkatan udara saat ini lebih banyak berada di Indonesia bagian barat; hal ini disebabkan oleh

demand yang tinggi pada daerah tersebut. Umumnya operator penerbangan domestik besar beroperasi pada

kawasan ini.

• Transportasi udara di kawasan Timur Indonesia umumnya dilakukan oleh operator penerbangan nasional seperti

Merpati Airlines, maupun operator penerbangan tidak berjadwal

BAD

Khatulistiwa

DAS Kakab

Batulicin

Sasamba

Parepare

Palapas

Manado-Bitung

Seram

Biak

Bima

Mbay

(26)

POSITIONING 13 LOKASI KAPET DALAM JARINGAN

KONEKTIFITAS EKONOMI DAN LOGISTIK

PENDULUM NUSANTARA

26

Sistem transportasi laut sebagai tulang punggung (backbone)

Utilisasi ALKI dan SLOC melalui perwujudan Pelabuhan Depan (front

gates Kuala Tanjung & Bitung), Pendulum Nusantara dan “Short Sea

Shipping”

BAD

Khatulistiwa

DAS Kakab

Batulicin

Sasamba

Parepare

Bank Sejahtera

Palapas

Manado-Bitung

Seram

Biak

(27)

KESIMPULAN dan REKOMENDASI

1.

Kebijakan Percepatan Pengembangan Kawasan Ekonomi (KAPET, FTZ dan KEK) dan

Pembangunan Infrastruktur diharapkan meningkatkan aksesibilitas di daerah tertinggal,

perbatasan/terpencil, Pusat2 Produksi, Simpul Distribusi, Simpul Kegiatan, dan Outlet

Pemasaran Produk Unggulan Wilayah.

2.

Pemerintah mengarahkan Pengembangan Kawasan Ekonomi dalam Koridor Ekonomi

sehingga terintegrasi dengan hinterland-nya melalui keterkaitan hulu-hilir.

3.

Memperkuat jaringan konektivitas dan logistik nasional yang menghubungkan antara

Pusat2 Kegiatan Ekonomi (KAPET, FTZ, KEK dalam Koridor Ekonomi)

4.

Pengembangan Koridor Ekonomi (MP3EI) diharapkan dapat mempercepat pengembangan

investasi sektor riil pada pusat2 pertumbuhan serta percepatan pembangunan infrastruktur

yang menghubungkan hub-hub strategis

5.

Revitalisasi kebijakan KAPET diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah

yang memiliki potensi SDA unggulan serta menjadi growth centre dan prime mover bagi

wilayah sekitarnya

6.

Pengembangan FTZ (Free Trade Zone) diharapkan dapat meningkatkan penyerapan tenaga

kerja di daerah dan meningkatkan investasi di kabupaten yang bersangkutan

7.

Kebijakan pengembangan KEK diharapkan dapat meningkatkan daya saing nasional melalui

penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis yang berfungsi

untuk menampung kegiatan industri, ekspor-impor dan kegiatan ekonomi lainnya

(28)

LANGKAH STRATEGIS REVITALISASI KAPET DALAM KETERKAITANNYA DENGAN

KORIDOR EKONOMI DAN KEK

1. Pusat dan Daerah perlu merumuskan kembali peran KAPET bagi daerah masing masing

dan koneksinya dengan

6 Koridor Ekonomi

.

2. Mengagendakan dalam pembangunan nasional dan daerah memperoleh dukungan

APBN dan/atau APBD, dan swasta.

3. Memperbaiki kelembagaan KAPET

4. Mereklasifikasi kembali KAPET :

a)

sesuai kategori pengembangan daerah yang kesenjangannya tinggi dalam

keterhubungannya dengan

6 Koridor Ekonomi Wilayah

b)

Sesuai dengan kondisi strategis wilayah yang telah berubah (akibat pemekaran DOB

atau perubahan RTRW),

5. Menjaga komitmen awal: KAPET sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang

berbasis sumber daya lokal (komoditas unggulan pada kawasan andalan prioritas).

6. Menajamkan kriteria dan indikator pengembangan KAPET, sebagai panduan

operasionalisasi pengembangan KAPET sehingga “tidak salah pilih” dan daerah terpilih

dapat menjadi pusat pertumbuhan

(29)

Referensi

Dokumen terkait

Pada Rangkaian Listrik I kita telah mempelajari cara menyederhanakan rangkaian dalam arus DC (searah) dengan menggunakan teorema Mesh.. Kali ini kita akan mempelajari

Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 memiliki l:uas 2.622,48 ha (dua ribu enam ratus dua puluh dua koma empat puluh

a) Memberikan kemudahan bagi nasabah dalam berinvestasi sesuai syariah. b) Memanfaatkan dana tabungan dari nasabah dengan menginvestasikan secara produktif dalam

kesibukan dan minimnya waktu yang dimiliki oleh wanita zaman sekarang, fasilitas klub kebugaran dan kecantikan bagi wanita ini hadir sebagai tempat dimana wanita

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja problematika krisis lingkungan hidup serta solusi apa saja yang bisa ditawarkan untuk mengatasi

belakang Senam Lantai dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP) dengan menerapkan model pembelajaran Kontekstual yang meliputi Aktivitas

Diagram Proses Pembuatan Tempe KEDELAI Pencucian Perendaman 1 malam kedelai rendaman Perebusan Pencucian Kedelai bersih Pemisahan Kulit Kedelai Kupas Pencucian

Dari data yang dikumpulkan selama masa penelitian disimpulkan bahwa cacat dominan yang sering terjadi dengan nilai RPN tertinggi disebabkan antara lain karena beberapa faktor